Anda di halaman 1dari 9

Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

CHAPTER 15
TEORI PENSTRUKTURAN ADAPTIF

Berdasarkan penelitian Anthony Giddens, M. Scott Poole, David R. Seibold, dan
Robert D. McPhee Big City Tire Company (BCT) adalah perusahaan multinasional
dengan banyak karyawan. Salah satu karyawannya, Tim Vcndrasek adalah manajer
shif produksi yang baru. J eremy telah menjadi supervisor bagian produksi selama
hampir dua puluh lima tahun. Ia diberikan tugas untuk mendampingi dan memberikan
penjelasan kepada Tim, atasannya yang baru, untuk beberapa minggu.
Pada hari pertama, Jeremy membawa Tim berkeliling di bagian produksi
untuk memperkenalkannya pada para pekerja yang bekerja pada shift-nya.
Ketika mendekat, semua pekerja menyapa Tim dengan menggunakan nama
keluarganya: Selamat pagi, Pak Vondrasek. Sunggunh menyenangkan
Anda bergabung bersama kami, Pak Vondrasek. Tim menjawab para pekerja
dengan berkata, Pak Vondrasek itu ayah saya. Tolong, panggil saya Tim.
Ketika Tim dan Jeremy berjalan menjauh, Tim bertanya, Mengapa semua
orang di sini begitu formal?
Jeremy menjawab, Itu adalah kebijakan perusahaan. Kami percaya bahwa
saling menyapa seperti ini akan menimbulkan perasaan hormat bagi para
supervisor kami di Big City Tire.
Tim menjawab kembali, Ini adalah shift saya, saya sangat berharap kita
melakukan semuanya sesuai dengan cara saya.
Jeremy berhenti, Yah, memang, ini adalah shift Anda, tapi ini adalah cara
mereka telah diajar untuk berrkomunikasi satu sama lain. Coba Anda pikirkan
betapa bingungnya mereka jika mereka diperbolehkan memanggil Anda dengan
nama depan, sementara manajer yang lain tetap berharap dipanggil Pak dan
Bu.
Anda benar. Saya rasa, saya harus terbiasa dipanggil Pak Vondrasek oleh
para pekerja saya sampai saya dapat meluruskan hal ini. Selain itu, saya tidak
ingin mereka berpikir bahwa saya melawan peraturan perusahaan atau bahwa
saya ingin mengubah sesuatu, Tim menjawab dengan segan.
Kemudian pada hari itu, Tim berrbicara pada Angela Griffth, coordinator
SDM di BCT, mengenai mengubah kebijakan untuk memungkinkan karyawan
dan staf untuk dapat menyapa satu sama lain dengan lebih tidak formal. Angela
mendengarkan Tim, dan sepakat untuk mengadakan pertemuan dengan para
manajer shift produksi lainnya untuk membicarakan kemungkinan perubahan
itu.
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

Dalam rapat tersebut, keenam manajer shift produksi yang ada menyuarakan
pendapat mereka mengenai perubahan dalam kebijakan perusahaan. Janette,
yang telah bekerja selama lima belas tahun di BCT, mengatakan, Secara
pribadi, saya lebih suka para karyawan menyapa saya dengan cara formal.
Cukup berat menjadi seorang wanita di dalam jenis lingkungan kerja ini, dan
menurut saya hal ini mendorong tumbuhnya rasa hormat di tempat kerja.
Darnell, yang baru bergabung dengan BCT tiga tahun yang lalu setelah lulus
dengan gelar M.B.A dari Marden, menyangkal dengan berkata bahwa ia
berpikir para pekerja tidak merasa nyaman datang kepadanya untuk membahas
suatu masalah karena formalitas dan aturan-aturan yang ada di BCT. Saya
rasa Tim ada benarnya disini, kata Darnell. Kita mungkin akan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang lebih bersahabat jika kita lebih tidak
formal dalam menyapa satu sama lain.
Wayne, yang adalah karyawan generasi ketiga BCT, berargumen, Anda tidak
dapat main-main dengan peraturan. Hal ini sudah berjalan sejak dulu, dan
semuanya baik-baik saja selama tiga puluh tahun terakhir.
Angela mendengarkan semua pendapat mereka, tetapi para manajer ini terbagi
50:50 mengenai masalah perubahan kebijakan itu. Ia berkata, Tolong, mari
kita segera menutup permasalahan ini. Mari kita mengadakan pengambilan
suara dan kita lihat bagaimana pendapat Anda mengenai apa yang harus kami
lakukan. Setelah melakukan pengambilan suara selama beberapa kali,
jelaslah bahwa masalah ini tidak akan selesai. Baiklah, kata Angela, Saya
rasa kita akan tetap menjalankan peratura tersebut untuk saat ini karena Anda
tidak dapat sepakat mengenai hal ini.
Anthony Giddens, seorang sosiolog, pertama kali mempresentasikan
Teori Penstrukturan Adaptif pada tahun 1970-an (1979). Dalam penelitiannya,
Giddens mendeskripsikan bagaimana institusi sosial (kelompok dan organisasi),
diproduksi, direproduksi, dan ditransformasi melalui penggunaan aturan-aturan
sosial. Aturan-aturan yang dibuat oleh kelompok berfungsi sebagai perilaku para
anggotanya. Sebagaimana cetak biru digunakan untuk mengarahkan seorang
kontraktor dalam membangun struktur bangunan, aturan digunakan oleh para anggota
untuk berfungsi sebagai template bagi harapan akan perilaku dan komunikasi di
dalam kelompok.
Pengaruh dari aturan-aturan ini lebih dari sekadar menyediakan harapan-
harapan yang diasosiasikan dengan keanggotaan bagi para anggota kelompok;
anggota kelompok mempertahankan atau mengubah organisasi melalui interaksi-
interaksi yang ada. Dalam contoh pembuka, mereka yang terlibat di dalam rapat
manajer memiliki potensi untuk mengubah struktur organisasi melalui keputusan
yang dibuat di dalam perdebatan mengenai peraturan yang sedang dijalankan. J ika
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

mereka mengambil suara untuk mengubah peraturan yang mengharuskan satu sama
lain untuk menyapa secara formal, seluruh struktur organisasi mungkin akan diubah.
Giddens (1979, 1993) memandang struktur sosial sebagai pedang bermata dua.
Struktur dan aturan yang kita ciptakan membatasi perilaku kita. Akan tetapi, aturan
yang sama juga membuat kita mampu memahami dan berinteraksi dengan orang lain.
Kita membutuhkan aturan untuk menuntun keputusan kita mengenai bagaimana kita
diharapkan untuk berperilaku. Aturan-aturan ini dapat dinyatakan secara eksplisit
atau dipelajari secara implisit.
Sebagaimana disimpulkan oleh Teori Pengurangan Ketidakpastian, orang
cenderung untuk merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian. Struktur diciptakan
dan dipertahankan. Namun, kita juga dapat mengubah struktur yang ada dengan
mengadaptasi aturan atau menciptakan yang baru.
Kelompok dan organisasi dikoordinasi di seputar berbagai interaksi
sosial. Dalam Teori Penstrukturan Adaptif, Giddens (1984) menyatakan bahwa kunci
dari memahami komunkasi yang terjadi di dalam kelompok organisasi ini adalah
dengan mempelajari struktur yang berfungsi sebagai fondasi mereka. Istilah sistem,
dalam hal ini merujuk pada kelompok atau organisasi itu sendiri dan perilaku yang
dilaksanakan oleh kelompok ini untuk mencapai tujuannya. Istilah struktur merujuk
pada aturan-aturan dan sumber daya yang digunakan para anggotanya untuk
menciptakan dan mempertahankan sistem, dan juga untuk mengarahkan perilaku
mereka.
Dalam cerita pembuka di atas, baik organisasi BCT maupun rapat
kelompok para manajer shift dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Tujuan mereka
adalah untuk mendiskusikan permasalahan mengani penggunaan nama formal untuk
menyapa satu sama lain, dan juga untuk menjalankan kegiatan organisasi sehari-hari.
Untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan mereka dengan cara yang efisien,
kedua sistem ini memiliki seperangkat aturan formal yang mencakup tata cara
bagaiman karyawan diharapkan untuk menyapa satu sama lain di BCT dan juga tata
cara yang memungkinkan semua orang untuk meyuarakan pendapat mereka di dalam
rapat kelompok.
Ini merepresentasikan struktur dari kelompok dan organisasi. Tim
Vondrasek tidak suka dengan struktur yang mencegahnya memperbolehkan
karyawannya untuk berkomunikasi dengannya secara lebih informal. Aturan-aturan
untuk berinteraksi bagi supervisor dan bawahan mengontradiksi cara yang telah ia
pelajari mengenai membangun hubungan, yang ia dapatkan melalui pengalamannya
sebgai supervisor di masa lalu. Angela juga menggunakan aturan untuk memimpin
diskusi terbuka mengenai permasalahan yang ada sebelum keputusan apa pun dapat
diambil. Oleh karena itu, BCT diciptakan dan dituntun oleh struktur.
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

