Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Farmako

DISUSUN OLEH :

RENDY APRIANUS SANTOSO 10-2008-020
SUCITRA SETIAWAN 10-2008-042
ROAMANUS TUBO OLA 10-2008-108



KELOMPOK A1



FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2011




Pendahuluan
Pada blok kulit dan jaringan intergumen (Skin and Intergumen) ini kita akan
mempelajari semua hal yang berhubungan dengan klit dan jaringan intergumen. Untuk ilmu
farmakologi, obat anti histamin memegang peran penting karena banyak sekali penyakit kulit
yang disertai gejala gatal-gatal, atau akibat alergi yang lain yang didasarkan pada pelepasan
histamin. Tentunya banyak obat-obat lain yang digunakan dalam menanggulangi penyakit
kulit, seperti obat jerawat, psoriasis, keratolitik dll yang telah melalui uji klinis yang sahih.
Dalam praktikum ini diperlihatkan reaksi yang timbul pada kulit akibat histamin, yang
terkenal dengan reaksi triple response, yang terdiri dari :red spot, wheal (edema), dan flare
(kemerahan). Red spot sering kali tidak jelas terlihat karena tertutup oleh wheal . selain itu
juga dilakukan observasi efek berbagi antihistamin oral pada orang percobaan unutk melawan
kerja histamin.
Praktikum pada percobaan akan dilakukan dengan desain tersamar ganda, dimana
baik instruktur, orang perconbaan dan pengamat yang melakukan observasi tidak mengetahui
obat yang diminum orang percobaan.

Sasaran pembelajaran
1. Memperlihatkan efek samping triple respon akibat pemberian histamin intradermal
pada manusia
2. Memperlihatkan efek obat jenis antihistamin oral dalam melawan efek histamin
3. Memperlihatkan efek proteksi obat jenis antihistamin terhadap timbulnya
bronkokonstiksi akibat semprotan histamin
4. Memperlihatkan efek adrenalin dalam menanggulangi keadaan darurat akibat reaksi
alergi hebat misalnya bronkospasme
5. Membiasakan diri dengan golden rule : tersamar ganda.



Persiapan :
1. Memilih 2 orang percobaan yang tidak mempunyai riwayat alergi, baik itu alergi
kulit, seperti gatal gatal, urtikaria, angio-edema, atau sistem organ lain seperti
asma bronkial tukak lambung dll.
2. Orang percobaan harus puasa 4 jam sebelum percobaan dimulai, agar absorpsi
obat berlangsung dengan baik
3. Alat yang dipakai :
- Tensimeter, stetoskop, termometer kulit, penggaris
- Sungkup hewan coba dan nebulizer
- Semprit 2,5 cc, tuberkulin dan jarum suntik no. 23G dan 36G
- Kertas karton yang telah dilubangi dan kapas
4. Obat obatan
- Larutan histamin 1 : 80
- larutan alkohol 70%
- larutan antihistamin : difenhidramin dan klorfeneramin
- antihistamin oral : chlorpheniramine maleate ( CTM ) dan sacharum lactis
( plasebo ) yang dikemas dalam kapsul yang sama bentuk dan warna.
Tatalaksana :
a. praktikum dengan orang percobaan
tujuan : untuk melihat timbulnya reaksi triple respon akibat pemberian histamin
intradermal pada manusia
1. melakukan pengukuran tanda vital : tekanan darah, nadi, frekuensi nafas, dan suhu
kulit.
2. Melakukan tidakan nomor satu diatas dengan interval 5 menit dan mencari nilai
rata ratanya
3. Orang percobaan dengan posisi berbaring dengan lengan bawah diletakkan dimeja
laboratorium dengan bagian voler mengahdap keatas.
4. Membersihkan lengan bagian voler dengan kapas alkohol untuk tindakan asepsis
secara sentrifugal.
5. Meletakkan karton yang telah dilubangi sebagai alat bantu diatas bagian voler
lengan yang telah dibersihkan tadi, dan lakukan goresan X didalam lubang
tersebut. *jangan menggoreskan terlalu dalam hingga keluar darah dan jangan
terlalu besar sehingga keluar lubang
6. Meminta larutan histamin pada instruktur dan meneteskan 1 tetes tepat diatas
goresan tadi. Mencatat waktunya dan membiarkan larutan tadi terhisap habis
7. Melakukan observasi kapan timbulnya triple respons, mencatat sebagai mula kerja
dan mengukur diameter terpanjang dan terpendek dari udem dan area kemerahan
dan mencatat saat triple respon mencapai ukuran maksimal sebagai lama kerja.
8. Mencatat semua nilai tadi sebagai parameter dasar
9. Meminta antihistamin pada instruktur dan mencatat kodenya, kemudain OP
meminum obat tersebut dengan air
10. Setelah menunggu 45 menit, melakukan kembali pengukuran tanda vital, suhu
kulit serta percobaan histamin persis seperti diatas
11. Membandingkan triple respons yang terjadi sebelum dan sesudah minum obat
12. Mencatat semua gejala yang yang terjadi pada orang percobaan seperti
mengantuk, mulit kering dll.

Hasil percobaan : Orang percobaan 1
Code obat 65 : clorfeniramin ( CTM )
Tanda vital Sebelum minum antihistamin Sesudah minum antihistamin
Tekanan darah 120/80 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 71/menit 67/menit
Prekuensi nafas 15/menit 12/menit
Suhu kulit 34,70
0
C 34,81
0
C
Diameter flare ( kemerahan ) 4cm x 2,5 cm 2,5 cm x 1,4 cm
Diameter wheal ( edema ) 0,5 cm x 0,4 cm 0,9 cm x 0,4 cm

Dari hasil percobaan dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa perbedaan reaksi histamin
antara sebelum dan sesudah meminum obat antihistamin. Gejala yang timbul setelah minum
CTM adalah mengantuk. Sebelum dilakukan percobaan pengukuran tanda vital tampak
normal. Namun setelah meminum obat antihistamin, dapat dilihat pada tekanan darah tampak
sedikit turun dibandingkan pengukuran awal. Selain itu, diameter flare ( kemerahan ) juga
lebih kecil setelah meminum CTM.

Hasil percobaan : Orang percobaan 2
Code obat 50 : plasebo
Tanda vital Sebelum minum antihistamin Sesudah minum antihistamin
Tekanan darah 110/70 mmHg 110/70 mmHg
Nadi 67/menit 64/menit
Prekuensi nafas 20/menit 24/menit
Suhu kulit 35,1
0
C 37,6
0
C
Diameter flare ( kemerahan ) 1,8cm x 1,1 cm 1,5 cm x 1,1 cm
Diameter wheal ( edema ) 0,2 cm x 0,3 cm 0,2 cm x 02 cm

Dari hasil percobaan tidak terjadi perubahan,justru terjadi peningkatan suhu tubuh, itu
dikarnakan obat antishistamin yang diminum pleh orang percobaan adalah plasebo. Plasebo
bkan lah antihistamin,tapi plasebo hanyalah sacharum lactis saja,karna itu tidak ada
perubahan setelah meminumnya, karena plasebo tidak memiliki efek antihisatamin.











Dasar teori :
HISTAMIN
Histamin atau beta-imidazoliletilamin ialah 4(2-aminoetil)-imidazole, yang dibentuk dari
asam amino histidin oleh pengaruh enzim histidin dekarboksilase.
Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor
histamin dibagi menjadi histamin 1 (H
1
) dan histamin 2 (H
2
). Pengaruh histamin terhadap sel
dari berbagai jaringan tergantung pada fungsi sel rasio reseptor H
1
: H
2..
aktivasi reseptor H1
menyebabkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan sekresi
mukus. Aktivasi reseptor H2 terutama menyebabkan sekresi asam lambung. Selain itu juga
berperan dalam menyebabkan vasodilatasi dan flushing. Pada otot polos bronko aktivitas
reseptor H1 oleh histamin menyebabkan bronkokonstriksi sedangkan aktifitas reseptor H2
oleh agonis reseptor H2 akan menyebabkan relaksasi.
Efek pada sistem kardiovaskular yaitu efek dilatasi kapiler ( arteriol dan venul). Dengan
akibat kemerahan dan rasa panas diwajah (blushing area), menurunnya resistensi perifer dan
tekanan darah.
Efek histamin pada tekanan darah yaitu pada beberapa manusia atau spesies lain, dilatasi
arteriol dan kapiler akibat hisamin dosis sedang menyebabkan penurunan tekanan darah
sistemik yang kembali normal setelah terjadi refleks kompensasi atau setelah histamin
dihancurkan. Bila dosis histamin sangat besar maka hipotensi tidak dapat diatasi dan dapat
terjadi syok histamin.
Triple respons : bila histamin disuntukkan intradermal pada manusia makan akan timbul tiga
tanda khas yang disebut triple reapons, dari lewis yaitu : bercak merah setempat beberapa
mm sekeliling tempat suntukan yang timbul beberapa detik setelah suntikan. Hal ini
disebabkan oleh dilatasi lokal kapiler, venul dan arteriol terminal akibat efek langsung
histamin. Daerah tersebut dalam satu menit menjadi kebiruan atau tidak jelas lagi karena
adanya udema; flare, berupa zona kemerahan ini disebabkan oleh dilaiai arteriol yang
berdekatan akibat refleks akson, dan udema stempat ( wheal )yang dapat dilihat setelah 1-2
menit pada daerah bercak awal. Udem ini menunjukkan peningkatan permeabilitas pada
histamin.

ANTIHISTAMIN
Antihistamin bekerja sebagai antagonisme terhadap histamin. AH1 menghambat efek
histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam macam otot polos. Selain itu, AH1
bermanfaat untuk mengobati reaksi hypersensitivitas atau gejala lain yang disertai
pengelepasan histamin endogen berlebihan.
Efek antihistamin terhadap permeabilitas kapiler, peninggian permeabilitas kapiler dan
udem akibat histamin dapat dihambat dengan efektif AH1.
Efek samping antihistamin : pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping
yang jarang bersifat serius. Terdapat variasi yang besar dalam toleransi terhadap obat antara
indovidu, kadang kadang efek smping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu
diperhatikan. Efek samping yang paling sering adalah sedasi. .

Anda mungkin juga menyukai