Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PRAKTIKUM

EPIDEMIOLOGI DAN EKONOMI VETERINER

UJI DIAGNOSTIK

Di susun oleh :

Dina Maulida 130210160009


Hilma Halimatus Sadiah 130210160010
Mohamad Irfan 130210160019
Arvia Nisrina Praditha 130210160039

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
1. Suatu waktu anda bermaksud melakukan uji diagnostic (screening test) terhadap
brucellosis pada daerah peternakan sapi perah Ciomas I dan Ciomas II. Uji yang anda
gunakan adalah Tube Aglutination Test (TAT) dengan nilai sensitivitas 60% dan nilai
spesifisitas sebesar 90%. Populasi sapi perah di daerah Ciomas I dan Ciomas II masing-
masing 10,000 ekor. Sedangkan prevalensi di daerah Ciomas I dan Ciomas II masing-
masing 10% dan 5%Berdasarkan data-data tersebut di atas coba anda kerjakan:
a) Sajikan data-data uji yang anda lakukan terhadap brucellosis dalam tabel 2 x 2 untuk
masing-masing daerah peternakan sapi perah
b) Hitung estimated prevalence pada daerah Ciomas I dan II
c) Mengapa estimated prevalence lebih besar dibandingkan dengan true prevalence pada
kedua daerah peternakan sapi perah tersebut?
d) Bandingkan nilai prediktif dari hasil positif uji pada daerah Ciomas I dan II serta
bagaimana penafsiran anda

Jawaban :
a) Ciomas I (Populasi 10,000)
Prevalensi 10%, Sensitivitas 60%, Spesifisitas 90%
Brucellosis
Uji / Brucellosis Total
+ -
+ 600 900 1,500
Uji
- 400 8100 8,500
Total 1,000 9,000 10,000

Ciomas II (Populasi 10,000)


Prevalensi 5%, Sensitivitas 60%, Spesifisitas 90%
Brucellosis
Uji / Brucellosis Total
+ -
+ 300 950 1,250
Uji
- 200 8,550 8,750
Total 500 9,500 10,000

600+900
b) Ciomas I : = 15%
10,000
300+950
Ciomas II : = 12,5%
10,000

c) Karena adanya negative palsu pada true prevalence. Sehingga mungkin saja ketika d
survey kasus tersebut di lapangan ada beberapa hewan yang tidak dinyatakan terinfeksi
tetapi ketika di uji hasilnya positif terinfeksi brucellosis.
600
d) Ciomas I : = 40%
600+900
300
Ciomas II : = 24%
300+950
Nilai prediktif hasil positif uji pada Ciomas I lebih tinggi dibandingkan Ciomas II karena
true prevalence kasus brucellosis pada Ciomas I pun memang lebih tinggi.

2. Dengan teknik bakteriologis prevalensi penyakit X pernah ditentukan sebesar 5%. Namun
cara ini tidak praktis, memerlukan waktu yang panjang dan mahal.
Anda mengembangkan teknik uji serologis untuk mendeteksi antibodi penyakit X. Uji ini
memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 80%. Kemudia anda memutuskan memakai uji
ini untuk pemberantasan penyakit X. Hewan yang positif menurut uji potong dan setiap
pemotongan menimbulkan kerugian sebesar Rp. 1000.000,-
Berdasarkan data tersebut di atas, hitung:
a. Jika sebanyak 1 juta ekor hewan yang di uji, berapa kerugian Finansial karena
pemotongan?
b. Berapa kerugian ekstra karena ketidaktelitian uji yang anda gunakan?
c. Untuk memperkecil pemotongan yang tidak semestinya, manakah yang menjadi sasaran
perbaikan uji ada, sensitivitas atau spesifisitas uji?

Diketahui :

- True prevalensi 5%
- Sensitivitas 95 %
- Spesifisitas 80%
- Kerugian 1000.000

Jawaban :

+ −

+ 47.500 190.000 237.500

− 2.500 760.000 762.500

50.000 950.000 1.000.000

5
True prevalensi: 100 × 1.000.000 = 50.000

Sensitivitas: 0,95 × 50.000 = 47.500

Spesifisitas: 0,8 × 950.000 = 760.000


a) 237.500 × 1.000.000 = 237.500.000.000
b) 190.000 × 1.000.000 = 190.000.000.000
c) Spesifisitas

