Anda di halaman 1dari 36

Penggunaan Pengujian

Diagnostik
dalam Epidemiologi

Heru Susetya
Bambang Sumiarto
Pengujian Diagnostik
• SETIAP PROSEDUR YANG DAPAT DIGUNAKAN
UNTUK MENDIAGNOSIS SEEKOR HEWAN
• CONTOH:
1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan rektal
3. Riwayat penyakit
4. Pengujian laboratorium
a. Serologi
b. Isolasi
c. Patologi
d. lain-lain
Serologi

• Penemuan golongan darah manusia sbg


titik awal perkembangan ilmu serologis.
• Berhubungan dengan serum darah untuk
diagnosis.
Pengujian Serologis
• Sebagai upaya menegakkan diagnosis
secara serologis
• Pengamatan secara in vitro terhadap
perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-
Ab).
• Keterbatasan isolasi agen infeksi
Pertimbangan Pengunaan Alat Uji
Akurasi
Presisi
Sensitivitas
Spesifisitas
• Akurasi
– Kemampuan suatu alat diagnostik/uji untuk
memberikan nilai yang seharusnya dari yang
diuji/diukur
• Presisi
– Kemampuan suatu alat diagnostik/uji untuk
memberikan nilai yang konsisten jika
dilakukan pengujian dengan sampel yang
sama
• Sensitivitas

• Analitik : Kemampuan alat uji untuk mendeteksi


pada konsentrasi yang sangat rendah/kecil

• Kemampuan alat uji untuk mendeteksi hewan


yang terinfeksi
Spesifisitas
• Analitik :mendeteksi suatu substansi tanpa
tpengaruh interferensi substansi lain

• Kemampuan alat uji untuk memberikan


reaksi negatif pada hewan yang tidak
terinfeksi
• Jika anda mempunyai uji misal RBT, dan
belum pernah ada informasi tentang
sensitivitas dan spesifisitas sebelumnya.
Bagaimana caranya anda akan
menghitung sensitivitas dan spesifisitas
pengujian RBT tersebut ?
Sensitivitas

• Proporsi hewan sakit yang bereaksi positif


• 100 ekor sapi terinfeksi brucela
95 ekor + pada RBT
5 ekor – pada RBT
Sensitivitas RBT = 95/100 = 95 %
• 5 ekor negatif: negatif palsu
• Sensitivitas
• (Proporsi hewan terinfeksi yang
memberikan reaksi positif pengujian)
• a/(a+c) x 100 %
• Spesifisitas
• Proporsi hewan tak terinfeksi yang
memberikan reaksi negatif
• d/(b+d) x 100 %
Spesifisitas
• Proporsi hewan tidak sakit yang bereaksi
negatif
• 100 ekor sapi tidak terinfeksi brucela
98 ekor - pada CFT
2 ekor + pada CFT
spesifisitas CFT = 98/100 = 98 %
• 2 ekor positif: positif palsu
 Negatif palsu
1. Toleransi (individual)
2. Malfungsi sistem imun
3. Tahap penyakit terlalu dini
4. Variasi imunologis antar individu

 Positif palsu
1. Vaksinasi
2. Reaksi silang
3. Antibodi perolehan
- Kolustrum
- Plasenta
Frekuensi relatif
50%
Tidak terinfeksi
Titer pemilah
(cut off) Infeksi
- +
25%

Negatif palsu
0%
Positif palsu
titer
• Jika anda terpaksa untuk menggunakan
pengujian yang beresiko positif palsu atau
negatif palsu manakah yang sebaiknya
anda pilih atau anda hindari ?
Tabel 2 x 2
Status Infeksi + Infeksi – Jumlah
(D+) (D-)
Test + a b a+b
(T+)
Test – c d c+d
(T-)
Jumlah a+c b+d n
• Prevalensi yang sesungguhnya (true prev.)
• ( a + c)/n
• Hewan yang terinfeksi / populasi

• Prevalensi hasil uji (prev. Tampak/ Apparent prev.)


• (a+b)/n
• Jumlah hewan yang diuji positif/populasi
Prevalensi yang sebenarnya = true
prevalence = (a+c)/n
Prevalensi yang didapatkan = apparent
prevalence = (a+b)/n

• HP tes positif = a/(a+b)


• Probobilitas hewan yg diuji + benar2 terinfeksi

• HP tes negatif = d/(c+d)


• Probabilitas hewan yang diuji negatif benar2 tidak sakit
Soal Sensitivitas dan Spesifisitas
• Jika metode RBT sensitivitas 95 % dan
spesifisitasnya 95%
• Pada peternakan sapi perah yang
prevalensinya sebenarnya 10 %
berapakah sampel yang akan positif
dengan pengujian ini jika dilakukan
pengujian secara random terhadap 1000
ekor sapi ?
• Jika test and slaughter diterapkan, berapa
sapi yang sebetulnya tidak terinfeksi
harus dibunuh ?
• Apa saran anda ?

• Jika yang + RBT dilanjutkan CFT, yang


sensitivitasnya 95 % dan spesifisitasnya
98 %, dan hanya yang CFT + yang diafkir
apa kesimpulan anda?
• Contoh:Se = 95 %, Sp = 95 %
1000 ekor hewan, True p = 5 %

Penyakit
+ -
HP tes positif = 48/(48+47)
+ 48 47 95 = 50 %
Pengujian HP tes negatif = 903(903+2
- 2 903 905
= 99 %
50 950 1000

Se & Sp= 95 %, 1000 ekor, True p 2 %

Penyakit
+ - HP tes positif = 19/(19+49)
= 28 %
+ 19 49 68
HP tes negatif = 931/(931+1
Pengujian 1 931 932 = 99,90 %
- 20 980 1000
Hubungan Sensitivitas dan
Spesifisitas
Frekuensi relatif
50%
Tidak Sakit

Titer pemilah Sakit


- +
25%

Negatif palsu Positif palsu


0%

titer
Kepentingan Harga Prediktif
• HP+ turun bila prevalensi turun
• Prevalensi HP+
1% 16,1 %
5% 50,0 %
10 % 67,9 %
20 % 82,6 %
50 % 95,5 %
Jadi, bila pengendalian menggunakan test and
slaughter?
PENGGUNAAN DUA UJI DIAGNOSIS
1. SEMUA SAMPEL DIUJI DENGAN KEDUA UJI
DIAGNOSIS
INTERPRETASI: A. PARALEL
B. SERI
2. A. SEMUA SAMPEL DIUJI DENGAN UJI
DIAGNOSIS PERTAMA.
B. SAMPEL YANG MEMBERIKAN
REAKSI + DIUJI DENGAN UJI DIAGNOSIS
KEDUA (INTERPRETASI: SERI)
Interpretasi
• Paralel : cukup positif salah satu pengujian
sudah dianggap positif
– Sensitivitas meningkat, spesifisitas turun
• Seri : untuk bisa dianggap positif harus
menunjukkan hasil kedua macam uji
positif
– Spesifisitas meningkat, sensitivitas turun
• Uji I : Se = 50 %; Sp = 98,7 %
• Uji II : Se = 60 %; Sp = 98,6 %

1. Semua sampel diuji dengan 2 uji diagnosis

Uji I (T1) Uji II ( T2) D+ D- Total


+ - 30 70
- + 50 80
+ + 70 30
- - 50 7620
Total 200 7800 8000
• Interpretasi paralel
1. T+ : Merupakan jumlah antara
a. T1+
b. T2+
c. (T1,T2)+
2. T – adalah (T1,T2) –

• Interpretasi seri
1. T+ adalah (T1,T2) +
2. T – adalah
a. T1 –
b. T2 –
c. (T1,T2) –
Interpretasi Sensitivitas Spesifisitas

• Paralel 150/200 = 75 % 7620/7800 = 97,7 %


• Seri 70/200 = 35 % 7770/7800 = 99,6 %
2. Pengujian berulang pada reaktor uji pertama
* menaikkan harga prediktif +
* Pengujian 1 (T1): murah, sensitif, dan
untuk jumlah sampel yang besar
* Pengujian 2 (T2): mahal, sensitif, dan
untuk sampel T1 positif
T1 : Se 95 %; Sp 99 %
T2 : Se 98 %; Sp 99 %
Pengujian berulang pada sampel yang positif

T1 D+ D- Jumlah
T1+ 95 99 194
T1- 5 9801 9806
Jumlah 100 9900 10000

T2 D+ D- Jumlah
T2+ 93 1 94
T2- 2 98 100
Jumlah 95 99 194

Harga Prediktif positif = 93/94 = 99 %


Sensitivitas Keseluruhan = 93/100 = 93 %
Spesifitas keseluruhan = (9801+98)/9900 = 99,99 %
KESESUAIAN DUA PENGUJIAN
• Untuk membandingkan/mencari kesesuaian dua pengujian
• Digunakan statistik Kappa ()

+ - Jumlah
UJI BAKU

UJI BARU

+ a b g
- c d h
Jumlah e f n
UJI BAKU + - Jumlah
UJI BARU

+ a b g
- c d h
Jumlah e f n

Perhitungan Kappa:
• Proporsi Kesesuaian = (a+d)/n
• Peluang Proporsi Kesesuaian :
= (e/n x g/n) + (f/n x h/n)

[(exg)/n + (fxh)/n]
= -----------------------
n
• Proporsi Kesesuaian – Peluang = X
• Peluang Kesesuaian maks = 1 – Peluang = Y
• Kappa () = X/Y
• Kappa : 0,7 (70 %) : Kesesuaian baik sekali
0,5 – 0,6 : Kesesuaian baik
0,4 : Kesesuaian cukup
< 0,4 : Kesesuaian jelek
UJI BAKU + - Jumlah
UJI BARU

+ 46(a) 12(b) 58(g)


- 10(c) 32(d) 42(h)
Jumlah 56(e) 44(f) 100(n)

Perhitungan Kappa:
• Proporsi Kesesuaian = (a+d)/n = (46 + 32)/100 = 0,78
• Peluang Proporsi Kesesuaian :
= (e/n x g/n) + (f/n x h/n)

[(exg)/n + (fxh)/n] [(56x58)/100 + (44x42)/100]


= ----------------------- = ------------------------------------- = 0,51
n 100
• Proporsi Kesesuaian – Peluang = X = 0,78 – 0,51 = 0,27
• Peluang Kesesuaian maks = 1 – Peluang = Y = 1 – 0,51 = 0,49
• Kappa () = X/Y = 0,27/0,49 = 0,55
• Interpretasi: Kappa : 0,55  Kesesuaian baik
Prev. Sebenarnya :

• p(D+) = Prev tampak – ( 1 –sp)


1 – (1-sp) + (1-Se)

Anda mungkin juga menyukai