Anda di halaman 1dari 9

KUNJUNGAN KERJA PG.

PAKIS BARU
TATA LETAK FASILITAS DALAM PERGUDANGAN

Oleh : Kelompok VI 1. 2. 3. 4. 5. Willy Oktafiano Dentista P. Zulaycha Rajib Hutami Nuke A. (L2H009094) (L2H009072) (L2H009022) (L2H009 (L2H009126)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya pabrik-pabrik yang ada di sekitar kita, tidak hanya memiliki permasalahan dalam sistem pembuangan limbah, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, pengaturan tenaga kerja, tetapi juga dalam sistem tata letak fasilitas dalam pergudangannya. Namun, justru yang sering diangkat dalam makalah-makalah maupun kebanyakan karya tulis adalah masalah pembuangan limbah pabrik terkait dengan isu global warming yang semakin memanas akhirakhir ini. Maka, di sinilah kami berusaha untuk membantu industriawan dalam menyelesaikan permasalahan pabrik lainnya, yang kami konsentrasikan pada permasalahan tentang sistem tata letak fasilitas dalam pergudangan. Berangkat dari tujuan itulah kami berinisiatif untuk mengadakan kunjungan kerja ke PG. Pakis Baru - Pati yang pengelolaannya ditangani oleh PT. Laju Perdana Indah Jakarta. Dalam kunjungan kerja yang kami lakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Desember 2009 tersebut, kami menemukan bahwa sistem tata letak fasilitas dalam pergudangan PG. Pakis Baru masih kurang ideal. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan ini dengan PG. Pakis Baru yang menjadi sasaran penelitian kami.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam perkembangan zaman yang semakin maju dan menuntut kita untuk serba cepat tetapi dengan hasil yang maksimal, kita membutuhkan kemampuan dan keterampilan untuk melakukan kerja secara efektif dan efisien. Oleh karena itulah, kita harus mencari terobosan-terobosan dan pengetahuan baru yang dapat

meminimalkan waktu yang kita butuhkan dan memaksimalkan hasil yang kita dapat. Di sini, kami berusaha melakukan pemecahan masalah agar dalam kegiatan produksi di pabrik-pabrik dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Untuk lebih spesialisasinya lagi, kami mempersempit pembahasannya dalam

permasalahan tata letak fasilitas pergudangan pada pabrik gula.

BAB II ISI

A. Sejarah PG. Pakis Baru

PG. Pakis Baru sudah berdiri sejak tahun 1891 dengan pengelola Fa Mc. Neill & Co.. Pada tahun 1907, PG. Pakis Baru berpindah tangan dari Fa Mc. Neill & Co. kepada Oei Tiong Ham Concern yang selanjutnya mengubah nama pabrik menjadi SF. Pakkies dengan kegiatan proses produksi gula merah ( mangkok ) sampai dengan tahun 1930, pada periode berikutnya proses produksi ditingkatkan untuk membuat gula HS ( High Sugar ) sampai dengan tahun 1934, selanjutnya pabrik diberhentikan akibat over produksi. Pada tahun 1934-1941 pabrik mengalihkan usahanya untuk memproses air minum dan penerangan listrik dan pada tahun 1942-1948 mengalihkan usahanya untuk memproses pembuatan kertas karbon dari bahan merang atau jerami. Pada tahun 1951 pabrik memulai kembali menanam tebu untuk persiapan giling tahun 1952 dengan kegiatan proses produksi gula HS, namun pada tahun 1956 pabrik terpaksa ditutup karena terlalu banyak karyawan. Pada tahun 1959 SF. Pakkies dibeli oleh yayasan Dana Pembangunan Territorium VII Diponegoro Semarang yang selanjutnya Yayasan mengubah nama SF. Pakkies menjadi PG. Pakis Baru. Pada tahun 1960 Yayasan mempercayakan pengelolaan PG. Pakis Baru pada NV. Industri Management Co. Ltd. ( IMACO ) untuk memulai proses produksi gula HS dan pergantian pengelola terjadi tahun 1962 oleh PT. Pola Jawa Tengah dan diganti lagi oleh PT. Uswara Jawa Tengah yang berkedudukan di Semarang. Pada Januari 1965 Kodam VII Diponegoro memberhentikan PT. Uswara sebagai pengelola PG. Pakis Baru, selanjutnya diserahkan pada IKAT PUSAT

DAM

Diponegoro

Semarang,

kemudian

sebutan

itu

diubah

menjadi

BAPIPPUNDIP ( Badan Pimpinan Perusahaan Rumpun Diponegoro ) dan pada tanggal 15 Maret 1973 sudah berbadan hokum dengan status Perseroan Terbatas (PT). Pada 16 Juli 1977 sistem proses produksi gula dirubah dari defikasi menjadi sulfitasi yang menghasilkan gula pasir putih SHS ( Superior High Sugar ). Untuk peningkatan kapasitas giling dan kualitas gula menjadi SHS I, maka pada tahun 1981-1984 PG. Pakis Baru merehabilitasi/mengganti mesin dan peralatan hingga mencapai 90% lebih yang bekerja sama dengan PT. Boma Stork - Pasuruan

sebagai kontraktor utamanya. Dimulai tahun 1985-1995 dilakukan peningkatan kapasitas giling bertahap dan bekerja sama dengan kontraktor PT. Dabara Bengawan - Solo dll. Sehingga pada tahun 1994/1995 penambahan unit gilingan V adalah merupakan investasi terahir yang direncanakan. Pada akhir tahun 2000 PG. Pakis Baru ditutup dan dijual kepada pihak lain karena tidak dapat menutup beban kerugian yang harus ditanggung sejak tahun 1995 dan ditetepkan PT. Laju Perdana Indah - Jl. Haji Samanhudi 12 Jakarta sebagai pemenang dalam penawaran harga pembelian. Sejak akhir tahun 2000 hingga saat ini pengelolaan PG. Pakis Baru ditangani oleh PT. Laju Perdana Indah - Jakarta.

