Anda di halaman 1dari 27

PT.

SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
1

PENGUJIAN SEMEN PORTLAND

OLEH : Rudianto

PT.SEMEN BOSOWA MAROS

Pengujian Fisika semen Portland adalah pengujian yang utama dilakukan
untuk mengetahui sifat fisika dari semen Portland itu dan juga mengetahui
apakah semen itu telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh standar
baik SNI maupun ASTM
Ada beberapa pengujian yang fisikan yang biasa dilakukan untuk semen
Portland :
1. Blaine atau kehalusan
2. Waktu pengikatan
3. Kuat tekan mortar
4. Pemuaian
5. Pengikatan semu
6. Spesifik grafity
Dalam tulisan ini dibahas mengenai pengujian-pengujian tersebut dengan
sedikit mengulas tentang peralatan yang digunakan
Semoga bermanfaat
Rudianto
Email : ananda_aurelia@yahoo.com

rdanto72@gmail.com

rudianto.salim@semenbosowa@co.id

Web : http://www.Rdianto.wordpress.com


PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
2

SPESIFIC SURFACE

(Fineness by air permeability)
Test Methode ASTM C 204
Penggilingan Campuran klinker dan gypsum menjadi partikel halus,
dimaksudkan untuk mendapatkan sifat sifat semen yang diperlukan atau di syaratkan.
Kehalusan material setelah keluar dari semen mill umumnya dilakukan dengan
memantau luas specific permukaan material (Spasific Surface).
Proses hidrasi dari semen diawali dari permukaan partikel semen, semakin besar luas
permukaan specific dari semen akan meningkatkan kecepatan hidrasi yang pada
akhirnya akan mempercepat proses pengikatan dan pengerasan semen.
Dalam industri semen untuk mempercepat proses hidrasi dan meningkatkan
perkembangan kuat tekan dari produk semen, maka pada umumnya dilakukan dengan
menggiling lebih halus. Cara cara ini biasanya dipilih jika dari satu macam jenis klinker
akan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan semen dengan beberapa
klasifikasi kuat tekan, sehingga akan dihasilkan dengan kehalusan yang berbeda beda.
Namun dengan memprodukasi semen dengan menggrinding ekstra halus yang
bertujuan untuk menaikkan kuat tekan menjadi tidak ekonomis lagi, sebab dengan
semen yang ekstra halus hanya efisien menaikkan kuat tekan pada umur umur awal saja
, sedang energy yang diperlukan untuk mengrinding berkisar dari konsumsi total
yang dibutuhkan pabrik semen.
Pengujian Luas permukaan (spesific Surface) dilakukan dengan menggunakan
alat Blaine Air Permeability oleh sebeb itu maka kahalusan semen lebih dikenal dengan
Blaine.
Nilai kehalusan (Blaine) dihitung dari permeability udara terhadap sample semen yang
dipadatkan pada kondisi tertentu. Biasanya hambatan/ tahanan terhadap aliran udara
pada sample semen yang dipadatkan tergantung dari permukaan spesifiknya. Semakin
besar nilai hambatannya akan menunjukkan semakin besarnya luas permukaan spesifik
dari semen, demikian pula sebaliknya.
Satuan dari kehalusan semen Portland dinyatakan dalam cm
2
/gram atau m
2
/kg. Ini dapat
juga diartikan sebagai jumlah luas muka total dibagi dengan berat sample.
Spesific Surface (Blaine) merupakan persyarat an fisika ut ama yang
harus dipenuhi semen Portland untuk semua type.
Syarat minimun : 2800 cm
2
/gr (280 m
2
/kg).
Apabila hasil dinyat akan dalam cm2/gram maka pembulat an sampai
persepuluhan t erdekat , dan pembulat an sampai sat uan t erdekat unt uk
m
2
/kg
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
3

Contoh :
Blaine 3447 cm
2
/gr maka pembulatan menjadi 3450 cm2/gr atau 345 m
2
/kg
Alat Blaine terdiri dari :
1. Sel Permeabilty : terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat
2. Piringan (disk) : terbuat dari logam tahan karat
3. Torak (plunger) : terbuat dari logam tahan karat
4. Kertas saring : ukuran medium (berpori medium)
5. Cairan Monometer : cairan yang tidak menguap, tidak hydroskopis
dan mempunyai viskositas dan kerapatan yang
rendah (Dibutyl phthalate/ Dibutyl 1,2 benzena
dicarboxylate), atau minyak mineral jenis ringan.
Alat Blaine pada dasarnya terdiri dari sebuah alat yang dapat menarik sejumlah
udara melalui suatu alas semen portland dan mempunyai porositas tertentu. Besarnya
pori-pori dan jumlahnya merupakan fungsi dari ukuran butir-butir dan menentukan
kecepatan aliran udara yang melalui alasnya.
Sebelum digunakan alat blaine biasa harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan semen standard (primer). Selain digunakan semen standar primer
dianjurkan juga menyiapkan semen standar sekunder untuk kalibrasi rutin.
Kalibrasi kembali :
1. Pada rentang waktu tertentu
2. Terjadinya kehilangan cairan didalam manometer
3. Apabila diperlukan jenis dan mutu kertas saring yang lain
Hal hal yang ditimbulkan oleh kehalusan semen
1. Semakin halus semen maka reaksi hidrasai semekin cepat, setting time akan
menjadi cepat.
2. semakin halus semen/ partikel partikel semen, akan menghasilkan kekuatan
tekan yang tinggi.
3. Biasanya kebutuhan air naik dengan naiknya kehalusan dari pada semen.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
4

RESIDUE

Test Methode ASTM C-430
Selain dengan alat Blaine, kehalusan semen juga dapat diuji dengan cara ayakan
(sieve) .
Pada pengujian kehalusan dengan ayakan deikenal dengan 2 cara pengujian yaitu
1. Cara kering (Dry Methode)
Ayakan (sieve) No.100 (150 m)
Ayakan (sieve) No.200 (75 m)
(ASTM C. 184)
2. Cara Basah (wet methode)
Ayakan (sieve) No.50 (300 m)
Ayakan (sieve) No.100 (75 m)
Ayakan (sieve) No.200 (75 m)
Ayakan (sieve) No.100 (150 m)
(ASTM C. 786)
Ayakan (sieve) No.325 (45 m) (ASTM C 430)
Perbedaaan prinsip antara kedua methode tersebut diatas adalah terletak pada
system pemisahan antara partikel kasar dan partikel halus.
Pada met hode kering (dry met hode) untuk memisahkam partikel dilakukan dengan
bantuan isapan udara atau dengan menggunakan kuas.
Sedangkan pada cara basah (wet met hode) pemisahan partikel dengan menggunakan
semprotan air bertekanan.
Dilaboratorium proses PT. SEMEN BOSOWA untuk pengujian residue menggunakan
sieve atau ayakan No.325 (45 m) tidak menggunakan cara basah tetapi menggunakan
cara kering, yaitu dengan bantuan isapan udara yang bertekanan tertentu, dengan
menggunakan alat AIR JET SIEVE.
Kehalusan :
(tanpa nilai koreksi)

F = 100 - (Rs X 100)

W
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
5

F = Kehalusan semen yang dinyatakan sebagai % lolos ayakan
Rs = Residue (gram) yang tertahan pada ayakan
W = Berat sample (gram)
Residue :
Rs = Kehalusan semen yang dinyatakan sebagai % tertahan diatas ayakan
Residu = residu tertahan diatas ayakan (gram)
W = Berat sample (gram)
Kehalusan :

(dengan koreksi)

Rc = Residu terkoreksi (%)
C = Faktor koreksi ayakan
SPESIFIC GRAVITY HYDRAULIC CEMET

Test Methode ASTM C-188
Spesific gravity cement berguna pada saat semen diaplikasikan dilapangan yang
mana bertujuan untuk perencanaan dan pengendalian campuran beton.
Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah BEJANA LE-CHATELIER.
Bejana Le-Chatelier merupakan bejana yang terbuat dari kaca dengan kualitas yang baik
yang tahan terhadap bahan kimia dan pemuaian serta penyusutan yang kecil yang
disebebkan oleh perubahan tempertur.

Rs = Residue x 100
W

Rc = (Rs x 100) + C
W

F = 100 - Rc
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
6

Methode ini betujuan untuk mengetahui Spesific gravity dari semen Portland .
METHODE PENGUJIAN
Sejumlah sample semen yang telah ditimbang dimasukkan kedalam bejana Le-
chatelier yang telah berisi Minyak tanah (kerosene).
Kerosene (minyak tanah) yang digunakan yang mempunyai density lebih dari 0,73
gr/ml pada temperature 23 2
o
C.
Setelah semua semen dimasukkan bejana Le-chetelier tutup lubang bejana dengan
sloper, lakukan pengadukan dengan memutar secara horizontal sampai tidak terlihat
lagi adanya gelembung-gelembung udara dalam botol.
Rendam bejana Le-chatelier pada teperatur constant dalam water bath untuk waktu
yang cukup lama (minimal 2 jam).
PERHITUNGAN DENSITAS (Berat jenis) SEMEN :
Densitas ( ) = Berat dari semen (gram)

Volume minyak tanah (cm
3
)
Sp.gr.semen = Densitas Semen (gr/cm
3
)

Denst air pada suhu 4
o
C ( gr/cm
3
)

air (4
o
C) = 1 gr/cm
3
Catatan :
Densitas (berat jenis) adalah perbandingan antara berat semen (gram) dengan
volume minyak tanah yang dipindahkan (cm
3
), maka satuan yang digunakanan
untuk densitas adalah Gram/cm
3
.
Spesific gravity adalah perbandingan densitas semen dan densitas air pada suhu
4
o
C ( air (4
o
C) = 1 gr/cm
3
), maka untuk Sp.gr.semen tidak memiliki satuan.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
7
Dalam hal ini karena densitas air adalah 1 maka nilai densitas sama dengan
nilai sp.gr. semen, apabila densitas air tidak sama dengan 1 maka nilai densitas
tidak sama dengan sp.gr.semen.
Sp.gravity bukan indikasi kualitas dan bukan merupakan persyaratan utama baik
ASTM maupun SNI
NORMAL CONSISTENCY

Test Methode ASTM C-187
Kebutuhan air campuran yang diperlukan untuk pembuatan pasta semen
Portland dari konsistensi normal terutama dipengaruhi oleh kandungan Aluminat dan
alkali di klinker, selain itu juga dipangaruhi oleh kehalusan dari pada semen.
Untuk pengujian sifat-sifat fisik semen, jumlah air campuran yang digunakan mengacu
pada kondisi normal konsistensi, karena jumlah air yang digunakan akan berpengaruh
terhadap sifat fisik anatara lain :
1. Kuat tekan
2. Waktu pengikatan (setting time)
3. Ketahan terhadap sulphat.
CONSISTENCY : Adalah mobilit as relat if (sifat dapat bergerak) dari
campuran fresh atau kemampuan mengalir (flow).
Normal Consistency adalah suatu nilai perbandingan antara berat air yang digunakan
dan berat semen, yang dinyatakan dalam %(persen).
Dalam hal ini air (Gram) yang dibutuhkan atau digunakan untuk membuat pasta atau
untuk mendapatkan pasta yang plastis (workable) dicari dengan cara Trial and Error
atau coba-coba sampai di dapatkan jumlah yang tepat yang mana ditunjukkan dengan
penetrasi antara 9 s/ d 11 mm dengan menggunakan alat vicat (plunger

10

0.05
mm).
Dalam proses pencarian jumlah air apabila jumlah air belum didapatkan maka
penentuan kembali harus menggunakan sample yamg baru.
KETERANGAN ALAT VICAT:
1. Berat batang yang dapat bergerak : ( 300

0.5 gram)
(Plunger, jarum,dan penunjuk skala)
2. Diameter ujung batang torak : ( 10 0.05 mm )
3. Diameter jarum (jarum initial) : ( 1 0.05 mm ) (

