Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. Y HIDROKEL KONGENITAL (D)


DI RUANG MELATI II RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Keperawatan Anak
Koordinator mata kuliah : Ns. Meira Erawati, S.Kep., M.Si.Med


Disusun oleh :
Ciptaningrum Marisa Prawarti 22020110120011 (A10.3)


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI
Adanya cairan abdomen dalam kantung skrotum. (Marry E, 2005)
Penimbunan cairan yang cukup mencolok pada tunika vaginalis
testis. (Mohlan, 1996)
Prosesus menyempit, cairan peritoneum akan masuk ke dalam
rongga. (David, 2008)
Kumpulan cairan serosa yang berkembang di antara lapisan visera
dan parietalis tunika vaginalis. (David C, 1994)
Keadaan terkumpulnya cairan di dalam tunika vaginalis yang
membungkus testis, dan epididimis.

II. ETIOLOGI
Penyebab hidrokel seringkali tanpa sebab, tetapi dapat timbul
setelah epididimitis, orkitis, cedera atau neoplasma.

Penurunan testis ke
dalam skrotum disertai dengan kantong peritoneum, yaitu prosesus
vaginalis. Prosesus ini mulai menutup pada saat lahir dan normalnya
prosesus ini akan berobliterasi selama tahun pertama kehidupan.
Hidrokel akut, selalu akibat sekunder dari peradangan testis atau
epididimis. Hidrokel kronis, paling sering ditemukan pada usia antara 40-
60 tahun, biasanya muncul perlahan dan diam-diam dan dapat mencapai
ukuran yang cukup berarti, sebelum menimbulkan perasaan tidak enak
pada penderita.

III. JENIS HIDROKEL
Terdapat jenis Hidrokel akut, kronis, yang sudah dijelaskan diatas.
Ada beberapa jenis lain yaitu, jika hidrokel telah terbentuk sejak lahir
dan besarnya tidak bertambah, biasanya menghilang pada umur 4-6
bulan, kegagalan penutupan prosesus vaginalis, disebut Hidrokel Non-
Komunikan/Primer. Jika Hidrokel berkembang membesarnya lambat,
tidak segera menyusut, tidak dapat menutup secara spontan, berkembang
disebut Hidrokel Komunikan.
Berdasarkan letak kantong hidrokel dari testis yaitu,
a. Hidrokeltestis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tidak
dapat diraba. Pada anamsesis, besarnya kantong hidrokel todak
berubah sepanjang hari.
b. Hidrokelunikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah cranial
dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat teraba dan berada di luar
kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.

IV. MANIFESTASI KLINIS
Pembesaran skrotum dan perasaan berat, tidak menimbulkan
perasaan nyeri dan terdapat fluktuasi. Apabila nyeri ringan berarti
disebabkan oleh infeksi epididimis akut, Kulit disekitarnya kelihatan
translusen, tegang, berkilat dan sedikit merah. Cahaya yang diletakkan
dibelakang akan menempel pada skrotum akan mentransiluminasi kantong
hidrokel. Kalau cairan dalam kantong hidrokel diaspirasi, ditemukan
banyak sperma, maka keadaan ini dinamakan spermatokel. (Mary E, 2005)
a. Hidrokel Nonkomunikan
Pembengkakan tanpa nyeri di skrotum yang tidak berubah ukuran atau
bentuknya dengan aktivitas bayi, hidrokel ini mudah
ditransiluminasikan.
b. Hidrokel komunikan.
Pembengkakan inguinal yang dapat bervariasi ukurannya dengan
perubahan posisi dan tidak dapat berkurang.

V. PATOFISIOLOGI
Ada dua proses terjadinya yaitu
a. Hidrokel non-komunikans : paling sering terlihat pada saat
lahir, residu cairan peritoneal terjebak dalam segmen bawah prosesus
vaginalis (tunika vaginalis). Tidak terdapat hubungan dengan rongga
peritoneum. Cairan biasanya diabsorbsi selama beberapa bulan
pertama setelah kelahiran dan tidak memerlukan penanganan.
b. Hidrokel komunikan biasanya dikaitkan dengan hernia karena prosesus
vaginalis tetap terbuka dari skrotum sampai rongga abdomen.

VI. MANAGEMENT
Terapi yang dilakukan pada penderita hidrokel adalah aspirasi dan insisi.
Bila hidrokel ditemukan pada neonates, pembedahan ditunda sampai usia 2
tahun, karena prosesus vaginalis paten biasanya akan menutup.

VII. PATHWAY


Kelainan pada testis ( tumor, infeksi, trauma)
Sistem sekresi terganggu atau reabsorbsi
cairan di kantung hidrokel
Produksi cairan berlebihan oleh testis
Penumpukan cairan pada testis
Obstruksi aliran limfe
MK : nyeri
operasi
MK : Ansietas
MK : Gangguan integritas kulit
Mk : Resiko infeksi
hospitalisasi
Ramai
Mk : gangguan
pola tidur
Menekan pembuluh darah
yang ada di dalam testis
Atrofi testis
pembengkakan
MK : deficit
pengetahuan
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. DPL : Infeksi
b. Ultrasonografi : tidak nyeri, dapat memeriksa kelainan yang
mendasari untuk disingkirkan, memiliki sensivitas dan spesifikasi yang
tinggi untuk tumor.
c. Ultrasonografi Doppler : dapat mengkonfirmasi adanya aliran darah
pada tempat yang dipikirkan tidak mungkin terjadi torsi
d. CT Scan : menentukan stadium untuk tumor testis.
e. Pembedahan : cara untuk menyingkirkan torsi.

IX. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Kaji tanda-tanda inkarserata dan strangulasi
b. Anamnesa berkaitan tentang lamanya pembengkakan skrotum dan
apakah ukuran pembengkakan itu bervariasi baik pada waktu istirahat
maupun pada kedaan emosional
c. Pemeriksaan fisik
Hidrokel dirasakan sesuatu yang oval atau bulat, lembut dan tidak
nyeri tekan. Berikut beberapa cara pemeriksaan fisik
1. Pada saat pemeriksaan fisik dengan transiluminasi/diaponaskopi
hidrokel berwarna terang. Lakukan transluminasi test ambil senter,
pegang skrotum sorot dari bawah, bila sinar mereka pada bagian
skrotum maka berari isinya cairan (bila warnanya redup)
2. Hidrokel pada saat di inspeksi terdapat benjolan yang hanya ada di
skrotum
3. Auskultasi pada hidrokel tidak terdapat suara bising usus
4. Pada saat di palpasi hidrokel terasa seperiti kistik,
5. Hidrokel tidak dapat di dorong

X. DIAGNOSA
Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembengkakan
skrotum
b. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya gesekan
dan peregangan jaringan kulit skrotum
c. Ansietas berhubungan dengan kondisi anaknya dan kurang
pengetahuan.

Post operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi post operasi
b. Deficit pengetahuan berhubungan dengan prosedur pembedahan
c. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit jaringan, trauma
pembedahan

XI. INTERVENSI
Pre operasi
a. Lakukan perawatan pascaoperatif
- Pada sebagian besar kasus dengan hidrokel komunikan, hidrokel
lektomi dilakukan proses perbaikan spontan tidak terjadi pada usia
1 tahun.
- Perawatan luka :
1) Kaji luka infeksi
a. Amati luka insisi terhadap adanya kemerahan atau drainase
b. Pantau suhu
2) Pertahankan status hidrasi yang baik
a. Beri cairan IV, jika diprogramkan
b. Pantau asupan dan haluaran cairan
c. Tingkatkan diet anak
3) Tingkatkan rasa nyaman
a. Beri analgesic sesuai kebutuhan
b. Pada anak yang menjalani hidrokeletomi, gunakan kantung
es dan penyokong skrotum untuk membantu meredakan
nyeri dan pembengkakan, sesuai indikasi.
- Beri dukungan kepada orang tuan
1) Beri orang tua kesempatan untuk mengungkapkan
kekhawatiran mereka
2) Anjurkan orang tua untuk berpartisipasi dalam perawatan anak
mereka, jika sesuai.

