Anda di halaman 1dari 9

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari.

Balanced Scorecard

15 ISSN: 1979-0759
BALANCED SCORECARD PADA
ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
(Sebuah Studi Literatur)

Lia Sari
Dosen PNS Dpk pada Politeknik Palembang Darussalam
Email : liasari1505@yahoo.co.id
No. Hp. 08197861766


ABSTRACT
Balanced scorecard as a performance measurement system had been long time used by private sector.
Apliying Balanced scorecard affects private sector performance positively. Nowdays, public sector facing
must be transparancy and accountability. Also efficien and effective in operations and costs. So, public
sector organization must repair its management system, include its management accounting system. The
different between public sector and private sector caused Balanced scorecard need to modified. Apliying
Balanced scorecard also facing some problems.
Keywords: Balanced Scorecard, The Public Sector, Performance Measurement

ABSTRAK
Balanced scorecard sebagai sistempengukuran kinerja telah lama digunakan oleh sektor swasta. Apliying
Balanced Scorecard mempengaruhi kinerja sektor swasta positif. Saat ini, sektor publik harus menghadapi
transparansi dan akuntabilitas. Juga effisien dan efektif dalam operasi dan biaya. J adi, organisasi sektor
publik harus memperbaiki sistemmanajemen, termasuk sistem manajemen akuntansi. Perbedaan antara
sektor publik dan sektor swasta menyebabkan Balanced Scorecard perlu dimodifikasi. Apliying Balanced
Scorecard juga menghadapi beberapa masalah.
Kata kunci : Balanced Scorecard, Sektor Publik, Pengukuran Kinerja

PENDAHULUAN
Saat ini ada tuntutan yang besar dari
masyarakat untuk transparansi dan akuntabilitas
publik oleh lembaga-lembaga sektor publik. Di
bidang pemerintahan, mulai ada perhatian
terhadap penilaian kelayakan praktik manajemen
pemerintahan. Hal ini memicu perbaikan sistem
akuntansi manajemen, sistemakuntansi keuangan,
perencanaan keuangan dan pembangunan, sistem
pengawasan dan pemeriksaan, serta dampak
finansial atas kebijakan-kebijakan pemerintah
(Mardiasmo, 2009). Organisasi sektor publik saat
ini dituntut untuk lebih efisien, memperhitungkan
biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak
negatif atas aktivitas yang dilakukan.
Untuk memenuhi tuntutan masyarakat akan
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan
efektivitas sektor publik, maka organisasi sektor
publik mulai membenahi sistemmanajemennya.
Beralih dari paradigma lama ke paradigma baru,
mulai terbuka dengan inovasi manajemen seperti
yang ada pada sektor swasta. Salah satu sistem
yang mulai coba diterapkan di organisasi sektor
publik adalah balanced scorecard.
Balanced scorecard dapat dimodifikasi dan
diaplikasikan pada organisasi sektor publik.
Penerapan balanced scorecard pada organisasi
sektor publik bertujuan untuk pemberdayaan
institusi, penganggaran yang lebih rasional,
peningkatan kinerja, meningkatkan komunikasi
kepada stakeholders, dan penyediaan data untuk
acuan (Oskar 2007).
Artikel ini merupakan artikel konseptual
mengenai penerapan balanced scorecard pada
organisasi sektor publik. Analisis dilakukan
berdasarkan telaah terhadap berbagai literatur
yang relevan dengan topik balanced scorecard
pada organisasi sektor publik. Bagian selanjutnya
dari artikel ini akan membahas mengenai konsep
balanced scorecard, perbedaan antara organisasi
sektor publik dengan sektor swasta, persamaan
antara organisasi sektor publik dengan sektor
swasta, balanced scorecard pada organisasi
sektor publik, tujuan penerapan balanced
scorecard pada organisasi sektor publik, manfaat
penerapan balanced scorecard pada organisasi
sektor publik, balanced scorecard yang
dimodifikasi untuk organisasi sektor publik,
kendala-kendala dalam penerapan balanced
scorecard pada organisasi sektor publik. Artikel
akan diakhiri dengan kesimpulan.

TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan Sektor Publik Dan Sektor Swasta
Organisasi sektor publik memiliki wilayah
yang lebih luas dan kompleks dibandingkan
dengan sektor swasta. Luasnya wilayah publik
bukan hanya karena luasnya jenis dan bentuk
organisasi publik, tapi juga karena kompleksnya
lingkungan yang mempengaruhi lembaga-
lembaga publik tersebut. Secara kelembagaan,
organisasi sektor publik meliputi badan-badan
pemerintahan (pemerintah pusat dan daerah serta
unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

16 ISSN: 1979-0759
(BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik
dan organisasi massa, lembaga swadaya
masyarakat, universitas, dan organisasi nirlaba
lainnya.
Istilah sektor publik memiliki pengertian
yang bermacam-macam. Dari sudut pandang ilmu
ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai
suatu entitas yang berhubungan dengan usaha
untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak
publik (Mardiasmo 2009). Beberapa tugas dan
fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga
dilakukan oleh sektor swasta, misalnya tugas
untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan
publik, seperti layanan komunikasi, penarikan
pajak, pendidikan, transportasi publik, dlsb.
Namun, untuk tugas tertentu, keberadaan sektor
swasta tidak dapat menggantikan sektor publik,
misalnya fungsi birokrasi pemerintahan.
Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis
dan organisasi publik adalah organisasi bisnis
berorientasi profit sedangkan organisasi publik
berorientasi nonprofit. Selain itu perbedaan
lainnya adalah dari segi tujuan strategis, tujuan
finansial, stakeholders, dan outcome, sumber
pendanaan, pertanggungjawaban, struktur
organisasi, karakteristik anggaran, dan sistem
akuntansinya.
Tabel 1.
Perbedaan Tujuan-Tujuan Organisasi Publik
Dengan Swasta
Feature Private Sector Public
Sector

General
Strategic
Goals
Competitiveness;
uniqueness
Mission
success; best
practices
Financial
Goals
Profit; growth;
market share
Productivity;
efficiency;
value
Stakeholders Stakeholders;
buyers;
managers
Taxpayers;
recipients;
legislators
Desired
Outcome
Customer
satisfaction
Customer
satisfaction
Sumber: Averson , 1999 dalamWartaka 2008

Meskipun organisasi publik tidak bertujuan
untuk mencari profit, organisasi ini terdiri dari
unit-unit yang saling terkait yang mempunyai
misi yang sama yaitu melayani masyarakat.
Untuk itu organisasi publik harus dapat
menterjemahkan misinya kedalam strategi, tujuan,
ukuran serta target yang ingin dicapai. Yang
kemudian dikomunikasikan kepada unit-unit yang
ada untuk dapat dilaksanakan sehingga semua
unit mempunyai tujuan yang sama yaitu
pencapaian misi organisasi. Untuk itu organisasi
publik dapat menggunakan Balanced Scorecard
dalammenterjemahkan misi organisasi kedalam
serangkaian tindakan untuk melayani masyarakat.
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor
publik dengan sektor swasta adalah sbb:
Tabel 2.
Perbedaan Sifat dan Karakteristik Sektor
Publik dengan Sektor Swasta
Perbedaan Sektor publik Sektor swasta
Tujuan
organisasi
Nonprofit
motif
Profit motif
Sumber
pendanaan
Pajak,
retribusi,
utang,
obligasi
pemerintah,
laba
BUMN/BUM
D, penjualan
aset negara,
dsb.
Pembiayaan
internal :
modal sendiri,
laba ditahan,
penjualan
aktiva
Pembiayaan
eksternal :
Utang bank,
obligasi,
penerbitan
saham
Pertanggungja
waban
Peranggungja
waban kepada
masyarakat
(publik) dan
parlemen
(DPR/DPRD)
Pertanggungja
waban kepada
pemegang
saham dan
kreditor
Struktur
organisasi
Birokratis,
kaku, dan
hierarkis
Fleksibel :
datar, piramid,
lintas
fungsional,
dsb.
Karakteristik
anggaran
Terbuka untuk
publik
Tertutup untuk
publik
Sistem
akuntansi
Cash
accounting
Accrual
accounting
Sumber : mardiasmo, 2009
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor
publik berbeda dengan sektor swasta. Pada sektor
swasta, tujuan utama adalah memaksimalkan
laba, sedangkan pada sektor publik, tujuamutama
organisasinya adalah pemberian pelayanan
(public service), misalnya : pendidikan, kesehatan
masyarakat, keamanan, penegakan hukum,
transportasi publik, dan penyediaan barang
kebutuhan publik. Meskipun tujuan utamanya
adalah pelayanan publik, organisasi sektor publik
tetap memiliki tujuan finansial, contohnya usaha
pemerintah meningkatkan penerimaan negara,
peningkatan laba BUMN/BUMD, dan
peningkatan PAD. Tujuan finansial diorientasikan
pada maksimisasi pelayanan publik, karena
pelayanan publik membutuhkan dana.
Sumber pembiayaan sektor publik berbeda
dengan sektor swasta. Kebijakan pemilihan
struktur modal pada sektor swasta lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, seperti tingkat
suku bunga, nilai tukar dan tingkat inflasi. Pada

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

17 ISSN: 1979-0759
sektor publik, keputusan pemilihan struktur
pembiayaan tidak hanya dipengaruhi oleh
pertimbangan ekonomi semata, namun juga
pertimbangan politik dan sosial.
Pada sektor publik, manajemen
bertanggungjawab kepada masyarakat karena
sumber dana yang digunakan berasal dari
masyarakat (public funds). Pola
pertanggungjawaban di sektor publik bersifat
vertikal (pertanggungjawaban pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya,
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat) dan
horizontal (pertanggungjawaban kepada
masyarakat luas).
Struktur organisasi berhubungan erat
dengan fungsi, strategi, dan tujuan organisasi.
Organisasi sektor publik sangat dipengaruhi oleh
kondisi politik. Tipe pemimpin, pilihan dan
orientasi kebijakan politik, sangat berpengaruh
terhadap pilihan struktur birokrasi pada sektor
publik.
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada
sektor publik rencana anggaran dipublikasikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi
dan didiskusikan. Namun, pada sektor swasta,
anggaran bersifat tertutup bagi publik karena
anggaran merupakan rahasia perusahaan.
Sistem akuntansi yang digunakan sektor
swasta dan sektor publik juga berbeda. Sistem
akuntansi yang digunakan sektor swasta adalah
akuntansi akrual, sedangkan sektor publik lebih
banyak menggunakan sistemakuntansi kas.
Pengertian publik berkaitan dengan
stakeholder organisasi. Sektor publik memiliki
cakupan yang lebih luas dibandingkan sektor
swasta, sehingga stakeholder pada sektor publik
lebih beragam dibandingkan dengan sektor
swasta. Perbedaan stakeholder sektor publik
dengan sektor swasta dapat dilihat pada tabel 3.

