Anda di halaman 1dari 66

www.crazytoycam.

com
1 407091 Z001Z5
TSBW 140-7-091Z0-01Z-5
0 7 0 9 1
www.crazytoycam.com - july 2012
ARCHITECTURE
#14
Advertise
Call NOW! 62-857-4336-8357
your business
support us with
Here!
COPYRIGHT FOR EVERY SUBMISSIONS IS BELONG TO THE ARTISTS AND CONTRIBUTORS
Crazy Toycam is an Indonesia based free online magazine as an exclusive media partner of
KLASTIC which dedicated to introducing photographers and their artworks produced
from plastic or toy camera. This magazine is published bimonthly in PDF format.
Deadline September, 27 2012 | JPEG Resolution 300 dpi | Max. 2 photos
Email subject (POLAR) Include Name, Title, Camera, flm
Send to crazytoycam@gmail.com
#15 POLAROID & INSTANT FILM
Editor Rinald Caraka | Article Rinald Caraka, Syaifena Wijayanti | Curator Pandu Isaac YP
Crazy Comic Mastoycam | Founder & Creative Dede Kharisma
www.crazytoycam.com
CRAZY TOYCAM #14 3
Gereja Blenduk
by Sandy Wijaya
using Holga 120 GN
w/ Kodak Ektacolor 160
Facebook Page
facebook.com/crazytoycam
Twitter
twitter.com/crazytoycam
Email
crazytoycam@gmail.com
Artists
Addina Faizati | Dwi Cahyo
Ekeu Pratama | Firman S Wibisono
Handaru Eri | Jowis Novi | Made Darma
Saiful Azhari | Sandy Wijaya
COVER PHOTOS
Do submit your works according these following criterias:
1. Using polaroid and instant camera.
2. If you are not sure yet... Ask!
From The Editor Desk
4 CRAZY TOYCAM #14
Pada issue Crazy Toycam kali ini membahas
tentang Arsitektur. Arsitektur ada di sekeliling
kita tiap harinya, kita hidup dan beraktiftas di
dalamnya, tak heran arsitektur menjadi obyek
yang paling banyak dilihat dan diabadikan
dalam foto. Arsitektur dapat berarti luas, tidak
hanya bangunan saja, tapi juga mencakup jem-
batan, tower, serta monumen.
Pada bagian artikel ada Tips Motret Arsitektur
yang akan memberikan arahan untuk mem-
perbaiki foto arsitekturmu. Juga artikel tentang
Julius Shulman, seorang fotografer Amerika
yang terkenal dengan fotonya tentang arsitek-
tur modern abad 20. Serta ada artikel sisipan
tips memilih flm fresh atau expired.
Pada bagian interview ada Scott Speck, se-
orang fotografer (dengan karya mayoritas) ar-
sitektur yang menggunakan kamera pinhole
sebagai senjata utamanya.
Ada keterlambatan pada issue ini dikarenakan
beberapa hal, semoga keterlambatan ini tidak
terlalu menganggu. Akhirnya, kami sampaikan
selamat membaca!
Rinald Caraka a.k.a. Imajrinalsi
Editor Crazy Toycam
www.klastic.org
K
a
sk
u
s P
la
stic A
n
d
To
y
ca
m
C
o
m
m
u
n
ity
Trapped in Crazy Toycams Land
Unisex | available on size M, L, XL
IDR 70.000 (Exclude Shipping)
Call us NOW! 62-21-9168-1214
YUK MOTRET
ARSITEKTUR
Point penting dari seni bermain bentuk dan cahaya.
Oleh: Syaifena Wijayanti
Ini poin terpenting. Bahkan arsitektur sendiri adalah seni yang ber-
main bentuk dan cahaya. Manfaatkan cahaya yang ada, baik daylight
atau lighting lampu interior. Pintar-pintarlah melihat karakter atau
bentuk bangunan dan mainkan dengan cahaya.
