Anda di halaman 1dari 33

ntunya terus berlangsung tanpa mengenal titik lelah (Widodo, 2007: 9) Cabang-Cabang Filsafat Ontologi Ontologi atau sering

juga disebut metafisika (meta = melampaui, fisik = dunia nyata/fisik) adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat segala sesuatu yang ada, atau membahas watak yang sangat mendasar (ultimate) dari benda atau realitas yang berada di belakang pengalaman yang langsung (immediate experience). Ontology berbicara tentang segala hal yang ada, pertanyaan-pertanyaan yang akan dibongkarnya tidak terbatas, misalnya apakah hakikat ruang, waktu, gerak, materi, dan perubahan itu? Apakah yang merupakan asal mula jagad raya ini? Dan lain sebagainya. Kaitannya dengan pendidikan, ontologi ilmu pendidikan membahas tentang hakikat substansi dan pola organisasi Ilmu pendidikan 2) Epistemologi Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metodemetode, dan sahnya pengetahuan. Pertanyaan yang mendasar adalah: Apakah mengetahui itu? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan kita? Bagaimana cara kita mengetahui bila kita mempunyai pengetahuan? Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? Dan lain sebagainya. Dengan demikian, epistemologi membahas tentang hakikat objek formal dan material ilmu pendidikan 3) Aksiologi Aksiologi berbicara tentang nilai dan kegunaan dari segala sesuatu terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoretis dan praktis ilmu pendidikan 4) Logika Logika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar. Dengan kata lain logika adalah pengkajian yang sistematis tentang aturan-aturan untuk menguatkan premis-premis atau sebab-sebab mengenai konklusi aturan-aturan itu, sehingga dapat kita pakai untuk membedakan argument yang baik dan yang tidak baik. Logika dibagi dalam dua cabang utama, yaitu logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih, sedangkan logika induktif mencoba menarik kesimpulan tidak dari susunan proposisi-proposisi melainkan dari sifat-sifat seperangkat bahan yang diamati. Logika ini mencoba untuk bergerak dari suatu perangkat fakta yang diamati secara khusus menuju kepada pernyataan yang bersifat umum mengenai semua fakta yang bercorak demikian, atau bergerak dari suatu perangkat akibat tertentu menuju kepada sebab atau sebab-sebab dari akibat-akibat tersebut 1)

Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

Tahapan Ontologi (hakikat ilmu pendidikan)

Obyek apa yang telah ditelaah ilmu pendidikan? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu pendidikan? Bagaimana prosedurnya? Epistemologi Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya (Cara pengetahuan yang berupa ilmu pendidikan? Mendapatkan Bagaimana prosedurnya? Pengetahuan) Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar? Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu pendidikan? Aksiologi Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan? (Guna Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut Pengetahuan) dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan normanorma moral/profesional? diadopsi dari Suryasumantri, 1993 Dari uraian di atas, Widodo (2007:9. Lihat juga Mudyahardjo, 2004:5) kemudian mendefiniskan filsafat pendidikan sebagai suatu pendekatan dalam memahami dan memecahkan persoalan-persoalan yang mendasar dalam pendidikan, seperti dalam menentukan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran, manusia, masyarakat, dan kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Pendidikan tidak dapat terlepas dari aliran filsafat yang melandasinya, sebagaimana dilakukan oleh Amerika Serikat yang meletakkan filsafat pendidikan atas dasar pengkajian beberapa aliran filsafat tertentu, seperti pragmatisme, realisme, idealisme, dan eksistensialisme, lalu dikaji bagaimana konsekuensi dan implikasinya dalam dunia pendidikan. Begitu juga dengan pendidikan Indonesia yang tidak bisa terlepas dari filsafat Pancasila yang notabenenya merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Mudyahardjo (2004:5) membedakan pendidikan dalam dua macam, yaitu (1) praktek pendidikan dan (2) ilmu pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan. Yang selanjutnya, juga membedakan filsafat pendidikan ke dalam dua macam, yaitu (1) filsafat praktek pendidikan, dan (2) filsafat ilmu pendidikan. Filsafat praktek pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya

pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat praktek pendidikan dapat dibedakan menjadi: (1) filsafat proses pendidikan (biasanya disebut filsafat pendidikan) dan (2) filsafat sosial pendidikan. Filsafat proses pendidikan adalah analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya kegiatan pendidikan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Filsafat proses pendidikan biasanya membahas tiga masalah pokok, yaitu (1) apakah sebenarnya pendidikan itu; (2) apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya; dan (3) dengan cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai. (Henderson, 1959, sebagaimana dikutip Mudyahardjo, 2004:5). Sementara filsafat sosial pendidikan membahas hubungan antara penataan masyarakat manusia dengan pendidikan. Atau dapat pula dikatakan bahwa filsafat sosial pendidikan merupakan analisis kritis dan komprehensif tentang bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dalam mewujudkan tatanan masyarakat manusia idaman.

B.Epistemologi Ilmu Pendidikan 1) Objek Formal Ilmu Pendidikan

Objek formal ilmu pendidikan berkenaan dengan bidang yang menjadi keseluruhan ruang lingkup garapan ilmu pendidikan. Sedangkan objek material ilmu pendidikan berkenaan dengan aspek-aspek yang menjadi garapan penelidikan langsung ilmu pendidikan. Objek formal ilmu pendidikan menurut Mudyahardjo (2004:45) adalah pendidikan, yang dapat diartikan secara maha luas, sempit dan luas terbatas. Pendidikan dalam artian yang maha luas adalah segala situasi dalam hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman belajar, yang oleh karenanya pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Sedangkan dalam pengertian pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah atau persekolahan (schooling). Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai salah satu hasil rekaya dari peradaban manusia, di samping keluarga, dunia kerja, negara dan lembaga keagamaan. Oleh karena itu, pendidikan dalam arti sempit adalah pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mereka mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Definisi maha luas tentang pendidikan, antara lain mengandung kelemahan tidak dapat menggambarkan dengan tegas batas-batas pengaruh pendidikan dan bukan pendidikan terhadap pertumbuhan individu. Sedangkan kekuatannya, antara lain terletak pada menempatkan kegiatan atau pengalaman belajar sebagai inti dalam proses pendidikan yang berlangsung di mana pun dalam lingkungan hidup, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Definisi pendidikan dalam arti sempit juga memiliki kelemahan di antaranya terletak pada sangat kuatnya campur tangan pendidikan dalam proses pendidikan sehingga proses pendidikan lebih merupakan kegiatan mengajar daripada kegiatan belajar yang mengandung makna pendidik mempunyai otoritas sangat kuat, dan pendidikan terasing dari kehidupan sehingga lulusannya ditolak oleh masyarakat. Adapun kekuatannya, antara lain terletak pada bentuk kegiatan pendidikannya yang dilaksanakan secara terprogram dan sistematis.

Tabel 01: Perbandingan Konsep Pendidikan dalam arti Maha Luas, Sempit, dan Luas Terbatas

Tertium Maha Luas Sempit Komparison Definisi Pendidikan Pendidikan adalah hidup. adalah Pendidikan persekolahan.

Luas Terbatas Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,

adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang

Tujuan

Tempat Pendidikan

Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan pendidikan tidaklah terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup Pendidikan berlangsung dalam segala bentuk lingkungan

Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak atau remaja yang diserahkan kepadanya, agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh hubunganhubungan dan tugas-tugas sosial. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan tertentu. Tujuan pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat. Pendidikan berlangsung dalam lembaga pendidikan formal atau

masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup.

Tujuan pendidikan merupakan perpaduan antara perkembangan pribadi secara optimal dan tujuan sosial dapat memainkan peranan sosial secara tepat. Tujuan pendidikan mencakup tujuan-tujuan setiap bentuk kegiatan pendidikan (bimbingan/pengajaran/ latihan) dan satuansatuan pendidikan (sekolah/luar sekolah).

Pendidikan berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup. pendidikan tidak berlangsung dalam

Bentuk kegiatan pendidikan

Masa Pendidikan

hidup, baik khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun lingkungan yang ada dengan sendirinya. Pendidikan terentang dari kegiatan yang mistis atau tidak sengaja sampai dengan kegiatan pendidikan yang terprogram. Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung dalam beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat terjadi di mana pun dalam hidup. Pendidikan lebih berorientasi pada peserta didik Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan seseorang.

sekolah dalam lingkungan hidup yang segala bentuk terselenggarakan dengan sendirinya. Pendidikan berlangsung di sekolah dan satuan pendidikan luar sekolah.

Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada pendidik (guru). Sehingga guru mempunyai peranan yang sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan terjadwal dalam tenggang waktu tertentu.

Kegiatan pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, non formal dan informal. Kegiatan pendidikan dapat berbentuk bimbingan, pengajaran dan/atau latihan. Kegiatan pendidikan selalu merupakan usaha sadar yang tercakup di dalamnya pengelolaan pendidikan secara nasional dan pengelolaan dalam satuan-satuan pendidikan di sekolah. Kegiatan pendidikan berorientasi pada komunikasi pendidikan peserta didik

Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas, yaitu pada masa anakanak dan remaja. Kegiatan pendidikan terbatas pada kegiatan

Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya tidak berlangsung sembarang, tetapi terbatas pada adanya usaha sadar.

Pendukung

Pendidikan berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia, dan berlangsung sembarang. Kaum humanis, kaum humanis radikal cenderung tidak percaya pada pendidikan di sekolah. Kaum moderat cenderung memperbaiki pendidikan sekolah

bersekolah.

Kaum behavioris, mereka cenderung pada pelaksanaan pendidikan secara terprogram

Kaum realisme kritis, mereka mengupayakan perpaduan yang harmonis antara pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah

Sumber: Mudyahardjo (2004:62-63)

2)

Objek Material Ilmu Pendidikan Sebagaimana telah diungkap di atas, bahwa objek material ilmu pendidikan adalah salah satu aspek pendidikan. Apabila dilihat dari segi ini, maka ilmu pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu 1) ilmu pendidikan makro, yaitu yang menyelidiki keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan nasional, dan 2) ilmu pendidikan mikro, atau ilmu pendidikan yang menyelidiki satuan pendidikan atau kegiatan pendidikan secara keseluruhan atau hanya satu satuan atau satu bentuk kegiatan pendidikan. Bagan berikut, diharapkan dapat membantu kita untuk lebih memahami bagian atau cabang-cabang dari ilmu pendidikan (objek material ilmu pendidikan).

C. Aksiologi Ilmu Pendidikan 1) Aksiologi Ilmu Pendidikan (Nilai Kegunaan Teoretis) Meskipun status ilmiahnya masih belum sejajar dengan ilmu-ilmu yang sudah mapan, ilmu pendidikan dapat memberikan sumbangan teoretis terhadap perkembangan ilmu-ilmu sosial (Social Sciences) atau ilmu-ilmu tingkah laku (Behavioral Sciences). Sumbangan tersebut, antara lain berupa memperluas

konsep-konsep ilmiah yang berkenaan dengan kehidupan sosial atau pada tingkah laku manusia. Ilmu pendidikan menghasilkan konsep-konsep ilmiah tentang pola tingkah laku dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di lingkungan hidup manusia. Konsep tersebut menambah rekanan konsepkonsep aspek sosial-budaya dalam kehidupan manusia. 2) Aksiologi Ilmu Pendidikan (Nilai Kegunaan Praktis) Konsep-konsep yang dihasilkan oleh ilmu pendidikan dapat memberi pedoman dasar kerja pendidikan/pengelola pendidikan dalam melaksanakan tugasnya. Konsep-konsep yang dikembangkan ilmu pendidikan, berkenaan dengan bagaimana proses pengelolaan dan pelaksanaan praktek pendidikan terselenggara. Dengan demikian konsep-konsep tersebut merupakan prinsip-prinsip tentang praktekpraktek pengelolaan dan kegiatan pendidikan (mendidik). Hasil penelitian Arora Kamla sebagaimana dikutip Mudyahardjo (2004:196) menyatakan bahwa karakteristik profesional yang sangat mempengaruhi efektivitas guru mengajar adalah berkenaan dengan kemampuan-kemampuan: 1) menerangkan dengan jelas topik-topik yang menjadi bahan ajaran, 2) menyajikan dengan jelas tentang mata pelajaran, 3) mengorganisasikan secara sistematis tentang mata pelajaran, 4) berekspresi, 5) membangkitkan minat dan dorongan siswa untuk belajar, dan 6) menyusun rencana dan persiapan mengajar. Penguasaan keenam kemampuan tersebut merupakan awal dan sangat mempengaruhi efektivitas guru mengajar

/12

Share

Related More

Makalah filsafat 33082 viewsLike

Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti2402 viewsLike

Makalah filsafat657 viewsLike

Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA370 viewsLike

Paparan366 viewsLike

Makalah filsafat6606 viewsLike

Cabang cabang filsafat dan dasar pengetahuan1718 viewsLike

Filsafat ilmu ii437 viewsLike

Filsafat administrasi 20131184 viewsLike

Aksiologi pengetahuan 2999 viewsLike

Makalah filsafat pendidikan16883 viewsLike

Pengertian filsafat814 viewsLike

Hubungan ilmu pengetahuan filsafat472 viewsLike

Makalah aspek2 ontologis ilmu pengetahuaan487 viewsLike

Ftlsafat142 viewsLike

Pancasila sebagai sistem filsafat1401 viewsLike

Hubungan ilmu, agama dn filsafat10200 viewsLike

Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA1761 viewsLike

Filsafat ilmu329 viewsLike

[Indonesia] Pengantar Filsafat dan Ilmu493 viewsLike

Dimensi kajian filsafat ilmu2741 viewsLike

Kuliah ke 6242 viewsLike

Aliran aliran dalam filsafat ilmu (aliran empirisme)1020 viewsLike

Filsafat dan etika komunikasi349 viewsLike

Dasar filsafat (1)2393 viewsLike

Kelompok 4 filsafat islam516 viewsLike

Kata pengantardd121 viewsLike

Makalah filsafat 41106 viewsLike

Aliran rasionalisme revi212 viewsLike

Kelompok 1286 viewsLike

Aliran aliran filsafat pendidikan8382 viewsLike

Jurnal filsafat ilmu531 viewsLike

Filsafat teknologi pendidikan483 viewsLike

Ppt filsafat islam1086 viewsLike

Eksistensialisme166 viewsLike

Makalah ontologi filsafat ilmu2549 viewsLike

Filsafat Ilmu Ninik Charmila267 viewsLike

RPT Tahun 5114 viewsLike

Follow

Makalah filsafat pendidikan


by Operator Warnet Vast Raha on Nov 01, 2013


Show more

4,989views

No comments yet

Subscribe to commentsPost Comment


1 Like

Sarkim Akim, Guru IPA at SMPN 213 JAKARTA3 months ago

Makalah filsafat pendidikanDocument Transcript

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang hidupnya di lingkungan pendidikan, maupun yang jauh dari pendidikan, seperti di pedesaan maupun di perkotaan. Padahal mereka sadari sebenarnya mereka dekat dengan filsafat dan mereka juga pernah berfilsafat. Dalam menjalani kehidupan ini kita sering mengandalkan filsafat, tetapi terkadang kita tidak menyadari bahwa yang kita lakukan itu merupakan sebuah filsafat. Kita sering merenung, berfikir apa yang hendak kita capai dan kita raih apabila kita lulus kuliah nanti, dalam perenungan itu kita banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dan pilihan-pilihan sebagai alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul, begitu pula untuk halhal yang lain yang didalamnya memerlukan pemikiran-pemikiran secara mendalam. Apabila kita terus mencari dan terus mencari jawaban dari pertanyaan tadi dengan berbagai metode sampai kiranya kita dapat menemukan kebenaran, maka akan lahir sebuah pengetahuan bagi kita. Begitu pula dengan pendidikan, yang melatar belakangi pendidikan adalah ide-ide yang lahir dari filsafat yang tentu saja semua itu perlu proses untuk menemukannya. Dari gambaran sederhana tersebut dapat kita ketahui bahwa filsafat itu merupakan tindakan memikirkan, merenungkan segala sesuatu secara mendalam sampai keakar-akarnya. Segala sesuatu yang kita kenal selama ini tidaklah lahir begitu saja, nama suatu benda, hewan, manusia, dan lain-lain saja mengandung filsafat dibaliknya. Termasuk pula segala ilmu pengetahuan yang jumlahnya mungkin susah untuk dihitung yang bertebaran dimuka bumi ini lahir dari sebuah proses panjang yang dinamakan filsafat. Semua itu mendorong manusia untuk memikirkan kembali pengertian tentang kebenaran. Sebab setiap terjadi perubahan dalam peradaban akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang berlaku, karena antara perubahan peradaban dengan cara berfikir manusia terdapat hubungan timbal balik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1.2.1 Apa pengertian filsafat tersebut? 1.2.2 Apa saja cabang-cabang filsafat? 1.2.3 Apa saja aliran-aliran dalam filsafat? dirumuskan beberapa 2. 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian filsafat tersebut. 1.3.2. Untuk mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat. 1.3.3 Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran dalam filsafat. 1.4 Manfaat Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat tersebut. 1.4.2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk bisa mengetahui cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran dalam filsafat. 3. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Filsafat Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari Yunani, philosophia, bahasa atau philia (persahabatan, tertarik yang kepada) terdiri atas dua dan shopia (hikmah, kata: philos (cinta) kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.

Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang berarti cendekiawan. Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001). Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. 2.2 CiriCiri Pemikiran Filsafat Adapun ciri-ciri atau karakteristik berfikir filsafat yaitu : 1. Sifat komprehensif (menyeluruh) artinya seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.

4. 2. Sifat mendasar (radikal) yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar. 3. Spekulatif artinya apa yang diselidiki filsafat didasarkan pada dugaan-dugaan yang masuk akal dan tidak berdasarkan bukti empiris. Ini bukan berarti bahwa dugaan filsafat tidak ilmiah, tapi pemikiran filsafat memang tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus. 4. Sistematis artinya dalam menjawab suatu permasalahan, digunakan pendapat- pendapat sebagai wujud dari proses berpikir filsafat. Pendapatpendapat itu harus saling berhubungan secara, dan mempunyai maksud atau tertentu. 5. Bebas artinya setiap manusia adalah hasil pemikiran yang bebas. Bebas dari prasangka-prasangka sosial. historis, kultural, ataupun religius. 2.3 Ajaran-Ajaran Filsafat Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah: 1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis. 2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif. 3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi. 4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia. 2.4 Manfaat Filsafat Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah : 1. Sebagai dasar dalam bertindak. 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. 2.5 Objek Filsafat Objek filsafat dibagi menjadi dua yaitu : A. Objek material filsafat yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Tiga persoalan pokok : 5. 1) Hakikat Tuhan 2) Hakikat Alam 3) Hakikat Manusia B. Objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam- dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat. 6. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Filsafat Dari segi etimologi, istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Kedua suku kata tersebut membentuk kata Inggris (philosophy),Jerman, majemukphilosophia. Belanda dan Arab (falsafah), Perancis (philosophie). Dengan demikian, Dari bahasa berdasarkan asal usul philosophia (Latin) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Dengan kata lain, filsafat adalah mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana. Karena istilahphilosophia dalam bahasa Indonesia identik

dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf. Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya "Ahli pengetahuan", Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. Setiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan. Beberapa para ahli filsafat mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian filsafat yaitu : a. Plato (427 - 348 SM) seorang filsuf Yunani yang termasyur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli). b. Aristoteles (382 - 322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda). c. Marcus Tullius Cicero (106 - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya. d. Al-Farabi (meninggal 950 M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

7. e. Immanuel Kant (1724 - 1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan filsafat itu ialah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika) Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) Sampai di manakah harapan kita? (dijawab oleh agama) Apakah yang dinamakan manusia? ( dijawab oleh antropologi ) f. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. g. Drs. H. Hasbullah Bakry merumuskan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. h. Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam. i. Decrates (1596 - 1650), filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. j. Harun Nasution, filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma, atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalan. k. D.C. Mulder mengemukakan pendapatnya bahwa filsafat itu adalah suatu pemikiran teoritis tentang susunan kenyataan sebagai satu keseluruhan. l. Fung Yu Lan, bahwa filsafat adalah pikiran yang sangat sistematis dan refleksif. m. I.R Poedjawijatna, berpendapat filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Yang menjadi persamaan dari semua para ahli tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk menyelidiki segala sesuatu secara mendalam. Sedangkan perbedaannya adalah kalau menurut plato dan Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu. Sedangkan menurut yang lainnya bahwa filsafat itu adalah ilmu untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakikat Tuhan, hakikat alam semesta, hakikat manusia. Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu sendiri. 8. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya. 3.2 Cabang - Cabang Filsafat Ada beberapa cabang-cabang filsafat yaitu : a) Metafisika Dilihat dari asal katanya, metafisika berasal

