Anda di halaman 1dari 46

BAB I

STANDAR AKUNTANSI

Pentingnya Standar Akuntansi
Alasan pentingnya Standar Akuntansi yang baku adalah
1. Sebagai acuan bagi perusahaan untuk menyajikan informasi tentang posisi
keuangan, prestasi, dan kegiatan perusahaan.
2. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan publik agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen, dan dapat mengabdikan
keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan akuntan setelah
melalui pemeriksaan akuntan.
3. Membantu pemerintah untuk memperoleh informasi penting mengenai
perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan dan pengaturan
ekonomi, dan peningkatan efisiensi ekonomi dan tujuan-tujuan makro lainnya.

Hal-hal yang Diatur dalam Standar Akuntansi
Standar akuntansi yang berisi prinsip-prinsip yang telah dipilih sesuai dengan
tujuan pelaporan biasanya berisi ketentuan mengenai hal-hal berikut:
1. Definisi; yaitu makna yang dilekatkan pada elemen, pos, dan istilah yang
digunakan dalam pelaporan keuangan.
2. Pengukuran; yaitu penentuan kos suatu elemen atau pos laporan keuangan yang
terlibat dalam suatu transaksi.
3. Penilaian; yaitu penentuan dasar dan jumlah rupiah untuk dilekatkan pada elemen
atau pos pada tanggal pelaporan.
4. Pengakuan; yaitu pencatatan suatu kos ke dalam sistem akuntansi sehingga kos
tersebut mempengaruhi atau terefleksi dalam laporan keuangan.
5. Pengungkapan; yaitu cara menyajikan informasi utama dan tambahan dalam
seperangkat laporan keuangan yang lengkap.

Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) merupakan seperangkat konsep,
standar, prosedur, metode, konvensi, dan praktik yang sehat yang dipilih atau
didukung berlakunya serta menjadi pedoman umum di suatu wilayah (negara)
tertentu.




Pengertian berterima umum adalah bahwa pedoman tersebut dianut karena merupakan
ketentuan resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan praktik yang sehat.

Penyusun Standar Akuntansi
Di Indonesia, yang berwenang menyusun standar akuntansi adalah Dewan
Standar Akuntansi Keuangan yang berada di bawah naungan IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia). Pihak yang terkait dengan penyusunan Standar Akuntansi Keuangan
diantaranya adalah pemerintah, praktisi, dan BAPEPAM.
Di Amerika, Standar Akuntansi disusun oleh Financial Accounting Standards
Board (FASB).Terdapat beberapa pihak yang terkait dalam penyusunan standar
akuntansi di Amerika, yaitu:
1. American Institute of Certified Accountants (AICPA)Akuntan Publik
2. Governmental Accounting Standards Board (GASB)Lembaga Penyusun Standar
Akuntansi untuk Pemerintah
3. Securities and Exchange Commision (SEC)Badan Pengawasan Pasar Modal
4. American Accounting Association (AAA)Organisasi Akademisi
5. Financial Executives Institute (FEI)Organisasi para eksekutif keuangan
6. The Institute of Management Accounting dulu namanya National Association of
Accountant (AAA)Organisasi Akuntan Manajemen















BAB II
RERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN
Rerangka Konseptual
Rerangka konseptual merupakan seperangkat tujuan dan fondasi sebagai suatu
sistem yang koheren/runtut yang akan mendorong terciptanya standar-standar
akuntansi yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi, dan batasan-batasan
akuntansi dan laporan keuangan.
Rerangka konseptual tertuang dalam Statement of Financial Accounting
Concepts (SFAC) terdiri dari:
1. SFAC No. 1 Tujuan pelaporan keuangan pada entitas bisnis (1978)
2. SFAC No. 2 Karakteristik kualitatif informasi akuntansi (1980)
3. SFAC No. 3 Elemen-elemen laporan keuangan entitas bisnis (1980)
4. SFAC No. 4 Tujuan laporan keuangan pada entitas non-bisnis (1980)
5. SFAC No. 5 Pengakuan dan pengukuran dalam laporan keuangan pada entitas
bisnis (1984)
6. SFAC No. 6 Elemen-elemen laporan keuangan (1985), sebagai pengganti SFAC
No. 3 sekaligus mencakup elemen-elemen laporan keuangan entitas
non-bisnis.
7. SFAC No. 7 Penggunaan informasi aliran kas dan nilai sekarang dalam
pengukuran akuntansi.
Asumsi Dasar Akuntansi Keuangan
Empat asumsi dasar akuntansi keuangan menurut FASB antara lain:
1. Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption) yaitu perusahaan dianggap
sebagai suatu entitas yang berdiri sendiri terpisah dari pemiliknya.
2. Asumsi kelangsungan usaha (going concern assumption), yaitu perusahaan
diasumsikan akan hidup terus dalam jangka panjang.
3. Asumsi unit moneter (monetary unit assumption), bahwa pengukuran transaksi
dilakukan dengan menggunakan satuan moneter
4. Asumsi periode waktu (periodicity assumption), bahwa kegiatan perusahaan
diasumsikan dapat dibagi-bagi ke dalam beberapa periode untuk tujuan pelaporan
keuangan



Prinsip Dasar
`Prinsip (principle) merupakan pendekatan umum yang digunakan dalam
pengakuan (recognition) dan pengukuran (measurement) kejadian-kejadian akuntansi.
Prinsip dasar akuntansi menurut FASB meliputi:
1. Prinsip harga perolehan (historical cost principle)
Aktiva, utang dan modal dicatat sebesar kos historisnya pada tanggal transaksi,
yang kemudian biasanya disesuaikan dengan adanya amortisasi atau alokasi yang
lain.
2. Prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle)
Kriteria pengakuan pendapatan ada 2, yaitu:
a. Telah terealisasi/dapat direalisasi (realized/realizable)
Pendapatan telah terealisasi (realized) ketika barang/jasa dijual atau
dipertukarkan dengan kas ataupun klaim terhadap kas. Pendapatan cukup
pasti terealisasi (realizable) ketika aset yang diterima selain kas, dan dapat
segera dikonversi menjadi kas atau klaim terhaap kas dengan jumlah yang
cukup pasti
b. Telah terbentuk (earned), yaitu ketika perusahaan telah melakukan
kegiatan yang harus dilakukan untuk memperoleh pendapatan
1. Prinsip penandingan antara pendapatan dan biaya (matching principle) yaitu
menandingkan antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut dalam periode yang sama
3. Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) artinya penyajian
informasi keuangan harus disertai dengan penjelasan yang cukup untuk
pengambilan keputusan

Tujuan Pelaporan Keuangan (SFAC No. 1)
Tujuan Pelaporan Keuangan sesuai SFAC No.1, untuk memberikan informasi
yang berguna dalam pembuatan keputusan mengenai investasi dan kredit untuk
mereka yang mempunyai pemahaman mengenai aktivitas ekonomi dan perusahaan,
membantu investor, kreditor dan pemakai lain laporan keuangan yang sekarang
maupun yang berpotensi dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian aliran kas
di masa yang akan datang mengenai sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber
daya tersebut dan perubahannya.



Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
FASB mengidentifikasikan karakteristik kualitatif informasi akuntansi untuk
membedakan antara informasi yang lebih bermanfaat (more useful) dengan informasi
yang kurang bermanfaat (less useful) untuk pengambilan keputusan. Agar informasi
tersebut berguna untuk pengambilan keputusan, maka harus ada suatu jembatan yang
menghubungkan antara pengguna informasi (user) dengan keputusan yang diambil,
yaitu keterpahamian (understandability) yang merupakan kemampuan informasi
untuk dapat dipahami oleh penggunanya.
Karakteristik kualitatif informasi akuntansi sesuai SFAC No. 2 mempunyai
dua tingkatan, yaitu karakteristik kualitatif primer dan sekunder.
a. Karakteristik kualitatif primer terdiri dari: Relevansi (relevance) dan
reliabilitas (reliability)
i. Relevansi ditentukan oleh nilai prediktif, nilai balikan, dan ketersediaan
informasi pada waktunya.
(1) Nilai prediktif (predictive value)
(2) Nilai balikan (feedback value)
(3) Ketepatwaktuan (timeliness)
ii. Reliabilitas (reliability)
(1) Keterujian (verifiability)
(2) Kenetralan (neutrality)
(3) Ketepatan penyimbolan/penyajian jujur (representational faithfulness)
b. Karakteristik kualitatif sekunder terdiri dari: konsistensi (consistency) dan
keterbandingan (comparability)

Dalam SFAC No 2 juga disebutkan adanya konsep conservatism, yang berarti
suatu sikap kehati-hatian dalam situasi yang meliputi ketidakpastian, harus diambil
kemungkinan yang terjelek. Sehingga apabila perusahaan mengalami suatu
ketidakpastian maka perusahaan harus memilih prinsip atau metode akuntansi yang
memunculkan hasil yang dianggap kurang menguntungkan.








Elemen-elemen Laporan Keuangan
1. Menurut SFAC No. 3 yang diperbarui dalam SFAC No. 6, terdapat 10 elemen-
elemen laporan keuangan, yaitu:
a. Aset (assets)
b. Kewajiban (liabilities)
c. Ekuitas (equity)
d. Investasi dari pemilik (investments by owners)
e. Distribusi kepada pemilik (distribution to ownres)
f. Laba komprehensip (comprehensive income)
g. Pendapatan (revenues)
h. Biaya (expenses)
i. Untung (gains)
j. Rugi (losses)

Pengakuan dan Pengukuran
Pengukuran merupakan suatu penentuan jumlah dalam satuan uang yang akan
digunakan untuk pencatatan transaksi, kejadian atau peristiwa. Sedangkan pengakuan
merupakan pencatatan transaksi, kejadian atau peristiwa yang telah diukur dengan
menggunakan satuan uang ke dalam sistem akuntansi. Sesuai SFAC No. 5, untuk bisa
diakui, suatu transaksi atau peristiwa harus memenuhi salah satu dari elemen-elemen
laporan keuangan, dapat diukur , relevan dan reliable.














BAB III
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Perbedaan Akuntansi Keuangan dengan Akuntansi Manajemen
Secara garis besar akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam 2 bagian, yaitu:
Akuntansi keuangan merupakan suatu proses pencatatan, pengelompokkan,
pengikhtisaran, dan pelaporan data-data perusahaan yang bersifat finansial atau dapat
diukur dengan uang, dan laporannya ditujukan khusus bagi pihak-pihak di luar
perusahaan atau pihak eksternal perusahaan.
Akuntansi manajemen merupakan suatu proses pemanfaatan data-data dan
informasi untuk digunakan sebagai alat bantu manajemen dalam melaksanakan
fungsinya.
Perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen antara lain dari beberapa
segi:
1. Pihak yang menggunakan laporan
Akuntansi keuangan: digunakan oleh pihak dalam perusahaan dan luar perusahaan
akan tetapi lebih dikhususkan bagi pihak di luar perusahaan.
Akuntansi manajemen: digunakan khusus bagi manajer berbagai jenjang di dalam
perusahaan, seperti manajer produksi, manajer keuangan, dan lainnya.
2. Aturan pelaporan
Akuntansi keuangan: diatur melalui Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Akuntansi manajemen: tidak diatur oleh peraturan yang baku.
3. Orientasi waktu
Akuntansi keuangan: selalu menghasilkan laporan keuangan yang merupakan
data-data yang berasal dari masa lalu.
Akuntansi manajemen: dalam laporannya banyak memberikan estimasi atau
ramalan penjualan.
4. Jangka waktu pelaporan
Akuntansi keuangan: menunjukkan jangka waktu periodik yang teratur.
Akuntansi manajemen: disusun setiap kali manajer membutuhkan laporan guna
pengambilan keputusan.





5. Isi laporan
Akuntansi keuangan: laporan yang disajikan berupa ringkasan dari transaksi yang
sudah lalu.
Akuntansi manajemen: isi laporan lebih terperinci.

Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi digunakan untuk mengumpulkan, mencatat,
memproses dan melaporkan informasi keuangan dari suatu perusahaan atau unit
organisasi pada pihak-pihak yang berkepentingan

Persamaan Dasar Akuntansi
Dalam akuntansi dikenal suatu persamaan yang dikenal sebagai persamaan
dasar akuntansi, yaitu:
Aktiva = Utang + Modal

Dalam pencatatan transaksinya digunakan double-entry accounting system
atau sistem pembukuan berganda. Artinya dalam setiap pencatatan suatu transaksi,
akan mempengaruhi sisi debet (sisi kiri) dan sisi kredit (sisi kanan) dalam jumlah
yang sama.
Proses Akuntansi
Prosedur atau proses penyusunan laporan keuangan terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Tahap perekaman data
Tahap ini dimulai dari pembuatan bukti transaksi, pencatatan transaksi ke dalam
jurnal dan dilanjutkan dengan pembukuan transaksi ke buku besar.
2. Tahap pengikhtisaran data
Tahap ini dimulai dari pembuatan kertas kerja berlajur, daftar saldo dan
dilanjutkan dengan membuat penyesuaian.







Jurnal adalah catatan pertama yang dilakukan perusahaan dalam mengikuti dan
merekam arus transaksi keuangan.
Buku besar adalah pengelompokkan masing-masing pos dalam jurnal. Buku besar
berisi akun-akun yang tiap akhir periode junlahnya dipindah ke laporan keuangan.
Neraca Saldo adalah daftar yang berisi saldo-saldo dari seluruh akun yang ada di
dalam buku besar pada suatu saat tertentu.
Penyesuaian adalah proses menandingkan biaya dan pendapatan yang sudah terjadi
tetapi belum dicatat.
Neraca saldo setelah penyesuaian adalah daftar saldo yang dapat dinilai langsung
dari buku besar setelah jurnal penyesuaian dibukukan ke dalamnya.
Pembuatan laporan keuangan, yaitu dari laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, neraca dan laporan aliran kas
Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup (menjadikan nol) saldo-
saldo akun sementara (akun nominal dan akun prive).
Jurnal pembalik adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan kembali beberapa
jurnal penyesuaian yang telah dibuat pada akhir tahun sebelumnya. J urnal ini bersifat
opsional.


















BAB IV
LAPORAN LABA RUGI DAN INFORMASI YANG TERKAIT

Laporan Laba Rugi
Laporan yang mengukur kesuksesan operasi perusahaan dalam jangka waktu
tertentu. Laporan laba rugi bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan di
masa lalu, sebagai dasar untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan,
membantu menilai resiko atau ketidakpastian dalam penerimaan aliran kas dimasa
depan. Namun laporan laba rugi ini memiliki keterbatsan, yaitu tidak melaporkan
item-item yang tidak dapat diukur secara andal seperti loyalitas customer, walaupun
efek dari item tersebut mempengaruhi kinerja perusahaan. Selain itu, laporan laba rugi
melibatkan judgment (pertimbangan) dan dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
digunakan.
Laporan laba rugi mengandung 4 elemen laporan keuangan, yaitu pendapatan
(revenue), biaya (expense), untung (gains) dan rugi (losses). Dalam penyajiannya,
laporan laba rugi dapat disajikan dengan cara satu tahap (single step) atau beberapa
tahap (multiple step).
Dalam laporan laba rugi, terdapat item-item yang bersifat non reguler, yaitu:
1. Penghentian segmen usaha (Discontinued operation)
Terjadi sebagai akibat dari penjualan atau penghentian suatu lini usaha utama
yang terpisah dimana aktiva, laba atau rugi bersih dan aktivitas dapat dipisahkan
baik secara fisik, secara operasional maupun untuk tujuan laporan keuangan.
2. Pos luar biasa (Extraordinary items)
Kriterianya:
a) Bersifat tidak normal: kejadian atau transaksi tersebut memiliki tingkat
abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan
normal perusahaan, DAN
b) Tidak sering terjadi: kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak
sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.
3. Keuntungan dan kerugian (Unusual gains and losses)
Kriterianya bersifat tidak normal ATAU tidak sering terjadi.




BAB V
NERACA DAN LAPORAN ALIRAN KAS
Neraca
Neraca (balance sheet) melaporkan posisi aktiva, utang dan modal perusahaan
pada suatu saat tertentu. Dengan informasi dari neraca, maka pengguna laporan
keuangan dapat mengevaluasi struktur keuangan perusahaan, menilai likuiditas dan
fleksibilitas keuangan perusahaan. Namun neraca tidak memberikan informasi yang
tidak bisa diukur secara objektif, walaupun bermanfaat, seperti sumber daya manusia.
Dalam pembuatan neraca, perusahaan juga menggunakan estimasi, seperti penentuan
cadangan kerugian piutang, yang membatasi kualitas informasi yang disajikan.
Laporan Aliran Kas
Tujuan utama dari laporan keuangan ini adalah memberikan informasi yang
relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam suatu periode.
Manfaat laporan aliran kas adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan aliran kas di masa depan dan kemampuan perusahaan membayar
dividen serta melunasi kewajibannya. Laporan aliran kas juga dapat digunakan untuk
mengetahui transaksi kas dan non kas yang terjadi dalam perusahaan pada suatu
periode. Penerimaan dan pengeluaran kas tersebut dikelompokkan ke dalam tiga
aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas operasi meliputi aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan
dan semua transaksi kas yang mempengaruhi perhitungan laba bersih.
2. Aktivitas investasi termasuk peminjaman dan penagihan pinjaman, pembelian
serta penjualan investasi, properti, pabrik dan peralatan.
3. Aktivitas pembelanjaan meliputi aktivitas untuk mendapatkan sumber daya
dari pemilik dan menyediakan return dari investasi tersebut, dan aktivitas
meminjam uang dari kreditor dan membayar kembali uang yang dipinjam.
Metode Pembuatan Laporan Aliran Kas dari Aktivitas Operasi
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode ini melaporkan secara langsung berapa kas masuk dan berapa kas keluar.
Selisih antara kas masuk dan kas keluar adalah aliran kas bersih.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Laba bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi-transaksi
yang mempengaruhi laporan laba rugi tetapi tidak mempengaruhi kas.



BAB VI
KAS DAN PIUTANG
Kas
Kas adalah aktiva yang paling likuid yang dijadikan standard pertukaran dan
tidak dibatasi penggunaannya.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Untuk bisa disebut sebagai kas, terdapat karakteristik tertentu yang harus
dipenuhi, antara lain :
1. Aktiva tersebut haruslah siap tersedia untuk membayar kewajiban saat ini
2. Tidak dibatasi penggunaannya.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi diperlukan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terjadi
antara saldo menurut bank dengan saldo menurut perusahaan.
Ada beberapa item yang mempengaruhi terjadinya perbedaan antara catatan
bank dan catatan perusahaan:
2. Deposit In Transit (Setoran dalam perjalanan)
3. Outstanding Checks (Cek dalam peredaran)
4. Bank Charges (Biaya-biaya bank)
5. Bank Credits (Misalnya pendapatan bunga)
6. Error (Kesalahan)
7. Not Sufficient Funds (Cek kosong)











BAB VII
PIUTANG (RECEIVABLE)

Pengertian Piutang
Piutang adalah klaim terhadap pelanggan untuk uang, barang, atau jasa.
Piutang ini terdiri dari berbagai macam yaitu trade receivable (terdiri dari piutang
dagang dan piutang wesel) dan nontrade receivable.
Pengakuan Piutang
Ada dua faktor yang bisa menimbulkan kesulitan dalam mengukur harga
pertukaran, yaitu:
1. Diskon (trade dan cash discount)
a. Trade discount
Trade discount digunakan untuk menghindari perubahan harga dalam katalog,
perbedaan harga untuk kuantitas pembelian yang berbeda, dan untuk
menyembunyikan harga yang sesungguhnya dari kompetitor.
b. Cash discount (sales discount)
Merupakan potongan harga tunai yang diberikan apabila pembeli membayar
dalam jangka waktu tertentu. Contoh, dinyatakan dalam 2/10, n/30 artinya ada
diskon 2% jika pembeli membayar dalam 10 hari, dan jatuh temponya dalam
30 hari.
2. J angka waktu antara penjualan dan jatuh tempo pembayaran (masalah bunga).

Penilaian Piutang
Piutang dagang jangka pendek biasanya dinilai dan dilaporkan sebesar net
realizable value, yaitu jumlah bersih kas yang kemungkinan besar akan diterima.
Penentuan net realizable value ini membutuhkan estimasi jumlah piutang yang
mungkin tidak tertagih.
Ada dua metode untuk pencatatan piutang tidak tertagih:
1. Metode penghapusan langsung (direct write-off)
Rekening kerugian piutang akan didebet pada saat piutang benar-benar tidak
tertagih. Metode ini tidak boleh digunakan karena tidak sesuai dengan
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).
3. Metode cadangan (allowance method)



Dalam metode cadangan ini, perlu dibuat cadangan untuk piutang yang tidak
tertagih.
Untuk memperkirakan jumlah piutang yang mungkin tidak tertagih ada dua
pendekatan:
a. Pendekatan rugi laba (income statement approach) persentase dari penjualan
Dalam metode ini yang ditekankan adalah kerugian piutangnya. J umlah kerugian
piutang dan cadagan keugian piutang tidak akan terpengaruh oleh saldo cadangan
kerugian piutang yang sudah ada.
b. Pendekatan neraca (balance sheet approach) persentase piutang
Tujuan pendekatan ini adalah untuk melaporkan piutang sebesar net realizable
value, maka pendekatan ini merujuk pada neraca. Dengan menggunakan
pengalaman di masa lalu, perusahaan dapat memperkirakan persentase dari
piutang yang masih beredar yang akan tidak tertagih bisa juga dengan membuat
analisis umur piutang (aging schedule). J umlah kerugian piutang akan dipengaruhi
oleh saldo awal cadangan kerugian piutang yang sudah ada.
Retur Penjualan
Perusahaan mengantisipasi adanya penjualan yang dikembalikan dengan cara
membuat rekening retur penjualan dan cadangan untuk mencegah distorsi terhadap
laba bersih yang dialporkan dalam laporan laba rugi. Rekening tersebut akan
dikontrakan dengan pendapatan penjualan.

Anjak Piutang (Sale of Receivable)
Anjak piutang merupakan suatu jenis pembiayaan dalam bentuk penjualan
(pembelian) piutang atau pengalihan piutang yang berasal dari transaksi usaha.
Perusahaan dapat menjual piutang usahanya dengan tujuan untuk mendapatkan kas
tanpa harus meminjam dari pihaklain. Terdapat 2 jenis anjak piutang yaitu anjak
piutang dengan recourse dan tanpa recourse. Recourse adalah hak pihak pembeli
piutang untuk mendapatkan pembayaran dari pihak penjual piutang, apabila nasabah
(customer) tidak mampu membayar pada saat piutang tersebut jatuh tempo.
Apabila piutang terjual tanpa recourse, maka kerugian penjualan piutang sama
dengan biaya (finance charge) yang dibebankan oleh pembeli. Namun dalam anjak
piutang dengan recourse, maka kerugian penjualan piutang adalah sebesar finance
charge ditambah dengan harga pasar kewajiban recourse.



BAB VIII
PERSEDIAAN

Pengertian Persediaan
Persediaan adalah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual atau
barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam proses produksi pembuatan
barang.
Sistem Pencatatan Persediaan
a. Sistem perpetual
Seluruh pembelian dan penjualan persediaan barang dicatat secara langsung dalam
rekening persediaan ketika terjadi transaksi tersebut.
b. Sistem periodik (fisik)
Pembelian persediaan dicatat dalam rekening pembelian, ketika persediaan dijual
tidak ada rekening persediaan yang dikredit. Dengan sistem perpetual ini
diperlukan jurnal penyesuaian pada akhir periode.

Kesalahan Dalam Pencatatan Persediaan
Kesalahan dalam pencatatan persediaan tidak saja megakibatkan penyajian di
neraca menjadi salah, tetapi bisa juga mempengaruhi laba rugi. Hal ini dikarenakan
kesalahan penyajian persediaan akhir mempengaruhi Cost of Goods Sold (Kos Barang
Terjual atau Harga Pokok Penjualan).

Metode Penentuan Kos Persediaan
Terdapat beberapa metode penentuan kos persediaan, antara lain:
a. Identifikasi khusus
Dengan metode ini persediaan yang dijual dan yang masih ada dalam gudang
persediaan dapat diidentifikasi secara jelas. Dengan menggunakan metode ini,
aliran fisik persediaan dengan aliran kosnya akan sesuai.
b. Average cost
Penentuan kos persediaan dengan menggunakan rata-rata kos persediaan yang
dibeli. Terdiri dari metode rata-rata tertimbang (fisik/periodik) dan metode rata-
rata bergerak (perpetual)



c. FIFO
Metode FIFO mengasumsikan bahwa kos barang yang keluar (dijual) sama
dengan aliran masuk barang. J adi kos dari barang yang dijual pertama, berasal
dari kos barang yang dibeli pertama, dan seterusnya. Dengan metode ini, nilai
persediaan akhir dan kos barang terjual (Cost of Goods Sold) akan sama dengan
menggunakan sistem fisik (periodik) maupun perpetual.
d. LIFO
Kos barang yang dijual pertama berasal dari kos persediaan barang yang paling
akhir dibeli (pembelian terkini). Dengan metode LIFO, pendapatan penjualan
sesuai (match) dengan kos barang terjual, karena pendapatan periode ini
ditandingkan dengan kos persediaan periode yang sama. Nilai persediaan akhir
dan kos barang terjual (Cost of Goods Sold) akan berbeda nilainya dalam sistem
fisik maupun perpetual.

Isu-isu yang Berkaitan dengan LIFO
a. LIFO liquidation
J ika pada suatu tahun tertentu perusahaan mengalami kelangkaan persediaan, dan
terpaksa harus melikuidasi kos persediaan tahun lalu, dimulai dari tahun
sebelumnya. Hal ini membuat laba bersih terdistorsi karena kos persediaan yang
berasal dari tahun sebelumnya ditandingkan dengan pendapatan tahun ini.
b. Dollar-Value LIFO
Peningkatan dan penurunan dalam satu kelompok ditentukan dan diukur
berdasarkan total nilai persediaan dalam satuan uang bukan kuantitas (unit)
persediaan dalam satu kelompok. Metode ini dapat mengurangi kelemahan LIFO
yang terkait dengan likuidasi persediaan dengan metode LIFO pada saat terjadi
kelangkaan persediaan.

Dasar Pemilihan Metode Persediaan
Metode LIFO biasanya dipilih dalam keadaan adanya kecenderungan harga jual dan
pendapatan naik lebih cepat dibandingkan kosnya. Dalam keadaan inflasi, dengan
menggunakan metode LIFO dapat membuat kos barang terjual (CGS) lebih tinggi,
menurunkan laba kena pajak, sehingga mengurangi pajak yang dibayar.



BAB IX
PENILAIAN PERSEDIAAN
Lower of Cost or Market
Persediaan biasanya dinilai sebesar historical costnya. Tetapi jika ada
penurunan manfaat (kemampuan untuk menghasilkan pendapatan), maka historical
cost tidak dipakai lagi. Persediaan kemudian akan dinilai dengan metode LCOM
(Lower of Cost or Market).
Aturan umum LCOM adalah persediaan dinilai pada harga yang lebih rendah
antara historical cost dan market (harga pasar), dimana untuk market nilainya tidak
boleh melebihi net realizable value (batas atas) dan tidak kurang dari net realizable
value dikurangi normal profit margin (batas bawah). Net realizable value adalah
perkiraan harga jual dikurangi dengan perkiraan biaya untuk penyelesaian dan
penjualan.
Evaluasi LCOM
Penurunan nilai aktiva dicatat dalam periode dimana kerugian terjadi, bukan
pada periode penjualan. Di sisi lain, peningkatan nilai aktiva dicatat pada saat
penjualan. Perlakuan ini tidak konsisten dan mengarah pada distorsi data.
Penerapan prinsip ini bisa mengakibatkan ketidakkonsistenan, karena
persediaan perusahaan bisa dinilai pada harga perolehan tahun ini, mungkin tahun
depan bisa dinilai dengan harga pasar.
Dasar Penilaian Persediaan Lainnya
a. Penilaian pada net realizable value
Dalam situasi tertentu, NRV dipakai sebagai dasar untuk menilai persediaan
walaupun lebih mahal dibandingkan costnya. Hal ini dikarenakan adanya
market yang terkontrol dengan harga yang sudah pasti dan tidak ada biaya
penjualan yang signifikan. Selain itu, biasanya NRV digunakan ketika
penentuan kos barang dirasa lebih sulit dan tidak praktis.
b. Penilaian menggunakan nilai jual relatif
J ika beberapa unit yang berbeda dibeli dengan satu harga (borongan), maka
harga beli tersebut dialokasikan ke masing-masing jenis barang dengan
berdasarkan pada harga pasarnya secara proporsional.



Metode Penilaian Persediaan Berdasarkan Estimasi
Metode Gross Profit
Metode ini banyak digunakan oleh auditor dalam situasi jika hanya
perkiraan persediaan perusahaan yang diperlukan, jika persediaan terbakar
atau rusak karena hal lain.
Rumus dasar: harga pokok +gross profit =Harga jual

Evaluasi metode gross profit:
Metode gross profit hanya merupakan perkiraan, sehingga harus tetap
ada penghitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan di gudang.
Metode ini tidak diperbolehkan dipakai untuk pembuatan laporan
keuangan tahunan. Namun metode ini dapat digunakan untuk menentukan
persediaan akhir untuk laporan interim.
Retail Inventory Method
Dengan metode ini, nilai persediaan akhir dihitung dengan
menggunakan prosentase kos persediaan terhadap harga retailnya. Penjualan
dalam satu periode dikurangkan dari harga eceran barang yang tersedia untuk
dijual untuk memperkirakan perkiraan persediaan yang tersedia untuk dijual.
Rasio kos persediaan terhadap retail dihitung dengan cara membagi
total harga barang yang tersedia dijual dengan total harga eceran barang yang
tersedia dijual. Prosentase tersebut kemudian dikalikan dengan saldo akhir
persediaan menurut harga eceran untuk mendapatkan persediaan akhir
menurut harga pokok.











BAB X
AKTIVA TETAP: KOS (HARGA PEROLEHAN)

Karakteristik Aktiva tetap
Aktiva tetap memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun
b. Digunakan untuk kegiatan operasional
c. Memiliki wujud fisik
d. Merupakan subyek depresiasi (khusus untuk yang masa manfaatnya terbatas)

Pengertian Kos Aktiva
Semua pengorbanan dalam unit moneter yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva
sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan.

Aktiva tetap dapat diperoleh melalui berbagai transaksi:
a. Melalui pembelian tunai
Kos aktiva dalam pembelian tunai adalah sebesar kas yang dikeluarkan sampai
aktiva tersebut siap untuk digunakan
b. Melalui pembelian kredit
Kos aktiva adalah sebesar nilai bersih (netto), yaitu harga faktur dikurangi
diskon (jika ada)
c. Melalui pembelian kredit jangka panjang dengan angsuran
Kos aktiva dalam pembelian kredit adalah sebesar nilai tunai (nilai sekarang)
dari seluruh pembayaran angsuran
d. Melalui pembelian secara borongan (lumpsum)
Kos aktiva merupakan alokasi harga beli secara proporsional terhadap harga
pasar masing-masing aktiva
e. Melalui penerbitan saham
Kos aktiva dicatat sebesar harga pasar surat berharga atau sebesar harga pasar
aktiva, mana yang lebih mudah ditentukan.
f. Melalui pertukaran dengan aktiva non moneter
Dalam pertukaran aktiva non moneter, maka terdapat 2 klasifikasi, yaitu
commercial substance dan lacks commercial substance. Pertukaran aktiva



memiliki commercial substance apabila estimasi aliran kas yang berasal dari
penggunaan aktiva menjadi berbeda dengan adanya pertukaran tersebut.
Apabila pertukaran aktiva non moneter mengandung commercial substance,
maka keuntungan (kerugian) pertukaran diakui. Namun apabila lacks
commercial substance dan tidak ada penerimaan kas, maka kerugian dapat
diakui, tetapi keuntungan pertukaran tidak diakui. Sedangkan jika pertukaran
tersebut lacks commercial substance dan terdapat penerimaan kas, maka
apabila terjadi kerugian, maka kerugian dapat diakui. Tetapi bila terdapat
keuntungan, maka sebagian keuntungan pertukaran dapat diakui dan sisanya
ditunda pengakuannya.
Keuntungan (kerugian) pertukaran aktiva merupakan selisih lebih (kurang)
harga pasar aktiva lama dibandingkan dengan nilai bukunya.
g. Membuat sendiri
Kos aktiva adalah seluruh pengorbanan yang dikeluarkan untuk membuat
aktiva tersebut sampai siap untuk digunakan. Apabila dalam pembuatan aktiva
perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman, maka bunga yang
berasal dari pinjaman tadi dapat dikapitalisasi menjadi bagian dari kos aktiva
namun hanya selama masa konstruksi.
















BAB XI
DEPRESIASI
Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah alokasi kos (harga perolehan) aktiva tetap selama masa
manfaatnya. Depresiasi dilakukan untuk menandingkan antara pendapatan yang
diperoleh atas penggunaan aktiva dengan biaya (pengorbanan) yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Terdapat berbagai macam metode depresiasi:
a. metode garis lurus
Rumus biaya depresiasi = Kos Nilai residu
Umur ekonomis
b. metode jumlah angka tahun
Rumus biaya depresiasi = Sisa umur ekonomis X Kos Nilai residu
J umlah total umur ekonomis
c. metode saldo menurun berganda
Rumus biaya depresiasi = 1/Umur ekonomis X 2 X Nilai buku awal periode
d. metode aktivitas
Rumus biaya depresiasi = Kos Nilai Residu
J umlah aktivitas atau output

Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi
a. Kos (harga perolehan) adalah pengorbanan yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aktiva sampai aktiva tersebut siap untuk digunakan
b. Umur ekonomis atau masa manfaat
c. Nilai residu (nilai sisa) yaitu estimasi harga jual di akhir masa manfaat

Apabila aktiva dibeli atau mulai digunakan tidak pada awal tahun, maka aktiva
tetap tersebut akan terkena depresiasi yang bersifat parsial atau tidak penuh. Dalam
peristiwa seperti itu, maka depresiasi akan dihitung dari saat aktiva tersebut dibeli
atau digunakan sampai dengan akhir tahun.
Aktiva dinyatakan di neraca sebesar nilai bukunya. Nilai buku merupakan selisih
antara kos (harga perolehan) aktiva dengan akumulasi depresiasi.

Aktiva yang sudah tidak dipergunakan dapat dihentikan penggunaannya atau
dijual. Apabila aktiva tidak akan dipergunakan lagi atau dijual, maka perlu dibuat
jurnal untuk menghapus aktiva dari neraca.



BAB XII
PERUBAHAN ESTIMASI, PENAMBAHAN DAN PERBAIKAN

Dalam depresiasi aktiva, terdapat faktor nilai residu dan umur ekonomis yang
mempengaruhi penghitungan dan pembebanan depresiasi per tahun. Ketika aktiva
sudah dipergunakan, terkadang estimasi nilai residu dan/atau umur ekonomis
mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat diakibatkan oleh perubahan
teknologi, kerusakan fisik, perubahan kebutuhan perusahaan atau informasi lain.
Ketika terjadi perubahan estimasi, maka pembebanan depresiasi juga harus
disesuaikan dengan estimasi yang baru.
Selain perubahan estimasi, seiring dengan berjalannya waktu, aktiva dapat
mengalami perbaikan, penggantian ataupun penambahan. Perbaikan, penggantian atau
penambahan tersebut harus dikapitalisasi (menambah kos aktiva lama), jika
memenuhi salah satu dari 3 kriteria berikut:
1. menambah umur ekonomis
2. menambah kuantitas produksi
3. menambah atau meningkatkan kualitas jasa yang diberikan

J ika tidak satupun kriteria di atas terpenuhi, maka pengeluaran untuk
perbaikan, penggantian ataupun penambahan harus dicatat sebagai biaya dalam
laporan laba rugi.

Penurunan Nilai Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat mengalami penurunan nilai (impairment). Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal misalnya adanya perubahan teknologi yang signifikan,
perubahan lingkungan bisnis, atau adanya perubahan peraturan pemerintah.
Untuk mengakui adanya impairment pada aktiva tetap, maka perlu dilakukan 2
uji sebagai berikut:
1. Recoverability test
Recoverability test adalah untuk mengetahui apakah aliran kas bersih yang
diterima dari penggunaan aktiva dapat menutup nilai buku aktiva. Uji ini dapat
dilakukan dengan membandingkan antara nilai buku aktiva dengan estimasi aliran kas
bersih di masa yang akan datang yang diharapkan diterima dari penggunaan aktiva



tersebut. Apabila nilai buku lebih besar daripada estimasi aliran kas bersih tersebut,
maka terdapat kemungkinan adanya impairment, sehingga perlu dilanjutkan dengan
uji yang kedua yaitu uji harga yang wajar. Namun apabila nilai buku masih dapat
dipulihkan dengan aliran kas yang akan diterima, maka tidak terjadi impairment.
2. Fair value test
Fair value test dilakukan dengan membandingkan antara nilai buku dengan
harga yang wajar. Apabila nilai buku melebihi harga yang wajar pada saat itu, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian impairment. Namun apabila nilai bukunya lebih
rendah dari harga yang wajar, maka tidak ada impairment.




























BAB XIII
AKTIVA SUMBER DAYA ALAM:
PEROLEHAN, DEPLESI DAN PERUBAHAN ESTIMASI

Kos aktiva sumber daya alam tersebut merupakan seluruh pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mendapatkan sumber daya alam ditambah estimasi biaya untuk
merehabilitasi tanah supaya kembali ke keadaan semula seperti sebelum dilakukan
penggalian.
Kos sumber daya alam terdiri dari:
1. Kos akuisisi, yaitu pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak
untuk mencari dan menemukan sumber daya alam. Kos akuisisi dapat juga
berupa kos yang dikeluarkan untuk mendapatkan hak mengelola sumber daya
alam yang telah diketemukan atau dapat berupa pembayaran royalty atas
properti yang dipergunakan dalam penambangan.
2. Kos eksplorasi, yaitu pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencari sumber
daya alam
3. Kos pengembangan, yaitu pengorbanan yang dikeluarkan untuk membuat
sumur gali, terowongan, dan pengeboran, dan lain-lain
4. Kos restorasi, kos yang dikeluarkan untuk mengembalikan keadaan tanah
kembali semula.

Deplesi merupakan alokasi kos perolehan sumber-sumber alam. Deplesi
dihitung berdasarkan satuan unit yang berhasil dieksplorasi.
Masalah yang terkait dengan sumber daya alam
1. Full cost concept vs successfull effort concept. Dalam full cost concept, seluruh
pengorbanan untuk mendapatkan sumber daya alam, baik berhasil atau tidak, akan
dimasukkan sebagai kos aktiva. Sedangkan dalam successful effort concept, hanya
pengorbanan yang berhasil mendapatkan sumber daya alam saja yang dianggap
sebagai kos sumber daya alam.
2. Akresi. Akresi merupakan pertambahan nilai pada sumber daya alam yang
bertumbuh. Dalam akuntansi, akresi ini tidak diakui sebagai pendapatan. Adanya
kenaikan nilai pada sumber daya alam yang bertumbuh baru diakui pada saat
sumber daya alam tersebut dijual.



BAB XIV
AKTIVA TIDAK BERWUJUD

Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik dan
bukan merupakan aktiva moneter. Aktiva tidak berwujud biasanya memberikan
manfaat dalam waktu lebih dari satu tahun, sehingga diklasifikasikan sebagai aktiva
jangka panjang.
Aktiva tidak berwujud dapat berupa hak cipta, paten, waralaba (franchise),
lisensi, merk dagang dan goodwill (muhibah). Goodwill terjadi hanya ketika suatu
perusahaan membeli perusahaan lain dengan harga beli yang lebih tinggi dari harga
pasar aktiva bersih perusahaan yang dibeli.
Pengorbanan yang dikeluarkan untuk aktiva tidak berwujud yang diciptakan
sendiri tidak boleh dicatat sebagai aktiva tidak berwujud. Hanya biaya hukum dan
biaya langsung yang berhubungan dengan aktiva tidak berwujud saja yang bisa dicatat
sebagai aktiva tidak berwujud yang diciptakan secara internal.
Aktiva tidak berwujud dapat juga diperoleh dari pembelian. Apabila aktiva
tidak berwujud diperoleh dari pembelian, maka kos aktiva tidak berwujud merupakan
harga beli ditambah biaya lain-lain, seperti biaya hukum dan pendaftaran.
Aktiva tidak berwujud biasanya diamortisasi menggunakan garis lurus.
Menurut FASB, goodwill tidak diamortisasi dikarenakan dianggap melekat pada
perusahaan sehingga masa manfaatnya tidak terbatas.
Aktiva tidak berwujud juga dapat mengalami penurunan nilai (impairment).
Untuk aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya terbatas, cara pengakuan
impairment sama seperti halnya aktiva tetap. Namun untuk goodwill, tidak perlu
recoverability test. Karena goodwill melekat pada perusahaan, maka harus ditentukan
terlebih dahulu nilai total aktiva bersih perusahaan sebelum dibandingkan dengan
harga pasarnya.









BAB XV
UTANG LANCAR DAN KONTIJENSI
Definisi Utang
Menurut APB Statement 4, utang adalah kewajiban ekonomik sebagai
tanggung jawab untuk mentransfer sumber daya ekonomik kepada entitas lain di
masa depan.
Terdapat 3 (tiga) karakteristik dasar kewajiban, yaitu :
1. Adanya kewajiban, artinya pengorbanan sumber daya ekonomik masa depan itu
cukup pasti.
2. kewajiban tersebut benar-benar tidak dapat dihindari, artinya kewajiban tersebut
merupakan kewajiban periode atau saat ini untuk menyerahkan suber daya
ekonomik di masa depan.
3. kejadian yang menimbulkan kewajiban tersebut telah terjadi.
Utang Lancar
Utang lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam waktu satu
tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan, dan (2) dengan menggunakan aktiva
lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain.
Jenis-jenis Utang Lancar
1. Utang dagang/usaha; meliputi utang yang timbul karena perolehan
persediaan/penerimaan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan.
2. Utang wesel; meliputi kewajiban yang didukung dengan bukti tertulis secara
formal, dalam bentuk wesel atau promes.
3. Utang pajak; meliputi kewajiban yang harus dibayarkan akibat pemakaian barang-
barang yang dikenai pajak.
4. Pendapatan diterima di muka; meliputi pembayaran di muka atas barang atau jasa
yang penyerahannya akan dilakukannya di waktu yang akan datang.
Jenis-jenis Utang Wesel
1. Wesel berbunga (Interest-Bearing Notes)
Utang wesel yang menyatakan secara eksplisit bunga yang harus dibayar oleh
peminjam.





2. Wesel tidak berbunga (Zero-interest Bearing Notes)
Utang wesel yang tidak menyatakan secara eksplisit tingkat bunga yang
dikenakan. Bunga tetap dibayar oleh peminjam yaitu dengan membayar sejumlah
kas yang lebih besar dibanding kas yang diterima.
Utang Jangka Panjang Yang Akan Jatuh Tempo
Utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu periode
akuntansi dimasukkan dalam utang lancar, kecuali:
1. Utang dilunasi dengan aktiva yang diakumulasi untuk tujuan tersebut namun
aktiva tersebut belum termasuk dalam aktiva lancar.
2. Dilunasi dengan penerbitan utang jangka panjang yang baru.
3. Dikonversi ke dalam modal saham.

J ika utang tersebut jatuh tempo karena permintaan kreditor (callable), maka
harus diklasifikasikan sebagai utang lancar. Kewajiban jangka pendek yang
diharapkan untuk didanai kembali termasuk utang jangka panjang.
Penyajian Utang Lancar dalam Neraca
Utang lancar dicantumkan dalam neraca berdasarkan tingkat likuiditasnya atau
jangka waktu pelunasan yang paling pendek.
Kontinjensi
Kontijensi (contigency) adalah suatu peristiwa atau keadaan yang meliputi
ketidakpastian yang mungkin menimbulkan keuntungan atau kerugian kepada
perusahaan, dimana hanya dapat dipastikan apabila suatu kejadian atau beberapa
kejadian di masa yang akan datang terjadi atau tidak.
Dalam akuntansi, kerugian kontinjensi dapat diakui bila besar kemungkinan
untuk terjadi (probable) dan dapat dilakukan estimasi yang layak terhadap jumlah
kerugian yang ditimbulkan. Keuntungan kontinjensi tidak boleh diakui dalam laporan
keuangan. Keuntungan kontinjensi harus diungkapkan jika besar kemungkinan untuk
terjadi.





BAB XVI
HUTANG JANGKA PANJANG : OBLIGASI DAN WESEL

Utang jangka panjang adalah suatu pengorbanan manfaat ekonomis di masa
yang akan datang yang berasal dari transaksi masa lalu, yang jatuh temponya lebih
dari 1 tahun atau satu periode akuntansi dari tanggal neraca.
Contoh utang jangka panjang: utang obligasi dan utang wesel
Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan dana. Surat obligasi tersebut terkandung adanya janji untuk membayar
sejumlah uang pada tanggal jatuh tempo dan bunga yang dibayarkan setiap tanggal
tertentu.
Beberapa istilah yang terdapat dalam surat utang
Nilai nominal (nilai jatuh tempo) adalah nilai pokok utang yang tertera pada
setiap lembar obligasinya.
Suku bunga nominal adalah suku bunga yang tertera pada lembar obligasi
Harga jual adalah nilai obligasi pada saat obligasi tersebut dijual.
Suku bunga pasar (suku bunga efektif) adalah suku bunga yang diinginkan
oleh investor. Suku bunga pasar ini digunakan sebagai tingkat diskonto
(discount rate) untuk menghitung harga jual obligasi.

Harga jual obligasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Harga jual =PVF (n, i) nilai nominal +PVF-OA (n,i) bunga
n =periode =jangka waktu obligasi
i =suku bunga pasar

Apabila bunga dibayarkan dua kali dalam setahun, maka periode pembayaran
bunga adalah n x 2, dan suku bunga yang menjadi discount rate adalah suku bunga
pasar (i) dibagi 2.
Pada saat diterbitkan, antara harga jual dengan nilai nominal dapat terjadi
perbedaan. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan antara suku bunga
nominal dengan suku bunga pasar. Apabil harga jual obligasi lebih besar daripada
nilai nominal, maka selisihnya disebut dengan premi (agio). Namun jika harga jual



obligasi lebih rendah dibandingkan nilai nominalnya, maka selisihnya disebut dengan
diskonto (disagio).
Premium dan diskonto tersebut harus diamortisasi selama jangka waktu
obligasi dengan metode bunga efektif maupun dengan metode garis lurus. Adanya
premium (diskonto) mengakibatkan biaya bunga yang dibebankan ke laporan laba
rugi menjadi lebih rendah (tinggi) dibandingkan dengan kas yang dibayarkan.
Biaya penerbitan obligasi dinyatakan dalam rekening yang terpisah dari
obligasi dan diamortisasikan selama jangka waktu obligasi dengan menggunakan
metode garis lurus.
Obligasi dinyatakan di neraca sebesar nilai bukunya, yaitu sebesar nilai
nominal ditambah dengan premi yang belum diamortisasi atau nilai nominal dikurangi
dengan diskonto yang belum diamortisasi.
Keterangan di atas yang berlaku untuk obligasi juga berlaku untuk utang
wesel jangka panjang.























BAB XVII
MODAL PEMILIK: MODAL DISETOR

Untuk melaksanakan kegiatannya, perusahaan membutuhkan dana. Dana
dapat diperoleh melalui utang atau dengan penerbitan saham. Pada saat penerbitan
saham itulah, perusahaan mencatatnya sebagai setoran modal dari pemilik.
Modal merupakan hak sisa pemilik atas aktiva perusahaan. Modal pemilik terdiri dari
2 komponen utama sebagai berikut:
a. Modal disetor
Modal disetor terdiri dari saham biasa atau saham preferen dan agio (disagio)
saham
b. Laba ditahan
Laba ditahan adalah akumulasi laba yang diperoleh perusahaan yang tidak
dibagikan sebagai dividen.
Terdapat berbagai masalah akuntansi untuk penerbitan saham:
a. Penerbitan satu jenis saham: saham dicatat dalam rekening saham biasa atau
saham preferen sebesar nilai nominalnya. Selisih harga pasar saham dengan
nilai nominalnya dicatat dalam rekening agio (disagio)
b. Penerbitan saham secara borongan
Apabila dua atau lebih surat berharga diterbitkan dalam satu harga jual secara
borongan, maka harga jual tersebut harus dialokasikan ke masing-masing surat
berharga. Apabila harga pasar seluruh surat berharga yang dijual diketahui,
maka harga jual dialokasikan secara proporsional berdasarkan total harga
pasar masing-masing saham (metode proporsional). Namun apabila hanya
salah satu saja harga pasar surat berharga yang diketahui, maka harga jual
dialokasikan terlebih dahulu ke saham yang diketahui harga pasarnya.
Sedangkan sisanya dialokasikan ke saham yang tidak diketahui harga pasarnya
(metode incremental).
c. Penerbitan saham untuk ditukarkan dengan aktiva nonmoneter.
Dalam transaksi ini, maka aktiva yang diperoleh akan dicatat sebesar harga
pasar saham atau harga pasar aktiva, mana yang lebih mudah dan akurat untuk
ditentukan.





Biaya penerbitan saham yang dikeluarkan perusahaan akan mengurangi kas
yang diterima dari penerbitan saham dan mengurangi agio saham.
Treasury stock merupakan saham yang sudah beredar dan dibeli kembali oleh
perusahaan. Tujuannya antara lain adalah untuk meningkatkan laba per lembar saham,
meningkatkan return on equity dan untuk menghindari pengambilalihan perusahaan
oleh perusahaan lain. Ketika dilakukan pembelian terhadap saham yang sudah beredar
ini, treasury stock dicatat sebesar kosnya (dengan metode kos). Dengan adanya
treasury stock, maka total modal pemilik akan berkurang.




























BAB XVIII
EKUITAS PEMILIK: LABA DITAHAN DAN DIVIDEN

Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba
ini ditahan di perusahaan dengan tujuan antara lain:
a. Untuk ekspansi perusahaan di masa yang akan datang.
b. Sebagai cadangan apabila perusahaan mengalami kerugian
c. Untuk meratakan pembayaran dividen

Laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham
disebut dengan dividen. Ada beberapa tipe dividen sebagai berikut:
a. Dividen kas: dividen yang dibagikan dalam bentuk kas
b. Dividen properti: dividen yang dibagikan selain dalam bentuk kas atau saham.
Dividen yang dibagikan bisa dalam bentuk real estate, tanah, maupun investasi
surat berharga yang dimiliki perusahaan. Properti yang akan dibagikan sebagai
dividen harus disesuaikan dulu dengan harga pasarnya pada tanggal
pengumuman dividen. Selisih nilai buku properti dengan harga pasarnya
dicatat sebagai keuntungan atau kerugian.
c. Dividen saham: dividen yang dibagikan dalam bentuk saham. J ika pembagian
dividen saham kurang dari 20 25%, maka laba ditahan akan didebet sebesar
harga pasar saham pada tanggal pengumuman dan selisih nilai nominal saham
dnegan harga pasarnya merupakan agio (disagio). Namun jika dividen yang
dibagikan lebih dari 20 25%, maka laba ditahan didebet sebesar nilai
nominal saham dan tidak ada pencatatan agio (disagio).
d. Dividen likuidasi: dividen ini bukan merupakan pembagian laba, namun
merupakan pengembalian sebagian modal kepada pemilik. Biasanya ini
dilakukan oleh perusahaan yang dilikuidasi untuk mengurangi kewajiban
perusahaan kepada pemilik. Dividen likuidasi ini tidak diambilkan dari laba
ditahan tetapi dari bagian modal kontribusi atau modal disetor, yaitu agio
saham.






Pembagian dividen untuk pemegang saham preferen didahulukan sebelum
pembagian dividen kepada pemegang saham biasa. J ika saham preferennya kumulatif,
maka dividen yang masih tertunggak pada tahun-tahun sebelumnya (dividend in
arrears) harus dibagikan terlebih dahulu sebelum dividen tahun ini dibagikan. J ika
pemegang saham preferen memiliki hak berpartisipasi, maka pemegang saham
preferen berhak mendapatkan pembagian dividen seperti pemegang saham biasa.
Tanggal yang berkaitan dengan pembagian dividen:
a. Tanggal pengumuman pembagian dividen. Pada saat pengmumuman dividen,
perusahaan mencatat adanya utang dividen.
b. Tanggal pencatatan pihak yang berhak menerima dividen. Pada tanggal ini
perusahaan tidak membuat jurnal apapun.
c. Tanggal pembagian dividen.

Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham. Stock split dilakukan
dengan tujuan untuk menurunkan harga pasar yang terlalu tinggi atau untuk
memperbanyak jumlah saham yang beredar. Perusahaan tidak perlu membuat jurnal
untuk stock split, hanya perlu membuat pengungkapan pada catatan atas laporan
keuangan.



















BAB XIX
INVESTASI SURAT BERHARGA: UTANG

Investasi surat berharga dalam obligasi dapat diklasifikasikan menjadi 3
menurut tujuan manajemen memilikinya, sebagai berikut:
1. Held to maturity: sekuritas utang yang dimiliki dengan tujuan akan dimiliki
sampai dengan jatuh tempo (tidak akan dijual)
2. Trading: sekuritas utang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali
dalam waktu dekat untuk menghasilkan keuntungan jangka pendek
3. Available for sale: apabila sekuritas utang yang tidak termasuk ke dalam held
to maturity maupun available for sale

Perlakuan akuntansi untuk masing-masing jenis surat berharga di atas berbeda.
Adapun perbedaannya ditampilkan dalam tabel berikut:
Kategori Penyajian di
Neraca
Keuntungan (kerugian) yang belum
terealisasi
Held To Maturity Sebesar Nilai Buku Tidak diakui
Trading Sebesar Harga Pasar Selisih antara nilai buku dan harga pasar
diakui sebagai keuntungan (kerugian)
yang belum terealisasi, diakui dan masuk
dalam laporan laba rugi
Available For sale Sebesar harga Pasar Selisih antara nilai buku dan harga pasar
diakui sebagai keuntungan (kerugian)
yang belum terealisasi, diakui dan masuk
dalam neraca di bagian ekuitas pemilik

Terdapat beberapa istilah yang terkait dengan surat berharga utang sebagai
berikut:
Nilai nominal (nilai jatuh tempo) adalah nilai pokok utang yang tertera pada
setiap lembar obligasinya
Suku bunga nominal: adalah suku bunga yang tertera pada lembar obligasi
Harga beli adalah nilai obligasi yang terjadi pada saat obligasi tersebut dibeli



Suku bunga pasar (suku bunga efektif) adalah suku bunga yang diinginkan
oleh investor. Suku bunga pasar ini digunakan sebagai tingkat diskonto
(discount rate) untuk menghitung harga beli obligasi.
Harga beli obligasi dapat dihitung dengan rumus sbb:
Harga beli =PVF (n, i) Nilai nominal +PVF-OA (n,i) bunga
n =periode =jangka waktu obligasi
i =suku bunga pasar

Nilai buku investasi obligasi adalah nilai nominal ditambah dengan premium
yang belum diamortisasi atau nilai nominal dikurangi dengan diskonto yang belum
diamortisasi.
Pada saat diterbitkan, antara harga beli dengan nilai nominal dapat terjadi
perbedaan. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh adanya perbedaan antara suku bunga
nominal dengan suku bunga pasar. Apabila harga beli obligasi lebih besar daripada
nilai nominal, maka selisihnya disebut dengn premi (agio). Namun jika harga beli
obligasi lebih rendah dibandingkan nilai nominalnya, maka selisihnya disebut dengan
diskonto (disagio).
Berbeda dengan pada bahasan utang obligasi, premium ataupun diskonto ini
tidak akan muncul dalam rekening yang terpisah. Tetapi premium dan diskonto ini
akan menjadi satu pada rekening investasi obligasi yang bersangkutan.
Premium dan diskonto tersebut harus diamortisasi selama jangka waktu
obligasi dengan metode bunga efektif maupun dengan metode garis lurus.














BAB XX
INVESTASI SURAT BERHARGA: SAHAM

Seperti halnya pada investasi surat utang, maka dalam investasi saham pun
juga ada pengklasifikasian investasi menjadi Available for sale dan trading. Investasi
dalam saham tidak ada yang diklasifikasikan menjadi held to maturity, dikarenakan
saham tidak memiliki tanggal jatuh tempo.
Investasi dalam saham yang diklasifikasikan menjadi available for sale dan trading,
maka pada saat pembuatan neraca, nilai investasi tersebut harus disesuaikan dengan
harga pasar pada tanggal neraca.
Selain itu, proporsi kepemilikan saham juga mempengaruhi metode akuntansi
yang dipakai untuk pencatatan akuntansinya. Secara ringkas, pengaruh proporsi
kepemilikan saham terhadap metode akuntansinya disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
Proporsi kepemilikan Klasifikasi Metode Akuntansi
<20% Available For
Sale
Trading
Fair value (harga pasar), yaitu
investasi dinyatakan di neraca
sebesar nilai pasar
20 50% (diasumsikan
memiliki pengaruh yang
signifikan ke investee)
- Ekuitas, investasi dinyatakan di
neraca sebesar kosnya. J ika ekuitas
investee berubah, maka nilai
investasi juga berubah.
> 50% (diasumsikan
memiliki kendali terhadap
investee)
- Ekuitas, dan harus membuat
laporan keuangan konsolidasi











BAB XXI
PENGAKUAN PENDAPATAN
KONSTRUKSI JANGKA PANJANG

Pendapatan diakui ketika:
Telah terealisasi/dapat direalisasi (realized/realizable)
Pendapatan telah terealisasi (realized) ketika barang/jasa dijual atau
dipertukarkan dengan kas ataupun klaim terhadap kas
Pendapatan cukup pasti terealisasi (realizable) ketika aset yang diterima selain
kas, dan dapat segera dikonversi menjadi kas atau klaim terhaap kas dengan
jumlah yang cukup pasti
Telah terbentuk (earned), yaitu ketika perusahaan telah melakukan kegiatan
yang harus dilakukan untuk memperoleh pendapatan

Pengakuan pendapatan sebelum barang diberikan kepada pembeli
Pengakuan pendapatan pada saat sebelum penyelesaian pekerjaan dan
pengiriman produk dilakukan, karena telah pastinya perolehan penghasilan, sebagai
contoh adalah metode persentase kontrak selesai pada usaha konstruksi.
Terdapat dua metode pengakuan pendapatan pada sistem ini yaitu :
a. Metode prosentase penyelesaian (percentage of completion method)
Pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode berdasarkan kemajuan penyelesaian
pekerjaan yg merupakan % penyelesaian
Biaya penyelesaian/konstruksi dan laba kotor diakumulasikan dalam rekening
konstruksi dalam proses.
Cara menghitung prosentase penyelesaian
Prosentase penyelesaian = jumlah biaya yang terjadi s.d. tanggal tersebut
estimasi total biaya yg akan terjadi
Pendapatan tahun 1 = % penyelesaian x perkiraan total pendapatan
Laba kotor tahun 1 = % penyelesaian x perkiraan total laba kotor
Pendapatan tahun 2 = % penyelesaian x total pendapatan pendapatan yang
telah diakui pada periode sebelumnya



Laba kotor tahun 2 = % penyelesaian x total laba kotor laba kotor yang telah
diakui pada periode sebelumnya
Metode kontrak selesai, yaitu setelah konstruksi selesai dikerjakan, baru perusahaan
boleh mengakui adanya pendapatan. Metode ini biasanya hanya dipergunakan untuk
kontrak jangka pendek (di bawah 1 tahun)

































BAB XXII
PENGAKUAN PENDAPATAN: PENJUALAN ANGSURAN

Ketika terjadi ada penjualan dengan sistem angsuran dalam jangka panjang,
terdapat resiko yang tinggi atas tingkat ketertagihan piutang perusahaan. Dalam
keadaan demikian,maka harus ada konservatisme yang dilakukan perusahaan untuk
memilih metode akuntansi yang sesuai.
Adanya ketidakpastian yang tinggi pada ketertagihan piutang, membuat
perusahaan penjual harus menunda pengakuan pendapatannya. Secara teknis,
perusahaan tetap mencatat pendapatan penjualan pada saat transaksi, tetapi menunda
pengakuan laba kotornya.
Terdapat 2 metode untuk pengakuan pendapatan penjualan angsuran jangka panjang:
1. Installment sales accounting method
Merupakan sistem penjualan produk/barang dengan masa pelunasan bertermin
dalam kurun waktu yang panjang, sehingga resiko tak tertagih menjadi tinggi.
Pendapatan dan Kos barang terjual (harga pokok penjualan) diakui pada periode
penjualan, tetapi laba kotor pengakuannya ditunda sampai ada kas yang diterima.
Resiko diatasi dengan membuat perjanjian kepemilikan, dan jaminan personal
2. Metode pemulihan kos (cost recovery method)
Pendapatan dan harga pokok perolehan diakui pada saat transaksi, tetapi laba
kotor atas penjualan baru akan diakui jika jumlah setoran yang sudah diterima dari
customer telah melebihi harga pokok penjualan.

Kedua metode di atas diperbolehkan digunakan dalam situasi khusus, dimana resiko
ketidaktertagihan piutang sangat tinggi dan biasanya angsuran dalam jangka panjang.










BAB XXIII
SEWA GUNA
Lease (sewa guna) adalah penjanjian kontrak antara penyewa (lessee) dengan
pihak yang menyewakan (lessor), dimana lessee berhak menggunakan aktiva yang
dimiliki lessor dalam waktu yang ditentukan.
Keuntungan sewa guna bagi lessee antara lain:
1. J umlah pembayaran sewa biasanya tetap sehingga dapat melindungi lessee dari
kemungkinan inflasi
2. Melindungi lessee dari resiko keusangan aktiva
3. Perjanjian sewa lebih fleksible
4. Dapat mengurangi pajak yang dibayar
Kriteria-kriteria untuk pengkapitalisasian aktiva yang disewa:
1. Adanya transfer kepemilikan aktiva ke lessee
2. Adanya opsi beli untuk lessee
3. J angka waktu sewa lebih dari 75% umur ekonomis aktiva yang disewakan
4. Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimal adalah lebih dari 90% harga pasar
aktiva yang disewakan
Jenis-jenis sewa dari sisi lessee:
a. Operating lease, apabila tidak ada satu pun kriteria pengkapitalisasian aktiva
terpenuhi. Dalam hal ini, aktiva akan tetap muncul di neraca lessor
b. Capital lease, apabila salah satu dari kriteria pengkapitalisasian aktiva terpenuhi.
Dalam hal ini, aktiva dan utang sewa muncul di neraca lessee.
Jenis-jenis sewa dari sisi lessor:
a. Operating lease, apabila tidak ada satu pun kriteria pengkapitalisasian aktiva
terpenuhi. Dalam hal ini, aktiva akan tetap muncul di neraca lessor
b. Direct financing lease, apabila salah satu dari kriteria pengkapitalisasian aktiva
terpenuhi, ketertagihan pembayaran sewa dari lessee dapat dipastikan dan lessor
telah menyelesaikan tanggungjawabnya. Dalam direct financing lease ini, antara
nilai buku aktiva dengan harga pasar pada saat disewakan adalah sama.
c. Sales type lease, apabila salah satu dari kriteria pengkapitalisasian aktiva
terpenuhi, ketertagihan pembayaran sewa dari lessee dapat dipastikan dan lessor
telah menyelesaikan tanggungjawabnya. Dalam sales type lease ini, antara nilai
buku aktiva dengan harga pasar pada saat disewakan berbeda, sehingga timbul
pencatatan laba kotor.



BAB XXIV
PERUBAHAN AKUNTANSI

Jenis-jenis Perubahan Akuntansi
1. Perubahan prinsip akuntansi
Perubahan penggunaan suatu prinsip yang terdapat dalam prinsip akuntansi
berterima umum ke prinsip akuntansi lainnya. Perubahan prinsip ini tidak
termasuk akibat yang dihasilkan dari penggunaan prinsip baru atas kejadian atau
transaksi yang terjadi untuk pertama kalinya atau karena adanya perubahan sifat
transaksi. Perubahan penggunaan suatu prinsip akuntansi ke prinsip akuntansi lain
karena tidak sesuai dengan PABU ataupun tidak diaplikasikan dengan benar,
maka perubahan tersebut bukan merupakan perubahan prinsip akuntansi namun
merupakan koreksi atas kesalahan
2. Perubahan estimasi akuntansi
Perubahan estimasi akuntansi karena diperolehnya informasi tambahan &
berdasarkan pengalaman.
3. Perubahan pelaporan entitas
Dikarenakan perubahan proporsi kepemilikan pada perusahaan anak, atau
penggabungan badan usaha

Saat ini, sesuai SFAS 154, pendekatan yang digunakan tergantung dari
perubahan akuntansi yang terjadi. Perubahan dalam prinsip akuntansi dan perubahan
pelaporan entitas biasanya menggunakan pendekatan retrospectively dimana
perusahaan harus menyajikanulang laporankeuangan periode-periode sebelumnya,
kecuali apabila pendekatan ini tidak dapat diterapkan (impracticable). Perubahan
dalam estimasi akuntansi menggunakan pendekatan prospectively, dimana dampak
perubahan estimasi ini hanya akan berpengaruh pada periode berjalan dan yang akan
datang..








Koreksi kesalahan
Berupa kesalahan matematis, kesalahan penggunaan prinsip akuntansi,
maupun kesalahan dalam menggunakan informasi. Kesalahan tersebut dapat
mengakibatkan kesalahan pada neraca saja atau laporan laba rugi saja, atau keduanya.
Apabila perusahaan mengetahui adanya kesalahan pada laporan keuangannya, maka
perusahaan harus segera membuat koreksi atas kesalahan tersebut.
Terdapat 2 tipe kesalahan yang mengakibatkan kesalahan pada neraca dan laporanlaba
rugi sekaligus:
a. Counterbalancing errors, merupakan kesalahan yang dapat benar dengan
sendirinya dalam dua periode akuntansi. Walaupun tanpa koreksi, kesalahan
jenis ini akan menjadi benar dengan sendirinya. Namun apabila perusahaan
mengetahui adanya kesalahan ini dan belum dibenarkani, maka perusahaan tetap
harus membuat koreksi. Contoh kesalahan adalah kelalaian untuk mencatat
penyesuaian terhadap biaya gaji yang terutang.
b. Noncounterbalancing errors, merupakan kesalahan yang tidak dapat benar
dengan sendirinya. Sehingga perusahaan harus segera membuat koreksi atas
kesalahan tersebut. Contoh dari kesalahan ini adalah kesalahan dalam mencatat
kos aktiva (aset) sebagai biaya pembelian aktiva.



















BAB XXV
PENGUNGKAPAN PENUH DALAM LAPORAN KEUANGAN

Full Disclosure Principle
Menyajikan informasi atau fakta yang cukup signifikan untuk mempengaruhi
pertimbangan pembaca laporan keuangan (user). Dalam menyajikan informasi yang
cukup signifikan bagi pembaca, pembuat laporan keuangan harus mempertimbangkan
keseimbangan antara kos dan manfaat (cost and benefit), sehingga kos yang
dikeluarkan jangan samapai melebihi manfaat yang akan diberikan.
Kebutuhan akan pengungkapan ini semakin meningkat, karena:
a. Semakin kompleksnya operasi perusahaan
b. Meningkatnya kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, misalnya laporan
interim yang semakin lengkap.
c. Sebagai alat pengendalian dan monitor, misalnya untuk pemerintah membutuhkan
informasi tentang polusi lingkungan.
Catatan Laporan Keuangan
Notes to financial statement (catatan) adalah untuk menjelaskan item yang terdapat
dalam badan laporan keuangan, seperti kebijakan akuntansi (metode persediaan,
metode depresiasi, kewajiban kontinjensi, perubahan prinsip akuntansi).
Pengungkapan Transaksi dan Kejadian Spesial
Perusahaan dianjurkan untuk mengungkapkan transaksi-transaksi khusus dan kejadian
spesial yang terjadi dalam perusahaan seperti:
a. Related Party Transaction
Transaksi antar perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Hal ini
terjadi ketika satu perusahaan terlibat transaksi dengan perusahaan lain
(transacting parties) yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
kebijakan perusahaan atau dengan perusahaan lain (nontransacting party)
yang bisa mempengaruhi kebijakan dua perusahaan yang terlibat transaksi.
c. Error dan Irregularities
Error adalah kesalahan yang tidak disengaja, sedangkan irregularities adalah
distorsi yang disengaja dalam laporan keuangan.
d. Illegal acts
Illegal acts dapat berupa kontribusi politik yang ilegal, korupsi, suap.



Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Post-balance Sheet Events /Subsequent events).
Penghitungan persediaan, rekonsiliasi dengan anak perusahaan, penyiapan jurnal
penyesuaian, waktu yang dibutuhkan oleh auditor dan mencetak laporan keuangan butuh
waktu. Hal ini mengakibatkan antara laporan keuangan yang dibuat pada akhir tahun dan
pada saat laporan keuangan itu didistribusikan pada pemegang saham ada tenggang
waktu. Selama tenggang waktu tersebut, mungkin bisa saja terjadi peristiwa penting yang
perlu diungkapkan atau memerlukan penyesuaian terhadap estimasi yang ada dalam
laporan keuangan.
Terdapat 2 jenis peristiwayang terjadi setelah tanggal neraca yang mempunyai
dampak material :
a. Peristiwa yang memberikan bukti tambahan tentang kondisi yang ada pada
tanggal neraca, mempengaruhi estimasi yang digunakan dalam membuat laporan
keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian.
b. Peristiwa yang belum terjadi pada tanggal neraca, tetapi terjadi sesudahnya
namun tidak memerlukan penyesuaian. Peristiwa ini harus diungkapkan karena
jika tidak diungkapkan bisa mempengaruhi kemampuan pembaca laporan
keuangan untuk melakukan evaluasi dan pengambilan keputusan yang tepat.

Pelaporan Untuk Diversified Company (Conglomerates)
Dalam perusahaan konglomerat biasanya informasi disajikan per segmen
selain juga secara agregat.
Tujuan pelaporan informasi per segmen
a. Memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kinerja perusahaan
b. Memberikan penilaian yang lebih baik terhadap aliran kas bersih di masa yang
akan datang
c. Memberikan lebih banyak informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan

Dalam penyajiannya, perusahaan bisa membuat pelaporan berdasarkan
segmen usaha atau segmen geografis.
Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang melakukan aktivitas bisnis
yang menghasilkan pendapatan dan mengeluarkan biaya, dimana hasil operasinya
direview secara reguler oleh pembuat keputusan untuk penilaian kinerja dan untuk



alokasi sumber daya. Segmen usaha ini juga memiliki informasi keuangan tersendiri
yang dihasilkan oleh sistem pelaporan internal perusahaan.
Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam
menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan
memiliki resiko dan imbalan yang berbeda dengan resiko dan imbalan pada
komponen yang beroperasi dalam lingkungan (wilayah) ekonomi lain.
Dalam penentuan apakah laporan akan dibuat berdasarkan segmen usaha atau
segmen geografis, maka harus dilihat dari resiko dan tingkat imbalan perusahaan
dipengaruhi oleh perbedaan produk atau jasa yang dihasilkan atau dipengaruhi oleh
kondisi operasi yang berbeda di berbagai negara atau wilayah. Dalam Standar
Akuntansi Keuangan, pelaporan segmen diwajibkan untuk emiten atau perusahaan
publik dan perusahaan yang sedang dalam proses menerbitkan efek ekuitas atau efek
utang di pasar modal. Informasi segmen harus disusun sesuai dengan kebijakan
akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
konsolidasian atau perusahaan
Informasi yang dilaporkan dalam pelaporan segmen
a. Informasi umum mengenai segmen operasinya: tipe produk dan servis atau area
geografi.
b. Profit dan loss dan informasi yang terkait seperti pendapatan dan biaya dari
transaksi dengan eksternal dan internal, pendapatan bunga, biaya bunga,
depresiasi, extraordinary item, dll.
c. Aktiva dan kewajiban
d. Terkadang perusahaan juga melaporkan mengenai pelanggan utama (major
customer)

Laporan Interim
Interim Reports adalah laporan yang meliputi periode kurang dari satu
periode. Profesi mengindikasikan bahwa metode yang digunakan dalam laporan
interimsama dengan yang digunakan dalam laporan tahunan, kecuali dalam beberapa
hal, antara lain diperbolehkannya menggunakan gross profit method untuk penilaian
persediaan interim tapi diperlukan pengungkapan dan penyesuaian dengan persediaan
tahunan. Selain itu, penurunan nilai persediaan (market) tidak ditunda di luar periode
interim kecuali jika sifatnya temporer dan tidak ada kerugian yang diharapkan untuk
tahun fiskal. Dalam pembuatan laporan interim, terdapat dua pendapat, yaitu laporan



interim dianggap merupakan suatu laporan terpisah dari laporan tahunan (discrete
view) dan laporan interim dianggap merupakan bagian dari laporan tahunan (integral
view).
Pelaporan Keuangan Melalui Internet
Saat ini telah banyak perusahaan yang menerbitkan pelaporan keuangan
melalui internet. Keuntungan yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan
pelaporan keuangan melalui internet adalah:
1. Mengurangi biaya cetak dan penyebaran laporan keuangan
2. Bisa berkomunikasi dengan lebih banyak pemakai laporan keuangan
3. Memungkinkan pembaca untuk bisa mendapatkan informasi lebih cepat dan lebih
lengkap, contoh informasi mengenai perusahaan, analisis.
4. Data yang disajikan secara suka rela bisa lebih banyak, contoh data penjualan
mingguan.

Namun, pelaporan keuangan melalui internet ini juga mengandung bahaya dari
hackers yang bisa menyalahgunakan data yang disajikan. Selain itu belum ada standar
pengaturan kelengkapan informasi yang disajikan.

Anda mungkin juga menyukai