Side light bisa jadi arah cahaya terbaik untuk foto arsitektur. Untuk
daylight, manfaatkan cahaya matahari pukul 7 - 10 pagi atau pukul 2
- 5 sore. Dari side light ini bisa lebih terlihat volume. Dan arah cahaya
yang kurang baik adalah backlight, kecuali ingin bermain dengan si-
luet seperti candi atau kubah dan menara masjid dengan background
gradasi langit senja.
LIGHTING!
8
Pemilihan frame portrait atau landscape mempengaruhi feel foto yang dihasilkan. Frame portrait
akan memberikan kesan tinggi, gagah, kokoh. Sedangkan frame landscape akan memberi kesan
luas dan terbuka. Contoh, coba aplikasikan frame portrait saat bertemu highrise building untuk
memperkuat karakter tingginya bangunan.
FRAME ORIENTATION
9
Salah satu yang penting dari fotograf arsitektur adalah garis horizon. Pastikan bahwa garis ho-
rizon benar-benar rata atau foto bangunanmu akan terlihat seperti ambruk. Saat memutuskan
untuk menggunakan satu titik hilang, pastikan setiap garis vertikal benar-benar 90 derajat dari
garis horizon.
THE HORIZON LINE
10 CRAZY TOYCAM #14
Perhatikan lingkungan di sekitar bangunan.
Jika landscape dan keadaan lingkungan di
sekitar objek bangunan mendukung, pastikan
objek terekam beserta lingkungan sekitarnya
untuk memperkuat karakter bangunan.
AROUND THE BUILDING
11
Beberapa bangunan memiliki efek lighting me-
narik saat malam hari. Manfaatkan ini bermain
mode bulb. Jadi, jangan lupa tripod!
WAIT UNTIL THE NIGHT COME
12 CRAZY TOYCAM #14
Rata-rata lensa toycam tak memiliki kemampuan seperti lensa tele. Dan bangunan yang diambil
dengan jarak memaksa akan terlihat tanggung. Ambil jarak yang cukup jauh dari objek agar
bangunan tak terpotong. Atau jika tidak memungkinkan, potong sekalian tanpa melupakan
komposisi. Atau gunakan toycam dengan wide lens seperti eximus dan LC-W.
DISTANCE
13 CRAZY TOYCAM #14
Struktur jembatan yang rumit atau kabel baja
yang saling silang, ambil detail struktur ini un-
tuk foto arsitektur yang menarik.
THE DETAILS
CRAZY TOYCAM #14
Jelilah melihat pola pengulangan yang muncul pada ban-
gunan yang menjadi objek. Misalnya pola jendela atau ko-
lom-kolom yang menyangga kanopi di sepanjang lorong.
REPETISI
Foto arsitektur tak melulu bangunan, jembatan, tower, monumen,
semua bisa jadi foto arsitektur.
EKSPLORE!
16 CRAZY TOYCAM #14
Satu titik hilang, dua atau bahkan tiga. Buat
komposisi menarik dengan perspektif, and this
is how to get depth! Atau coba gunakan low an-
gle saat bertemu highrise building atau menara
pagoda untuk mendapat depth yang berbeda.
PERSPEKTIF
CRAZY TOYCAM #14
Coba ambil arsitektur kota (cityscape) dari kejauhan dengan bangunan tinggi yang saling men-
julang, atau lakukan saat malam hari dengan merekam light trail kendaraan yang berlalu lalang
di malam hari.
CITY SCAPE & HIGHRISE BUILDING
19 CRAZY TOYCAM #14
Framing bangunan dengan dedaunan atau
manfaatkan jendela atau pintu sebagai frame.
Arsitektur tak melulu tentang eksterior ban-
gunan atau struktur. Coba ambil interior ban-
gunan dengan furniturenya, misalnya interior
gereja tua dengan bangku kayunya atau detail
kaca di sebuah interior museum.
NATURAL FRAME
INTERIOR
Arsitektur terdiri dari berbagai elemen kecil yang menyusun bangu-
nan seperti dinding, pintu, kolom, jendela. Coba ekspose elemen
elemen arsitektur seperti pintu atau jendela dengan jalusi kayunya
yang sudah tua.
ELEMEN
21
fresh vs expired
Fotograf dengan kamera analog atau toycam pasti tak lepas dari media rekam gambarnya, flm.
Berbagai macam flm tersedia dan bisa kita pilih. Walau untuk beberapa flm tertentu kita harus bersusah payah karena
tak banyak beredar di pasaran. Lalu bagaimana memilih flm?
Oleh: Syaifena Wijayanti
F
otograf dengan kamera analog atau
toycam pasti tak lepas dari media re-
kam gambarnya, flm. Saat ini, sudah
banyak tersedia berbagai macam jenis
flm dengan variasi ISO atau ASA dan tone
warna yang bermacam-macam. Dari harga
dibawah 10.000 hingga diatas 100.000. Ber-
bagai macam flm tersedia dan bisa kita pilih.
Walau untuk beberapa flm tertentu kita harus
bersusah payah karena tak banyak beredar di
pasaran.
Lalu bagaimana memilih flm? Kebutuhan
mungkin jadi faktor utama. Kita harus menye-
suaikan dengan kondisi cahaya saat kita akan
memotret. Misalnya ISO rendah saat kita akan
memotret dalam keadaan terik, dan sebaliknya
memilih ISO tinggi saat kita hanya bemodalkan
cahaya yang minim. Dengan catatan ini akan
mempengaruhi tingkat grain. Pilihan color atau
monochrome juga harus disesuaikan dengan
konsep yang akan digunakan sang fotografer.
Setiap flm memiliki tingkat ISO atau ASA yang
sudah sesuai dengan standar. Dari segi teknis
pencahayaan, tentu saja ini menjadi hal yang
sangat primer selain faktor shutter speed dan
aperture. Untuk belajar fotograf, sisi teknis
pencahayaan tentu saja menjadi salah satu
point penting dan sangat mendasar untuk
dikuasai.
Hasil foto yang over exposure atau under ex-
posure ditentukan dengan kemampuan men-
erjemahkan penggunaan ISO atau ASA, shut-
ter speed, dan aperture ini. Untuk pengguna
kamera digital, mungkin ini sudah dipermudah
dengan indikator digital di kamera masing-
masing. Lalu bagaimana dengan pengguna
kamera analog/ toycam?
Saat ini sudah banyak chart exposure yang bisa
kita download dengan mudah atau dengan
light meter para pengguna kamera analog/
toycam juga bisa terbantu untuk mempelajari
segi teknis pencahayaan dalam fotograf ini.
Chart exposure ini tentunya akan berfungsi
jika alat dan segala aspek yang digunakan ber-
fungsi baik dan normal.
Salah satu aspek ini adalah flm. Film yang
masih fresh akan mempunyai kemampuan
menangkap cahaya yang sangat baik. Jika
tertera keterangan ISO 200, maka kemampuan
flm tersebut dalam menangkap cahaya akan
benar- benar sesuai standar ISO 200. Dan da-
lam keadaan flm seperti ini, kita dapat mem-
pelajari exposure dengan benar. Dengan perhi-
tungan yang tepat sesuai kondisi cahaya, hasil
yang didapat akan minim over exposure atau
under exposure.
Dan bagaimana jika salah satu aspek seperti
flm ini tidak dalam kondisi yang baik atau
normal? Belajar fotograf yang benar untuk
menghasilkan foto yang benar diperlukan
alat yang benar pula. Tapi bukan berarti alat
seperti toycam dikatakan alat yang tidak benar.
Beberapa toycam memiliki pengaturan aper-
ture dan shutter speed walau tak banyak, bah-
kan beberapa kamera seperti LC-A memiliki
pengaturan ISO. Ini sangat bisa kita gunakan
untuk belajar fotograf yang benar.
25
Dari aspek flm, bagaimana dengan flm yang
expired? Saat ini banyak flm expired yang bisa
kita dapat dengan harga yang lebih murah dari
flm fresh. Bagi para pemula yang mengguna-
kan media analog/ toycam mungkin ini meng-
giurkan. Semakin murah, semakin terjangkau,
semakin banyak kesempatan memotret. Tapi
apa yang terjadi? Beberapa bahkan mayoritas
pengguna flm expired akan mengeluh bahwa
hasil yang didapat under exposure, gambar
tidak muncul, terlalu banyak grain, dll.
Film expired atau yang sudah lewat dari
masa penggunaan akan kurang kepekaan
cahayanya dan beberapa bahkan kehilan-
gan daya tangkap cahayanya, terlebih flm
yang sudah lewat masa penggunaannya hing-
ga lebih dari 10 tahun! Lalu bagaimana kita
bisa mengaplikasikan hitungan dalam chart ex-
posure yang sudah terukur jika kita tidak tahu
sudah berapa stop ISO yang turun dari flm
expired yang kita gunakan? Bagaimana kita
bisa belajar fotograf yang benar dan meng-
hasilkan foto yang benar jika alat yang kita
gunakan tidak dalam kondisi yang benar?
CRAZY TOYCAM #14
Beberapa mungkin mengakali dengan meny-
impannya dalam lemari es untuk menjaga kual-
itas flm sekalipun sudah masuk masa expired.
Dan memang beberapa flm yang masih 2-3
tahun masa expired belum terlalu terlihat ber-
masalah. Pabrik produsen flm tentu saja sudah
menghitung sedemikan rupa kemampuan flm
yang dibuatnya dengan ISO atau ASA tertentu
akan bertahan hingga berapa lama. Setelah le-
wat masa fresh, flm tentu saja akan berkurang
kemampuannya. Dan ibarat makanan, maka-
nan yang sudah basi pastilah tidak enak dima-
kan. Begitu juga dengan flm expired, flm yang
sudah basi tentu saja tidak bisa maksimal
saat kita gunakan untuk belajar fotograf
yang benar.
Kembali pada kebutuhan, fotografer bebas
memilih flm apa yang akan mereka gunakan.
Apakah flm fresh, untuk belajar fotograf yang
benar hingga kedepannya kita benar-benar
paham apa itu exposure dan bisa menghasil-
kan foto yang benar? Atau flm expired yang
memang lebih murah harganya tapi tak men-
jamin kita untuk mengerti apa itu exposure lalu
kita mendapat hasil yang seadanya? Silahkan
memilih...
30
He sell architecture better and more directly and more vividly than the architect does.
Oleh: Syaifena Wijayanti
JULIUS SHULMAN
20
th
Century Modern Architecture
Julius Shulman and the Kodak camera that he received in 1933 for his birthday - Dan Winters
sumber : midcenturia.com
Self-portrait - Julius Shulman.
sumber : www.lightbox.time.com
D
unia kehilangan salah satu fo-
tografer arsitektur ternama yang
melambungkan arsitektur modern
abad 20, 15 Juli..tepat tiga tahun
yang lalu, Julius Shulman. Meninggal pada
usia 98 di rumahnya, Los Angeles. Julius Shul-
man adalah sosok yang menekuni profesi se-
bagai fotografer arsitektur pro bahkan hingga
usianya sudah hampir 1 abad.
Julius Shulman lahir pada tanggal 10 Oktober
1910 di Brooklyn, putra dari seorang imigran
Jewish dari Rusia. Di usia 10 tahun baru dia
sekeluarga pindah ke Boyle Height, LA, yang
saat itu merupakan daerah dengan mayoritas
masyarakat Jewish. Tahun 1923 ayahnya men-
inggal, hingga ibunya harus berjuang seorang
diri menghidupi Julius Shulman dan 4 sau-
daranya.
Setelah lulus dari Roosevelt High School (di
sekolah inilah satu-satunya tempat di mana
dia belajar fotograf), Julius Shulman menjadi
academy drifter. Dia tidak pernah mendaftar
ke Universitas manapun, tetapi dia menyusup
ke kelas-kelas yang menarik minatnya seperti
Geologi, Filosof, dll di UCLA dan UC Berkeley.
Setelah 7 tahun, dia memutuskan kembali ke
LA, tanpa gelar apapun dan tanpa tau apa yang
akan dia perbuat kemudian.
Selama masa itu, dia memperoleh penghasilan
dari hak sewa atas fotonya di Berkeley yang di
ambil dengan Eastman Box Camera, dan had-
iah yang dia dapat dari sebuah kontes fotograf
yang diadakan sebuah majalah nasional.
Masa-masa karir Julius Shulman adalah pada
tahun 1936, dua minggu setelah dia mening-
galkan Berkeley. Richard Neutra, seorang Arsi-
tek ternama pada masa itu yang menyewakan
tempat tinggal untuk saudara Julius Shulman
yang bekerja sebagai drafter, mengundang
Julius Shulman ke sebuah proyeknya, Neutras
Kun House.
Julius Shulman with Richard Neutraat the Tremaine House in Los Angeles in 1947.
sumber : www.archpaper.com
Proyek yang terletak di Fairfaz Avenue ini se-
dang dalam proses pembangunan. Disinilah
Julius Shulman mulai mengagumi arsitektur
modern, termasuk karya-karya Neutra. Dari fo-
to-foto yang diambilnya di sana, Julius Shulman
mengirimkan beberapa kepada Neutra. Neutra
sangat menyukai karya-karya Julius Shulman
dan dia mulai mengorder hasil cetakan yang
lain. Dan sejak saat itulah karirnya sebagai fo-
tografer arsitektur professional dimulai.
Lewat Neutra, Julius Shulman bertemu dengan
Schindler dan Soriano. Schindler inilah yang
mengajarkan pencahayaan kepada Julius Shul-
man. Dan setahun setelah pertemuannya den-
gan Schindler, Julius Shulman mempunyai in-
sting pencahayaan yang sangat baik sehingga
dia meninggalkan light meter untuk selaman-
ya. Sedangkan Soriano adalah seorang arsitek
yang nantinya diminta Julius Shulman untuk
mendesain rumah pribadinya di LA.
Tahun 1943 1945 Julius Shulman memotret
moment Perang Dunia II. Sekembalinya, dia
kembali menekuni profesinya sebagai fo-
tografer arsitektur, bahkan dengan karir yang
makin sukses.
Pada masa setelah perang, John Entenzas Arts
and Arch Magazine mengadakan program
Case Study Housing, sebuah program yang di
dalamnya terdapat rumah-rumah bergaya
modern yang low-cost tetapi tetap efsien dan
dengan kualitas yang bagus di US. Program ini
berjalan dari tahun 1945 hingga 1966. Terdapat
36 desain dari beberapa arsitek seperti Richard
Neutra, Raphael Soriano, Craig Ellwood, Pierre
Koenig, dll. Julius Shulman memotret 18 desain
diantaranya.
Yang kemudian melambungkan nama Julius
Shulman adalah foto #22 dari Case Study House
ini. The Stahl House, sebuah karya dari Pierre
Koenig yang berdinding kaca dan berstruk-
tur baja untuk Carlotta dan Buck Stahl di Hol-
lywood Hills ini diambil Julius Shulman pada
tanggal 9 Mei 1960. Foto yang diambil den-
gan cara yang rumit ini membutuhkan waktu
7,5 menit exposure untuk merekam cityscape
dengan cahaya lampu kota di bawahnya dan
tentunya tanpa lightmeter. Setelah 7,5 menit
eksposure, Julius Shulman mengeset 2 model
wanita lalu menembakkan fash pada mereka.
2 bulan kemudian foto ini muncul di cover
Sunday Pictorial dan membuat Julius Shulman
serta Pierre Koenig terkenal.
Beberapa kontra memang muncul, menyata-
kan bahwa Julius Shulman membuat struktur
32 CRAZY TOYCAM #14
Entenza House ( Case Study House #9 ) - Julius Shulman
sumber : archdaily.com
Case Study #21 - Julius Shulman
sumber : favorwire.com
Case Study #9 - Julius Shulman
sumber : midcenturia.com
The Stahl House ( Case Study House #22 ) - Julius Shulman
sumber : www.juliusshulmanflm.com
bangunan ini tampak terlalu bagus. Beberapa
berpendapat bahwa Julius Shulman menyusun
furniture sedemikian rupa dan mengambil per-
pektif yang tepat untuk foto-fotonya yang me-
nawan, menggunakan flter atau flm infrared
agar fotonya terlihat full-contrast. Kadang Ju-
lius Shulman akan memperlihatkan tanaman
atau sekedar ranting pepohonan dalam foto
foto arsitekturnya untuk mengesankan bah-
wa objeknya memiliki tatanan landscape yang
menarik.
Julius Shulman tak menyangkal semua ini kar-
ena menurutnya dia tak sekedar memotret,
tetapi juga menjual modernisme dalam setiap
objek fotonya, I sell architecture better and more
directly and more vividly than the architect does.
Sejak foto Case Study House #22 melambung-
kan karirnya, setiap foto hasil karyanya yang
dulu hanya dihargai $35 - $50 menjadi $2000
- $20.000. Tapi baginya, komposisi yang presisi
tak hanya mengungkapkan ide arsitektur dari
setiap bangunan dibalik permukaannya, tetapi
juga visi dan harapan seumur hidup dari sang
arsitek.
Julius Shulman adalah orang yang bermurah
hati dengan ilmu dan profesinya. Beliau ser-
ing mengadakan seminar-seminar fotograf di
USC, UCLA dan universitas lainnya. Julius Shul-
man juga mendapat award berupa gold medal
dari The American Institute of Architectures atas
kontribusinya di bidang fotograf arsitektur
pada tahun 1969.
36 CRAZY TOYCAM #14
Case Study House #22 - Julius Shulman
sumber : midcenturia.com
Sempat menyatakan pensiun beberapa pu-
luh tahun setelah menghasilkan kurang lebih
260.000 foto, tahun 2000 Julius Shulman ber-
temu dengan seorang fotografer arsitektur
dan industrial dari Jerman bernama Juergen
Nogai. Keduanya kemudian berkolaborasi,
mendatangi lokasi-lokasi yang pernah di-
foto oleh Julius Shulman dan membuat list
baru yang berisi daftar nama klien (mayori-
tas arsitek kontemporer) yang mengorder
jasa mereka. Julius Shulman kembali pada
dunia fotograf arsitektur bahkan dalam
usianya yang tak lagi muda saat itu, 90 tahun.
Tahun 2005, Julius Shulman menyerahkan se-
mua karyanya yang berupa negatif, hasil cetak
dan transparancies kepada The Getty Research
Institute untuk diarsip. Tahun 2005 - 2006 The
Getty Research Institute mengadakan pameran
untuk Julius Shulman yang berjudul Julius Shul-
man : Modernity and Metropolis. Pameran yang
diadakan di National Building Museum and Art
Institute of Chicago ini memamerkan karya-
karya Julius Shulman seperti Framing The
California Style dan The Tools of An Innovator
37 CRAZY TOYCAM #14
The Stahl House ( Case Study House #22 ) - Julius Shulman
sumber : www.mid-century-home.com
Julius Shulman at work in Case Study House #22
sumber : www.jennyhaniver.com
Kaufman House, Palm Spring - Julius Shulman
sumber : midcenturia.com
Chuey House, LA - Julius Shulman
sumber : midcenturia.com
Kaufman House, Palm Spring - Julius Shulman
sumber : midcenturia.com
John Lautners Chemosphere house - Julius Shulman ( 1961 )
sumber : favorwire.com
Tak hanya pameran tersebut, Desember 2007,
The Getty Research Institute kembali mengada-
kan pameran yang berisi 150 foto karya Julius
Shulman yang menceritakan perubahan arsi-
tektur di LA selama 80 tahun. Julius Shulman
merekan perubahan gedung-gedung ternama
di LA seperti Watts Towers, Graumans Chine-
see Theatre dan Wilshire Boulevard. Februari
2008, Palm Spring Art Spring menyelenggara-
kan pameran terbesar untuk Julius Shulman
dengan kurator Michael Stern : Julius Shul-
man : Palm Spring. Pameran ini berisi 200 foto
bangunan yang menginspirasi Julius Shulman.
43 CRAZY TOYCAM #14
Tahun 2008, sebuah flm dokumenter juga
dibuat untuk mengabadikan karir Julius Shul-
man Visual Acoustics ; The Modernism of Ju-
lius Shulman. Film yang disutradarai oleh Eric
Bricker dan Dustin Hufman sebagai nara-
tor menceritakan tentang hidup dan profesi
Julius Shulman sebagai fotografer arsitek-
tur profesional yang memiliki peranan pent-
ing dalam dunia arstitektur modern abad 20.
Julius Shulman membuat karya-karya dari
Frank Lloyd Wright, Richard Neutra, Pierre
Koenig, dll dikenal di dunia, dicetak beribu
kali di berbagai media bahkan hingga kini.
Film dokumenter ini banyak memperoleh
award sebagai Best Documentary Film di Palm
Springs International Film Festival 2009, Au-
dience Award, Austin Film Festival, Newport
Beach Film Festival dan Lone Star Film Festival.
Pameran terakhir sebelum Julius Shulman men-
inggal dunia diselenggarakan Craig Krull Gallery
yang dijadwalkan pada tanggal 4 Juli 8 Agustus
2009. Tetapi satu minggu sebelum penutupan
pameran, 15 Juli 2009, Julius Shulman mening-
gal dunia di rumah pribadi sekaligus studionya.
Pameran kemudian diperpanjang 2 minggu
untuk mengenang karya-karya Julius Shulman.
Julius Shulman and Juergen Nogai
sumber : segerstrommedialab.com
Visual Acoustics : The Modernism of Julius Shulman
sumber : livingincinema.com
Disney Hall, LA - Julius Shulman & Juergen Nogai
sumber : marinachetner.com
44 CRAZY TOYCAM #14
Jay Seed House, Calabas - Julius Shulman & Juergen Nogai
sumber : dailytonic.com
Interview
Love and Creative Vision
to create beautiful art
An Interview with Scott Speck
Your Full Name
Scott Speck.
Tell us about you.
I am a scientist, engineer, and artist, and I have
been serious about photography since 2006. I
have taken no formal instruction in photogra-
phy or art, and I have learned by merely doing
my own art and by interacting with fellow pho-
tographers.
Since 2008, I have been showing my work, and I
have been part of dozens of exhibitions. I have
had my photos published in books, and I sell
prints of a lot of my work. My pinhole photog-
raphy inspires my imagination, and expressing
my imagination is behind everything I do.
Using the pinhole camera, I am most interested
in architectures, with their strong lines and ge-
ometry, and also with landscapes and portraits.
With the pinhole camera, one has the capabil-
ity of infnite depth of feld, allowing the explo-
ration of near-to-far perspectives that enhance
presence, drama, and immersion in the scene.
Where are you located now?
I live in the Baltimore/DC area in the United
States.
When was the frst time you fell in love with
photography and pinhole camera? And why?
In 2006, I bought a small pinhole camera to ex-
periment with, since I thought the photos I had
already seen with such cameras looked inter-
esting. The moment I looked at my frst results,
I was in love with the pinhole!.
Why architecture? Maybe youve learned
about architecture in college or school then
made you interested to architecture?
I love how strong building lines look through
the pinhole camera. Through the wide-angle
pinhole, they appear powerfully dimensional,
and the edge distortions provided by the cam-
era add a sense of the surreal to the scene.
You are a good engineer but you also a good
photographer ( and good poem writer too ),
how you keep this all balance?
Thanks very much for your compliments, and I
spend a large fraction of my life being creative.
To me, if I cannot create, either with photogra-
phy or writing, I cannot be a happy and fulflled
person.
46 CRAZY TOYCAM #14
Downtown Baltimore (4x5 pinhole photograph) - Scott Speck
What is your favorite camera and flm, can
you explain why?
I love the Zero Image 4x5 pinhole camera, be-
cause with it I can take pinhole and zone plate
photos with three diferent focal lengths. I love
Kodak Portra 400 flm for fast speeds and Kodak
Ektar 100 for slow speeds. By shooting on color
flm, I can post-process in either b/w or color.
In your own opinion, pinhole and toy camera
is just another cult (or it can be a real media
for alternative photography?)
I feel that these are serious cameras that can be
used to create beautiful art. For me, the choice
of camera is one that will allow one to realize
ones own artistic vision, not necessarily one
that is the fastest or most convenient to use.
Very wide lens for your architecture photog-
raphy is one of your characteristics, can you
tell us how you explore this and make your
amazing architecture photograph look dif-
ferent?
For me, I can capture the whole scene with
the ultra-wide pinhole, and the resulting pho-
tograph has a sense of scale and drama that
amplifes reality, showing the power and maj-
esty in the architecture itself. As to why mine
look diferent, I dont know why. I merely take
the photos as seems natural to me.
47
Near the Crypt (4x5 pinhole photograph) - Scott Speck
Blue Hot (4x5 pinhole photograph) - Scott Speck
St. Nicholas Catedral (Anarmophic pinhole photograph) - Scott Speck
Would you please tell us about your current
project about architecture photography?
I am currently intrigued with exploring sky-
scraper canyons regions between closely
spaced and very tall buildings.
Have you tried another toycam like Diana or
Holga? And can you tell us about it?
I have used the Holga on occasion, but I have
tended to use Zero Image pinhole cameras,
and once I fnd a camera I like, I tend to stick
with it in the long run.
What youve learned from photography with
alternative media like pinhole camera ?
Simple cameras with very basic techniques can
enable you to realize your own vision as an art-
ist. These cameras can be challenging to use
correctly, but they are worth the efort!
Can you tell us several good online-resources
about architecture photography you recom-
mend to visit?
There really arent any online resources for this
that I know about for architecture pinhole pho-
tography itself. The best pinhole site is pinhol-
eresource.com, and, otherwise, just search the
web for interesting photography that inspires
you.
Can you ofer any advice on how to build-up
a portfolio / getting your foot in the door for
our readers wishing to start a photography
career with alternative media like pinhole or
toycam?
Follow your creative vision, and have the drive
to create photos and fnd the things you most
love to photograph. It is the love of creating
and the drive to create more beauty that will
get you there. Be brave and show your work at
local art shows, and share with others online.
50 CRAZY TOYCAM #14
No Parking (4x5 pinhole photograph) - Scott Speck
The Library (4x5 pinhole photograph) - Scott Speck
mastoycam.com
mastoycam.com/store
w/
mastoycam
co
m
ic!
Disposable
Sketch: Syaifena W | Story & Finishing: Pandu Isaac YP
14
Crazy Gallery!
Religious Umbrellas - Addina Faizati using Fish Eye #2 w/ Kodak ISO 200.
Samarang 1866 - Dwi Cahyo Kurniawan using Fujica M1 w/ Redscale.
Bale Padjadjaran - Ekeu Pratama using Fujica M1 w/ Colorplus 200
Jembatan Penyebrangan - Firman S Wibisono using Olymbus w/ Centuria 100 - bulb.
Cina di Semarang - Handaru Eri Pramudiya using Holga 135 BC w/ Fuji Xtra 400 exp.
Museum Fatahillah - Jowis Novi using Holga 135 BC w/ Kodak 200.
The Terminal - Made Darma using Superheadz UWS w/ Ilford HP5 400.
Masjid Raya Banda Aceh - Saiful Azhari
Gereja Blenduk - Sandy Wijaya using Holga 120GN w/ Kodak Ektacolor 160.
MENYALA
GRAPHIC STUDIO
Advertise
Call NOW! 62-857-4336-8357
your business
support us with
Here!

Anda mungkin juga menyukai