Anda di halaman 1dari 38

UJI DIAGNOSTIK

Ai Kustiani, M.Si
STIKES PERINTIS PADANG
2018
PENGERTIAN
Test diagnostik adalah sebuah cara
(alat) untuk menentukan apakah
seseorang menderita penyakit atau
tidak, berdasarkan adanya tanda
dan gejala pada orang tersebut.
Test skrining adalah sebuah cara
untuk mengetahui atau
mengidentikfikasi apakah seseorang
yang masih asimtomatik menderita
suatu penyakit atau tidak
SKRINING ( Penyaringan )

salah satu upaya pencegahan sekunder

deteksi dini

sasaran : orang yang mungkin menderita


penyakit tetapi tidak
menunjukkan gejala yang jelas
Tanpa skrining, diagnosis suatu
penyakit hanya bisa ditegakkan
setelah muncul tanda dan gejala,
padahal sebuah penyakit telah
ada jauh sebelum tanda dan
gejala muncul yang sebenarnya
dapat diketahui kalau kita
melakukan skrining
Test diagnostik dilakukan setelah
seseorang dinyatakan positif
pada test skrining untuk
menegakkan diagnosis secara
lebih pasti (definitif).
Beberapa contoh test skrining:
Pap’s smear dan IVA untuk
kanker serviks.
Pemeriksaan gula darah puasa
untuk diabetes.
Darah dalam feses untuk kanker
kolon.
Beberapa metode epidemiologi untuk
menilai skrining :
 Validitas
 Reliabilitas
 kekuatan test berdasarkan nilai
sensitivitas dan spesifisitas
ISTILAH
Validitas: Adalah kemampuan tes
untuk menunjukkan dengan benar
(akurat) individu mana yang
menderita sakit dan mana yang tidak.
Validitas tes dicerminkan dengan
sensitivitas dan spesifisitas
Sensitivitas: Adalah kemampuan tes
untuk menunjukkan individu mana
yang menderita sakit dari seluruh
populasi yang benar-benar sakit.
Spesifisitas: Adalah kemampuan
tes untuk menunjukkan individu
mana yang tidak menderita sakit
dari mereka yang benar-benar
tidak sakit.
Gold standard test: Adalah tes
terbaik yang tersedia, diterima
secara luas yang umumnya kurang
nyaman, mahal dan invasif.
Reliabilitas :
 kemampuan suatu pemeriksaan untuk
memberikan hasil yang
sama (konsisten ) bila diterapkan
lebih dari satu kali pada orang yang
sama dan waktu yang sama
 Sebuah tes skrining yang ideal adalah
yang mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas tinggi yang berarti validitasnya
juga tinggi. Validitas sebuah tes skrining
didasarkan atas akurasinya dalam
mengidentifikasi individu ke dalam sakit
dan tidak sakit.
 Untuk tujuan ini sebuah tes skrining harus
dibandingkan dengan sebuah atau
beberapa gold standard test yang
menyatakan bahwa seseorang adalah
benar-benar sakit atau tidak sakit.
Sayangnya gold standard test adalah
sebuah alat diagnostik yang sering kali
kurang nyaman, mahal dan invasif
Sakit Tidak Sakit
Sakit dan test Tidak Sakit dan
positif test positif

Positif True positif (TF) False positif (FP)

Sakit dan test Tidak Sakit dan


negatif test negatif
Negatif
False negatif (FN) True negatif (TN)
Sensitivitas: a/(a+c)
Spesifisitas: d/(b+d)
Nilai ramal ( predictive value ):
Besarnya tingkat kemungkinan dengan menggunakan
nilai sensitivitas dan spesifisitas serta prevalensi.

Predictive value positif ;


Besarnya proporsi mereka dengan tes positif juga
menderita penyakit

PV (+) = TP x 100%
TP + FP
Predictive value negatif ;
Besarnya proporsi mereka dengan tes negatif juga
tidak menderita penyakit

PV (+) = TN x 100%
TN + FN
 Accuracy screening
mengukur derajat kesesuaian antara tes
skrining dan gold standard .

accuracy screening =

TP + TN x 100%

TP +FP + FN + TN
 Prevalence
mengukur frekwensi masalah kesehatan
(penyakit )

Prevalence =

TP + FN x 100 %
TP +FP + FN + TN
Karakteristik test skrining yang baik :
1. Sederhana
test harus mudah dipelajari dan dilakukan .

