Anda di halaman 1dari 5

Liga Arab

Liga Arab (Arab League) yang disebut sebagai Liga Negara-Negara Arab merupakan sebuah
organisasi pemerintahan internasional tingkat regional. Organisasi ini beranggotakan Negara-negara
Arab di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pembentukan Liga Arab dilatarbelakangi oleh keinginan para pemuka Arab untuk membebaskan
Arab dari dominasi asing. Pada pertengahan abad ke-20 negara-negara Arab umumnya masih berada di
bawah kekuasaan kolonial asing terutama Kerajaan Ottoman, Inggris, dan Perancis.
Diantara para pemuka Arab yang giat memperjuangkan kemerdekaan dan persatuan adalah
penguasa Hijaz (sekarang Arab Saudi), Sharif Husain bin Ali, serta dua anaknya Emir Faisal I dari Irak dan
Emir Abdullah dari Yordania.
Gagasan pembentukan liga Negara-negara Arab ini muncul pada awal tahun 1940-an. Waktu itu,
pemimpin Irak Emir Faisal II dari Dinasti Hashimiyah mengusulkan pembentukan Liga Arab yaitu
sebuah organisasi regional yang terdiri dari Negara-negara yang berdaulat yang terdiri dari Suriah,
Lebanon, Palestina, Yordania, dan Irak yang memiliki tujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan
penuh semua Negara-negara Arab. Namun gagasan tersebut ditolak Mesir, Arab Saudi, dan Suriah. Pada
tahun 1943-1944, pemimpin Mesir Raja Farouk mengadakan pertemuan dengan para pejabat dan
perwakilan Negara-negara yang terdiri dari Irak, Transyourdania, Arab Saudi, Suriah, Lebanon, Yaman,
dan Palestina. Mereka membahas sejumlah proposal dari Negara-negara Arab untuk membentuk
sejumlah uni.
Pembentukan Liga Arab diumumkan dalam pertemuan pada Menteri Luar Negeri Arab di
Iskandaria (Mesir) pada September 1944, yang kemudian disepakati pada 22 Maret 1945 antara Mesir,
Irak, Transyordania (Yordania), Lebanon, Arab Saudi, Suriah, dan Yaman (Utara) yang kemudian menjadi
21 anggota setelah Libya (1953), Sudan (1956), Tunisia dan Maroko (1958), Kuwait (1961), Aljazair
(1962), Yaman Selatan (1967), Bahrain, Qatar, Oman, Uni Emirat Arab (1971), Mauritania (1973),
Somalia (1974), Palestina (1976), dan Djibouti (1977) masuk menjadi anggota. Pada tahun 1979 Mesir
dikeluarkan dari Liga Arab setelah menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel. Sejak itu
markas besar Liga Arab dipindahkan dari Kairo ke Tunisia. Namun Mei 1989 keanggotaan Mesir
dipulihkan kembali, dan markas Liga Arab pindah ke Kairo.
Pembentukan Liga Arab didasarkan pada Pact of The League of Arab States yang dibentuk. Pakta
ini yang kemudian menjadi sebuah konstitusi dasar bagi organisasi Liga Arab. Liga Arab bertugas
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, termasuk hubungan niaga, komunikasi, kegiatan kebudayaan,
kewarganegaraan, paspor, dan visa, kegiatan sosial, dan kegiataan kesehatan.
Berdasarkan pasal 1 Liga Arab yang berbunyi :
Every independent Arab State shall have the right to adhere to the League. Should it desire to adhere.
It shall present an application to this effect which shall be filled with the permanent General Secretariat
and submitted to the Council at its first meeting following the presentation of the application
Yang berarti suatu Negara telah mengikatkan diri ke dalam organisasi maka Negara tersebut memiliki
kewajiban untuk mematuhi segala peraturan yang tertuang dalam konstitusi dasar Liga Arab.
Berdasarkan Pasal 2 Pakta, fungsi dan tujuan utama Liga Arab adalah :
Menjaga hubungan baik diantara Negara-negara Arab dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan politik
Negara anggota, melindungi kemerdekaan dan kedaulatan Negara, dan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan Arab.
Disamping itu Liga Arab terlibat di dalam politik, ekonomi, kebudayaan, dan bidang-bidang social dengan
tujuan untuk mengembangan kesejahteraan Negara-negara anggota. Liga Arab juga berperan ganda
sebagai sebuah forum bagi Negara-negara anggota untuk menyeimbangkan kedudukan kebijakan-
kebijakan yang telah dibuat Negara-negara dan tempat penyelesaian perselisihan internal anggota
seperti Perang Saudara di Lebanon tahun 1958.
Struktur Kelembagaan Liga Arab
Secara garis besar, tata susunan Organisasi Liga Arab sebagai berikut :
1. Sekertaris Jendral
Mengenai peranan, fungsi, dan tugas dari Sekertaris Jendral Liga Arab tertuang berdasarkan Internal
Regulation of the Secretary General of the League pada 10 Mei 1953. Berdasarkan pasal I, II, III, dan
IV Internal Regulation, Sekertaris Jendral atas nama LIga menjalankan dan melaksanakan resolusi-
resolusi yang dibuat oleh Dewan dan Dapat bertindak sebagai pengamat atau pengukur terhadap
dana anggaran Liga yang dibuat oleh Dewan sehingga dia dapat menolak atau menyetujui anggaran
yang tidak sesuai dengan peruntukan Liga.
Dalam kapasitasnya sebagai Sekertaris Jendral ia harus menghadiri setiap pertemuan Dewan Liga
dan Komite-Komite. Disamping itu dia harus bertanggung ajwab kepada Dewan Liga untuk semua
tindakan yang dilakukannya dan pelaksanaan dari peraturan-peraturan internal Deaprtemen
Sekertaris Jendral.
Jabatan Sekertaris Jendral dipilih oleh anggota Dewan Liga dengan suara mayoritas 2/3 dari Negara
anggota Liga. Masa jabatan dari Sekertaris Jendral adalah 5 tahun dan dapat diperpanjang kembali.
Dalam menjalankan tugasnya Sekertaris Jendral dibantu oleh Asisten Sekertaris. Jabatan Asisten
Sekertaris ini merupakan jabatan yang dinominasikan oleh masing-masing Negara anggota yang
berasal dari warganegaranya sendiri dan pengangkatan harus dipersetujui oleh Dewan. Masing-
masing Asisten Sekertaris ini nantinya akan ditempatkan di setiap Departemen Sekertaris Jendral.
Berdasarkan pasal XII pakta, jabatan Sekertaris Jendral ini harus disetarakan dengan Duta Besar
sedangkan Asisten Sekertaris mempunyai kedudukan setara dengan Menteri Berkuasa Penuh
(Ministers Plenipotentiary). Dalam melaksanakan tugasnya, Sekertaris Jendral dibantu Departemen
Sekertaris Jendral yaitu Seketartarian Konferensi, Departemen Keuangan dan Administrasi,
Departemen Politik, Departemen Urusan Ekonomi dan Komunikasi, Departemen Hukum,
Departemen Informasi dan Publikasi, dan Departemen Urusan Budaya.
2. Deputy Secretaris Jendral
3. Dewan Liga Arab (Council)
Dewan merupakan organ tertinggi dalam Liga Arab. Dewan berfungsi sebagai sarana atau wadah
bagi Negara-negara anggota untuk berpartisipasi aktif dalam setiap keputusan yang diambil liga,
oleh karena itu setiap Negara anggota harus memilih dan mendelegasikan warga-warga negaranya
untuk menjadi perwakilan dalam Dewan (biasanya Menteri Luar Negeri), kemudian wakil-wakil
Negara tersebut harus juga menyertakan surat kepercayaan (credentials) kepada Dewan. Nama-
nama dari wakil itu harus dikomunikasikan kepada Sekertaris Jendral selanjutnya diperiksa dan
dibawa pada siding Dewan yang biasanya dilangsungkan pada bulan Maret dan September. Namun
apabila ada suatu keperluan mendadak maka dapat dilangsungkan siding yang sebelumnya harus
diajukan oleh setidaknya dua Negara.
Wewenang dan tata laksana Dewan sendiri diatur dalam sebuah peraturan yaitu The Internal
Regulations of The Council of The League of Arab States tanggal 13 Oktober 1951.
Berdasarkan Pasal XI Internal Regulations, sidang Dewan dapat dianggap sah jika dihadiri sebagian
besar perwakilan Negara-negara anggota. Untuk dapat menyelesaikan resolusi, harus disetujui oleh
mayoritas suara Negara anggota Liga atau oleh 2/3 suara sepakat. Disamping itu Dewan mempunyai
wewenang untuk mengamandemen Charter (Konsititusi Liga) menengahi persilisihan anggota,
mengambil keputusan terhadap keanggotaan dan menerima pengunduran diri Negara anggota dari
Liga.
4. Arab Fund for Economic and Social Development (AFESD)
5. Komite Teknis (Technical Committees)

Charter atau konstitusi mengarahkan dibentuknya sebuah komite teknis dan khusus yang
bertujuan untuk membantu (assist) negara anggota dalam mendiskusikan hal-hal teknis yang
berhubungan dengan kerjasama Arab. Sejak dibentuknya komite ini, beban kerjanya semakin
lama semakin meningkat dan akhirnya dibentuk sebuah Specialized Ministerial Council (Dewan
Kementrian Khusus) yang bertujuan untuk mendiskusikan secara tetap masalah-masalah khusus
tersebut. Saat ini telah berdiri tiga komite teknis yakni:

Pengadilan Administrasi (Administrative Court)
Badan Arbitrase Investasi (Investment Arbitration Board)
Badan Tinggi Audit (Higher Auditing Board)

6. Arab Air Carriers Organization
7. Dewan Kementrian Khusus (Specialized Ministerial Councils)
Dewan-dewan ini bertujuan untuk mengkoordinasikan kebijakan-kebijakan diantara negara
Arab. Masing-masing Dewan Kementrian tersebut harus bertemu/bersidang secara reguler dan
mengajukan hasil keputusannya (common policies) kepada Sekretariat dan Council. Telah ada
dua belas Dewan-dewan yang dibentuk yang cakupannya antara lain dalam bidang informasi,
interior, hukum, perumahan, transportasi, urusan-urusan sosial, pemuda dan olahraga,
kesehatan, urusan lingkungan, telekomunikasi, energi dan listrik, terakhir adalah turisme atau
budaya. Organisasi yang berada dibawah dewan kementrian khusus diantaranya :
Council of Arab Economic Unity, Unity, Organization of Arab Petroleum Exporting Countries
(OAPEC), Arab Administrative Development Organization (ARADO), Arab States Broadcasting
Union (ABSU), Arab Educational, Cultural, and Scientific Organization (ALECSO), Arab Center for
the Studies of Arid Zones and Dry Lands (ACSAD), Arab Academy for Science and Technology
(AAST), Arab Labor Organization (ALO), Arab Organization for Agricultural Development (AOAD),
Arab Satellite Communications Organization (ARBSAT), Arab Interior Ministers Council, Arab
Atomic Energy Board (AAEA), Arab Industrial Development and Mining Organization (AIDMO),
and Arab Civil Aviation Association, Arab Financial Institutions: Arab Fund for Economic and
Social Development, Arab Bank for Economic Development in Africa, Inter-Arab Investment
Guarantee Corporation, Arab Monetary Fund, and Arab Authority for Agricultural Investment
and Development (AAAID) .

8. Organisasi Khusus Arab (Arab Specialized Organizations)
9. Uni Arab (Arab Unions)
10. Kamar Dagang Kerjasama Arab (Joint Arab-Foreign Chambers of Commerce)
11. Mission
12. Departemen Sekertaris Jendral (General Secretariat Departments)
13. Sub Departemen Sekertaris Jendral (General Secretariat Sub Departments)

Penyelesaian Perselisihan Antara Negara Anggota
Pasal V menyatakan agar Negara-negara anggota Liga tidak mengambil jalan kekerasan untuk
menyelesaikan sengketa diantara mereka. Namun jika terjadi perselisihan diantara Negara anggota
sejauh tidak menyangkut sengketa mengenai penjajahan suatu Negara, kedaulatan, dan integritas
regional dan jika para pihak telah melimpahkan wewenang penyelesaiannya kepada Dewan, maka
Dewan dapat menjadi pihak penengah yang keputusannya bersifat mutlak dan mengikat para pihak yang
bersengketa. Kemudian apabila para pihak tidak menyetujui keputusan tersebut, Dewan harus
merumuskan kembali keputusannya dengan jalan mediasi sampai tercipta keputusan yang dapat
menguntungkan kedua belah pihak. Proses penyelesaian sengketa (mediasi, arbitrasi) harus dilakukan
berdasarkan suara mayoritas Negara-negara anggota.
Untuk menyelesaikan sengketa itu dibuat Dewan Liga Arab yang terdiri dari wakil-wakil semua
Negara anggota. Apabila sengketa yang timbul tidak menyangkut masalah kemerdekaan, kedaulatan,
dan keutuhan wilayah salah satu Negara anggotanya atau Negara lainnya, maka keputusan Liga Arab
akan mengikat dan wajib dilaksanakan oleh Negara anggotanya. Dewan Liga Arab hanya dapat berfungsi
sebagai badan arbitrase untuk menyelesaikan sengketa di antara Negara anggotanya berdasarkan :
(i) Permohonan dari Negara anggota untuk menangani sengketa
(ii) Permasalahn yang menjadi sengketa
Negara anggota yang terkait dalam sengketa tidak diperkenankan berpartisipasi dalam
pembahasan dan pengambilan keputusan oleh Dewan. Dalam upaya memelihara perdamaian dan
keamanan di kawasa dan mencegah terjadinya konflik bersenjata di antara para anggotanya, Dewan
juga dapat melakukan mediasi, jasa-jasa baik dan konsiliasi tanpa diminta oleh Negara anggota yang
terlibat dalam sengketa.

Anda mungkin juga menyukai