Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS INDONESIA

INDIVIDUAL ASSIGNMENT LATIHAN SKRINING HIV/AIDS


MATA KULIAH PENGANTAR EPIDEMIOLOGI AIDS

Disusun Oleh:

DWI AGUSTINA-1806268995

PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA


PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI KESEHATAN MASYARAKAT
DEPOK
MARET 2020
LATIHAN SKRINING HIV/AIDS

1. Sebuah program skrining HIV direncanakan akan dilakukan pada 1 juta populasi umum di Kota
Jakarta dgn prevalensi HIV sebesar 0,05%. Skrining menggunakan ELISA dengan tingkat
sensitifitas sebesar 99% dan spesifisitas 90%. Apakah menurut anda program ini cukup baik
untuk dilaksanakan? Apa rekomendasi anda?
Jawab:
Jumlah orang dengan antibodi (+) = prevalensi HIV x jumlah populasi
= 0,0005 x 1.000.000
= 500
Jumlah orang dengan antibodi (-) = jumlah populasi – jumlah orang dengan antibodi (+)
= 1.000.000 – 500
= 999.500
∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)
= sensitifitas x antibodi (+)
= 99% x 500 = 495
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 500 – 495 = 5
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 90% x 999.500 = 899.550
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 999.500 - 899.550 = 99.950
Tabel Skrining HIV pada Populasi Umum di Kota Jakarta

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx)= 495 / 100.445
ELISA=(+)0,0049 495  0,49% 99.950 100.445
ELISA (-) 5 899.550 899.555
NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
Total 500 999.500 1.000.000
= 899.550/ 899.555
= 0,99  99%
Kesimpulan :

a. Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan hasil NPP (nilai prediksi positif) sebesar 0,49%.
Artinya bahwa hanya 0,49% yang benar-benar menderita HIV meskipun sensitifitas dan
spesifitasnya tinggi. Hal tersebut didapatkan karena program skrining HIV dilakukan pada
populasi umum dengan tingkat prevalensi yang masih sangat rendah, oleh sebab itu NPP
juga akan rendah sehingga program skrining tidak cost-efficient.
b. Hasil NPN (nilai prediksi negatif) yaitu sebesar 99%, yang artinya uji ELISA mampu
memprediksi dengan baik individu yang benar-benar sehat dari seluruh sampel yang
diperiksa negatif dengan tes.

Rekomendasi :

a. Sebaiknya skrining tidak dilakukan pada populasi umum di Kota Jakarta, melainkan
populasi berisiko tinggi seperti PSK, pengguna narkoba suntik, homoseksual, dll, sehingga
program skrining yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

2. Sebuah program skrining darah HIV direncanakan akan dilakukan pada 100 ribu sampel darah di
PMI Jakarta dgn prevalensi HIV sebesar 0,05 %. Skrining menggunakan ELISA dengan tingkat
sensitifitas sebesar 99% dan spesifisitas 90%. Apakah menurut anda program ini cukup baik
untuk dilaksanakan? Apa rekomendasi anda?
Jawab:
Jumlah orang dengan antibodi (+) = prevalensi HIV x jumlah populasi
= 0,0005 x 100.000
= 50
Jumlah orang dengan antibodi (-) = jumlah populasi – jumlah orang dengan antibodi (+)
= 100.000 – 50
= 99.950
∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)
= sensitifitas x antibodi (+)
= 99% x 50 = 49,5
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 50 – 49,5 = 0,5
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 90% x 99.950 = 89.955
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 99.950 - 89.955 = 9.995
Tabel Skrining HIV pada Sampel darah di PMI NPP = ∑TP / ∑ELISA (+)
= 49,5 / 10.044,5
Status penyakit
HIV (Dx) = = 0,0049  0,49%
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
(Tx)
ELISA (+) 49,5 9.995 10.044,5 = 89.955/ 89.955,5
ELISA (-) 0,5 89.955 89.955,5 = 0,99  99%
Total 50 99.950 100.000

Kesimpulan :

a. Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan hasil NPP (nilai prediksi positif) sebesar 0,49%.
Artinya bahwa hanya 0,49% yang benar-benar menderita HIV meskipun sensitifitas dan
spesifitasnya tinggi. Meskipun skrining uji ELISA dilakukan pada sampel darah PMI Jakarta
tingkat prevalensinya masih sangat rendah, sehingga NPP juga akan rendah oleh karena itu
program skrining ELISA tidak cost-efficient.
b. Hasil NPN (nilai prediksi negatif) yaitu sebesar 99%, yang artinya uji ELISA mampu
memprediksi dengan baik individu yang benar-benar sehat dari seluruh sampel yang
diperiksa negatif dengan tes.