Persamaan Sektor Publik Dan Sektor Swasta
Meskipun sektor publik memiliki sifat dan
karakter yang berbeda dengan sektor swasta,
namun dalambeberapa hal memiliki kesamaan,
yaitu (Mardiasmo 2009) :
1. sektor publik dan sektor swasta merupakan
bagian integral dari sistemekonomi di suatu
negara dan keduanya menggunakan
sumberdaya yang sama untuk mencapai
tujuan organisasi.
2. sektor publik dan sektor swasta menghadapi
masalah yang sama, yaitu masalah
kelangkaan sumber daya, sehingga baik
sektor publik maupun sektor swasta dituntut
untuk menggunakan sumberdaya organisasi
secara ekonomis, efisien, dan efektif.
3. sektor publik dan sektor swasta
membutuhkan informasi yang handal dan
relevan untuk melakanakan fungsi
manajemen.
4. dalambeberapa hal, sektor publik dan sektor
swasta menghasilkan produk yang sama,
misalnya sektor publik dan sektor swasta
sama-sama bergerak dibidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan
energi, dsb.
5. sektor publik dan sektor swasta terikat pada
peraturan perundangan dan ketentuan hukum
lain yang disyaratkan.

Tabel 3.
Perbedaan Stakeholder Sektor Publik dengan
Sektor Swasta
stakeholder sektor
publik
stakeholder sektor
swasta
stakeholder eksternal :
Masyarakat
pengguna jasa
publik
Masyarakat
pembayar pajak
Perusahaan dan
organisasi sosial
ekonomi yang
menggunakan
pelayanan publik
sebagai input atas
aktivitas organisasi
Bank sebagai
kreditor pemerintah
Badan-badan
internasional,
misalnya Bank
Dunia, IMF, ADB,
PBB, dsb
Investor asing dan
country analyst
Generasi yang akan
datang

stakeholder internal :
Lembaga negara
(Kabinet, MPR,
DPR/DPRD, dsb)
Partai politik
Manajer publik
(Gubernur, Bupati,
Direktur
BUMN/BUMD)
Pegawai
pemerintah
stakeholder eksternal :
Bank sebagai
kreditor
Serikat buruh
Pemerintah
Pemasok
Distributor
Pelanggan
Masyarakat
Serikat dagang
Pasar modal













stakeholder internal :
Manajemen
Karyawan
Pemegang saham
Sumber : Mardiasmo, 2009

Balanced Scorecards
Penelitian mengenai balanced scorecard
pada sektor publik di Indonesia, sebagian besar
masih dalam tataran konseptual dan sebagai
wacana publik (Wartaka 2008 ; Darwanto 2007;
Oskar 2007; Baharuddin 2006). Hal ini

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

18 ISSN: 1979-0759
menunjukkan bahwa balanced scorecard pada
sektor publik masih dalamtahap pengembangan.
Meskipun begitu, banyak peneliti yang optimis
akan keberhasilan dan manfaat penerapan
balanced scorecard pada organisasi sektor publik.
Balanced Scorecard adalah suatu sistem
manajemen untuk mengelola implementasi
strategi, mengukur kinerja secara utuh,
mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran
kepada stakeholder (Darwanto, 2008). Konsep
balanced scorecard pertama kali dikenalkan pada
awal tahun 1990an oleh Robert S kaplan dan
David P. Norton. Konsep awal balanced
scorecard dipublikasikan dalammajalah Harvard
Business Review. Tahun 1996, Norton dan Kaplan
menerbitkan buku The Balanced Scorecard
Translating Strategy Into Action. Buku tersebut
ditulis berdasarkan pengalaman penerapan
Balanced Scorecard di banyak perusahaan di
Amerika.
Pada awalnya, balanced scorecard hanya
digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pada
organisasi bisnis. Balanced scorecard sebagai
suatu sistempengukuran kinerja dapat digunakan
sebagai alat pengendalian, analisa dan merevisi
strategi organisasi. Dewasa ini, balanced
scorecard bukan hanya digunakan oleh organisasi
bisnis tapi juga oleh organisasi publik. Balanced
scorecard dapat membantu organisasi publik
dalam mengontrol keuangan dan mengukur
kinerja organisasi.
Balanced scorecard merupakan sistem
manajemen strategis yang menterjemahkan visi
dan strategi suatu organisasi kedalamtujuan dan
ukuran operasional (Hansen dan Mowen, 2003).
Tujuan dan ukuran operasional tersebut kemudian
dinyatakan dalamempat perspektif, yaitu :
1. perspektif finansial,
2. perspektif pelanggan (customers),
3. perspektif proses bisnis internal (internal
business process), serta
4. perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan (learning and growth).
Setiap perspektif dalam Balanced
Scorecard terdiri dari empat komponen
utama yaitu (Wartaka, 2008) :
1. penetapan tujuan-tujuan strategis,
2. pemilihan ukuran-ukuran kinerja yang
berkaitan langsung dengan tujuan-tujuan
strategis,
3. penetapan target-target kinerja, dan
4. penetapan program-program peningkatan
kinerja (inisiatif-inisiatif) beserta
rencana-rencana tindakan (action
plans) setiap program peningkatan
kinerja itu.
Terdapat dua jenis pengukuran dalam
Balanced Scorecard, yaitu (Wartaka 2008) :


1. Outcome kinerja (lagging measurement).
Ukuran-ukuran outcome merupakan
ukuran generik yang merefleksikan hasil
yang telah dicapai dimasa lalu, misalnya
pertumbuhan pendapatan, persentase
pendapatan dari pelanggan baru.
2. Pengendali kinerja (leading
measurement).
Ukuran-ukuran pengendali adalah
ukuran yang merupakan pendorong
keberhasilan di masa depan, misalnya
revenue mix, dan pertumbuhan
pelanggan baru.
Lagging measurement dan leading
measurement merupakan key performance
indicators. Indikator kinerja kunci harus
merupakan faktor-faktor yang bisa diukur, masuk
secara logis dalam area hasil kunci tertentu yang
sasarannya jelas, mengidentifikasi apa yang akan
diukur, merupakan faktor yang dapat ditelusuri
asalnya (tracked) secara terus-menerus sampai
tingkat yang memungkinkan. Suatu balanced
scorecard yang baik haruslah memiliki kedua
jenis ukuran tersebut yang disesuaikan dengan
tujuan strategis perusahaan.

Tabel 4.
Pengukuran Strategis pada Organisasi Publik
Perspektif Tujuan Ukuran Tipe
Customers
and
Stakeholders
Meningkatkan
kepuasan konsumen
Tingkat
kepuasan
konsumen
Lag
Meningkatkan
kesadaran masyarakat
akan organisasi
Kegiatan
yang
melibatkan
masyarakat
Lead
Financial Mengurangi biaya
J asa
Biaya jasa
yang
diberikan
Lag
Internal
Business
Process
Mengurangi waktu
yang dibutuhkan
untuk menyerahkan
jasa
Waktu
penyerahan
jasa
Lag
Employee
and
Organization
Capacity
Meningkatkan
kemmpuan karyawan
J umlah
training yang
diikuti oleh
karyawan
Lead
Sumber : www.odgroup.com
Lag measure merupakan ukuran yang
menggambarkan apa yang dihasilkan (outcome),
misalnya kepuasan pelanggan, sedangkan lead
measures adalah ukuran yang menjadi pemicu
outcome dimasa yang akan datang misalnya
pengembangan proses internal yang baru. Suatu
balanced scorecard yang baik harus memiliki
lead dan lag meaures. Tabel di atas adalah contoh

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

19 ISSN: 1979-0759
pengembangan ukuran bagi setiap tujuan yang
ditentukan.
Sebelum mengimplementasikan balanced
scorecard, terlebih dahulu yang dilakukan adalah
membangun balanced scorecard melalui tahapan-
tahapan berikut (Wartaka 2008) :
1. menilai fondasi organisasi
2. membangun strategi bisnis
3. membuat tujuan organisasi
4. membuat strategic map bagi strategi bisnis
organisasi
5. pengukuran kinerja dan
6. menyusun inisiatif.
Tahapan dalam mengimplementasikan
balanced scorecard meliputi identifikasi data
yang dibutuhkan, membangun balanced
scorecard secara menyeluruh dan melakukan
evaluasi. Tahapan yang digunakan dalam
membangun suatu balanced scorecard dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. permintaan konsumen memicu organisasi
untuk menghasilkan produk atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Misi, visi, dan core values yang dimiliki
organisasi membentuk budaya bagi
organisasi tersebut. Selanjutnya visi, misi dan
core values tersebut dinyatakan dalam
sasaran yang ingin dicapai dan kemudian
sasaran tersebut diterjemahkan kedalam
strategis.
3. Langkah berikutnya menterjemahkan strategi
kedalam tujuan, yang dibentuk dalam
strategic map, yang kemudian untuk setiap
tujuan ditetapkan ukuran yang ingin dicapai.
4. Setelah ukuran ditetapkan maka proses
selanjutnya adalah menetapkan target dan
program yang harus dilakukan untuk
mencapai misi organisasi.
5. Identifikasi sumberdaya dan anggaran
merupakan langkah penutup dalam
membangun suatu balanced scorecard.
Manfaat balanced scorecard bagi organisasi
antara lain adalah menjelaskan visi organisasi,
menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi
tersebut, mengintegrasikan perencanaan strategis
dan alokasi sumber daya, serta meningkatkan
efektivitas manajemen dengan menyediakan
informasi yang tepat untuk mengarahkan
perubahan.
Dalammenerapkan balanced scorecard, ada
lima prinsip utama yang harus dipahami, yaitu
(Darwanto, 2007) :
1. menerjemahkan sistem manajemen strategi
berbasis balanced scorecard ke dalam
terminologi operasional sehingga semua
orang dapat memahami.
2. menghubungkan dan menyelaraskan
organisasi dengan strategi itu. Ini untuk
memberikan arah dari eksekutif kepada staf
garis depan.
3. membuat strategi merupakan pekerjaan bagi
semua orang melalui kontribusi setiap orang
dalamimplementasi strategis.
4. membuat strategi suatu proses terus menerus
melalui pembelajaran dan adaptasi
organisasi.
5. melaksanakan agenda perubahan oleh
eksekutif guna memobilisasi perubahan.
Balanced Scorecards Pada Organisasi Sektor
Publik
Balanced Scorecard merupakan salah satu
model pengukuran kinerja sebuah organisasi,
yang bukan hanya menekankan pada seberapa
jauh keberhasilan organisasi dilihat dari segi
finansial saja, akan tetapi lebih ditekankan pada
keseimbangan (Balanced) antara hasil (Result)
yang dicapai dengan faktor pendorong (Enablers)
untuk mencapai hasil tersebut. Balanced
Scorecard bukan hanya sebagai pengukuran
kinerja organisasi bisnis atau profit akan tetapi
dalam jangka panjang penerapannya dapat
digunakan pada organisasi publik, baik kinerja
dari sisi keuangan (finansial) maupun kinerja non
keuangan.
Ada empat aspek organisasi publik yang
sangat relevan apabila dihubungkan dengan
Balanced Scorecard dan memungkinkan untuk
diadakan pengukuran (Baharuddin 2006), yaitu :
1. Aspek Pelayanan, yaitu sejauhmana kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah. Kepuasan tersebut
dapat diukur dengan jumlah keluhan dan
komplain masyarakat terhadap pelayanan
public yang diberikan oleh pemerintah
melalui aspirasi yang disampaikan
masyarakat di DPR/DPRD, di media massa,
media elektronik dll. Keluhan tersebut dapat
terjadi karena pelayanan yang diberikan
belum baik. Misalnya, keluhan karena
lamanya waktu pelayanan public, keluhan
karena kualitas hasil pelayanan public belum
baik dan keluhan yang terjadi karena sikap
dan perilaku aparat pelayanan public yang
memang belumbagus.
2. Aspek Bisnis Internal dikaitkan dengan
proses internal pada organisasi publik, yakni
kinerja pegawai, sejauhmana organisasi
public mengadakan inovasi, maksimalisasi
produk kebijakan dalam pelayanan internal
serta interaksi masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan penilaian ini
dikaitkan dengan sikap dan perilaku orang
atau aparat yang melayani.
3. Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan di
dalam organisasi publik mencakup tentang
pemberdayaan sumber daya manusia sebagai
perangkat dari organisasi publik. Pendidikan
dan pembelajaran perlu diberikan kepada
karyawan agar termotivasi memiliki keahlian
dan keterampilan kerja memperbaiki pola

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

20 ISSN: 1979-0759
kerja, sistem kerja, sikap dan perilaku di
dalam bekerja. Sebab kalau aparat pintar,
kualitas pekerjaan baik, waktu pelayanan
cepat akan diperoleh penghematan biaya.
4. Aspek Keuangan/Finansial merupakan hasil
dari suatu proses yang berlanjut karena
adanya peningkatan sumber daya yang
dimiliki. Dengan adanya pelaksanaan
kegiatan atau produk layanan yang baik
selanjutnya akan memperoleh hasil respon
positif dari masyarakat dalam bentuk
pembayaran pajak dan retribusi daerah atau
sumber lainnya. Ini adalah hasil akhir sebagai
akibat dari tiga aspek berjalan dengan baik.
Oleh karena itu keuangan organisasi publik
yang baik berimplikasi pada kualitas
pelayanan, seperti penyerahan produk hasil
layanan tepat waktu, kualitas produk/jasa
layanan publik menjadi lebih baik,
kesejahteraan pegawai meningkat dan
pegawai termotivasi untuk bekerja lebih baik
karena imbalan yang tersedia serta hasil
pekerjaan mereka sangat dihargai.
Balanced scorecard pada awalnya ditujukan
bagi organisasi bisnis. Penerapan Balance
Scorecard pada organisasi sektor publik
memerlukan modifikasi atau revisi (Makhijani
2004). Balance Scorecard perlu dimodifikasi
karena perbedaan-perbedaan yang ada antara
organisasi sektor publik dengan organisasi sektor
swasta.
Implementasi balanced scorecard pada
sektor publik/pemerintah memerlukan beberapa
penyesuaian atau modifikasi, karena :
1. Fokus utama sektor publik adalah
masyarakat (publik) dan kelompok-
kelompok tertentu (interest groups)
misalnya pemerintah pusat, instansi
pemerintah lain. Sedangkan fokus utama
sektor bisnis adalah pelanggan dan
pemegang saham.
2. Tujuan utama organisasi publik adalah
bukan maksimalisasi hasil-hasil
finansial, tetapi keseimbangan
pertanggungjawaban finansial
(anggaran) melalui pelayanan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) sesuai dengan visi dan
misi organisasi pemerintah.

Tujuan finansial bukan merupakan tujuan
utama sektor publik/pemerintah. Organisasi
sektor publik mengukur keberhasilan mereka
melalui kemampuan mengatur pengeluaran
sejumlah anggaran yang berwujud pada
kebutuhan masyarakat, instansi pemerintah lain
dan pemerintah pusat (stakeholders). Dengan
demikian, fokus utama organisasi sektor publik
bukan pada pencapaian tujuan finansial namun
pada tujuan yang berfokus pada pelanggan, yang
dalamhal ini adalah masyarakat dan pemerintah
pusat. Keberhasilan sektor publik diukur melalui
efektivitas dan efisiensi dalam memenuhi
kebutuhan stakeholders yang diwujudkan melalui
tujuan-tujuan yang berwujud (tangibles
objectives).
Tabel 5.
Perbedaan Perspektif Balanced Scorecard pada
Sektor Publik dan Swasta
Perspektif Sektor
Publik/Pemerintah
Sektor
Swasta/Bisnis

Finansial Bagaimana kita
melihat/
memandang dan
memberikan
nilai pada
stakeholders?
Bagaimana
kita melihat/
memandang
dan
memberikan
nilai kepada
pemegang
saham?
Pelanggan Bagaimana
stakeholders yang
menggunakan
jasa/pelayanan
publik memandang
dan
mengevaluasi kami?
Bagaimana
pelanggan
melihat
atau
memandang
dan
mengevaluasi
kinerja kami?

Pembelajar
an dan
Pertumbuha
n

Dapatkah kita
melanjutkan
untuk meningkatkan
dan
menciptakan nilai
bagi
stakeholders?

Dapatkah kita
melanjutkan
untuk
meningkatkan
dan
menciptakan
nilai bagi
pelanggan,
pemegang
saham,
karyawan,
manajemen
dan organisasi
?
Proses
Bisnis
Internal

Apakah program-
program
pembangunan yang
dilaksanakan telah
memberikan
hasil-hasil sesuai
dengan yang
diharapkan?
Apakah yang
harus
diunggulkan
dari proses dan
produk kami?

Sumber: Gaspersz , 2005 dalam Wartaka 2008

Organisasi publik adalah organisasi yang
didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Sehingga, yang menjadi
tujuan utama (ultimate objective) dan menjadi
tolok ukur sukses gagalnya penyelengaraan suatu
layanan publik adalah kepuasan publik.
Keberhasilan organisasi publik diukur melalui

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

21 ISSN: 1979-0759
efektivitas dan efisisensi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu,
organisasi publik perlu menetapkan indikator-
indikator dan target pengukuran kinerja yang
berorientasi kepada masyarakat. Pengukuran
kinerja pada organisasi publik dapat
meningkatkan pertanggungjawaban dan
memperbaiki proses pengambilan keputusan.
Tujuan Penerapan Balanced Scorecard Pada
Organisasi Sektor Publik
Tujuan penerapan balanced scorecard pada
pengukuran kinerja organisasi publik adalah
untuk menyatakan adanya keseimbangan antara
berbagai ukuran internal dan eksternal. Balanced
scorecard lebih dari sekedar pengukuran taktis
atau operasional tetapi pada organisasi yang
inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah
sistem manajemen strategis untuk mengelola
strategi jangka panjang organisasi yang
menggunakan fokus pengukuran kinerja
scorecard untuk menghasilkan berbagai proses
manajemen penting sebagai berikut :
1. Memperjelas dan menerjemahkan misi dan
strategi organisasi,
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan
berbagai tujuan dan ukuran strategis,
3. Merencanakan dan menetapkan sasaran
Untuk menyelaraskan berbagai inisiatif
organisasi dan
4. Meningkatkan umpan balik dan
pembelajaran utamanya didalam
membenahi strategis organisasi menuju
pelayanan yang lebih baik.
Manfaat Balanced Scorecard Bagi Organisasi
Sektor Publik
Organisasi sektor publik saat ini dituntut
untuk akuntabel, kompetitif, dan berfokus pada
kinerja. Organisasi sektor publik juga ditantang
untuk memenuhi harapan berbagai kelompok
stakeholders. Tuntutan ini mengharuskan
organisasi sektor publik untuk bertindak
profesional seperti halnya sektor swasta. Untuk
itu, organisasi sektor publik perlu memiliki sistem
pengukuran kinerja.
Alasan penting bagi suatu sistempengukuran
kinerja organisasi sektor publik adalah sumber
motivasi bagi pelaksana/SDM organisasi sektor
publik itu sendiri. Para pelaksana tersebut,
sebagaimana halnya karyawan sektor swasta, juga
membutuhkan pengakuan atas kinerja mereka.
Bila tidak ada mekanisme yang menunjukkan
hasil kerja mereka selama ini, maka pelaksana
tersebut tidak memiliki dasar apapun untuk
diapresiasi, malas-rajin sama saja. Kinerja
pelayanan publik yang tidak pernah terukur dan
dikomunikasikan akan membuat para pekerja
publik tersebut merasa tidak peduli ("nobody-
cares-anyway" mentality) dengan kinerja mereka
dan bebas berbuat semaunya, seperti yang kita
lihat sebagai gejala umumdi Indonesia selama
ini.
Organisasi sektor publik adalah organisasi
yang mengelola misi dan tanggung jawab yang
dibebankan oleh publik baik finansial maupun
non finansial. Melalui scorecard organisasi
pemerintah atau sektor publik akan mampu
menjelaskan misinya kepada masyarakat dan
dapat mengidentifikasi indikator kepuasan
masyarakat secara lebih transparan, objektif dan
terukur serta mampu mengidentifikasi proses
kerja dan kualitas sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalammencapai misi dan strateginya.
Ada beberapa manfaat bagi organisasi sektor
publik jika menggunakan balanced scorecard,
yaitu (Oskar, 2007) :
1. Balance Scorecard menempatkan
seluruh organisasi dalam proses
pembelajaran
2. keputusan penganggaran menjadi lebih
rasional
3. memfasilitasi perbaikan kinerja
4. memperbaiki komunikasi kepada
stakeholders
5. memberikan data untuk acuan (benchma
Balanced Scorecard Yang Dimodifikasi Untuk
Organisasi Sektor Publik
Penerapan Balance Scorecard pada
organisasi sektor publik memerlukan modifikasi
atau revisi.Modifikasi yang diperlukan antara lain
adalah dalam hal misi organisasi publik, sehingga
tujuan utama organisasi publik, yaitu memberi
pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, yang perlu
dimodifikasi adalah prioritas antara perspektif
finansial dan perspektif pelanggan. Selanjutnya
perspektif customers diubah menjadi perspektif
customers & stakeholders dan perspektif learning
dan growth menjadi perspektif employess and
organization capacity .
JCG Transformational Balanced Scorecard
The Jakarta Consulting Group telah
mengembangkan JCG Transformational
Balanced Scorecard yang merupakan suatu
sistem pengukuran kinerja berbasis balanced
scorecard yang secara spesifik digunakan dalam
organisasi layanan publik (Susanto 2009). Sistem
pengukuran ini terdiri dari lima perspektif, yaitu
pelanggan, finansial, operasi, sistem dan
organisasi, serta SDM. Perspektif SDM,
organisasi dan operasi berperan sebagai leading
indicators, sedangkan perspektif finansial dan
kepuasan pelanggan sebagai lagging indicators.
Dalam perspektif pelanggan, tujuan akhir
yang menjadi acuan dalam menentukan indikator
kinerja adalah memenuhi harapan semua
kelompok pelanggan (pemerintah, organisasi
donor dsb). Dari sisi perspektif finansial,
tujuannya adalah beroperasi secara penuh
tanggungjawab sehingga menarik minat

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

22 ISSN: 1979-0759
penyandang dana untuk tetap memberikan
dukungan. Perspektif operasi bertujuan meraih
kesuksesan dalamperbaikan proses yang efisien
dan efektif dalam keterbatasan finansial yang ada.
Sementara dari perspektif sistem dan organisasi
adalah menciptakan sistemdan organisasi yang
memberikan nilai tambah pada publik,
mengembangkan pembelajaran, kepedulian,
komunikasi dan kerjasama tim. Dan perspektif
sumber daya manusia yang bertujuan membentuk
sumber daya manusia yang melayani publik
secara kompeten, memiliki motivasi, kepedulian
dan berdedikasi tinggi.
Justice Scorecard
Singapura merupakan pelopor penerapan
Balanced Scorecard di Asia. Sebagai contohnya,
lembaga peradilan singapura, Subordinate Courts
telah menerapkan Balanced Scorecard sejak
tahun 1998 (Makhijani 2004). Subordinate Courts
memiliki 500 karyawan dan menangani sebagian
besar kasus pengadilan Singapura. Pimpinan
tertinggi Subordinate Courts memutuskan untuk
membuat proyek percontohan penerapan
Balanced Scorecard di divisi tuntutan hukum
(salah satu dari 5 divisi yang ada di Subordinate
Courts). Pilihan ini didasarkan pada ukuran divisi
yang relatif kecil, terstruktur dengan jelas, dan
manajemen yang menyukai perubahan). Langkah
pertama adalah membentuk sebuah komite
pengarah yang dipimpin oleh pimpinan
Subordinate Courts dan dianggotai oleh personel
senior Subordinate Courts. Komite ini bertugas
untuk menelaah dan memantau pelaksanaan
Balanced Scorecard. Setelah melewati 6 kali
masa uji coba, terbukti bahwa Balanced
Scorecard menyediakan sistem pengukuran
kinerja yang jelas dan meningkatkan komunikasi
dua arah secara signifikan, sehingga Balanced
Scorecard mengubah paradigma dalam
memantau, meningkatkan, dan mengukur kinerja
kerja.
Selama masa uji coba, Subordinate Courts
tetap berusaha agar divisi lainnya juga
mendapatkan informasi mengenai kemajuan
program tsb. Hal ini bertujuan untuk bersiap
mengatasi kesulitan kultural yang mungkin
muncul, misalnya ketakutan akan pengukuran.
Pada akhir tahun 1999, Subordinate Courts
memulai implementasi Balanced Scorecard
secara menyeluruh. Dimulai dari level korporat,
hingga level divisi. Dari tahap uji coba ke tahap
penerapan resmi, Balanced Scorecard mengalami
modifikasi. Hasil modifikasi ini kemudian diberi
nama Justice Scorecard. Justice Scorecard
memiliki 3 perspektif, yaitu :
1. Perspektif komunitas, tujuan akhirnya adalah
menjaga kepercayaan dan keyakinan publik.
Perubahan dari customer menjadi community
dilakukan untuk merefleksikan secara jelas
fakta bahwa Subordinate Courts harus
memperhatikan secara serius dengan pihak-
pihak yang berhubungan dengan Subordinate
Courts dalam bidang administrasi
pengadilan, dan juga komunitas yang harus
dilindungi saat keadilan itu diputuskan.
2. Perspektif organisasi, perspektif ini
merupakan kombinasi antara perspektif
finansial dan perspektif proses internal.
Meskipun finansial bukan yang utama,
namun finansial merupakan bagian integral
dari operasional organisasi publik agar
beroperasi secara efektif dan efisien,
sehingga dijadikan satu dengan perspektif
organisasi. Tujuan perspektif ini adalah
menentukan tipe layanan yang dibutuhkan
komunitas dengan biaya yang efektif dan
paling inovatif.
3. Perspektif karyawan, bertujuan untuk
membangun sumber daya manusia yang
mampu memenuhi permintaan
pengadministrasian pengadilan dengan basis
pengetahuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, para staf dilengkapi dengan
pelatihan, motivasi dan kesiapan lainnya, dan
mendorong tumbuhnya budaya pembelajaran
yang kuat di jajaran pengadilan.
Kendala Yang Dihadapi Dalam Penerapan
Balanced Scorecard Pada Sektor Publik
Penerapan Balanced Scorecard pada sektor
publik mengalami kendala sebagai berikut
(Darwanto 2007; Susanto 2009) :
1. Selama ini, sistembalanced scorecard lebih
sering diterapkan pada sektor swasta yang
berorientasi bisnis, sehingga kurang siap dan
perlu dimodifikasi untuk diimplementasikan
di organisasi sektor publik yang berorientasi
pada pelayanan.
2. Adanya paradigma bahwa organisasi publik
tidak memerlukan pengukuran kinerja, dan
pengukuran kinerja organisasi sektor publik
tidak berguna karena misi, visi, tujuan
organisasi, dan program kerjanya sangat
tergantung pada kondisi sosial dan politik.
3. Sulitnya penyusunan balanced scorecard
menyebabkan banyak organisasi yang gagal
membuat balanced scorecard. Kesulitan ini
muncul karena berbagai hal, antara lain tidak
adanya komitmen dari pimpinan, staf yang
terlibat terlalu sedikit, proses penyusunan
yang lama dan sekali jadi, kesalahan memilih
konsultan, dll.

KESIMPULAN
Dari pembahasan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa :
1. Balanced scorecard dapat diterapkan pada
organisasi sektor publik. Meskipun konsep
awalnya adalah untuk sektor swasta, namun
balanced scorecard dapat dimodifikasi untuk

ILMIAH Volume V No.I1, 2013 Lia Sari. Balanced Scorecard

23 ISSN: 1979-0759
menyesuaikan perbedaan organisasi sektor
publik dengan sektor swasta.
2. Balanced scorecard perlu diterapkan pada
organisasi sektor publik. organisasi sektor
publik yang telah menerapkan balanced
scorecard membuktikan bahwa penerapan
balanced scorecard berdampak positif
terhadap kinerja organisasinya.
3. Penerapan balanced scorecard pada
organisasi sektor publik selain memberikan
manfaat, juga menghadapi beberapa kendala.

DAFTAR PUSTAKA
Antariksa, Yodhia. 2009. Mengembangkan
Government Performance Scorecard.
www.google.comdiakses pada Oktober
2009.
Baharuddin, Burhanuddin. 2006. Pengukuran
Kinerja Sektor Publik dengan
Menggunakan Balanced Scorecard.
www.google.comdiakses pada Oktober
2009.
Darwanto. 2008. Balanced Scorecard untuk
Organisasi Pemerintah.
www.google.comdiakses pada Oktober
2009.


































Hans. 2008. Sistem Manajemen Kinerja Provinsi
NTT. http://nttonlinenews.com diakses
pada November 2009.
Makhijani, Naresh. 2004. Implementasi Balanced
Scorecard di Singapura.
www.portalhr.com diakses pada
November 2009.
Mawarti. 2008. Kemungkinan Penerapan
Balanced Scorecard sebagai suatu
Alternatif Pengukuran Kinerja pada
Dipenda Kota Surakarta.
http://digilib.uns.ac.id diakses pada
November 2009.
Oskar. 2007. Balanced Scorecard dan
Performance Management dalam
Perspektif Peningkatan Kinerja
Pemerintah Daerah. www.google.com
diakses pada Oktober 2009.
Susanto, A.B. 2009. Mengukur Kinerja Layanan
Sektor Publik.
www.jakartaconsulting.com diakses
pada November 2009.
Wartaka, Mohammad. 2008. Pelaksanaan Fungsi
DPRD dalam Mengevaluasi Kinerja
Organisasi Publik dalam Kerangka
Balanced Scorecard. www.google.com
diakses pada Oktober 2009.

Anda mungkin juga menyukai