A. LARING Anatomi Laring Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas dan terdapat sepanjang vertebra servikalis IV - VI. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid. 2 Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan beberapa buah tulang rawan. ulang hioid berbentuk seperti huru! ", yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendo-tendo dan otot-otot. ulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago kunei!ormis, dan kartilago tritisea. #artilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. 2 Gambar 1. Anatomi Laring (http://academic.kellog.edu) Gambar 2. Kartilago tritisea ( http://www.wikimd.org ) $ongga Laring Batas atas rongga laring ialah aditus laring, batas bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah epiglotis, batas belakang ialah, tuberkulum kornikulata %antorini dan insisura interaritenoidea, batas lateralnya adalah plika ariepiglotika dan tuberkulum kunei!ormis. &engan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis 'pita suara asli( dan plika ventrikularis 'pita suara palsu(. Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan antara kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. )lika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam * bagian, yaitu vestibulum laring, glotik, dan subglotik. Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis. &aerah ini disebut supraglotik. +ntara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring ,orgagni. &aerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah plika vokalis. ,ukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat jarang, yang disebut konus elastikus. #eistimewaan jaringan ini ialah, bila terangsang mudah terjadi edema dan akan terbentuk jaringan granulasi bila rangsangan berlangsung lama. 2 Gambar 3. Aditus Laring, batas-batas laring; tampak dorsal ( http://www.gbmc.org) Fisiologi Laring Laring ber!ungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, serta !onasi. -ungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan. )enutupan rima glotis terjadi karena aduksi plika vokalis. #artilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik. %edangkan dengan re!leks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan keluar. &emikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan. -ungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka 'abduksi(. &engan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. &engan demikian laring ber!ungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah. -ungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan * mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis, dan mendorong bolus makanan Interaryte noid Area turun ke hipo!aring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring. -ungsi laring yang lain ialah untuk !onasi, dengan membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. 2 OBSTRUKSI LARING .bstruksi laring adalah keadaan tersumbatnya laring yang dapat disebabkan oleh radang, benda asing 'korpus alienum(, trauma, tumor baik tumor jinak ataupun ganas, alergi 'edema angioneurotik( dan kelumpuhan nervus rekuren bilateral. 2,/ .bstruksi jalan napas yang jelas di laringotrakea sangat berbeda dengan penyakit paru obstrukti! menahun. .bstruksi laringotrakea ditandai dengan meningakatnya usaha ventilasi untuk mempertahankan batas normal ventilasi alveolus sampai terjadi kelelahan. )ada pasien yang lelah, kematian terjadi dalam beberapa menit atau jam setelah usaha ventilasi maksimal tidak dapat mempertahankan ventilasi alveolus yang normal. 2,* ETIOLOGI 1. PENAKIT INFEKSI PADA LARING !ro"# 0roup adalah suatu penyakit in!eksi laring yang berkembang cepat, menimbulkan stridor dan obstruksi jalan na!as. 1alaupun dapat terjadi pada usia berapapun, bahkan pada dewasa, croup terutama menyerang pada anak di bawah usia 2 tahun. 0roup dapat dibedakan menjadi laringitis supraglotis 'epiglotitis( akut dan laringitis subglotis akut. ,eskipun keduanya dapat bersi!at akut dan berat, namun epiglotitis cenderung lebih hebat, seringkali berakibat !atal dalam beberapa jam ' 2-32 jam( tanpa terapi. %edangkan perjalanan penyakit dari langiritis subglotis akut berlangsung dalam beberapa hari '2-* hari( hingga beberapa minggu. 4 Etiologi )ada supraglotitis akut etiologinya seringkali. %edangkan pada langiritis subglotis akut etiologinya seringkali adalah virus. 4 Mani$%stasi Klinis %ecara klinis, kedua penyakitnya tampak serupa dimana pasien gelisah, cemas, stridor, retraksi dan sianosis namun terdapat beberapa perbedaan ringan. +nak dengan epiglotitis cenderung duduk dengan mulut terbuka dan dagu mengarah ke depan, tidak serak dan cenderung tidak disertai dengan batuk croupy, namun kemungkinan besar mengalami dis!agia. #arena nyeri untuk menelan, maka anak cenderung mengiler. &is!agia pada epiglotitis dapat merupakan pertanda kolaps. #olaps merupakan akibat perluasan in!lamasi sepanjang mulut eso!agus, dan berarti proses in!lamasi telah menyebabkan pembengkakan epiglotis yang nyata. +nak dengan laringitis subglotis akut biasanya serak dengan batuk croupy 'menggonggong( dan kering. %erangan batuk biasanya terjadi pada malam hari. idak ada gejala dis!agia dan mengiler. ,akin berat penyakit pasien, terjadi peningkatan stridor yang disertai dengan cekungan supraklavikula, interkosta dan daerah epigastrium. ,asa inspirasi memanjang dan kemudian mengi pada ekspirasi akan timbul. +nak tampak sangat membutuhkan udara dan hipoksia, dengan wajah cemas, gelisah, menolak makan dan minum serta berbicara. %ianosis mungkin terjadi pada kasus yang berat. *,4 Diagnosis &iagnosis biasanya dibuat berdasarkan penemuan klinis dan riwayat perjalanan penyakit. )ada epiglotitis, !oto $ontgen jaringan lunak leher dapat memperlihatkan pembengkakan yang khas pada daerah supraglotik memenuhi saluran na!as. %edangkan pada Gambar 5. piglotis normal (http:/www.scribd.com) Gambar 6. piglotitis (http:/www.scribd.com) laringitis subglotis akut !oto $ontgen lateral leher akan memperlihatkan penyempitan di in!raglotik. +pusan dan biakan dari sekret laring harus dilakukan untuk menentukan organisme penyebab. ,an!aatnya sedikit untuk perencanaan terapi awal, tetapi berguna jika organisme tersebut resisten terhadap terapi awal itu. )ada laringitis subglotis akut, kadar serum antibodi mungkin menolong untuk mendiagnosis adanya in!eksi virus, terutama bila terdapat kenaikan titer. * P%natala&sanaan +nak-anak ini harus segera ditangani tanpa menunggu di bagian gawat darurat atau radiologi. )emberian cairan intravena dimulai untuk mencegah dehidrasi dan pengeringan sekret. "dara dingin dan lembab juga perlu diberikan, sebaiknya dengan uap air berukuran partikel terkecil. erapi antibiotik terhadap 5aemophilus dan %taphylococcus dimulai sambil menunggu hasil biakan. +ntibiotik seharusnya tidak boleh ditunda, karena secara klinis sulit untuk membedakan jenis croup dan perjalanan penyakit dapat sangat cepat. %teroid diberikan dalam dosis tinggi untuk mengurangi in!lamasi. )asien perlu diamati secara cermat dan dipertimbangkan untuk trakeostomi atau intubasi. Indikasi bantuan pernapasan adalah kemunduran meskipun telah diberikan kelembaban, antibiotik dan steroid. )emantauan croup termasuk denyut nadi, !rekuensi pernapasan, derajat kegelisahan dan kecemasan, penggunaan otot asesorius pada pernapasan, derajat sianosis, derajat retraksi dan kemunduran pasien secara menyeluruh. 6ika pasien dapat tidur, bantuan jalan napas tidak diperlukan. %ebaliknya, !rekuensi pernapasan diatas 47 kali8menit, denyut nadi diatas 327 kali8menit, dan kegelisahan serta retraksi yang makin hebat mengindikasikan perlunya bantuan pernapasan. 6ika anak kolaps, gunakan respirator ambu bertekanan positi! untuk memaksa oksigen melalui jalan napas yang edematosa. 4 '. TRAUMA Tra"ma Laring rauma pada laring dapat berupa trauma tumpul atau trauma tajam akibat luka sayat, luka tusuk,dan luka tembak. rauma tumpul pada daerah leher selain dapat merusak struktur laring juga menyebabkan cedera pada jaringan lunak seperti otot, sara!, pembuluh darah, dll. 5al ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari seperti leher terpukul oleh tangkai pompa air, leher membentur dash board dalam kecelakaan mobil, tertendang atau terpukul waktu berolah raga bela diri, berkelahi, dicekik, atau usaha bunuh diri dengan menggantung diri 'strangulasi( atau seseorang pengendara motor terjerat tali di jalan 'clothesline injury(. Ballanger membagi penyebab trauma laring atas9 3. rauma mekanik eksternal 'trauma tumpul, trauma tajam, komplikasi trakeostomi atau krikotirotomi( dan mekanik internal 'akibat tindakan endoskopi, intubasi endotrakea, atau pemasangan pipa nasogaster(. 2. rauma akibat luka bakar oleh panas 'gas atau cairan yang panas( dan kimia 'cairan alkohol, amoniak, natrium hipoklorit, dan lisol( yang terhirup. *. rauma akibat radiasi pada pemberian radioterapi tumor ganas leher. 4. rauma otogen akibat pemakaian suara yang berlebihan 'vokal abuse( misalnya akibat berteriak, menjerit keras, atau bernyanyi dengan suara keras. 2 Pato$isiologi rauma laring dapat menyebabkan edema dan hematoma di plika ariepiglotika dan plika ventrikularis, oleh karena jaringan submukosa di daerah ini mudah membengkak. %elain itu mukosa !aring dan laring mudah robek, yang akan diikuti dengan terbentuknya em!isema subkutis di daerah leher. In!eksi sekunder melalui robekan ini dapat menyebabkan selulitis, abses, atau !istel. ulang rawan laring dan persendiannya dapat mengalami !raktur dan dislokasi. #erusakan pada perikondrium dapat menyebabkan hematoma, nekrosis tulang rawan, dan perikondritis yang mengakibatkan penyempitan lumen laring dan trakea. $obekan mukosa yang tidak dijahit dengan baik, yang diikuti oleh in!eksi sekunder, dapat menimbulkan terbentuknya jaringan granulasi, !ibrosis, dan akhirnya stenosis. 2 G%(ala Klini& )asien trauma laring sebaiknya dirawat untuk observasi dalam 24 jam pertama. imbulnya gejala stridor yang perlahan-lahan yang makin menghebat atau timbul mendadak sesudah trauma merupakan tanda adanya sumbatan jalan napas. :ejala-gejala berikut menunjukkan adanya kelainan pda struktur laring9 3( meningkatnya obstruksi jalan napas dengan adanya sesak napas 'dispnoe(, 2( dis!onia atau a!onia, *( batuk, 4( hemoptisis dan hematemesis, /( nyeri pada leher, 2( dis!agia dan odino!agia. :ejala awal mungkin disertai dengan tanda-tanda klinis berikut9 3( de!ormitas leher, 2( em!isema subkutis, *( nyeri tekan laring, 4( krepitasi tulang. 2,* %uara serak 'dis!oni( atau suara hilang 'a!oni( timbul bila terdapat kelainan pita suara akibat trauma seperti edema, hematoma, laserasi, atau parese pita suara. ;m!isema subkutis terjadi bila ada robekan mukosa laring atau trakea, atau !raktur tulang-tulang rawan laring hingga mengakibatkan udara pernapasan akan keluar dan masuk ke jaringan subkutis leher ;m!isema leher dapat meluas sampai ke daerah muka, dada, dan abdomen dan pada perabaan terasa sebagai krepitasi kulit. 2 5emoptisis dan hematemesis dapat terjadi akibat laserasi mukosa jalan napas dan bila jumlahnya banyak dapat menyumbat jalan napas. )erdarahan ini biasanya terjadi akibat luka tusuk, luka sayat, luka tembak, maupun luka tumpul.