0.005 SNI Reff)
4. Diameter jarum (jarum final/bertopi) : ( 1 0.05 mm )
5. Diameter cincin (bawah/besar) : ( 70 3 mm )
6. Diameter cincin (atas/kecil) : ( 60 3 mm )
7. Tinggi cincin : ( 40 1 mm )
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
8
KONDISI RUANG PENGUJIAN :
1. Suhu ruang pengujian antara 23
o
C

1,7
o
C (SNI Reff)
2. Kelembaban tidak kurang dari 50 % (

95 %)
3. Suhu sekitar meja tempat pencampuran semen kering, cetakan dan plat dasar
dipertahankan antara 20 s/d 27,5
o
C
4. Suhu air pencampur 23

2
o
C (21

25
o
C) (ASTM C.187-98)
5. Ruang lembab (Wet Box) Temp. 23
o
C

1,7
o
C ,Kelembaban tidak kurang dari 50
% (

95 %)
PASTA
Pasta adalah campuran yang homogean antara semen dan air.
Pada saat pembuat an past a dan pencet akan benda uji harus bet ul bet ul
mengacu kepada prosedure yang benar, Karena proses pembuat an dan
pencetakan akan sangat mempengaruhi t erhadap hasil yang akan
didapatkan
PENENTUAN CONSISTENCY
Pasta dikatakan telah memenuhi Normal Consistency (NC) apabila batang
plunger/peluncur

10

0.05 mm menembus/ terpenetrasi kedalam pasta sedalam 10

1 mm dari permukaan.
Hitung jumlah air yang dibutuhkan untuk konsistensi normal dengan pembulatan
hingga 0.1 % dan laporkan berat semen kering dengan pembulatan hingga 0.5 %
NC = Air (gram)/ semen (gram)x100

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGGUNAAN AIR
1. Kandungan Aluminat dalam semen
2. Kandungan alkali dari klinker
3. Kehulusan semen
4. Preshidrasi semen
5. Temperatur semen
PROSEDUR PEMBUATAN PASTA (BENDA UJI)
NO URAIAN TIME DURATION
1
650 gram semen+air,diamkan 00.00

00.30 30 Detik
2
Mix, low speed ( speed 140

5 ) 00.30

01.00 30 Detik
3
Stop, kumpulakan pasta 01.00

01.15 15 Detik
4
Mix, medium speed (Speed 285

10) 01.15

02.15 60 Detik
5
Pencetakan dan pengujian
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
9

SETTING TIME

Waktu Pengikatan
Test Methode ASTM C-191
Pengikatan semen disebabkan timbulnya rekasi antara senyawa anhydrous
semen dengan air. Didalam semen diketahui ada 4 mineral potensial, yaitu : C3S, C2S,
C3A dan C4AF (senyawa an-hydrous), diantara ke 4 mineral potensial tersebut diatas
maka C3A yang paling berpengaruh terhadap waktu pengikatan (setting time).
Reaksi ini akan segera terjadi sewaktu semen bertemu dengan air, adanya air akan
segera melarutkan senyawa sulphat dan bereaksi dengan aluminat membetuk senyawa
etteringit . Waktu pengikatan akan segera berlangsung setelah kira-kira 1 jam setelah
semen ditambah air.
Met ode pengujian ini unt uk menent ukan wakt u pengikat an/Set t ing Time
(Init ial Set dan Final Set ) semen hidrolisis dengan menggunakan alat
vicat (jarum vicat

1

0.005 mm).
Pasta yang telah ditentukan normal consistencynya dan jumlah air telah didapatkan
maka dapat langsung digunakan untuk pengujian waktu pengikatan. Setting time
mengindikasikan bahwa pasta mengalami atau tidak mengalami reaksi,
Pengujian setting time (waktu pengikatan) ini terbagi 2 :
1. Initial set (Pengikatan awal, syarat, min)
Pengujian Initial set dengan menggunakan jarum vicat

1

0.005 mm
a. Initial set dicapai apabila jarum menembus / terpenetrasi kedalam pasta
sedalam 25 mm dari permukaan.
b. Selain tersebut diatas Inititial set dapat artikan sebagai waktu yang
berlaku saat jarum secara total tidak bisa mempenetrasi pasta semen lebih
jauh.
c. Initial set ialah waktu mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi
kekakuan tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable
d. Initial set adalah tenggang waktu dimana campuran air dan gypsum
masih bersifat plastis dan dapat dikerjakan
2. Final set (pengikatan akhir, syarat, max)
Pengujian final set dengan menggunakan jarum bertopi,
a. Final set dicapai apabila jarum berbekas tetapi tidak nampak terbenam
pada permukaan benda uji.
b. Final set dapat juga diartikan sebagai waktu yang berlaku saat jarum
tidak dapat mempenetrasi(menembus) kedalam pasta.
c. Final set adalah waktu mulai adonan terjadi sampai terjadi kekauan
penuh
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
10
Selama pengujian penet rasi peralat an harus bebas get aran, sert a jarum yang
digunakan harus t et ap bersih.

Semen yang menempel pada sisi jarum = Penetrasi lambat

Semen yang menempel pada ujung jarum = Penetrasi cepat
Waktu pengikatan tidak hanya dipengaruhi oleh persentase suhu air yang
dipakai, jumlah pasta yang diterima tetapi juga disebabkan oleh suhu dan kelembaban
udara.
Selain hal tersebut diatas suhu semen juga sangat mempengaruhi waktu pengikatan,
semakin tinggi suhu semen maka waktu pengikatan yang dicapai akan semakin singkat.
Apabila semen yang akan diuji diambil langsung dari proses maka
sebaiknya semen t ersebut didinginkan t erlebih dahulu sampai suhu
semen t ersebut kurang lebih sama dengan suhu ruang pengujian .
Pengikatan semen disebabkan timbulnya reaksi antara senyawa anhydrous
semen dengan air. Diantara 4 mineral potensial semen C3S, C2S, C3A dan C4AF maka
C3A yang paling berpengaruh terhadap waktu pengikatan.
Hal-hal yang mempengaruhi waktu pengikatan :
1. Kandungan mineral potinsial (C3S, C2S, C3A dan C4AF)
2. Kandungan SO
3
(Gypsum) dalam semen
3. Kehalusan Semen
4. Perbandingan komposisi semen dan air yang digunakan
5. Air kristal gypsum
PROSEDUR PEMBUATAN PASTA (BENDA UJI)
NO URAIAN TIME DURATION
1
650 gram semen+air,diamkan 00.00

00.30 30 Detik
2
Mix, low speed ( speed 140

5 ) 00.30

01.00 30 Detik
3
Stop, kumpulakan pasta 01.00

01.15 15 Detik
4
Mix, medium speed (Speed 285

10) 01.15

02.15 60 Detik
5
Pencetakan dan pengujian

INTERPOLASI
T = T
1
+

(X
1
- 25)
X
(T
2

T
1
)
T =

Time Interpolation
(X
1

X
2
) T
1

=

Time before penetration 25 mm

T
2

=

Time After penetration 25 mm

X
1

=

Penetration before 25 mm

X
2

=

Penetration After 25 mm
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
11

SETTING TIME
1. Waktu yang dibutuhkan antara pencampuran semen dan air sampai initial set
disebut Initial set (waktu pengikatan awal), masa antara keduanya disebut
dormant priode, atau resting priode atau Induction priode.
2. Waktu yang dibutuhkan antara pencampuran semen dan air sampai Final set
disebut Final set (waktu pengikatan akhir), masa antara initial set sampai final
set disebut setting.
Cement + Air
Pasta plastis
dapat
dibentuk
Pengikatan Awal
Pasta kaku
tidak dapat
dibentuk
Pengikatan Akhir
Massa padat

Dormant
priode
Pengikatan
(setting)
Hardening
Pengerasan
Waktu
Pengikatan
awal

Waktu
Pengikatan
akhir

PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
12

C3A

3. Initial Set (waktu pengikatan awal dapat di hitung dengan menggunakan rumus
interpolasi
MEKANISME PENGIKATAN SEMEN
Pada pencampuran dengan air, maka senyawa senyawa klinker segera terhidrasi
1) 2(3CaO.SiO
2
) + 6H
2
O 3CaO.2SiO
2
.3H
2
O + 3Ca(OH)
2
(2C3S + 6H C
3
S
2
H
3
+ 3OH)
(Tobermorite gel)
2) 2(2CaO. SiO
2
) + 4H
2
O 3CaO.2SiO
2
.3H
2
O + Ca(OH)
2
(2C2S + 4H C
3
S
2
H
3
+ OH)
(Tobermorite gel)
3) 3CaO.Al
2
O
3
+ 6H
2
O 3 CaO.Al
2
O
3
.6H
2
O
(C3A + 6H C3AH6)
4) 3CaO.Al
2
O
3
+ Ca(OH)
2
+12H
2
O 4 CaO.Al
2
O
3
.13H
2
O

5) 3(CaSO
4
.2H
2
O) + 3CaO.Al
2
O
3
+26H
2
O 3CaO.Al
2
O
3
.3CaSO
4
.32H
2
O
(Etteringite/Trisulfat))
C3A akan bereaksi paling cepat dengan air (reaksi.4) menhasilkan senyawa
berbentuk gel yang bersifat cepat kaku, C3A juga beraksi dengan Ca(OH)
2
(hasil hidrasi
antara C3S/C2S dengan air ) (reaksi.1 dan 2).
Kedua reaksi diatas menyebabkan waktu pengikatan semen akan singkat sekali dormat
priode dilewati seketika.
Dengan adanya gypsum dalam semen maka reaksi hidrasi C3A akan terhambat,
penghambatan ini disebabkan oleh terbentuknya senyawa etteringit ( reaksi.5). senyawa
etteringit ini akan membungkus permukaan C3A sehingga reaksi hidrasi terhenti dan
proses setting akan Terhenti
H2O
Etteringit
Dalam jangka waktu tertentu lapisan senyawa etteringit yang membungkus
permukaan C3A akan robek/ terbuka maka reaksi hidrasi C3A berjalan kembali namun
dengan demikian terbentuk pula senyawa etteringit yang baru dan membungkus
kembali C3A dan reaksi hidrasi terhenti kembali proses ini akan menghasilkan setting
time dan demikian seterusnya sampai senyawa pembentuk etteringit habis.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
13

Semakin banyak senyawa etteringit yang terbentuk maka setting akan semakin
panjang, oleh karena itu gypsum dikenal sebagai RETARDER (pengahambat
pengikatan).

EARLY STIFFENING

(Final Penetrasi/cepat kaku)
Test Methode ASTM C- 451
Metode pengujian ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari
pada pasta semen atau untuk menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi
cepat kaku atau tidak.
Metode ini menggunakan alat vicat plunger

10 mm, yang mana terlebuh dahulu
mencari jumlah air yang akan digunakan dan penetrasi yang dilakukan 2 kali dalam
rentang waktu yang sudah ditentukan.
Pasta disiapkan dari semen yang akan diuji dengan menggunakan sejumlah air
yang cukup untuk memberikan penetrasi awal antara 28 s/ d 36 mm dalam jumlah
waktu tertentu setelah selesai pencampuran, penetrasi kedua disebut penetrasi akhir
diukur dalam jumlah waktu yang ditentukan kemudian.
Early stiffening (cepat kaku) merupakan perkembangan menjadi kaku yang terjadi
lebih awal dalam karakteristik kerja pasta semen Portland, mortar atau beton.
1. False set (Pengikatan semu/palsu)
Perkembangan menjadi kaku yang terjadi lebih awal dalam karakteristik kerja
pasta semen Portland, mortar atau beton tanpa evolusi banyak panas yang
kekakuannya dapat dihilangkan dan plastisitasnya diperoleh kembali dengan
pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air.
2. Flash set/Quick set (pengikatan cepat)
Perkembangan menjadi kaku yang terjadi lebih awal dalam karakteristik kerja
pasta semen Portland, mortar atau beton dengan evolusi panas yang agak besar
kekakuannya tidak dapat dihilangkan dan plastisitasnya tidak dapat diperoleh
kembali dengan pengadukan lebih lanjut tanpa penambahan air (plastisitas akan
kembali dengan penambahan air).
Pengikatan semu yang sangat cepat dari semen dapat menimbulkan kesulitan
pada penanganan dan pengecoran, tetapi hal ini tidak akan trjadi apabila beton tersebut
diaduk lebih lama dari biasanya.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
14
Semen dengan pegikatan semu yang sangat cepat biasanya memerlukan air
sedikit lebih banyak untuk mengahasilkan konsistensi yang sama, yang dapat
menghasilkan kuat tekan sedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan.
PENENTUAN FINAL PENETRASI
Final penetrasi dihitung sebagai persen final, penetrasi yang mana dihitung dari hasil
perbandingan antara penetrasi akhir (penetasi ke 2) dan penetrasi awal (penetrasi ke 1)
dikalikan dengan 100
PENYEBAB TERJADINYA EARLY STIFFENING
1. False set (pengikatan semu/palsu) :
False set ini terjadi karena terhidrasinya gypsum pada saat penggilingan clinker
dan gypsum pada teperatur operasi yang tinggi
CaSO
4
. 2H
2
O CaSO
4
. H
2
O
(DiHydrat) (HemiHydrat)
2. Flash Set/Quick set (Pengikatan cepat) :
Flash set disebabkan oleh tingginnya kandungan mineral potensial C3A dalam
klinker relative terhadap gypsum. Gejala ini dapat pula disebabkan oleh terlalu
halusnya partikel semen dan tingginya kadar C3S.
3CaO.Al
2
O
3
+ Ca(OH)
2
+12H
2
O 4 CaO.Al
2
O
3
.13H
2
O
Reaksi diatas menybabkan waktu pengikatan pasta akan singkat sekali, pasta
sulit atau malah tidak bias dikerjakan lebih lanjut sebab sifat plastisnya hampir
tidak ada.
EARLY STIFFENING
NO URAIAN TIME DURATION
1
500 gram semen+air,diamkan 00.00

00.30 30 Detik
2
Mix, low speed ( speed 140

5 ) 00.30

01.00 30 Detik
3
Stop, kumpulakan pasta 01.00

01.15 15 Detik
4
Mix, medium speed (Speed 285

10) 01.15

03.45 150 Detik
% FP
=
Penetrasi akhir (mm)/Penetrasi awal(mm) x 100
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
15
5
Pencetakan dan pengujian 03.45

04.05 20 Detik
6
Penetrasi . 1 (mm) 04.05

04.35 30 Detik
7
Penetrasi. 2 (mm) 08.45

09.15

AUTOCLAVE EXPANSION

(Pemuaian dengan Autoclave)
Test Methode ASTM C -151
Tujuan dari metode ini adalah untuk pengujian pemuaian (expansion) dengan
autoclave untuk menetapkan indeks potensial yang pengembangannya lamban yang
disebabkan oleh hidrasi CaO dan MgO atau kedua duanya yang dilakukan pada bentuk
pasta dari Portland cement dengan menggunakan Autoclave.
Pada metode ini terlebih dahulu dicari jumlah air pencampur yang yang akan
digunakan sampai mendapatkan Normal Consistensy, atau sisa pasta dari pengujian
Normal Consistensy/ Setting Time dapat langsung digunakan untuk pencetakan benda
uji untuk pengujian .
Setelah benda uji dicetak maka ditempatkan dalam ruang lembab (Wet Box) selama

24
jam. Jika benda uji dikeluarkan dari cetakan sebelum 24 jam maka benda uji harus tetap
disimpan dalam ruang lembab sampai umur 24 jam.
Besarnya pemuaian dihitung berdasarkan selisih panjang benda uji setelah dan
sebelum dari autoclve yang di ukur dengan menggunakan comperator dan hasil
dinyatakan dalam persen pemuaian, sedangkan berkurangnya panjang diberi tanda
minus didepan angka persen.
PENYEBAB PEMUAIAN/EXPANSION :
1. Pemakaian gypsum yang terlalu tinggi sehingga menaikkan SO
3
kontent dalam
semen, akan menyebabkan pemuaian sehingga menyebabkan keretakan
(cracking).
3(CaSO
4
.2H
2
O) + 3CaO.Al
2
O
3
+26H
2
O 3CaO.Al
2
O
3
.3CaSO
4
.32H
2
O
(Etteringite/Trisulfat))
Pembentukan ettringite akan berpengaruh terhadap kenaikan volume.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
16
2. Free CaO/CaO Bebas/Free Lime yang tinggi akan menyebabkan pemuaian pada
semen karena hasil reaksi F.CaO mempunyai volume yang lebih besar dari
F.CaO
CaO + H
2
O Ca(OH)
2
Volume Ca(OH)
2
> Volume F.CaO
3. Free MgO (Periclase) dalam semen dalam jangka waktu beberapa tahun akan
mengakibatkan ekspansi/ pemuaian akibat reaksi dengan air, yang mana hasil
reaksinya mempunyai volume yang lebih besar.
Selain jumlahnya, bentuk kristal MgO dalam klinker turut berperan dalam hal
pemuaian, makin kecil bentuk kristalnya maka makin tinggi pemuaian yang
diakibatkan, sedangkan ukuran kristal tergantung pada proses kecepatan
pendinginan klinker.
MgO + H
2
O MgOH)
2
Volume Mg(OH)
2
> Volume MgO
Phenomena tersebut diatas dikenal dengan Magnesia Expansion

PERHITUNGAN PEMUAIAN
Perubahan panjang dihitung dengan mengurangi panjang benda uji pada waktu
akhir dengan panjang sebelum dilakukan pemanasan dengan autoclave dari data
hasil pembacaan length comperator, laporkan sampai ketelitian 0,01 %
PROSEDUR PEMBUATAN PASTA (BENDA UJI)
NO URAIAN TIME DURATION
1 650 gram semen+air,diamkan 00.00

00.30 30 Detik
2 Mix, low speed ( speed 140

5 ) 00.30

01.00 30 Detik
3 Stop, kumpulakan pasta 01.00

01.15 15 Detik
4 Mix, medium speed (Speed 285

10) 01.15

02.15 60 Detik
5 Pencetakan dan pengujian

Expansion = Reading After Autoclave

Reading Before Autoclave x 0,02

x100
250 mm
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
17
COMPRESSIVE STRENGTH

(Kuat Tekan)
Test Methode ASTM C-109/C-109M
Kecepatan perkembangan kuat tekan semen sangat dipengaruhi oleh komposisi
kimia mineral semen yang ada , seperti yang telah diketahui bahwa semen mengandung
4 Mineral potensial utama yaitu :
1. C3S (Tri Calsium Silikat), (Alite)
2. C2S (Dicalsium Sillikat), (Belite)
3. C3A (Tri Calsium Aluminat), (Aluminate)
4. C4AF (Tetra Calsium Alumina Ferrite), (Ferrite)
Keempat mineral potensial diatas memiliki kereaktifan yang berbeda-beda
1) 2(3CaO.SiO
2
) + 6H
2
O 3CaO.2SiO
2
.3H
2
O + 3Ca(OH)
2
(2C3S + 6H C
3
S
2
H
3
+ 3OH)
(Tobermorite gel)
2) 2(2CaO. SiO
2
) + 4H
2
O 3CaO.2SiO
2
.3H
2
O + Ca(OH)
2
(2C2S + 4H C
3
S
2
H
3
+ OH)
(Tobermorite gel)
Senyawa-senyawa CSH yang terbentuk disebut juga Tobermorit e gel yang merupakan
komponen utama pemberi kekuatan pada pasta semen.
Perkembangan kekuatan yang dihasilkan oleh reaksi C3S berjalan cukup cepat dan
akan berlangsung pada minggu pertama sesudah pencampuran. Semen dengan
kandungan C3S yang tinggi dan disupport oleh C3A (yang bersifat sebagai katalisator )
akan mencapai sebagian besar kekuatannya pada umur 28 hari.
Selanjutnya pengembangan atau peningkatan kekuatan adalah merupakan hasil reaksi
hidrasi C2S . Reaksi ini berjalan lambat dan akan berlangsung terus dalam beberapa
minggu atau bulan. Semen dengan kandungan C2S yang tinggi kekuatan tekannya
masih berkembang terus sampai umur 180 hari.
Selain hal tersebut diatas Kahalusan juga memberi konstribusi terhadap perkembangan
kuat tekan, juga jumlah SO
3
yang optimal akan menaikkan kuat tekan.
Pengujian kuat tekan bertujuan untuk mengetahui dan mengontrol kemampuan
menerima beban tekan dari kubus mortar atau beton.
Dalam hal ini pengujian menggunakan kubus Mortar yang berukuran 50 x 50 x 50 mm
yang dibuat dengan campuran semen, pasir dan air dengan perbandingan 1 : 2,74 : 0,485
atau sejumlah air sehingga menghasilkan flow/tebaran diatas meja alir sebesar 110 5
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
18
Pasir dalam pengujian ini digunakan pasir standard (Ottawa) sesuai yang dipersyratkan
ASTM : C - 778
GRADASI PASIR OTTAWA
AYAKAN PERSEN LOLOS KETERANGAN
1,18 mm (No.16) 100 %
600 mikron (No.30) 96

100 %
425 mikron (No.40) 65

75 %
300 mikron (No.50) 20

30 %
150 mikron (No.100) 0

4 %

GRAFIK GRADASI PASIR OTAWA
0
20
65
96
100
4
30
75
100 100
0
20
40
60
80
100
100 50 40 30 16
NO.SIEVE
%

L
O
L
O
S
Maksimum
Minimum

Prosudure pada pembuatan benda uji ini harus betul-betul diperhatikan,
terutama teknik pengisian mortar kedalam cetakan (Mould) dan teknik penumbukan.
Pencetakan benda uji dimulai paling lambat 2,5 menit setelah selesai pengadukan,
sedangkan tekanan tumbukan hanyalah sekedar cukup untuk meratakan pengisian
seluruh bagian dari cetakan, tumbukan sebanyak 32 kali untuk dua lapisan mortar (satu
benda uji) dan dalam waktu kira-kira 10 detik.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
19

Urutan tumbukan

Setelah selesai mencetak maka benda uji ditempatkan dalam ruang lembab (wet box)
selama 20

24 jam, permukaan benda uji harus terhindar dari percikan air, jika benda
uji dikeluarkan dari cetakan sebelum 24 jam, maka benda uji harus tetap berada diruang
lembab sampai cukup waktu.
Benda uji kemudian diremdam dalam air kapur jenuh sampai umur pengujian tiba,
pengujian dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari dan pada 28 hari, fungsi dari perendaman
(curing) dimaksudkan untuk menyempurnakan reaksi mineral potensial dari semen.
Dengan toleransi waktu sbb :
UMUR PENGUJIAN TOLERANSI WAKTU YANG DIIJINKAN
24 Jam 0,5 jam
3 Hari 1,0 jam
7 Hari 3,0 jam
28 Hari 12,0 jam

KOMPOSISI ADUKAN MORTAR
BAHAN
JUMLAH BENDA UJI
6 9
SEMEN (gram) 500 740
PASIR STANDARD (gram) 1375 2035
AIR (gram) 242 359
AIR (gram)(Blended semen) Flow 110 5 %

PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
20


CARA PENGAMBILAN BENDA UJI

9 Benda Uji


6 Benda Uji
PERHITUNGAN KUAT TEKAN
Hasil akhir kuat tekan dinyatakan dalam (kg/cm
2
) atau (N/mm
2
) atau (Psi ) , data yang
diambil merupakan rata rata dari 3 Benda uji/ 2 benda uji.
3 7 28
7 28 3
28 3 7
3 28 7
7 3 28
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
21
Julat maksimum yang diperbolehkan ant ara cet akan dari bak mort ar
yang sama, pada wakt u uji yang sama adalah 8,7 % dari rat a-rat a pada
saat tiga kubus mewakili suatu umur pengujian
Julat maksimum yang diperbolehkan ant ara cet akan dari bak mort ar
yang sama, pada wakt u uji yang sama adalah 7,6 % dari rat a-rat a pada
saat dua kubus mewakili suatu umur pengujian
Kuat tekan :
(x 10.197) ( x 14.22)
KN N/mm
2
Kg/cm
2
psi

x 145
PROSEDUR PEMBUATAN MORTAR (BENDA UJI)
NO URAIAN TIME DURATION
1
500/740 gram semen+air 00.00

00.00 -
2
Mix, low speed ( speed 140

5 ) , tambahkan
pasir secara perlahan
00.00

00.30 30 Detik
3
Mix, middle speed 00.30

01.00 30 Detik
4
Stop, mortar dikumpulkan 01.00

02.30 90 Detik (1,5)
5
Mix, middle speed 02.30

03.30 60 Detik
4
Mix, medium speed (Speed 285

10) 01.15

02.15 60 Detik

Kg/cm
2
= Peak Load (kN) x 1000

9,8 x 2,5

Stress = Peak Load (kN)
Sample Area (cm2)
Fm = Peak Load (N) /Luas Permukaan (mm
2
)
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
22

HEAT OF HYDRATION

(Panas hidrasi)
Test Methode ASTM C-186
Reaksi hidrasi semen adalah exothermis yang mana pada saat mulai terjadi
reaksi antara semen dan air timbul panas yang biasa disebut panas reaksi (panas
hidrasi) . Panas yang timbul selama proses hidrasi ini besar kecilnya terutama
tergantung dari komposisi semen sendiri, naiknya kandungan C3S dan C3A serta
kehalusan dari semen akan menaikkan panas hidrasi.
Portland semen tipe II dan IV adalah jenis semen yang mempunyai panas hidrasi
rendah sekitar 60

70 cal/gram pada umur 28 hari.
Sedangkan untuk semen Portland tipe III mempunyai panas hidrasi tinggi 100
cal/gram.
Panas hidrasi ini dipersyaratkan untuk mengontrol agar panas yang
dilepaskan/ ditimbulkan pada reaksi hidrasi semen tidak terlalu besar, sebab bila terlalu
besar akan dapat menimbulkan keretakan pada beton dan kemungkinan setting akan
berjalan lebih cepat.
Disamping itu, kenaikan temperature pada concrete yang disebabkan panas hidrasi
sering menguntungkan pada cuaca dingin, karena membantu merawat temperature
curing.
PANAS HIDRASI DARI KOMPONEN-KOMPONEN
SEMEN PORTLAND
KOMPONEN
PANAS HIDRASI (J/gr)
3 HARI 7 HARI 28 HARI 90 HARI 1 THN 6,5 THN
C3S 245 222 380 436 490 490
C2S 50 42 105 176 226 225
C3A 890 1559 1380 1303 1169 1380
C4AF 290 494 495 410 377 495

PENENTUAN PANAS HIDRASI (KALOR HIDRASI)
Penentuan panas hidrasi atau kalor hidrasi dengan menggunakan alat calorimeter, alat
calorimeter terdiri dari:
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
23
1. Termos bermulut lebar dan tutup gabus
Sebelum digunakan termos ini dilapisi terlebih dahulu dilapisi dengan
lapisan dari bahan yang tahan terhadap Asam Fluorida (HF), biasanya
digunkan lilin.
2. Thermometer deferensial (Beckmann)
Thermometer dengan pembagian skala 0,01
o
C atau lebih kecil dengan batas
ukur maksimal sampai dengan 6
o
C, yang mana ujung thermometer yang
akan masuk kedalam larutan asam (HF) harus dilapisi lilin.
Thermometer Beckmann pada keadaan nol dapat ditentukan dengan mencelupkan pada
cairan dan membandingkannya dengan thermometer pembandaing.
Thermometer pembanding yang akurat dengan range 0,1
o
C ditempatkan dekat alat
kalorimeter dan digunakan untuk pembacaan suhu dan untuk menempatkan titik nol
dari thermometer Beckmann
3. Corong
Corong yang digunakan dapat terbuat dari glass atau plastik dengan
diameter tangkai corong kurang dari 6 mm dan panjang 76 mm.
4. Batang pangaduk dengan baling-baling
Batang pengaduk terbuat dari bahan yang tahan terhadap HF (polietilen)
atau yang telah dilapisi lilin.
5. Mesin (motor) pengaduk
Motor pengaduk dengan spesifikasi Hp (37 W) yang dapat memutar
batang pengaduk dengan putaran 350

700 putaran per detik.
Fungsi dari pengaduk adalah untuk menjaga suhu seluruh cairan seragam dan
memberikan pengadukan yang cukup untuk menjaga bagian tersuspensi dalam
campuran asam. Penting untuk menjaga kecepatan pengadukan yang konstant karena
dalam pengadukan ini menimbulkan kalor.
TAHAPAN-TAHAPAN PENGERJAAN KALOR HIDRASI
1. MENENTUKAN KENAIKAN SUHU YANG DIKOREKSI DAN
MENENTUKAN KAPASITAS KALOR
Penentuan kapasitas panas dari alat kalorimeter yaitu dengan menghitung
banyaknya kalori/ panas yang dibutuhkan untuk manaikkan suhu kalorimeter 1
o
C dengan jalan mengukur kenaikkan suhu yang telah dikoreksi dengan jalan
melarutkan 7 gram ZnO yang telah dipijarkan dalam campuran asam khusus.
o 400 gram HNO
3
2 N yang telah didinginkan sampai suhu bawah yang
ditunjukkan pada thermometer beckmann (sekitar 4

5 oC dibawah suhu
ruang).
o Tambahkan 8 ml HF (bj 1,15) dan HNO
3
2 N secukupnya hingga berat total
larutan 425 gram.
o Pindahkan larutan kedalam termos ,pasang alat kalorimeter dan jalankan motor
pengaduk (jaga agar baling baling tidak menyentuh dinding termos dan
thermometer.
PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
24
o catat temperatur yang ditunjukkan thermometer beckmann pada (periode
pengadukan awal) 20 menit sebagai Qo dengan ketelitian 0,001
o
C dan suhu
ruang dengan ketelitian 0,1
o
C.
o Masukkan ZnO secara perlahan dengan kecepatan yang serba sama dalam
waktu tidak kurang dari satu menit dan tidak lebih dari dua menit,bersihkan
ZnO yang melekat pada corong dengan menggunakan kuas.
Kenaikan suhu yang dikoreksi
R
o
= Kenaikan suhu yang diamati (oC)
Q
20
= suhu kalorimeter pada akhir periode pelarutan (20 menit)
Q
o
= suhu kalorimeter sewaktu contoh (ZnO) dimasukkan
R = kenaikan suhu yang dikoreksi (
o
C)
Q
40
= suhu calorimeter pada akhir periode lanjutan (40 menit)
Kapasitas kalor alat :

C = kapasitas kalor ( cal/
o
C)
W = Berat ZnO (gram)
t = suhu akhir kalorimeter (Q
20
+suhu pada waktu thermometer Beckmann
menunjukkan nol (
o
C)
T = Suhu ZnO (suhu kamar) (
o
C)
R = kenaikan suhu yang telah dikoreksi (
o
C)

256.1 cal/gr ( 1072 kj/kg) adalah kalor larut an ZnO pada 30
o
C nilai ini
bert ambah 0.1 cal/gr (0.4kj/kg) unt uk set iap derajat penurunan suhu
dibawah 30
o
C
0.12 cal/gr
o
C (0.5 kj/kg
o
K) adalah kapasitas kalor ZnO yang diperlukan
unt uk unt uk membawa ZnO ke suhu akhir kalorimet er harus t ermasuk
dalam kalor efectif dari larutan.
Jika cukup banyak dit emukan ZnO yang menempel pada corong at au
tutup saat klorimeter dibuka pegujian dibatalkan/diulang.
2. MENENTUKAN KALOR PELARUTAN SEMEN KERING
Prosedur penentuan kalor pelarutan semen kering sama dengan cara penentuan
kapasitas kalor, hanya dalam hal ini menggunakan semen

C = W [256,1 + 0,1(30-t) + 0,20 (T

t)]

R
R
o
= Q
20

Q
o
R = R
o

(Q
40

Q
20
)

PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
25
Prosedur penentuan kalor hidrasi semen kering sama dengan prosedur panentuan
kapasitas kalor hanya ZnO diganti dengan 3 gram semen kering (ditimbang dengan
ketelitian 0,001 gram)
Perhitungan dan laporan hasil dinyatakan berdasarkan contoh yang telah ditentukan
hilang pijarnya.
Lakukan pengujian untuk contoh semen terhidrasi sebagian 7 hari.
Hitung kenaikan suhu yang telah dikoreksi, koreksi pula nilai kalor pelarutan
jika suhu berbeda dari suhu kalorimeter ketika contoh dimasukkan.
Untuk semen kering yeng mempunyai kalor spesific sekitar 0,8 kj/kg
o
K (0,2
cal/gr
o
C), maka nilai tersebut ditambahkan ketika suhu akhir kalorimeter
melebihi suhu contoh semen setelah dimasukkan
H1 = kalor pelarutan semen kering (kj/kg
o
K atau cal/gr
o
C)
R = kenaikan suhu yang telah dikoreksi (
o
C)
C = kapasitas kalor alat (kj/
o
K atau cal/
o
C)
W1 = berat contoh dasar pijar (gram)
T = suhu ruang pada saat contoh dimasukkan (
o
C)
td = suhu akhr kalorimeter pada akhir pengukuran semen kering (
o
C)
3. MENENTUKAN KALOR PELARUTAN SEMEN TERHIDRASI
Hitung kalor pelarutan semen terhidrasi sebagian sama seperti kalor pelarutan
semen kering, kecuali dilakukan koreksi sebagai berikut :
Karena set iap kenaikan suhu 1
o
C pada saat pengujian kalor pelarut an
menyebabkan penurunan kalor larut an

1,3 kj/kg (0,3 cal/gr). Jadi jika suhu
pengujian kalor pelarut an t erhidrasi sebagian melebihi suhu penent uan
semen kering, maka t ambahkan koreksi nilai t ersebut t erhadap nilai kalor
pelarutan yang diperoleh untuk contoh semen terhidrasi sebagian.
Juga koreksi nilai kalor larutan jika pada pengujian suhu kalorimeter akhir
berbeda dari suhu kalorimeter pada saat pengujian.
Untuk contoh semen terhidrasi sebagian dari semen pijar mempunyai kalor
spesific

1,7 kj/kg (0.4 cal/gram).
Jika suhu kalorimeter akhir melebihi suhu contoh pada saat dimasukkan,
tambahkan koreksi 1,7 kj/kg atau 0,4 cal/gram.
H
1

=(RC/W
1
)

0,8(T

td) ..kj/ kg
o
K

H
1

=(RC/W
1
)

0,2(T

td) ..cal/ gr
o
C

PT.SEMEN BOSOWA
Quality Assurance and Control Dept
Fisika Laboratorum
By.Rudi/physical lab/ptsbm/@2007
26

H2 = kalor pelarutan contoh terhidrasi sebagian (cal/gram)
th = suhu kalorimeter pada akhir pengukuran contoh terhidrasi sebagian (
o
C)
4. PERHITUNGAN KALOR HIDRASI
Suhu kalorimeter akhir 25 oC harus dianggap sebagai dasar kalor hidrasi acuan.
Kenaikan suhu akhir menaikkan kolor hidrasi 0,4 kj/kg (0,1 cal/gram)
H= kalor hidrasi semen pijar (kj/kg) atau cal/gram
H1 = Kalor larutan semen kering
H2 kalor larutan semen terhidrasi

H2 = (RC/W1)

1,7(T

th)

1,3(td

th) .Kj/kg

H2 = (RC/W1)

0.4(T

th)

0.3(td

th) .cal/gr

H = H
1

H
2

0,4 (th

25) ..kj/kg

H = H
1

H
2

0,1 (th

25) ..cal/gram
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai