Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Kimia Fisika

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU


Antika Anggraeni 10509043 Kelompok IV

Tanggal percobaan: 14 April 2011 Tanggal pengumpulan: 21 April 2011 Asisten : Riana (10507041) Andi (10508076)

Laboratorium Kimia Fisik Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung 2011

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

A. Tujuan Menentukan kalor pelarutan differensial asam oksalat dan kelarutan asam oksalat dalam berbagai suhu. B. Teori Dasar Dalam larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang larut dan yang tidak larut. Kesetimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut: A(p) A(l) A(p): molekul zat yang tidak larut A(l): molekul zat terlarut Tetapan kesetimbangan proses pelarutan tersebut:

: kelarutan zat yang larut keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam keadaan standar koefisien keaktifan zat yang larut kemolaran zat yang larut karena larutan jenuh disebut kelarutan Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan. Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada peristiwa sederhana yang terjadi pada kehidupan sehari-hari yaitu kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan satu lagi ke dalam air dingin, maka gula akan lebih cepat larut pada air panas karena semakin besar suhu semakin besar pula kelarutannya. Aplikasi kelarutan dalam dunia industri adalah pada pembuatan

reaktor kimia, pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan integral, selain itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan granul-granul pada industri baja. Oleh karena aplikasi kelarutan yang bermanfaat dan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan maka praktikum kelarutan zat padat dalam cairan perlu dilakukan. C. Cara Kerja

Keterangan gambar: a: termometer b: pengaduk lingkar c: tabung sedang d: tabung selubung e: larutan asam oksalat f: air / air + es g: tabung besar

larutan asam oksalat dilarutkan, dipanaskan sampai suhu 60 dimasukkan ke dalam tabung sedang (1/2 volum tabung) peralatan disusun seperti gambar diatas larutan jenuh diaduk secara kontinue diamati jika suhu mencapai 55 , dituangkan 10 mL, diencerkan dalam labu takar 100 mL (larutan A) diaduk, sampai suhu mencapai 45 , dituagkan 10 mL, diencerkan dalam labu takar 100 mL (larutan B) diaduk, sampai suhu mencapai 35 , dituagkan 10 mL, diencerkan dalam labu takar 100 mL (larutan C) air didalam tabung besar ditambah es diaduk, sampai suhu mencapai 25 ,

dituagkan 10 mL, diencerkan dalam labu takar 100 mL (larutan D) masing-masing larutan dititrasi dengan NaOH 0,4798 M D. Data Pengamatan
massa pikno massa pikno+air massa larutan (55) massa larutan (45) massa larutan (35) massa larutan (25) 17,60 gram 44,19 gram 44,58 gram 44,52 gram 44,47 gram 44,40 gram

air pada suhu 26


Larutan larutan 55 larutan 45 larutan 35 larutan 25

= 0,996783 g/mL
v1 NaOH 13,5 mL 10,7 mL 9 mL 12,1 mL v2 NaOH 13,3 mL 10,6 mL 9,2 mL 11,7 mL V 13,4 mL 10,65 mL 9,1 mL 11,9 mL

E. Pengolahan Data 1. Penentuan volum pikno


( ) ( )

2. Penentuan

oksalat tiap suhu


( ) ( )

3. Penentuan: a) konsentrasi larutan H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O Mol H2C2O4 = mol NaOH 2 x 10/100 x M H2C2O4 x V H2C2O4 = M NaOH x V NaOH M H2C2O4 =
Larutan asam oksalat 55 asam oksalat 45 asam oksalat 35 asam oksalat 25 konsentrasi 3,215 M 0,255 M 0,218 M 0,285 M

b) berat 100 mL oksalat = 100 mL x

oksalat

oksalat 55 = 100 mL x 1,0116 g/mL = 101,16 g oksalat 45 = 100 mL x 1,0094 g/mL = 100,94 g oksalat 35 = 100 mL x 1,0075 g/mL = 100,75 g oksalat 25 = 100 mL x 1,0048 g/mL = 100,48 g

c) berat 90 mL air = 90 mL x

air

air = 90 mL x 0,996783 g/mL = 89,71 g

d) berat 10 mL larutan jenuh berat 10 mL = berat 100 mL berat 90 mL oksalat 55 = 101,16 g 89,71 g = 11,45 mL oksalat 45 = 100,94 g 89,71 g = 11,23 mL oksalat 35 = 100,75 g 89,71 g = 11,04 mL oksalat 25 = 100,48 g 89,71 g = 10,77 mL

e) berat oksalat dalam 10 mL larutan jenuh berat oksalat = M H2C2O4 x Mr H2C2O4

berat oksalat 55 = berat oksalat 45 = berat oksalat 35 = berat oksalat 25 =

3,215 x 90,035 = 28,95 g 0,255 x 90,035 = 2,29 g 0,218 x 90,035 = 1,96 g 0,285 x 90,035 = 2,56 g

f) berat pelarut dalam 10 mL larutan jenuh berat pelarut = berat 10 mL larutan jenuh(d) berat oksalat 10 mL(e) berat pelarut oksalat 55 = 11,45 mL 28,95 mL = -17,5 mL berat pelarut oksalat 45 = 11,23 mL 2,29 mL = 8,94 mL berat pelarut oksalat 35 = 11,04 mL 1,96 mL = 9,08 mL berat pelarut oksalat 25 = 10,77 mL 2,56 mL = 8,21 mL

g) kelarutan zat/molalitas (mz)

4. Penentuan Hps
( ( ) )

= eror

= 224,917 J/mol K

= -268,729 J/mol K

5. Grafik penentuan kalor pelarutan diferensial

grafik log mz terhadap 1/T


0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 0,01 0,02 1/T 0,03 0,04 0,05 0,02222; 0,02857; 0,4548 0,3802 0,04; 0,5403

log mz

kurva 1

Setelah melakukan penghilangan pada satu data terakhir maka didapat kurva 2 sebagai berikut:

grafik log mz terhadap 1/T


0,46 0,45 0,44 0,43 0,42 0,41 0,4 0,39 0,38 0,37 0 0,01 1/T

log mz

kurva 2 Linear (kurva 2) y = -11,748x + 0,7158 R = 1 0,02 0,03

F. Pembahasan

G. Kesimpulan Kalor pelarutan diferensial yang berhasil didapatkan pada percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu adalah 224,7874 J/mol K. Sedangkan nilai kelarutan zat pada masing-masing suhu adalah sebagai berikut:

H. Daftar Pustaka http://books.google.co.id/books?id=JbqHKr6sqqQC&pg=PA28&lpg=PA28&dq=pelaru tan+endoterm&source, diakses tanggal 13 April 2011 http://titiktaufikurohmah.blogspot.com/, diakses tanggal 13 April 2011 http://www.scribd.com/doc/31465957/Lap-KIMFIS-Kelarutan-terhadap-suhu-AryaWulandari, diakses tanggal 18 April 2011 http://gundulshare.blogspot.com/2009/03/kelarutan-sebagai-fungsi-suhu_25.html, diakses tanggal 18 April 2011 http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-kelarutan/, diakses tanggal 19 April 2011

I. Lampiran Massa molekul H2C2O4 menurut CRC adalah

Jawab pertanyaan: 1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan disini dilakukan dari suhu tinggi ke suhu rendah. Bagaimana pendapat anda kalau pencuplikan dengan arah berlawanan yaitu rendah ke suhu tinggi? Jawab: jika pelarutan suhu larutan bertambah dari sebelumnya, berarti proses pelarutannya menghasilkan kalor. Proses pelarutan yang menghasilkan kalor disebut proses eksoterm, contoh dari proses pelarutan ini adalah kapur dalam air. kenaikkan suhu akan mengurangi jumlah zat yang dapat dilarutkan. Hal ini berbeda dengan reaksi endoterm, penurunan suhu akan menambah jumlah zat yang dapat larut. 2. Dalam integrasi persamaan Vant Hoff diandaikan bahwa H tidak bergantung pada suhu. Bagaimana bentuk persamaannya bila kalor pelarutan merupakan fungsi kuadrat dari suhu: H = A + BT + CT2 dengan A, B, C tetapan? Jawab:

Anda mungkin juga menyukai