Anda di halaman 1dari 2

Anda diminta mengumpulkan sampel dari sekelompok ayam broiler dan melakukan pengujian untuk mengetahui kemungkinan infeksi

virus AI pada kelompok ayam tersebut. Ada sekitar 750 ekor ayam dan sebagian besar dari ayam tersebut memperlihatkan sejala-gejala yang biasa menyertai AI. Anda lalu mengambil sampel swab tracheal dari seluruh ayam tersebut dan mengujinya dengan menggunakan dua metode tes yakni RRT-PCR dan isolasi virus yang merupakan gold standard untuk mendeteksi AI Hasil pengujian yang Anda peroleh adalah sebagai berikut: - Hasil isolasi virus menunjukkan 634 sampel positifAI - Hasil RRT-PCR menunjukkan 648 sampel positif AI - Dari seluruh sampel yang positif melalui RRT-PCR, 626 sampel juga dnyatakan positif melalui isolasi virus a. Sajikan data-data tersebut di atas dalam table 2x2 b. Jika dibandingkan dengan gold standard tes AI, apakah test RRT-PCR akurat? c. Hitung sensitivitas dan spesifisitas test RRT-PCR dan diberikan interpretasi Anda d. Hitung true prevalence dan estimated prevalence AI pada kelompok ayam tersebut dan diberikan interpretasi Anda e. Hitung nilai prediktif dari positif uji dan interpretasikan maknanya. Mengapa ukuran ini merupakan salah satu hal penting dari screening test? f. Hitung nilai prediktif dari negatif uji dan interpretasikan maknanya g. Jika pertimbangan utama Anda adalah ingin mengidentifikasi sebanyak mungkin ayam yang terinfeksi AI, apakah RRT-PCR merupakan alat Screening yang baik? mengapa? Jawab a. Penyakit (D) + 626 22 8 94 634 116

Hasil Uji + Total b.

648 102 750

Tingkat akurasi RRT-PCR cukup tinggi yaitu 96%, artinya kemampuan uji RRT-PCR untuk mengidentifikasi secara tepat ayam yang terinfeksi AI cukup tinggi. Namun jika dibandingkan dengan gold standard dengan tingkat akurasi 100% maka RRT-PCR kurang akurat.

c.

Pengujian RRT-PCR memiliki sensitivitas sangat tinggi, artinya proporsi ayam broiler yang benar-benar terinfeksi AIcukup tinggi sehingga proporsi ayam broiler yang positif palsu (diragukan terinfeksi AI) rendah. Selain itu, pengujian RRT-PCR juga memiliki spesifisitas yang tinggi, artinya proporsi ayam broiler yang tidak terinfeksi AI cukup tinggi sehingga proporsi ayam broiler negatif palsu (diragukan tidak terinfeksi) rendah. Jadi, ketepatan dalam pengujian RRT-PCR dalam mengidentifikasi ayam boiler yang benar-benar terinfeksi dan yang tidak terinfeksi cukup tinggi. d.

Nilai true prevalence dengan estimated prevalence tidak berbeda jauh, artinya prevalensi yang didasarkan pada jumlah ayam sakit yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan prevalensi yang diperoleh dari hasil uji positif dengan menggunakan RRT-PCR. Hal ini menunjukkan bahwa RRT-PCR dapat digunakan sebagai salah satu alat yang tepat untuk menguji kejadian penyakit AI. e.

Nilai prediktif positif uji cukup besar. Nilai prediktif positif uji ini penting karena merupakan nilai yang menunjukkan hasil pengujian yang benar-benar menunjukkan hasil uji positif dan hewan positif sakit. f.

Nilai prediktif negatif uji cukup besar. Nilai prediktif negatif uji ini penting karena merupakan nilai yang menunjukkan hasil pengujian yang menunjukkan hasil uji negatif dan ayam broiler yang tidak terinfeksi AI. RRT-PCR merupakan alat screening yang baik dalam mengidentifikasi ayam yang terinfeksi AI yangdapat dilihat dari nilai sensivitas dan spesifitas yang cuup tinggi. Akan tetapi, jika ditinjau dari nilai akurasi, nilai akurasi yang didapat 96% kurang dari nilai gold standard yang bernilai 100% sehingga uji RRT-PCR kurang akurat.

Anda mungkin juga menyukai