B. Permasalahan yang Dapat Dipecahkan oleh Teknik Industri

PG. Pakis Baru merupakan pabrik gula yang dioperasikan kembali setelah vacuum selama beberapa bulan karena pailit. PG. Pakis Baru berlokasi di Desa Pakis, Kecamatan Tayu, Kota Pati, tepatnya di Jalan Raya Pati-Tayu Km 3. Lokasi ini adalah bangunan bekas pakai yang dulunya merupakan rumah-rumah zaman Belanda yang kemudian direnovasi dan diperbaharui kembali. Kebanyakan bangunan bekas pakai tersebut dimanfaatkan oleh pihak PG. Pakis Baru sebagai gudang-gudang yang terbagi menjadi 4 macam gudang, yaitu :

1. Gudang Utama (material spare parts / warehouse) 2. Gudang Chemical 3. Gudang Produk 4. Gudang Scrap Menurut pengamatan kami, sistem pergudangan dalam PG. Pakis Baru sudah bisa dikatakan layak, akan tetapi masih terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi lebih lanjut untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan produktivitas pabrik. Terlebih dahulu kami akan membahas faktor-faktor yang menjadi permasalahan pada sistem pergudangan di PG. Pakis Baru : 1. Intensitas cahaya yang kurang ideal, 2. Suhu yang terlalu panas, 3. Penempatan produk jadi yang kurang memadai, 4. Tata letak fasilitas yang kurang maksimal Intensitas cahaya yang kurang ideal disebabkan oleh ketidakmaksimalan pemanfaatan cahaya metahari, akan berpengaruh terhadap kemaksimalan kinerja karyawan. Suhu yang terlalu panas akan mengakibatkan produk jadi mengalami kerusakan yang dapat merugikan perusahaan sendiri. Contohnya, jika suhu terlalu panas maka bentuk gula yang semula kristal akan menjadi menggumpal, sehingga harga barang jadi (gula) menurun. Dalam hal penempatan produk jadi yang kurang memadai, dapat berpengaruh terhadap kerusakan kemasan barang jadi. Yang akan membuat kerugian jika terjadi kerusakan pada kemasan, dan dapat berpengaruh pada keselamatan kerja apabila terjadi runtuhnya tumpukan tumpukan barang jadi ( gula ). Jika tata letak fasilitas yang kurang maksimal dibenahi lebih lanjut, hal ini akan membuat pengerjaan produksi di dalam gudang menjadi lebih efektif lagi,

salah satunya adalah kefektifan dalam waktu pencarian barang atau bahan yang lebih sering dibutuhkan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

PG Pakis Baru merupakan pabrik yang beroperasi dalam bidang pengolahan batang tebu menjadi gula kristal. PG. Pakis Baru bisa dikatakan perusahan yang cukup baik, karena baru beroperasi selama dua tahun tetapi sudah mendapatkan kepercayaan dan diakui kualitasnya oleh masyarakat luas. Di dalam sebuah perusahan sebaiknya harus memikirkan banyak hal, terutama dalam hal keselamatan kerja, efektivitas, efesiensi, dan produktivitas perusahaan karena dari hal-hal seperti itulah akan timbul permasalahanpermasalahan di dalam perusahaan. Untuk meneliti permasalahan yang timbul dalam perusahaan tersebut, kami mengadakan kunjungan kerja di PG. Pakis Baru. Di sini, kami menemukan permasalahan dalam sistem pergudangan PG. Pakis Baru yang dapat diselesaikan dengan beberapa pembenahan.

B. Saran Berdasarkan dari permasalahan yang kami temukan di dalam sistem pergudangan PG. Pakis Baru, maka solusi yang dapat kami sarankan kepada PG. Pakis Baru adalah sebagai berikut :

1.

Intensitas cahaya yang kurang ( gelap ) dapat diatasi dengan cara memasang bahan atap bangunan yang tembus cahaya.

2.

Permasalahan suhu dapat diatasi dengan memberikan tambahan ventilasi atau blower yang memadai.

3.

Untuk masalah penempatan produk jadi yang kurang memadai, kami mengkhususkan pada alas penempatan gula yang terbuat dari anyaman bambu (

gedek ), bukan kayu persegi panjang yang dapat merusak kemasan barang jadi dan akan mengurangi tingkat keselamatan kerja. 4. Peletakan fasilitas pergudangan dapat diefektifkan dengan memperhatikan faktor pemakaian fasilitas yang lebih sering dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai