4.1 Data Data yang diperlukan untuk perencanaan bendung adalah data hidrologi dan data sungai sebagai berikut: 4.1.1 Data Curah Hujan Stasiun Citarik Menghitung curah hujan wilayah dibutuhkan data curah hujan harian di beberapa stasiun yang mengairi sungai Cibareno, stasiun yang digunakan adalah stasiun Citarik dan Cimandiri dari tahun 2002- 2012. Nama Stasiun : Citarik Kecamatan Kabupaten Provinsi : Pelabuhan Ratu : Sukabumi : Jawa Barat Lintang Selatan : 072000 Bujur Timur : 1083540
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Curah Hujan (mm/ hari)
91
97
95
45
72
60
54
53
45
145
38
4.1.2 Data Curah Hujan Stasiun Cimandiri Nama Stasiun : Cimandiri Kecamatan Kabupaten Provinsi : Nyalindung : Sukabumi : Jawa Barat Lintang Selatan : 065926 Bujur Timur : 1065319
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Curah Hujan (mm/ hari)
60
55
83
45
72
69
84
87
79
68
78
4.1.3 Profil Melintang Rata- rata Sungai Profil melintang sungai dibutuhkan untuk perencanaan hidrolis bendung, diperoleh dari lima profil sungai, yaitu dua penampang di hulu bendung, dua di hilir bendung dan satu di as bendung. Dari lima rofil melintang sungai tersebut maka diambil profil melintang rata- rata sungai.
4.1.4
Profil Memanjang Rata- rata Sungai Selain profil melintang sungai, diperlukan juga profil memanjang rata- rata
sungai, diperoleh dari lima titik di sekitar bendung, yaitu dua di hulu bendung, dua di hilir dan satu di as bendung. Dari lima titik tersebut diperoleh kemiringan sungai untuk menghitung hidrolis bendung. Kemiringan tersebut diperoleh dengan:
Titik 1 = +308,11 m Titik 2 = +305,75 m Titik 3 = +305,00 m Titik 4 = +303,88 m Titik 5 = +303,34
1 2 424 ,95 2 3 244 ,70
I= = =
+ 4
3 4 205 ,35
4 5 288 ,15
+ 4
= 0,0040
4.2 Analisis Hidrologi Analisa hidrologi dilakukan untuk mendapatkan debit banjir rencana, karena pada perencaan hidrolis bendung di perlukan debit banjir rencana dari sungai yang mengairi bendung nantinya. Dari data di dua stasiun di atas, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari frekuensi curah hujan dan debit banjir rencana.
4.2.1 Curah Hujan Wilayah Dari beberapa stasiun hujan yang berpengaruh dan digunakan, harus ditentukan suatu harga sebagai harga rata-rata kawasan yang mewakili suatu
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -4
daerah aliran sungai (DAS). Metode pendekatan yang dipakai sesuai dengan luas DAS dan data curah hujan yang ada, yaitu metode Arithmatik karena luas DAS <500 km2 dan data curah hujan hanya dari 2 stasiun.
Tabel 4.3Analisis Curah Hujan Wilayah Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 nx= 11 Stasiun Citarik 91 97 95 45 72 60 54 53 45 145 38 Cimandiri 60 55 83 81 72 69 84 87 79 68 78 Rata- rata Hujan Wilayah Xi (mm) 75,5 76 89 63 72 64,5 69 70 62 106,5 58 = 805,5 Xa= 73,23
Contoh perhitungan: =
1+2+ 91+60 2
(1)
2002 =
= 75,5 mm
= 73,23 mm
4.2.2 Analisis Frekuensi Curah Hujan Data dari stasiun Citarik dan Cimandiri telah terisi, sehingga tidak perlu dilakukan pengisian data curah hujan yang kosong, dan dapat langsung menganalisis frekuensi curah hujan. Analisis frekuensi curah hujan ini menggunakan 3 metode yaitu:
A. Metode Gumbel
Tabel 4.4Analisa Curah Hujan Metode Gumbel Stasiun Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 nx= 11 Citarik 91 97 95 45 72 60 54 53 45 145 38 Cimandiri 60 55 83 81 72 69 84 87 79 68 78 Rata- rata Hujan Wilayah Xi (mm) 75,5 76 89 63 72 64,5 69 70 62 106,5 58 = 805,5 Xa= 73,23
1
mx 4 3 2 9 5 8 7 6 10 1 11
N+
Xi-Xa 2,27 2,77 15,77 -10,23 -1,23 -8,73 -4,23 -3,23 -11,23 33,27 -15,23
(Xi- Xa)2 (mm) 5,17 7,69 248,78 104,60 1,51 76,17 17,87 10,42 126,05 1107,07 231,87 = 1937,18
(4.3)
Sx = 13,92 (Standar Deviasi) Dari tabel 2.1untuk: R2 R10 R50 Yt= 0,3665 Yt= 2,2504 Yt= 3,9019 R5 R25 R100 Yt= 1,4999 Yt= 3,1985 Yt= 4,6001
(4.2)
Maka dari rumus diatas diperoleh curah hujan dalam periode ulang tertentu, yaitu:
Tabel 4.5 Curah Hujan Metode Gumbel
R2 71,32
R5 87,58
R10 98,36
R25 111,97
R50 122,06
R100 132,08
= 73,23 mm
mx 1 2
Tr =
+1
1,43 0,73
12 6
= 2 = 2
1 1 1
2 2 8973,23
0,73
(5.1)
1 106,573,23
1,43
= 22,44 mm Dari tabel 2.4 untuk: R2= -0,22 R25= 2,10 Xt = Xa + S. R5= 0,55 R50= 2,75 R10= 1,26 R100= 3,43
(5)
Maka dari rumus diatas diperoleh curah hujan dalam periode ulang tertentu, yaitu:
Tabel 4.7 Curah Hujan Metode Haspers
R2 68,29
R5 85,57
R10 101,50
R25 120,35
R50 134,93
R100 150,19
C. Metode der Weduwen R = 89 mm p = 11 data/ pengamatan n = periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 ,dan 100 tahun dari tabel 2.5, Mp: p = 11 Mp= 0,7294 R5= 0,602 R50= 0,948
dari tabel 2.5, Mn: R2= 0,492 R25= 0,845 = = . R10= 0,705 R100= 1,050
(6)
Maka dari rumus diatas diperoleh curah hujan dalam periode ulang tertentu, yaitu:
R2 60,03
R5 73,45
R10 86,02
R25 103,11
R50 115,67
R100 128,12
Dari ketiga metode diatas, maka di dapatkan curah hujan pada periode ulang tertentu sebagai berikut:
Tabel 4.9 Resume Curah Hujan