Rekomendasi :

a. Sebaiknya untuk memisahkan sampel darah yang bebas dari HIV, PMI melakukan satu
upaya pencegahan yakni melengkapi perangkat aktivitas transfusi darah dengan alat uji
saring yang bernama Nucleic Acid Test (NAT) untuk darah yang sudah didonorkan.
Teknologi uji saring ini mampu mendeteksi keberadaan DNA/RNA virus dengan window
period yang lebih pendek sebagai upaya untuk meningkatkan keamanan darah secara
signifikan. Sekarang ini beberapa PMI sudah menggunakan alat tersebut, tetapi masih
terkendala dalam memperbanyak alat uji saring ini dikarenakan harga alat yang mahal.

3. Sebuah program skrining HIV direncanakan akan dilakukan pada 10 ribu populasi penasun
(pengguna jarum suntik) di wilayah JABODETABEK dg prevalensi HIV sebesar 65 %. Skrining
menggunakan ELISA dengan tingkat sensitifitas sebesar 99% dan spesifisitas 90%. Apakah
menurut anda program ini cukup baik untuk dilaksanakan? Apa rekomendasi anda?
Jawab:
Jumlah orang dengan antibodi (+) = prevalensi HIV x jumlah populasi
= 0,65 x 10.000
= 6.500
Jumlah orang dengan antibodi (-) = jumlah populasi – jumlah orang dengan antibodi (+)
= 10.000 – 6.500
= 3.500
∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)
= sensitifitas x antibodi (+)
= 99% x 6.500 = 6.435
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 6.500 – 6.435 = 65
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 90% x 3.500 = 3.150
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 3.500 - 3.150 = 350
Tabel Skrining HIV pada Populasi Penasun di JABODETABEK

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx)= 6.435 / 6.785
ELISA=(+)0,95 6.435  95% 350 6.785
ELISA (-) 65 3.150 3.215
NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
Total 6.500 3.500 10.000
= 3.150 / 3.215
= 0,98  98%

Kesimpulan :

a. Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan hasil NPP (nilai prediksi positif) sebesar 95%.
Artinya bahwa 95% Penasun di Jabodetabek benar-benar menderita HIV. Hal tersebut
didapatkan karena program skrining HIV dilakukan pada populasi berisiko tinggi dengan
tingkat prevalensi yang tinggi pula, oleh sebab itu NPP juga akan tinggi sehingga program
skrining cost-efficient.
b. Hasil NPN (nilai prediksi negatif) yaitu sebesar 98%, yang artinya uji ELISA mampu
memprediksi dengan baik individu yang benar-benar sehat dari seluruh sampel yang
diperiksa negatif dengan tes.

Rekomendasi :

a. Program skrining HIV dengan uji ELISA sangat tepat dilakukan pada populasi pengguna
jarum suntik di Jabodetabek, dikarenakan populasinya tepat sasaran yaitu pada kelompok
berisiko tinggi dan tingkat prevalensi kejadian HIV yang tinggi.

4. Apabila program skrining pada populasi umum dilakukan di populasi X di benua Afrika,
sebanyak 1.000.000 orang dengan prevalensi HIVnya sebesar 15% dan tetap dengan
menggunakan reagen ELISA dengan sensitifitas 99% dan spesifisitas 90%, apa komentar anda
atas hasil skrining ini? Apa rekomendasi anda?
Jawab:
Jumlah orang dengan antibodi (+) = prevalensi HIV x jumlah populasi
= 0,15 x 1.000.000
= 150.000
Jumlah orang dengan antibodi (-) = jumlah populasi – jumlah orang dengan antibodi (+)
= 1.000.000 - 150.000
= 850.000
∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)
= sensitifitas x antibodi (+)
= 99% x 150.000 = 148.500
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 150.000 – 148.500 = 1.500
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 90% x 850.000 = 765.000
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 850.000 - 765.000 = 85.000
Tabel Skrining HIV pada Populasi X di Benua Afrika

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx)= 148.500/ 233.500
ELISA=(+)0,64 148.500 64% 85.000 233.500
ELISA (-) 1.500 765.000 766.500
NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
Total 150.000 850.000 1.000.000
= 765.000/ 766.500
= 0,99  99%
Kesimpulan :

a. Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan hasil NPP (nilai prediksi positif) sebesar 64%.
Artinya bahwa 64% populasi X di Benua Afrika benar-benar menderita HIV. Demikian
pula, hasil NPN (nilai prediksi negatif) yaitu sebesar 99%, yang artinya uji ELISA mampu
memprediksi dengan baik individu yang benar-benar sehat dari seluruh sampel yang
diperiksa negatif dengan tes.
b. Meskipun jumlah populasi yang diperiksa diketahui, tetapi kategori populasi dalam skrining
tersebut tidak dinyatakan apakah populasi termasuk populasi yang berisiko tinggi atau
populasi umum.

