Anda di halaman 1dari 3

Al-Ilah

Al-ilah dengan marifat yaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah saja, tidak boleh
diberikan kepada selainNya. Allah SWT berfirman,


Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 163)
Allah adalah ilah yang esa, tiada Ilah selain Dia, dengan kemurahan dan kasih sayang-Nya
yang teramat luas.
Tanda-tanda kebesaran Allah SWT di atas tidak disadari oleh kebanyakan manusia, kecuali
mereka yang memikirkannya.
Dalam menjadikan Allah sebagai Al-ilah terkandung empat pengertian yaitu al marghub, al
mahbub, al matbu dan al marhub.
a. Al-Marghub yaitu Dzat yang senantiasa diharapkan. Karena Allah selalu memberikan kasih
sayangNya dan di tangan-Nyalah segala kebaikan. Sebagaimana dalam firman-Nya,


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 180)
Oleh karena itu hanya Allah yang diharap, karena Ia Maha Memberi dan mengabulkan doa hamba-
hamba-Nya. Seperti dalam kisah Nabi Zakaria AS dan istrinya, ketika itu mereka sudah lama tidak
dikaruniai anak. Lalu Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT, dan Allah mengabulkan doanya.
b. Al-Mahbub, Dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji. Dia telah
memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya.
Oleh karena itu Allah adalah kecintaan orang yang beriman dengan kecintaan yang amat sangat,
sebagaimana dalam firman-Nya,


Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah (QS. Al-Baqarah: 165)
Sehingga ketika disebut nama Allah, maka gemetarlah hati mereka.
c. Al-Matbu, yang selalu diikuti atau ditaati. Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala
kemampuan, sedangkan semua laranganNya akan selalu dijauhi. Sebagaimana dalam firman-Nya,


Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. (QS. Adz-Dzaariyat: 50)
Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan. Allah saja yang sesuai
diikuti secara mutlak, dicari dan dikejar keridhaanNya. Nabi Ibrahim AS teladan kita mencontohkan
hal ini, dia menuju Allah SWT untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti.
d. Al-Marhub, yaitu sesuatu yang sangat ditakuti. Hanya Allah saja yang berhak ditakuti secara syari.
Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap hal-hal yang akan
membawa kemarahanNya.
Dalam catatan sejarah, kaum Bani Israil diperintahkan Allah SWT untuk hanya takut kepada-Nya,


Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah
janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus
takut (tunduk). (QS. Al-Baqarah: 40)
Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman bahwa hanya Allah sajalah yang berhak ditakuti oleh
orang-orang beriman ketimbang takut kepada orang-orang yang merusak sumpah dan orang-orang
yang memerangi.
Oleh karena itu para dai adalah orang-orang yang tidak takut kepada seorang pun. Rintangan dan
tantangan apa pun yang mereka hadapi, mereka tidak takut, karena mereka hanya takut kepada
Allah SWT. Dan rasa takut ini bukan membuat mereka lari, tetapi justru membuatnya selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai pelindung atas segala rintangan dan
tantangan yang dihadapinya, sebagaimana dalam firman-Nya,















Al-Mabud
Al-mabud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak. Karena Allah adalah satu-
satunya Al-Ilah, tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi
oleh seluruh kekuatan yang ada pada manusia.
Oleh karena itu tidak boleh ada pencampur-adukan dalam hal agama, apalagi aqidah, sebagaimana
dalam firman-Nya,


Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang
kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (QS. Al-Kaafiruun: 1-6)
Dan pada setiap umat, Allah SWT selalu mengutus rasul-Nya. Mereka diutus dengan risalah
pengabdian pada Allah saja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah.
Pengakuan Allah SWT sebagai al-Mabud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala
loyalitas, pemilik ketaatan dan pemilik hukum. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pemilik kepada segala loyalitas, perwalian atau pemegang otoritas atas seluruh makhluk
termasuk dirinya. Dengan demikian loyalitas mukminin hanya diberikan kepada Allah dengan
kesadaran, dan loyalitas yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan. Ayat berikut
menjelaskan mengenai pernyataan seorang mukmin, bahwa wali (pemimpin) nya hanya Allah
saja,
b. Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta. Seorang mukmin
meyakini bahwa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah saja. Dengan kata lain, hak menciptakan
dan hak memerintah hanyalah milik Allah.
c. Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta. Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan
aturan bagi seluruh ciptaanNya, sebagaimana dalam surat Al-Araaf ayat 54 bahwa hak
menciptakan dan hak memerintah hanyalah milik Allah.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/07/17176/makna-ilah-bagian-ke-2-
selesai/#ixzz3BHiCER3h

Anda mungkin juga menyukai