4.2.3 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit yang direncanakan untuk melewati bendung pada jangka waktu tertentu. Pada perencanaan ini debit rencana yang akan digunakan untuk perencanaan bendung adalah banjir pada 100 tahun. Untuk mendapatkan debit banjir rencana, digunakan 2 metode yang akan di kombinasi dengan frekuensi curah hujan hujan di atas. Hanya metode Melchior dan Haspers yang akan digunakan, karena metode der Weduwen hanya digunakan untuk luas daerah pengaliran <100 km2. Data yang diperlukan adalah sebagai berikut: Luas Daerah Pengaliran (Catchment Area) A Panjang Sungai (L) Panjang Efektif (l) Elevasi Sungai pada 0,9 L Elevasi Sungai pada Rencana Bendung H Kemiringan Sungai (I) = 179,65 km2 = 26,98 km= 26.980 m = 0,9 . 26.980 = 24.282 m = +1397,6 m = +305,11 m = 1092,49 m = 0,9 =
1092,49 24.282
= 0,045
A. Metode Melchior- Gumbel = . . 1. 200 A = 179,65 km2 a = 14, 87 km b = 22,3025 km nF = a. B = 14,87. 22,3025 = 260,47 km2 q1= 3,55 m3/dt/km2
5
(7)
Sumbu Ellips
A. q1 =179, 65 . 3,55= 637,7575 km2 V = 1,31 1 2 = 1,31 179, 65 3,55 0,0452 = 1,379 m/dt T= =
24.282 1,379
5
T = = 1,5021 = 16164, 54 dt = 4,4902 jam nF = 260,47 km2 V = 1,31 179, 65 5,60 0,0452 = 1,5104 m/dt T = = 1,5104 = 16164, 54 dt = 4,4902 jam Maka q = 5,49 m3/dt/km2 T = 4,4902 jam = 269,4090 menit Koreksi q = 5 % q1 = 1,05 . 5,49 = 5,7645 m3/dt/km2 Debit banjir maksimum: Qn = . . 1. 200 q1 = 5,7645 m3/dt/km2
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -10
24.282
5
q= 5,49 m3/dt/km2
(Tabel terlampir)
Rn = R Gumbel A = 179, 65 km2 = 0,62 (ditetapkan) = 0,62.179,65.5,7645. 200 = 3,21 Rn Sehingga diperoleh bedit banjir pada periode ulang sebagai berikut:
Tabel 4.10 Debit Banjir Metode Melchior- Gumbel
2 71,32
5 87,58
10 98,36
25
50
100
B. Metode Melchior- Haspers = . . 1. 200 q1 = 5,7645 m3/dt/km2 Rn = R Haspers A = 179, 65 km2 = 0,62 (ditetapkan) = 0,62.179,65.5,7645. 200 = 3,21 Rn Sehingga diperoleh debit banjir pada periode ulang sebagai berikut:
Tabel 4.11 Debit Banjir Metode Melchior- Haspers
(7)
2 68,29
5 85,57
10 101,50 325,84
25
50
100
219,23 274,70
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -11
C. Metode Melchior- der Weduwen = . . 1. 200 q1 = 5,7645 m3/dt/km2 Rn = R der Weduwen A = 179, 65 km2 = 0,62 (ditetapkan) = 0,62.179,65.5,7645. 200 = 3,21 Rn Sehingga diperoleh debit banjir pada periode ulang sebagai berikut:
Tabel 4.12 Debit Banjir Metode Melchior- der Weduwen
(7)
2 60,03 192,7
5 73,45 235,7
10 86,02 276,1
25
50
100
(9) =
1+ 0.012.179,65 1+ 0.075.179,65
0.70 0.70 =
0,379
(9.1) (9.5)
+15
. 12
(9.2)
0.75
1+
= 1,55
1 = 1,55
= 0,65 =
24 +1
(9.8)
= 3,6
(9.3)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -12
(9) =
1+ 0.012.179,65 1+ 0.075.179,65
0.70 0.70 =
0,379
(9.1) (9.5)
+15
. 12
(9.2)
0.75
1+
= 1,55
1 = 1,55
= 0,65 =
24 +1
(9.8)
= 3,6
(9.3)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -13
(9) =
1+ 0.012.179,65 1+ 0.075.179,65
0.70 0.70 =
0,379
(9.1) (9.5)
+15
. 12
(9.2)
0.75
1+
= 1,55
1 = 1,55
= 0,65 =
24 +1
(9.8)
= 3,6
(9.3)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -14
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -15
Dari keenamkombinasi metode diatas, maka di dapatkan curah hujan pada periode ulang tertentu sebagai berikut:
Tabel 4.16 Resume Debit Rencana
MelchiorGumbel MelchiorHaspers Melchior- der Weduwen HaspersGumbel HaspersHaspers Haspers- der Weduwen Rata- rata
424,03
219,237 274,701 325,842 386.348 433,168 482,148 192,73 192,01 183,86 161,63 235,82 235,81 230,38 197,77 276,162 331,003 264,81 273,27 231,60 301,45 324,01 277,60 371,35 328,63 363,28 311,43 411,305 355,61 404,36 344,94
Debit Rencana yang di gunakan yaitu debit rencana pada R100, dan metode Melchior- Gumbel yang dipilih karena mendekati debit rata- rata R100yaitu 424,030 m3/dt.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -16
4.3 Perhitungan Hidrolis Bendung Setelah mendapatkan debit banjir rencana, maka selanjutnya dilanjutkan dengan perencanaan hidrolis bendung sebagai berikut: Data hidraulis: Debit Banjir Rencana (Q) Lebar Sungai (b) Elevasi Dasar Sungai Kemiringan Rata- rata Sungai (I) = 424,03 m3/det = 40 m = +304,72 m = 0,004
4.3.1
Elevasi Mercu dan Tinggi Bendung Elevasi mercu bendung yang di butuhkan dapat ditentukan dengan
menjumlahkan semua kehilangan energi sepanjang pengaliran terhadap tinggi muaka air sawah, sebagai berikut: a. Elevasi sawah tertinggi b. Tinggi genangan di sawah c. Kehilangan tekanan di saluran tersier dan boks tersier d. Kehilangan tekanan di bangunan sadap e. Kehilangan tekanan di saluran sekunder f. Kehilangan tekanan di bangunan bagi g. Kehilangan tekanan di saluran primer h. Kehilangan tekanan di seluruh bangunan pembawa i. Kehilangan tekanan pada bangunan utama j. Persediaan tekanan untuk eksploitasi k. Persediaan tekanan untuk lain- lain Elevasi Mercu = + 305,92 m = = = = = = = = = = 0,10 m 0,20 m 0,20 m 0,30 m 0,20 m 0,30 m 0,20 m 0,20 m 0,20 m 0,10 m
= + 307,92 m
Tinggi mercu bendung merupakan selisih tinggi antara elevasi mercu dengan elevasi dasar sungai setempat. P = El. Mercu El. Dasar sungai = +307,92 - +304,72 = 3,2 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -17
4.3.2
A. Tinggi Muka Air Banjir di Hilir Bendung Tinggi banjir di hilir bendung ini sama dengan tinggi banjir di dalam sungai sebelum adanya bendung. Kecepatan aliran dihitung dengan menggunakan rumus Chezy dan Bazin dengan koefisien kekasaran dinding (1,5- 1,75) dan diambil 1,5 untuk keadaan sungai yang beraturan. Untuk mencari tinggi MAB di hilir, rumus yang digunakan adalah: V = C=
