Anda di halaman 1dari 25

Pendekatan penyakit pada masyarakat

 Dua hal yang dapat dilakukan dalam diagnosis


dini : pertama Mengetahui penyakit sedini
mungkin sewaktu timbul gejala klinis, kedua
mengetahui penyakit sebelum gejala klinis
tampak
 Saat ini penegakan diagnosis penyakit terutama
setelah individu secara pribadi mencari
pengobatan.
 sebagian kecil kasus yang diobati di diagnosa
dalam stadium asimptomatik.
 Hal ini disebabkan masih kurangnya program
surveilans
 Mengakibatkan angka penyakit menahun
meningkat.
(sumber : Mausner & Bahn, Epidemiology – An Introductory Text, W.B. Saunder Company,
1985.)
Pengertian skrining
 Penyaringan adalah suatu identifikasi penyakit yang
secara klinis belum jelas. Usaha ini dapat dilakukan
dengan pemeriksaan tertentu atau prosedur tertentu
yang secara tepat dapat membedakan orang yang
terlihat sehat tetapi mempunyai kemungkinan sakit dan
orang yang betul-betul sehat.
 Pemeriksaan yang hasil tesnya positif ada kemungkinan
orang tersebut betul-betul sakit atau tidak sakit, hal
ini disebut positif semu (false positif).
 Penyaringan merupakan salah satu survey epidemiologi
untuk menentukan frekuensi penyakit.
Macam-macam scrining
• Mass screening: penyaringan dilakukan
pada seluruh penduduk
• Selectif screening: Penyaringan dilakukan
terhadap kelompok penduduk tertentu
• Single disease screening; penyaringan
ditunjukan pada suatu jenis penyakit
misalnya penyaringan untuk mengetahui
penyakit tbc
• Multiphase screening; penyaringan untuk
kemungkinan adanya beberapa penyakit
pada individu, misalnya penyaringan
kesehatan pada pegawai sebelum bekerja.
Syarat penyaringan

 Penyakit yang akan discrining merupakan


masalah kesehatan pada masyarakat yang
sangat penting.
 Harus ada cara pengobatan untuk
penderita yang ditemukan melalui
penyaringan.
 Fasilitas untuk diagnosis dan pengobatan
harus ada.
 Harus diketahui stadium simptomatik dini
dan masa laten
Lanjutan
• harus ada cara pemeriksaan yang
tepat
• pemeriksaan yang dilakukan tidak
berbahaya dan dapat diterima oleh
masyarakat.
• sebaiknya diketahui tentang riwayat
alamiah suatu penyakit
• biaya penemuan kasus dapat
ekonomis
Konsep dasar dalam
skrining
• Identifikasi nilai normal
• Validity suatu alat tes scrining
• Keterandalan reliability
Identifikasi nilai normal
Pengertian normal biasanya dipakai
untuk menentukan karakteristik
populasi tertentu, misalnya kadar
rata-rata hemoglobin. Nilai rata-rata
tersebut dapat diperkirakan batas
yang dianggap normal
Validity suatu alat tes
scrining
• Kemampuan dari suatu pemeriksaan
untuk menentukan individu mana yang
mempunyai penyakit (tidak normal)
dan individu yang mana tidak
mempunyai penyakit (normal).
• Ada 2 hal ; sensitifity dan spesifity
Sensitifity

• Kemampuan suatu pemeriksaan untuk


mengidentifikasi secara benar orang yang
mendapat penyakit.

True positif
sensitifitas = --------------------------------
True positif + false negatif
Spesifitas

• Kemampuan dari suatu pemeriksaan untuk


mengidentifikasi secara benar orang-orang yang
tidak mempunyai penyakit.

True negatif
spesifitas = --------------------------------
True negatif + false positif
Keadaan sebenarnya dalam masyarakat
Sakit Tidak sakit
Hasil Positif Sakit tes positif = Tidak sakit tes positif
Pemeriksaan true positif = false positif
Negatif Sakit tes negatif Tidak sakit tes negatif
= false negatif = true negatif
Contoh
• Dari populasi 1000 orang diperoleh 100 orang
mempunyai penyakit X sedang 900 orang tidak
mempunyai penyakit X. Sekrining dilakukan
untuk mengidentifikasi 100 orang yang
mempunyai penyakit. Dari hasil pemeriksaan
HB ternyata didapatkan 80 orang yang positif
sedang 20 orang negatif. Dari 900 yang tidak
sakit ternyata positif sebanyak 45 orang.
Berapa sensitifitas dan spesifitas alat
tersebut diatas?
Hasil

Keadaan sebenarnya dalam masyarakat


Sakit Tidak sakit
Pemeriksaan Positif 80 45 125
Negatif 20 855 875
100 900 1000
• Berapa sensitifitas..?
• Berapa spesifitas..?