&is!agia 'sulit menelan( dan odino!agia 'nyeri menelan( dapat timbul akibat ikut bergeraknya laring yang mengalami cedera pada saat menelan. 2,* :ejala luka tertutup tergantung pada berat ringannya trauma. )ada trauma ringan gejalanya dapat berupa nyeri pada waktu menelan, waktu batuk, dan waktu bicara. &i samping itu mungkin terdapat dis!onia, tetapi belum terdapat sesak napas.)ada trauma berat dapat terjadi !raktur dan dislokasi tulang rawan serta laserasi mukosa laring. %ehingga menyebabkan gejala sumbatan jalan napas 'stridor dan dispnea(, dis!onia atau a!onia, hemoptisis, hematemesis, dis!agia, odino!agia serta em!isema yang ditemukan di daerah leher, muka, dada, dan mediastinum. 2 Diagnosis erdapatnya salah satu mani!estasi klinik di atas merupakan dasar perkiraan adanya trauma yang berat dan merupakan indikasi untuk melakukan pemeriksaan laringoskopi tak langsung, laringoskopi langsung dan bronkoskopi untuk menentukan adanya edema, hematoma, mukosa dan tulang rawan yang bergeser dan paralisis pita suara. $ontgen !oto leher dan dada harus dilakukan untuk mendeteksi adanya !raktur laring dan trauma trakea. &iagnosis luka terbuka di laring dapat ditegakkan dengan adanya gelembung-gelembung udara pada daerah luka, oleh karena udara yang keluar dari trakea.
Berbeda dengan luka terbuka, diagnosis luka tertutup pada laring lebih sulit. &iagnosis ini penting untuk menentukan sikap selanjutnya, apakah perlu dilakukan eksplorasi atau cukup dengan pengobatan konservati! dan observasi saja. 2,* P%natala&sanaan %ebagai terapi awal pada trauma laring akut ialah dengan mempertahankan aliran udara adekuat, mungkin diperlukan tindakan trakeostomi. #emudian dilanjutkan dengan penilaian terhadap trauma dan menentukan apakah terapi de!initi! harus dilakukan dengan segera atau perlu ditunda, yang tergantung pada keadaan klinisnya. Luka terbuka dapat disebabkan oleh trauma tajam pada leher setinggi laring, misalnya oleh pisau, celurit, dan peluru. #adang-kadang pasien dengan luka terbuka pada laring meninggal sebelum mendapat pertolongan, oleh karena perdarahan atau terjadinya as!iksia. )enatalaksanaan luka terbuka pada laring terutama ditujukan pada perbaikan saluran napas dan mencegah aspirasi darah ke paru. indakan yang segera harus dilakukan ialah trakeostomi dengan menggunakan kanul trakea yang memakai balon, sehingga tidak terjadi aspirasi darah. indakan intubasi endotrakea tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan struktur laring yang lebih parah. %etelah trakeostomi barulah dilakukan eksplorasi untuk mencari dan mengikat pembuluh darah yang cedera serta memperbaiki struktur laring dengan menjahit mukosa dan tulang rawan yang robek."ntuk mencegah in!eksi dan tetanus dapat diberikan antibiotika dan serum anti tetanus. 2 Kom#li&asi #omplikasi trauma laring dapat terjadi apabila penatalaksanaanya kurang tepat dan cepat. #omplikasi yang dapat timbul antara lain9 3. erbentuknya jaringan parut dan terjadinya stenosis laring 2. )aralisis nervus rekuren *. In!eksi luka dengan akibat terjadinya perikondritis, jaringan parut, dan stenosis laring dan trakea. 2
Tra"ma Int")asi )emasangan pipa endotrakea yang lama dapat menimbulkan udem laring dan trakea. #eadaan ini baru diketahui bila pipa dicabut karena suara penderita terdengar parau dan ada kesulitan menelan, gangguan aktivitas laring dan beberapa derajat obstruksi pernapasan. / P%natala&sanaan )engobatan dilakukan dengan pemberian kortikosteroid. Bila obstruksi napas terlalu hebat maka dilakukan trakeostomi. / *. TUMOR umor jinak laring tidak banyak ditemukan, karena hanya kurang lebih /< dari semua jenis tumor laring. umor jinak laring dapat berupa papiloma laring, adenoma, kondroma, mioblastoma sel granuler, hemangioma, lipoma dan neuro!ibroma. )apiloma laring merupakan tumor jinak laring yang paling banyak !rekuensinya. :ejala khasnya berupa dis!onia dan apabila papiloma telah menutup rima glotis maka timbul sesak na!as dengan stridor yang dapat bertambah hebat sampai terjadi sumbatan total jalan napas. 2,/ umor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. &apat pula tumbuh di plika ventrikularis atau aritenoid. %ecara makroskopik bentuknya seperti buah murbei, berwarna putih kelabu dan kadang-kadang kemerahan. 6aringan tumor ini sangat rapuh dan kalau dipotong tidak menyebabkan perdarahan. %i!at yang menonjol dari tumor ini ialah sering tumbuh lagi setelah diangkat, sehingga operasi pengangkatan harus dilakukan berulang-ulang. 2 )apiloma pada orang dewasa merupakan lanjutan dari papilomatosis in!antil atau tumbuh pada usia pertengahan. #edua keadaan ini dapat berubah jadi karsinoma sel skuamosa. )erubahan ke arah keganasan terjadi khusus pada penderita yang sebelumnya pernah mendapat radioterapi. Diagnosis &iagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan laring langsung, biopsi serta pemeriksaan patologi-anatomik. 2 Gambar 7. !apiloma Laring ("uku A#ar $lmu Kesehatan %&%) Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa pada laring (http:// www.gastrointestinalatlascom ) T%ra#i ;kstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau juga dengan sinar laser. .leh karena sering tumbuh lagi, maka tindakan ini diulangi berkali-kali. #adang-kadang dalam seminggu sudah tampak papiloma tumbuh lagi. erapi terhadap penyebabnya belum memuaskan, karena sampai sekarang etiologinya belum diketahui dengan pasti. idak dianjurkan memberikan radioterapi, oleh karena papiloma dapat berubah menjadi ganas. 2
)ada tumor ganas laring setelah diagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulangannya. +da * cara penanggulangan yang la=im dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatika ataupun kombinasinya tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien. %ebagai patokan dapat dikatakan stadium 3 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2 dan * dikirim untuk dilakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi. 6enis pembedahan adalah laringektomi totalis ataupun parsial, tergantung lokasi dan penjalaran tumor, yang sering dilakukan adalah laringektomi totalis karena beberapa pertimbangan, sedangkan laringektomi parsial jarang dilakukan, karena teknik sulit untuk mentukan batas tumor. %elain itu dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar lim!a leher.)emakaian sitostatika belum memuaskan, biasanya jadwal pemberian sitostatika tidak sampai selesai karena keadaan umum memburuk, disamping harga obat ini yang relati! mahal, sehingga tidak terjangkau oleh pasien. )ara ahli berpendapat, bahwa tumor laring ini mempunyai prognosis yang paling baik di antara tumor-tumor daerah traktur aero-digestivus, bila dikelola dengan tepat, cepat dan radikal. 2 R%+a)ilitasi S"ara Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring menyebabkan cacat pada pasien. &engan dilakukannya pengangkatan laring beserta pita suara yang ada di dalamnya, maka pasien akan menjadi a!onia dan bernapas melalui stoma permanen di leher. "ntuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang bersi!at umum, yakni agar pasien Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa pada laring (http:// www.gastrointestinalatlascom ) dapat memasyarakat dan mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi suara agar pasien dapat berbicara, sehingga berkomunikasi verbal. $ehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara, yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah sub mandibula, ataupun dengan suara yang dihasilkan dari eso!agus 'esophageal speech( melalui proses belajar. +da 2 !aktor utama yang mempengaruhi suksesnya rehabilitasi suara ini, yakni !aktor !isik dan !aktor psiko-sosial. 2 ,. KORPUS ALIENUM Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yg dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. %edangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari =at organik, seperti kacang-kacangan 'yg berasal dari tumbuh-tumbuhan(, tulang 'yg berasal dari kerangka binatang( dan =at anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yg bersi!at iritati!, seperti =at kimia, dan benda cair non-iritati!, yaitu cairan dengan p5 >,4. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran di!teri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam napas saluran bayi pada saat proses persalinan. 2 Etiologi - $a&tor #r%.is#osisi -aktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing kedalam saluran napas antara lain, !aktor personal 'umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal(, kegagalan mekanisme proteksi yang normal, 'antara lain keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme(, proses menelan yg belum sempurna pada anak, ukuran dan bentuk serta si!at benda asing. -aktor kecorobohan, 'antara lain meletakan benda asing dimulut, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain 'pada anak(, memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum lengkap. 2 Diagnosis &iagnosis klinis benda asing disaluran napas ditegakan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul ?choking@ 'rasa tercekik(, gejala, tanda, pemeriksaan !isik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. &iagnosis pasti benda asing disaluran napas ditegakan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi. +namnesis yg cermat perlu ditegakan karena kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa kedokter pada saat kejadian. )erlu diketahui macam benda atau bahan yg teraspirasi dan telah berapa lama tersedak benda asing itu. G%(ala .an tan.a :ejala sumbatan benda asing didalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan 'total atau sebagian(, si!at, bentuk dan ukuran benda asing. Bila seorang pasien, terutama anak, diketahui mengalami rasa tercekik atau manis!estasi lainnya, rasa tersumbat ditenggorok, batuk-batuk sedang makan, maka keadaan ini haruslah dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing. Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut diantara pita suara atau berada di subglotis. :ejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak 'posisi( benda asing. %umbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya kematian mendadak karena terjadi as!iksia dalam waktu singkat. 