Marshall Scott Poole (1990) dan koleganya (Poole, Seibold, & McPhee,
1985, 1996) memperbaiki dan memperluas teori Giddens, dengan membentuk suatu
program penelitian yang menerapkan teori ini pada proses-proses yang terlibat di
dalam pengambilan keputusan kelompok. Mengamati bahwa kelompok mengadaptasi
aturan tertentu untuk mencapai pengambilan keputusan merreka, Poole memperluas
penelitian Giddens dan mengonseptualisasikan Teori Penstrukuturan Adiptif.
Penstrukturan dalam kelompok dideskripsikan sebagai proses dimana sistem
diproduksi dan direproduksi melalui pemakaian aturan dan sumber daya oleh
anggota-anggota. Penstrukturan memungkinkan orang untuk memahami pola-pola
perilaku mereka. Poole menyimpulkan bahwa kunci untuk memahami kelompok
adalah melalui analisis dari struktur yang mendasari mereka. Aturan dan sumber daya
untuk komunikasi dan pengambilan keputusan biasanya dipelajari melalui organisasi
itu sendiri juga dari pengalaman masa lalu dan aturan pribadi anggota-anggotanya.
Penstrukturan memberikan fondasi yang berguna untuk mempelajari dampak yang
dimiliki oleh aturan dan sumber dayaa terhadap keputusan kelompok dan komunikasi
organisasi. Selain itu, penstrukturan juga membantu menjelaskan bagaimana aturan-
aturan ini diubah atau dikonfirmasi melalui interaksi. Yang terakhir, penstrukturan
bersifat komunikatif, berbicara adalah tindakan. J ika struktur benar-benar diproduksi
melalui interaksi, maka komunikasi lebih dari sekadar pengantar tindakan;
komunikasi adalah tindakan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori penstrukturan adiptif merupakan
kelompok dan organisasi yang menciptakan struktur yang dapat diinterpretasikan
sebagai aturan-aturan dan sumberr daya organisasi. Struktur-struktur ini sebagai
gantinya, menciptakan sistem sosial di dalam organisasi. Kelompok dan organisasi
mencapai kehidupan sendiri karena cara anggota mereka menggunakan struktur-
struktur mereka. Struktur kekuasaan menuntun pengambilan keputusan yang terjadi
di dalam kelompok dan organisasi.

ASUMSI TEORI PENSTRUKTURAN ADIPTIF
Untuk memahami Teori Penstrukturan Adiptif ada beberapa asumsi dasar
yang mengarahkan teori ini, yaitu:
Kelompok dan organisasi diproduksi dan direproduksi melalui
penggunaan aturan dan sumber daya.
Aturan komunikasi berfungsi baik sebagai medium untuk maupun hasil
akhir dari interaksi.
Struktur kekuasaan ada di dalam organisasi dan menuntun proses
pengambilan keputusan dengan menyediakan informasi mengenai bagaimana
untuk mencapai tujuan kita dengan cara yang terbaik.
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

Giddens mengemukakan bahwa setiap tindakan atau perilaku berakibat


pada produksi dari sesuatu yang baru. Tiap tindakan atau perilaku dimana kelompok
atau organisai terlibat dipengaruhi dan diakibatkan oleh masa lalu. Sejarah ini
berfungsi sebagai referensi untuk memahami aturan dan sumber daya apa yang
dibutuhkan untuk beroperasi di dalam sebuah sistem.
Sangat penting untuk mengingat bahwa setiap kali kita berkomunikasi
dengan seseorang kita sedang menciptakan sebuah permulaan baru dengan
menciptakan aturan baru untuk harapan, dengan mengubah aturan yang sudah ada,
atau dengan menekankan kembali aturan yang telah digunakan sejak dulu. Dalam
menciptakan permulaan yang baru ini, kita masih bergantung pada peraturan dan
harapan di masa lalu untuk menuntun perilaku kita. Oleh karena itu, kita tidak pernah
dapat melarikan diri dari sejarah kita. Sejarah juga memengaruhi perubahan-
perubahan yang mungkin terjadi di dalam sistem.
Semua tindakan komunikasi kita berada di dalam hubungan dengan masa
lalu. Giddens menyatakan bahwa struktur ini tidak dapat dipandang sebagai
penghalang bagi interaksi melainkan sebagai bagian yang penting dari penciptaan
interaksi itu sendiri.
Teori Penstrukturan Adiptif juga mengambil pemikiran bahwa aturan
secara berkesinambungan menyediakan tata cara dan batasan bagi perilaku kelompok
dengan menjalankan peraturan berdasarkan harapan sebelumnya. Struktur dari
kelompok mencakup jaringan aturan dan sumber daya yang digunakan oleh anggota-
anggotanya dalam membuat keputusan mengenai perrilaku komunikasi apa yang
diharapkan.
Giddens (1979) menyatakan bahwa aturan hanya dapat dipahami dalam
konteks dari perkembangan sejarah secara keseluruhan. Teori Penstrukturan Adiptif
berasumsi bahwa untuk memahami aturan dari suatu sistem sosial, para aktornya
harus mengetahui paling tidak sumber daya masa yang melatari suatu aturan.
Asumsi ketiga yang menuntun Teori Penstrukturan Adaptif menyatakan
bahwa kekuasaan merupakan kekuatan yang berpengaruh dalam mencapai keputusan
dalam organisasi. Kekuasaan dipandang sebagai kemampuan untuk mencapai hasil.
Giddens yakin bahwa kekuasaan merupakan jalan dua arah, dan fakta bahwa seorang
actor diajak untuk berpartisipasi dalam sebuah diskusi dan pengambilan keputusan
menunjukkan bahwa ia memiliki sejumlah kekuasaan tertentu teerhadap yang
lainnya.





Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

ELEMEN TEORI PENSTRUKTURAN ADIPTIF


Elemen-elemen dari Teori Penstrukturan Adiptif antara lain:
a) Agensi dan Refleksivitas
Teori Penstrukturan Adiptif pada pemikiran sederhana bahwa kegiatan
manusia merupakan sumber yang menciptakan dan menciptakan kembali lingkungan
sosial di mana kita berada. Oleh karena itu, agensi didefinisikan sebagai perilaku atau
kegiatan tertentu yang dilakukan manusia dan yang diarahkan oleh aturan dan
konteks dimana interaksi itu terjadi. Agen merujuk pada orang yang terlibat di dalam
perilaku-perilaku ini.
Poole, Seibold, dan McPhee (1986, 1996) menerapkan pemikiran
mengenai agensi pada penelitian mereka terhadap kelompok kecil dengan
menyatakan bahwa anggota kelompok sadar mengenai dan tahu akan peristiwa-
peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi di sekeliling mereka. Kesadaran ini
menuntun keputusan mereka untuk terlibat di dalam perilaku (agensi) tertentu. Teori
Penstrukturan Adiptif menyatakan bahwa kelompok dan organisasi terlibat di dalam
proses refleksivitas. Anggota-anggota organisasi mampu untuk melihat ke masa
depan dan membuat perubahan di dalam struktur atau sistem jika tampaknya hal-hal
tidak akan berjalan sesuai rencana.
Refleksivitas pada dasarnya merujuk pada kemampuan para actor untuk
memonitor tindakan-tindakan dan perilaku mereka. Sebagian besar dari refleksivitas
didasarkan pada aturan dan pengalaman di masa lalu yang dimiliki oleh seorang agen.
Dalam menggunakan proses agensi dan refleksivitas, organisasi dan kelompok
mempertimbangkan struktur dan sistem yang sudah ada, dan anggota-anggota
memiliki kemampuan untuk menjelaskan alasan bagi perilaku tertentu dan juga
kemampuan untuk mengidentifikasi tujuan mereka. Kesadaran ini dapat terjadi di
dalam dua level. Kesadaran diskursif merujuk pada kemampuan dari seseorang untuk
menyatakan pemikirannya di dalam bahasa yang dapat dipahami oelh anggota
organisasi lainnya. Kesadaran ini berkaitan dengan pengetahuan yang dapat
dikemukakan melalui kata-kata kepada orang lain. Kesadaran praktis merujuk pada
tindakan atau perasaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
b) Dualitas Struktur
Aturan-aturan dan sumber daya memenuhi fungsi ganda dalam organisasi.
Menurut prinsip dualitas struktur, anggota sebuah organisasi bergantung pada aturan
dan sumber daya untuk menuntun keputusan mereka mengenai perilaku atau tindakan
yang mereka gunakan dalam komunikasi mereka. Sebaliknya, fakta bahwa individu
mempunyai pilihan baik untuk mengikuti atau mengubah aturan akan menghasilkan
sebuah perubahan aturan atau sumber daya dalam interaksi komunikasi masa datang.
Sumber daya merujuk pada kekuasaan yang dibawa actor ke dalam kelompok atau
organisasi. Kekuasaan ini berpengaruh karena hal ini menuntun seorang individu
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

untuk melakukan suatu tindakan atau memulai perubahan. Sebuah organisasi dapat
menggunakan dua tipe sumber daya. Sumber daya alokatif merujuk pada bantuan
material yang diberikan oleh sebuah organisasi untuk membantu kelompok dalam
mencapai tujuannya.
Sumber daya otoritas merujuk pada karakteristik interpersonal yang
digunakan selama interaksi komunikasi. Komunikasi interpersonal adalah alat utama
melalui mana sebuah organisasi mampu terlibat dalam proses aktivitas. Salah satu
tujuan utama dari komunikasi interpersonal adalah memengaruhi orang lain.
J ohn French dan Bertrand Raven (1959) mengidentifikasi lima dasar
kekuasaan sosial yang dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai tipe sumber
daya otoritas yang digunakan dalam kelompok dan organisasi. Meskipun kekuasaan
sering kali mempunyai konotasi negative, hasil akhir positif dari kekuasaan
didapatkan dari berinteraksi dengan orang lain.
Kekuasaan Penghargaan, didasarkan pada persepsi seseorang bahwa
orang lain memiliki kemampuan untuk memberikan penekanan yang positif.
Penghargaan ini mungkin datang dalam bentuk pujian, penghargaan material,
atau secara sekadar penghapusan aspek negative dari sistem. Kekuasaan
penghargaan adalah sebuah sumber daya yang memengaruhi komunikasi dalam
organisasi.
Kekuasaan Koersif, didasarkan pada harapan bahwa seorang individu
mempunyai kemampuan untuk memberikan hukuman. Seseorang mungkin
mematuhi permintaan orang lain untuk menghindari konsekuensi negative
seperti kehilangan kredibilitas di depan teman sekerjanya atau mendapatkan
jadwal kerja yang mengerikan.
Kekuasaan Referen, kemampuan seorang individu untuk mendapatkan
ketaatan berdasarkan pada fakta bahwa hubungan pribadi telah terbentuk antara
kedua partisipan.
Kekuasaan Legtimasi, sumber daya yang mengarahkan keputusan
mereka. Tipe kekuasaan ini dihubungkan dengan hak seseorang untuk
menjalankan pengaruh.
Kekuasaan Pakar, merujuk pada kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengaruhnya terhadap orang lain berdasarkan pengetahuan atau
keahlian yang dimilikinya.
c) Integrasi Sosial
Inetegrasi sosial merujuk pada resiprositas perilaku komunikasi di antara
orang-orang dalam interaksi. Ini merupakan sebuah proses yang terus menerus di
mana para naggota dalam organisasi atau kelompok menjadi saling mengenal satu
sama lain dan membentuk harapan berdasarkan kesan atau informasi sebelumnya
yang mereka pelajari. J ika anggota kelompok berinteraksi satu dengan lainnya untuk
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

pertama kalo, pengetahuan mereka mengenai satu sama lain akan sedikit terbatas, dan
proses integrasi sosial akan menjadi lebih luas. Sebaliknya, ketika para anggota
tmengenal satu sama lain, proses integrasi sosial bergantung hampir sepenuhnya pada
struktur yang idingat kembali dari interaksi sebelumnya.

PENERAPAN WAKTU DAN RUANG
Komunikasi yang sebenarnya atau interaksi yang terjadi di dalam
kelompok dapat dianggap sebagai sesuatu yang berada dalam waktu yang nyata dan
terjadi di ruang yang nyata. Kita mendengarkan pesan saat pesan tersebut terjadi
dalam sebuah konteks. Sebaliknya, kita perlu untuk melihat lebih dalam di dalam
menentukan faktor-faktor yang memotivasi pesan-pesan motivasi yang
dikomunikasikan secara verbal.
Pada intinya, ruang dilihat sebagai sebuah elemen kontekstual yang
mempunyai makna bagi berbagai anggota kelompok atau organisasi. Elemen waktu
dan ruang adalha faktor-faktor yang membuat kita mampu terlibat di dalam
komunikasi. Pandangan seseorang mengenai senioritasnya dalam suatu kelompok
mencakup baik ruang maupun waktu dan memengaruhi keputusan yang dibuat. Selain
memahami pengaruh yang dimiliki oleh ruang dan waktu terhadap struktur yang
digunakan dalam organisasi, seseorang harus juga mempertimbangkan dinamika
interaksi kelompok.

PENSTRUKTURAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
Poole, Seibold, dan McPhee (1985, 1996) diakui sebagai pencetus
gerakan untuk mempelajari penstrukturan dalam konteks komunikasi kelompok.
Mereka mengidentifikasi dua variabel yang mempunyai dampak pada kemampuan
sebuah kelompok untuk mencapai keputusan yang efektif. Faktor-faktor ini
memungkinkan kelompok untuk menentukan apakah kelompok tersebut memiliki
sumber daya dan aturan-aturan (struktur) yang penting untuk mencapai sebuah
keputusan atau tujuan.
Faktor objektif digunakan untuk menggambarkan atribut yang
dihubungkan dengan tugas. Faktor kelompok dihubungkan dengan kelompok itu
sendiri juga mempunyai dampak pada proses pengambilan keputusan. Faktor-faktor
ini dipilah menjadi dua dimensi: faktor tugas kelompok dan faktor struktur kelompok.
Faktor tugas kelompok adalah sumber daya yang dibutuhkan kelompok untuk
menyelesaikan suatu tugas atau tujuan.
Aspek kelompok lainnya harus dipertimbangkan adalah faktor structural
kelompok. Dalam menerapkan prinsip penstrukturan pada penelitian dalam
pengambilan keputusan kelompok, Poole dan J anelle Roth (1989) menciptakan
sebuah sistem kategori untuk menggambarkan berbagai jalur yang dilalui oleh
Pengantar Teori Komunikasi, Richard West

kelompok dalam mencapai keputusan. J alur-jalur ini mencakup jalur tunggal, jalur
siklus kompleks, san jalur berorientasi solusi. Ketika menerapkan jalur tunggal,
kelompok mengikuti aturan-aturan atau langkah-langkah yang sama dalam mencapai
solusi untuk berbagai permasalahan.
Kelompok yang mengikuti sebuah jalur siklus kompleks terlibat di dalam
interaksi maju-mundur. Komunikasi berrfungsi untuk membandingkan solusi yang
berpotensial untuk masalah-masalah yang sudah diidentifikasikan. Seringkali hal ini
mengharuskan kelompok untuk melihat kembali cara di mana ia
mengoperasionalisasikan masalahnya.

KRITIK DAN PENUTUP
Organisasi dan kelompok merupakan bagian penting dalam kehidupan
kita. Pertimbangkan jumlah kelompok di mana Anda sedang tergabung. Terdapat
perkiraan bahwa karyawan perusahaan menghabiskan kira-kira 90 % dari waktu
mereka dalam kelompok atau pertemuan kelompok. Teori Penstrukturan Adiptif
Giddens menyediakan sebuah kerangkan penting untuk memahami kesempatan
komunikasi ini. Diantara kriteria-kriteria yang relevan untuk mengevaluasi teori
adalah dengan ruang lingkup, heurisme, dan parsimoni.
a) Ruang Lingkup
Teori Penstrukturan Adiptif memberikan pemahaman mengenai bagaimana
struktur yang diciptakan dalam kelompok dan organisasi memengaruhi
komunikasi dan keputusan. Ruang lingkup teori ini cukup luas dalam
mempelajari peran yang dimainkan kekuasaan dalam pengembangan kelompok
dan pencapaian tujuan.
b) Teori Penstrukturan Adiptif
Teori Penstrukturan Adiptif dapat diterapkan hampir di semua latar sosial dan
hampir di setiap inteaksi komunikasi. Area komunikasi yang telah menrapkan
teori ini dengan sukses adalah komunikasi organisasi dan pengambilan
keputusan kelompok.
c) Parsimoni
Kriteria ini berkaitan dengan kesederhanaan sebuah teori. Stephen Banks dan
Patricia Riley (1993) menyatakan bahwa Teori Penstrukturan Adiptif sulit
untuk dibaca dan dimengerti. Saran mereka bagi orang yang menggunakan teori
ini dalam sebuah usaha untuk memahami organisasi dan kelompok adalah
mulai dari awal. Para peneliti menyarankan kita untuk memecah sebuah
kelompok menjadi berbagai macam bagian untuk memahami dinamika yang
memengaruhi komunikasi dan pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai