Anda di halaman 1dari 33

1

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi Pemeliharaan
Pengertian pemeliharaan atau perawatan ( maintenance ) adalah suatu
kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang
atau memperbaikinya, sampai pada suatu kondisi yang bisa diterima ( Corder,
hal 1 ). Pengertian lain dari pemeliharaan adalah kegiatan menjaga fasilitas
fasilitas dan peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau pemyesuaian
yang diperlukan agar tercapai suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan
dan sesuai dengan yang direncanakan ( ssauri, hal !! ). "edangkan
manajemen perawatan ( maintenance management ) adalah pengorganisasian
perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai perawatan fasilitas
produksi. ( "upandi, hal 1# )
$ndustri tidak hanya harus memproduksi barang yang dapat dijual
namun juga harus dapat menandingi persaingan pasar dengan membuat produk
yang berkualitas dengan harga yang pantas dan diserahkan kepada konsumen
dalam waktu yang tepat. %ntuk mewujudkan hal tersebut antara lain
menerapkan proses proses baru, mengadakan ino&asi produk baru dan
menemukan metode baru. 'al ini merupakan tantangan untuk bagian
pemeliharaan agar dapat terus berkembang dan mendukung kesiapan serta
keandalan pabrik.
2.1.2 Tujuan Pemeliharaan
(egiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas mesin tentu memiliki
tujuan.)ujuan tujuan tersebut adalah * ( Corder, hal + , ssauri hal !- )
1. .emperpanjang usia kegunaan aset.
/. .enjamin ketersediaan peralatan dan kesiapan operasional perlengkapan
serta peralatan yang dipasang untuk kegiatan produksi.
+. .embantu mengurangi pemakaian atau penyimpangan diluar batas serta
menjaga modal yang ditanamkan selama waktu yang ditentukan.
0. .enekan tingkat biaya perawatan serendah mungkin dengan melaksanakan
kegiatan perawatan secara efektif dan efisien.
#. .emenuhi kebutuhan produk dan rencana produksi tepat waktu.
1. .eningkatkan ketrampilan para super&isor dan operator melalui kegiatan
pelatihan yang diadakan.
2. .eningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.
2.1.3 enis ! enis Pera"atan
)erdapat beberapa jenis perawatan ( pemeliharaan ) yaitu * ( ssauri, hal !- )
. Perawat a n )erencana ( Planned Maintenance )
dalah perawatan yang dilakukan secara terorganisasi dan sesuai
dengan rencana perawatan yang telah dibuat sebelumnya. Perawatan ini
dibedakan menjadi dua yaitu *
1. Perawatan Pencegahan ( Preventive Maintenance )
dalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan kerusakan yang tidak terduga dan
menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas produksi
mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
3engan demikian semua fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan
pencegahan akan terjamin kelancaran kerjanya dan akan selalu diusahakan
dalam kondisi yang siap setiap saat. 4erdasarkan hal tersebut maka
memungkinkan pembuatan suatu rencana jadwal perawatan dan rencana
produksi yang lebih tepat dan efektif dalam menghadapi fasilitas fasilitas
produksi yang termasuk kedalam golongan critical unit. "ebuah fasilitas
atau peralatan produksi akan termasuk dalam golongan critical unit
apabila*
(erusakan fasilitas atau peralatan produksi akan membahayakan
keselamatan atau kesehatan para pekerja.
(erusakan fasilitas akan mempengaruhi kualitas produk yang
dihasilkan.
(erusakan fasilitas tersebut akan menyebabkan kemacetan seluruh
proses produksi.
.odal yang ditanamkan dalam fasilitas tersebut cukup besar atau
mahal.
/. Perawatan perbaikan ( Corrective Maintenance )
5aitu kegiatan perawatan yang dilakukan setelah sistem mengalami
kerusakan atau tidak dapat berfungsi lagi dengan baik. (egiatan perawatan
ini sering juga disebut sebagai kegiatan reparasi 6 perbaikan ( Repair
Maintenance ), yang biasanya terjadi karena kegiatan perawatan pencegahan
tidak dilakukan sama sekali. "ecara sepintas, biaya perawatan perbaikan
akan lebih kecil daripada mengadakan perawatan pencegahan. 'al ini benar
selama kerusakan tidak terjadi pada saat fasilitas 6 peralatan produksi sedang
dioperasikan, karena apabila kerusakan terjadi saat operasi berlangsung
maka selain biaya perbaikan kerusakan, perlu juga diperhitungkan biaya
penundaan produksi. (erusakan tersebut juga akan memberikan andil
terhadap umur peralatan dalam jangka waktu yang panjang. 7leh karena itu,
perawatan pencegahan dianggap lebih menguntungkan daripada hanya
melaksanakan perawatan perbaikan saja.
4. Perawatan )ak )erencana ( Unplanned Maintenance )
Perawatan tak terencana adalah bentuk perawatan darurat yang dapat
didefinisikan sebagai perawatan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah
akibat yang lebih serius, seperti hilangnya waktu untuk berproduksi, kerusakan
besar pada peralatan dan biaya biaya perbaikan yang lebih mahal.
2.1.# $%nse& ! $%nse& Pemeliharaan
2.1.#.1 $%nse& $ean'alan ( Reliability )
dalah probabilitas suatu komponen atau sistem akan beroperasi
sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam jangka waktu tertentu
ketika digunakan dalam kondisi operasional tertentu. (eandalan juga
berarti kemampuan suatu peralatan untuk bertahan dan tetap
beroperasi sampai batas waktu tertentu. ( 8belling, hal # )
2.1.#.2 $%nse& $etera"atan ( Maintainability )
dalah probabilitas suatu komponen atau sistem yang rusak akan
diperbaiki atau dipulihan kembali pada kondisi yang telah ditentukan
selama periode waktu tertentu dimana dilakukan perawatan sesuai
dengan prosedur yang seharusnya. (eterawatan suatu peralatan dapat
didefinisikan sebagai probabilitas peralatan tersebut untuk bisa
diperbaiki pada kondisi tertentu dalam periode waktu tertentu.
( 8belling, hal 1 )
2.1.#.3 $%nse& $eterse'iaan ( Availability )
(etersediaan ( availability ) adalah probabilitas suatu komponen
atau sistem menunjukan kemampuan yang diharapkan pada suatu
waktu tertentu ketika dioperasikan dalam kondisi operasional tertentu.
(etersedaiaan juga dapat diinterpretasikan sebagai persentase waktu
operasional sebuah komponen atau sistem selama inter&al waktu
tertentu.
(etersediaan berbeda dengan keandalan, dimana ketersediaan
adalah probabilitas komponen berada dalam kondisi tidak mengalami
kerusakan meskipun sebelumnya komponen tersebut telah mengalami
kerusakan dan diperbaiki atau dipulihkan kembali pada kondisi operasi
9ormalnya. 7leh karena itu, ketersediaan sistem tidak pernah lebih
kecil daripada kendalan sistem. (etersediaan mengandung dua
komponen utama yaitu keandalan ( reliability ) dan keterawatan
( maintainability ). )ingkat keandalan yang rendah dapat diimbangi
dengan usaha peningkatan perawatan sehingga tingkat kecepatan aksi
perawatan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan sistem. "eperti
halnya pada keandalan dan keterawatan, ketersediaan merupakan
probabilitas sehingga teori probabilitas dapat digunakan untuk
menghitung nilai ketersediaan. ( 8belling hal 1 , hal /#0 )
2.1.* $%nse& Preventive Maintenance
(onsep Preventive Maintenance pertama kali diterapkan di :epang
pada tahun 1-21. (onsep ini mencakup semua hal yang berhubungan dengan
maintenance dengan segala implementasinya di lapangan. (onsep ini
mengikutsertakan pekerja dari bagian produksi untuk ambil bagian dalam
kegiatan maintenance tersebut. 3engan demikian maka diharapkan terjadi
kerjasama yang baik antara bagian maintenance dan bagian produksi.
Preventive Maintenance dapat diartikan sebagai suatu pengamatan
secara sistematis disertai analisis ekonomik untuk menjamin berfungsinya
suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang
bersangkutan.
)iga dasar utama dalam maintenance adalah *
1. .embersihkan ( cleaning )
Pekerjaan pertama yang paling mendasar adalah membersihkan peralatan 6
mesin dari debu maupun kotoran kotoran lain yang dianggap tidak perlu.
3ebu tersebut akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi dari uap
air yang berada di udara. Pekerjaan membersihkan akan sangat baik
apabila dilaksanakan secara periodik dan dengan disiplin tinggi dengan
menyesuaikan dinamika operasi mesin 6 peralatan bersangkutan.
/. .emeriksa ( inspection )
Pekerjaan kedua adalah memeriksa bagian bagian dari mesin yang
dianggap perlu. Pemeriksaan terhadap unit instalasi mesin perlu dilakukan
secara teratur mengikuti suatu pola jadwal yang sudah diatur.
+. .emperbaiki ( repair )
Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki bila terdapat kerusakan
kerusakan pada bagian unit instalasi mesin sedemikian rupa sehingga
kondisi unit instalasi tersebut dapat mencapai standard semula dengan
usaha dan biaya yang wajar.
2.1.+ ,un-si $erusakan
(arakteristik kerusakan setiap peralatan akan mempengaruhi bentuk
kedekatan yang digunakan dalam menguji kesesuaian dan menghitung
parameter fungsi 3istribusi kerusakan. (eputusan yang berhubungan dengan
penentuan kebijakan perawatan seperti kebijakan perawatan pencegahan
memerlukan informasi tentang selang waktu suatu peralatan akan mengalami
kerusakan lagi. Pada umumnya saat terjadinya perubahan kondisi peralatan dari
baik menjadi rusak tidak dapat diketahui dengan pasti namun dapat diketahui
probabilitas terjadinya perubahan tersebut. ( :ardine, hal 1+ )
(arakteristik kerusakan dari setiap peralatan pada umumnya tidak sama
terutama jika dioperasikan dalam kondisi lingkungan yang berbeda. "uatu
peralatan yang memiliki karakteristik dan dioperasikan dalam kondisi yang
sama juga mingkin akan memberikan nilai selang waktu antar kerusakan yang
berlainan. ( :ardine, hal 1# )
1. ;ungsi (epadatan Probabilitas ( Probability Density Function )
4ila < menyatakan &ariabel acak kontinyu (continuous random
variable) sebagai waktu kerusakan dari sistem (peralatan) dari jumlah
kerusakan6kegagalan pada suatu waktu, dan mempunyai fungsi distribusi f
<
yang kontinyu di setiap titik sumbu nyata f
<
dikatakan fungsi kepadatan
peluang (probability density function) dari &ariabel <. 4ila < dapat bernilai
nyata ( x 0 ) pada interval waktu t, harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut *
f
X
(t)
=
untuk t =
sehingga,


f
x
(t )dt
=
/. ;ungsi 3istribusi (umulatif ( Cumulative Distribution Function )
;ungsi distribusi kumulatif merupakan fungsi yang menggambarkan
probabilitas terjadinya kerusakan sebelum waktu t. Probabilitas suatu sistem
atau peralatan mengalami kegagalan dalam beroperasi sebelum waktu t,
yang merupakan fungsi dari waktu yang secara matematis dapat dinyatakan
sebagai* ( :ardine , hal 12 )
t
F (t ) =

f (t )
dt
=
untuk t 0
3i mana * ;(t) adalah fungsi distribusi kumulatif
f(t) adalah fungsi kepadatan peluang
jika t maka ;(t) > 1
+. ;ungsi (eandalan ( Reliability )
"aat menentukan keandalan ( reliability ) suatu peralatan, hal penting
yang harus diperhatikan adalah spesifikasi fungsi yang diharapkan dari
peralatan tersebut. (eandalan harus diterjemahkan dalam satuan fungsi
waktu. ;ungsi keandalan merupakan probabilitas suatu peralatan dapat
beroperasi dengan baik tanpa mengalami kerusakan dalam periode waktu
tertentu, misalnya t. ;ungsi keandalan dinyatakan sebagai ?(t) dan
didefinisikan sebagai berikut *

? (t) >

f (t)dt > 1 @ ;(t)


t
0. ;ungsi Aaju (erusakan
Aaju kerusakan suatu peralatan pada waktu t adalah probabilitas
dimana peralatan akan mengalami kerusakan pada selang waktu berikutnya
dan diketahui kondisinya baik pada awal inter&al. Pola dasar dari fungsi laju
kerusakan sesaat yang umum bagi suatu produk adalah kur&a bak mandi (
bathtub curve ). pada umumnya laju kerusakan suatu sistem selalu berubah
sesuai dengan bertambahnya waktu sehingga bathtub curve yang
menunjukan tiga daerah dengan laju kerusakan yang berbeda dapat
digunakan untuk menyatakan laju kerusakan sesaat suatu produk. Aaju
kerusakan sesaat dinyatakan sebagai berikut *
B(t) > f (t) 6 ? (t)
Burn - in
Useful life
Wearout
Failure
rate
Infant
mortality
and
improper
use
failure
Lifetime
Cambar /.1 (ur&a Aaju (erusakan "esaat ( 4athtub Cur&e )
(ur&a ini terbagi atas + daerah dengan pola laju kerusakan yang berbeda
yaitu * ( 8belling, hal +1 )
3aerah * ;ase kerusakan awal ( burn in region )
3aerah ini pada selang waktu antara t= sampai t1 ditandai dengan laju
kerusakan menurun atau Decreasing Failure Rate ( 3;? ). )ingkat laju
kerusakan cukup tinggi pada awal operasi dan terus menurun sampai t1.
Penyebab kerusakan ini antara lain karena pengendalian kualitas yang
tidak memadai, performansi material dan tenaga kerja yang dibawah
standar, kesalahan pemasangan dan set up, kesalahan yang timbul pada
saat perakitan, kesalahan manusia dan pemrosesan, dll.
3aerah 4 * fase umur pakai berguna ( useful life region )
3aerah pada selang waktu t1 sampai t/ ditandai dengan laju kerusakan
konstan atau Constant Failure Rate ( C;? ). 3imana laju kerusakan
sesaat tidak akan bertambah walaupun umur peralatan terus bertambah
sampai saat t/ dan probabilitas kerusakan peralatan setiap saat adalah
sama. 7leh karena itu pada daerah ini kerusakan yang terjadi tidak dapat
diramalkan dan umumnya disebabkan oleh penambahan beban secara
tiba tiba, kerusakan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya,
kesalahan manusia dan kerusakan alamiah.
3aerah C * ;ase pengoperasian melebihi umur pakai ( earout region )
3aerah yang melebihi t/ ditandai dengan laju kerusakan meningkat atau
!ncrease Failure Rate ( $;? ), dimana laju kerusakan sesaat mulai
bertambah dari saat t/. Peningkatan ini terjadi karena memburuknya
kondisi peralatan yang telah mencapai batas umur pemakaian. 4ila suatu
alat telah memasuki fase ini maka sebaiknya dilakukan perawatan
pencegahan untuk mengurangi akibat yang lebih fatal. Penyebab
kerusakan ini antara lain perawatan yang tidak memadai, kelelahan
karena aus akibat pemakaian, kelelahan umur pakai, kesalahan overhaul,
terjadinya korosi dan rancangan umur pakai produk yang memang
singkat.
2.1.. Nilai Ten-ah 'ari Distri/usi $erusakan ( Mean Time To Failure )
9ilai tengah dari distribusi kerusakan atau .)); adalah nilai rata rata
atau nilai yang diharapkan ( expected value ) dari suatu distribusi kerusakan.
Persamaannya didefinisikan oleh f(t) sebagai berikut* (8beling, hal /1)

M""F = #(" ) =

t. f (t)dt
=
f (t ) =
dF (t )
=
dR(t)
dt dt
sehingga,

M""F =

=
dR(t)
dt
tdt
M""F = tR(t )
=

+

R(t )dt
=

M""F =

R(t )dt
=
2.1.0 Nilai Ten-ah 'ari Distri/usi Per/aikan ( Mean Time To Repair )
9ilai tengah dari distribusi perbaikan atau .))? adalah &ariabel acak
saat kegiatan perbaikan yang memiliki akibat pada waktu perbaikan berikutnya.

2.1.1 Distri/usi $erusakan


3istribusi kerusakan adalah informasi dasar mengenai umur pakai suatu
peralatan dalam suatu populasi. 3istribusi kerusakan suatu peralatan memiliki
bentuk yang berbeda beda. 5ang umum digunakan adalah distribusi
#$sponensial% &eibull% 'ormal dan (ognormal, dimana distribusi kerusakan ini
dapat memenuhi berbagai fase kerusakan. :ika ukuran sampelnya tergolong
kecil maka penaksiran parameter distribusi dilakukan dengan metode kuadrat
terkecil ( (east )*uares Curve Fitting ). 3istribusi #$sponensial biasanya
digunakan jika laju kerusakan tidak berubah dan konstan terhadap waktu
( 8belling, hal 01 ). 3istribusi 9ormal biasanya cocok digunakan pada
fenomena terjadinya earout region ( 8belling, hal 1- ). 3istribusi &eibull
dapat digunakan pada model yang mengalami laju kerusakan menaik maupun
menurun ( 8belling, hal #! ). "edangkan 3istribusi Aognormal memiliki
kemiripan dengan 3istribusi Deibull sehingga jika pada suatu kasus memiliki
3istribusi Deibull maka kasus tersebut juga cocok menggunakan 3istribusi
Aognormal. ( 8belling, hal 2+ )
3alam perhitungan nilai fungsi distribusi kumulatif (;(ti)) digunakan
metode pendekatan median ran$ karena metode ini memberikan hasil yang
lebih baik untuk distribusi kerusakan yang mempunyai penyimpangan distribusi
( s$eed distribution ). dapun nilai ;(ti) tersebut didekati dengan persamaan *
( 8belling, hal +10 )
F (t
i
) =
i =.+
n + =.0
1. 3istribusi #$sponensial
3istribusi ini memiliki laju kerusakan yang tidak berubah dan konstan
terhadap waktu ( Constant Failure rate Model ). :ika ada peralatan yang
memiliki laju kerusakan yang tetap, maka bisa dipastikan termasuk dalam
distribusi #$sponensial ( 8belling, hal 01 ). Penaksiran parameter distribusi
#$sponensial dilakukan dengan metode kuadrat terkecil ( least s*uare
method ) yaitu * ( 8belling, hal +10 )
E <i > ti
E yi > ln
F
1 6
(
1 @ ;(ti)
)G
E ;( ti) > (i @ =.+) 6 (n H =.0)
n
<
i
y
i
E Parameter * B > b >
i >1
<
/
i >1
3imana * ti > data kerusakan ke i
i > 1, /, +, ...., n
n > jumlah data kerusakan
;(ti) dihitung dengan menggunakan pendekatan median ran$
;ungsi kerusakan distribusi #$sponensial adalah * ( 8belling, hal 0/ )
;ungsi kepadatan probabilitas
f ( t ) >
B e
(@ B . t )
n
i
;ungsi distribusi kumulatif
;(t) > 1 @ e
(
@ B.t
)
;ungsi keandalan
?(t) > e
(@ B.t )
;ungsi laju kerusakan
B+t, -
f+t,
> B
R+t,
9ilai rata rata distribusi #$sponensial
1
.)); >
B
/. 3istribusi &eibull
3istribusi &eibull sering dipakai sebagai pendekatan untuk mengetahui
karakteristik fungsi kerusakan karena perubahan nilai akan mengakibatkan
distribusi &eibull mempunyai sifat tertentu ataupun ekui&alen dengan distribusi
tertentu. 3istribusi &eibull dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil ( least s*uare method ) yaitu *
E <i > ti
E yi > ln
F
ln(1 6(1 @ ;(ti)))
G
E ;(ti) >
(
i @ =.+
)
6
(
n H =.0
)
n