Rekomendasi :
a. Program skrining HIV dengan uji ELISA sudah baik dilakukan pada populasi tersebut,
dikarenakan prevalensi kejadian yang terbilang sedikit tinggi. Tetapi sebaiknya populasi
mana yang akan dilakukan skrining harus dinyatakan juga.

5. Apabila program skrining pada penasun (pada soal nomor 3 diatas) dilakukan dengan
menggunakan reagen Western Blot dengan sensitifitas 90% dan spesifisitas 99%, apa komentar
anda atas hasil skrining ini? Apa rekomendasi anda?
Jawab:

Jumlah orang dengan antibodi (+) = prevalensi HIV x jumlah populasi


= 0,65 x 10.000
= 6.500
Jumlah orang dengan antibodi (-) = jumlah populasi – jumlah orang dengan antibodi (+)
= 10.000 – 6.500
= 3.500
∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)
= sensitifitas x antibodi (+)
= 90% x 6.500 = 5.850
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 6.500 – 5.850 = 650
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 99% x 3.500 = 3.465
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 3.500 - 3.465 = 35
Tabel Skrining HIV pada Populasi

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(T )= 5.850 / 5.885
x
WB (+)
= 0,95 5.850  95%35 5.885
WB (-) 650 3.465 4.115

Total 6.500 3.500 10.000


NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
= 3.465 / 4.115
= 0,84  84%
Kesimpulan :

a. Berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan hasil NPP (nilai prediksi positif) sebesar 95%.
Artinya bahwa 95% Penasun di Jabodetabek benar-benar menderita HIV. Hal tersebut
didapatkan karena program skrining HIV dilakukan pada populasi berisiko tinggi dengan
tingkat prevalensi yang tinggi pula, oleh sebab itu NPP juga akan tinggi sehingga program
skrining cost-efficient.
b. Hasil NPN (nilai prediksi negatif) yaitu sebesar 84%, yang artinya uji Western Blot mampu
memprediksi cukup baik individu yang benar-benar sehat dari seluruh sampel yang
diperiksa negatif dengan tes.

Rekomendasi :

a. Western Blot memiliki NPP yang tinggi yaitu 99%, maka test ini lebih cocok digunakan
untuk test konfirmatif setelah skrining uji ELISA. Meskipun NPP tinggi pada populasi
berisiko tinggi ataupun rendah, tetapi Western Blot tetap tidak dianjurkan dilakukan untuk
pemeriksaan awal karena proses yang cukup lama dan biaya tinggi.
b. Sebaiknya untuk penapisan (skrining) tahap pertama menggunakan uji ELISA (Enzym-
Linked ImmunoSorbent Assay) yang dapat mendeteksi HIV-1 dan HIV-2.

6. Apabila seluruh hasil yang positif pada program skrining pada penasun pada soal nomor 3 diatas,
diperiksa ulang dengan menggunakan reagen ELISA dengan sensitifitas 99% dan spesifisitas
90%, apa komentar anda atas hasil skrining ini? Apakah menurut anda program skrining
bertingkat ini cukup baik untuk dilaksanakan? Apa rekomendasi anda?
Jawab:
Tabel Skrining ELISA I

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx)= 6.435 / 6.785
ELISA=(+)0,95 6.435  95% 350 6.785
ELISA (-) 65 3.150 3.215

Total 6.500 3.500 10.000


NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
= 3.150 / 3.215
= 0,98  98%
Dilakukan uji ELISA II (skrining bertingkat) dengan sensitifitas dan spesifisitas yang sama,
populasi adalah semua hasil ELISA positif :

∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)


= sensitifitas x antibodi (+)
= 99% x 6.435 = 6.370,65
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 6.435 – 6.370,65 = 64,35
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 90% x 350 = 315
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 350 – 315 = 35
Tabel Skrining ELISA II

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx)= 6.370,65/ 6.405,65
ELISA=(+)0,994 6.370,65 99,4%
35 6.405,65

ELISA=(-)∑TN / 64,35
NPN 315
∑ELISA (-) 379,35

Total
= 315 / 6.435
379,35 350 6.785

= 0,83  83%
Kesimpulan :

a. Skrining ulang (bertingkat) dengan uji ELISA sangat baik dilakukan untuk meminimalkan
false positive, dikarenakan uji ELISA memiliki nilai false positive yang tinggi sehingga
untuk menurunkannya atau meningkatkan spesifisitas ELISA perlu diulangi. Selain itu NPP
pada uji ELISA II meningkat dari 95% menjadi 99,4% yang artinya bahwa seluruh sampel
yang dinyatakan positif pada skrining ELISA I juga menunjukkan hasil yang sama (positif)
pada skrining ELISA II.

Rekomendasi :

a. Meskipun terdapat peningkatan NPP pada uji ELISA II, tetapi metode ELISA masih dapat
memberikan hasil false positive. Oleh karena itu, untuk konfirmasi diagnosis infeksi dari
mereka yang sudah dinyatakan positif atau indeterminate dengan tes ELISA, sebaiknya
perlu dilanjutkan dengan tes konfirmasi menggunakan Western Blot (WB) dikarenakan:
 WB umumnya dianggap reaktif terhadap HIV-1 jika dapat megidentifikasi setidaknya
2 dari 3 antibodi; anti-p24, anti-gp41, anti-gp120, anti-gp160 dan HIV-2 jika dapat
megidentifikasi setidaknya 2 dari 3 antibodi; anti-p26, anti-gp34, anti-gp120, antibodi
terhadap produk gen pol (p31, p68, p58, p55).
 WB memiliki sensitifitas umumnya minimal 96%, dan nilai prediksi positif pada
populasi berisiko tinggi dan rendah dapat > 99%.
b. Tetapi hasil dari uji ulang ini tidak cukup signifikan dikarenakan uji ELISA tunggal saja
sudah memberikan NPP yang baik. Perlu dipertimbangkan kembali apabila ingin melakukan
uji ulang (bertingkat) dengan ELISA II untuk aspek cost-effective.

7. Apabila seluruh hasil yang positif pada program skrining pada penasun pada soal nomor 3 diatas,
diperiksa ulang dengan menggunakan reagen Western Blot dengan sensitifitas 90% dan
spesifisitas 99%, apa komentar anda atas hasil skrining ini? Apakah menurut anda program
skrining bertingkat ini cukup baik untuk dilaksanakan? Apa rekomendasi anda?
Jawab:
Tabel Skrining ELISA

Status penyakit
NPP = ∑TP / ∑ELISA
HIV (Dx)(+)
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx)= 6.435 / 6.785
ELISA=(+)0,95 6.435  95% 350 6.785
ELISA (-) 65 3.150 3.215
NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
Total 6.500 3.500 10.000
= 3.150 / 3.215
= 0,98  98%
Dilakukan uji Western Blot (skrining bertingkat) dengan sensitifitas 90% dan spesifisitas 99%,
populasi adalah semua hasil ELISA positif :
∑TP (Jumlah individu skrining tes positif dan benar-benar sakit)
= sensitifitas x antibodi (+)
= 90% x 6.435 = 5.791,5
∑FN (Jumlah individu skrining tes negatif tapi sebenarnya sakit)
= antibodi (+) - ∑TP
= 6.435 – 5.791,5 = 643,5
∑TN (Jumlah individu skrining tes negatif dan benar-benar tidak sakit)
= spesifisitas x antibodi (-)
= 99% x 350 = 346,5
∑FP (Jumlah individu skrining tes tetapi sebenarnya tidak sakit)
= antibodi (-) - ∑TN
= 350 – 346,5 = 3,5
Tabel Skrining Western Blot

NPP = ∑TP / ∑ELISA (+)


Status penyakit
HIV (Dx) = 5.791,5 / 5.795
Hasil skrining test HIV (+) HIV (-) Total
(Tx) = 0,999  99,9%
WB (+) 5.791,5 3,5 5.795
NPN = ∑TN / ∑ELISA (-)
WB (-) 643,5 346,5 990
= 346,5 / 990
Total 6.435 350 6.785
= 0,35  35%

Kesimpulan :

a. Skrining ulang (bertingkat) dengan uji Western Blot sangat baik dilakukan untuk konfirmasi
diagnosis infeksi dari mereka yang sudah dinyatakan positif dengan tes ELISA. Selain itu,
NPP pada uji Western Blot meningkat dari 95% menjadi 99,9% yang artinya bahwa seluruh
sampel yang dinyatakan positif pada skrining ELISA juga menunjukkan hasil yang sama
(positif) pada uji Western Blot.
b. NPN (nilai prediksi negatif) pada uji Western Blot mengalami penurunan dari sebelumnya
98% menjadi 35 %, dikarenakan nilai sensitifitas yang menurun sehingga NPN juga ikut
menurun.

Rekomendasi :
a. Meskipun terdapat peningkatan NPP pada uji Western Blot, tetapi hasil dari uji ulang ini
tidak cukup signifikan dikarenakan uji ELISA tunggal saja sudah memberikan NPP yang
baik. Perlu dipertimbangkan kembali apabila ingin melakukan uji ulang (bertingkat) dengan
Western Blot untuk aspek cost-effective.

Anda mungkin juga menyukai