Toksisitas Akut Magic Mushroom
Toksisitas Akut Magic Mushroom
Oleh :
Yusup Bahtiar
1151087
i
ABSTRACT
By :
Yusup Bahtiar
1151087
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim..
iii
3. Teman-teman Program Studi Farmasi sebagai rekan
seperjuangan dalam menyelesaikan studi khususnya rubi
farmakologi.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu tersusunnya tugas akhir ini
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Daftar Lampiran...............................................................................viii
Bab I Pendahuluan..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................5
Bab II Tinjauan Pustaka......................................................................6
2.1 Jamur Magic.................................................................................6
2.1.1 Taksonomi Jamur Magic...........................................................7
2.1.2 Identifikasi Makroskopik...........................................................8
2.1.3 Kandungan.................................................................................8
2.1.4 Khasiat.......................................................................................9
2.2 Senyawa Toksik pada Jamur.......................................................10
2.3 Uji Toksisitas..............................................................................12
2.3.1 Tipe-tipe Uji Toksisitas...........................................................12
2.3.2 Metode Uji Toksisitas Akut.....................................................16
2.3.3 Lethal Dose 50.........................................................................19
Bab III Metode Penelitian.................................................................24
Bab IV Alat Dan Bahan....................................................................29
4.1 Alat..............................................................................................29
4.2 Bahan..........................................................................................29
4.3 Hewan percobaan........................................................................29
Bab V Prosedur Penelitan.................................................................30
v
5.1. Pengumpulan dan Determinasi Bahan.......................................30
5.2 Pengolahan Bahan....................................................................30
5.3 Pembuatan Ekstrak.....................................................................31
5.4 Karakterisasi Sampel..................................................................31
5.5 Skrining Fitokimia......................................................................34
5.6 Penyiapan Hewan Uji.................................................................36
5.7 Pembuatan Larutan Uji...............................................................36
5.8 Metode Pengujian OECD...........................................................36
5.9 Bagan Alur OECD 423...............................................................38
5.11 Alur Penentuan Ld50................................................................40
Bab VI Hasil dan Pembahasan..........................................................42
6.1 Pengumpulan dan Pengelolaan Bahan........................................42
6.2 Determinasi Bahan......................................................................42
6.3 Uji Karakterisasi Simplisia.........................................................42
6.4 Uji Skrining Fitokimia................................................................44
6.5 Pengujian Toksisitas Akut pada Tikus........................................44
BAB VII Kesimpulan dan Saran......................................................63
7.1. Kesimpulan................................................................................63
7.2 Saran...........................................................................................63
Daftar pustaka...................................................................................64
LAMPIRAN......................................................................................66
vi
Daftar Singkatan
BB : Berat Badan
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
FDA : Food and Drug Administration
KBPOM : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Kg : Kilogram
LC50 : Lethal concentration
LD50 : Lethal dose 50
Ml : Mililiter
Mg : Miligram
NOAEL : No Observed Adverse Effect Level
OECD : Organization for Economic Co-operation and
development
OPPTS : Office of Prevention, Pesticides, and Toxic
substance
vii
Daftar Lampiran
Lampiran 3 Dokumentasi
Lampiran 4 Perhitungan
viii
Bab I Pendahuluan
1
2
Uji toksisitas adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek suatu zat
pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang
khas dari sediaan uji (BPOM, 2014).
Uji toksisitas akut merupakan salah satu uji pra-klinik. Uji ini
dilakukan untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang
terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24 jam, setelah pemberiannya
dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang paling sering
digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik adalah
dosis letal tengah (LD50). (Sulastry feni., 2009)
2.1.3 Kandungan
Jamur magic dan beberapa genus jamur penyebab halusinasi
lainnya mempunyai kandungan utama penyebab halusinasi, yaitu
senyawa psilocybin dan psilocin.kandungan ini yang mempunyai
nama kimia psilosibin (O-Phosphoril-4-hidroxy-N) dan psilocin (4-
hidroxylated-N-dimethyltryptamine) digunakan oleh beberapa
perusahaan obat di Swiss dengan formulasi sediaan berbentuk pil.
jamur halusinasi ini juga dimanfaatkan dalam dunia kedokteran.
Misalnya dalam penelitian dari total 26 orang koresponden terdapat
22 orang yang berkurang sakit kepalanya akibat penggunaan
psilocybin. penggunaan psilocybin pada penderita kanker juga
diketahui dapat memperbaiki kondisi psikologi dan menurunkan
rasa cemas pasien. penggunaan senyawa jamur ini sebagai
pengobatan masih menjdai kontroversi, ilegal di beberapa negara,
dan belum 'terkenal' di Indonesia. terutama di Indonesia,
perkemabangan dan penelitian jamur ini mulai dilakukan apalagi
proses budidayanya mulai banyak dilakukan sehingga diharapkan
9
2.1.4 Khasiat
Jamur magic yang lebih dikenal masyarakat dengan nama magic
mushroom. Jamur ini telah lama disalahgunakan dengan tujuan
non-medis yaitu untuk mengubah suasana hati dan memperoleh
sensasi dengan berhalusinasi (Gartz, 1993). Adapun khasiat secara
empiris maupun dengan bukti ilmiah digunakan sebagai salah satu
bahan obat. Selain itu, jamur yang berasal dari kotoran hewan
ternak terutama dari kotoran sapi ini memiliki khasiat secara
empiris sebagai bahan yang dapat memabukkan, menimbulkan efek
euphoria atau penekanan situasi depresi tertentu dan berhalusinasi.
Masyarakat awam belum megetahui bahaya dari konsumsi jamur
ini, di salah satu daerah di Jawa Barat terutama kota Lembang,
jamur ini dikenal dengan sebutan mushroom. Sedangkan secara
ilmiah, menurut Kurama N.P dkk, 2013, jamur magic (Psilocybe
cubensis) memiliki efek sebagai obat antidepresan yang ditinjau
dari immobility time dari tikus dengan metode forced swim test.
Dapat disimpulkan juga bahwa ekstrak dengan dosis 750 mg/KgBB
dan 625 mg/KgBB memiliki efek yang lebih baik dibandingkan
dengan ekstrak dosis 500 mg/KgBB
10
5 mg/kg atau
Super toksik
kurang
nistagmus
tungkai, kematian
vasodilatasi, pendarahan
7. Kesehatan hewan
Status hewan dapat memberikan respon yang berbeda terhadap
suatu toksikan. Kesehatan hewan sangat dipengaruhi oleh
kondisi hewan dan lingkungan. Hewan yang tidak sehat dapat
memberikan nilai LD50 yang berbeda dibandingkan dengan
nilai LD50 yang didapatkan dari hewan sehat.
24
digital
depannya ke kepala.
kejang
salivasi
4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus,
waterbath, spatel, gelas beaker, batang pengaduk, timbangan analitik,
cawan penguap, sonde oral, spuit injeksi, kertas saring, pipet tetes,
rotary evaporator.
4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak jamur
magic
4. Sortasi Kering
Bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian pada jamur yang tidak diinginkan serta pengotor sisa yang
masih tertinggal pada jamur.
5. Penyimpanan
Jamur yang sudah dikeringkan ditempatkan dalam satu wadah
tersendiri yang bersih dan sesuai dengan sifat simplisia sehingga
tidak berpengaruh terhadap kandungan zat yang terdapat pada
simplisia.
5.1
0 Penentuan Ld50
Sebelum mendapat perlakuan, 20 ekor tikus jantan sehat dengan
berat badan 200-250 gram, mengalami masa adaptasi dan diberi
pakan standard dan minum selama 7 hari secara ad libitum.
39
Keterangan :
K : kontrol negatif ( tikus jantan + aquadest ), terus selama 7 hari
P1: tikus jantan + ekstrak Jamur magic dengan dosis 300 mg/kgBB
P2: tikus jantan + ekstrak Jamur magic dengan dosis 3000 mg/kgBB
P3: tikus jantan + ekstrak Jamur magic dengan dosis 5000 mg/kgBB
P4: tikus jantan + ekstrak Jamur magic dengan dosis 8000 mg/kgBB
P5:tikus jantan + ekstrak Jamur magic dengan dosis 16000 mg/kgBB
Bab VI Hasil dan Pembahasan
kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu
total, dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam. Hasil dari
karakterisasi simplisia dapat dilihat pada tabel 6.1
Uji kadar sari larut dalam air dan kadar sari larut dalam etanol
bertujuan untuk menentukan jumlah senyawa aktif yang terekstraksi
dalam pelarut dari sejumlah serbuk simplisia magic mushroom. Dari
hasil diatas didapatkan hasilnya yaitu 22,38 untuk kadar sari larut air
dan 7,63 untuk kadar sari larut etanol, hal ini menunjukkan bahwa
senyawa yang terkandung dalam simplisia magic mushroom lebih
larut dalam etanol dibandingkan dengan air.
Uji kadar abu total dan uji kadar abu tidak larut dalam asam
bertujuan untuk mengetahui mineral dan cemaran anorganik
(Sudarmadji, 1986). Besar kadar abu total dalam ekstrak magic
mushroom mengindikasikan bahwa diperolehnya ekstrak yang
44
1 Alkaloid +
2 Flavonoid -
3 Saponin -
4 Tanin -
5 Kuinon -
Keterangan :
+ = Terdeteksi ; - = Tidak terdeteksi
Berdasarkan tabel 6.2 menunjukkan adanya golongan alkaloid pada
ekstrak.
Parameter Kelompok 0 Menit 30 Menit 60 Menit 120 Menit 240 Menit 24 jam 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari
Normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Grooming
5000 0 1* 1* 0* 0* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8000 0 1* 0* 1* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16000 0 1* 1* 0* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47
Keterangan:
Grooming : 0= Tidak ada aktifitas; 1= Sebentar; 2= Sedang; 3=
Lama; 4= Sangat lama *= Perbedaan bermakna dengan kelompok
normal
Parameter Kelompok 0 Menit 30 Menit 60 Menit 120 Menit240 Menit 24 jam 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari
Normal 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
300 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2000 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Gripping Strength
5000 4 3* 3* 3* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8000 4 3* 3* 3* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16000 4 2* 2* 3* 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
49
Keterangan:
Gripping Strength : 1= Cepat; 2= Sedang; 3= Lama; 4= Sangat lama
*= Perbedaan bermakna dengan kelompok normal
Parameter Kelompok 0 Menit 30 Menit 60 Menit 120 Menit 240 Menit 24 jam 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari
Normal 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
300 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2000 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Menggelantung
5000 4 3* 3* 3* 4* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8000 4 3* 3* 3* 3* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16000 4 3* 3* 3* 3* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
51
Keterangan:
Menggelantung : 1= Cepat; 2= Sedang; 3= Lama; 4= Sangat lama *=
Perbedaan bermakna dengan kelompok normal
Parameter Kelompok 0 Menit 30 Menit 60 Menit 120 Menit 240 Menit 24 jam 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari
Normal 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
300 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2000 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Rasa Ingin Tahu
5000 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
8000 4 3* 3* 3* 3* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16000 4 2* 1* 2* 2* 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
53
Keterangan:
Rasa ingin tahu : 1= Sedikit; 2= Sedang; 3= Sering; 4= Sangat sering
*= Perbedaan bermakna dengan kelompok normal
Parameter Kelompok 0 Menit 30 Menit 60 Menit 120 Menit 240 Menit 24 jam 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari
Normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ptosis
5000 0 1* 0* 0* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8000 0 2* 1* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16000 0 2* 1* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
55
Keterangan:
Ptosis : Kelopak mata atas 0=Tidak ada aktifitas; 1= Agak turun; 2=
Sedang; 3= Turun; 4= Sangat Turun (Menutup) *= Perbedaan
bermakna dengan kelompok normal
Parameter Kelompok 0 Menit 30 Menit 60 Menit 120 Menit 240 Menit 24 jam 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7 Hari 8 Hari 9 Hari 10 Hari 11 Hari 12 Hari 13 Hari 14 Hari
Normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
300 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Katalepsi
5000 0 1* 1* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8000 0 1* 1* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16000 0 1* 1* 1* 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57
Keterangan:
Katalepsi : 0= Tiadak ada aktifitas; 1= Cepat; 2=Sedang; 3= Lama;
4= Sangat lama *= Perbedaan bermakna dengan kelompok normal
Diare Normal 0 0 0 0 0 0
Diare 500mg 0 0 0 0 0 0
Diare 2000mg 0 0 0 0 0 0
Diare 5000mg 0 1* 1* 1* 0 0
Diare 8000mg 0 2* 1* 1* 0 0
Diare 16000mg 0 2* 2* 1* 0 0
59
Keterangan :
Feses (Diare) : 0= Tidak ada aktifitas; 1= Normal; 2= Keras lembek;
3= Berair, Masa masih berbentuk; 4= Berair masa tidak berbentuk.
*= Perbedaan bermakna dengan kelompok normal
Ptosis Normal 0 0 0 0 0 0
Ptosis 500mg 0 0 0 0 0 0
Ptosis 2000mg 0 0 0 0 0 0
Ptosis 5000mg 0 1* 0* 0 0 0
Ptosis 8000mg 0 1* 1* 0 0 0
Ptosis 16000mg 0 2* 1* 0 0 0
61
Keterangan :
Ptosis : Kelopak mata atas 0=Tidak ada aktifitas; 1= Agak turun; 2=
Sedang; 3= Turun; 4= Sangat Turun (Menutup). *= Perbedaan
bermakna dengan kelompok normal
7.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh, didapatkan kesimpulan :
1. Ekstrak jamur magic tidak memiliki efek toksik pada pengujian
toksisitas akut terhadap tikus jantan
2. LD50 ekstrak jamur magic yang diberikan secara peroral pada
tikus jantan yaitu lebih dari 16000 mg/kg BB dan berarti jamur
magic diklasifikasikan sebagai bahan herbal yang praktis tidak
toksik. Namun, dari data yang dieproleh, ekstrak jamur magic
yang diberikan dalam dosis tinggi dapat mempengaruhi sistem
saraf otonom.
7.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji toksisitas
dengan menggunakan metode toksisitas subkronis dan kronis untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penggunaan jangka
panjang dari ekstrak jamur magic. Selain itu perlu dilakukan variasi
dosis jamur magic yang lebih tinggi untuk mengetahui secara pasti
LD50 ekstrak jamur magic yang diberikan secara peroral.
Daftar pustaka
Badham, E. R. (1984) ‘Journal of Ethnopharmacology, 10 (1984)
249-254’, 10, pp. 249–254.
200 g
x 300 mg=60 mg
1000 g
60 mg untuk tikus dengan berat badan standar (200g). Ekstrak 300
mg di timbang kemudian di larutkan dalam 20ml Na-CMC 0.5%
60 mg
x 20 ml=4 ml
300 mg
Didapat larutan sebanyak 4ml untuk tikus dengan berat badan 200g
1. Grooming
2. Gripping Strength
3. Menggelantung
4. Rasa Ingin Tahu
5. Ptosis
6. Katalepsi
7. Diare
8. Ptosis