• Se = 80/100 *100% = 80%


• Sp = 855/900*100% = 95%
Keterandalan reliability

• Pemeriksaan yang memberi hasil konsistensi jika


pemeriksaan ini dilakukan lebih dari satu kali pada
individu yang sama dengan kondisi yang sama.
• Ada 2 hal yang mempengaruhi konsistensi hasil:
– variasi terjadi pada metode pemeriksaan dan
variasi didalam subjek sendiri (variasi biologis
dari individu)
• variasi pada metode pemeriksaan
• variasi didalam subjek
– Variasi pada peneliti; Pada penelitian bisa saja
terjadi perbedaan dalam membaca hasil tes
pada waktu yang berbeda. Misalnya seorang
radiolog dapat saja mempunyai interpretasi
berbeda mengenai suatu hasil rontgen.
Reliabilitas
 Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana pengukuran individu-individu pada
situasi-situasi yang berbeda memberikan hasil
yang sama (Gerstman, 1998). Yang dimaksud
dengan situasi berbeda adalah kesempatan (waktu)
yang berbeda (tetapi pengamat sama), pengamat
yang berbeda, atau tes-tes yang serupa atau
pararel.
 Reliabilitas merupakan perbandingan antara skor
variabilitas individu-individu terhadap skor
variabilitas total. Skor variabilitas sesungguhnya
antar individu ditambah dengan kesalahan
pengukuran. Makin besar kesalahan pengukuran,
makin besar skor variabilitas total, makin rendah
reliabilitas.
Menilai Reliabilitas
Reliabilitas pengukuran ditentukan oleh homogenitas
cara pengukuran di dalam alat ukur itu sendiri, dan
konsistensi pengukuran ketika diterapkan di berbagai
situasi. Penilaian reliabilitas menyentuh dua aspek
yaitu konsistensi internal dan stabilitas.
1. Konsistensi internal
• Konsistensi internal merujuk kepada homogenitas
item-item dalam mencerminkan satu dimensi yang
sama dari suatu alat ukur.
2. Stabilitas
• Aspek konsistensi internal dari reliabilitas yang telah
dikupas di muka mempersoalkan korelasi antar item-
item di dalam alat ukur itu sendiri, jadi menilai sejauh
mana item-item itu mengukur hal yang sama.
lanjutan

• Aspek stabilitas dari reliabilitas di lain pihak


menilai seberapa kuat korelasi dari pengukuran
satu ke pengukuran lainnya pada individu-individu
yang sama tetapi pengamat berbeda, pada waktu
berbeda tetapi pengamat sama, ataupun pada
berbagai versi tes (alat ukur).
Kappa Cohen
• Koefisien kesepakatan kappa cohen menilai kesepakatan
pengukuran antar pengamat (inter-observer) maupun antara
beberapa kesempatan pengukuran oleh seorang pengamat
(intra-observer), ketika pengukuran dilakukan dalam skala
kategorikal. Kappa cohen dihitung dengan menggunakan tabel
2 x 2, jika skala pengukuran dikotomi. Tetapi kappa cohen
dapat dihitung dari tabel polikotomi r x c (baris dan kolom
lebih dari dua kategori).

Pengamat Pengamat kesatu Jumlah


kedua + a b a+b
- c d c+d

Jumlah P0 – Pe a+ c b+d N
Koefisien kappa (K) = ---------
• 1 – Pe
Lanjutan Kappa Cohen..
• Proporsi frekuensi kesepakatan teramati:
O11+O22
Po = ------
N
Dimana
• O11 ialah frekuensi teramati sel 11 (= sel a)
• O22 ialah frekuensi teramati sel 22 (=sel d)
• N ialah jumlah semua pengukuran

Proporsi frekuensi kesepakatan harapan:


E11+E22
Pe = ----------
N
Lanjutan Kappa Cohen

Dimana:
• E11 ialah frekuensi harapan (hanya karena peluang) sel 11 (= sel a)
• E22 ialah frekuensi harapan (hanya karena peluang) sel 22 (= sel d)
(a + b) (a + c)
E11 = -----------------
N
(c + d) (b + d)
E22 = -------------------
N
Lanjutan Kappa Cohen

Nilai Kekuatan Kesepakatan Kappa

Nilai Kappa (K) Kekuatan Kesepakatan


>0,20 Jelek
0,21 - 0,40 Cukup
0,41- 0,60 Sedang
0,61 – 0,80 Baik
0,81 – 1,00 Sangat Baik

Meningkatkan Reliabilitas
1. Membakukan situasi di mana instrumen akan digunakan
2. menghilangkan variasi pengukuran intra-pengamat, dengan mengurangi
sumber-sumber variasi eksternal seperti kejemuan, kelelahan, lingkungan
berisik dan sebagainya
3. menghilangkan variasi pengukuran antar pengamat, dengan menggunakan
orang-orang yang terlatih dan termotivasi untuk menjalankan penelitian
dengan baik.
4. melakukan koreksi terhadap pengamat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai