Anda di halaman 1dari 6

Peristiwa Rangasdengklok

Disusun Oleh :

Abiyan Daffa Kusumo (01)
Aprilia Damayanti (05)
Christhoper Giovanni Mamahit (08)
Hazrina Ghassani (19)
Marta Herlina Windasari (23)
Ocvi Nurma Rizky (28)
Putri Melin Rosalina (29)
Putri Shafa Salsabela Helmi (30)
Zuul Afifikada (35)


SMP N 8 Semarang
Tahun Pelajaran 2013/2014
Pemeran :




Ketika Syahrir bingung memikirkan bagaimana cara memerdekakan Indonesia,
tiba-tiba. . . ( Suara radio mengumumkan jepang menyerah )
Syahrir : ( Kaget ) Apakah berita yang barusan ku dengar, itu benar ?
Menyerah kepada sekutu. Aku harus cepat-cepat memberitahu kepada Soekarno dan Hatta.
Sekitar pukul 14.00 sore, tanggal 14 agustus 1945 Syahrir sudah menunggu dirumah
Hatta. 1 jam kemudian Hatta pun tiba di rumahnya.
Bung Hatta : Syahrir ada apa ?
Syahrir : Ada yang ingin ku sampaikan, ini sangat penting.
Bung Hatta : Oh, . . . silahkan duduk, ada masalah ap ?
Syahrir : Saya mendengar berita bahwa jepang telah menyerah kepada sekutu. Bagaimana
kemerdekan Indonesia secepatnya di laksanakan. Tapi, kemerdekaan Indonesia
jangan lagi melalui PPKI seperti yang di rencanakan oleh jepang, supaya
kemerdekaan kita tidak di cap sebagai buatan jepang.
Bung Hatta : Apa benar itu Syahrir ? Ia, kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Tapi, siapa
yang akan memproklamasikannya ?
Syahrir : Saya fakir Bung Karno yang pantas melakukan itu.
Bung Hatta : Tapi, apakah Bung Karno menyetujuinya ? Karena secara pribadi beliau adalah
ketua PPKI.
Syahrir : Kalau begitu, sekarang kita harus menemui beliau.
Bung Hatta : Ya baiklah.
Akhirnya, Bung Hatta dan Syahrir pun menemui Bung Karno.
Syahrir : Bung, jepang sudah menyerah pada sekutu. Ini kesempatan kita untuk merdeka.
Bung Karno : Apa benar semua itu ?
Syahrir : Benar Bung, saya sendiri yang mendengarnya di radio.
Bung Karno : Kita jangan dulu percaya dengan berita itu, kita harus benar-benar memastikan
tentang berita itu, jangan sampai kita gegabah dalam mengambil keputusan.
Syahrir : Tapi, saya pastikan bahwa berita itu benar, Bung !
Bung Karno : Saya tentu senang jika berita itu benar adanya.
Bung Hatta : Benar apa yang di katakana Bung Karno, kita tetap harus waspada karena, ini
menyangkut masa depan rakyat.
Bung Karno : Itulah yang aku fikirkan, kita harus benar-benar memikirkan semua ini, sebelum
kita mengambil keputusan.
Syahrir : Baiklah. . .mungkin Bung Karno lebih tau apa yang terbaik untuk masa depan
rakyat.
Akhirnya, Syahrir pun menerima penolakan pendapatnya lalu ia bergegas pergi.
Ke esokan harinya tanggal 15 agustus 2 orang pemuda lainnya, Subadio Sastrosatomo dan
Subiyanto kembali mendatangi Bung Hatta.
Subadio : Bung, bagaimana keputusannya ?
Bung Hatta : Kami belum mengambil keputusan apapun, karena berita itu belum pasti
kebenarnya.
Subiyanto : Kami sangat yakin bung, hamper seluruh pemuda Indonesia mendengar berita itu.
Bukankah ini kesempatan yang sangat bagus untuk memproklamasikan
kemerdekaan kita.
Bung Hatta : Kami berdua pun senang mendengar berita itu. Tapi, kita harus
mempertimbangkan secara matang.
Subadio : Kami barisan para pemuda ingin secepatnya kemerdekaan Indonesia. Di
laksanakan, kami rindu kebebasan.
Akhirnya setelah perdebatan yang cukup panjang Subadio dan Subiyanto pun
meninggalkan Bung Karno dan Bung Hatta dengan rasa kesal. Bung Karno dan Bung
Hatta tetap pada pendiriannya.
Setelah 2x perwakilan pemuda mendatangi ke Bung Hatta dan Bung Karno untuk
mendesak agar segera memerdekakan Indonesia Bung Hatta dan Bung Karno tetap
menolaknya, Akhirnya barisan para pemuda mengadakan rapat di ruang Bacteriologisch
Laboratorium, Jl.Pegangsaan timur No:13. yang di ketuai oleh Khairul Saleh pertemuan
itu menghasilkan Amerika Serikat memproklamasikan kemerdekaan oleh bangsa
Indonesia sendiri mengajak Soekarno-Hatta berunding untuk memproklamasikan.
Akhirnya, perwakilan pemuda Darwis Kana mendatangi Bung Hatta dan Bung Karno,
setiba di rumah Bung Karno.
Darwis : Bung, bagaimana keputusannya ?
Bung Karno : Masih seperti kemarin, kami belum bisa melaksanakan kemerdekaan Indonesia.
Wikana : Tapi Bung, kami para pemuda sudah yakin kita hrus secepatnya memerdekakan
bangsa kita.
Bung Hatta : Kami masih tetap pada pendirian kami.
Wikana dan Darwis pun pergi meninggalkan Bung Hatta dan Bung Karno. Mereka
langsung pergi ke Chikini untuk merapatkannya kembali dalam membahas tindakan-
tindakan yang akan di buat sehbungan dengan penolakan Soekarno-Hatta. Pertemuan ini
masih di pimpin oleh Chairul Saleh. Hasil pertemuan yang di adakan hampir tengah
malam itu ialah bahwa bagaimanapun juga kemerdekaan harus di umumkan dan itu harus
di laksanakan oleh Bangsa Indonesia sendiri, tidak seperti di rencanakan oleh Jepang.
Orang yang tepat untuk melakukan tugas itu tidak lain adalah Sukarno-Hatta. Karena
mereka menolak pemuda sepeti yng di usahaka Wikana dan Darwis, para pemuda
memutuskan untuk membawa Sukarno-Hatta ke luar kota.
Malam harinya Darwis dan Wikana datang kekediaman Sukarno.