87 1+
R =
A = (b + mh)h O = + 2 1 + 2 Q=A.V
Tinggi MAB hilir diasumsikan dengan interval 0,5 m dengan perhitungan sebagai berikut: Diketahui: m b = 1,5 = 40 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -18
Dengan hi = 0,5 m, maka: A = (b + mh)h = (40 + 1,5 . 0,5)0,5 = 20,38 m2 O = + 2 1 + 2 = 40 + 2. 0,5 1 + 1,5 = 41,80 m
R = 2
(10.1)
(10.2)
(10.3)
= 41,80 = 0,487 m C =
=
87 1+
1,5 0,487
20,38
(10.5)
87 1+
= 27,631
(10.4)
(10)
. 1,22
= 24,86 m3/dt
Untuk perhitungan lainnya dihitung menggunakan excel dengan hasil sebagai berikut:
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -19
Dari tabel perhitungan diatas maka didapatkan grafik lengkung debit dari tinggi MAB di hilir dan debit seperti pada Gambar 4.5
400
600
800
1000
1200 Q (m3/dt)
Dari grafik di atas, maka didapatkan hi pada debit rencana yaitu pada tinggi 2,422 m. Dengan hi = 2,422 m, maka: A = (b + mh)h = (40 + 1,5 . 2,422)2,422
(10.1)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -20
(10.2)
(10.3)
= 48,73265 = 2,1685 m C =
=
87 1+
105,6791
(10.5)
87 1+
1,5 2,16854
= 43,0990
(10.4)
=A.V
= 105,6791
(10)
. 4,0140
= 424,2006 m3/dt Debit Rencana MAB Hilir = El. Dasar sungai + hi = +304, 72 + 2,422 = +307,142 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -21
B. Tinggi Muka Air Banjir di Hulu Bendung Untuk dapat memperhitungkan tinggi banjir rencana di hulu bendung, terlebih dahulu harus di tentukan beberapa parameter pengaliran yang mempengaruhi yaitu lebar efektif dan bentuk mercu. 1. Lebar Efektif Bendung hi Ba Ba = 2,422 m = (h x m x 2)+ b = (2,422 x 1,5 x2) + 40 = 47,266 m Bs =
=
+ 2 40+47,266 2
(11.1)
(11.2)
= 43,633 m
(11.3)
Bn
Lebar bangunan pembilas diambil 1/10 dari lebar bendung 1/10 . 50 = 5 m 2 buah
Lebar pembilas (b) = 2 x 2,5 m Tebal pilar (t) = 2 x 1 m Be = B 2 (n Kp +Ka) Hi - tt 0,2 bt = 50 2 (2 . 0,01 + 0)Hi 2 0,2 . 5 = 47 0,04 Hi
(11)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -22
2. Perencanaan Mercu Bentuk mercu suatu pelimpah sangat menentukan kemampuannya untuk melewatkan debit banjir dan ketahanannya. Di Indonesia pada umumnya perencanaan bendung menggunakan mercu tipe Ogee dan Bulat. Pada perencanaan mercu sekarang menggunakan mercu tipe Bulat.
R= 0,7 hi
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -23
3. Muka Air Banjir di Hulu Bendung Setelah mendapatkan parameter pengaliran yang mempengaruhi yaitu lebar efektif dan bentuk mercu, tinggi MAB hulu diasumsikan dengan interval 0,5 m dengan perhitungan sebagai berikut: Diketahui: P = 3,2 m g = 9,81 Ka k = 0 (tabel 2.6) = 0,002 Cd = 1,35
1 1,5
2 3
(12)
k1 = 2 =
0,207 2
Untuk perhitungan hi lainnya dihitung menggunakan excel dengan hasil sebagai berikut:
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -24
Dari tabel perhitungan diatas maka didapatkan grafik lengkung debit dari tinggi MAB di hulu dan debit seperti pada Gambar 4.10
hi (m)
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 200
400
600
800
1000
1200
Q (m3/dt)
Dari grafik di atas, maka didapatkan hi pada debit rencana yaitu pada tinggi 2,387 m. Dengan hi = 2,387 m k = 0,1
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -25
1 1,5
2 3
(12)
k1 = 2 =
4.3.3
Kurva Pengempangan atau Back Water Curve Kurva pengempangan dihitung untuk mengetahui pengaruh kenaikan muka
air setelah adanya pengempangan oleh bendung, yang dihitung sebagai berikut:
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -26
= 3,2 m
hi hulu = 2,387 m hi hilir = 2,422 m h = (P + hi hulu)- hi hilir = (3,2 + 2,387)- 2,422 = 3,165 m Lx =
2 2 3,165 0,004
= 1582,5 m
(15)
4.3.4
Bangunan Peredam Energi Bangunan peredam energi bendung merupakan struktur dari bangunan di
hilir tubuh bendung yang terdiri dari dari berbagai tipe yang telah dijelaskan di bab sebelumnya. Untuk perencanaan bendung kali ini, tipe bangunan energi yang digunakan yaitu tipe bak tenggelam/ bucket. Tipe bucket yang dipilih karenasedimen yang dibawa oleh air berupa batuan bongkah, serta kerikil- kerikil berukuran besar sampai sedang.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -27
=
3
424,180 50
= 8,48 m3/dt m
hc H
8,48 2 9,81
= 1,9425 m
(18)
= 2,487 m
2,487 1,94
H/ hc =
= 1,28106 m 2,4
0,215
Tmin = 1,88
hc
= 3,849 m Z = (El. Mercu- MAB hilir)+ Tmin = (307,92 307,142)+ 3,849 = 4,627 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -28
Setelah diketahui nilai- nilai diatas, maka langkah selanjutnya adalah mengontrol loncatan air dengan Hi diperhitungan muka air banjir di hulu. z = 4,627 m Hi = 0,502 m Q = 3 =1,35 3
2 2 2 3
1,5
2 3
(12)
= 38,474 m3/dt q = =
38,474 50
= 0,769 m2/dt
= 9,78 m/dt
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -29
y1 = q/vi = 0,769/9,78 = 0,079 m z cek = z + Hi y1 = 4,627 + 0,502 0,079 = 5,051 m = = 2 . . 2 . 9,81. 5,051
= 9,95 m/dt y1 = q/vi = 0,769/9,95 = 0,077 m 0,077 0,079, maka dilakukan perhitungan kembali z cek = z + Hi y1 z cek = 4,627 + 0,502 0,077 = 5,052 m = = 2 . . 2 . 9,81. 5,052
= 9,95 m/dt
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -30
(16.2)
= 11,43
(16.1)
( 1 + 8 2 1
1 2
2 =
0,077( 1 + 8 11,432 1)
= 1,21 m Untuk perhitungan Hi lainnya dihitung menggunakan excel dengan hasil sebagai berikut:
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -31
Tabel 4.19 Loncatan Air Kontrol Loncatan Air vi q (m2/dt) yi (m) (m/dt) 0 0 0 9,78 9,95 9,95 10,03 10,31 10,31 10,29 10,63 10,64 10,54 10,93 10,95 11,053 11,473 11,508 11,316 11,732 11,774 0,769 0,079 0,077 0,077 0,22 0,21 0,21 0,40 0,39 0,39 0,62 0,59 0,59 1,12 1,08 1,08 1,41 1,36 1,36
Hi (m) 0 0,502
Q (m3/dt) 0 38,474
z (m) 0 4,88
Fr 0 11,43
y2 (m) 0 1,21
z cek 0 5,051 5,052 5,42 5,42 5,77 5,78 6,09 6,11 6,71 6,75 7,01 7,06
1,01
109,793
5,13
2,194
7,139
2,044
1,54
206,706
5,40
4,129
5,45
2,81
2,08
324,45
5,67
6,478
4,542
3,52
3,2
619,065
6,23
12,35
3,54
4,873
3,8
801,058
6,53
15,97
3,22
5,55
Setelah mendapatkan nilai y2, maka dapat menghitung elevasi muka air untuk loncatan air tersebut sebagai berikut: El. Dasar sungai = +304,72 m z = 4,627 m p = 3,2 m h = 0,5 m El. hi hilir = El. Dasar sungai + h = 304,72 +0,5 = +305,22 m Q hilir = 24,858 m3/dt Q loncatan air= 38,473 m3/dt y2 = 1,211
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -32
El. y2
Untuk perhitungan elevasi lainnya dihitung menggunakan excel dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.20 Elevasi Muka Air
MAB Hilir Elevasi h Q hi hilir 304,72 305,22 305,72 306,22 306,72 307,22 307,72 308,22 (m) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 (m /dt) 0 24,858 87,787 181,505 302,487 448,580 618,351 810,807
3
Loncatan Air Q Elevasi (m3/dt) 0 38,473 109,7928 206,7062 324,449 424,180 619,064 801,058 y2 303,293 304,504 305,338 306,101 306,814 307,323 308,171 308,850
Dari tabel perhitungan loncatan air dan elevasi muka air diatas maka didapatkan grafik seperti pada Gambar 4.15
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -33
307.000
306.000 305.000 304.000 303.000 0 200 400 600 800
Karena loncatan air masih berada di atas muka air hilir, maka z di tambah 0,5 agar loncatan air berada di bawah muka air hilir. Sehingga: z = 5,127 m
Seperti perhitungan sebelumnya, maka perhitungan loncatan air, elevasi muka air dan grafiknya adalah sebagai berikut:
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -34
Tabel 4.21 Loncatan Air Kontrol Loncatan Air vi q yi (m/dt) (m2/dt) (m) 0 0 0 10,272 0,769 0,075 10,439 0,074 10,440 10,512 10,785 10,789 10,756 11,103 11,113 11,00 11,395 11,412 11,180 11,597 11,620 11,488 11,926 11,958 11,742 12,181 12,220 2,195 0,074 0,21 0,20 0,20 0,38 0,37 0,37 0,59 0,57 0,57 0,76 0,73 0,73 1,08 1,04 1,04 1,36 1,31 1,31
Hi (m) 0 0,502
Q (m3/dt) 0 38,473
z (m) 0 5,38
Fr 0 12,280
y2 (m) 0 1,243
z cek 0 5,554 5,556 5,93 5,93 6,28 6,30 6,62 6,64 6,86 6,88 7,25 7,29 7,29 7,56 7,61
1,01
109,793
5,63
7,636
2,098
1,54
206,706
5,90
4,134
5,821
2,880
2,08
323,931
6,17
6,488
4,836
3,611
2,487
424,181
6,37
8,483
4,344
4,133
3,2
619,065
6,73
12,350
3,752
5,00
3,8
801,058
7,03
16,021
3,407
5,696
MAB Hilir h Q Elevasi (m) (m3/dt) 304,72 0 0 305,22 0,5 24,858 305,72 1 87,787 306,22 1,5 181,505 306,72 2 302,487 307,22 2,5 448,580 307,72 3 618,351 308,22 3,5 810,807
Loncatan Air Q (m3/dt) 0 38,473 109,792 206,706 324,449 424,180 619,064 801,058
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -35
Elevasi (m) 309.000 308.000 307.000 306.000 305.000 304.000 303.000 302.000 0 200
Loncatan Air
Muka air loncatan sudah berada di bawah muka air banjir di hilir, sehingga perhitungan dapat dilanjutkan dengan nilai sebagai berikut: Fr = 4,344 y2 = 4,133 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -36
4.4 Analisis Stabilitas Bendung Dengan adanya bendung, maka terjadi perbedaan tinggi muka air antara hulu dan hilir bendung, yang menyebabkan terjadinya beda tekanan (energi) antara kedua bagian tersebut. Salah satu akibatnya adalah timbulnya aliran rembesan di bawah bendung (pondasi), lebih- lebih bila tanah dasarnya bersifat porus. Maka, harus di analisis besarnya tekanan- tekanan yang ada sehingga tidak menyebabkan bendung terganggu.
4.4.1 Tekanan Rembesan Pada tekanan rembesan akan membahas bahaya sufosi atau terbongkarnya butir- butir tanah pada titik tersebut. Untuk menghitungnya, terdiri dari dua bagian yaitu menghitung bahaya sufosi dan tebal lantai sebagai berikut:
A. Kontrol Bahaya Sufosi Untuk mengontrol bahaya sufosi, metode yang digunakan adalah metode Bligh, karena metode ini lebih praktis dan sudah umum digunakan, dengan perhitungan sebagai berikut: a. Pada Kondisi Normal H = El. Mercu El. Kolam Peredam Energi = 307,92 302,793 = 5,127 m C = 4 (Boulder, batu- batu kecil dan kerikil kasar)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -37
L (A-R) = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NO+ OP+ PQ+ QR = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 3,942+ 0,448+ 0,3+ 2,4 = 30,65 m Syarat L (A-P) H x C 31,60 5,127 x 4 31,60 20,508 OK!
(19.1)
b. Pada Kondisi Banjir H = El. MAB Hulu El. MAB Hilir = 310,307 307,142 = 3,165 m C = 4 (Boulder, batu- batu kecil dan kerikil kasar)
L (A-R) = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NO+ OP+ PQ+ QR = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 3,942+ 0,448+ 0,3+ 2,4 = 30,65 m Syarat L (A-P) H x C 31,60 3,165 x 4 31,60 12,66 OK!
