Anda di halaman 1dari 76

Kusta

Kusta/ Lepra/ Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit
infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.
[1]
Penyakit ini adalah
tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan
lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.
[2]
Bila tidak ditangani, kusta dapat
sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan
mata.
Sejarah
onon, kusta telah menyerang manusia se!ak "## $%, dan telah dikenal oleh peradaban
&iongkok kuna, %esir kuna, dan 'ndia.
["]
Pada 1((), *rganisasi esehatan +unia ,-.*/
memperkirakan terdapat dua hingga tiga !uta !i0a yang 1a1at permanen karena kusta.
[2]
-alaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan kurang
perlu dan tidak etis, beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai
belahan dunia, seperti 'ndia dan 3ietnam.
Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1(2#-an dengan
diperkenalkannya dapson dan deri4atnya. Bagaimanapun !uga, bakteri penyebab lepra
se1ara bertahap men!adi kebal terhadap dapson dan men!adi kian menyebar. .al ini
ter!adi hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada a0al 1(5#-an dan penyakit ini
pun mampu ditangani kembali.
Ciri-ciri
6esi kulit pada paha.
%anifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan
membran mukosa.
[)]
Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi men!adi 7kusta
tuberkuloid ,'nggris8 paucibacillary/, kusta lepromatosa ,penyakit .ansen multibasiler/,
atau kusta multibasiler ,borderline leprosy/.
usta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering
ditemukan. &erdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun !umlahnya
lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai,
dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. &ipe ini tidak
stabil dan dapat men!adi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.
usta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan
bagian yang tidak berasa ,anestetik/.
usta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris, dermis kulit yang
menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan
hidung ,kongesti nasal/ dan epistaksis ,hidung berdarah/ namun pendeteksian terhadap
kerusakan saraf sering kali terlambat.
&idak se!alan dengan mitos atau keper1ayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan
pembusukan bagian tubuh. %enurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan
bah0a ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan
luka atau lesi. ini, kusta !uga dapat menyebabkan masalah pada penderita 9'+$.
[:]
Penyebab
9rtikel utama untuk bagian ini adalah8 %y1oba1terium leprae
Mycobacterium leprae.
Paket terapi multiobat.
Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta.
[2]
$ebuah bakteri yang tahan asam M.
leprae !uga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi
oleh membran sel lilin yang merupakan 1iri dari spesies Mycobacterium.
[;]
M. leprae
belum dapat dikultur pada laboratorium.
[5]
Patofisiologi
%ekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan
seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara.
[(]
$elain manusia, he0an yang
dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet pemakan kepiting.
[1#]
&erdapat
bukti bah0a tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta,
dan diduga faktor genetika !uga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan
pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat
ter!adi tipe kusta yang berbeda pada setiap indi4idu.
[11]
<aktor ketidak1ukupan gi=i !uga
diduga merupakan faktor penyebab.
Penyakit ini sering diper1aya bah0a penularannya disebabkan oleh kontak antara orang
yang terinfeksi dan orang yang sehat.
[12]
+alam penelitian terhadap insidensi, tingkat
infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari :,2 per 1### per tahun di >ebu,
Philipina
[1"]
hingga )),5 per 1### per tahun di 'ndia $elatan.
[12]
+ua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa
hidung. &elah dibuktikan bah0a kasus lepromatosa menun!ukkan adnaya se!umlah
organisme di dermis kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bah0a
organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. -alaupun terdapat laporan
bah0a ditemukanya bakteri tahan asam di epitel deskuamosa di kulit, -eddel et al
melaporkan bah0a mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis.
[1)]
+alam
penelitian terbaru, ?ob et al menemukan adanya se!umlah M. leprae yang besar di lapisan
keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. .al ini membentuk sebuah
pendugaan bah0a organisme tersebut dapat keluar melalui kelen!ar keringat.
[1:]
Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan oleh $1h@ffer pada 15(5.
[1;]
?umlah dari
bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut $hepard, antara 1#.###
hingga 1#.###.### bakteri.
[15]
Pedley melaporkan bah0a sebagian besar pasien
lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka.
[1(]
+a4ey dan Aees
mengindikasi bah0a sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi
1#.###.### organisme per hari.
[2#]
Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih men!adi tanda tanya. $aat ini
diperkirakan bah0a kulit dan saluran pernapasan atas men!adi gerbang dari masuknya
bakteri. Aees dan %1+ougall telah sukses men1oba penularan kusta melalui aerosol di
men1it yang ditekan sistem imunnya.
[21]
6aporan yang berhasil !uga dikemukakan
dengan pen1obaan pada men1it dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan.
[22]
Banyak ilmu0an yang memper1ayai bah0a saluran pernapasan adalah rute yang paling
dimungkinkan men!adi gerbang masuknya bakteri, 0alaupun demikian pendapat
mengenai kulit belum dapat disingkirkan.
%asa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha
mengukur masa inkubasinya. %asa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa
minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda.
[2"]
%asa inkubasi maksimum
dilaporkan selama "# tahun. .al ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada 4eteran
perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-
endemik. $e1ara umum, telah disetu!ui, bah0a masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah
"-) tahun.
Pengobatan
$ampai pengembangan dapson, rifampin, dan klofa=imin pada 1(2#an, tidak ada
pengobatan yang efektif untuk kusta. Bamun, dapson hanyalah obat bakterisidal
,pembasmi bakteri/ yang lemih terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson
menyebabkan populasi bakteri men!adi kebal. Cada 1(:#an, dapson tidak digunakan lagi.
Pen1arian terhadap obat anti kusta yang lebih baik dari dapson, akhirnya menemukan
klofa=imin dan rifampisin pada 1(:#an dan 1(;#an.
[22]
*bat terapi multiobat kusta.
emudian, $hantaram Da0alkar dan rekannya merumuskan terapi kombinasi dengan
rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan bakteri.
[2)]
&erapi multiobat dan
kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh Panitia 9hli -.* pada
1(51. >ara ini men!adi standar pengobatan multiobat. &iga obat ini tidak digunakan
sebagai obat tunggal untuk men1egah kekebalan atau resistensi bakteri.
&erapi di atas lumayan mahal, maka dari itu 1ukup sulit untuk masuk ke negara yang
endemik. Pada 1(5), kusta masih men!adi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara.
Pada Pertemuan esehatan +unia ,-.9/ ke-22 di ?ene0a, 1((1, menelurkan sebuah
resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2###,
dan berusaha untuk ditekan men!adi 1 kasus per 1##.###. -.* diberikan mandat untuk
mengembangkan strategi penghapusan kusta.
elompok er!a -.* melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1((" dan merekomendasikan
dua tipe terapi multiobat standar.
[2:]
Dang pertama adalah pengobatan selama 22 bulan
untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofa=imin, dan dapson. Dang kedua adalah
pengobatan : bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
$e!ak 1((), -.* memberikan paket obat terapoi kusta se1ara gratis pada negara
endemik, melalui ementrian esehatan. $trategi ini akan be!alan hingga akhir 2#1#.
Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan
pertama.
["]
>ara ini aman dan mudah. !angka 0aktu pemakaian telah ter1antum pada
kemasan obat.
["]
Epidemiologi
+istribusi penyakit kusta dunia pada 2##".
+i seluruh dunia, dua hingga tiga !uta orang diperkirakan menderita kusta.
[2]
'ndia adalah
negara dengan !umlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan %yanmar.
Pada 1(((, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan :2#.###, pada 2###, ;"5.252
kasus ditemukan. Pada 1(((, 1#5 kasus ter!adi di 9merika $erikat. Pada 2###, -.*
membuat daftar (1 negara yang endemik kusta. ;#E kasus dunia terdapat di 'ndia,
%yanmar, dan Bepal. Pada 2##2, ;:".(1; kasus ditemukan di seluruh dunia, dan
menurut -.* pada tahun itu, (#E kasus kusta dunia terdapat di Brasil, %adagaskar,
%o=ambik, &an=ania dan Bepal.
sunting! Kelompok berisiko
elompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik
dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak
bersih, asupan gi=i yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti .'3 yang
dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari
0anita.
Situasi global
$ebagaimana yang dlaporkan oleh -.* pada 11) negara dan teritori pada 2##: dan
diterbitkan di Weekly Epidemiological Record, pre4alensi terdaftar kusta pada a0al tahun
2##: adalah 21(.52: kasus.
[2;]
Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adlaah
2(:.2(( kasus. 9lasan !umlah penemuan tahunan lebih tinggi dari pre4alensi akhir tahun
di!elaskan dengan adanya fakta bah0a proporsi kasus baru yang terapinya selesai pada
tahun yang sama sehingga tidak lagi dimasukkan ke pre4alensi terdaftar. Penemuan
se1ara globa terhadap kasus baru menun!ukkan penurunan.
"abel # menun!ukkan penemuan kasus se1ara global menurun se!ak 2##1. "abel $
menun!ukkan situasi kusta pada enam negara utama.
Kusta
$abtu, 22-#2-2##; 1"8258)1 oleh8 $apto
anal8 esehatan
Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprea yang menyerang syaraf tepi, kulit
dan !aringan tubuh lainnya. uman ini biasanya berkelompok dan hidup dalam sel serta
mempunyai sifat tahan asam ,%"&/. uman ini pertama kali ditemukan pada tahun 15;"
oleh F. .ansen.
%asa belah kuman tersebut lebih lama dibandingkan dengan !enis kuman lainnya, yakni
men1apai 12-21 hari dengan tunas selama 2-) tahun. Penderita kusta dapat
diklasifikasikan men!adi dua tipe yaitu PB ,pausi basiler/ dan %B ,multi basiler/.
Perkembangan penyakit ini dapat ditularkan oleh penderita tipe %B se1ara langsung, baik
melalui pernafasan maupun gesekan kulit.
$elan!utnya kuman ini akan menyerang syaraf tepi pada si penderita, sehingga dia akan
mengalami gangguan fungsi syaraf tepi seperti sensorik, motorik dan otonom. ?ika si
penderita tidak segera diobati akan mengalami 1a1at syaraf tepi yang diakibatkan karena
kuman kusta atau disebabkan oleh peradangan ,neuritis/ se0aktu reaksi lepra.
$erangan terhadap fungsi sensorik akan menyebabkan ter!adinya mati/kurang rasa
,nestasi/ yang selan!utnya akan ter!adi luka pada tangan atau kaki. pada kornea mata akan
mengakibatkan kurang/hilangnya reflek kedip, sehingga mata akan mudah kemasukan
kotoran dan benda-benda asing yang dapat menimbulkan kebutaan. erusakan fungsi
motorik akan mengakibatkan lemah/lumpuhnya otot kaki/tangan, !ari-!ari tangan/kaki
men!adi bengkok ,claw had/ claw toes/.
Pada mata ter!adi kelumpuhan pada otot mata sehingga mata tidak dapat dirapatkan.
Ausaknya fungsi otonom berakibat ter!adinya gangguan pada kelen!ar keringat, kelen!ar
minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit men!adi kering, menebal, mengeras,
dan pe1ah-pe1ah yang pada akhirnya akan membuat si penderita 1a1at seumur hidup.
9da empat tanda pokok ,cardinal signs/ yang ada pada tubuh !ika seseorang ter!angkit
kuman kusta. pertama adanya kelainan kulit dalam hal ini dapat berupa hipopigmentasi
,sema1am panu/ ber1ak-ber1ak merah, infiltrat ,penebalan kulit/ dan nul ,ben!olan/.
&anda lainnya adalah berkurang atau sampai hilangnya rasa pada kelainan kulit tersebut,
ter!adi penebalan syaraf tepi dan adanya kuman tahan asam dalam korekan !aringan kulit
,B&9 positif/. 9da lima hal yang mempermudah ter!adinya reaksi penyakit kusta, yaitu si
penderita sedang dalam keadaan kondisi lemah, kehamilan, sesudah mendapat imunisasi,
malaria dan stres.
Gntuk memutus mata rantai men!alarnya kuman kusta bagi penderita PB sebaiknya
berobat se1ara dini dan teratur. Bamun !ika penderita sudah dalam keadaan 1a1at
permanen, pengobatan hanya dapat men1egah agar !angan ter!adi 1a1at tambahan.
Pengobatan penyakit kusta ditu!ukan untuk mematikan kuman my1oba1terium leprea
sehingga tidak berdaya masuk !aringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit men!adi kurang
efektif dan akhirnya dapat hilang. +engan sendirinya penularan kusta kepada orang lain
!uga men!adi terputus.
.ingga saat ini para ahli kesehatan sudah menemukan enam ma1am obat untuk
mengobati dan meminimalisasi penyebaran kuman kusta di tubuh manusia, salah satunya
adalah ++$ ,diamino diphenyl sulfon/. *bat ini berbentuk tablet ber0arna putih.
*bat lainnya lamprene ,%''(/ atau biasa disebut Clofazimine ber0arna 1oklat dengan
bentuk kapsul. $ifat dari obat ini bakterostik,menghambat pertumbuhan dan antireaksi/.
$elain itu, ada Rifampicin berbentuk kapsul dan mempunyai sifat bakteriosid atau
mematikan kuman kusta. Hfek sampingnya dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan
gin!al, karenanya sebelum diberikan obat ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada hati
dan gin!al si penderita
MEM&H&M) SEL*K %EL*K PE+,&K)" K*S"&
Kusta Dapat Disembuhkan, Bukan Kutukan Tuhan
atau pun Penyakit Keturunan
18 Februari 2009
Surabaya, eHealth. Apa yang akan Anda lakukan apabila menemui
seseorang mengidap Kusta di alan atau di sebuah Rumah !akit"
Respon utama yang terbersit di benak orang#orang umumnya
adalah menghindari$ takut$ merasa iik$ nais$ dan lain sebagainya
karena alasan takut tertular. %ahkan sebagian masyarakat masih
terpatri pada stigma bahwa Kusta atau &epra ini merupakan
sebuah kutukan dari 'uhan dan uga penyakit keturunan. Karena
informasi yang tidak lengkap ataupun pemikiran yang salah
tersebut$ maka pasien Kusta biasanya tidak hanya menghadapi permasalahan dari segi
medis saa$ tetapi uga menghadapi masalah psikososial. %ahkan permasalahan Kusta
ini dapat meluas sampai permasalahan sosial ekonomi$ budaya$ keamanan$ dan
ketahanan sosial. &alu sebenarnya apakah Kusta itu" %enarkah anggapan masyarakat
mengenai Kusta" %erikut &iputan Khusus 'im e(ealth mengenai Kusta.
Sejarah Singkat Kusta
usta berasal dari kata kustha di bahasa $ansekerta, yang berarti kumpulan ge!ala-ge!ala
kulit se1ara umum. Penderita usta sebenarnya telah ditemukan se!ak tahun :## $ebelum
%asehi. Bamun, kuman penyebab penyakit usta, yakni Mycobacterium leprae,
ditemukan pertama kali oleh sar!ana dari Bor0egia F. 9rmauer .ansen pada tahun
15;", maka dari itu usta ini dikenal !uga dengan nama %orbus .ansen, sesuai dengan
penemu kuman penyebab kusta tersebut.
Penyakit ini diduga berasal dari 9frika dan 9sia tengah dan kemudian tersebar melalui
perpindahan penduduk di beberapa belahan dunia, penyebaran penyakit tersebut
umumnya diba0a oleh para pedagang yang melintasi batas negara. $edangkan usta
masuk ke 'ndonesia ini melalui para pedagang dan penyebar agama sekitar abad ke '3-3
oleh orang 'ndia.
Hari Kusta
Penyakit usta !uga diperingati sebagai .ari usta $edunia ,World &eprosy )ay/, yang
a0alnya di inspirasi oleh seorang 0arta0an berkebangsaan Peran1is yang benama Aaoul
<allereau. -arta0an tersebut !uga mengabdikan dirinya untuk memper!uangkan nasib
penderita usta selama "# tahun. Aaoul ber!uang untuk menghilangkan stigma sosial di
masyarakat. $ampai dengan tahun 1()), terdapat 1)# radio dari :# negara yang
menyiarkan kampanye pemberantasan usta. Peristi0a yang ter!adi pada akhir minggu
bulan +esember tahun 1()) ini ditetapkan sebagai .ari usta $edunia.
$ementara itu, di se!umlah negara-negara 9sia termasuk 'ndonesia, peringatan .ari
usta $edunia diperingati pada minggu akhir bulan ?anuari sebagai penghormatan
terhadap !asa-!asa %ahatma Fandhi yang meninggal diakhir bulan ?anuari tersebut.
%ahatma gandhi adalah tokoh pe!uang 'ndia yang menaruh perhatian yang sangat besar
kepada penderita usta, khususnya di 'ndia.
$e!auh ini 'ndonesia memiliki pasien usta terbanyak setelah 'ndia, Bra=il dan %yanmar.
Bamun untuk ota $urabaya sendiri, penyakit ini masih dalam kategori rendah.
Berdasarkan data dari Bidang Pengendalian %asalah esehatan +inas esehatan ota
$urabaya, !umlah kasus baru usta yang terdata pada tahun 2##5 lalu sebanyak 1)(
pasien untuk !enis usta basah atau %B, sedangkan ) orang lainnya mengidap !enis
usta kering. arena penyakit usta merupakan penyakit dengan penyembuhan !angka
pan!ang, maka beberapa diantara pasien tersebut merupakan pasien lama yang sedang
men!alani pengobatan. Gntuk !umlah se1ara keseluruhan, !umlah pasien kusta tahun 2##5
kemarin adalah sebanyak 1(: untuk ota $urabaya.
+i!elaskan oleh dr. 'na 9niati, epala Bidang Pengendalian %asalah esehatan +inas
esehatan ota $urabaya, bah0a umumnya pasien yang mengidap usta di kota
metropolis ini kebanyakan penduduk musiman yang berasal dari luar kota. Penurunan
kasus usta di $urabaya sendiri tidak terlalu signifikan.
IBiasanya !umlah usta turun pada saat a0al-a0al pelatihan petugas Puskesmas
,mengenai penyakit usta, Aed/ sa!a, karena !arangnya kasus tersebut ,di $urabaya, Aed/
maka sering terlupa oleh orang-orang,I tambah dokter alumnus Gni4ersitas 9irlangga
ketika ditemui di kantornya.
Penyebab Kusta
$eperti yang telah tertera di atas, usta yang merupakan penyakit kronis ini disebabkan
oleh infeksi Mycobacterium leprae *M.leprae+. uman ini adalah kuman aerob,
berbentuk batang dengan ukuran 1-5 J, lebar #,2 K #,) J, sifatnya tahan asam sehingga
tidak mudah untuk di0arnai. M.leprae biasanya berkelompok dan ada pula yang tersebar
satu-satu. uman ini hidup dalam sel terutama !aringan yang bersuhu dingin dan tidak
dapat dikultur dalam media buatan.
%asa belah diri kuman kusta ini memerlukan 0aktu yang sangat lama dibandingkan
dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. $ehingga masa tunas pun men!adi lama, yaitu
sekitar 2K) tahun.
uman usta ini pertama kali menyerang saraf tepi, yang selan!utnya dapat menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot,
tulang dan !uga testis, ke1uali susunan saraf pusat. usta yang merupakan penyakit
menahun ini dalam !angka pan!ang dapat menyebabkan anggota tubuh penderita tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Penderita usta kebanyakan dari masyarakat ekonomi menengah keba0ah yang kurang
atau belum memahami arti penting dari kebersihan lingkungan. I&entu sa!a kebersihan
lingkungan pun men!adi faktor lain penyebab usta, selain kuman,I ungkap Prof. dr.
?usuf Barakbah, $p, salah seorang dokter spesialis penyakit ulit elamin di Aumah
$akit +r. $oetomo $urabaya saat dikonfirmasi melalui telepon. 'a menambahkan bah0a
terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah kumuh dan terbatas akan fasilitas air bersih.
$ehingga, setelah kita mengetahui faktor penyebab usta, maka
anggapan masyarakat bah0a usta adalah penyakit kutukan &uhan
dan penyakit keturunan adalah salah.
-enis Kusta
+ari sisi medis, usta diklasifikasikan berdasarkan banyak faktor,
hal tersebut bertu!uan untuk mempermudah 1ara penanganan dari
penyakit kulit ini. Bamun, pada umumnya usta terbagi men!adi
dua, yakni kusta pausibasilar ,PB/ atau kusta tipe kering dan kusta
multibasilar ,%B/ atau kusta tipe basah.
Kusta Pausibasilar .P%/
&anda-tandanya8
Ber1ak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila ber1ak putih tersebut disentuh
dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut.
Permukaan ber1ak kering dan kasar
Permukaan ber1ak tidak berkeringat
Batas ,pinggir/ ber1ak terlihat !elas dan sering ada bintil-bintil ke1il.
usta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan
menyebabkan 1a1at. Gmumnya, orang mengira ber1ak putih seperti tanda-tanda di atas
adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya
orang tersebut telah mengalami usta pada le4el lebih lan!ut. $ehingga, pemeriksaan dan
pengobatan semen!ak dini ke Puskesmas atau pun Aumah $akit terdekat pun sangat
dian!urkan. Pengobatan kusta tipe PB ini 1enderung lebih sebentar daripada tipe basah.
Kusta Multibasilar .M%/
"anda-"andanya0
Ber1ak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan.
&er!adi penebalan dan pembengkakan pada ber1ak.
Pada permukaan ber1ak, sering ada rasa bila disentuh dengan kapas.
Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada 1uping telinga dan
muka.
usta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit tipe kusta tipe
basah ini harus berobat se1ara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh
dokter. Bamun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep
dokter, sehingga selain mereka tidak men!adi lebih baik, mereka pun akan resisten
terhadap obat yang telah diberikan.
Gntuk usta %B ini menular le0at kontak se1ara langsung dan lama. IPenularan ter!adi
apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam !angka pan!ang,I dr. 'na
kembali men!elaskan. $ehingga bagi pasien kusta %B harus segera melakukan
pengobatan, dan melakukan penyembuhan se1ara teratur.
Cacat Kusta
9pabila kita mendengar kata usta, salah satu hal yang terbersit dalam pikiran kita
adalah penyakit yang dapat menyebabkan 1a1at bagian tubuh lebih lagi pada mutilasi
beberapa bagian tubuh tertentu. $eperti halnya penyakit lain, 1a1at tubuh tersebut
sebenarnya dapat di1egah apabila diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan
semen!ak dini. +emikian pula diperlukan pengetahuan berbagai hal yang dapat
menimbulkan ke1a1atan dan pen1egahan ke1a1atan, sehingga tidak menimbulkan 1a1at
tubuh yang tampak menyeramkan.
%enurut -.* ,1(5#/ batasan istilah dalam 1a1at usta adalah8
1. Impairment0 segala kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi yang
bersifat psikologik, fisiologik, atau anatomik, misalnya leproma, ginekomastia,
madarosis, claw hand$ ulkus, dan absorbsi !ari.
2. Dissability0 segala keterbatasan atau kekurangmampuan ,akibat impairment/
untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas kehidupan yang normal bagi
manusia. +issability ini merupakan ob!ekti4itas impairment, yaitu gangguan pada
tingkat indi4idu termasuk ketidakmampuan dalam akti4itas sehari-hari, misalnya
memegang benda atau memakai ba!u sendiri.
". Handicap0 kemunduran pada seorang indi4idu ,akibat impairment atau disability/
yang membatasi atau menghalangi penyelesaian tugas normal yang bergantung
pada umur, seks, dan faktor sosial budaya. (andicap ini merupakan efek penyakit
kusta yang berdampak sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Deformity0 kelainan struktur anatomis
). Dehabilitation0 keadaan/proses pasien usta ,handi1ap/ kehilangan status sosial
se1ara progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman-temannya.
:. Destitution0 dehabilitasi yang berlan!ut dengan isolasi yang menyeluruh dari
seluruh masyarakat tanpa makanan atau perlindungan ,shelter/.

-enis Cacat Kusta
>a1at yang timbul pada penyakit usta dapat dikelompokkan men!adi dua kelompok,
yaitu8
1. elompok pada 1a1at primer, ialah kelompok 1a1at yang disebabkan langsung
oleh akti4itas penyakit, terutama kerusakan akibat respons !aringan terhadap
kuman usta.
2. elompok 1a1at sekunder, 1a1at sekunder ini ter!adi akibat 1a1at primer, terutama
akibat adanya kerusakan saraf ,sensorik, motorik, otonom/. elumpuhan motorik
menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam
atau ber!alan, !uga memudahkan ter!adinya luka. elumpuhan saraf otonom
menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. 9kibatnya kulit mudah retak-
retak dan dapat ter!adi infeksi sekunder.
Pencegahan Cacat Pada Kusta
Pen1egahan 1a1at usta !auh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
penanggulangannya. Pen1egahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas
kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya. +i samping itu perlu
mengubah pandangan yang salah dari masyarakat, antara lain bah0a usta identik
dengan deformitas atau disability.
Gpaya pen1egahan 1a1at terdiri atas8
1. Gntuk Gpaya pen1egahan 1a1at primer, meliputi8
o diagnosis dini
o pengobatan se1ara teratur dan akurat
o diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi
2. Gpaya pen1egahan sekunder, meliputi8
o Pera0atan diri sendiri untuk men1egah luka
o 6atihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk
men1egah ter!adinya kontraktur
o Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar
tidak mendapat tekanan yang berlebihan
o Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi, sehingga pada proses
penyembuhan tidak terlalu banyak !aringan yang hilang
o Pera0atan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami
kelumpuhan otot.

Prinsip yang penting pada pera0atan sendiri untuk pen1egahan 1a1at kusta adalah8
o pasien mengerti bah0a daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko
ter!adinya luka
o pasien harus melindungi tempat risiko tersebut ,dengan ka1a mata, sarung
tangan, sepatu, dll/
o pasien mengetahui penyebab luka ,panas, tekanan, benda ta!am dan kasar/
o pasien dapat melakukan pera0atan kulit ,merendam, menggosok,
melumasi/ dan melatih sendi bila mulai kaku
o penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan
membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka dengan 1ara istirahat

Penularan Kusta
$ampai saat ini penyebab penularan penyakit usta yang pasti masih belum diketahui,
namun para ahli mengatakan bah0a penyakit usta dapat ditularkan melalui saluran
pernafasan dan !uga melalui kulit.
-alau tidak terdapat hukum-hukum pasti penularan usta ini, perlu diketahui bah0a
!alan keluar dari kuman usta ini adalah melalui selaput lendir hidung penderita. Bamun
ada beberapa artikel yang menyatakan bah0a penularan usta ini melalui sekret hidung
penderita yang telah mengering dimana basil dapat hidup 2 -; hari. >ara penularan lain
yang umumnya diungkapkan adalah melalui kulit ke kulit, namun dengan syarat tertentu.
arena tidak semua sentuhan kulit ke kulit itu dapat menyebabkan penularan.
$ampai saat ini masih belum ditemukan 4aksinasi terhadap usta, namun berdasarkan
beberapa sumber, dikatakan bah0a apabila kuman usta tersebut masih utuh bentuknya
maka memiliki kemungkinan penularan lebih besar daripada bentuk kuman yang telah
han1ur akibat pengobatan. $ehingga, perlu ditekankan bah0a pengobatan merupakan
!alan untuk men1egah penularan penyakit usta ini.
Penanggulangan Kusta
&u!uan utama adanya upaya penanggulangan usta adalah memutus mata rantai
penularan untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati, dan menyembuhkan
penderita, serta men1egah timbulnya 1a1at. $alah satu 1ara penanggulangan penyakit
usta yang telah lama dilaksanakan adalah melalui program %+& ,Multi )rug 'herapy/.
Program %+& ini dimulai pada tahun 1(51, yaitu ketika elompok $tudi emoterapi
-.* se1ara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan usta dengan re!imen
kombinasi yang selan!utnya dikenal sebagai re!imen %+&--.*. Ae!imen ini terdiri atas
kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofa=imin. $elain untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan %+& dimaksudkan !uga untuk
mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat ,drop#out rate/
yang 1ukup tinggi pada masa monoterapi dapson. +i samping itu diharapkan !uga %+&
dapat mengeliminasi persistensi kuman usta dalam !aringan. Bamun dalam pelaksanaan
program %+&--.* ada beberapa masalah yang timbul, yaitu adanya persister,
resistensi rifampisin dan lamanya pengobatan terutama untuk kusta %B.
&erdapat !uga beberapa metode penanggulangan usta, yakni metode pemberantasan dan
pengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial,
rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tu!uan akhir dari
rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok
tersendiri. etiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan.
$eperti yang telah diungkapkan di atas, bah0a penyakit usta bukan hanya permasalahan
medis sa!a, namun menyangkut psikis, sosial, budaya, bahkan ekonomi. 9nggapan salah
mengenai penyakit usta tidak akan membantu terputusnya mata rantai penularan kusta.
Bamun, melalui dukungan dan himbauan kepada pasien tersebut lah yang akan
meminimalisir !umlah pasien kusta di satu 0ilayah.
I$egera temui dokter sesaat setelah menemui ber1ak putih di kulit dan mati rasa,I himbau
Prof dr. ?usuf Barakbah, $p. .al tersebut !uga diungkapkan oleh dr. 'na 9niati, bah0a
pasien tidak perlu bingung atau malu untuk memeriksakan dirinya ketika men1urigai ada
ber1ak putih mati rasa di kulit. $eluruh Puskesmas, terutama di ota $urabaya, dapat
melayani permasalahan tersebut. $emakin dini diatasi maka semakin ke1il kemungkinan
penularan. usta tidak menular, apabila kita peduli dan memiliki niat kuat untuk
menanggulanginya..fie/
L&P12&+ K&S*S
SM3 PE+,&K)" K*L)" 4&+ KEL&M)+
)5)4E+")"&S PE+4E2)"&
))5&+&M+ES)S
1. Keluhan Utama
Ber1ak kemerahan pada pipi dan tidak terasa raba
1. Riwayat Penyakit Sekarang
$e!ak 2 tahun yang lalu, penderita mengeluh mun1ulnya ber1ak kemerahan pada
punggung, timbul mendadak dan terasa gatal. arena dianggap sebagai panu,
penderita membiarkannya. &idak lama kemudian mun1ul ber1ak yang sama di
bagian dada dan tangan. Fatal namun tidak terasa nyeri. $elain itu mun1ul
ben!olan pada 1uping telinga kiri. 6ama-kelamaan ber1ak mena!di semakin
banyak dan penderita mengeluh tidak dapat merasakan apa-apa ketika ber1ak
tersebut disentuh. Penderita kemudian berobat ke A$G+ Balung dan dibilang
sakit kulit. Penderita diberi obat kapsul " ma1am dan pil 2 ma1am. Penderita lupa
nama obatnya. $etelah minum obat tersebut, penderita merasa sakitnya berkurang.
arena merasa sudah sembuh, penderita menghentikan minum obat dan tidak
kontrol. $ekitar 1 bulan yang lalu mun1ul ber1ak kemerahan di leher dan ber1ak
putih di kaki disertai dengan bengkak pada punggung kaki kanan. emudian
Pasien berobat ke Puskesmas 6o!e!er dan diberi obat satu gren!eng 0arna putih
dan 1oklat diminum 1L perhari. $emakin lama ber1ak men!adi semakin banyak
dan pasien mengeluh kulitnya terasa tebal. arena merasa takut, penderita
akhirnya berobat ke A$G+ dr. $*HB9B+' ?ember.
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
1. Riwayat Penyakit Keluarga
eluarga yang tinggal bersama pasien saat ini tidak ada yang menderita penyakit
seperti ini.
1. Riwayat Pengobatan
Pernah berobat ke A$G+ Balung dan Puskesmas namun pasien tidak tahu nama
obatnya.
1. Riwayat Alergi
Pasien tidak punya ri0ayat alergi obat maupun makanan, dan pasien tidak pernah
melakukan pemeriksaan alergi sebelumnya.
)))5PEME2)KS&&+ 3)S)K
1. Status Generalis
esadaran8 komposmentis
eadaan Gmum8 baik
epala/6eher8 dalam batas normal
&horak
>or8 $1$2 tunggal, lain-lain dalam batas normal
Pulmo8 3esikuler, Ah-/-, -h -/-, lain-lain dalam batas normal
9bdomen8 $oepel, bising usus ,M/, lain-lain dalam batas normal
Hkstremitas8 dalam batas normal
Fenitalia8 dalam batas normal
1. Status Lokalis
2egio Effloresensi
<asialis %akula hiperpigmentasi dengan hipoanestesi,
batas tegas, plakat, permukaan halus
9uri1ularis >uping telinga menebal, iktiosis, simetris
bilateral
&orakalis %akula hiperpigmentasi, numular, batas
tegas, menyebar, hipoanestesi
9mtebra1hii deLtra/sinistra et dosrum
manus
%akula hiperpigmentasi dengan hipoanestesi,
numular sampai plakat, batas tegas, iktiosis,
skuama kasar
>ruris *edema, eritematus, hangat pada perabaan,
iktiosis
+orsum et plantar pedis *edema eritematus, iktiosis, ulserasi
Pemeriksaan "ambahan
Pemeriksaan saraf tepi
B. 9uri1ularis magnus8 menebal +/$ ,M/, nyeri +/$ ,-/
B. Glnaris8 menebal +/$ ,-/, nyeri +/$ ,-/
B. Peroneus lateralis8 menebal +/$ ,-/, nyeri +/$ ,-/
<ungsi saraf tepi
a.$ensorik
$ensasi raba8 terganggu di dalam lesi dan tidak di luar lesi
$ensasi nyeri8 terganggu pada lesi
$ensasi suhu8 terganggu di dalam lesi
b.%otorik
%ata8 lagoftalmus ,M/
Hkstremitas superior8 tahanan sedang
Hkstremitas inferior8 tahanan sedang
1.*tonom
ulit tampak kering dan retak-retak ,fisura/, ekstremitas inferior tampak oedema
Pemeriksaan komplikasi
A. <asialis8 <as1ies leonina ,-/, madarosis ,-/, saddle nose ,-/, lagoftalmus ,M/
Pemeriksaan bakteriologis
B' N M2,%'N -
)652ES*ME
$e!ak 2 tahun yang lalu pasien mengeluh ber1ak kemerahan, bera0al dari punggung yang
kemudian men!alar ke seluruh tubuh. Pasien merasa pada ber1ak tersebut terasa menebal
dan tidak terasa apa-apa ketika disentuh. aki bengkak ber0arna merah kehitaman,
terasa nyeri pada punggung kaki dan pada telapak kaki terasa tebal. Pada pemeriksaan di
regio pedis didapatkan oedema eritematus pada dorsum pedis dan ulserasi pada plantar
pedis. Pada seluruh tubuh didapatkan makula hiperpigmentasi, batas tegas, sentral
healing ,-/, tepi sedikit meninggi, iktiosis dan terdapat penebalan 1uping telinga bilateral.
Pada pemeriksaan tambahan didapatkan tes sensibilitas ,-/ penebalan B. 9urikularis
magnus. Bakteriologi indeks M2 dan morfologi indeks ,-/.
654)&7+1S)S %&+4)+7
1. Ptiriasis alba
2. Ptiriasis rosea
6)54)&7+1S)S KE2-&
%orbus .ansen tipe %ultibasiler
6))5PE+&"&L&KS&+&&+
1. Nonmedikamentosa
a.%en!elaskan pada pasien bah0a penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi
pengobatan akan berlangsung lama, antara 12-15 bulan, untuk itu pasien harus
ra!in mengambil obat di puskesmas dan tidak boleh putus obat.
b.?ika dalam masa pengobatan, tiba-tiba badan pasien men!adi demam, nyeri di
seluruh tubuh, disertai ber1ak-ber1ak kemerahan, maka harus segera men1ari
pertolongan ke saranan pelayanan kesehatan.
1.Penyakit ini mengganggu syaraf sehingga mungkin akan ter!adi ke1a1atan !ika
tidak ada tindakan pen1egahan. Pen1egahan
o>u1i tangan dan kaki setiap sesudah beker!a dengan sabun, terutama yang
banyak mengandung pelembab, bukan detergen.
oAendam !ari kaki/tangan sekitar 2# menit dengan air dingin. 9pabila kulit
sudah lembut, gosok kaki dengan busa agar kulit kering terkelupas.
oGntuk menambah kelembaban dapat diolesin minyak ,baby oil/.
o$e1ara teratur periksa kaki, apakah ada luka, kemerahan atau nyeri dan
segera men1ari pertolongan medis.
oProteksi !ari tangan dan kaki, misalnya memakai sepatu, hindari ber!alan
!auh atau menghindari bersentuhan dengan benda-benda ta!am
1. Medikamentosa
&erapi %+&-%B ,Aifampisin, 6ampren, dan ++$/ selama 12-15 bulan.
6)))5P217+1S)S
Pada umumnya baik, hanya !ika pasien mampu mengikuti program se1ara teratur..
2E3LEKS) K&S*S
PEME2)KS&&+ 4&+ "E2&P) M12%*S H&+SE+
)5S)+1+)M
%orbus .ansen !uga dikenal dengan nama lepra, penyakit kusta, leprosy, .ansenOs
disease, dan .anseniasis.
))54E3)+)S)
Penyakit kusta ,Penyakit .ansen/ adalah infeksi granulomatuosa kronik pada
manusia yang menyerang !aringan superfisial, terutama kulit dan saraf perifer ,<au1i,
2##5/. 'stilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan
ge!ala-ge!ala kulit se1ara umum. Penyakit kusta disebut !uga %orbus .ansen, sesuai
dengan nama yang menemukan kuman yaitu +r. Ferhard 9rmau0er .ansen pada tahun
15;2 sehingga penyakit ini disebut %orbus .ansen ,Pulkifli, 282##"/.
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah
yang sangat kompleks. %asalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi
meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta pada umumnya sering di!umpai di negara-negara yang sedang
berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang baik dan memadai kepada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini
masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. .al ini
disebabkan masih kurangnya pengetahuan/pengertian, keper1ayaan yang keliru terhadap
kusta dan 1a1at yang ditimbulkannya ,.is0ani, 182##1/.
)))5E")1L17)
%ikobakteriae merupakan kelompok bakteri berbentuk basil, bersifat aerob yang
tidak membentuk spora. %eskipun mereka tidak ter0arnai dengan baik, segera setelah
di0arnai mereka mempertahankan dekolorisasi oleh asam atau alkohol, oleh karena itu
dinamakan basil Q1epat asamI ,Brooks, 2)"82##)/. %y1oba1terium leprae merupakan
agen 1ausal pada lepra. uman ini berbentuk batang tahan asam yang termasuk familia
Mycobacteriaeceae atas dasar morfologik, biokimia, antigenik, dan kemiripan genetik
dengan mikobakterium lainnya ,'sselba1her, 5#581(((/.
Bentuk bentuk kusta yang dapat kita lihat diba0ah mikroskop adalah bentuk utuh,
bentuk pe1ah K pe1ah , fragmented /, bentuk granular , granulated /, bentuk globus dan
bentuk clumps. Bentuk utuh , diman dinding selnya masih utuh, mengambil =at 0arna
merata, dan pan!angnya biasanya empat kali lebarnya. Bentuk pe1ah K pe1ah, dimana
dinding selnya terputus sebagian atau seluruhnya dan pengambilan =at 0arna tidak
merata. Bentuk granular, dimana kelihatan seperti titik K titik tersusun seperti garis lurus
atau berkelompok. Bentuk globus, dimana beberapa bentuk utuh atau fragmented atau
granulated mengandung ikatan atau berkelompok K kelompok. elompok ke1il adalah
kelompok yang terdiri dari 2# K :# B&9 sedangkan kelompok besar adalah kelompok
yang terdiri dari 2## K "## B&9. Bentuk clumps, dimana beberapa bentuk granular
membentuk pulau K pulau tersendiri dan biasanya lebih dari )## B&9 ,-ahyuni, 2-
)82##(/.
)65EP)4EM)1L17)
85# 4istribusi Menurut 7eografi
+ari gambar di atas dapat dilihat bah0a sebagian besar kasus lepra ter!adi pada
0ilayah dengan iklim tropis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari -.* pada akhir tahun 2##: didapatkan
!umlah pasien kusta yang teregistrasi sebanyak 222.;2; penderita. +ari data tersebut
didapatkan !umlah pasien terbanyak dari benua 9sia dengan !umlah pasien yang terdaftar
sebanyak 11:.::" dan dari data didapatkan 'ndia merupakan negara dengan !umlah
penduduk terkena kusta terbanyak dengan !umlah 52.(#1 penderita. Bamun %i1ronesia
<. $ merupakan negara dengan !umlah rata-rata pre4alensi per 1#.### penduduk
terbanyak di dunia, yaitu dengan (,:2 per 1#.### !umlah penduduk. $ementara 'ndonesia
pada 2##: ter1atat memiliki !umlah penderita sebanyak 22.1;) ,-.*/. Pada Poli ulit
dan elamin A$G+ dr. $*HB9B+', ?ember dari tahun 1((( sampai tahun 2##1
didapatkan !umlah pasien sebanyak 12# penderita, dengan ;2 pasien dengan tipe
multibasiler dan :: kasus dengan tipe pausibasiler ,Hrlan. ?.$. et all, 2182##"/.
85$ 4istribusi Menurut 9aktu
$eperti terlihat pada tabel di ba0ah, ada 1; negara yang melaporkan 1.### atau
lebih kasus baru selama tahun 2##). &u!uh belas negara ini memiliki kontribusi (2E dari
seluruh kasus baru di dunia ,+epkes, ;82##:/.
+ari tabel terlihat bah0a se1ara global ter!adi penurunan penemuan kasus baru,
akan tetapi se!ak tahun 2##2 pada berbagai negara ter!adi peningkatan kasus baru seperti
di Aepublik +emokrasi ongo, 'ndonesia, dan <ilipina ,+epkes A', ;82##:/
&abel Penemuan kasus baru di 1; negara dengan !umlah pasien kusta terbanyak
+o5 +egara
-umlah kasus baru ditemukan
#::( $;;$ $;;( $;;8 $;;<
1 9ngola ""( 2.;2; 2.("" 2.1#( 1.5;;
2 Bangladesh :.(2" (.522 5.;12 5.222 ;.552
" Bra=il "2.2") "5.":) 2(.2#: 2(."52 "5.21#
2 >hina ".;)) 1.:2: 1.2#2 1.2(( 1.:)5
) +. A. >ongo ".(2; ).#"; ;.1:) 11.;51 1#.;";
: Hgypt 1.#22 1."15 1.212 1.21: 1.1"2
; Hthiopati 2.#(# 2.:"2 ).1(" 2.;5; 2.:(5
5 'ndia 2):.### 2;".:)5 ":;.12" 2:#.#:" 1:1.2);
( 'ndonesia 12.:"5.;2# 12.";; 12.:21 1:.)2( 1(.:()
1# %adagas1ar ;2# ).252 ).1#2 ".;1# 2.;#(
11 %o=ambiRue 1.("# ).5"# ).(#; 2.2:: ).";1
12 %yanmar 12.#15 ;."5: ".5#5 ".;25 ".);1
1" Bepal :.1)2 1".5"# 5.#2: :.()5 :.1)#
12 Bigeria 2."51 ).#;5 2.;(( ).2;: ).#22
1) Philippines ".222 2.2;( 2."(; 2.2)2 ".1"#
1: $ri 6anka (22 2.212 1.()2 1.(() 1.(22
1; G.A.*f &an=ania 2.;"1 :.2(; ).2;( ).1(# 2.2";
-umlah
<<<5(;=
.:8>/
<::5:8<
.:=>/
8:<5;=8
.:'>/
(?:5;$=
.:<>/
$=:5''8
.:8>/
-umlah 7lobal <:;5:(( '$;5'(? <#85=#? 8;=5=:# $:'58::
.
85( 4istribusi Menurut 3aktor Manusia
a5 Etnik atau Suku
e!adian penyakit kusta menun!ukkan adanya perbedaan distribusi dapat dilihat
karena faktor geografi. Bamun !ika diamati dalam satu negara atau 0ilayah yang sama
kondisi lingkungannya ternyata perbedaan distribusi dapat ter!adi karena faktor etnik.
+i %yanmar ke!adian kusta lepromatosa lebih sering ter!adi pada etnik Burma
dibandingkan dengan etnik 'ndia. $ituasi di %alaysia !uga mengindikasikan hal yang
sama8 ke!adian kusta lepromatosa lebih banyak pada etnik >hina dibandingkan etnik
%elayu atau 'ndia. +emikian pula dengan ke!adian di 'ndonesia etnik %adura dan Bugis
lebih banyak menderita kusta dibandingkan etnik ?a0a atau %elayu ,+epkes A', 582##:/.
b5 3aktor Sosial Ekonomi
$udah diketahui bah0a faktor sosial ekonomi berperan penting dalam ke!adian
kusta. .al ini terbukti pada negara-negara di Hropa. +engan adanya peningkatan sosial
ekonomi, maka ke!adian kusta sangat 1epat menurun, bahkan hilang. asus kusta imor
pada negara tersebut ternyata tidak menularkan kepada orang yang sosial ekonomi tinggi.
egagalan kasus kusta impor untuk menularkan pada kasus kedua di Hropa !uga
disebabkan karena tingkat sosial ekonomi yang tinggi ,+epkes A', 582##:/.
c5 4istribusi Menurut *mur
ebanyakan penelitian melaporkan distribusi penyakit kusta menurut umur
berdasarkan pre4alensi, hanya sedikit yang berdasarkan insiden, kaena pada saat
timbulnya penyakit sangat sulit diketahui. +engn kata lain ke!adian penyakit sering
terkait pada umur pada saat timbulnya penyakit. Pada penyakit kronik seperti kusta,
informasi berdasarkan data pre4alensi dan data umur pada saat timbulnya penyakit
mungkin tidak menggambarkan resiko spesifik umur. usta diketahui ter!adi pada semua
umur berkisar antara bayi sampai umur tua ," minggu sampai lebih dari ;# tahun/.
Bamun yang terbanyak adalah pada usia muda dan produktif ,+epkes A', 582##:/.
d5 4istribusi Menurut -enis Kelamin
usta dapat mengenai laki-laki dan perempuan. %enurut 1atatan sebagian besar
negara di dunia ke1uali di beberapa negara di 9frika menun!ukkan bah0a laki-laki lebih
banyak terserang dibandingkan 0anita. Aelatif rendahnya ke!adian kusta pada perempuan
kemungkinan karena faktor lingkungan atau faktor biologi. $eperti kebanyakan penyakit
menular lainnya, laki-laki lebih banyak terpapar dengan faktor resiko akibat gaya
hidupnya ,+epkes A', 582##:/.
858 3aktor-faktor yang Menentukan "erjadinya Penyakit Kusta
a5 Sumber Penularan
.anya manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap sebagai sumber
penularan 0alaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse, dan pada
telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelen!ar thymus ,+epkes A', (82##:/.
b5 Cara Keluar dari Pejamu .Host/
%ukosa hidung telah lama dikenal sebagai sumber dari kuman. $uatu kerokan
hidung dari penderita tipe 6epromatous yang tidak diobati menun!ukkan !umlah kuman
sebesar 1#-1#. +an telah terbukti bah0a saluran napas bagian atas dari penderita tipe
6epromatous merupakan sumber kuman yang terpenting dalam lingkungan ,+epkes A',
(82##:/.
c5 Cara Penularan
uman kusta mempunyai masa inkubasi selama 2-) tahun, akan tetapi dapat !uga
bertahun-tahun. Penularan ter!adi apabila M. leprae yang utuh ,hidup/ keluar dari tubuh
penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui se1ara pasti bagaimana
1ara penularan penyakit kusta. $e1ara teoritis penularan ini dapat ter!adi dengan 1ara
kontak yang lama dengan penderita. Penderita yang sudah minum obat sesuai dengan
regimen -.* tidak men!adi sumber penularan bagi orang lain ,+epkes A', 1#82##:/.
d5 Cara Masuk ke Pejamu
&empat masuk kuman kusta ke dalam tubuh pe!amu sampai saat ini belum dapat
dipastikan. +iperirakan 1ara masuknya adalah melalui saluran pernapasan bagian atas
dan melalui kontak kulit yang tidak utuh ,+epkes A', 1#82##:/.
e5 Pejamu
.anya sedikit orang yang akan ter!angkit kusta setelah kontak dengan penderita,
hal ini disebabkan karena adanya imunitas. M. leprae termasuk kuman obligat
intraseluler dan sistem kekebalan yang efektif adalah sistem kekebalan seluler. <aktor
fisiologik seperti pubertas, menopause, kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi
dapat meningkatkan perubahan klinis penyakit kusta. +ari studi keluarga kembar
didapatkan bah0a faktor genetik mempengaruhi tipe penyakit yang berkembang setelah
infeksi ,+epkes A', 1#82##(/.
$ebagian besar ,()E/ manusia kebal terhadap kusta, hampir sebagian ke1il ,)E/
dapat ditulari. +ari )E yang tertular tersebut, sekitar ;#E dapat sembuh sendiri dan
hanya "#E yang dapat men!adi sakit ,+epkes A', 1#82##:/.
65P&"17E+ES)S
%asuknya %.6eprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh 9P> ,9ntigen
Presenting >ell/ dan melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. $ignal
pertama adalah tergantung pada &>A- terkait antigen ,'CR , ' cell receptor/ yang
dipresentasikan oleh molekul %.> pada permukaan 9P> sedangkan signal kedua adalah
produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul kostimulator 9P> yang
berinteraksi dengan ligan sel & melalui >+25. 9danya kedua signal ini akan
mengakti4asi &o sehingga &o akan berdifferensiasi men!adi &h1 dan &h2. 9danya &B< S
dan '6 12 akan membantu differensiasi &o men!adi &h1 ,-ahyuni, :82##(/.
&h 1 akan menghasilkan '6 2 dan '<B T yang akan meningkatkan fagositosis
makrofag, fenolat glikolipid ' yang merupakan lemak dari %.leprae akan berikatan
dengan >" melalui reseptor >A1,>A",>A2 pada permukaannya lalu akan difagositosis/
dan proliferasi sel B. $elain itu, '6 2 !uga akan mengaktifkan >&6 lalu >+5M.+i dalam
fagosit, fenolat glikolipid ' akan melindungi bakteri dari penghan1uran oksidatif oleh
anion superoksida dan radikal hidroksil yang dapat menghan1urkan se1ara kimia0i.
arena gagal membunuh antigen maka sitokin dan growth factors akan terus dihasilkan
dan akan merusak !aringan akibatnya makrofag akan terus diaktifkan dan lama kelamaan
sitoplasma dan organella dari makrofag akan membesar, sekarang makrofag seudah
disebut dengan sel epiteloid dan penyatuan sel epitelioid ini akan membentuk granuloma
,-ahyuni, :-;82##(/.
&h2 akan menghasilkan '6 2, '6 1#, '6 ), '6 1". '6 ) akan mengaktifasi dari
eosinofil. '6 2 dan '6 1# akan mengaktifasi dari makrofag. '6 2akan mengaktifasi sel B
untuk menghasilkan 'gF2 dan 'gH. '6 2 , '61#, dan '6 1" akan mengaktifasi sel mast
,-ahyuni, ;82##(/.
$ignal ' tanpa adanya signal '' akan menginduksi adanya sel & anergi dan tidak
terakti4asinya 9P> se1ara lengkap akan menyebabkan respon ke arah &h2. Pada
&uberkoloid 6eprosy, kita akan melihat bah0a &h 1 akan lebih tinggi dibandingkan
dengan&h2 sedangkan pada 6epromatous leprosy, &h2 akan lebih tinggi dibandingkan
dengan &h1,-ahyuni, ;82##(/.
9P> pada kulit adalah sel dendritik dimana sel ini berasal dari sum K sum tulang
dan melalui darah didistribusikan ke !aringan non limfoid. $el dendritik merupakan 9P>
yang paling efektif karena letaknya yang strategis yaitu di tempat K tempat mikroba dan
antigen asing masuk tubuh serta organ K organ yang mungkin dikolonisasi mikroba. $el
denritik dalam hal untuk beker!a harus terlebih dulu diaktifkan dari '+> men!adi +>. 'd1
akan diaktifkan oleh adanya peptida dari %.> pada permukaan sel, selain itu dengan
adanya molekul kostimulator >+5:/B;2, >+5#/B;.1, >+"5 dan >+2#. $etelah +>
matang, +> akan pindah dari !aringan yang inflamasi ke sirkulasi limfatik karena adanya
ekspresi dari >>A; , reseptor kemokin satu K satunya yang diekspresikan oleh +>
matang/. %. 6eprae mengakti4asi +> melalui &6A 2 K &6A 1 heterodimer dan
diasumsikan melalui triacylated lipoprotein seperti 1( kda lipoprotein. &6A 2
polimorfisme dikaitkan dengan meningkatnya kerentanan terhadap leprosy ,-ahyuni,
582##(/.
<5# Patogenesis Kerusakan Saraf pada Pasien Kusta
%.6eprae memiliki bagian - domain of e.tracellular matriks protein laminin /
yang akan berikatan dengansel s1h0aan melalui reseptor dystroglikan lalu akan
mengaktifkan %.> kelas '' setelah itu mengaktifkan >+2M. >+2M akan mengaktifkan
&h1 dan &h2 dimana &h1 dan &h2 akan mengaktifkan makrofag. %akrofag gagal
memakan %. 6eprae akibat adanya fenolat glikolipid ' yang melindunginya di dalam
makrofag. etidakmampuan makrofag akan merangsang dia beker!a terus K menerus
untuk menghasilkan sitokin dan F< yang lebih banyak lagi. $itokin dan F< tidak
mengenelai bagian self atau nonself sehingga akan merusak saraf dan saraf yang rusak
akan diganti dengan !aringan fibrous sehingga ter!adilah penebalan saraf tepi. $el
s1h0ann merupakan 9P> non professional ,-ahyuni, 582##(/.
<5$ Patogenesis reaksi Kusta
Aeaksi kusta adalah suatu episode akut dalam per!alan kronis penyakit kusta yang
dianggap sebagai suatu kela=iman atau bagian dari komplikasi penyakit kusta. 9da dua
tipe reaksi dari kusta yaitu reaksi kusta tipe ' dan reaksi kusta tipe ''. Aeaksi kusta tipe '
sering disebut reaksi lepra non nodular merupakan reaksi hipersensitifitas tipe '3
, +elayed &ype .ipersensiti4ity Aea1tion /. Aeaksi tipe ' sering kita !umpai pada B& dan
B6. %. 6eprae akan berinteraksi dengan limfosit & dan akan mengakibatkan perubahan
sistem imunitas selluler yang 1epat. .asil dari reaksi ini ada dua yaitu upgrading
reaction 0 re1ersal reaction , dimana ter!adi pergeseran ke arah tuberkoloid , peningkatan
sistem imunitas selluler/ dan biasanya ter!adi pada respon terhadap terapi, dan
downgrading, dimana ter!adi pergeseran ke arah lepromatous , penurunan sistem
imunitas selluler/ dan biasanya ter!adi pada a0al terapi ,-ahyuni, 582##(/.
Aeaksi kusta tipe '' adalah hipersensiti4itas humoraltepatnya hipersensiti4itas tipe
'''. Aeaksi tipe dua sering !uga disebut eritema nodosum lepromatous. Aeaksi ini sering
ter!adi pada pasien 66. %. 6epraeakan berinteraksi dengan antibodi membentuk
kompleks imun dan mengendap pada pembuluh darah. omplemen akan berikatan pada
komples imun dan merangsang netrofil untuk menghasilkan en=im lisosom. Hn=im
lisosom akan melisis sel ,-ahyuni, 582##(/.
6)57ambaran Klinis
eluhan utama biasanya sebagai akibat kelainan saraf tepi, yang dalam hal ini
dapat berupa ber1ak pada kulit yang mati rasa, rasa tebal, kesemutan, kelemahan otot-otot
dan kulit kering akibat gangguan pengeluaran kelen!ar keringat. Fe!ala klinis yang ter!adi
dapat berupa kelainan pada saraf tepi, kulit, rambut, otot, tulang, mata, dan testis.
lasifikasi kusta menurut Aidley dan ?opling8
1. &ipe &uberkuloid ,&&/
6esi ini mengenai baik kulit maupun syaraf, !umlah lesi bisa satu atau beberapa,
dapat berupa makula atau plakat yang berbatas !elas dan pada bagian tengah dapat
ditemukan lesi yang regresi atau 1entral healing. Permukaan lesi dapat bersisik dengan
tepi yang meninggi, bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasis atau tinea sirsinata.
+apat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahan otot, dan sedikit
rasa gatal. &idak adanya kuman merupakan tanda terdapatnya respon imun pe!amu yang
adekuat terhadap kuman kusta.
2. &ipe Borderline &uberkuloid ,B&/
6esi pada tipe ini menyerupai tipe &&, yakni berupa makula atau plakat yang
sering disertai lesi satelit di tepinya. ?umlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapi
gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak se!elas tipe &&. 9danya
gangguan saraf tidak seberat tipe && dan biasanya asimetris. 6esi satelit biasanya ada dan
terletak dekat saraf perifer yang menebal.
". &ipe %id Borderline ,BB/
%erupakan tipe yang paling tidak stabil, disebut !uga sebagai bentuk dismorfik
dan !arang di!umpai. 6esi sangat ber4ariasi, dapat berbentuk makula infiltratif,
permukaan lesi dapat mengkilap dan batas lesi kurang !elas. >iri khasnya adalah lesi
pun1hed out, yaitu, suatu lesi hipopigmentasi dengan bagian tengah o4al dan berbatas
!elas.
2. &ipe Borderline 6epromatosus ,B6/
$e1ara klasik lesi dimulai dengan makula, a0alnya sedikit dan dengan 1epat
menyebar ke seluruh badan. -alaupun masih ke1il, papul dan nodul lebih tegas dengan
distribusi lesi yang hampir simetris dan beberapa nodul nampaknya melekuk pada bagian
tengah. 6esi bagian tengah sering tampak normal dengan infiltrasi di pinggir dan
beberapa tampak seperti pun1hed out. &anda-tanda kerusakan saraf lebih 1epat mun1ul
dibandingkan dengan tipe 66.
). &ipe 6epromatous 6eprosy
?umlah lesi pada tipe ini sangat banyak, simetris, permukaan halus, lebih
eritematus, berkilap, berbatas tidak tegas, dan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi
dan anhidrosis. +istribusi lesi khas, yakni di daerah 0a!ah, mengenai dahi, pelipis, dagu,
1uping telinga; sedangkan di badan mengenai bagian badan yang dingin, seperti lengan,
punggung tangan, dan ekstensor tungkai. Pada stadium lan!ut, tampak penebalan kulit
yang progresif, 1uping telinga menebal, fa1ies leonina, madarosis, iritis, keratitis,
deformitas pada hidung, pembesaran kelen!ar limfe, dan orkitis yang selan!utnya dapat
men!adi atrofi testis.erusakan saraf yang luas menyebabkan ge!ala sto1king and glo4e
anesthesia dan pada stadium lan!ut serabut-serabut saraf perifer mengalami degenerasi
hialin atau fibrosis yang menyebabkan anastesi dan penge1ilan otot tangan dan kaki.
lasifikasi menurut Aidley dan ?opling
Sifat
Lepromatous
Leprosy .LL/
%orderline
Lepromatous .%L/
Mid %orderline .%%/
Lesi
Bentuk %akula, 'nfiltrat %akula, Plakat, Papul Plakat, +ome $haped
+ifus, Papul, Bodul ,ubah/, Pun1hed *ut
?umlah
&idak terhitung,
praktis tidak ada kulit
sehat
$ukar dihitung, masih
ada kulit sehat
+apat dihitung, kulit
sehat !elas ada
+istribusi $imetris .ampir $imetris 9simetris
Permukaan .alus Berkilat .alus Berkilat 9gak asar/berkilat
Batas &idak ?elas 9gak ?elas 9gak ?elas
9nastesia Biasanya &ak ?elas &ak ?elas 6ebih ?elas
%"&
6esi ulit Banyak ,ada globus/ Banyak 9gak Banyak
$ekret .idung Banyak ,ada globus/ Biasanya Begatif Begatif
"es Lepromin Begatif Begatif Biasanya Begatif
Bamun ada !uga tipe kusta yang tidak termasuk dalam klasifikasi Aidley dan
?opling, tetapi diterima se1ara luas oleh para ahli kusta, yaitu tipe 'ntermediate ,'/. 6esi
biasanya berupa makula hipopigmentasi dengan sedikit sisik dan kulit disekitarnya
normal. 6okasi biasanya di bagian ekstensor ekstremitas, bokong atau muka, kadang-
kadang dapat ditemukan makula hipostesia atau sedikit penebalan saraf.
+eformitas dapat ter!adi pada kusta. Pada kusta sesuai patofisiologinya ada dua
yaitu primer dan sekunder. +eformitas primer sebagai akibat langsung oleh granuloma
yang terbentuk sebagai reaksi terhadap %.leprae, yang mendesak dan merusak !aringan
disekitarnya, yaitu kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang K tulang !ari, dan
0a!ah. +eformitas sekunder ter!adi sebagai akibat kerusakan saraf, umumnya deformitas
diakibatkan keduanya, tetapi terutama karena kerusakan saraf.
Fe!ala kerusakan saraf pada ner4us ulnaris adalah anestesia pada u!ung !ari
anterior kelingking dan !ari manis, 1la0ing kelingking dan !ari manis, dan atrofi
hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial. Pada B.medianus
adalah anestesia pada u!ung !ari bagian anterior ibu !ari, telun!uk, dan !ari tengah, tidak
mampu aduksi ibu !ari, 1la0ing ibu !ari, telun!uk, dan !ari tengah, ibu !ari kontraktur, dan
!uga atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral. Pada B.radialis adalah anestesi
dorsum manus, serta u!ung proksimal !ari telun!uk, tangan gantung ,wrist drop/ dan tak
mampu ekstensi !ari K !ari atau pergelangan tangan. Pada B. Poplitea lateralis adalah
anestesi tungkai ba0ah, bagian lateral dan dorsum pedis, kaki gantung ,foot drop/ dan
kelemahan otot peroneus. Pada B.tibialis posterior adalah anestesi telapak kaki, claw toes
, dan paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis. Pada B. <asialis adalah 1abang
temporal dan =igomatik menyebabkan lagoftalmus dan 1abang bukal, mandibular serta
ser4ikal menyebabkan kehilangan ekspresi 0a!ah dan kegagalan mengatupkan bibir. Pada
B.trigeminus adalah anestesi kulit 0a!ah, kornea dan kon!ungti4a mata.
erusakan mata pada kusta dapat primer dan sekunder. Primer mengakibatkan
alopesia pada alis mata dan bulu mata, !uga dapat mendesak !aringan mata lainnya.
$ekunder disebabkan oleh rusaknya B.fasialis yang dapat membuat paralisis
B.orbitkularis palpebrarum sebagian atau seluruhnya, mengakibatkan lagoftalmus yang
selan!utnya, menyebabkan kerusakan bagian K bagian mata lainnya. $e1ara sendirian atau
bersama K sama akan menyebabkan kebutaan.
'nfiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri atas !aringan keringat,
kelen!ar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit kering dan alopesia. Pada
tipe lepromatous dapat timbul ginekomastia akibat gangguan keseimbangan hormonal
dan oleh karena infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus testis.
usta histioid, merupakan 4ariasi lesi pada tipe lepromatous yang titandai dengan
adanya nodus yang berbatas tegas, dapat !uga berbentuk nodus yang berbatas tegas, dapat
!uga berbentuk plak. Bakterioskopik positif tinggi. Gmumnya timbul sebagai kasus
relapse sensiti1e atau relape resistent. Relapse sensiti1e ter!adi, bila penyakit kambuh
setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan 0aktu yang ditentukan. +apat ter!adi
oleh karena kuman yang dorman aktif kembali atau pengobatan yang diselesaikan tisak
adekuat, baik dosis maupun lama pemberiannya.
Fe!ala pada reaksi kusta tipe ' adalah perubahan lesi kulit, demam yang tidak
begitu tinggi, gangguan konstitusi, gangguan saraf tepi, multiple small satellite skin
makulopapular skin lesion dan nyeri pada tekan saraf. Aeaksi kusta tipe ' dapat
dibedakan atas reaksi ringan dan berat.
Pada reaksi kusta tipe '' adalah neuritis, gangguan konstitusi, dan komplikasi
organ tubuh. Aeaksi kusta tipe '' !uga dapat dibedakan atas reaksi ringan dan berat.
<enomena lu1io berupa plak atau infiltrat difus, merah muda, bentuk tidak teratur,
dan nyeri. 6esi lebih berat tampak lebih eritematosa, purpura, bula, ter!adi nekrosis dan
ulserasi yang nyeri. 6esi lambat sembuh dan terbentuk !aringan parut. +ari hasil
histopatologi ditemukan nekrosis epidermal iskemik, odem, proliferasi endotelial
pembuluh darah dan banyak basil %.leprae di endotel kapiler.
Hritema nodosum lepromatous ,HB6/, timbul nodul subkutan yang nyeri tekann
dan meradang, biasanya dalam kumpulan. $etiap nodul bertahan selama satua atau dua
minggu tetapi bisa timbul kumpulan nodul baru. +apat ter!adi demam, limfadenopati, dan
athralgia.
6))5Pemeriksaan Pasien
'nspeksi pasien dapat dilakukan dengan penerangan yang baik, lesi kulit !uga harus
diperhatikan dan !uga dilihat kerusakan kulit. Palpasi dan pemeriksaan dengan
menggunakan alat K alat sederhana yaitu !arum untuk rasa nyeri, kapas untuk rasa raba,
tabung reaksi masing K masing dengan air panas dan es, pensil tinta Funa0an ,tanda
Funa0an/ untuk melihat ada tidaknya dehidrasi di daerah lesi yang dapat !elas dan dapat
pula tidak dan sebagainya. >ara menggoresnya mulai dari tengah lesi, yang kadang K
kadang dapat membantu, tetapi bagi penderita yang memiliki kulit berambut sedikit,
sangat sukar untuk menentukannya.
=5# Pemeriksaan Saraf "epi
Gntuk saraf perifer, perlu diperhatikan pembesaran, konsistensi dan nyeri atau
tidak. .anya beberapa saraf yang diperiksa yaitu B.fasialis, B.aurikularis magnus,
B.radialis, B. Glnaris, B. %edianus, B. Poplitea lateralis, B. &ibialis posterior. Pada
pemeriksaan saraf tepi dapat dibandingkan saraf bagian kiri dan kanan, adanya
pembesaran atau tidak, pembesaran reguler/irreguler, perabaan keras/kenyal, dan yang
terakhir dapat di1ari adanya nyeri atau tidak ,+aili, 2182##"/. Pada tipe lepromatous
biasanya kelainan sarafnya billateral dan menyeluruh sedangkan tipe tuberkoloid
terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.
Gntuk mendapat kesan saraf mana yang mulai menebal atau sudah menebal dan
saraf mana yang masih normal, diperlukan pengalaman yang banyak ,+aili, 2182##"/.
>ara pemeriksaan saraf tepi
d.B. 9urukularis magnus
Pasien disuruh menoleh ke samping semaksimal mungkin, maka saraf yang terlibat
akan terdorong oleh otot di ba0ahnya sehingga a1apkali sudah bisa terlihat bila saraf
membesar. +ua !ari pemeriksa diletakkan di atas persilangan !alannya saraf tersebut
dengan arah otot. Bila ada penebalan, maka pada perabaan se1ara seksama akan
menemukan !aringan seperti kabel atau ka0at. ?angan lupa membandingkan antara yang
kiri dan yang kanan ,+aili, 2182##"/.
e.B. Glnaris
&angan yang diperiksa harus santai, sedikit fleksi dan sebaiknya diletakkan di atas
satu tangan pemeriksa. &angan pemeriksa yang lain meraba lekukan di ba0ah siku
,sulkus ner4i ulnaris/ dan merasakan, apakah ada penebalan atau tidak. Perlu
dibandingkan antara yang kanan dan yang kiri untuk melihat adanya perbeedaan atau
tidak ,+aili, 2282##"/.
f.B. Paroneus lateralis
Pasien duduk dengan kedua kaki menggantung, diraba di sebelah lateral dari
1apitulum fibulae, biasanya sedikit ke posterior ,+aili, 2282##"/.
=5$ "es 3ungsi Saraf
a. &es $ensoris
Funakan kapas, !arum, serta tabung reaksi berisi air hangat dan dingin.
-. Aasa Aaba
$epotong kapas yang dilan1ipkan u!ungnya digunakan untuk memeriksa perasaan
rangsang raba dengan menyinggungkannya pada kulit. Pasien yang diperiksa harus duduk
pada 0aktu dilakukan pemeriksaan. &erlebih dahulu petugas menerangkan bah0a
bilamana merasa disinggung bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menun!ukkan kulit
yang disinggung dengan !ari telun!uknya dan diker!akan dengan mata terbuka. Bilamana
hal ini telah !elas, maka ia diminta menutup matanya, kalau perlu matanya ditutup dengan
sepotong kain. $elain diperiksa pada lesi di kulit sebaiknya !uga diperiksa pada kulit yang
sehat. Ber1ak pada kulit harus diperiksa pada bagian tengahnya ,+aili, 2282##"/.
-. Aasa Byeri
+iperiksa dengan memakai !arum. Petugas menusuk kulit dengan u!ung !arum
yang ta!am dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan pasien harus mengatakan
tusukan mana yang ta!am dan mana yang tumpul ,+aili, 2282##"/.
-. Aasa $uhu
+ilakukan dengan menggunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air panas
,sebaiknya 2#
#
>/, yang lainnya air dingin ,sebaiknya sekitar 2#
#
>/. %ata pasien ditutup
atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada
daerah kulit yang di1urigai. $ebelumnya dilakukan kontrol pada kulit yang sehat. Bila
pada daerah tersebut pasien salah menyebutkan sensasi suhu, maka dapat disebutkan
sensasi suhu di daerah tersebut terganggu ,+aili, 2282##"/.
b. &es *tonom
Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada penyakit kusta,
pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan tes anhidrosis.
1. Tes dengan pensil tinta
Pensil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang di1urigai terus sampai
ke daerah kulit normal.
1. Tes pilokarpin
+aerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan pilokarpin subkutan.
$etelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat, sedangkan daerah
lesi tetap kering.
1. &es %otoris ,3oluntary mus1le test/
>ara memeriksa8
%ula-mula periksa gerakan dari motorik yang akan diperiksa8
-. Periksa fungsi saraf ulnaris dengan merapatkan !ari kelingking pasien. Peganglah !ari
telun!uk, !ari tengah, dan !ari manis pasien, lalu mintalah pasien untuk merapatkan !ari
kelingkingnya. ?ika pasien dapat merapatkan !ari kelingkingnya, taruhlah kertas diantara
!ari kelingking dan !ari manis, mintalah pasien untuk menahan kertas tersebut. Bila pasien
mampu menahan 1oba tarik kertas tersebut perlahan untuk mengetahui ketahanan
ototnya.
-. Periksa fungsi saraf medianus dengan meluruskan ibu !ari ke atas. %inta pasien
mengangkat ibu !arinya ke atas. Perhatikan ibu !ari apakah benar-benar bergerak ke atas
dan !empolnya lurus. ?ika pasien dapat melakukannya, kemudian tekan atau dorong ibu
!ari pada bagian telapaknya.
-. Periksa fungsi saraf radialis dengan meminta pasien untuk menggerakkna pergelangan
tangan ke belakang. G!i kekuatan otot dengan men1oba menahan gerakan tersebut.
-. Periksa fungsi saraf eroneus 1ommunis dengan meminta pasien melakukan gerakan
fleksi pada pergelangan kaki dan minta !uga pasien untuk melakukan gerakan ke lateral,
lalu nilai kekuatan ototnya dengan men1oba untuk menahan gerakan tersebut.
=5( Pemeriksaan %akterioskopis
Pemeriksaaan bakterioskopik, sediaan dari kerokan !aringan kulit atau usapan
mukosa hidung yang di0arnai denganpe0arnaan B&9 P'H.6 BHH6$*B. Pertama K
tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh basil setelah
terlebih dahulu menentukan !umlah tepat yang diambil. Gntuk riset dapat diperiksa 1#
tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal 2 K : tempat yaitu kedua 1uping telinga bagian
ba0ah dan 2 -2lesi lain yang paling aktif berarti yang paling eritematosa dan paling
infiltratif. Pemilihan 1uping telinga tanpa mengiraukan ada atau tidaknya lesi di tempat
tersebut oleh karena pengalaman, pada 1uping telinga didapati banyak %.leprae.
epadatan B&9 tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan
dinyatakan dengan indeks bakteri , '.B/ dengan nilai # sampai :M menurut Aidley. # bila
tidak ada B&9 dalam 1## lapangan pandang ,6P/.
1 M Bila 1 K 1# B&9 dalam 1## 6P
2MBila 1 K 1# B&9 dalam 1# 6P
"MBila 1 K 1# B&9 rata K rata dalam 1 6P
2MBila 11 K 1## B&9 rata K rata dalam 1 6P
)MBila 1#1 K 1###B&9 rata K rata dalam 1 6P
:MBilaU 1### B&9 rata K rata dalam 1 6P
'ndeks morfologi adalah persentase bentuk solid dibandingkan dengan !umlah
solid dan non solid.
'%N ?umlah solidL 1## E
?umlah solid M Bon solid
$yarat perhitungan '% adalah !umlah minimal kuman tiap lesi 1## B&9, '.B 1M
tidak perlu dibuat '% karedna untuk mendapatkan 1## B&9 harus men1ari dalam 1.###
sampai 1#.###lapangan, mulai '.B "M maksimum harus di1ari 1## lapangan.
=58 Pemeriksaan Histopatologis
Pemeriksaan histopatologi, gambaran histopatologi tipe tuberkoloid adalah
tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan non
solid. &ipe lepromatosa terdpat kelim sunyi subepidermal , subepidermal clear zone /
yaitu suatu daerah langsung di ba0ah epidermis yang !aringannya tidak patologik. Bisa
di!umpai sel 4ir1ho0 dengan banyak basil. Pada tipe borderline terdapat 1ampuran unsur
K unsur tersebut.
$el 4ir1ho0 adalah histiosit yang di!adikan %.leprae sebagai tempat
berkembangbiak dan sebagai alat pengangkut penyebarluasan.
=5< Pemeriksaan Serologis
egagalan pembiakan dan isolasi kuman mengakibatkan diagnosis serologis
merupakan alternatif yang paling diharapkan. Pemeriksaan serologik, didasarkan
terbentuk antibodi pada tubuh seseorang yang terinfeksi oleh %.leprae. Pemeriksaan
serologik adalah %6P9 ,%y1oba1terium 6eprae Parti1le 9glutination/, u!i H6'$9 dan
%6 dipsti1k.
=5' Pemeriksaan Lepromin
&es lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi
tidak untuk diagnosis. &es ini berguna untuk menun!ukkan sistem imun penderita
terhadap %.leprae. *,1 ml lepromin dipersiapkan dari ekstrak basil organisme,
disuntikkan intradermal. emudian diba1a setelah 25 !am/ 2hari , reaksi <ernande=/ atau
" K 2 minggu , reaksi %itsuda/. Aeaksi <ernande= positif bila terdapat indurasi dan
eritemayang menun!ukkan kalau penderita bereaksi terhadap %. 6eprae yaitu respon
imun tipe lambat ini seperti mantouL test , PP+/ pada tuberkolosis.
Aeaksi %itsuda bernilai 8
#Papul berdiameter " mm atau kurang
M 1 Papul berdiameter 2 K : mm
M 2Papul berdiameter ; K 1# mm
M " papul berdiameter lebih dari 1# mm atau papul dengan ulserasi
6)))54iagnosis
Penyakit kusta disebut !uga dengan the greatest immitator karena memberikan ge!ala
yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. +iagnosis penyakit kusta didasarkan pada
penemuan tanda kardinal ,cardinal sign/, yaitu8
1.Ber1ak kulit yang mati rasa
Pemeriksaan harus di seluruh tubuh untuk menemukan ditempat tubuh yang lain,
maka akan didapatkan ber1ak hipopigmentasi atau eritematus, mendatar ,makula/ atau
meninggi ,plak/. %ati rasa pada ber1ak bersifat total atau sebagian sa!a terhadap rasa
raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.
2.Penebalan saraf tepi
+apat disertairasa nyeri dan dapat !uga disertai dengan atau tanpa gangguan fungsi
saraf yang terkena, yaitu8
a. Gangguan fungsi sensoris: hipostesi atau anestesi
b. Gangguan fungsi motoris: paresis atau paralisis
c. Gangguan fungsi otonom: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan
rambut yang terganggu.
".+itemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit, 1uping telinga, dan lesi kulit pada bagian
yang aktif. adang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Gntuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu
tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat
mengatakan tersangka kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah "-:
bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan.
)@54iagnosis %anding
Pada lesi makula, differensial diagnosisnya adalah 4itiligo, Ptiriasis
4ersikolor,Ptiriasis alba, &inea korporis , dll. Pada lesi papul, Franuloma annulare, li1hen
planus dll. Pada lesi plak, &inea korporis, Ptiriasis rosea, psoriasis dll. Pada lesi nodul,
91ne 4ulgaris, neurofibromatosis dll. Pada lesi saraf, 9myloidosis, diabetes, tra1homa
dll.
3itiligo, makula putih berbatas tegas dan mengenai seluruh tubuh yang
mengandung sel melanosit. 3itiligo merupakan hipomelanosis idiopatik yang ditandai
dengan makula putih yang dapat meluas. Patogenesis 4itiligo ada beberapa yaitu hipotesis
autoimun, hipotesis neurohumoral, hipotesis autotoksik dan pa!anan terhadap bahan
kimia.
.ipotesis autoimun, ada hubungan dengan hipotiroid .ashimoto, anemia
pernisiosa dan hipoparatiroid. .ipotesis neurohumeral, karena melanosit terbentuk dari
neural 1rest maka diduga faktor neural berpengaruh. .asil metabolisme tirosin adalah
melanin dan katekol. emungkinan ada produk intermediate dari katekol yang
mempunyai efek merusak melanosit. Pada beberapa lesi ada gangguan keringat, dan
pembuluh darah, terhadap respon transmitter saraf misalnya setilkolin. .ipotesis
autotoksik,hasil metabolisme tirosin adalah +*P9 lalu akan diubah men!adi dopaRuinon.
Produk K produk dari +*P9 bersifat toksik terhadap melanin. Pa!anan terhadap bahan
kimia, adanya monoben=il eter hidrokuinon pada sarung tangan dan fenol pada detergen.
Fe!ala klinis 4itiligo adalah terdapat repigmentasi perifolikuler. +aerah yang
paling sering terkena adalah bagian ekstensor tulang terutama bagian atas !ari, periofisial
pada mata, mulut dan hidung, tibialis anterior dan pergelangan tangan bagian fleksor.6esi
bilateral atau simetris. %ukosa !arang terkena, kadang K kadang mengenai genitalia
eksterna, puting susu, bibir dan ginggi4a.
3itiligo dapat dibagi atas dua yaitu lokal dan generalisata. 3itiligo lokal dapat
dibagi tiga yaitu 4itiligo fokal adalah makula satu atau lebih tetapi tidak segmental,
4itiligo segmental adalah makula satu atau lebih yang distribusinya sesuai dengan
dermatom, dan mukosal yang hanya terdapat pada mukosa. 3itiligo generalisata !uga
dapat dibagi tiga yaitu 4itiligo a1rofasial adalah depigmentasi hanya pada bagian distal
ekstremitas dan muka serta merupakan stadium a0al 4itiligo generalisata, 4itiligo
4ulgaris adalah makula yang luas tetapi tidak membentuk satu pola, dan 4itiligo
1ampuran adalah makula yang menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan 4itiligo
total.
Ptiriasis 4ersikolor,disebabkan oleh %alai=e furfur. Patogenesisnya adalah terdpat
flora normal yang berhubungan denganPtiriasis 4ersikolor yaitu Pitysporum orbi1ulare
bulat atau Pitysporum o4al. %alai=e furfur merupakan fase spora dan miselium. <aktor
predisposisi ada dua yaitu faktor eksogen dan faktor endogen. <aktor endogen adalah
akibat rendahnya imun penderita dsedangkan faktor eksogen adalah suhu, kelembapan
udara dan keringat. .ipopigmentasi dapat disebabkan oleh ter!adinya asam dekarbosilat
yang diprosuksi oleh %alai=e furfur yang bersifat inhibitor kompetitif terhadap en=im
tirosinase dan mempunyai efek sitotoksik terhadap melanin.
Fe!ala klinis Ptiriasis 4ersikolor, kelainannya sangat superfisialis, ber1ak ber0arna
K 0arni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas !elas sampai difus, fluoresensi dengan
menggunakan lampu 0ood akan ber0arna kuning muda, papulo4esikular dapat ada tetapi
!arang, dan gatal ringan. $e1ara mikroskopik akan kita peroleh hifa dan spora , spaghetti
and meat ball/.
&inea korporis, dermatiofitosis pada kulit tubuh tidak berambut ,glabrous skin/ .
Fe!ala klinisnya adalah lesi bulat atau lon!ong, eritema, skuama, kadang papul dan
4esikel di pinggir, daerah lebih terang, terkadang erosi dan krusta karena kerokan, lesi
umumnya ber1ak K ber1ak terpisah satu dengan yang lain, dapat polisiklik, dan ada 1enter
healing.
6i1hen Planus, ditandai dengan adanya papul K papul yang mempunyai 0arna dan
konfigurasi yang khas. Papul Kpapul ber0arna merah, biru, berskuama, dan berbentuk
siku K siku. 6okasinya diekstremitas bagian fleksor, selaput lendir, dan alat kelamin.
Aasanya sangat gatal, umumnya membaik 1 K 2 tahun. .ipotesis mengatakan liken
planus merupakan infeksi 4irus.
Psoriasis, penyebabnya autoimun bersifat kronik dan residitif. +itandai
dengaadanya ber1ak K ber1ak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis K
lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, 9uspit=, oebner. Fe!ala klinisnya
adalah tidak ada pengaru terhadap keadaan umum, gatal ringan, kelainan pada kulit
terdiri ber1ak K ber1ak eritema yang meninggi atau plak dengan skuama diatasnya,
eritema sirkumskrip dan merata tapi pada akhir di bagian tengah tidak merata. elainan
ber4ariasi yaitu numuler, plakat, lentikulerdan dapat konfluen.
9kne 3ulgaris, penyakit peradangan menahun folikel pilosebaseayang umumnya
pada rema!a dan dapat sembuh sendiri. Fe!ala klinisnya adalah sering polimorf yang
terdiri dari berbagai kelainan kulit, berupa komedo, papul, pustul, nodus dan !aringan
parut akibat aktif tersebut, baik !aringan parut yang hipotropik maupun yang hipertopik.
Beuropatik pada diabetes, ge!alanyatergantung pada !enis neuropatik dan saraf
yang terkena. Beberapa orang dengan kerusakan saraf tidak menun!ukkan ge!ala apapun.
Fe!ala ringan mun1ul lebih a0al dan kerusakan saraf ter!adi setelah beberapa tahun.
Fe!ala kerusakan saraf dapat berupa kebas atau nyeri pada kaki, tangan , pergelangan
tangan, dan !ari K !ari tangan, maldigestion$ diare, konstipasi, masalah pada urinasi,
lemas, disfungsi ereksi dll.
+efisiensi 4itamin B:,ge!ala klinis termasuk seboroik dermatitis, 1heilotis,
glossitis, mual, muntah, dan lemah. Pemeriksaan neurologis menun!ukka penurunan
propiosepsi dan 4ibrasi dengan rasa sakit dan sensasi temperatur, refleks a1hilles
menurun atau tidak ada.
+efisiensi folat, ge!ala klinisnya tidak dapat dipisahkan dengan defisiensi
kobalamin , 4itamin B12/ 0alaupun demensia lebih dominan. Pasien mengalami
sensorimotor poly neuropathy dan demensia.
@5Pengobatan
&u!uan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden
penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, men1egah timbulnya penyakit, untuk
men1apai tu!uan tersebut, srategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan
pengobatan penderita.
+apson, diamino difenil sulfon bersifat bakteriostatik yaitu mengahalangi atau
menghambat pertumbuhan bakteri. +apson merupakan antagonis kompetitif dari para#
aminobezoic acid ,P9B9/ dan men1egah penggunaan P9B9 untuk sintesis folat oleh
bakteri. Hfek samping dari dapson adlah anemia hemolitik, skin rash, anoreksia, nausea,
muntah, sakit kepala, dan 4ertigo.
6amprene atau>lofa=imin, merupakan bakteriostatik dan dapat menekan reaksi
kusta. >lofa=imin beker!a dengan menghambat siklus sel dan transpor dari B9/
9&Pase.Hfek sampingnya adalah 0arna kulit bisa men!adi ber0arna ungu
kehitaman,0arna kulit akan kembali normal bila obat tersebut dihentikan, diare, nyeri
lambung.
Aifampi1in, bakteriosid yaitu membunuh kuman. Aifampi1in beker!a dengan 1ara
menghambat )2A# dependent R2A polymerase pada sel bakteri dengan berikatan pada
subunit beta. Hfek sampingnya adalah hepatotoksik, dan nefrotoksik.
Prednison, untuk penanganan dan pengobatan reaksi kusta. $ulfas <errosus untuk
penderita kusta dgn anemia berat. 3itamin9, untuk penderita kusta dgn kekeringan kulit
dan bersisisk ,i1htyosis/. *floLa1in dan %inosiklin untuk penderita kusta tipe PB '.
Aegimen pengobatan kusta disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh
-.*/+HPH$ A' ,1(51/. Gntuk itu klasifikasi kusta disederhanakan men!adi8
1. Pausi Basiler ,PB/
2. %ulti Basiler ,%B/
+engan memakai regimen pengobatan %+&/N multi drug treatment.egunaan %+&
untuk mengatasi resistensi +apson yang semakin meningkat, mengatasi ketidakteraturan
penderita dalam berobat, menurunkan angka putus obat pada pemakaian monoterapi
+apson, dan dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam !aringan.
Aegimen Pengobatan usta tersebut ,-.*/+HPH$ A'/.PB dengan lesi tunggal
diberikan A*% ,Aifampi1in *floLa1in %ino1y1lin/. Pemberian obat sekali sa!a langsung
A<&/NRelease 3rom 'reatment. *bat diminum di depan petugas. 9nak-anak 'bu hamil
tidak di berikan A*%. Bila obat A*% belum tersedia di Puskesmas diobati dengan
regimen pengobatan PB lesi ,2-)/.Bila lesi tunggal dgn pembesaran saraf diberikan8
regimen pengobatan PB lesi ,2-)/.
Aifampi1in *floLa1in %ino1y1lin
+e0asa
,)#-;# kg/
:## mg 2## mg 1## mg
9nak
,)-12 th/
"## mg 2## mg )# mg
PB dengan lesi 2 K ).6ama pengobatan : dosis ini bisa diselesaikan selama ,:-(/
bulan. $etelah minum : dosis ini dinyatakan A<& ,Release 3rom 'reatment/ yaitu
berhenti minum obat.
Aifampi1in +apson
+e0asa :## mg/bulan
+iminum di depan
petugas kesehatan
1## mg/hr diminum di
rumah
9nak-anak
,1#-12 th/
2)# mg/bulan
+iminum di depan
petugas kesehatan
)# mg/hari diminum di
rumah
%B dengan lesi U ).6ama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-15
bulan. $etelah selesai minum 12 dosis obat ini, dinyatakan A<&/NRealease 3rom
'reatment yaitu berhenti minum obat. %asa pengamatan setelah A<& dilakukan se1ara
pasif untuktipe PB selama 2 tahun dan tipe %B selama ) tahun.
Aifampi1in +apson 6amprene
+e0asa :## mg/bulan
diminum di depan
petugas kesehatan
1## mg/hari diminum
di rumah
"## mg/bulan
diminum di depan
petugas kesehatan
dilan!utkan dgn )#
mg/hari diminum di
rumah
9nak-anak
,1#-12 th/
2)# mg/bulan
diminum di depan
petugas
)# mg/hari diminum
di rumah
1)# mg/bulan
diminum di depan
petugas kesehatan
dilan!utkan dg )# mg
selang sehari diminum
di rumah
Pengobatan reaksi kusta. Bila reaksi tidak ditangani dengan 1epat dan tepat
maka dapat timbul ke1a1atan berupa kelumpuhan yang permanen seperticlaw hand , drop
foot , claw toes , dan kontraktur. Gntuk mengatasi hal-hal tersebut diatas dilakukan
pengobatan QPrinsip pengobatan Aeaksi usta Q yaitu immobilisasi / istirahat,
pemberian analgesik dan sedatif, pemberian obat-obat anti reaksi, %+& diteruskan
dengan dosis yang tidak diubah.
Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat !alan, pemberian analgetik dan
obat-obat penenang bila perlu, dapat diberikan >hloroRuine 1)# mg "V1 selama "-) hari,
dan %+& ,obat kusta/ diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.
Aeaksi berat, immobilisasi, ra0at inap di rumah sakit, pemberian analgesik dan
sedati4e, %+& ,obat kusta/ diteruskan dengan dosis tidak diubah, pemberian obat-obat
anti reaksi dan pemberian obat-obat kortikosteroid misalnya prednison.*bat-obat anti
reaksi,9spirin dengan dosis :##-12## mg setiap 2 !am ,2 K :L/hari / , lorokuin dengan
dosis " L 1)# mg/hari, 9ntimon yaitu stibophen ,5,) mg antimon per ml / yang diberikan
2-" ml se1ara selang-seling dan dosis total tidak melebihi "# ml. 9ntimon !arang dipakai
oleh karena toksik. &halidomide !uga !arang dipakai,terutama pada0anita
,teratogenik /.+osis 2## mg/hari kemudian diturunkan sampai men1apai )# mg/hari.
Pemberian ortikosteroid,dimulai dengan dosis tinggi atau sedang.+igunakan
prednison atau prednisolon.Funakan sebagai dosis tunggal pada pagi hari lebih baik
0alaupun dapat !uga diberikan dosis berbagi. +osis diturunkan perlahan-lahan ,tapering
off/ setelah ter!adi respon maksimal.
@)5Pengobatan Kusta *ntuk Situasi Khusus
?ika %+&--.* tidak dapat dilaksanakan karena berbagai alasan, -.* eLpert
1ommitte pada tahun 1((; mempunyai regimen untuk situasi khusus, yaitu8
a.Penderita tidak dapat diobati dengan rifampisin
Penyebabnya mungkin alergi, gangguan pada fungsi hepar, ada penyakit penyerta
atau resisten terhadap obat ini. Aegimen untuk penderita ini, adalah8
Lama Pengobatan -enis 1bat 4osis
: Bulan lofa=imin
*floksasin
%inosiklin
)# mg/hari
2## mg/hari
1## mg.hari
+iikuti dengan 15 bulan lofa=imin dengan *floksasin )# mg/hari
atau
%inosiklin 2## mg/hari
1## mg/hari
Pada tahun 1((2 -.* $tudy Froup on >hemotherapy of 6eprosy menyatakan
klaritromisisn )## mg/hari dapat menggantikan ofloksasin atau minosiklin pada regimen
di atas.
b.Penderita yang menolak kofa=imin
Biasanya penderita menolak obat ini karena adanya pe0arnaan kulit. Gntuk itu
klofa=imin pada %+&W%B dapat diganti dengan ofloksasin 2## mg/hari selama 12 bulan
atau minosiklin 1## mg/hari selama 12 bulan.
Pada tahun 1((;, -.* HLpert of >ommitte on 6eprosy merekomendasikan !uga
regimen %+&-%B alternatis selama 22 bulan8
-. Aifampisin :## mg/bulan selama 22 bulan,
-. *floksasin 2## mg/bulan selama 22 bulan, dan
-. %inosiklin 1## mg/bulan selama 22 bulan
1.Penderita yang tidak dapat diobati dengan ++$
Bila ++$ menyebabkan ter!adinya efek samping berat pada penderita PB maupun
%B, obat ini harus dihentikan.
Aegimen pengganti ++$ berikut diberikan selama : bulan dengan 1ara8
2ifampisin KlofaAimin
+e0asa :## mg/bln )# mg/hari dan "## mg/bulan
9nak-anak 2)# mg/bln )# mg/hari dan 1)# mg/bulan
@))5Komplikasi
+i dunia, lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. &rauma dan infeksi
kronik sekunderdapat menyebabkan hilangnya !ari !emari ataupun ekstremitas bagian
distal. ?uga sering ter!adi kebutaan. <enomena lu1io yang ditandai dengan artitis, terbatas
pada pasien lepromatosus difus, infiltratif dan non noduler. asus klinik yang berat
lainnya adalah 4askulitis nekrotikus dan menyebabkan meningkatnya mortalitas.
9miloidos sekunder merupakan penyulit pada penyakit leprosa berat terutama HB6
kronik.
@)))5Prognosis
$etelah program terapi obat biasanya prognosis baik, yang paling sulit adalah
mana!emen dari ge!ala neurologis, kontraktur dan perubahan pada tangan dan kaki. 'ni
membutuhkan tenaga ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah, prodratis,
oftalmologis, physical medicine, dan rehabilitasi. Dang tidak umum adalah secondary
amyloidosis dengan gagal gin!al dapat me!adi komplikasi.
Kusta
4efinisi
usta adalah penyakit infeksi yang berlangsung dalam 0aktu lama, penyebabnya adalah
Mycobacterium leprae. %enyerang saraf tepi sebagai tu!uan pertama, lalu kulit dan
saluran pernapasan bagian atas, kemudian dapat ke organ lain ke1uali susunan saraf
pusat. Bama lainnya adalah 6epra atau %orbus .ansen
Penyebab
uman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang di temukan F.9. .9B$HB
pada tahun 15;2 di Bor0egia, tahan asam dan alkohol, serta dengan pe0arnaan giemsa
akan menun!ukkan hasil Fram positif ,ber0arna ungu/.
Klasifikasi
?enis klasifikasi yang umum
9. lasifikasi 'nternasional 8 lasifikasi %adrid ,1()"/
'ndeterminate ,'/
&uberkuloid ,&/
Borderline-+imorphous ,B/
6epromatosa ,6/
B. lasifikasi untuk kepentingan riset 8 laisfikasi Aidley-?opling ,1(:2/
&uberkuloid ,&&/
Borderline tuberkuloid ,B&/
%id-borderline ,BB/
Borderline lepromatous ,B6/
6epromatosa ,66/
>. lasifikasi untuk kepentingan program kusta 8 lasifikasi -.* ,1(51/ dan
modifikasi -.* ,1(55/
Pausibasiler ,PB/ X hanya kusta tipe ', && dan sebagian besar B& dengan
pemeriksaan B&9 negatif menurut kriteria Aidley dan ?opling atau tipe ' dan &
menurut klasifikasi %adrid
%ultibasiler ,%B/ X termasuk kusta tipe 66, B6, BB dan sebagian B& menurut
kriteria Aidley dan ?opling atau B dan 6 menurut %adrid dan semua tipe kusta
dengan pemeriksaan B&9 positif
7ejala Klinis
+iagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran tanda dan ge!ala yang dimiliki. +i antara
semuanya, diagnosis se1ara klinislah yang terpenting dan paling sederhana. .asil
pemeriksaan bakteri memerlukan 0aktu yang paling sedikit 1)-"# menit, sedang
pemeriksaan sel memerlukan "-; hari. alau masih memungkinkan, baik !uga dilakukan
tes lepromin ,%itsuda/ untuk membantu penentuan tipe, yang hasilnya baru dapat
diketahui setelah "-2 minggu. &idak 1ukup hanya sampai diagnosis kusta sa!a, tetapi
perlu ditentukan tipenya, sebab penting untuk terapinya.
usta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau 1a1at tubuh.
*rang a0am pun dengan mudah dapat menduga kearah penyakit kusta. Dang penting
setidak-tidaknya dapat menduga ke arah penyakit kusta, terutama bagi kelainan kulit
yang berupa perubahan 0arna seperti hipopigmentasi ,0arna kulit men!adi lebih terang/,
hiperpigmentasi ,0arna kulit men!adi lebih gelap/, dan eritematosa ,kemerahan pada
kulit/.
Fe!ala lain dari penyakit kusta adalah hilangnya sensasi rasa. .al ini dengan mudah dapat
dilakukan dengan menggunakan !arum suntik terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa
raba.
%engenai saraf tepi yang perlu diperhatikan ialah pembesarannya, kekenyalannya, dan
nyeri atau tidak. .anya beberapa saraf yang berada di permukaan kulit yang dapat dan
perlu diperiksa, yaitu antara lain Ber4us ,saraf/. <asialis, B. aurikularis magnus, B.
radialis, B. ulnaris, B. medianus, B. poplitea lateralis, B. tibialis posterior
e1a1atan pada kusta, sesuai dengan mekanisme ke!adiannya, dapat dibagi dalam
deformitas primer dan sekunder. Dang primer sebagai akibat langsung oleh granuloma
yang terbentuk sebagai reaksi terhadap M. leprae, yang mendesak dan merusak !aringan
di sekitarnya, yaitu kulit, mukosa saluran pernapasan atas, tulang-tulang !ari, dan muka.
Dang sekunder sebagai akibat kerusakan saraf. Gmumnya ke1a1atan oleh karena
keduanya, tetapi terutama oleh yang sekunder.
+iagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda 1ardinal ,tanda utama/ yaitu8
1. Ber1ak kulit yang mati rasa
Ber1ak hipopigmentasi ,0arna kulit men!adi lebih terang/ atau eritematosa
,kemerahan pada kulit/, makula ,mendatar/ atau plak ,meninggi/. %ati rasa pada
ber1ak bersifat total atau sebagian sa!a terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa
nyeri.


7ambar #5 %ercak Eritematosa

7ambar $5 %ercak Hipopigmentasi
2. Penebalan saraf tepi
+apat disertai rasa nyeri dan dapat !uga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf
yang terkena, yaitu8
a. Fangguan fungsi sensoris8 mati rasa
b. Fangguan fungsi motoris8 kelumpuhan
1. Fangguan fungsi otonom8 kulit kering, retak, bengkak, pertumbuhan
rambut yang terganggu.
". +itemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit 1uping telinga dan lesi kulit pada bagian yang
aktif. adang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bakterioskopik ,bakteri di laboratorium/
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan pengamatan pengobatan. $ediaan dibuat dari kerokan kulit atau mukosa
hidung yang di0arnai dengan pe0arnaan terhadap bakteri tahan asam, antara lain
dengan Piehl Beelsen. Pemeriksaan bakteri negatif pada seorang penderita, bukan
berarti orang tersebut tidak mengandung %. leprae.
Pertama-tama kita harus memilih tempat-tempat di kulit yang diharapkan paling
padat oleh bakteri, setelah terlebih dahulu menentukan !umlah tempat yang akan
diambil. Gntuk pemeriksaan rutin biasanya diambil dari minimal 2-: tempat, yaitu
kedua 1uping telinga bagian ba0ah dan 2-2 tempat lain yang paling aktif, berarti
yang paling merah di kulit dan infiltratif
2. Pemeriksaan histopatologi ,!aringan sel abnormal/
+iagnosis penyakit kusta biasanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis
se1ara teliti dan pemeriksaan bakterioskopis. Pada sebagian ke1il kasus bila
diagnosis masih meragukan, pemeriksaan histopatologis dapat membantu.
Pemeriksaan ini sangat membantu khususnya pada anak-anak bila pemeriksaan
saraf sensoris sulit dilakukan, !uga pada lesi dini 1ontohnya pada tipe
indeterminate, serta untuk menentukan tipe yang tepat.
". Pemeriksaan serologis
egagalan pembiakan dan isolasi kuman %. leprae mengakibatkan diagnosis
serologis merupakan alternatif yang paling diharapkan. Beberapa tes serologis
yang banyak digunakan untuk mendiagnosis kusta adalah 8
tes <69-9B$
tes H6'$9
tes %6P9 untuk mengukur kadar antibodi 'g F yang telah terbentuk di dalam
tubuh pasien, titer dapat ditentukan se1ara kuantitatif dan kualitatif.
Pengobatan
1. ++$ ,+apsone/.
$ingkatan dari +iamino +iphenyl $ulfone.
Bentuk obat berupa tablet 0arna putih dengan takaran )# mg/tab dan 1##
mg/tablet.
$ifat bakteriostatik yaitu menghalang/menghambat pertumbuhan kuman kusta.
+osis 8 de0asa 1## mg/hari, anak-anak 1-2 mg/kg berat badan/hari.
Hfek samping !arang ter!adi, berupa anemia hemolitik.
%anifestasi kulit ,alergi/ seperti halnya obat lain, seseorang dapat alergi terhadap
obat ini. Bila hal ini ter!adi harus diperiksa dokter untuk dipertimbangkan apakah
obat harus distop.
%anifestasi saluran pen1ernaan makanan 8 tidak mau makan, mual, muntah.
%anifestasi urat syaraf; gangguan saraf tepi, sakit kepala 4ertigo, penglihatan
kabur, sulit tidur, gangguan ke!i0aan.
2. 6amperene ,B::"/ !uga disebut >lofa=imine.
Bentuk 8 kapsul 0arna 1oklat.9da takaran )# mg/kapsul dan 1## mg/kaps.
$ifat 8 bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta dan anti reaksi
,menekan reaksi/.
+osis 8 untuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada regimen
pengobatan %+&.
Hfek sampingan 8
o Fangguan pen1ernaan berupa diare, nyeri pada lambung.
". Aifampi1in.
Bentuk 8 apsul atau tablet takaran 1)# mg, "## mg, 2)# mg dan :## mg.
$ifat 8 Bakteriosid ,%ematikan kuman kusta/
+osis 8 Gntuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada regimen
pengobatan %+&. Gntuk anak-anak dosisnya adalah 1#-1) mg/kg berat badan.
Hfek samping 8 dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan gin!al. +engan
pemberian Aifampi1in :## mg/bulan tidak berbahanya bagi hati dan gin!al
,ke1uali ada tanda-tanda penyakit sebelumnya/. $ebelum pemberian obat ini perlu
dilakukan tes fungsi hati apabila ada ge!ala-ge!ala yang men1urigakan. Perlu
diberitahukan kepada penderita bah0a air seni akan ber0arna merah bila minum
obat. Hfek samping lain adalah tanda-tanda seperti influen=a ,flu $yndrom/ yaitu
badan panas,beringus,lemah dan lain-lain,yang akan hilang bilamana diberikan
obat penghilang ge!ala. Pengobatan Aifampi1in supaya dihentikan sementara bila
timbul ge!ala gangguan fungsi hati dan dapat dilan!utkan kembali bila fungsi hati
sudah normal.
2. Prednison.
*bat ini digunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi.
). $ulfat <errosus.
*bat tambahan untuk pederita kusta yang 9nemia Berat.
:. 3itamin 9.
*bat ini digunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik ,'1hthiosis/.
Pencegahan Cacat Kusta
Prinsip yang penting pada pera0atan sendiri untuk pen1egahan 1a1at kusta adalah 8
pasien mengerti bah0a daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko ter!adinya
luka
pasien dapat melakukan pera0atan kulit ,merendam, menggosok, melumasi/ dan
melatih sendi bila mulai kaku
penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan
luka, mengurangi tekanan pada luka dengan 1ara istirahat

'f lepromatous leprosy is left untreated, it 1an progress to QleonineI fa1ies as seen in the
follo0ing images.
4iagnosis
&his in1ludes physi1al eLam and skin biopsy.
"reatment
*n1e monthly8 Aifampin, +ap=one and >lofa=imine for t0o years and then stop.
+aily8 $ulfone and >lofa=imine for t0o years and then stop.
History
$ymptoms
o Painless skin pat1h a11ompanied by loss of sensation but not it1hiness
,6oss of sensation is a feature of tuber1uloid leprosy, unlike lepromatous
leprosy, in 0hi1h sensation is preser4ed./ >hroni1 insensate pat1h is seen
in the mage belo0.
o
Chronic insensate patch due to leprosy infection5 Ho Chi
Minh CityB 6ietnam5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/
[ >6*$H -'B+*- ]
Chronic insensate patch due to leprosy infection5 Ho Chi
Minh CityB 6ietnam5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/
o 6oss of sensation or paresthesias 0here the affe1ted peripheral ner4es are
distributed
o -asting and mus1le 0eakness
o <oot drop or 1la0ed hands ,may result from neuriti1 pain and rapid
peripheral ner4e damage; as seen in the image belo0/
o
Characteristic claCed hand deformity caused by ulnar
inDolDement in leprosy5 4aloaB )Dory Coast5 .Courtesy of 45
Scott SmithB M4/
[ >6*$H -'B+*- ]
Characteristic claCed hand deformity caused by ulnar
inDolDement in leprosy5 4aloaB )Dory Coast5 .Courtesy of 45
Scott SmithB M4/
o Gl1erations on hands or feet ,ul1er at the metatarsal head is seen in the
image belo0/
o
Chronic nonhealing ulcer at the metatarsal head resulting
from loss of sensation in the feet5 KarigiriB "amil +aduB
)ndia5 .Courtesy of "ara 2amachandra/
[ >6*$H -'B+*- ]
Chronic nonhealing ulcer at the metatarsal head resulting
from loss of sensation in the feet5 KarigiriB "amil +aduB
)ndia5 .Courtesy of "ara 2amachandra/
o 6agophthalmos, irido1y1litis, 1orneal ul1eration, and/or se1ondary 1atara1t
due to ner4e damage and dire1t ba1illary skin or eye in4asion
:
$ymptoms in rea1tions
o &ype 1 ,re4ersal/ - $udden onset of skin redness and ne0 lesions
o &ype 2 ,erythema nodosum leprosum [HB6]; as seen in the image belo0/
- %any skin nodules, fe4er, redness of eyes, mus1le pain, and !oint pain
o
Patient Cith erythema nodosum leprosum type $ reaction
seDeral Ceeks after initiation of drug therapy5 "his
photograph Cas taken after tendon release5 2edCood CityB
California5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/
6epra+H<'B'$'
6epra ,penyakit (ansen/ adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya
kerusakan saraf perifer ,saraf diluar otak dan medulla spinalis/, kulit, selaput lendir
hidung, buah =akar ,testis/ dan mata.
PHBDHB9B
Bakteri Mycobacterium leprae.
>ara penularan lepra belum diketahui se1ara pasti.
?ika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar
ke udara. $ekitar )#E penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan
seseorang yang terinfeksi.
'nfeksi !uga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
$ekitar ()E orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem
kekebalannya berhasil mela0an infeksi.
Penyakit yang ter!adi bisa ringan ,lepra tuberkuloid/ atau berat ,lepra lepromatosa/.
Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
6ebih dari ) !uta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
6epra paling banyak terdapat di 9sia, 9frika, 9merika 6atin dan kepulauan $amudra
Pasifik.
'nfeksi dapat ter!adi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 2#an dan "#an.
Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
FH?969
Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga ge!alanya baru mun1ul
minimal 1 tahun setelah terinfeksi ,rata-rata mun1ul pada tahun ke-)-;/.
Fe!ala dan tanda yang mun1ul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
?enis lepra menentukan prognosis !angka pan!ang, komplikasi yang mungkin ter!adi dan
kebutuhan akan antibiotik.
Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang
datar.
+aerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-
sarafnya.
Pada lepra lepromatosa mun1ul ben!olan ke1il atau ruam menon!ol yang lebih besar
dengan berbagai ukuran dan bentuk.
&er!adi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran
kedua bentuk lepra.
?ika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; !ika kaeadaannya
memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
$elama per!alanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa ter!adi reaksi
kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi
dan kelen!ar getah bening, sendi, buah =akar, gin!al, hati dan mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung kepada !enis dan beratnya reaksi, bisa diberikan
kortikosteroid atau talidomid.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan
hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke
dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
emampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga
penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka
sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. erusakan saraf tepi !uga menyebabkan
kelemahan otot yang menyebabkan !ari-!ari tangan seperti sedang men1akar dan kaki
terkulai. arena itu penderita lepra men!adi tampak mengerikan.
Penderita !uga memiliki luka di telapak kakinya.
erusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. erusakan
mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat men!adi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat
menurunkan kadar testosteron dan !umlah sperma yang dihasilkan oleh testis.
+'9FB*$9
+iagnosisi ditegakkan berdasarkan ge!ala-ge!alanya.
Gntuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap 1ontoh
!aringan kulit yang terinfeksi.
PHBF*B9&9B
9ntibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya
diberikan lebih dari 1 ma1am obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
9ntibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif
tidak mahal dan biasanya aman.
adang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
Aifampi1in adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson.
Hfek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan ge!ala-ge!ala yang
menyerupai flu.
9ntibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofa=imin, etionamid, misiklin,
klaritromisin dan ofloksasinY.
&erapi antibiotik harus dilan!utkan selama beberapa 0aktu karena bakteri penyebab lepra
sulit dilenyapkan.
Pengobatan bisa dilan!utkan sampai : bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya
infeksi dan penilaian dokter.
Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.
PHB>HF9.9B
+ulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya
diasingkan dan diisolasi.
Pengobatan dini bisa men1egah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita
1enderung mengalami masalah psikis dan sosial.
&idak perlu dilakukan isolasi. 6epra hanya menular !ika terdapat dalam bentuk
lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
$elain itu, sebagian besar se1ara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya
orang yang tinggal serumah dalam !angka 0aktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
+okter dan pera0at yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko
tertular.
Lepra .penyakit hansen/
6epra ,penyakit hansen/ adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya
kerusakan saraf perifer ,saraf diluar otak dan medulla spinalis/, kulit, selaput lendir
hidung, buah =akar ,testis/ dan mata.
Penyebab
Bakteri %y1oba1terium leprae.
3aktor 2isiko
$ekitar )#E penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang
yang terinfeksi.
'nfeksi !uga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
$ekitar ()E orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem
kekebalannya berhasil mela0an infeksi. 'nfeksi dapat ter!adi pada semua umur, paling
sering mulai dari usia 2#an dan "#an. bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan
pada pria.
7ejala dan "anda
Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga ge!alanya baru mun1ul
minimal 1 tahun setelah terinfeksi ,rata-rata mun1ul pada tahun ke-)-;/. ?enis lepra
menentukan prognosis !angka pan!ang, komplikasi yang mungkin ter!adi dan kebutuhan
akan antibiotik 8
1/ 6epra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih
yang datar. +aerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak
saraf-sarafnya.
2/ Pada lepra lepromatosa mun1ul ben!olan ke1il atau ruam menon!ol yang lebih besar
dengan berbagai ukuran dan bentuk. &er!adi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan
bulu mata.
"/ 6epra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran
kedua bentuk lepra. Pada semua !enis, selama per!alanan penyakit baik diobati maupun
tidak diobati, bisa ter!adi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam
dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelen!ar getah bening, sendi, buah =akar, gin!al, hati
dan mata.
Pencegahan
+ulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya
diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa men1egah atau memperbaiki kelainan
bentuk, tetapi penderita 1enderung mengalami masalah psikis dan sosial. &idak perlu
dilakukan isolasi.
6epra hanya menular !ika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan
itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain. selain itu, sebagian besar se1ara alami
memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam !angka
0aktu yang lama yang memiliki resiko tertular. +okter dan pera0at yang mengobati
penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.
Penatalaksanaan
9ntibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya
diberikan lebih dari 1 ma1am obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
9ntibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif
tidak mahal dan biasanya aman. adang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam
kulit dan anemia.
Aifampin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Hfek samping
yang paling serius adalah kerusakan hati dan ge!ala-ge!ala yang menyerupai flu.
9ntibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofa=imin, etionamid, misiklin,
klaritromisin dan ofloksasin. &erapi antibiotik harus dilan!utkan selama beberapa 0aktu
karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilan!utkan sampai :
bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak
penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.
Rabu, 17 Desember 2!
P"RA#A$A% P"%&AK'$ KUS$A
A. DEFINISI
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf
tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 199)
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi
mikobakterium leprae. (!ansjoer "rif, #$$$)
B. ETIOLOGI
!ikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (%&")
bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan
organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati,
sumsum tulang ke'uali susunan saraf pusat. !asa membelah
diri mikobakterium leprae 1#(#1 hari dan masa tunasnya antara
)$ hari()$ tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1( mi'ro, lebar $,#($,* mi'ro biasanya
berkelompok dan ada yang disebar satu(satu, hidup dalam sel
dan %&".
C. MANIFESTASI KLINIS
!enurut +,- (199*) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat
satu dari tanda kardinal berikut.
"danya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas
/esi kulit dapat tunggal atau multipel biasanya
hipopigmentasi tetapi kadang(kadang lesi kemerahan atau
ber0arna tembaga biasanya berupa. makula, papul, nodul.
Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran
khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi
sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot.
%&" positif
1ada beberapa kasus ditemukan %&" dikerokan jaringan
kulit.
1enebalan saraf tepi, nyeri tekan, parastesi.
D. KLASIFIKASI
2ntuk para petugas kesehatan di lapangan, bentuk klinis
penyakit kusta 'ukup dibedakan atas dua jenis yaitu.
Kusta bentuk kering (tipe tuberkuli!"
!erupakan bentuk yang tidak menular
Kelainan kulit berupa ber'ak keputihan sebesar uang logam
atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di
pipi, punggung, pantat, paha atau lengan. %er'ak tampak
kering, perasaan kulit hilang sama sekali, kadang(kadang
tepinya meninggi
1ada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf
tepi pada, sering gejala kulit tak begitu menonjol tetapi
gangguan saraf lebih jelas
Komplikasi saraf serta ke'a'atan relatif lebih sering terjadi
dan timbul lebih a0al dari pada bentuk basah
1emeriksaan bakteriologis sering kali negatif, berarti tidak
ditemukan adanya kuman penyebab
%entuk ini merupakan yang paling banyak didapatkan di
indonesia dan terjadi pada orang yang daya tahan
tubuhnya terhadap kuman kusta 'ukup tinggi
Kusta bentuk basa# (tipe lepr$atsa"
!erupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat
ditemukan baik di selaput lendir hidung, kulit maupun
organ tubuh lain
3umlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering
dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya
rendah dalam menghadapi kuman kusta
Kelainan kulit bisa berupa ber'ak kamarahan, bisa ke'il(
ke'il dan tersebar diseluruh badan ataupun sebagai
penebalan kulit yang luas (infiltrat) yang tampak
mengkilap dan berminyak. %ila juga sebagai benjolan(
benjolan merah sebesar biji jagung yang sebesar di
badan, muka dan daun telinga
4ering disertai rontoknya alis mata, menebalnya 'uping
telinga dan kadang(kadang terjadi hidung pelana karena
rusaknya tulang ra0an hidung
Ke'a'atan pada bentuk ini umumnya terjadi pada fase
lanjut dari perjalanan penyakit
1ada bentuk yang parah bisa terjadi 5muka singa5 (fa'ies
leonina)
Diantara kedua bentuk klinis ini, didapatkan bentuk
pertengahan atau perbatasan (tipe borderline) yang gejala(
gejalanya merupakan peralihan antara keduanya. %entuk ini
dalam pengobatannya dimasukkan jenis kusta basah.
E. %ATOGENESIS
4etelah mikobakterium leprae masuk kedalam tubuh,
perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan
seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung
pada derajat sistem imunitas seluler ('eluler midialet immune)
pasien. Kalau sistem imunitas seluler tinggi, penyakit
berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang
kearah lepromatosa. !ikobakterium leprae berpredileksi
didaerah(daerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan
6askularisasi yang sedikit.
Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi
karena imun pada tiap pasien berbeda. 7ejala klinis lebih
sebanding dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas
infeksi oleh karena itu penyakit kusta disebut penyakit
imonologik.
F. %EME&IKSAAN %EN'N(ANG
%e$eriksaan Bakterilgis
Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut.
4ediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif.
Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik
ke'uali tidak ditemukan lesi ditempat lain.
1emeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama
dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul.
/okasi pengambilan sediaan apus untuk pemeriksaan
mikobakterium leprae ialah.
8uping telinga kiri atau kanan
Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain
4ediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari
karena.
&idak menyenangkan pasien
1ositif palsu karena ada mikobakterium lain
&idak pernah ditemukan mikobakterium leprae pada
selaput lendir hidung apabila sedian apus kulit negatif.
1ada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput
lendir hidung lebih dulu negatif dari pada sediaan kulit
ditempat lain.
Indikasi pengambilan sediaan apus kulit.
4emua orang yang di'urigai menderita kusta
4emua pasien baru yang didiagnosis se'ara klinis sebagai
pasien kusta
4emua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau
karena tersangka kuman resisten terhadap obat
4emua pasien !% setiap 1 tahun sekali
1emerikaan bakteriologis dilakukan dengan pe0arnaan
tahan asam, yaitu 9iehl neelsen atau kinyoun gabett
8ara menghitung %&" dalam lapangan mikroskop ada :
metode yaitu 'ara 9ig 9ag, huruf 9, dan setengah atau
seperempat lingkaran. %entuk kuman yang mungkin
ditemukan adalah bentuk utuh (solid), pe'ah(pe'ah
(fragmented), granula (granulates), globus dan 'lumps.
In!eks Bakteri (IB")
!erupakan ukuran semikuantitatif kepadatan %&" dalam
sediaan hapus. I% digunakan untuk menentukan tipe kusta
dan menge6aluasi hasil pengobatan. 1enilaian dilakukan
menurut skala logaritma RID/;< sebagai berikut.
bila tidak ada %&" dalam 1$$ lapangan pandang
bila 1(1$ %&" dalam 1$$ lapangan pandang
bila 1(1$ %&" dalam 1$ lapangan pandang
bila 1(1$ %&" dalam rata(rata 1 lapangan pandang
bila 11(1$$ %&" dalam rata(rata 1 lapangan pandang
bila 1$1(1$$$ %&" dalam rata(rata 1 lapangan pandang
.bila =1$$$ %&" dalam rata(rata 1 lapangan pandang
Mr*lgi (IM"
!erupakan persentase %&" bentuk utuh terhadap seluruh
%&". I! digunakan untuk mengetahui daya penularan
kuman, menge6aluasi hasil pengobatan, dan membantu
menentukan resistensi terhadap obat.
G. %ENATALAKSANAAN
TE&A%I MEDIK
&ujuan utama program pemberantasan kusta adalah
penyembuhan pasien kusta dan men'egah timbulnya 'a'at
serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta
terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk
menurunkan insiden penyakit.
1rogram !ulti Drug &herapy (!D&) dengan kombinasi
rifampisin, klofa9imin, dan DD4 dimulai tahun 191. 1rogram ini
bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin
meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan
angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta
dalam jaringan.
Rejimen pengobatan !D& di Indonesia sesuai rekomendasi
+,- 199* sebagai berikut.
&ipe 1% ( 1"24; %"4I/;R)
3enis obat dan dosis untuk orang de0asa .
Rifampisin >$$mg?bln diminum didepan petugas
DD4 tablet 1$$ mg?hari diminum di rumah
1engobatan > dosis diselesaikan dalam >(9 bulan dan
setelah selesai minum > dosis dinyatakan R@& meskipun
se'ara klinis lesinya masih aktif. !enurut +,-(199*) tidak
lagi dinyatakan R@& tetapi menggunakan istilah
8ompletion -f &reatment 8ure dan pasien tidak lagi dalam
penga0asan.
&ipe !% ( !2/&I %"4I/;R)
3enis obat dan dosis untuk orang de0asa.
Rifampisin >$$mg?bln diminum didepan petugas
Klofa9imin :$$mg?bln diminum didepan petugas
dilanjutkan dengan klofa9imin *$ mg ?hari diminum di
rumah
DD4 1$$ mg?hari diminum dirumah
1engobatan #) dosis diselesaikan dalam 0aktu maksimal
:> bulan sesudah selesai minum #) dosis dinyatakan R@&
meskipun se'ara klinis lesinya masih aktif dan
pemeriksaan bakteri positif. !enurut +,- (199)
pengobatan !% diberikan untuk 1# dosis yang diselesaikan
dalam 1#(1 bulan dan pasien langsung dinyatakan R@&.
Dosis untuk anak
Klofa9imin.
2mur diba0ah 1$ tahun .
%ulanan 1$$mg?bln
,arian *$mg?#kali?minggu
2mur 11(1) tahun
%ulanan 1$$mg?bln
,arian *$mg?:kali?minggu
DD4.1(#mg ?Kg %%
Rifampisin.1$(1*mg?Kg %%
1engobatan !D& terbaru
!etode R-! adalah pengobatan !D& terbaru. !enurut
+,-(199), pasien kusta tipe 1% dengan lesi hanya 1 'ukup
diberikan dosis tunggal rifampisin >$$ mg, ofloksasim
)$$mg dan minosiklin 1$$ mg dan pasien langsung
dinyatakan R@&, sedangkan untuk tipe 1% dengan #(* lesi
diberikan > dosis dalam > bulan. 2ntuk tipe !% diberikan
sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak
#) dosis dalam #) jam.
1utus obat
1ada pasien kusta tipe 1% yang tidak minum obat sebanyak
) dosis dari yang seharusnya maka dinyatakan D-,
sedangkan pasien kusta tipe !% dinyatakan D- bila tidak
minum obat 1# dosis dari yang seharusnya.
%E&A+ATAN 'M'M
1era0atan pada morbus hansen umumnya untuk
men'egah ke'a'atan. &erjadinya 'a'at pada kusta
disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena
kuman kusta maupun karena peradangan se0aktu keadaan
reaksi netral.
1era0atan mata dengan lagophthalmos
1enderita memeriksa mata setiap hari apakah ada
kemerahan atau kotoran
1enderita harus ingat sering kedip dengan kuat
!ata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu
1era0atan tangan yang mati rasa
1enderita memeriksa tangannya tiap hari untuk
men'ari tanda( tanda luka, melepuh
1erlu direndam setiap hari dengan air dingin selama
lebih kurang setengah jam
Keadaan basah diolesi minyak
Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus
3ari bengkok diurut agar lurus dan sendi(sendi tidak
kaku
&angan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam,
luka
1era0atan kaki yang mati rasa
1enderita memeriksa kaki tiap hari
Kaki direndam dalam air dingin lebih kurang A jam
!asih basah diolesi minyak
Kulit yang keras digosok agar tipis dan halus
3ari(jari bengkok diurut lurus
Kaki mati rasa dilindungi
1era0atan luka
/uka dibersihkan dengan sabun pada 0aktu direndam
/uka dibalut agar bersih
%agian luka diistirahatkan dari tekanan
%ila bengkak, panas, bau ba0a ke puskesmas
&anda penderita melaksanakan pera0atan diri.
Kulit halus dan berminyak
&idak ada kulit tebal dan keras
/uka dibungkus dan bersih
3ari(jari bengkak menjadi kaku

Anda mungkin juga menyukai