Darwis : Bung . . . Bung . . .( sambil menepak bahunya, kemudian Bung Karno pun
bangun dari tidunya ).
Bung Karno : Ada masalah apa kalian datang menemuiku malam-malam.
Wikana : Maaf, kami mengganggu malam-malam tapi, ini sangat penting anda harus ikut
kami sekarang.
Bung Karno : Kemana?
Darwis : Jangan banyk bertanya ikut saja dengan kami sekarang.
Kemudian Bung Karno dan keluarganya pun pergi bersama dengan Wikana dan
Darwis ketempat yang telah mereka rencanakan.
Sesampai di tempat tujuan Bung Karno kaget ternyata disana sudah banyak orang,
dan Bung Hatta pun sudah berada di tempat. Kemudian, pemuda di Jakarta pada tanggal
16 agustus mengadakan rapat kembali di lapangan bola kebun binatang yang di pimpin
oleh Khairul Saleh.
Chairul : Kita sudah 3x membujuk Bung Karno dan Bung Hatta. Tapi, beliau tetap pada
pendiriannya dengan alas an masih tidak meyakini itu kekalahan Jepang.
Subiyanto : Jadi, kita harus bagaimana?
Chairul : Bagaimana kalau kita mengadakan perlawanan terhadap tentara Jepang?
Subiyanto : Ya, kita harus secepatnya memerdekakan bangsa kita, dan membebaskan bangsa
kita dari penjajah.
Chairul : Baiklah . . . kita adakan gerakan memukul terhadap pasukan Jepang di Jakarta.
Jusup Kunto di kirim ke Jakarta untuk melaporkan pertemuannya dengan Bung
Karno dan Bung Hatta.
Jusuf : Bung Karno dan Bung Hatta tetap tidak mau merdekakan bangsa kita secepatnya.
Beliau masih tidak meyakini berita kekalahan Jepang.
Chairul : Hmm. . . mungkin apabila kita mempunyai bukti tentang kebenaran itu Bung
Karno dan Bung Hatta akan percaya dan mau memerdekakan Indonesia.
Jusuf : Kalau begitu aku menugaskanmu Ahmad Soebardjo untuk mencari informasi
itu.
Ahmad : Baik, saya laksanakan.
Pagi hari tanggal 16-08 Ahmad di sibukkan mencari informasi kepastian tentang
menyerahnya Jepang kepada sekutu. Tiba-tiba dia kaget akan hilangnya Soekarno dan
Hatta.
Ahmad : Kemana perginya Soekarno dan Hatta ? ( monolog )
Aku yakin Wikana pasti mengetahui dimana Soekarno dan Hatta berada.
Kemudian dia pergi ke rumh laksamana Maeda untuk menanyakan informasi
tentang kekalahan Jepang setibanya di rumah laksamana Maeda.
Ahmad : Laksamana ada yang ingin saya Tanyakan.
Laksamana : Ada apa ?
Ahmad : Apakah benar berita tentang Jepang betul-betul telah menyerah kepada sekutu ?
Laksamana : Ya, itu benar mereka menyerah setelah kota Hirosima dan Nagasaki di Bom atom
oleh sekutu.
Setelah Ahmad mendengar pernyataan dari laksamana dia langsung pergi ke
kantornya di Jl. Prapatan Gambir No:59 dan terkejut melihat ada Wikana di sana.
Ahmad : Wikana, apa kamu tahu soekarno dan Hatta di sembunyikan ?
Wikana : Tidak ( dengan ragu ).
Ahmad : Lalu di mana Soekarno dan Hatta sekarang ?
Wikana : Aku tidak tahu.
Langsung melanjutkan pekerjannya, kemudian Wikana bertemu Jusuf Kunto dan
Pandu Kartawiraguna.
Wikana : Bagaimana Bung Karno dan Bung Hatta.
Jusuf : Masih tidak mau percaya tentang berita kekalahan Jepang.
Tiba-tibanya datang Ahmad Subardjo.
Subardjo : Kalian harus yakin pada saya, kemerdekaan Indonesia akan segera terlaksana
saya sudah punya bukti tentang kekalahan Jepang. Bawa Soekarno-Hatta ke
Jakarta.
Wikana : Tidak, kami tidak mau rencana yang sudah di rencanakan gagal.
Subardjo : Kalian coba pikir, Soekarno-Hatta tidak mau memerdekakan bangsa kita karena
tidak percaya tentang berita kekalahan Jepang. Saya sudah punya bukti yang jelas,
tentang berita itu. Jadi, saya mohon kalian percayakan pada saya.
Wikana : Baiklah, Soekarno dan Hatta kami sembunyikan di rengasdengklok.
Subardjo segera menuju Rengasdengklok. Ia berhasil meyakinkan para pemuda
bahwa proklamasi pasti akan di ucapkan sebelumnya tengah hari keesokan harinya atau
pada tanggal 17 agustus. Para pemuda setuju Sukarno-Hatta di bawa ke Jakarta, dan baru
sampai di Jakarta sekitar pukul 11.00 malam tanggal 16 Agustus
Bung Hatta : Subardjo cepat kamu kumpulkan semua para anggota PPKI yang ada di Jakarta.
Subardjo : Akan di kumpulkan dimana mereka semua Bung ?
Bung Hatta : Kumpulkan saja di Hotel Des Indes !
Subardjo : Baiklah !
Setelah Subardjo menghubungi para anggota PPKI dia langsung pergi menuju
hotel. Namun, karena Hotel Des Indes tidak bersedia menyediakan tempat berapat malam
itu. Atas usaha Subardjo pertemuan itu di pindahkan ke rumah kediaman Maeda di
Nassau Boulevard.

Anda mungkin juga menyukai