Anda di halaman 1dari 9

Tabel Rumus

Penyakit

Hasil
Uji + -
a b a+b
+
(Total Positif Uji)
c d c+d
-
(Total Negatif Uji)
a+b b+d N

(True Prevalence) (Populasi)

1.a. Ciomas I

Penyakit

Hasil
Uji + -
600 900 1500
+
400 8100 8500
-
1000 9000 10000
Ciomas II

Penyakit

Hasil
Uji + -
300 950 1250
+
200 8550 8750
-
500 9500 10000

1.b.Estimated Prevalence Ciomas I = (a+b)/N atau Total PositifUji/Populasi

= (600+900)/10000

= 15%

Estimated Prevalence Ciomas II =(300+950)/10000

=12.5%

1.c. Estimated Prevalence pada lebih besar dibandingkan True Prevalence karena False Positive yang
masuk kedalam hitungan dari Estimated Prevalence. Pada kedua perhitungan, nilai False Positive lebih
besar dari pada False Negative sehingga nilai total positif uji (a+b) jika dibagi dengan total populasi (N)
akan selalu lebih besar dibandingkan dengan total hewan yang mengidap penyakit (a+c). Alhasil,
Estimated Prevalence lebih besar dibandingkan True Prevalence.

1.d. Predictive Value PositifUji =(a/a+b)x100%

Ciomas I =(600/1500)x100%

=40%

Ciomas II =(300/1250)x100%

=24%
Predictive Value Positif Uji adalah merupakan sebuah pengukuran untuk mengetahui probabilitas
seorang pasien benar-benar mengidap suatu penyakit. Semakin tinggi Predictive Value Positif Uji,
semakin tinggi kemungkinan pasien yang mendapatkan hasil positif tersebut benar-benar mengidap
penyakit. Didapatkan bahwa Predictive Value Positif Uji Ciomas I danCiomas II masing-masing adalah
40% dan 24%. Dapat disimpulkan bahwa kemungkinan pasien yang mendapatkan hasil uji positif dan
benar-benar mengidap penyakit semakin tinggi pada Ciomas I dibandingkan Ciomas II.

Semakin tinggi true prevanlensj np tinggi berbanding lurus

Penyakit X

Hasil
Uji + -
a: 76 b: 8 A+b: 84
+
c:36 d:326 c+d: 364
-
a+b b+d N
336
112 448

2. Populasi sapi: 448

Sapi sakit X: 112,

Uji (+):76

Uji (-):328

berdasarkan uji Y (Se: 100%; Sp: 100%)


Penyakit

Hasil
Uji + -
76 8 84
+
36 328 364
-
112 336 448

a.

b.


c. Nilai Predileksi positif

d. Estimated Prevalence

3. Prev uji bakteriologis= 5%


Uji serologis untuk penyakit X: Se: 95%, Sp: 80%
Setiap hewan positif penyakit X: rugi 1 juta rupiah
Uji Bakteriologis

Uji Serologis + -

+ 47.500 190.000 237.500

- 2500 760.000 762.500

50.000 950.000 1.000.000

Kerugian= total hasil positif uji serologis x 1.000.000= (a+c) x 1.000.000=Rp 237.500.000.000

Kerugian ekstra 190.000 x 1.000.000

Spesifisitas di tinggi kan

Soal Nomber 4
Anda diminta mengumpulkan sampel dari sekelompok ayam broiler dan melakukan
pengujian untuk mengetahui kemungkinan infeksi virus AI pada kelompok ayam tersebut. Ada
sekitar 750 ekor ayam dan sebagian besar dari ayam tersebut memperlihatkan sejala-gejala yang
biasa menyertai AI. Anda lalu mengambil sampel swab tracheal dari seluruh ayam tersebut dan
mengujinya dengan menggunakan dua metode tes yakni RRT-PCR dan isolasi virus yang
merupakan gold standard untuk mendeteksi AI

Hasil pengujian yang Anda peroleh adalah sebagai berikut:


- Hasil isolasi virus menunjukkan 634 sampel positifAI
- Hasil RRT-PCR menunjukkan 648 sampel positif AI
- Dari seluruh sampel yang positif melalui RRT-PCR, 626 sampel juga dinyatakan
positif melalui isolasi virus

a. Sajikan data-data tersebut di atas dalam table 2x2


b. Jika dibandingkan dengan gold standard tes AI,apakah test RRT-PCR akurat?
c. Hitung sensitivitas dan spesifisitas test RRT-PCR dan diberikan interpretasi Anda
d. Hitung true prevalence dan estimated prevalence AI pada kelompok ayam tersebut
dan diberikan interpretasi Anda
e. Hitung nilai prediktif dari positif uji dan interpretasikan maknanya.Mengapa ukuran
ini merupakan salah satu hal penting dari screening test?
f. Hitung nilai prediktif dari negatif uji dan interpretasikan maknanya
g. Jika pertimbangan utama Anda adalah ingin mengidentifikasi sebanyak mungkin ayam
yang terinfeksi AI,apakah RRT-PCR merupakan alat “Screening” yang baik?
mengapa?

Jawaban :

a. Tabel 2x2 penyakit AI


Isolasi Virus
RRT-PCR + - Total
Test + 626 22 648
- 8 94 102
Total 634 116 750

b. Akurasi test RRT-PCR


𝑎+𝑑
c. 𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑛
626 + 94
𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = = 0.96 = 96%
750
Tingkat akurasi RRT-PCR cukup tinggi yaitu 96%, artinya kemampuan uji RRT-PCR
untuk mengidentifikasi secara tepat ayam yang terinfeksi AI cukup tinggi. Namun jika
dibandingkan dengan gold standard test (tingkat akurasi 100%), maka RRT-PCR kurang
akurat.

d. Sensitivitas dan Spesifisitas

626 94
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = = 0.99 = 99% 𝑆𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = = 0.81 = 81%
634 116

Sensitivitas pengujian RRT-PCR sangat tinggi, artinya proporsi ayam broiler yang benar-
benar terinfeksi AIcukup tinggi sehingga proporsi ayam broiler yang positif palsu
(diragukan terinfeksi AI) rendah. Selain itu, spesifisitas pengujian RRT-PCR juga memiliki
nilai yang tinggi, artinya proporsi ayam broiler yang tidak terinfeksi AI cukup tinggi
sehingga proporsi ayam broiler negatif palsu (diragukan tidak terinfeksi) rendah. Jadi,
ketepatan dalam pengujian RRT-PCR dalam mengidentifikasi ayam boiler yang benar-
benar terinfeksi dan yang tidak terinfeksi cukup tinggi, namun peluang untuk mendapatkan
hasil positif palsu juga tinggi.

d.
634 648
𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑐𝑒 = = 0.84 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑐𝑒 = = 0.86
750 750
= 84% = 86%

Nilai true prevalence dengan estimated prevalence tidak berbeda jauh, artinya prevalensi
yang didasarkan pada jumlah ayam sakit yang sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
prevalensi yang diperoleh dari hasil uji positif dengan menggunakan RRT-PCR. Sehingga
hal ini menunjukkan bahwa RRT-PCR dapat digunakan sebagai salah satu alat yang tepat
untuk menguji kejadian penyakit AI.
e.

Uji RRT-PCR memiliki kemampuan mendeteksi hewan positif AI sebesar 96.60%.


Hal ini menunjukkan bahwa RRT-PCR memiliki kemampuan yang baik dalam mendeteksi hasil positif
hewan yang terkena AI.

f.

Uji RRT-PCR memiliki kemampuan mendeteksi hewan negatif AI sebesar 92.16%

g. Jika pertimbangan anda adalah ingin mengidentifikasi sebanyak mungkin ayam yang terkena AI,
apakah RRT-PCR merupakan uji screening yang baik? Mengapa?

Ya, karena RRT-PCR memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga akan lebih banyak hasil positif
dalam pengujian AI.

Anda mungkin juga menyukai