dari bahasa Yunani yaitu meta dan physika yang artinya sesuatu yang ada di belakang atau di balik bendabenda fisik. Jadi metafisika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab adanya segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada. b) Epistemologi (Teori Pengetahuan) Ditinjau dari asal katanya, epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti teori. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan yang meliputi bentuk pengenalan dasar pengetahuan, hakekat, dan nilai-nilainya. c) Logika Ditinjau dari asal katanya, logika berasal dari bahsa Yunani yaitu logos yang berarti kata, nalar, teori, atau uraian. Sehingga logika dapat didefinisikan sebagai ilmu, kecakapan, atau alat untuk berfikir secara lurus. d) Etika (Filsafat Moral) Dilihat dari asal katanya, istilah etika berasal dari urat kataethos yang berarti watak, sehingga etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan hidupnya. Dalam etika ini membahas baikburuknya atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia itu, serta menyelidiki kewajiban-kewajiban manusia. e) Estetika (Filsafat Seni) Ditinjau dari asal katanya, estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetika yang berarti hal-hal yang dapat diserap dengan indra. Jadi estetika merupakan ranting filsafat yang membicarakan tentang seni atau keindahan, bukan hanya sebagai karya seni belaka, tetapi juga sebagai kegiatan seninya. 3.3 Aliran - Aliran Filsafat Ada tiga aliran-aliran filsafat dalam berbagai persoalan-persoalan yaitu : a. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu)

9. Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan. Kata ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. Ontologi meliputi hal-hal yang berkaitan dengan hakekat ilmu, hakekat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah yang tidak terlepas dari persepsi filsafat. b. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan (Epistemologi Ilmu) Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, dengan asal kata episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori, secara etimologi, epistemologi berarti teori pengetahuan. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. Menurut Lengeveld (1961) epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuannya pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasannya. c. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu) Aksiologi meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan. Nilai yang dimaksud adalah : a. Nilai jasmani : nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai nikmat, dan nilai guna. b. Nilai rohani : nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai estetika, nilai etika, dan nilai religi. Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, penulis akan menguraikan bebrapa definisi tentang aksiologi, diantaranya : 1. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. 2. Sedangkan arti aksiologi yang terdapat dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri:1999:234). 3. Menurut Bramel, aksiologi yang terdapat dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua,esthetic 10. expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosiopolitical life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik. Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimilki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang didalam filsafat mengacu pada

permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjaudari segi baik dan tidak baik dalam suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimilki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Nilai itu subjektif ataukah objektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

11. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 4.1.1 Filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya. 4.1.2 Beberapa cabang-cabang filsafat yaitu metafisika, epistemologi, logika, etika, dan estetika. 4.1.3 Aliran-aliran filsafat ada tiga yaitu sebagai berikut : a. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Keberadaan (Ontologi Ilmu) Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang ada menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu ada manusia, ada alam, dan ada kuasa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh, teratur, dan tertib dalam keharmonisan. b. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Pengetahuan (Epistemologi Ilmu) Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. c. Aliran-Aliran Filsafat dalam Persoalan Nilai-Nilai (Aksiologi Ilmu) Aksiologi meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. 4.2 Saran 4.2.1 Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan tentang pengertian filsafat. 4.2.2 Diharapkan masyarakat dapat mengetahui apa saja cabang-cabang filsafat dan aliran-aliran filsafat itu. 12. DAFTAR PUSTAKA Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999 Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2006. Suparlan Suhartono. Filsafat Ar Ruzz Media. Pendidikan 2007. Yogyakarta: Kelompok Penerbit
Follow us on LinkedIn Follow us on Twitter Find us on Facebook Find us on Google+
LEARN ABOUT US About Careers Our Blog Press Contact Us Help & Support USING SLIDESHARE

SlideShare 101 Terms of Use Privacy Policy Copyright & DMCA Community Guidelines SlideShare on Mobile PRO & MORE Go PRO PRO Features DEVELOPERS & API Developers Section Developers Group Engineering Blog Blog Widgets LinkedIn Corporation 2014 RSS Feed

ENGLISH

Anda mungkin juga menyukai