(19.1)
B. Tebal Lantai Akibat adanya rembesan di bawah tubuh bendung, maka setiap titik pada konstruksi akan menerima tekanan, baik ke atas maupun ke samping yang disebut dengan daya angkat (uplift pressure). Pengembangan dari teori Bligh dan Lane akan menentukan besarnya tekanan daya angkat pada setiap titik di bawah pondasi seperti terlihat di Gambar 4.19
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -38
a. Kontrol terhadap Air Normal H = El. Mercu El. Kolam Peredam Energi = 307,92 302,793 = 5,127 m Hx = El. Mercu- El. Titik x = 307,92 301,593 = 6,327 m lx = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NX = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 2,1284 = 25,69 m l = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NO+ OP+ PQ+ QR = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 3,942+ 0,448+ 0,3+ 2,4 = 30,65 m Px = Hx - x H
(19.4)
25,69
Cek:
Syarat tx min
= 0,845
b. Kontrol terhadap Air Banjir H = El. MAB Hulu El. MAB Hilir = 310,307 307,142 = 3,165 m Hx = El. MAB Hulu - El. Titik x = 310,307 301,593 = 8,714 m lx = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NX = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 2,1284 = 25,69 m l = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NO+ OP+ PQ+ QR = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 3,942+ 0,448+ 0,3+ 2,4 = 30,65 m Px = Hx - x H = 8,714
25,690 30,65
(19.4)
x 3,165
= 6,061 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -40
= 0,803
4.4.2 Stabilitas Tubuh Bendung A. Gaya dan Momen 1. Berat Sendiri dan Gaya Gempa Berat Sendiri tubuh bendung tergantung dari jenis bahan yang digunakan, umumnya pasangan batukali atau beton. Besarnya gaya berat adalah sama dengan volume dikalikan dengan berat isi. Perhitungan dilakukan untuk setiap 1 m lebar, maka volume sama dengan luas potongan yang ditinjau. Besar gaya gempa adalah berat bangunan dikalikan dengan koefisien gempa dan diperhitungkan sebagai gaya horizontal yang bekerja ke arah yang paling berbahaya, dalam hal ini adalah ke arah hilir bangunan (ke kanan). Harga koefisien gempa tergantung dari faktor letak geografis suatu daerah dimana bendung direncanakan, dan diambil dari peta gempa yang dikeluarkan oleh DPMA tahun 1981, yang disebut Peta Zona Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan Gempa.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -41
Perjanjian arah gaya dan momen ditentukan sebagai berikut: Gaya horizontal : ke kiri (-) = negatif, adalah gaya penahan
ke kanan (+) = positif, adalah gaya geser Gaya vertikal : ke kiri (-) = negatif, adalah gaya penahan
berputar ke kanan (+) = positif, adalah momen guling p = 2,4 t/m (Pasangan beton bertulang) n = 0,29 m = 1,32 ac = 160 cm/dt2 (Percepatan gempa dasar untuk periode 100 tahun) z = 0,916 (koefisien zone)
Koefisien jenis tanah diluvium lunak
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -42
aVII = 1,2524m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -43
xVII = 6,98 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -44
Segmen G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7
Gaya berat (t) 6,130 2,252 21,884 18,925 11,592 7,51 4,809216 68,297
Lengan momen (m) 1,0642 1,4189 3,9858 4,6049 6,2037 7,1903 6,9816
Momen putar (tm) 6,523 3,195 87,23 87,15 71,91 54,03 33,58 310,04
Gaya Gempa (t) 0,35 0,13 1,25 1,08 0,66 0,43 0,28 3,910
Lengan momen (m) 0,97 1,867 1,227 3,870 3,35 2,25 4,567
Momen gempa (tm) 0,341 0,241 1,538 4,193 2,223 0,968 1,257 9,50
a1
= 2,1284 m
= 2,55 m3 Gaya berat (Gb) = p x V = 2,4 x 2,55 = 6,130 ton Lengan momen = x1 = 1,0642 m Momen putar = Gb x l = 6,130 x 1,0642 = 6,523 tm ad = n (ac z )m = 0,29 (160 x 0,916) 1,32 = 56,103 cm/dt2 g E = 980 cm/dt2 =
56,103 980
(20)
(20.2)
(21.2)
(21.1) (21)
Lengan momen = y1
= 0,970 m
(21.3)
Momen gempa (Mgg) = Gg x y1 = 0,35 x 0,970 = 0,341 tm Dari perhitungan di atas, maka di dapatkan: Gb Mgb Hgg Mgg = -68,297 ton = -310,04 tm = Gg = 3,910 ton = 9,50 tm
2. Tekanan Hidrostatis Air Normal Gaya akibat tekanan air yang bekerja pada tubuh bendung dibedakan menjadi dua macam, yaitu tekanan hidrostatis dan tekanan rembesan yang menimbulkan daya angkat, pada saat air normal dianggap bahwa dibagian hulu
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -46
terdapat air setinggi mercu, sedangkan bagian hilir tidak ada air, seperti Gambar 4.23
Diketahui: a = 1,2524 m p = 3,2 m w = 1 t/m3 L1 = KL + bVI+ (1/3 p) = 1 + 2,5 + ((1/3)* 3,2) = 4,5667 m L2 = aI + aIII + aV + ((2/3)*a) = 2,1284 + 3,7148 + 0,7209 +((2/3)*1,2524) = 7,399 m Ga1 = w p2 1 m = 1 3,22 = 5,12 t
(22.1)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -47
Ga2
(22.2)
= Ga1 = 5,12 t = Ga2 = 2,004 t = (Ga1 L1) (Ga2 L2) = (5,12*4,5667) (2,004*7,399) = 8,5549 tm
= 3,034 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -48
Ga1 = p2 w1m= *3,22*1= 5,12 t Ga2 = hd p w 1m = 2,387*3,2*1= 7,64 t Ga3 = a p w 1m= *1,2524*3,2*1= 2,004 t Ga4 = a hd w 1m= 1,2524*2,387*1= 2,9894 t Ga5 = h2 b w 1m= *3,4674*3,034*1= 5,260 t Ga6 = a1 h2 w 1m= 2,1284*3,4674*1 = 7,380 t Ga7 = a1 bII w1m= 1/2*2,1284*0,8816*1 = 0,9381 t Ga8 = h32 w1m= 1/2*4,3492 *1 = 9,4569 t Hab = Ga1 + Ga2 - Ga8 = 5,12 + 7,64 - 9,4569 = 3,301 t Vab = - Ga3 - Ga4 - Ga5 - Ga6 - Ga7 = -2,004 2,9894- 5,260 - 7,380- 0,9381 = - 18,5715 t Mab = Ga x L
(23.6) (23.7)
(23.8)
(23.9)
= (Ga1 L1)+ (Ga2 L2)- (Ga3 L3)- (Ga4 L4)- (Ga5 L5)- (Ga6 L6)- (Ga7 L7) - (Ga8 L8) = (5,12 x 4,5667)+ (7,64x 5,1)- (2,004x 7,399)- (2,9895 x 7,1903)(5,260 x 3,1397)- (7,380 x 1,0642)- (0,9381 x 0,70946)- (9,457 x 3,022) = -27,604 tm
4. Daya Angkat (Uplift Pressure) Bangunan tubuh bendung mendapat tekanan air bukan hanya permukaan luarnya, tetapi juga pada dasarnya dan dalam tubuh bangunan itu sendiri yang disebut daya angkat yang menyebabkan beratnya berat efektif bangunan diatasnya. Daya angkat ini akan menimbulkan gaya guling terhadap tubuh bendung dan pecahnya lantai kolam peredam energi.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -49
Titik J
Bidang
Elevasi
Li (m) 16,5
J-K K L LM M N N- X X
302,22
17,75 18,75
301,22
23,19 23,56
301,593
25,69
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -50
Contoh perhitungan:
Elevasi J- K
= +302,22 m
Elevasi mercu = +307,92 m Elevasi kolam = +302,793 m HJ-K = Elevasi mercu - Elevasi J- K = 307,92 - 302,22 = 5,7 m H = Elevasi mercu - Elevasi kolam = 307,92 - 302,793 = 5,127 m l = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI +IJ+ JK+ KL+ LM+ MN+ NO+ OP+ PQ+ QR = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524+ 1+ 4,4357+ 0,373+ 3,942+ 0,448+ 0,3+ 2,4 = 30,65 m LJ = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI+ IJ = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2 = 16,5 m LK = AB+ BC+CD +DE + EF+ FG+ GH+ HI+ IJ+ JK = 2,5 + 1+ 2 + 1+ 2+ 1+ 2+ 3+ 2+ 1,2524 = 17,7524 m PJ = HJ-K - x H = 5,7 30,65 x 5,127 = 2,940t/m2
16,5
(24)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -51
PK
= HJ-K - x H = 5,7
17,7524 30,65
x 5,127
= 2,730t/m2
Xi (m) 0,83
X (m) 0,634
0,63 2,957 2,30 2,218 1,419 1,093 1,064 22,41 93,447 4,70 1,093 5,135 14,16 4,432 62,754
Contoh perhitungan:
Luas J = x (PJ- PK) x LJ- K = x (2,940-2,730) x 1,2524 = 0,1312 m Luas K= PKx LJ- K = 2,730x 1,2524 = 3,42 m XJ = 2/3LJ- K = 2/3 * 1,2524 = 0,83 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -52
XK
= 0,634 m
Daya Angkat =
LJ K =
2,940+2,730
1,2524 = 3,55 t
Lengan momen = X + LM+ NX = 0,634 + 4,436 + 2,1284 = 7,198 m Momen daya angkat = Daya angkat * lengan momen = 3,55 * 7,198 = 25,558 tm Dari perhitungan di atas, maka didapatkan: Daya angkat = 22,41 ton
Titik J
Bidang
Elevasi
Li (m) 16,5
J- K K L L- M M N N- X X
302,22
17,75 18,75
301,22
23,19 23,56
301,593
25,69
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -53
Xi (m) 0,83
X (m) 0,628
0,63 2,96 2,242 2,22 1,42 1,071 1,06 51,750 205,168 13,13 1,071 14,061 30,70 4,371 134,190
5. Tekanan Lumpur Setelah bendung beroperasi beberapa tahun, ada kemungkinan dibagian hulu bendung akan tertimbun oleh sedimen, lumpur dan sebagainya tergantung material bawaan sungai. Oleh karena itu dalam meninjau stabilitas maka di hulu mercu tersebut terdapat endapan lumpur setinggi mercu.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -54
Diketahui: P = 3,2 m 1 = t - w = 1,8 1 = 0,8 = 0 (untuk tanah lempung) Ka= 1+ sin = 1+sin 0 = 1 a Gl1 = 1,2524 m = p2 1 Ka 1m = 3,22 0,8 1 = 4,096 t Gl2 = p 1 a 1m = 3,2 0,8 1,2524 = 1,6030 t L1 = KL + bVI + (1/3 p) = 1 + 2,5 + ((1/3)* 3,2) = 4,5667 m L2 = aI + aIII + aV + ((2/3)*a) = 2,1284 + 3,7148 + 0,7209 +((2/3)*1,2524) = 7,399 m H1 = Gl1 = 4,096 t V1 = Gl2 = 1,603 t M1= Gl1 L1 Gl2 L2 = (4,096 x 4,5667)-( 1,603 x 7,399) = 6,844 tm
(25.2) (25.3) (25.4) (25.1) (25)
1sin 1sin 0
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -55
B. Kontrol Stabilitas Bendung Dalam perncanaan bendung tidak boleh bergeser, terguling dan ambles oleh karena itu dilakukan pengontrolan stabilitas dengan dilakukan beberapa kombinasi pembebanan sesuai dengan probabilitasnya. Maka faktor keamanan dari masing-masing dari kombinasi tersebut juga bervariasi. Untuk memudahkan dalam perhitungan stabilitas bendung, maka dibuat tabel resume dari gaya- gaya dan momen yang mempengaruhi.
Tabel 4.26a Resume Gaya dan Momen
No 1 2 3 4 5
Faktor gaya Berat Sendiri Gaya Gempa Tek. Lumpur Tek. Uplift Gaya Hidrostatis Jumlah
Gaya (t) Vertikal Horizontal -68,297 3,910 -1,6030 4,096 22,41 -2,004 5,12 49,496 13,125
Momen (tm) Tahan Guling -310,04 9,50 6,843 93,447 8,55485 310,04 118,35
No 1 2 3 4 5
Faktor gaya Berat Sendiri Gaya Gempa Tek. Lumpur Tek. Uplift Gaya Hidrostatis Jumlah
Gaya (t) Vertikal Horizontal -68,297 3,910 -1,6030 4,096 51,75 -18,571 3,3015 36,721 11,307
Momen (tm) Tahan Guling -310,04 9,50 6,843 205,168 -27,60 337,64 221,51
1. Kombinasi 1 (M+ T+ Thn) Terhadap guling Fg = 1,5 Momen Penahan (-) Berat Sendiri Mt Momen guling (+) Momen daya angkat normal = 93,447 tm = -310,04 tm = -310,04 tm
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -56
Fg = = 108,844 = 2,85 Terhadap geser Fg = 1,5 Gaya Vertikal Berat Sendiri Tekanan lumpur Tekanan air normal = -68,297 t = -1,6030t = -2,004 t
Daya angkat normal = 22,41 t Hv f (pasangan beton) Gaya Horizontal Tekanan lumpur Tekanan air normal Hh Fs =
Hv x f Hh
= -49,496 = 0,5
2. Kombinasi 2 (M+ T+ Thn+ G) Terhadap guling Fg = 1,3 Momen Penahan (-) Berat Sendiri Mt Momen guling (+) Momen daya angkat normal = 93,447 tm M. Tek. Lumpur = 6,843 tm = -310,04 tm = -310,04 tm
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -57
= 8,554tm = 9,50 tm
= 118,35 tm
(26)
Fg = = 118,35 = 2,62 Terhadap geser Fg = 1,3 Gaya Vertikal Berat Sendiri Tekanan lumpur Tekanan air normal = -68,297 t = -1,6030 = -2,004 t t
Daya angkat normal = 22,41 t Hv f (pasangan beton) Gaya Horizontal Tekanan lumpur Tekanan air normal Gaya Gempa Hh Fs =
Hv x f Hh
= -49,496 = 0,5
49,496 x 0,5
= 1,88
(26.1)
3. Kombinasi 3 (M+ T+ Thb) Terhadap guling Fg = 1,3 Momen Penahan (-) Berat Sendiri Momen tekanan air banjir Mt Momen guling (+) Momen daya angkat banjir = 205,168 tm = -310,04 tm = -27,604 tm = -337,64 tm
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -58
Momen Tek. Lumpur Mg Fg = = 212,011 = 1,6 Terhadap geser Fg = 1,3 Gaya Vertikal Berat Sendiri Tekanan lumpur Tekanan air banjir Daya angkat banjir Hv f (pasangan beton) Gaya Horizontal Tekanan lumpur Tekanan air banjir Hh Fs =
Hv x f Hh 337,64
= 6,843 tm = 212,011 tm
(26)
36,721 x 0,5
= 2,482
(26.1)
4. Kombinasi 4 (M+ T+ Thb+ G) Terhadap guling Fg = 1,1 Momen Penahan (-) Berat Sendiri Momen tekanan air banjir Mt Momen guling (+) Momen daya angkat banjir Momen Gempa Momen Tek. Lumpur = 205,168 tm = 9,50 tm = 6,843 tm = -310,04 tm = -27,604 tm = -337,64 tm
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -59
Mg Fg = = 221,511 = 1,524 Terhadap geser Fg = 1,1 Gaya Vertikal Berat Sendiri Tekanan lumpur Tekanan air banjir Daya angkat banjir Hv f (pasangan beton) Gaya Horizontal Tekanan lumpur Gaya Gempa Tekanan air banjir Hh Fs =
Hv x f Hh 337,64
= 221,511 tm
(26)
36,721 x 0,5
= 1,623
(26.1)
4.
