Anda di halaman 1dari 1

Pendahuluan

Timbal (plumbum /Pb ) atau timah hitam adalah satu unsur logam berat yang lebih tersebar luas
dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan,
peleburan dan berbagai penggunaannya dalam industri. Timbal berupa serbuk berwarna abu-abu gelap
digunakan antara lain sebagai bahan produksi baterai dan amunisi, komponen pembuatan cat, pabrik tetraethyl
lead, pelindung radiasi, lapisan pipa, pembungkus kabel, gelas keramik, barang-barang elektronik, tube atau
container, juga dalam proses mematri.
Keracunan dapat berasal dari timbal dalam mainan, debu ditempat latihan menembak, pipa ledeng,
pigmen pada cat, abu dan asap dari pembakaran kayu yang dicat, limbah tukang emas, industri rumah, baterai
dan percetakan. Makanan dan minuman yang bersifat asam seperti air tomat, air buah apel dan asinan dapat
melarutkan timbal yang terdapat pada lapisan mangkuk dan panci. Sehingga makanan atau minuman yang
terkontaminasi ini dapat menimbulkan keracunan. Bagi kebanyakan orang, sumber utama asupan Pb adalah
makanan yang biasanya menyumbang 100 300 ug per hari.
Kemudian pada masyarakat di kota besar dan berdiam dipinggir jalan dengan transportasi kendaraan
bermotor yang padat serta dilingkungan industri adalah kelompok yang rentan terhadap pencemaran timah hitam
(Pb).
Antara tahun 1976 dan 1980, lebih dari 85% anak usia prasekolah di Amerika Serikat mempunyai
kadar timbal darah 10 g/dL, hampir 98% di antaranya keturunan Afro- Amerika. Kemudian pemerintah
Amerika Serikat memberlakukan peraturan untuk mengurangi pemakaian timbal pada tiga sumber utama timbal,
yaitu menghentikan produksi bensin bertimbal, melarang penggunaan kaleng bertimbal untuk makanan dan
menetapkan kadar timbal maksimal untuk pemakaian cat sebesar 0,07% per kg saja. Pada tahun 2000, anak usia
prasekolah di Amerika Serikat yang mempunyai kadar timbal darah tinggi hanya 3%.
Di Indonesia keracunan timbal diperkirakan berasal dari berbagai sumber seperti bensin bertimbal, cat,
sayuran, pupuk dan lain-lain. Meskipun pemerintah sudah menetapkan bensin bebas timbal sejak Juli 2001,
masih ditemukan bensin bertimbal di Palembang, Ambon dan Sorong, dan belum ada peraturan nilai ambang
batas penggunaan timbal pada berbagai produk konsumen di Indonesia.
Kadar ambang terendah timbal yang dapat menyebabkan keracunan secara biokimiawi, subklinis atau
klinis telah beberapa kali ditetapkan ulang selama lebih dari lima puluh tahun. Kadar timbal dalam darah atau
Blood Lead Level (BLL) merupakan baku emas untuk menentukan efeknya dalam darah.
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), the American Academy of Pediatrics (AAP)
dan beberapa organisasi nasional dan internasional menetapkan bahwa Blood Lead Level (BLL) 10 g/dL
membutuhkan pengobatan. Kadar yang lebih rendah pernah dilaporkan menimbulkan keracunan pada anak.

Anda mungkin juga menyukai