Anda di halaman 1dari 6

Lintah Laut (Discodoris sp.

)
Kingdom : Animal
Phylum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub Kelas : Opistobranchia
Ordo : Nudibranchia
Sub Ordo : Doridina
Famili : Dorididae
Genus : Discodoris sp.
Lintah laut (Discodoris sp.)
merupakan anggota dari kelompok ordo Nudibranchia. Kata Nudibranch berasal dari Bahasa
latin nudus yang berarti telanjang dan bahasa Yunani brankhia yang berarti insang.
Nudibranch tidak memiliki cangkang atau operculum, sehingga menggunakan senyawa kimia
dalam tubuhnya untuk mempertahankan diri. Nudibranchia memiliki kepala bertentakel, yang
sangat sensitif terhadap sentuhan, rasa, dan bau. Bentuk tubuh bervariasi dan berukuran
berkisar antara 40 hingga 600 mm. Kelompok hewan ini memiliki corak dan warna yang
beraneka ragam, namun beberapa jenis dari hewan ini mempunyai kemampuan kamuflase
(melalui warna yang membuat mereka tidak kelihatan atau menakuti predator karena mereka
rasanya tidak enak atau beracun) yang handal sehingga cukup sulit untuk ditemukan
(Sorowako 2008).
Lintah laut (Discodoris sp.) adalah
spesies yang banyak ditemukan di kepulauan
Philipina, Papua New Geunia, Indonesia,
Okinawa, Afrika Selatan, dan Australia.
Hewan ini memiliki tubuh yang berwarna
coklat kehitam-hitaman dengan bintik putih
dan garis pada bagian atas badannya.
Permukaan tubuhnya licin dan tidak
dilindungi oleh lapisan pelindung. Insang-insangnya berjumbaian di punggung, selain itu
hewan ini memiliki kepala bertentakel yang sangat sensitif terhadap sentuhan, rasa dan bau.
Matanya yang kecil hanya bisa melihat sedikit selain membedakan terang dan gelap
(Sorowako 2008).
Lintah laut (Discodoris sp.) biasanya terdapat di perairan dangkal berpasir serta
terumbu karang hingga di dasar laut kelam lebih dari satu kilometer dalamnya, nudibranch
berkembang biak baik di perairan hangat maupun dingin dan bahkan di sekeliling cerobong-
cerobong vulkanis yang menyembur di laut dalam (Holland 2009).
Hewan ini hidup dan menempel rapat pada batu-batuan yang berlumpur atau
berpasir dan menghasilkan lendir (mucus) untuk mencegah kekeringan. Bagian bawahnya
dapat bergerak dan menempel pada substrat sehingga gerakannya lambat (Rudman 1999).
Lintah laut (Discodoris sp.) temasuk hewan herbivora, makanannya adalah berbagai
alga baik yang berukuran kecil (fitoplankton/mikroalga) maupun yang berukuran besar
makroalga/rumput laut yang terdiri dari rumput laut coklat (Paeophyceae), merah
(Rodophyceae), dan hijau (Chlorophyceae). Racun yang terdapat pada mangsanya tidak
membahayakan hewan ini, melainkan dapat digunakan sebagai suatu alat pertahanan terhadap
musuh. Banyak Nudibranch yang dapat berpindah dari lokasi pencarian makanan yang satu
ke yang lain (Holland 2009).
Kelompok hewan Nudibranch lebih suka menyendiri, dengan kebiasaan nokturnal
serta wilayah pengembaraan yang sempit. Nudibranch dapat melakukan kamuflase mulai dari
warna kusam hingga cemerlang, bukan warna-warna kontras. Pigmen warnanya mirip spons
dipengaruhi oleh substrat edibel tempat mereka berdiam hewan ini mencium, mengecap, dan
merasakan dunia dengan menggunakan tonjolan-tonjolan sensor di kepala yang disebut
rhinophore dan tentakel-tentakel oral. Sinyal-sinyal kimia digunakan untuk membantu
menemukan makanan (Holland 2009).
Nudibranch temasuk hewan hermaprodit, yaitu hewan yang memiliki organ jantan
maupun betina dalam satu individu serta membuahi sesamanya. Tergantung spesies,
pasangan nudibranch meletakkan telurnya dalam bentuk spiral, pita, atau rumpun kusut,
berjumlah dua juta sekali bertelur, namun tidak semua pembuahannya berhasil (Holland
2009). Ketika organisme ini siap untuk kawin akan bermigrasi ke daerah pantai yang berbatu
dan ditumbuhi subur oleh tanaman alga atau rumput laut dan menyemprotkan telur dan
sperma sekaligus di sekitar bebatuan tersebut. Telur-telur tersebut akan dibiarkan melayang
di sekitar bebatuan agar terhindar dari predator dan dibiarkan menetas sendiri (Rudman 1983
diacu dalam Witjaksono 2005).
Nudibranch merupakan golongan moluska tidak bercangkang yang selalu berwarna
cerah dan indah sebagai pertahanan terhadap serangan predator. Nudibranch merupakan
binatang yang indah yang umumnya mengandung sejumlah besar senyawa produk alam
untuk membantu pertahanan terhadap serangan predator. Gambar berikut merupakan
senyawa yang telah berhasil diisolasi, yaitu tetrapyrole dari Nembrotha kubaryana,
nakafuran-8 dan nakafuran-9 dari Hypselodoris infucata, spongiane-16-one dari
Chromodoris petechialis. Senyawa ini sebelumnya ditemukan dalam organisme laut lainnya
yang mendukung hubungan antara makanan dan senyawa metabolit yang dihasilkan dalam
nudibranch (Karuso dan Schewer 2002).

Beberapa senyawa yang diisolasi dari nudibranch: (1) Nembrotha kubaryana, (2) Chromodoris petechialis, (3 dan 4) Hypselodoris infucata
Senyawa metabolit yang ada pada spons juga ditemukan dalam beberapa nudibranch,
meskipun hubungannya dengan spons tidak selalu ditemukan dalam daerah geografis yang
sama dengan nudibranch. Di dalam saluran pencernaan Anisodoris nobilis terdapat metabolit
kardiaktif 1-metilisoguan. Beberapa senyawa yang juga terdapat dalam nudibranch yaitu
pigmen yang diperoleh dari spons yang digunakan sebagai mekanisme pertahanan kimia
secara pasif dan sebagai upaya kamuflase (Faulkner dan Ghiselin 1983). Beberapa senyawa
bioaktif telah ditemukan pada nudibranch Jorunna funebris, yaitu isokuinolin alkaloid (N-
formil-1,2-dihidroreneirol asetat, asetil renierol, mimosamisin). Glossodoris atromarginata
mengandung senyawa bioaktif deoksoskalarin, sesterterpen heteronemi dan skalaran.
Hypselodoris kanga mempunyai kandungan senyawa bioaktif furanoseskuiterpenoid dan
furodisinin. Chromodoris mandapamensis mempunyai kandungan senyawa bioaktif
spongiadiol (Fontana et al. 2001). Produk bahan alam yang diisolasi dari nudibranch
Dendrodoris denisoni, yaitu cinnamolide, olepopuane, metoksi asetat, dan poligodial
(Grkovic et al. 2005).
Senyawa bioaktif pada nudibranch umumnya diperoleh dari makanannya, berbagai
macam senyawa yang berhasil diisolasi dari lintah laut hampir sama dengan senyawa
metabolit yang ada pada spons dan spesies lainnya yang merupakan makanan dari
nudibranch. Senyawa yang telah diisolasi yaitu terpen (isocyanopupukeanane) dari
nudibranch Phyllidia varicosa dan juga ditemukan pada spons Hymeniacidon sp. Makrolid
telah berhasil diisolasi dari nudibranch Hexabranchus sanguineus dan juga pada spons
Halichondria, Mycale dan Jaspis. Senyawa peptida berhasil diisolasi dari opistobranch
Dolabella auricularia dan pada sianobakteri Symploca. Senyawa peptida tersebut yaitu
dolastatin 10 yang terbukti mempunyai aktivitas antitumor pada manusia (Wojnar 2008).
Menurut pengalaman empiris, lintah laut telah lama digunakan oleh masyarakat
pantai di daerah Pamekasan Madura yang dikenal dengan nama lokal kok-okok karena
lintah laut tubuhnya bisa memanjang dan mengkerut apabila disentuh. Lintah laut digunakan
sebagai bahan pangan dan obat untuk menyembuhkan penyakit borok payudara bagi orang
hamil dan menyusui. Lintah laut juga digunakan sebagai jamu untuk menyembuhkan
penyakit punggung dan meningkatkan stamina.
Beberapa penelitian tentang lintah laut telah dilakukan yaitu isolasi senyawa steroid
dari lintah laut dan ditemukan 7 jenis senyawa metabolit yang salah satu diantaranya adalah
senyawa androgen (Ibrahim 2001). Peneliti lain mengungkapkan bahwa lintah laut
mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh serta sterol pada fraksi nonpolar (Witjaksono
2005). Hasil uji fitokimia dari ekstrak metanol lintah laut diperoleh kelompok alkaloid,
steroid, asam amino, saponin dan fenol yang berperan sebagai antioksidan serta diperoleh
rendemen yang terbesar yaitu 5,119% dengan aktivitas antioksidan 89,44% dibandingkan
dengan pelarut yang lain (Nurjanah et al. 2010). Pemanfaatan lintah laut sebagai minuman
fungsional dengan fungsi sebagai antioksidan telah diteliti oleh Nai'u (2010).
Lintah laut (Discodoris sp.) memiki asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yaitu
laurat (C12:0) 4,59%, miristat (C14:0) 1,11%, palmitat (C16:0) 13,37%. Lintah laut juga
memiliki asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty acid) yang terdiri dari asam lemak tidak
jenuh tunggal (monounsatuted fatty acid) yaitu oleat (C18:1,n-9) 8,13% dan asam lemak
tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid) yaitu linoleat (C18:2,n- 6) 5,63% dan linolenat
(C18:3,n-3) 20,91%. Komposisi dari asam lemak pada lintah laut didominasi oleh asam
lemak tidak jenuh jamak yaitu linolenat yang terletak pada bagian daging lintah laut, asam
lemak oleat dan linoleat. Asam lemak tidak jenuh tersebut yang diduga berperan sebagai
antioksidan dalam lintah laut.
Kandungan Senyawa Kimia Ekstrak Lintah Laut
Bioaktivitas lintah laut sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang
terdapat di dalam bahan, perbedaan kandungan senyawa kimia menentukan aktivitas biologis
dari lintah laut. Hasil pemeriksaan komponen bioaktif yang terdapat dalam ekstrak kasar
lintah laut disajikan pada Tabel 1. Komponen bioaktif pada lintah laut yaitu alkaloid, steroid,
dan karbohidrat, fenol, saponin, molisch dan ninhidrin. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
ekstrak etanol daging memiliki komponen kimia paling lengkap dibandingkan yang lain.
Ekstraksi dengan pelarut etanol dapat memisahkan senyawa fenolik, steroid, terpenoid,
alkaloid dan glikosida (Hougton dan Raman 1998).
Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar lintah laut (Discodoris sp.)

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kasar Lintah Laut
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda, menghambat dan mencegah oksidasi
lemak atau molekul lainnya dengan cara mencegah terbentuknya radikal bebas (Rohman et
al. 2006). Keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat diketahui melalui uji
aktivitas antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan dalam lintah laut dilakukan dengan
metode DPPH. Hasil analisis IC 50 aktivitas antioksidan lintah laut (Discodoris sp.) dapat
dilihat pada Gambar 1.

Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC kurang
dari 50 50 g/ml, kuat apabila nilai IC antara 50-100 g/ml, 50 sedang apabila nilai IC
berkisar antara 100-150 50 g/ml, dan lemah apabila nilai IC berkisar antara 50 150-200
g/ml (Blois 1958 diacu dalam Molyneux 2004). Ekstrak kasar lintah laut hasil ekstraksi
dengan ketiga pelarut memiliki aktivitas antioksi dan terbaik sebesar 441,12% dan tergolong
lemah karena memiliki nilai IC lebih besar dari 200 ppm. 50 Nilai IC antioksidan dari ketiga
pelarut 50 juga masih lebih rendah dibandingkan dengan strandar yang digunakan yaitu BHT
sebesar 397,04 ppm (Gambar 2).

Lemahnya aktivitas antioksidan lintah laut ini dimungkinkan karena pada ekstrak
kasar lintah laut masih banyak terdapat senyawa lainnya yang dapat mengurangi aktivitas
antioksidannya. Penggunaan jenis pelarut berpengaruh terhadap senyawa bioaktif yang
dihasilkan dan juga terhadap aktivitasnya (Seidel 2006). Jenis senyawa antioksidan yang ada
pada lintah laut dimungkinkan tergolong antioksidan primer yang mempunyai sistem kerja
secara enzimatis sehingga analisis dengan menggunakan metode DPPH belum memberikan
hasil yang optimal. Menurut Nurjanah (2010), aktivitas antioksidan ekstrak kasar lintah laut
dengan metode NBT diperoleh hasil sebesar 79,56% pada pelarut metanol.

Anda mungkin juga menyukai