n

n

n

x
i
y
i


x
i
.

y
i

b
=
i =1 i =1 i =1
/
n

n

n

x
/


x
i =1 i =1
n n

y
i
x
i
a =
i
=1
n
b
i
=1
n
@(

)
Parameter * I > e
3imana * ti > data kerusakan ke i
i > 1, /, +, ...., n
n > jumlah data kerusakan
;(ti) dihitung dengan menggunakan pendekatan median rank
;ungsi kerusakan distribusi &eibull adalah * ( 8belling, hal #! )
;ungsi kepadatan probabilitas
f ( t ) =


t
1

;ungsi distribusi kumulatif


t


F (t ) = 1
e

;ungsi keandalan
t


R(t ) = e
!
i
J
i
;ungsi laju kerusakan


t

1
(t) =



9ilai rata rata distribusi #$sponensial


.)); >
1 +
1

( x) = ( x 1).( x 1)
3i mana *
( x) adalah fungsi gamma
+. 3istribusi 'ormal
4entuk distribusi 'ormal menyerupai lonceng sehingga memiliki nilai
simetris terhadap nilai rataan dengan dua parameter bentuk yaitu K ( nilai
tengah ) dan L ( standar de&iasi ). Parameter K ( nilai tengah ) memiliki
sembarang nilai, positif maupun negatif. "edangkan parameter L ( standar
de&iasi ) selalu memiliki nilai positif ( 8belling, hal 1- ).
3istribusi 'ormal dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil ( least
s*uare method ) yaitu * ( 8belling, hal +2= )
E <i > ti
E yi > Mi > N
@1
F;
(
ti
)G
E ;(ti) >
(
i @ =.+
)
6
(
n H =.0
)

n

n

n

n

x
i
y
i


x
i
.

y
i

b
=
i =1 i =1 i =1
/
n

n

n

x
/


x
i =1 i =1
n n

y
i
x
i
a
=
i
=1
n
b
i =1
n
a
E Parameter * K > @
b
1
dan L >
b
3imana * ti > data kerusakan ke i
i > 1, /, +, ...., n
n > jumlah data kerusakan
Mi > nilai dari tabel distribusi 'ormal
;(ti) dihitung dengan menggunakan pendekatan median ran$
;ungsi kerusakan distribusi 'ormal adalah * ( 8belling, hal 1- )
;ungsi kepadatan probabilitas
1
f ( t ) >
(
t @ K
)
/
e
/ L
/
L / O
;ungsi distribusi kumulatif
;(t) > N
(
t@K
)
;ungsi keandalan
i
( )
L
i

? (t) > 1 @ N
(
t @K
)
;ungsi laju kerusakan
f (t)
B(t) >
L
9ilai rata rata distribusi #$sponensial
.)); > K
./ 3istribusi (ognormal
3istribusi lognormal memiliki dua parameter yaitu parameter bentuk ( s )
dan parameter lokasi (t
med
) . "eperti distribusi eibull, distribusi lognormal
memiliki bentuk yang ber&ariasi. 5ang sering terjadi, biasanya data yang dapat
didekati dengan distribusi &eibull juga bisa didekati dengan distribusi (ognormal
( 8belling, hal 2+ ). 3istribusi lognormal dilakukan dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil ( least s*uare method ) yaitu * ( 8belling, hal +21 )
E <i > ln ti
E yi > Mi > N
@1
F;
(
ti
)G
E ;(ti) >
(
i @ =.+
)
6
(
n H =.0
)
n

n

n

n

x
i
y
i


x
i
.

y
i

b
=
i =1 i =1 i =1
/
n

n

n

x
/


x
i =1
i =1
L
1 @ N
(
t @K
i i
n n

y
i
x
i
a
=
i
=1
n
b
i =1
n
Parameter * s =
1
b
dan t
med
= e
"( a#s)
3imana * ti > data kerusakan ke i
i > 1, /, +, ...., n
n > jumlah data kerusakan
Mi > nilai dari tabel distribusi 'ormal
;(ti) dihitung dengan menggunakan pendekatan median ran$
;ungsi kerusakan distribusi (ognormal adalah * ( 8belling, hal 2# )
;ungsi kepadatan probabilitas
1
f ( t ) >
1
(
t
)
/
e
s.t / O
/ s
/ ln
t
med
;ungsi distribusi kumulatif
;(t) > N
(
1
ln
t
t
med
;ungsi keandalan
? (t) > 1 @ N(
1
ln
t
t
med
;ungsi laju kerusakan
B(t) >
f (t)
1 @ N
(
1
ln
t
t
med
s
s
s
)
)
)
9ilai rata rata distribusi #$sponensial

s
/

.)); > t
med
e
2.1.12 Index of Fit
%kuran korelasi linear antara dua peubah yang paling banyak
digunakan adalah koefisien korelasi. !ndex of Fit atau koefisien korelasi ( r )
menunjukkan hubungan linear yang kuat antara dua peubah acak Pi dan 5i.
Pada distribusi kerusakan, nilai dari Pi dan 5i adalah *
3istribusi #$sponensial
Pi > ln ti
5i >
ln1
1 @ ;(ti)
3istribusi &eibull
Pi > ln ti
ln 1
1@;(ti)
3istribusi 'ormal
Pi > ti
5i > 9ilai normalitas dari ;(ti)
3istribusi (ognormal
Pi > ln ti
5i > ln
( )

5i > 9ilai normalitas dari ;(ti)
3imana * ti > data "ime to Failure ( untuk .)); )
ti > data dontime kerusakan ( untuk .))? )
"emakin besar nilai r menandakan bahwa hubungan linear antara Pi
dan 5i semakin baik. 9ilai r > = berarti antara Pi dan 5i tidak ada hubungan
linear namun bukan berarti tidak ada hubungan sama sekali ( Dalpole, hal
+2= ). 4eberapa kriteria bisa digunakan untuk mengidentifikasi !ndex of Fit.
3iantaranya adalah memilih !ndex of Fit terbaik yaitu yang terbesar, untuk
menentukan jenis distribusi suatu data ( 8belling, hal 0=! ).
n