5al ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain dis!onia sampai a!onia, apne dan sianosis. %umbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, dis!onia sampai a!onia, batuk yang disertai sesak 'croupy cough(, odino!agia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa subyekti! dari benda asing 'pasien akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak benda asing itu tersangkut( dan dispne dengan derajat bervariasi. :ejala dan tanda ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan reaksi laring oleh karena edema laring. P%m%ri&saan #%n"n(ang )ada kasus benda asing disaluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologik dan laboratrium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yg bersi!at radioopak dapat dibuat $A !oto segera setelah kejadian, sedangkan benda asing radiolusen 'seperti kacang- kacangan( dibuat $A !oto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukan gambaran radiologis yang berarti. )emeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak leher dan pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral sangat penting pada aspirasi benda asing. )emeriksaan toraks lateral dilakukan dengan lengan di belakang punggung, leher dalam !leksi dan kepala ekstensi untuk melihat keseluruhan jalan napas dari mulut sampai karina. #arena benda asing dibronkus utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat membantu diagnosis. Video -luoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi parsial. ;m!isema obstrukti! merupakan bukti radiologik pada benda asing di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi. :ambaran em!isema tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi 'mediastinal shi!t( dan pelebaran interkostal. Bronkogram berguna untuk benda asing radiolusen yang berada diperi!er pada pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama berada di bronkus )emeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa serta tanda in!eksi traktus trakeobronkial. 2 P%natala&sanaan )asien dengan benda asing di laring harus diberi pertolongan dengan segera, karena as!iksia dapat terjadi dalam waktu hanya dalam beberapa menit. )ada anak dengan sumbatan total pada laring, dapat dicoba dengan menolongnya dengan memegang anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah punggung8tengkuk dipukul, sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke luar. 0ara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari 5eimlich '5eimlich maneuver(, dapat dilakukan pada anak maupun orang dewasa. ,enurut teori heimlich, benda asing masuk ke dalam laring ialah pada waktu inspirasi. &engan demikian paru penuh oleh udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar ke luar. )ada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat 5eimlich tidak dapat digunakan. &alam hal ini pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau bronkoskop, atau kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi sebelum merujuk. )ada waktu tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi randelenburg, kepala lebih rendah dari badan, supaya benda asing tidak turun ke trakea. #emudian pasien dapat dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai !asilitas laringoskopi dan bronkoskopi untuk mengeluarkan benda asing itu dengan cunam. indakan ini dapat dilakukan dengan anastesi 'umum( dan analgesia 'lokal(. 2 /. ALERGI E.%ma Angion%"roti& ;dema angioneurotik mukosa laring adalah salah satu penyebab obstruksi laring yang biasanya disebabkan oleh alergi. ;dema laring angioneurotik akuta dapat mengobstruksi saluran pernapasan setelah respon imun humoral akut terhadap berbagai antigen seperti sengatan lebah, suntikan antibiotika dan makanan. :ejalanya berupa suara parau yang progresi! setelah kontak dengan, mengirup atau menelan alergen, tanpa tanda in!eksi. /,2 Gambar 9. Cara pengeluaran benda asing pada anak < 1 tahun (http://www.childrenwebmd.com) Gambar 10. Cara pengeluaran benda asing pada anak >1 tahun (http://www.childrenwebmd.com) P%m%ri&saan #adang-kadang kerentanan individu dapat dibuktikan dengan mendeteksi 03 esterase di dalam darah. 2 P%natala&sanaan &iindikasikan suntikan epine!rin, oksigen dan selanjutnya penyelidikan alergi tindak lanjut. )ada keadaan parah, diperlukan krikotiroidotomi maupun trakeostomi untuk menyelamatkan jiwa. /,2 0. KELUMPU1AN NER2US REKUREN BILATERAL )aralisis ini kebanyakan disebabkan oleh proses pembedahan tiroid,terutama total tiroidektomi. )enyebab lainnya yang jarang adalah karena pertumbuhan tumor tiroid yang malignan. )aralisis bilateral n. Laringeus rekurens menyebabkan sesak na!as sebab celah suara cukup sempit karena kedua pita suara tidak dapat abduksi pada inspirasi sehingga menetap pada posisi paramedian. #adang pita suara cenderung bertaut pada inspirasi sehingga penderita harus diselamatkan dengan intubasi dan trakeostomi. Biasanya ada indikasi operasi !iksasi pita suara di posisi abduksi pada paralisis n. Laringeus rekurens bilateral. / MANIFESTASI KLINIS :ejala dan tanda sumbatan laring adalah 9 3. %uara serak 'dis!oni sampai a!oni( 2. %esak napas 'dispnea( *. %tridor 'napas berbunyi( yang terdengan pada waktu inspiras. 4. 0ekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula dan interkostal. 0ekungan itu terjadi sebagai upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat. /. :elisah karena pasien haus udara 'air hunger( 2. 1arna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia 6ackson membagi sumbatan laring yang progresi! dalam 4 stadium dengan tanda dan gejala9 Sta.i"m 1. 0ekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada waktu inspirasi dan pasien masih tenang. Sta.i"m '. 0ekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah epigastrium. )asien sudah mulai gelisah. %tridor terdengar pada waktu inspirasi. Sta.i"m *. 0ekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di in!raklavikuladan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. %tridor terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Sta.i"m ,. 0ekungan-cekungan diatas bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis. 6ika keadaan ini berlangsung terus maka pasien maka akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. )asien lemah dan tertidur, akhirnya meninggal karena as!iksia. DIAGNOSIS &iagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan laringoskopi. )ada orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung, dan pada anak laringoskopi langsung. 2 PENANGGULANGAN SUMBATAN LARING )rinsip penanggulangan sumbatan laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi. &alam penanggulangan sumbatan laring pada prinsipnya diusahakan supaya jalan jalan napas lancar kembali. indakan konservati! dengan pemberian antiin!lamasi, antialergi, antibiotika, serta pemberian oksigen intermitten dilakukan pada sumbatan laring stadium 3 yang disebabkan peradangan. indakan operati! atau resusitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara memasukan pipa endotrakea melalui mulut 'intubasi orotrakea( atau melalui hidung 'intubasi nasotrakea(, membuat trakeostomi atau melakukan krikotirotomi. Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium 2 dan *, sedangkan krikotirotomi dilakukan pada sumbatan laring stadium 4. indakan opertai! atau resusitasi dpat dilakukan berdasar analisis gas darah 'pemeriksaan +strup(. Bila !asilitas tersedia, maka intubasi endotrakea merupakan pilihan pertama, sedangkan jika ruangan perawatan intensi! tidak tersedia sebaiknya dilakukan trakeostomi. 2 PERASAT 1EIMLI!1 &engan perasat 5eimlich, dilakukan pada penekanan paru. 0aranya ialah, bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong dapat berdiri di belakang pasien, kepalan tangan penolong diletakkan di atas prossesus Bi!oid, sedangkan tangan kirinya diletakkan diatasnya. #emudian dilakukan penekanan ke belakang dan keatas ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar ke luar mulut. . Bila pasien sudah berbaring karena pingsan, maka penolong bersetumpu pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan diletakkan di bawah prosesus Bi!oid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda asing akan terdorong melalui mulut. )ada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping, supaya jalan napas merupakan garis lurus. #omplikasi perasat 5eimich ialah kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan !raktur iga. .leh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan menggunakan dua buah jari kiri dan kanan. 2 INTUBASI ENDOTRAKEA Intubasi endotrakea adalah 3( untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas, 2( membantu ventilasi, *( memudahkan mengisap sekret dari tarktus trakeo-bronkial, 4( mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau yang berasal dari lambung. Intubasi endotrakea merupakan cara yang paling cepat untuk memperbaik jalan napas. &apat dilakukan secara transnasal atau transoral. 2,* )ipa endotrakea yang dibuat dari bahan polyvinilchloride dengan balon 'cu!!( pada ujungnya yang dapat diisi dengan udara, diperkenalkan oleh ,agill pertama kali tahun 3C24, dan sampai sekarang sering dipakai untuk intubasi. "kuran pipa endotrakea ini harus sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk orang dewasa dipakai yang diameter dalamnya >-D,/ mm. )ipa endotrakea yang dimasukkan melalui hidung dapat dipertahankan untuk beberapa hari. %ecara umum dapat dikatakan bahwa intubasi endotrakea jangan melebihi 2 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan trakeostomi. 2 pada pasien tidak sadar (http://healthguide.howstufworks.c om) pada pasien sadar (http://healthguide.howstufworks.c om) T%&ni& Int")asi En.otra&%a Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamat dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgesia topikal dengan Bylocain 37<. )osisi pasien tidur terlentang, leher !leksi sedikit dan kepala ekstensi. Laringoskop dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri, dimasukkan melalui mulut sebelah kanan, sehingga lidah terdorong ke kiri. %patel diarahkan menelusuri pangkal lidah ke valekula, lalu laringoskop diangkat ke atas, sehingga pita suara dapat terlihat. &engan tangan kanan pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui celah antara kedua pita suara ke dalam trakea. )ipa endotrakea dapat juga dimasukkan melalui salah satu lubang hidung sampai rongga mulut dan dengan cunam ,agill ujung pipa endotrakea dimasukan ke dalam celah anatara kedua pita suara sampai ke trakea. #emudian balon diisi udara dan pipa endotrakea di!iksasi dengan baik. +pabila menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur terlentang itu, pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah diekstensikan maksimal. Laringoskop dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan dimasukkan mengikuti dinding !aring posterior dan epiglotis diangkat hori=ontal ke atas bersama-sama sehingga laring jelas terlihat. )ipa endotrakea dipegang dengan tangan kanan dan dimasukan melalui celah pita suara sampai di trakea. #emudia balon diisi udara dan pipa endotrakea di!iksasi dengan plester. 2 Kom#li&asi )ipa yang terpasang di laring untuk waktu lama dapat menimbulkan ulserasi mukosa, pembentukan jaringan granulasi, edem subglotis, dan akhirnya stenosis laring dan trakea. #omplikasi ini lebih sering pada pasien sadar atau hiperakti! dengan re!leks menelan yang akti!. 4 TRAKEOSTOMI rakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding depan8anterior trakea untuk bernapas. ,enurut letak stoma, trakeostomi dibedakan menjadi 3( trakeostomi letak tinggi, yaitu di cincin trakea 2-* dan 2( trakeostomi letak rendah, setinggi cincin trakea 4-/. Berdasar letak tinggi dan rendah kira-kira setinggi ismus kelenjar tiroid, bila melakukan trakeostomi sebaiknya letak tinggi karena9 Letak trakea lebih super!isial &ekat dengan bangunan pedoman yaitu kartilago tiroid atau krikoid #anul tidak mudah lepas dan bila lepas mudah dikembalikan Ismus atau timus pada anak tidak terganggu +man, karena jauh dari pembuluh darah besar. %edangkan mnurut waktu dilakukan tindakan maka trakeostomi dibagi dalam 3( trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana yang kurang dan 2( trakeostomi berencana 'persiapan sarana cukup( dan dapat dilakukan secara baik 'lege artis(. 2 In.i&asi Tra&%ostomi 3. ,engatasi obstruksi laring 2. ,engurangi ruang rugi 'dead air space( di saluran napas bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan !aring. &engan adanya stoma maka seluruh oksigen yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru, tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. 5al ini berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang. *. ,empermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara !isiologik, misalnya pada pasien dalam koma. 4. "ntuk memasang respirator 'alat bantu pernapasan( /. "ntuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai !asilitas bronkoskopi. 2 Alat3alat tra&%ostomi +lat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi ialah semprit dengan obat anlagesia 'novokain(, pisau 'skalpel(, pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea yang ukurannya cocok untuk pasien. 2 Gambar 15. Alat 'alat trakeostomi ("uku A#ar $lmu Kesehatan %&%) T%&ni& Tra&%ostomi )asien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital. &engan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. #ulit daerah leher dibersihkan secara asepsis dan antisepsis dan ditutup dengan kasa steril. .bat anastetikum 'novokain( disuntikkan di pertengahan krikoid dengan !osa suprasternal secara in!iltrasi. %ayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dibawah krikoid sampai !osa suprasternal atau jika membuat sayatan hori=ontal dilakukan pada Gambar 13. Kanul silikon (http://www.tracheostom .com) Gambar 14. Kanul metal (http://www.tracheostom .com) pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan !osa suprasternal atau kira-kira 2 jari dibawah krikoid orang dewasa. %ayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira / cm. &engan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan dibawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul, sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin-cincin tiulang rawan yang berwarna putih. )embuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismus tiroiddi klem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. %ebelum klem ini dilepaskan ismus tiroid diikat kedua tepinya dan disihkan ke lateral. )erdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. #emudian dipasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. #anul di!iksasi dengan tali pada leher pasien dengan luka operasi ditutup dengan kasa. 5al-hal yang perlu diperhatikan, sebelum membuat lubang trakea, perlu dibuktikan dulu yang akan dipotong itu benar-benar trakea dengan cara aspirasi dengan semprit yang berisi novokain. Bila yang ditusuk itu trakea maka pada waktu dilakukan aspirasi terasa ringan dan udara yang terisap akan menimbulkan gelembung udara. "ntuk mengurangi re!leks batuk dapat disuntikan novokain sebanyak 3 cc ke dalam trakea. Gambar 15. !eknik trakeostomi (http://www.catalog.nucleusinc.com) "ntuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatiakan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya em!isema kulit. "kuran kanul harus sesuai dengan diameter lumen trakea. Bila kanul terlalu kecil, akan menyebabkan kanul bergerak-gerak sehingga terjadi rangsangan pada mukosa trakea dan mudah terlepas ke luar. Bila kanul terlalu besar, sulit untuk memasukkannya ke dalam lumen dan ujung kanul akan menekan mukosa trakea dan menyebabkan nekrosis dinding trakea. )anjang kanul harus sesuai pula. Bila terlalu pendek akan mudah keluar dari lumen trakea dan masuk ke dalam jaringan subkutis sehingga timbul em!isema kulit dan lumen kanul akan tertutup sehingga menimbulkan as!iksia. Bila kanul terlalu panjang maka mukosa trakea akan teriritasi dan mudah timbul jaringan granulasi. 2 P%ra4atan #as5a tra&%ostomi )erawatan pasca trakeostomi sangatlah penting, karena sekret dapat menyumbat, sehingga akan terjadi as!iksia. .leh karena itu sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke luar, dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya 2 kali sehari, lalu segera dimasukan lagi ke dalam kanul luar. )asien dapat dirawat di ruang perawatan biasa dan perawatan trakeostomi sangatlah penting. Bila kanul harus dipasang untuk jangka waktu lama, maka kanul luar harus dibersihkan 2 minggu sekali. #ain kasa di bawah kanul harus diganti setiap basah, untuk menghindari terjadinya dermatitis. 2 Gambar 16. "emasang kanul (http://www.humanboddisease.com KRIKOTIROTOMI #rikotirotomi merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas. &engan cara membelah membran krikotiroid. indakan ini harus dikerjakan cepat walaupun persiapannya darurat. 