2. Cepat
Test tidak memerlukan waktu yang lama dan hasil
dapat segera diperoleh .

3. Tidak mahal
4. Aman
5. Dapat diterima
Contoh:
Diasumsikan dalam 1000
populasi, terdapat 100 orang
dengan penyakit dan 900 tanpa
penyakit (prevalensi 10%).
Sebuah tes skrining dipakai
untuk mengidentifikasi 100 orang
yang sakit.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Sensitivitas: 80/(100)=80%
Spesifisitas: 800/(900)=89%
Latihan :
1. Gold standard
screening + -

+ 18 2
- 8 72

Hitung : - sensitivitas
- spesifisitas
- predictive value positif
- predictive value negatif
- accuracy scrrening
Uji Konsistensi Cohen's
Kappa
PENGERTIAN
ukuran yang menyatakan
konsistensi pengukuran yang
dilakukan dua orang penilai (Rater)
atau konsistensi antar dua metode
pengukuran atau dapat juga
mengukur konsistensi antar dua
alat pengukuran
Koefiseien Cohen's kappa hanya
diterapkan pada hasil pengukuran
data kualitatif (Kategorik)
Contoh: pengecekan kadar gula
seseoarang untuk mengetahui apakah
seseorang terkena deabetes atau tidak.
Digunakan dua alat test dari dua
produsen yang berbeda. Walaupun alat
hasil pengukuran ke dua alat tersebut
merupakan data numerik, namun
ketika hasil pengukuran diklasifikasikan
menjadi terkena diabetes dan tidak
terkena deabetes maka aplikasi
pengukuran konsistensinya digunakan
koefisien Cohen’s Kappa
 Jikakedua alat tersebut memiliki sensitifitas yang
relatif sama maka nilai koefisien Cohen’s Kappa
akan menunjukan nilai mendekati angka satu,
namun jika sensitifitas kedua alat tersebut berbeda
maka akan mendekati nol

 Pr(a) = Persentase jumlah pengukuran yang


konsisten antar rater
 Pr(e) = Persentase jumlah perubahan pengukuran
antar rater
Contoh :
Ada 50 orang yang melamar
untuk mengajukan bantuan. Ada
dua orang penilai yang
menyatakan apakah seseorang
layak mendapatkan bantuan atau
tidak. Hasil penilaian kelayakan
oleh dua orang penilai tampak
pada tabel berikut:
Perubahan kemungkinan hasil
pengukuran Layak = 50% x 60% =
30%
Perubahan kemungkinan hasil
pengukuran Tidak Layak =50% x
40% = 20 %
Total perubahan pengukuran antar
Rater = 30% + 20% = 50%

 Terlihatbahwa nilai Kappa 0,400.
Diharapkan nilai Kappa mendekati satu
sebagai indikator bahwa Peneilai A dengan
Penilai B saling konsisten.
CONTOH 2
 Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesepakatan dari 2 orang juri.
Sejumlah sampel diambil dan pemberian
penilaian oleh kedua juri dilakukan. Juri
memberi penilaian dalam 3 kategori, yaitu
nilai A jika bagus, B jika cukup, dan C jika
kurang. Data hasil penilaian disajikan pada
tabel berikut
tigavariabel, yaitu Juri 1, Juri 2, dan
Freq untuk variabel jumlahnya. Skala
data untuk variabel Juri 1, Juri 2
adalah ordinal , sedangkan Freq
berskala Scale. Berikan kode pada
kolom Values
Untuk variabel Juri 1 adalah
1 = A,  2 = B,    3 =  C
Untuk variabel Juri 2
1 = A,  2 = B,      3 = C
Kemudian dilakukan pembobotan
dengan Weight Case untuk
menghubungkan variabel Hasil Ujian
dengan Freq
Pilih Data dan Klik Weight Cases
Kemudiaan akan muncul kotak dialog
Weight Cases
Tandai Weight Cases By, lalu
pindahkan Freq ke Frequency Variable
OK
Selanjutnya baru mendapat Cohen’s
Kappa
Pilih Anlyze, Descriptive Statistics,
lalu klik Crosstabs
Kotak dialog Crosstabs muncul,
pindahkan Juri 1 ke Row(s) dan Juri 2 ke
Colum(s)
Klik Statistics, Pada kotak dialog
Crosstabs:Statistics yang muncul
centang Kappa
Klik Continue, lalu Ok
Dari output diatas diperoleh nilai
koefisein cohen’s kappa sebesar 0,197.
Ini berarti terdapat kesepakatan yang
rendah antara Juri 1 dengan Juri 2
terhadap penilain pada peserta. Nilai
signfikansinya dapat dilihat pada kolom
Approx. Sig., dari output diatas didapat
nilai signifikansi sebesar 0,232. Karena
nilai signifikansi lebih besar dari taraf
signifikansi yang digunakan 5 %
(0,232>0,05), tidak tolak hipotesis awal
dan simpulkan tidak terdapat
kesepakatan yang signifikan antar Juri 1
dan Juri 2 pada taraf signfikansi 5 %.
nomor pengumpul
responden peneliti data
1 1 3
2 2 2
3 1 1
4 2 3
5 2 2
6 2 2
7 3 2
8 1 1
9 1 2
10 2 3
11 2 1
12 2 3
13 2 2
14 2 3
15 3 3
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai