Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEORI-TEORI TENTANG PERAN PENDIDIKAN

Oleh

LENA FITRI YATIM

NIM : 2001203005

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIIYAH (PGMI)


FAKULTAS ILMU AGAMA
STAI SOLOK NAN INDAH
SOLOK
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam bahasa lain, mereformasi dirinya sendiri sesuai tuntutan demokratisasi dan
terutama perbaikan institusi-institusi pencetak aset-aset masa depan bangsa ini agar tidak seperti
pendahulunya.Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (Proses belajar-mangajar)
ialah sebuah kegiatan utuh terpadu(integral) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan
guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal
yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat
pengajaran.Sehubungan dengan proses ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri
khas) kepribadian ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.Hal lain yang perlu
dimiliki oleh para pendidik adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai batas
tertentu sering terlupakan oleh para guru.

Dalam upaya mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien maka perilaku yang
terlibat dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan secara baik.Pengajar hendaknya mampu
mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa melalui
interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mangajar yang kondusif.Pengetahuan
pengajar terhadap teori-teori dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk membantunya di
lapangan pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang beragam.Dengan pemaparan tadi, maka
dirasa perlu untuk sedikit membahas teori-teori pendidikan untuk menambah pengetahuan guru
sebagai bekal mengajar.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang tadi, maka kami menentukan rumusan :

1. Apa yang dimaksud dengan teori?


2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
3. Apa saja teori-teori pendidikan?

C. Tujuan Penilitian

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui yang dimaksud dengan teori


2. Mengetahui yang dimaksud dengan pendidikan
3. mengetahui teori-teori pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

. A. Pengertian Teori

Menurut Muhammad Surya, teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi


mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.

Karakteristik suatu teori ialah :

1. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai
dasar untuk penelitian
2. Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.

Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri merupakan
hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan. Kata-kata merupakan
simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia.
Sedangkan konsep merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan
antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada
suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu
dari kehidupan ini.

Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan
penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan
membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun
demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu
hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin,
untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki
karakternya masing-masing

. B. Pengertian Pendidikan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.

Menurut Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau
yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya)
dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan


fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa
kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.

Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dalam definisi yang panjang ini terdapat 2 kata kunci yang layak disorot yaitu kedewasaan dan
tanggung jawab. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan
manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun
makhluq social.

C. Teori-teori pendidikan

Teori-teori belajar dan mengajar yang muara akhirnya adalah perkembangan intelektual, pada
dasarnya dapat dilihat dari berbagai teori yang terdapat dalam empat aliran pendidikan, yakni aliran
Empirisme, aliran Nativisme, aliran Naturalisme , dan aliran Konvergensi.

1. Aliran Empirisme

Kata empirisme berasal dari bahasa latin empericus yang memiliki arti pengalaman (Idris, 1987:
30). Kemudian, John Lock seorang filsuf dari Inggris (Purwanto, 2000: 16) berpandangan
bahwa empirisme, adalah aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan
manusia itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui indra. Selain itu, dalam bukunya yang
berjudul Essay Concerning Human Understanding, ia mengatakan bahwa tak ada sesuatu dalam jiwa,
yang sebelumnya tak ada dalam indera. Dengan kata lain: Tak ada sesuatu dalam jiwa, tanpa melalui
indra (Soejono, 1987: 19). Pendapat ini sebetulnya telah jauh dikemukakan oleh Plato (Husaini et.
al., 2013: 4) yang menyatakan bahwa ada dua cara untuk mengajarkan atau mengenalkan pengetahuan.
Pertama adalah pengenalan indrawi (empiris) dan yang kedua adalah pengenalan melalui akal (rasional).

Selain pendapatnya di atas, John Lock (Purwanto, 2000: 16) sebagai tokoh utama dari aliran ini,
mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong dan
yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah teori tabulara (a sheet of white paper avoid of all
characters). Menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan
apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan
keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya.
Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan
manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan, sedangkan
pembawaan anak yang dibawa semenjak lahir tidak dianggap penting. Selain itu, Aliran ini juga
berpandangan bahwa perkembangan seseorang tergantung seratus persen kepada pengaruh lingkungan
atau kepada pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya. (Idris, 1987: 30).

Jadi, aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan bersumber utama dari pengalaman yang masuk
melalui indera dan pengaruh eksternal dalam kehidupan, baik dalam keluarga, sekolah, maupun
lingkungan masyarakat, sedangkan pembawaan lahir tidaklah dianggap penting sebagai faktor penentu
pengetahuan. Segala sesuatu yang tidak masuk atau dirasakan melalui indera, boleh jadi mereka katakan
tidak benar-benar ada. Oleh karena itu, aliran ini juga sering dikatakan menolak keberadaan Tuhan dan
benda-benda yang bersifat metafisika. Aliran ini juga melahirkan sekularisasi dalam pendidikan.

Dalam kehidupan kehidupan sehari-hari, banyak sekali contoh yang berkaitan dengan empirisme.
Salah satu contoh nya seperti bagaimana kita mengetahui bahwa api itu panas? Seorang empirisme akan
berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api
tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut ‘panas’. Bagaimana kita tahu bentuk rupa jerapah?
Tentu kita akan baru benar-benar tahu setelah melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Atau
bagaimana kita mengetahui bahwa bunga melati itu wangi? Kita akan tahu pasti setelah mencium baunya.
Pengetahuan-pengetahuan melalui indera tersebut akan disimpan dalam memori otak kita, dan dapat
dikeluarkan pada saat dibutuhkan. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi, kita akan
memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.

Contoh lain dalam kehidupan pribadi, misalnya kita melakukan sesuatu dengan tujuan tertentu
dan ternyata apa yang kita lakukan tadi mengalami kegagalan atau tidak berhasil. Hal ini akan menjadi
pelajaran bagi kita, agar saat kita akan mencoba melakukan hal itu kembali, kita tidak akan gagal karena
sebelumnya kita sudah mengalami nya dan kita tidak akan jatuh dalam kesalahan yang sama. Pengalaman
menjadi bermanfaat saat pengalaman itu berisi pembelajaran bagi seseorang. Contoh sederhananya, ketika
kita belajar memasak, mungkin saat kita baru pertama kali mencoba masakan yang telah kita masak,
masakan nya terasa terlalu asin, atau bahkan tidak ada rasa sama sekali, nah dari situ kita bisa belajar
bagaimana menciptakan masakan yang enak sesuai dengan pengalaman yang telah didapat.

2. Nativisme

Kata nativisme berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti terlahir (Idris, 1987: 31). Dalam
wikipedia bahasa Indonesia (wikipedia.org), dijelaskan bahwa nativisme adalah aliran pendidikan yang
berpandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah
atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir. Dalam ilmu kebahasaan aliran nativis, Douglas Brow (Brow,
2008: 30) mengungkapkan bahwa istilah nativis diambil dari pernyataan dasar bahwa pemerolehan
bahasa sudah ditentukan dari sananya, bahwa kita lahir dengan kapasitas genetik yang memengaruhi
kemampuan kita memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah konstruksi sistem bahasa
yang tertanam dalam diri manusia. Teori nativis dalam penerimaan bahasa pertama yang diungkapkan
oleh Douglas Brow ini nampaknya tidak jauh berbeda dengan teori nativisme dalam pendidikan yang
dipelopori oleh filosof Jerman Arthur Schopenhauer (1788-1860). Arthur Schopenhauer (Blog Swandika
2011) beranggapan bahwa faktor pembawaan yang bersifat kodrati tidak dapat diubah oleh alam sekitar
ataupun pendidikan.
Dengan tegas Arthur Schaupenhaur (Blog Swandika 2011) menyatakan yang jahat akan menjadi
jahat dan yang baik akan menjadi baik. Pandangan ini sebagai lawan dari aliran empirisme atau
optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh
faktor pendidikan, ditentukan oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab
lingkungan itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Schaupenhaur (Idris, 1987:
31) juga berpendapat bahwa mendidik ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan
pembawaannya.

Jadi, menurut aliran ini, pengetahuan seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh pembawaan lahir
dan gen yang diturunkan oleh kedua orang tua. Pendidikan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan
bakat dan pembawaan anak didik itu sendiri. Teori ini percaya bahwa lingkungan pendidikan maupun
lingkungan sekitar yang telah direkayasa oleh orang dewasa tidak akan berpengaruh terhadap tumbuh
kembang pengetahuan manusia. Dengan kata lain aliran ini menekankan bahwa pemerolehan pengetahuan
manusia hanya berasal dari dalam (internal).

Pembawaan lahir itu ada yang baik ada pula yang buruk. Manusia tumbuh dan berkembang
membawa segala hal yang telah ia bawa sejak lahir. Dan apa yang mereka bawa tersebut, akan
berkembang sesuai arahnya masing-masing. Sedangkan pendidikan tidak akan mempengaruhi apa-apa.

3. Aliran Naturalisme

Naturalisme berasal dari bahasa Latin yaitu nature artinya alam, tabiat, dan pembawaan. Zahara
(1987: 31) mengatakan Aliran ini dinamakan juga negativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan
untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini
ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak
di rusak oleh pendidik. Dengan kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan.
Hampir senada dengan aliran Nativisme.

Menurut Ngalim Purwanto (2000:59) Pada hakikatnya semua anak (manusia) itu dilahirkan
adalah baik. Pemikiran tersebut juga sependapat dengan Undang Ahmad (2013:147) yang menjelaskan
dalam buku Filsafat Manusia bahwa sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah berpembawaan
baik. Bagaimana hasil perkembangannya yang kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang
diterimanya atau yang memengaruhinya. Jika pengaruh itu baik akan menjadi baiklah ia, akan tetapi jika
pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya. Jadi Aliran ini berpendapat bahwa pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam (manusia dan lingkungan). sehingga kebaikan anak-anak yang
diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas.

Aliran ini mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan
pembawaan, kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan- kecenderungannya. Tetapi seperti telah
diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini ternyata
tidak terbukti, sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.

4. Aliran Konvergensi

Konvergensi berasal dari bahasa Inggris dari kata convergenry, artinya pertemuan pada satu titik.
Zahara Idris (1987:33) mengatakan bahwa aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang
berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada
pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi
perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan.
Hendaknya pendidik dapat menciptakan lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam, agar
pembawaan dapat berkembang semaksimal mungkin.

KESIMPULAN

Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang terus berkembang.
Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau gerakan baru dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut
mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di Indonesia. Dari aliran-aliran
pendidikan di atas kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab
penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya pada saat itu, karena setiap
aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri. Aliran-aliran pendidikan baru yang berkembang
sebenarnya adalah pengembangan dari keempat aliran-aliran klasik yang ada yaitu, (1) aliran empirisme,
(2) aliran nativisme, (3) aliran naturalisme, dan (4) aliran konvergensi. Pada dasarnya aliran-aliran
pendidikan kritis mempunyai kesamaan ialah pemberdayaan individu. Inilah inti dari masyarakat
pedagogi. Sudah tentu aliran-aliran pedagogi di atas mempunyai keterbatasan.

DAFTAR PUSTAKA

Brow, H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar


Amerika Serikat.

Husaini, Adian at. al.. 2013. Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. Depok:         Gema Insani.

Idris, Zahara. 1987. Dasar-dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya Padang

Purwanto, M. Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT   Remaja Rosdakarya


Offset.
Soejono, Ag. 1987. Aliran Baru dalam Pendidikan Bagian ke-1. Bandung: C.V.    Ilmu.

Sukarjo, M., dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan Konsep dan         Aplikasinya. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.

Swandika, Agung. 2011. Aliran Nativisme. Diunduh pada 17 Oktober 2015 pukul             11:15.
Didapatkan dari http://agungswandika.blogspot.com/ 2011/aliran–      nativisme.html.

Wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai