Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah sebuah pertemuan antarnegara yang diadakan di
Bandung, 18-24 April 1955. Pertemuan ini digagas oleh negara-negara baru yang memperoleh
kemerdekaannya setelah Perang Dunia II. Konferensi ini berawal dari pentingnya antarnegara
untuk mencegah ekskalasi konflik dalam Perang Dingin berlangsung lebih serius.
Selain itu, promosi dekolonialisasi yang terus digiatkan, utamanya di Afrika. Indonesia sendiri
memiliki kepentingan untuk menggalang dukungan untuk merebut kembali Irian Barat. Wilayah
yang gagal diselesaikan kesepakatannya pada pengakuan kedaulatan (Konferensi Meja Bundar)
tahun 1949.
Perang Dunia II yang meluluhlantakkan dunia dianggap sebagai pembelajaran pahit bagi semua
pihak. Sehingga tingginya tensi dalam Perang Dingin menjadi peringatan penting bagi negara-
negara baru ini untuk mulai memberikan tekanan balik kepada dua blok adidaya.
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mengetuai konferensi ini dan membuka persidangan pada
18 April 1955. Beberapa pembahasan penting yang terjadi dalam peristiwa ini adalah pelurusan
bias atas kolonialisme yang biasa disematkan pada negara barat. Beberapa negara mengusulkan
kritikan atas kolonialisme juga disampaikan kepada Uni Soviet, yang turut menjajah negara-
negara di sekitarnya tanpa konsensus.
Selain itu, Perdana Menteri Tiongkok, Zhou Enlai juga menghadiri kegiatan ini untuk
menyelesaikan permasalahan yang muncul akibat besarnya populasi keturunan Cina yang tidak
berkontribusi bagi negara asalnya. Zhou Enlai dan Sunario menandatangani perjanjian
dwikewarganegaraan untuk menyelesaikan masalah ini.
Konferensi Asia-Afrika di Bandung dihadiri oleh banyak negara, hampir seluruhnya merupakan
negara baru selain Republik Rakyat Tiongkok, Thailand, dan Jepang. Sehingga landasan
persamaan nasib dan kepentingan menjadi dapat dimengerti dalam berhasilnya Konferensi Asia-
Afrika.
Meski begitu, solidaritas negara-negara ini tetap terguncang pada waktunya masing-masing
akibat konflik yang tak terhindarkan. Seperti Perang Vietnam, Perang Teluk, serta perebutan
kekuasaan dalam negeri salah satunya di Indonesia.
Peringatan Konferensi Asia-Afrika sendiri dilaksanakan pada tahun 2005 dan 2016 sebagai
pertemuan kedua dan ketiga di bawah nama KAA. Pertemuan tahun 2005 melahirkan NAASP
(New Asian-African Strategic Partnership), sementara pertemuan tahun 2016 melahirkan Pesan
Bandung, Deklarasi Penguatan NAASP, dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina. Gedung
Merdeka di Bandung diresmikan menjadi Museum Konferensi Asia Afrika sebagai bentuk
peringatan atas peristiwa penting dan peranan besar Indonesia dalam kancah global.