1,524
1,623
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -60
C. Kontrol Pondasi Diketahui: 1. Panjang Bendung B = JK+ LM+ NX = 1,2524 + 4,4357+ 2,1284 = 7,817 m 1/6 B = 1/6 x 7,817 = 1,303 m 2. Daya Dukung Tanah Daya dukung tanah dasar didapatkan dari pengujian tanah sebelumnya, yaitu: Qult Qa = 188,384 ton/m2 =
188,384 3
= 62,795 ton/m2
Dari data yang diketahui di atas, maka perhitungan kontrol pondasi sebagai berikut: a. Kombinasi 1 (M+ T+ Thn) Mt Hv e 1 = 310,04 tm Mg = 108,845 tm = 49,496 tm =2= = 2 = =
Mt Mg Hv 6e 7,817 2 310,04 108,845 49,496
Hv
x (1-
)
7,817
62,247 Hv
x (17,817 x (1+
6 x 0,1566
) = 7,0932t/m2< Qa OK!
6e
)
7,817
62,247
x (1+ 7,817
6 x 0,1566
Hv e 1
= 49,496 tm =2= =
Mt Mg Hv 6e
7,817 2
Hv
x (1-
)
7,817
62,247 7,817 Hv
x (1-
6 x0,03
) = 6,1599 t/m2
= =
x (1+ ) x (1+
6 x0,03 7,817
6e
62,247 7,817
) = 6,50453 t/m2
Pada kombinasi 2 kenaikan tegangan izin sebesar 20%, maka: 1,2 1 = 1,2 x 6,159 = 7,39189 t/m2 < Qa OK! 1,2 2 = 1,2 x 6,504 = 7,80543 t/m2 < Qa OK!
Hv
x (1-
)
7,817
36,721 Hv
x (17,817 x (1+
6 x0,48711
) = 2,941t/m2< Qa OK!
6e
)
7,817
36,721
x (1+ 7,817
6 x0,48711
) = 6,45453t/m2< Qa OK!
Pada kombinasi 2 kenaikan tegangan izin sebesar 20%, maka: 1,2 1 = 1,2 x 2,941 = 3,53 t/m2 < Qa OK! 1,2 2 = 1,2 x 6,4545 = 7,745 t/m2 < Qa OK!
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -62
Hv
x (1-
)
7,817
36,721 7,817 Hv
x (1-
6 x0,74591
x (1+
6e
)
7,817
36,721 7,817
x (1+
6 x0,74591
Pada kombinasi 2 kenaikan tegangan izin sebesar 50%, maka: 1,2 1 = 1,5 x 2,0080 = 3,01208 t/m2 < Qa OK! 1,2 2 = 1,5 x 7,387 = 11,0817 t/m2 < Qa OK!
No. 1. 2. 3. 4.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -63
4.5 Bangunan Pengambilan dan Pembilas 4.5.1 Bangunan Pengambilan Bangunan Pengambilan (intake) berfungsi untuk menyadap air sungai (yang telah dibendung), sesuai dengan kebutuhan irigasi. Dalam perhitungan ini debit saluran rencana adalah 2,88 m3/dt, adapun perhitungannya adalah sebagai berikut: z = 0,15-0,25 m p = 0,5-1,5 m P = 3,2 m Kehilangan tekanan pada bendung akibat gelombang = 0,1 m Qr = 2,88 m3/dt Qr = 1,2 x 2,88 m3/dt = 3,45 m3/dt = 2 3,45 = 8 2 9,81 0,25 3,45 = 1,77 . amax = P - p - z - 0,1 = 3,2 - 1,5 - 0,25 - 0,1 = 1,35 m 3,45 b b = 1,77 x 1,35 x b = 3,45/(1,77 x 1,35) = 1,44 m, 1,5 m
(27.2)
= 0,15-0,25 m = 0,8
Karena lebar bukaan b = 1,5 m < 2,5 m maka dibuat 1 buah pintu pengambilan. Cek tinggi bukaan a = 3,45/(1,77 x 1,5) = 1,31 a amax 1,29 m 1,35 m OK Maka didapatkan a =1,31m dan b = 1,5m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -64
El. MA saluran
El. Ambang
4.5.2 Bangunan Pembilas Tinggi saluran bawah Tebal plat beton undersluice = 1,5 m (1m-2m) = 0,2 m (0,2m -0,35)
4.6 Tembok Sayap, Tembok Pangkal, dan Pengarah Arus 4.6.1 Tembok Sayap Hilir
Tembok sayap hilir adalah adalah tembok sayap yang terletak dibagian kanan dan kiri peredam energi bendung yang menerus ke hilir dari tembok pangkal bendung dengan bentuk dan ukuran yang berkaitan dengan ukuran peredam energi. Panjang tembok sayap hilir yang bagian lurus dapat dihitung dengan rumus dibawah ini: Ls = 3,9418 m Lx = 1,25- 1,5 Ls Lsi = 1/2Ls + Lx
(29)
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -65
= 1/2
4.6.2
Tembok pangkal bendung adalah tembok yang berada di sebelah kiri dan kanan pangkal bendung dengan tinggi tertentu yang menghalangi luapan aliran pada debit rencana tertentu ke samping kiri dan kanan terlihat. Tinggi pangkal bendung sama dengan tinggi muka air rencana ditambah tinggi jagaan (free board) 1-1,5 m atau aman terhadap debit banjir. Panjang tembok pangkal dipengaruhi oleh adanya bangunan pengambilan dan tata letak jembatan lalu lintas dan panjang antara sisi tembok pengambilan ke hulu lebih besar 2 kali tinggi air. Di tembok pangkal, selain menghitung panjangnya, kita juga harus merencanakan dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng itu sendiri. Dinding yang dipilih pada perencaan kali ini adalah dinding gravitasi, dinding ini dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan batu kali. Stabilitas yang diperoleh hanya dengan mengandalkan berat sendiri konstruksi.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -66
Diketahui tinggi dinding penahan tanah (H) yaitu: El. Muka Air Hulu El. Titik HI + 1,5 = 310,307 304,72 +1,5 = 7,087 m Maka dimensi dinding penahan tanah adalah sebagai berikut: Bd = 0,5 = 3,50 m Hd = =
6 7,087 5
= 1,4 m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -67
Setelah mendapatkan dimensi dinding, gaya- gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah sperti pada Gambar 4.29.