n

n

n

x
i
y
i


x
i


y
i

r =
i =1

n

n

i
=1



i =1

n

n

n

x
/


x

n

y
/


y
i

i =1 i =1
i

i
i =1 i =1
i

2.1.11 3ji $e4%4%kan Distri/usi


Pengujian kecocokan distribusi dimaksudkan untuk mengetahu ibahwa
distribusi data yang telah dipilih benar benar mewakili data. Pengujian
kecocokan distribusi yang digunakan adalah uji spesifik 0oodness of Fit,
karena uji ini memiliki probabilitas yang lebih besar dalam menolak suatu
distribusi yang tidak sesuai ( 8belling, hal +-/ ).
/
/
0oodness of Fit terbagi menjadi dua yaitu 0eneral "est dan )pesific
"est. 0eneral "est biasanya menggunakan Chi )*uare "est dengan ukuran
sampel yang relatif besar. "edangkan )pesific "est menggunakan (east
)*uare "est dengan ukuran data yang lebih kecil ( 8belling, hal 0=! ).
%ji 0oodness of Fit secara manual dapat digunakan dengan
menggunakan * ( 8belling, hal +-/ )
1. 1artlett2s "est untuk distribusi #$sponensial.
/. Mann2s "est untuk distribusi &eibull.
+. 3olmogorov )mirnov 4s "est untuk distribusi 'ormal dan
(ognormal.
9amun dalam pembahasan skripsi ini, penulis tidak menggunakan
perhitungan manual melainkan dengan menggunakan program .initab 10.=
dengan langkah langkah sebagai berikut *
$ %asukkan data &ime t' (ailure ( untuk %&&( ) atau data d'wntime
( untuk .))? ) pada kolom C1.
$ )ilih menu *tat + ,uality &''ls " -ndividual .istributi'n
I'entifi4ati%n.
$ )ada dial'g b'x ( single /'lumn ), pilih 01#
$ )ilih *pe/ify .istributi'n ( 1'gn'rmal, 2'rmal, 3eibull,
8ksponensial ).
$ )ilih 4k#
$ .istribusi yang terpilih adalah yang memiliki nilai ) terbesar#
2.1.12 5%'el Penentuan Inter6al 7aktu Pen--antian Pen4e-ahan O&timal
.odel penentuan penggantian pencegahan pencegahan berdasarkan
metode minimasi dontime digunakan untuk menentukan waktu terbaik
dilakukannya penggantian sehingga total dontime per unit waktu dapat
terminimasi. .etode ini digunakan untuk mengetahui inter&al waktu
penggantian pencegahan yang optimal sehingga meminimasi total dontime.
.odel penentuan inter&al waktu penggantian pencegahan berdasarkan metode
minimasi dontime digunakan bersamaan dengan metode 5ge Replacement
( :ardine, hal -0 ). 3alam penggunaan model ini perlu diketahui konstruksi
modelnya yaitu*
)f > dontime yang dibutuhkan untuk melakukan penggantian kerusakan.
)p > dontime yang dibutuhkan untuk melakukan penggantian pencegahan.
f(t) > fungsi kepadatan probabilitas waktu kerusakan.
Pada metode 5ge Replacement ini, tindakan penggantian pencegahan
dilakukan pada saat pengoperasian telah mencapai umur yang telah ditetapkan
yaitu tp. 'al ini dilakukan jika pada selang waktu tp tidak terjadi kerusakan.
pabila sebelum waktu tp, sistem ini tidak mengalami kerusakan maka
dilakukan penggantian sebagai tindakan perawatan korektif. Penggantian
selanjutnya akan dilakukan pada saat tp dengan mengambil waktu acuan dari
waktu beroperasinya sistem setelah dilakukan tindakan perawatan korektif.
.etode ini dapat digambarkan sebagai berikut *
Penggantian
kerusakan
Penggantian
kerusakan
Penggantian pencegahan
Tf tp Tp Tf
t
Cambar /./ .odel 5ge Replacement
)otal dontime per unit waktu untuk penggantian pencegahan pada saat tp
didenotasikan dengan 3 (tp) yakni * ( :ardine, hal -1 )
3 ( t
p
) >
)otal ekspektasi
ekspektasi
downtime
panjang
per
siklus
siklus
)otal ekspektasi dontime per siklus = "
p
.R(tp) + (1 @ ?(tp))
5kspektasi pan6ang siklus = (tp 7 &p )#R(tp) 7 (% (tp)) 7 & f )#(1 " R(tp))
3engan demikian total dontime per unit waktu adalah *
"
p
.R(tp) + (1 @
?(tp))
D(t
p
) =
(tp + "
p
).R(tp) + (M (tp)) + "
f
).(1 @ ?(tp))
3imana * tp > inter&al waktu penggantian pencegahan
)f > dontime yang terjadi karena penggantian
kerusakan.
)p > dontime yang terjadi karena kegiatan
penggantian pencegahan.
f(t) > fungsi 3istribusi inter&al antar kerusakan yang
terjadi.
?(tp) > probabilitas terjadinya penggantian pencegahan
pada saat tp
.(tp) > waktu rata rata terjadinya kerusakan jika
penggantian pencegahan dilakukan pada saat tp
3(tp) > dontime persatuan waktu
"ementara nilai tingkat ketersediaan ( availability ) dari inter&al penggantian
pencegahan 6 3(tp)min dapat diketahui dengan rumus
(tp) > 1@ 3(tp)min
2.1.13 5%'el Penentuan Inter6al 7aktu Pen--antian Pemeriksaan O&timal
"elain tindakan pencegahan, juga perlu dilakukan tindakan
pemeriksaan secara teratur agar dapat meminimasi dontime mesin akibat
kerusakan yang terjadi secara tiba tiba. (onstruksi model inter&al waktu
pemeriksaan optimal tersebut adalah * ( :ardine, hal 1=! )
E1 6 K > Daktu rata @ rata perbaikan
E1 6 i > Daktu rata @ rata pemeriksaa n
)otal dontime per unit waktu merupakan fungsi dari frekuensi pemeriksaan (
n ) dan didenotasikan dengan 3(n) yakni *
3(n)> dontime untuk perbaikan kerusakan H dontime untuk pemeriksaan
3(n) >
B(n) n
H
K i
3imana *
B(n) > laju kerusakan yang terjadi
n > jumlah pemeriksaan per satuan waktu
K > berbanding terbalik dengan 16 K
i > berbanding terbalik dengan 16i
3iasumsi laju kerusakan berbanding terbalik dengan jumlah pemeriksaan *
B(n) > k 6 n
3an karena * ( :ardine, hal 1=- )
3(n) >
B(n) n
H
K i
.aka *
BQ (n) > @k6n
/
dan *
3Q (n) > @
k 1
n
/
K
H
i
dimana *
1
>
(16 K)
.))?
jam kerja6bln
nilai K berbanding
terbalik dengan 16 K
1
>
(16i)
waktu 1< pemeriksaan
jam ker ja 6 b ln
nilai i berbanding terbalik dengan 16i
nilai k adalah
nilai konstan dari jumlah kerusakan per satuan wak tu
"ehingga jumlah pemeriksaan optimal dapat diperoleh *
k E i
n >
K
$nter&al waktu pemeriksaan ( ti ) >
jam kerja6bln
n
"ementara nilai tingkat ketersedaiaan ( availability ) jika dilakukan RnS
pemeriksaan bisa diketahui dengan rumus * (n) > 1 3(n)
2.1.1# Tin-kat $eterse'iaan ( Availability ) T%tal
)ingkat ketersediaan total komponen kritis merupakan perhitungan
yang bertujuan untuk mengetahui keandalan atau kemampuan komponen
dapat bekerja dengan baik, apabila tindakan preventive maintenance
dilakukan.
)ingkat ketersediaan berdasarkan inter&al waktu penggantian
pencegahan dan tingkat ketersediaan berdasarkan inter&al pemeriksaan
merupakan dua kejadian yang saling bebas dan tidak saling mempengaruhi.
"ehingga berdasarkan teori peluang dua kejadian bebas, nilai peluang
kejadian saling bebas sama dengan hasil perkalian kedua availability tersebut.
( Dalpole, hal 1=1 ).
2.1.1* Relia/ilitas 'i/a"ah Preventive Maintenance
Peningkatan keandalan ( reliability ) dapat ditempuh dengan
melakukan tindakan perawatan pencegahan. Perawatan pencegahan dapat
mengurangi pengaruh umur atau earout dan memberikan hasil yang
signifikan terhadap umur sistem. .odel keandalan berikut mengasumsikan
bahwa sistem kembali ke kondisi baru setelah dilakukannya tindakan
perawatan pencegahan. ( 8belling, hal /=0 ) *


t

R(t ) = e<p

R(" )
n
= e<p

n

"

R(t nt ) = e<p



t
nt"

Rm(t ) = R(" )
n
T R(t nt )
3imana *
? (t) > (eandalan sebelum dilakukan preventive maintenance ( saat ini ).
?())
n
> Probabilitas keandalan dengan n kali preventive maintenance/
?(t@n)) > Probabilitas keandalan untuk waktu (t@n)) dari tindakan
preventive maintenance yang terakhir.
?m (t) > Probabilitas keandalan setelah diterapkannya preventive
maintenance/

2.2 $eran-ka Pemikiran


.eskipun P). "PAP telah memberlakukan sistem preventive
maintenance sejak tahun 1--+, namun dari data historis kerusakan mesin
ditemukan bahwa tingkat kerusakan mesinnya cukup sering terjadi, terutama
pada lini 1. (emungkinan besar hal tersebut disebabkan oleh perencanaan
penjadwalan preventive maintenance yang kurang tepat, tanpa dukungan data
dan pengetahuan yang mendalam mengenai perilaku mesin, apalagi dengan
adanya pertambahan umur mesin yang semakin rentan terhadap kerusakan.
"ehingga diperlukan adanya re&isi dan e&aluasi terhadap sistem perawatan
yang ada dengan cara memprediksikan waktu yang tepat dalam menentukan
jadwal perawatan mesin dan penggantian komponen mesin dengan dukungan
data dan pengetahuan yang mendalam mengenai perilaku mesin yang diamati.
)idak semua unit mesin harus dimasukkan dalam program preventive
maintenance, karena untuk melakukan perawatan atau pemeriksaan secara
ketat dan teratur akan memerlukan tenaga manusia dan biaya yang cukup
tinggi. 7leh karena itu hanya mesin mesin yang memiliki tingkat kerusakan
yang tinggi sajalah yang akan masuk dalam program preventive maintenance.
3ari data historis kerusakan mesin maka dapat ditentukan mesin dan
komponen yang masuk dalam kategori critical unit/
"elanjutnya bisa ditentukan distribusi kerusakan yang dimiliki oleh
peralatan produksi dan pada akhirnya akan disusun suatu jadwal maitenance
baru yang menunjukkan kapan suatu mesin atau komponen harus diperiksa
atau diganti.
'ampir seluruh mesin pada perusahaan ini telah mencapai batas umur
pemakaian, namun tingkat keandalannya dapat diimbangi dengan usaha
peningkatan perawatan. 3engan adanya tindakan preventive maintenance
maka diharapkan dapat meningkatkan keandalan suatu sistem atau komponen.
7leh karena itu dilakukan juga pembandingan nilai keandalan komponen
kritis tanpa maupun dengan dilakukannya tindakan preventive maintenance.
3engan tindakan preventive maitenance diharapkan kerusakan atau dontime
mesin dapat dicegah atau dikurangi sehingga peralatan dan fasilitas produksi
dapat digunakan secara optimal dan akan memiliki umur pakai yang lebih
panjang.

Anda mungkin juga menyukai