2 In.i&asi Kri&otirotomi Indikasi krikotirotomi antara lain ialah9 3. )erlengkapan dan alat-alat intubasi endotrakea atau trakeostomi tidak memadai untuk mengatasi obstruksi jalan napas yang berat. 2. #ebutuhan untuk mempertahankan jalan napas dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih medis. *. #eperluan untuk mempertahankan jalan napas pada obstruksi laring karena tumor, sehingga seluruh bagian krikotiroid akan ikut dikeluarkan pada saat operasi de!initi!. * T%&ni& Kri&otirotomi )asien tidur telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlanto oksipitalis. )uncak tulang rawan '+damEs apple( mudah diidenti!ikasi di!iksasi dengan jari tangan kiri. &engan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid diraba ke bawah sampai ditemukan kartilago krikoid. ,embran krikotiroid terletak di antara kedua tulang rawan ini. &aerah ini diin!iltrasi dengan anastetikum kemudian dibuat sayatan hori=ontal pada kulit. 6aringan di bawah sayatan dipisahkan tepat pada garis tengah. %etelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah. #emudian, masukkan kanul bila tersedia. 6ika tidak, dapat dipakai pipa plastik untuk sementara. 2 Kom#li&asi #erugian teknik ini banyak, sehingga terbatas penggunaannya. $uang krikotiroid relati! sempit dan sering tidak cukup untuk memasukkan pipa trakeostomi dengan ukuran adekuat tanpa merusak kartilago krikoid. iap luka pada krikoid dapat diikuti dengan perikondritis dan stenosis laring. +rteri krikotiroid masuk ke dalam ruang krikotiroid dekat garis tengah yang mungkin menjadi sumber perdarahan yang cukup banyak selama melakukan teknik ini. * %tenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama. ,akin lama pipa terpasang pada membran krikotiroid, makin besar kemungkinan terjadi perinkondritis, karena kanul yang letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotik, sehingga terbentuk jaringan granulasi, dan akhirnya stenosis laring. %ehingga sebaiknya segera diganti dengan trakeostomi dalam waktu 4D jam. 2,* #rikotirotomi merupakan kontraindikasi pada anak di bawah 32 tahun, demikian juga pada tumor laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laringitis. 2 P%ra4atan Pas5a B%.a+ #anul trakeostomi harus segera dimasukkan melalui krikotirotomi segera setelah alat tersebut tersedia. #rikotirotomi harus diganti dengan trakeostomi melalui insisi terpisah yang lebih rendah segera setelah keadaan pasien stabil. Bila mungkin dilakukan dalam 24 jam atau paling lama 4D jam setelah krikotirotomi. 2,* Gambar 17. Krikotirotomi (http://www.netterimages.com) KESIMPULAN .bstruksi laring adalah keadaan tersumbatnya laring oleh bermacam-macam sebab seperti peradangan pada laring, tumor laring, alergi 'edema angioneurotik(, benda asing, trauma, dan paralisis nervus rekuren laring bilateral yang dapat menyumbat laring. .bstruksi laring dapat bersi!at total ataupun parsial. .bstruksi total di laring akan menimbulkan keadaan gawat, dan apabila tidak ditatalaksana akan menyebabkan kematian akibat as!iksia. .bstruksi parsial di laring dapat menyebabkan gejala suara parau, dis!onia sampai a!onia, batuk yang disertai sesak, odino!agia, sianosis, hemoptisis, dan rasa subjekti! benda asing. &iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan laringoskopi. )ada orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung dan pada anak dilakukan laringoskopi langsung. indakan pada pasien dengan obstruksi laring dilakukan sesuai dengan derajat obstruksi. )enatalaksanaan dapat bersi!at konservati! dengan pemberian obat-obatan, dapat pula dengan tindakan bedah. indakan operati! untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara memasukan pipa endotrakea melalui mulut 'intubasi endotrakea transoral( atau melalui hidung 'intubasi endotrakea transnasal( , membuat trakeostomi atau melakukan krikotirotomi. SARAN )eranan ahli 5 banyak berbuhungan dengan mempertahankan dan penatalaksanaan saluran napas, baik melalui cara intubasi, trakeostomi maupun kritotirotomi. .leh karena itu tim medis harus menguasai seluruh aspek perawatan jalan napas. +pabila dijumpai seseorang yang mengalami sumbatan jalan napas 'laring(, sebaiknya ditangani dengan segera karena as!iksia dapat terjadi hanya dalam beberapa menit. indakan yang dilakukan yaitu dengan perasat 5eimlich, trakeostomi maupun krikotirotomi. )enyebab sumbatan jalan napas harus segera diketahui agar dapat dilakukan penatalaksanaan dan perawatan selanjutnya. %ebaiknya penanganan darurat terhadap sumbatan jalan napas dapat dilakukan oleh siapapun tidak bergantung hanya pada para tenaga medis mengingat seringnya kejadian sumbatan jalan napas dalam kehidupan sehari-hari. DAFTAR PUSTAKA 3. $iyanto, Bambang %igit, Barmawi 5isyam,dkk. .bstruksi %aluran )ernapasan +kut. &alam Buku Ilmu )enyakit &alam 6ilid 2. ;disi 4. 6akarta9 -akultas #edokteran "niversitas Indonesia. 2772. 5al C>D-D>. 2. %oepardi, ;.+, Iskandar, 5.,. elingan 5idung enggorok #epala Leher. ;disi 2. 6akarta9 -akultas #edokteran "niversitas Indonesia. 2737. *. Ballenger, 6ohn 6acob. Insu!isiensi )ernapasan dan rakeostomi. &alam Buku )enyakit elinga, 5idung, enggorok, #epala dan Leher. ;disi ke-3*. 6akarta9 Binarupa +ksara. 3CC4. 5al 443-2*. 4. Banovet=, 6ohn &. )enyakit In!eksi )ada Laring. &alam B.I;% Buku +jar Ilmu )enyakit 5. ;disi ke-2. 6akarta9 ;:0. 3CC>. 5al *D*-D/. /. %jamsuhidajat, $, 6ong, 1im de. Laring. &alam Buku +jar Ilmu Bedah. 6akarta9 ;:0. 3CC>. 5al 4DD-C>. 2. 0ody, hane $, dkk. ;dema +ngioneurotik. &alam )enyakit, elinga, 5idung dan enggorok. 6akarta9;:0. 3CC3. 5al *2/.