Anda di halaman 1dari 3

KOMUNIKE KAA

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya.
Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaanperbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara negara-negara Asia
Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang agak panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan
kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan
yang berlarutlarut dapat diakhiri.
Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, maka
pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955 Sidang Umum
terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh Sekretaris
Jenderal Konferensi rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil konferensi. Sidang
Umum menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato
sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua Konferensi menyampaikan pidato penutupan
dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :
1. Kerja sama ekonomi;
2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Konferensi Asia Afrika menghasilkan beberapa keputusan :
a) Memajukan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia Afrika dalam bidang sosial, ekonomi
dan kebudayaan.
b) Menuntut kemerdekaan atas Aljazair, Tunisia dan Maroko.

c) Menuntut pengembalian Irian Barat kepada Indonesia dan Aden kepada Yaman.
d) Menentang deskriminasi, ras dan kolonialisme.
e) Ikut aktif dalam mengusahakan dan memelihara perdamaian dunia.
Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika telah
meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika dan telah
merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negara-negara ini dapat bekerja sama dengan lebih
erat di bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang paling mashur dari hasil konferensi ini
ialah apa yang kemudian dinamakan Dasa Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik berisi
prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Kesepuluh
prinsip itu ialah :
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta azas-azas yang termuat
dalam piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa
besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara
lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian
atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. a. Tidak mempergunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus dari salah satu dari negara-negara besar.
b. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai
lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika menganjurkan
supaya kelima negara penyelenggara mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya
dari konferensi ini, dengan meminta pendapat negara-negara peserta lainnya. Tetapi usaha untuk
mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua selalu mengalami hambatan yang sulit diatasi.

Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah (Aljazair) terjadi
pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu tidak jadi.
Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di
antara negara-negara Asia dan Afrika, baik dalam menghadapi masalah internasional maupun
masalah regional. Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa kali
diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam Asia Afrika,
Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan
kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di benua
Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila Bandung
semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.

Anda mungkin juga menyukai