Anda di halaman 1dari 5

Asuhan Keperawatan Pasca Operasi Trakeostomi

a. Pengkajian
- Aktivitas/istirahat
Gejala : dispnea dengan istirahat ataupun aktivitas
- Sirkulasi
Tanda : takikardia, frekuensi tak teratur, nadi apikal berpindah oleh adanya
penyimpangan medaistinal. TD hiper/hipotensi
- Makanan/cairan
Gejala : anorexia (mungkin karena bau sputum)
Tanda : pemasangan IV line
- Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri area luka trakeostomi, nyeri dada unilateral meningkat karena batuk atau
bernafas
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah
- Pernafasan
Gejala : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada.
Tanda : peningkatan frekuensi nafas, kulit cyanosis, penggunaan ventilasi mekanik
(trakeostomi), secret pada selang trakeostomi
- Hygiene
Tanda : kemerahan area luka trakeostomi
- Interaksi sosial
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan suara karena distress pernafasan, keterbatasan
mobilitas fisik.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pemasangan trakeostomi
dan kesulitan mengeluarkan sputum ditandai dengan bunyi nafas tidak normal,
tidak efektif, atau tidak adanya batuk.
Subjektif:
- Dipsnea
Objektif:
- Bunyi nafas tambahan (misalnya: ronki basah halus, ronki basah kasar, dan
ronki kering)
- Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
- Batuk ada/tidak ada
- Sianosis
- Kesulitan untuk bersuara
- Ortopnea
- Kegelisahan
- Sputum
- Mata terbelalak (melihat)
Intervensi Rasional
Kaji respiratory distress
Pertahankan posisi kepala terhadap
tempat tidur dengan kemiringan 30-
40
0

Persiapkan humidifier dan hidrasi
Dukung batuk, nafas dalam dan
ambulasi, bersihkan atau tukar kanula
dalam jika perlu

Pertahankan tekanan minimum bila
ada udara, diukur dengan manometer
tidak lebih dari tekanan 25 cm H
2
O
atau dengan MLT (Minimal Least
Tracypnea)
Teruskan tekanan pada hari terakhir
Dibutuhkan dalam emergency
Posisi ini akan mendukung batuk
yang kuat dan menurunkan
dipsnea.
Untuk mencairkan sekresi
Untuk membantu mobilisasi
sekresi, dilakukan untuk
meminimalkan sekresi dari sisi
dalam kanula
Untuk meminimalkan tekanan
pada trakea, MLT tidak
digunakan jika trakeostomi
dipakai pada obstruksi jalan
nafas.
Hal ini dilakukan untuk
meminimalkan aspirasi


2) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya selang trakeostomi
ditandai dengan ketidakmampuan berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan
Subjektif: -
Objektif:
- Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam memilih perkataan
- Kesulitan mengungkapkan perasaan secara verbal
- Kesulitan menyusun kata-kata atau kalimat
- Verbalisasi tidak sesuai
- Kesulitan berbicara atau mengungkapkan kata-ka
Hasil yang diharapkan:
- Komunikasi verbal kembali normal
Intervensi Rasional
Jika pasien sadar, berikan bel
panggil yang mudah diraih dan
direspon oleh orang lain
Kaji kemampuan pasien untuk
menulis dan membaca, sediakan
buku, pensil atau papan
komunikasi.
Gunakan bahasa isyarat
Hal ini mengurangi kecemasan

Sebagai sarana komunikasi alternative



Untuk mengungkapkan kebutuhan
dan keinginan

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan keterbatasan mekanisme pertahanan
jalan nafas
Hasil yang diharapkan : jumlah sel darah putih normal, suhu normal, bersih dari
mukus, tidak ada eritema atau sekresi yang purulen.
Intervensi Rasional
Monitor dan laorkan peningkatan
sel darah putih dan temperature,
perubahan warna sekresi, drainase
Mengidentifikasi tanda infeksi dan
intervensi obat-obatan secara dini

yang purulen
Gunakan teknik aseptic untuk
suction dan perawatan
trakeostomi selama hospitalisasi
Ganti penggunaan oksigen
dengan alat satu kali dalam 24
jam

Untuk mengurangi resiko infeksi


Untuk mencegah tabung
terkontaminasi dari adanya sumber
infeksi

4) Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanik sekunder saluran
trakeostomi ditandai dengan kesulitan menelan tanpa aspirasi
Hasil yang diharapkan: fungsi menelan normal, tidak terjadi aspirasi
Intervensi Rasional
Kaji reflex menelan dan reflex
gag
Jika pasien mentoleransi
penurunan (beri pasien makanan
cair: bisa berupa jus)

Catatan batuk/ tersedak adalah
indikator dari aspirasi
Mendeterminasi keadaan dari
aspirasi, jika pasien tidak batuk atau
ketika secret disuction tidak
berwarna, pasien mungkin mentolerir
makanan dengan menurunkan
tekanan.

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake secara oral, sensasi rasa cukup, dan kesulitan menelan ditandai dengan
intake nutrisi yang inadekuat, kehilangan berat badan.
Subjektif :
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
- Merasa tidak mampu untuk meningesti makanan
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- Melaporkan perubahan nafsu makan

Objektif:
- Tidak tertarik untuk makan/ tidak nafsu makan
- Kerapuhan kapiler
- Diare/
- Adanya bukti kurang pemasukan makanan
- Bising usus hiperaktif
- Konjunctiva atau membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Menolak untuk makan
- Luka, rongga mulut inflamasi
- Kelemahan otot yang dibutuhkan untuk menelan atau mengunyah
- Penurunan BB
Hasil yang diharapkan : nafsu makan kembali normal,pertahanan BB normal
Intervensi Rasional
Kaji intake dan kalori secara oral
Monitor berat badan

Berikan makanan tinggi kalori
tinggi protein
Kaji fungsi menelan


Lakukan perawatan mulut sekali
8 jam
Inisiasi makanan enteral jika
pasien tidak mampu untuk makan
secara oral
Untuk mengkaji kecukupan gizi
Memberikan informasi untuk
evaluasi
Untuk memaksimalkan intake
nutrisi
Untuk memudahkan pemasukan
melalui oral dan mencegah
terjadinya aspirasi
Meningkatkan kenyaman pasien

Untuk mempertahankan intake
nutrisi

Anda mungkin juga menyukai