3. Anda diminta mengumpulkan sampel dari kelompok ayam broiler dan melakukan
pengujian untuk mengetahui kemungkinan infeksi virus AI pada kelompok ayam tersebut.
Ada sekitar 750 ekor ayam dan sebagian besar dari ayam tersebut memperlihatkan gejala-
gejala yang biasa menyertai AI. Anda lalu mengambil sample swab tracheal dari seluruh
ayam tersebut dan mengujinya dengan menggunakan dua metode tes yakni RRT-PCR dan
Isolasi virus yang merupakan gold standard untuk pendeteksian AI.
Hasil pengujian yang anda peroleh adalah sebagai berikut :
- Hasil isolasi virus menunjukan 634 sample positif AI
- Hasil RRT – PCR menunjukan 648 sampel positif AI
- Dari seluruh sample yang positif melalui RRT-PC, 626 sample juga dinyatakan
positif melalui isolasi virus

Pertanyaan :
a) Sajikan data-data tersebut diatas tabel 2 x 2
b) Jika dibandingkan dengan gold standard tes AI, apakah test RRT-PCR akurat?
c) Hitung sensitivitas dan spesifisitas tes RRT-PCR dan berika interpretasi anda.
d) Hitung true prevalence dan estimated prevalence dari AI pada kelompok ayam
tersebut dan berikan interpretasi anda
e) Hitung nilai prediktif dari positif uji dan interpretasikan maknanya. Mengapa
ukuran ini merupakan salah satu hal penting dari screening test?
f) Hitung nilai prediktif dari negative uji dan interpretasikan maknanya.
g) Jika pertimbangan utama anda adalah mengidentifikasi sebanyak mungkin ayam
yang terinfeksi AI, apakah RRT-PCR merupakan alat “screening” yang baik?
Mengapa?

Jawaban :
a) Tabel 2 x 2

Isolasi Virus
+ -
RRT-PCR + 626 22 648
RRT-PCR - 8 94 102
Total 634 116 750

𝑎+𝑑 626+94
b) Akurasi = = = 96%  Misklasifikasi 4% (uji RRT-PCR berbeda dari
𝑛 750
Isolasi virus hanya 4%) sehingga dapat dikatakan bahwa uji RRT-PCR akurat.
𝑎 626
c) Sensitivitas = = = 0, 98 = 98 %
𝑎+𝑐 626+8
𝑑 94
Spesifisitas = = = 0,81 = 81%
𝑏+𝑑 22+94
Pengujian dengan metode RRT-PCR memiliki sensitivitas yang tinggi, yang artinya
proporsi ayam broiler yang benar-benar terinfeksi AI cukup tinggi, sehingga proporsi
ayam broiler yang positif palsu rendah. Selain sensitivitas yang tinggi, spesifisitas
pada pengujian RRT-PCR juga tinggi, yang artinya proporsi ayam broiler yang tidak
terinfeksi oleh AI cukup tinggi sehingga proporsi ayam broiler negatif palsu rendah.
Jadi, ketepatan dalam pengujian RRT-PCR dalam mengidentifikasi ayam broiler yang
benar-benar terinfeksi dan yang tidak terinfeksi cukup tinggi.
𝑎+𝑐 626+22
d) True prevalence P (D+) = = = 0,84 = 84%
𝑛 750
𝑎+𝑏 626+22
Estimated prepalence P (T+) = = = 0,86 = 86%
𝑛 750
Nilai true prevalence tidak berbeda jauh dengan nilai estimated prevalence, yang
artinya prevalensi yang didasarkan pada jumlah ayam sakit yang sebenarnya tidak
berbeda jauh dengan prevalensi yang diperoleh dari hasil uji positif dengan
menggunakan RRT-PCR.
𝑎 626
e) Nilai prediktif positif uji P(D+|T+) = = = 0,96 = 96%
𝑎+𝑏 626+22
Nilai prediktif positif uji besar.
Nilai pediktif positif uji penting karena merupakan nilai yang menunjukan hasil
pengujian yang benar-benar menunjukan hasil uji positif dan hewan positif sakit.
𝑑 94
f) Nilai prediktif positif uji P(D-|T-) = = = 0,81 = 81%
𝑐+𝑑 8+94
Nilai prediktif negatif uji cukup besar.
Nilai pediktif negatif uji penting karena merupakan nilai yang menunjukan hasil
pengujian yang benar-benar menunjukan hasil uji negatif dan ayam broiler yang tidak
terinfeksi AI.
g) YA, karena RRT-PCR memiliki nilai sensitivitas 98% dan spesifisitas 81% (tinggi),
yang artinya RRT-PCR adalah alat screening yang baik dalam mengidentifikasi ayam
yang terkena AI.

Anda mungkin juga menyukai