A. Berat Sendiri G1 = = 3,5 1,4 2,2 G2 = = 0,5 1,3874 6,937 2,2 G3 = = 1,6126 6,937 2,2 G4 = = 0,3 0,15 2,2 G B. Berat Tanah W1 = = 0,25 7,087 1,7 = 3,012 t/m = 10,78 t/m = 10,587 t/m = 24,611 t/m = 0,099 t/m = 46,0764 t/m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -68
= 8,181 t/m
W3 = = 1,3874 0,15 1,7= 0,354 t/m W4 = = 1,3126 0,15 2,2 W = 0,335 t/m = 11,881 t/m
C. Tekanan Tanah Aktif Data tanah di belakang dinding penahan tanah adalah sebagai berikut: Berat tanah () Sudut geser () Kohesi (C) Beban di atas tanah (q) = 1,7 t/m3 = 25 = 6,0 t/m2 = 200 kg/m2 = 0,2 t/m2
= 2 32.5 = 0,41
Pa = 2 = 0,2 0,41 2 6 0,41 = -7,60 t/m2 Pb = + 2 = (1,7 8,487) + 0,2 0,41 2 6 0,41 = -1,68 t/m2 Hasil tekanan tanah negatif tidak diperhitungkan, maka tekanan tanah yang ada tidak berpengaruh pada stabilitas dinding penahan tanah. D. Gaya Horizontal Akibat Gempa Percepatan gempa, E = 0,06 E1 = 0,06 1 = 0,06 x 10,78 E2 = 0,06 2 = 0,06 x 10,587 E3 = 0,06 3 = 0,06 x 24,611 E4 = 0,06 4 = 0,06 x 0,099 E = 0,65 t/m = 0,635 t/m = 1,476 t/m = 0,006 t/m = 2,825 t/m
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -69
Gaya G1 G2 G3 G4 W1 W2 W3 W4
Besar Gaya (t/m) 10,78 10,587 24,611 0,099 3,012 8,181 0,354 0,335 Total
Lengan Momen (m) 1,75 1,175 2,444 3,1 0,125 0,706 0,944 2,294
Mp (tm/m) 18,87 12,439 60,141 0,307 0,3765 5,774 0,334 0,767 99,00
2. Momen Guling
Gaya E1 E2 E3 E4
99,00 10,05
Koefisien geser, f
G. Kontrol Tegangan Tanah Tegangan tanah yang terjadi: = = 99,00 - 10,50 = 88,95 tm/m = G + W = 46,076 + 11,881 = 57,96 t/m b 1/6 b
2
= Bd
= 3,5 m
= 0,5833 m
3,5 2 6 6 88,95 57,96 57,96 3,5 57,96 3,5
Eksentrisitas: =
= =
1 = 2 =
1+ 1
4.6.3
Tembok sayap hulu adalah tembok sayap yang menerus ke hulu dari tembok pangkal dengan bentuk dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan fungsinya sebagai pengarah arus dan pelindung tebing. Panjang tembok sayap hulu dapat ditentukan: Bagi tebing sungai yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang total tembok pangkal bendung ditambah sayap hulu. 0,5 1,5 Keterangan: Lsu = panjang tembok sayap hulu (m) Bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok pangkal bendung atau palung sungai di udik bendung yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -71
lebar pelimpah bendung maka tembok sayap udik perlu diperpanjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil minimum 2 x Lp. untuk Kemiringan tembok sayap dapat diambil dengan kemiringan 1:1 atau 1:11 2. 4.7 Kantong Lumpur Kantong lumpur berfungsi mencegah agar sedimen halus tidak mengendap di saluran irigasi. Ukuran butir yang harus diendapkan bergantung kepada kapasitas angkutan sedimen di jaringan saluran selebihnya. Dianjurkan bahwa sebagian besar (60%-70%) partikel-partikel dengan diameter diatas 0,06-0,07 mm (Standar Perencanaan Irigasi KP-02).
4.7.1 Volume Kantong Lumpur Dari data perhitungan debit saluran irigasi didapatkan debit rencana saluran sebesar Qd = 2,88 m3/dt. Untuk menentukan volume kantong lumpur diasumsikan air yang dielakan mengandung 0,25 sedimen yang harus diendapkan dalam kantong lumpur. Volume kantong lumpur (V) bergantung terhadap jarak waktu pembilasan dimana waktu pembilasan yang direncanakan adalah 1 minggu sekali V = 0,00025 = 0,00025 2,88 7 24 3600 = 435,456 m3 4.7.2 Luas Permukaan Rata- Rata Kecepatan endapan (w) untuk suhu 200C dengan diameter 0,07 mm didapatkan nilai w = 0,004 m/dt dari Grafik Hubungan antara diameter ayak dan kecepatan endapan. Adapun perhitungan luas rata-rata permukaannya adalah sebagai berikut: LB = =
2,88
0,004
=720 m2
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -72
Karena
direncanakan 5 m.
4.7.3 Penentuan Kemiringan Energi di Kantong selama Ekploitasi Normal (In) Dalam penentuan kemiringan energi pada kondisi eksploitasi normal diambil nilai vn = 0,4 m/dt untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan agar butiran yang lebih besar tidak langsung mengendap di hilir pengambilan. Harga koefisien Strickler diambil 45 m1/2/dt untuk saluran tanah. Adapun tahapan perhitungannya adalah sebagai berikut: Diketahui: m = 1, b = 5 m An = =
2,88 0,4
=7,2 m2 hn = =
7,2 5
9,073
In
3
2
0,4 0,83 45
2
= 0,00011 m
4.7.4 Penentuan Kemiringan Energi selama Pembilasan (Is) Untuk penentuan kecepatan aliran pembilasan diambil vs = 1 m/dt diasumsikan sedimen didalam kantong berupa pasir halus. Diketahui: Qd Qs = 2,88 m3/dt = 1,2 x Qd = 1,2 x 2,88 m3/dt = 3,456 As = =
1
3,456
6,3824
Is = =
= 0,0014 Untuk dapat membilas dengan baik, kecepatan aliran harus dijaga tetap subkritis (Fr < 1). Fr = =
1 9,81 0,6912
4.7.5 Penentuan Elevasi dan Panjang Kantong Lumpur Volume kantong yang diperlukan adalah 435 m3. V 435 L = h x b x L + h (Is + In) L2 x b = 0,6912 x 5 x (L+ 0,6912 (0,0014 0,00011)L2 x 5 = 110 m > 100 m ....... OK!
Keterangan: Elevasi 1 Elevasi 2 Elevasi 3 = +306,06 (elevasi amabang - d) = +305,37 (elevasi dasar kantong lumpur bagian hulu) = +305,216 (elevasi dasar kantong lumpur bagian hilir)
4.7.6 Pengecekan Efisiensi Dengan panjang (L) = 110 m,kedalaman air rencana (h) = 0,6912 m dan kecepatan (Vn ) = 0,40 m/dt.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -75
Wo
=
0,004
0,4
= 0,00251 = 1,6 =
0,004 0,4
= 0,01
Dari grafik pada Gambar 2.52 maka didapatkan efisiensi 0,86 = 86%. 4.7.7 Alat Ukur Ambang Lebar Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol segi empat, sebagai berikut: = 3 3 1 3/2 Diketahui: Q = 2,88 m3/dt Cd = 1 (untuk mercu bulat) g = 9,81 m/dt2 z = 0,25 m (kondisi Max.) = 3 3 1 3/2 = 1 3 9,81 3 1 3/2 = 1,71 b h2/3 h = 3 z = 3 x 0,25 = 0,75 m = 1,71 b h2/3
2,88 2 2 2 2 2 2
(36 )
1,71
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -76
1,5
= 0,748 m Kontrol z = 1/3 h = 1/3 0,748 = 0,249 0,5 ......... OK! Maka, b = 2,6 m dan h = 0,748 m Dari tabel debit untuk alat ukur segi empat per meter lebar (lampiran) didapatkan L = 1,0 m.
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -77
Panji Agustiawan, Vika Nurati Utami, Perencanaan Bendung Caringin ..... IV -74