Diagnosa Ansietas berhubunan dengan kondisi anaknya dan kurang
pengetahuan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x
24 jam, klien dan keluarga tidak cemas.
Criteria hasil : tidak ada ekspresi cemas
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan
b. Berikan informasi mengenai prosedur pembedahan
c. Libatkan orang tua dalam perawatan terhadap anaknya
d. Motivasi keluarga dan klien
Diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan insisi post operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1 x
24 jam, resiko infeksi dapat diminimalkan
Criteria hasil : tidak ada tanda gejala infeksi
Intervensi :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
b. Kaji balutan luka klien
c. Monitoring tanda gejala infeksi
d. Monitoring tanda-tanda vital
e. Ajarkan keluarga tentang tanda gejala infeksi



XII. EVALUASI
Pembahasan
An. Y mengalami Hidrokel congenital dekstra, apabila di analisa
menurut jenis hidrokel An. Y termasuk dalam hidrokel non
komunikan. Hidrokel Non komunikan jika hidrokel telah terbentuk
sejak lahir dan besarnya tidak bertambah, biasanya menghilang pada
umur 4-6 bulan, kegagalan penutupan prosesus vaginalis. Dalam
pemeriksaan fisik, teraba di skrotum seperti benjolan yang memiliki
cairan, berbeda seng hernia yang terasa benjolan seperti benda padat.
Pemeriksaan fisik akan lebih jelas jika di lakukan transluminasi,
namun pemeriksa tidak melakukan itu karena terkendala dengan waktu
dan sarana prasarana. Dalam penanganan hidrokel, management klinik
yang dilakukan yaitu insisi atau operasi. Pada klien An. Y akan
dijadwalkan tindakan operasi, kolaborasi dengan dokter anak, bedah
dan perawat. Dalam kasus ini, keluarga klien mengalami ansietas dan
deficit pengetahuan, karena mereka tidak pernah mengetahui penyakit
ini sebelumnya. Sedangkan klien sendiri belum mengerti penyakit
yang di deritanya karena usia nya baru 2 tahun, sehingga tidak ada
masalah keperawatan yang berhubungan dengan emosional klien.
Evaluasi
Setelah dilakukan pengkajian, masalah yang muncul ada 5, yaitu
ansietas, deficit pengetahuan, gangguan pola tidur, nyeri dan resiko
infeksi. Setelah dilakukan asuhan selama 3 hari, ansietas, deficit
pengetahuan, resiko infeksi dapat terselesaikan pada 1 hari, namun
gangguan pola tidur dan nyeri masalah teratasi selama 2 hari. Selama
saya melakukan asuhan keperawatan, keluarga klien memerlukan
motivasi yang tinggi mengenai kepercayaan akan prosedur
pembedahan, karena di mind setting mereka operasi merupakan hal
yang menakutkan dan memberikan dampak buruk sekali jika gagal.
Oleh karena itu, perawat sebagai advocator dapat berperan aktif, selain
itu juga sebagai motivator.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Muscari, Mary E. 2005. Buku Panduan : Keperawatan Pediatrik.
Ed.3- Jakarta : EGC
2. Grace, Pierce. Borley, Neil R. 2006. At a Glance: Ilmu Bedah. Ed.3-.
Jakarta : Erlangga
3. Delf, Mohlan. 1996. Major Diagnosis Fisik. Ed.9-. Jakarta: EGC
4. Hull, David. 2008. Dasar-dasar pediatric. Ed. 3- Jakarta: EGC
5. Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Ed.1- Jakarta :EGC
6. Nanda. Nursing Diagnoses Definitions and Classification 2012-2014.
Wiley-Balckwell.

Anda mungkin juga menyukai