Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pengertian
Morbili suatu penyakit akut menular di tandai 3 stadium, (1) stadium inkubasi sekitar 10
12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda tanda, atau gejala gelaja, (2) stadium prodromal
dengan bercak kolpik pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang,
konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat. Dan (3) stadium akhir dengan ruam
makuler yang muncul berturut- turut pada muka, tubuh, lengan dan disertai oleh demam tinggi.
B. Epidemiologi
Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Campak sangat menular, sekitar
90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit.
1
Di dunia secara global 10% dari
semua penyebab kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap
tahun). Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit morbili di
beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia menurut
survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, campak menduduki urutan ke-5 dari 10 macam
penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada anak-
anak umur 1-4 tahun (0,77%).Umur terbanyak menderita campak adalah <12 bulan, diikuti
kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.
2

C. Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA family paramyxoviridae dengan genus Morbilivirus.
Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenzadan
Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selamamasa
prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang
tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar
selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada
temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur
35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah.
D. Manifestasi Klinis
1. Inkubasi
Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.
2. Prodromal
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4
0
40,6
0
C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu
pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah,
nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis.
Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema hampir
selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini muncul pada 1-2 hari
sebelum muncul rash (hari ke-3 4) dan menghilang setelah 1-2 hari munculnya rash.
Cenderung terjadi berhadapan dengan molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat
menyebar secara tidak teratur pada mukosa bukal yang lain.
3. Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam ini
muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian
menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada
sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka
dan dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak ketika ruam
muncul dan sering mencapai 40-40,5 C. Penderita saat ini mungkin tampak sangat sakit,
tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu,
batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau
dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media,
bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering
pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.
Dapat pula terjadi sedikit splenomegali.
Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang dari
muka.Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama dengan ketika ruam
muncul. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik
untuk morbili.
3,4


E. Pathogenesis
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksisus sudah dapat menimbulkan
infeksi pada seseorang. Penularan morbili yang terjadi secara droplet melalui udara, terjadi 1 2
hari sebelum timbul gejala klinis 4 hari setelah timbul ruam. Di temapat infeksi, penggandaan
virus sangat minimal dan jarang diteukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik local, bebas
maupun berhubungan dengan sel mononuclear mencapai kelenjar getah bening local. Disini virus
memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan disitu mulailah penyebaran ke sel jaringan
limforetikular seperti limpa. Sel mononuclear yang terinfeksi yang terinfeksi menyebabkan
bentuknya sel raksasa berinti banyak dari warthin, sedangkan limfosit T meliputi klas
penekanan dan penolong rentan terhadap infeksi, aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfosid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5
6 hari sesudah infeksi awal, focus infeksi terwujud ketika virus masuk kedalam pembuluh
darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan
usus. Eksudat serosa dan proliferasi sel mononuclear dan beberapa sel polimorfonuklear terjadi
disekitar kapiler kapiler.
Pada hari ke 9 10 fokus infeksi berada di saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua
lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali
kepembuluh darah dan menimbulka manifestasi klinis dari saluran nafas diawali dengan keluhan
batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon imun yang terjadi ialah
proses peradangan epitel pada sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi demam
tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera
kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan
diagnosis.
Akhir muncul ruam makulapapular pada hari ke 14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun sebagai respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada
kasus yang mengalami defisit sel T focus. Infeksi tidak menyebar jauh kepembuluh darah.
Vasikel tampak mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil timbul di kulit. Penelitian
dengan imunofluoresensi dan histologik menunjukkan bahwa antigen morbili dan gambaran
histoligik pada kulit di duga suatu reaksi artus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan
saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumoni, otitis media, dan lain lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes
virus dapat terjadi pada kasus morbili selain itu morbili dapat menyebakan gizi kurang.
6

F. Diagnosis
Diagnosis morbili biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Mekanisme diagnosa morbili dapat dilakukan melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik, serta dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis dapat ditemukan Demam tinggi terus - menerus 38.5C atau lebih disertai batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah, dan silau kena cahaya, sering kali diikuti diare. Pada hari ke
4- 5 demam timbul ruam kulit didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari
semula. Saat ruam timbul, batuk dan diare tambah parah sehingga anak mengalami sesak atau
dehidrasi. Pemeriksaan fisik Masa inkubasi 10 - 20 hari dan kemudian timbul gejala -
gejala yang dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1.Stadium kataral (prodormal)
Stadium ini berlangsung selama 2 4 atau 4 5 hari disertai dengan gejala klinis
seperti demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak kolpik berwarna putih
kelabu sebesar ujung jarum di kelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang
berjadapan dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis.
2. Stadium erupsi
Ditandai dengan timbulnya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan,
coryza dan batuk bertambah. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi serta
belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas
dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke
seluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga
pada muka dan dada menjadi confluent . Bertahan selama 5 - 6 hari. Suhu naik mendadak ketika
ruam muncul dan sering mencapai 40 - 40,5 C. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3,
dan menghilang sesuai urutan terjadinya.
3.Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi (gejala
patognomonik) yang lama kelamaan akan menghilang sendiri. Selain itu di temukan pula
kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.
Pada penyakit penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.
7

Jadi dapat disimpulkan bahwa diagnosis morbili dapat di tegakkan secara klinis ,
sedangkan beberapa pemeriksaan penunjang seperti pada pemeriksaan sitologik di temukan sel
raksasa pada mukosa hidungdan pipi dan pada pemeriksaan serologic di dapatkan IgM spesifik,
campak dapat bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal. Diagnosis banding lainnya
adalah rubella, demam skarlatina, ruam akibat obat obatan, eksantena subitum dan infeksi
stafilokokus.
6
G. Diagnosa Banding
Diagnosa banding Morbili di antaranya yaitu:
1. German measles (Rubela)
Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian
atas, demam ringan, namun terdapat pembesaran kelenjar regional di daerah suboccipital dan
post aurikuler. Ruam lebih halus yang mula-mula timbul pada daerah wajah lalu menyebar ke
batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.
2. Eksantema subitum
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum (eksantema subitum)
dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infatum tampak ketika demam menghilang.
Ruam rubella dan infeksi ententerovirus cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam
campak, sebagaimana tingkat demam dan keparahan penyakit.walaupun batuk ada pada banyak
infeksi ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat. Tidak
adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanyamembantu mengenali
penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia dapat disertai dengan ruam yang agak
serupa dengan ruam campak, tetapi batuk dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada
meningokoksemia akut ruam khas purpura petekie. Rash karena obat obatan lebih bersifat
urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas menonjol, dan umumnya tidak disertai panas.
3.



BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. C M
Umur : 9
10
/
12
thn
Tempat / tanggal lahir : Manado, 13 8 2004
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat badan lahir : 2200 gr
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Minahasa
Agama : Kr. Protestas
2. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn. BM
Umur : 37 thn
Pendidikan / Pekerjaan : SMK / Pegawai Telkom
Perkawinan : I
Alamat : Kalasey

Nama Ibu : Ny. MM
Umur : 33thn
Pendidikan/ Pekerjaaan : SMP/ IRT
Perkawinan : I
Alamat : Kalasey

Masuk Rumah sakit : 01 07 2014
Jam : 21:48

Family Tree

Anamnesis : Aloanamnesis oleh ibu penderita

Keluhan Utama : Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang :
Demam di alami penderita 4hari sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun.
Penderita sempat pergi berobat ke dokter dan diberikan obat penurun panas, panas turun
tetapi tidak sampai normal kemudian naik lagi. Timbul ruam merah wajah yang menjalar
ke daerah leher, punggung, dada, perut dan tangan 2hari sebelum masuk rumah sakit,
dirasakan gatal dan panas. Penderita juga mengeluh sakit kepala,mata merah, batuk
disertai pilek dan sakit perut. Nafsu makan penderita menurun. BAB Mencret 2x 2 hari
sebelum rumah sakit. BAK biasa.

Riwayat penyakit dahulu: -
Riwayat penyakit dalam keluarga : -

Anamnesis antenatal:
Antenatal Care : teratur 9x di puskesmas Bahu
Suntikan TT : 2x
Keadaan ibu selama Hamil : sehat

PENYAKIT YANG PERNAH DI DERITA
Morbili : (+)
Varicela : (+)
Pertusis :
Diare :
Cacingan :
Batuk/ pilek :

PERKEMBANGAN SAAT BAYI
Membalik :
Tengkurap :
Duduk :
Merangkak :
Berdiri :
Berjalan :
Tertawa :
Berceloteh :
Memanggil mama :
Memanggil papa :

MAKANAN TERPERINCI SEJAK BAYI SAMPAI SEKARANG
Asi :
Pasi :
Bubur sun :
Bubur saring :
Bubur saring :
Nasi lembek :

IMUNISASI DASAR
BCG :
Polio :
DTP :
Campak :
Hepatitis :

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
Berat Badan : 22kg
Tinggi badan : 140 cm
Tensi : 90/60mmHg
Nadi : 100x/mnt
Respirasi : 20x/m
Suhu : 37
o
C

Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : -
Pigmentasi :
Jaringan parut :
Jaringan lemak : cukup
Anemia :
Sianosis :
Icterus :
Turgor kulit : kembali cepat
Tonus : Normotonus
Edema :

Kepala
Bentuk : Mesochepal Ubun ubun besar: Menutup
Rambut : Hitam, tidak mudah di cabut
Mata : - Exopthalmus / Enopthalmus : (-)
- Tekanan bola mata : Normal pada perabaan
- Konjungtiva : Anemis -/-, Hiperemis +/+
- Sklera : Ikterik -/-
- Refleks kornea : Normal
- Pupil : Bulat isokor 3mm/3mm, RC +/+
- Lensa : Jernih +/+
- Fundus : Tidak dievaluasi
- Visus : Tidak dievaluasi
- Gerakan : Normal
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Sekret : (-), PCH (-)
Mulut : - Bibir : Sianosis (-)
- Lidah : Beslag (-)
- Gigi : Caries (-)
- Selaput mulut : Mukosa mulut basah
- Gusi : Perdarahan (-)
- Bau pernafasan : Foetor (-)
Tenggorokan
- Tonsil : T
1
T
1
Hiperemis (-)
- Pharynx : Hiperemis (-)
Leher
- Trachea : Letak tengah
- Lekenjar : Pembesaran KGB (-)
- Kaku Kuduk : (-)
Thorax
Bentuk : Simetris
Rachitic Rosary : (-)
Ruang intercostal : (-)
Precordial Bulging : (-)
Xiphosternum : (-)
Harrison groove : (-)
Pernapasan paradoxal : (-)
Retraksi : (-)
Paru paru
Inspeksi : Simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Sp. Bronkovesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
Detak Jantung : 100x/mnt
Iktus : Tidak tampak
Batas kiri : Linea Midclavicularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II III
Bunyi jantung apex : M1>M2
Bunyi jantung aorta : A1>A2
Bunyi jantung pulmonal : P1<P2
Bising : (-)
Abdomen
Bentuk : Datar, lemas, BU (+)
Lien : Ttb
Hepar : Ttb
Genitalia : Perempuan, Normal
Kelenjar : Pembesaran KGB
Anggota gerak : Akral hangat, CRT 2
Otot otot : Eutoni
Refleks : RF +/+, RP -/-
Klonus (-), Spastis (-)

RESUME
Pasien Perempuan 9
10
/
12
thn BB 22kg, TB 140 cm, MRS 1 Juli 2014 jam 21.48 WITA
dengan keluhan Demam naik turun sejak 4 hari SMRS. Timbul ruam merah pada yang
menjalar ke daerah leher, punggung, dada, perut dan tangan 2hari sebelum masuk rumah
sakit, gatal (+), panas (+), sakit kepala (+),mata merah (+), batuk disertai pilek (+) dan
sakit perut (+). Nafsu makan penderita menurun. BAB Mencret 2x 2 hari sebelum rumah
sakit. BAK biasa.
KU : Tampak sakit Kes : CM
TD : 90/60mmHg Nadi : 100x/mnt Respirasi : 20x/m Suhu : 37
o
C
Kep : Conj.an -/-, Scl ikt -/-, PCH -/-, Pupil bulat isokor 3mm/3mm
THT : Tonsil T
1
T
1
hiperemis (-), Faring hiperemis (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler Rh -/-, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L : ttb
Ext : Hangat, CRT 2
Diagnosa Sementara : Morbili
Pengobatan
- IVFD NaCl 0.45% in D5% 27 28 gtt/m
- Inj. Amoxycillin 3x1 gr
- Paracetamol tab 3 x 1
- Ambroxol 3 x 1 cth
- Trifed 3 x 1 cth
Pemeriksaan penunjang : DL, Diff Count, , Na, K, Cl, X- Foto Thorax AP
Follow Up
01 07 2014
S : Demam (+), Ruam Merah Seluruh tubuh (+), Batuk (+) berlendir, Nafsu makan
O : Ku : Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 100x/m R: 20x/m Sb: 37C
Kep : Conj.an -/-, Scl. Ikt -/-, PCH (-),
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Datar, lemas BU (+) N

H
/
L
: dbn
Ext : Akral hangat, CRT 2
A : Morbili
P : IVFD NaCl 0.45% in D5% 27-28 gtt/m
Inj. Amoxicillin 3x1 gr
Paracetamol tab 3 x 1
Ambroxol 3x1 cth
Trifed 3x1 tab
Pro : DL, DC, Na, K,Cl, X-foto thorax A-P
02 07 2014
S : Demam (+), Batuk (+) berlendir, Nafsu makan
O : Ku : Tampak sakit Kes: CM
TD: 100/60mmHg N: 96x/m R: 22x/m Sb: 37.3C
Kep : Conj.an -/-, Scl. Ikt -/-, PCH (-),
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Datar, lemas BU (+) N

H
/
L
: dbn
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis : Lesi mokulepopuler di seluruh tubuh
A : Morbili
P : IVFD NaCl
Inj. Amoxicillin 3x1 gr
Paracetamol tab 3 x 1
Ambroxol 3x1 cth
Trifed 3x1 tab
Pro : DL, DC, Na, K,Cl, Widal test
Laboratorium 02-07-2014
MCV : 28.9 pg
MCHC : 35.6 g/dl
MCV : 81.2 fl
Leukosit : 9.100 /mm
3

Eritrosit : 4.36 /L
Hemoglobin : 12.6 g/dL
Hematokrit : 35.4%
Trombosit : 189/mm
3

Natrium : 133 mEq/L
Kalium : 4.2 mEq/L
Klorida : 99mEq/L
Malaria : (-) negative
03/07/2014
S : Demam (-)
O : Ku: Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 92x/m R: 40x/< SB: 36.3C
Kep : Conj. An (-), Skl. Ikt (-), PCH (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L ttb
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis lesi makulopapular di seluruh tubuh
A : Morbili + bronkopneumoni
P : IVFD NaCl 0.45% in D5% (HS) = 27-28 gtt/m
Inj. Ampicillin 4x500 mg IV (2)
Inj. Gentamicin 2x60mg IV (1)
PCT 3x250mg
Ambroxol syr 3x1cth

04/07/2014
S : demam (-), belum BAB 2 hari, Batuk (+), Sesak (-)
O : Ku: Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 80x/m R: 30x/< SB: 36.C
Kep : Conj. An (-), Skl. Ikt (-), PCH (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L ttb
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis : ruam makulopapular di seluruh tubuh
A : Morbili
P : IVFD NaCl 0.45% in D5% (HS) = 27-28 gtt/m Aff
Inj. Ampicillin 4x500 mg IV (3)
Inj. Gentamicin 2x60mg IV (3)
PCT 3x250mg
Ambroxol syr 3x1cth
Pro : UL,FL
05/07/2014
S : demam (-), belum BAB 2 hari, Batuk (+)
O : Ku: Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 88x/m R: 32x/< SB: 36.C
Kep : Conj. An (-), Skl. Ikt (-), PCH (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L ttb
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis : ruam makulopapular di seluruh tubuh
A : Morbili + bronkopneumoni
P : Inj. Ampicillin 4x500 mg IV (4)
Inj. Gentamicin 2x60mg IV (4)
PCT 3x250mg (k/p)
Ambroxol syr 3x1cth
Pro : UL,FL
06/07/2014
S : demam (-), BAB (-), Batuk
O : Ku: Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 88x/m R: 24x/< SB: 36.C
Kep : Conj. An (-), Skl. Ikt (-), PCH (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L ttb
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis : ruam makulopapular di seluruh tubuh mulai menghitam
A : Morbili + bronkopneumoni
P : Inj. Ampicillin 4x500 mg IV (5)
Inj. Gentamicin 2x60mg IV (5)
PCT 3x250mg tab (k/p)
Ambroxol syr 3x1cth
Pro : UL,FL
07/07/2014
S : demam (-), BAB (-) Batuk
O : Ku: Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 88x/m R: 32x/< SB: 36.C
Kep : Conj. An (-), Skl. Ikt (-), PCH (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh +/+, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L ttb
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis : ruam makulopapular di seluruh tubuh mulai menghitam
A : Morbili + bronkopneumoni
P : Inj. Ampicillin 4x500 mg IV (6)
Inj. Gentamicin 2x60mg IV (6)
PCT 3x250mg tab (k/p)
Ambroxol syr 3x1cth
Pro : UL, FL, DL, Na, K, Cl, Diffcount, SGOT, SGPT
08/07/2014
S : demam (-), BAB (+), Batuk , intake (+)
O : Ku: Tampak sakit Kes: CM
TD: 90/60mmHg N: 84x/m R: 28x/< SB: 36.C
Kep : Conj. An (-), Skl. Ikt (-), PCH (-)
Tho : Simetris, retraksi (-)
Cor : Bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abd : Datar, lemas, BU (+) N
H/L ttb
Ext : Akral hangat, CRT 2
St. lokalis : ruam makulopapular di seluruh tubuh mulai menghitam dan menghilang
A : Morbili + bronkopneumoni
P : PCT 3x250mg tab (k/p)
Ambroxol syr 3x1cth
Cefixime 2x100 mg
Pro : Rawat jalan










BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini didiagnosa sebagai Morbilli karena dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik berdasarkan oleh criteria dari World Health Organization (WHO) Tahun 2009 dan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2004.
8

1. WHO Tahun 2009 :
Gejala awal adalah demam tinggi yang dimulai 10-12 hari setelah pajanan terhadap virus,
dan bertahan selama 4-7 hari
Coryza, batuk dan konjungtivitis, bercak Koplik pada mukosa bucal pada stadium inisial
Setelah beberapa hari, timbul ruam biasanya pada muka dan leher
Dalam 3 hari, ruam menyebar ke tangan dan kaki
Ruam menetap selama 5 hingga 6 hari dan kemudian menghilang
9

2. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 2004, campak, measlesatau
rubeola adalah suatu penyakit virus akut yang menular yang disebabkan olehvirus RNA
dari Famili Paramixoviridae, gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi 10-12 hari, terdiri
dari tiga stadium:
a. Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang diikuti batuk dan pilek,
faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya
enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik
b. Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular yang bertahan selama
5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut belakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke ekstermitas
c. Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam berangsur-angsur menghilang
sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu
8


Pada kasus ini dari anamnesa dan pemeriksaan fisik di dapatkan:
Demam 4hari sebelum masuk rumah sakit
batuk disertai pilek
Timbul ruam merah wajah yang menjalar ke daerah leher, punggung, dada, perut
dan tangan 2hari sebelum masuk rumah sakit
sakit kepala
mata merah
BAB Mencret 2x 2 hari sebelum rumah sakit
Nafsu makan menurun
Hasil laboratorium untuk Morbilli berdasarkan sumber:
1. EmedicineTahun 2009
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan serologi (measles complement fixation(CF) or Hemaglutinasi
Inhibisi antibody) positif dan kultur virus untuk diagnosa pasti
9

2. Nelson Ilmu Kesehatan Anak :
Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan
Pemeriksaan darah lengkap: leucopenia, limfositosis relative dan kadar glukosa
normal
8

Pada kasus ini, didapatkan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 02 Juli 2014 adalah
seperti berikut
Leukosit normal

Pada kasus ini diagnosa banding dengan:
1. Rubella
Manifestasi klinis:
o Masa inkubasi 14-21 hari
o Demam ringan atau tidak ada selama ruam dan menetap selama 1,2 atau 3hari
o Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang
o Eksantema mulai pada muka dan menyebar dengan cepat (dalam 24 jam), ruam dapat
menghilang pada muka saat ruam lanjutannya muncul pada badan
o Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3
o Tidak ada fotofobia
o Tanda khas: adenopati retroaurikuler, servikal posterior dan di belakang oksipital

Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap):
o Sel darah putih normal atau sedikit menurun
o Trombositopeni jarang

2. Roseola infantum (eksantema subitum)
Manifestasi klinis:
o Demam tinggi mendadak, demam turun dengan krisis pada hari ke 3-4
o Mukosa faring meradang
o Coryza
o Ketika suhu kembali normal, erupsi macular atau maculopapular tampak diseluruh tubuh
mulai pada badan menyebar ke lengan dan leher, dan melibatkan muka dan kaki
o Ruam menghilang dalam 3 hari
Pemeriksaan laboratorium:
o Hari pertama demam: leukosit normal, kenaikan neutrophil
o Hari ke 3-4 demam: leukopeni, neutropenia absolute dan limfositosi
8,9

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila
terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan
hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan
untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas
campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total . Indikasi rawat
inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit.
Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
11

Prognosis untuk kasus ini sangat baik dengan penyembuhan sempurna tanpa parut dan
tanpakomplikasi. Pada umumnya angka kematian telah menurun pada tahun-tahun ini
sampaitingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan sosioekonomi
membaik, tetapi juga karena terapi antibacterial efektif untuk pengobatan infeksi sekunder.
8.9



DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson E waldo, et.al, Morbili dalam Bab infeksi virus Buku ilmu Kesehatan Anak
Volume 2, Edisi 15, EGC, 1999, hal 1068 1071.
2. Jamil AA. Morbili . 26 feb 2013. Aviable from:
http://www.scribd.com/doc/127311715/MORBILI. di akses: 21 juli 2014.
3. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI. Hal. 125
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
5. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair, 2006. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya:
Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo.
6. Soedarmo SS, Gama H, Hadinegoro SR, Eds. Campak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan anak :
infeksi dan penyakit tropis, ed 2. Jakarta: BP IDAI FKUI, 2010 : 109 14
7. Darmowandowo, Widodo. Setiono basuki, parwati. 2008. Pedoman dan Diagnosa terapi
SMF kesehatan anak Surabaya : rumah sakit dokter sutomo Surabaya.
8. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke 15 Vol.2, Tahun 2000
: Hal 1068 71
9. World Health Organization (WHO)-Measles. Available
at:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/.
10. Pamela L Dyne, MD, Professor of Clinical Medicine/Emergency Medicine, DavidGeffen
School of Medicine at UCLA; Attending Physician, Department of Emergency Medicine,
Olive view-UCLA Medical Center. Emedicine-Pediatrics,Measles. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/802691-overview
11. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook
of Pediatrics Infectious Disease. 5
th
edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.22832298

Anda mungkin juga menyukai