Anda di halaman 1dari 9

Retorika 2 200

9
Berbicara yang akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) di tengah-
tengah orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai
informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain,
manusia mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.
Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan
dengan istilah pidato. Pada kesempatan ini, kita akan sama-sama membicarakan dan berlatih
bagaimana kita harus mempersiapkan dan melakukan pidato, agar pidato kita itu memiliki daya
tarik, informatif, rekreatif, dan persuasif.
PENGERTIAN PIDATO
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada orang
banyak. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato
pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.

Tujuan Pidato
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan
puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

JENIS-JENIS PIDATO
Berdasarkan pada ada tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang dilakukan waktu
persiapan, kita dapat membagi jenis pidato kedalam empat macam, yaitu: impromtu, manuskrip,
memoriter, dan ekstempore.

Pidato impromtu adalah pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan
sebelumnya. Apabila Anda menghadiri sebuah acara pertemuan, tiba-tiba Anda dipanggil untuk
menampaikan pidato, maka pidato yang Anda lakukan disebut impromtu.
Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromtu memiliki beberapa keuntungan: (1) Impromtu
lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak
memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya, (2) Gagasan dan pendapatnya dating
secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup, dan (3) Impromtu memungkinkan Anda terus
berpikir. Tetapi bagi juru pidato yang masih “hijau”, belum berpengalaman, keuntungan-
keuntungan di atas tidak akan tampak, bahkan dapat mendatangkan kerugian sebagai berikut: (1)
Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak
memadai, (2) Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar, (3)
gagasan yang disampaikan bisa “acak-acakan” dan ngawur, dan (4) Karena tiadanya persiapan,
kemungkinan “demam panggung” besar sekali. Jadi, bagi yang belum berpengalaman, impromtu
sebaiknya dihindari daripada Anda tampak “bodoh” di hadapan orang lain.

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
Pidato Manuskrip adalah pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari
awal sampai akhir. Di sini lebih tepat jika kita menyebutnya”membacakan pidato” dan bukan
“menyampaikan pidato”. Pidato manuskrip perlu dilakukan jika isi yang disampaikan tidak boleh
ada kesalahan. Misalnya, ketika Anda diminta untuk melaporkan keadaan keuangan DKM,
berapa pemasukan, dari mana saja sumbernya, dan berapa pengeluaran serta untuk apa uang
dikeluarkan, Anda perlu menuliskannya dalam bentuk naskah dan baru kemudian
membacakannya.
Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan-
keuntungan sebagai berikut: (1) Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat
menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang, (2) Pernyataan dapat dihemat,
karena manuskrip dapat disusun kembali, (3) Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata
sudah disiapkan, (4) Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari, dan (5) Manuskrip
dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Namun demikian, ditinjau dari proses komunikasi, pidato manuskrip kerugiannya cukup
berat: (1) Komunikasi pendengar akan akan berkurang karena pembicara tidak berbicara
langsung kepada mereka, (2) Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia
lebih berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku, (3)
Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan,
dan (4) Pembuatannya lebih lama.

Pidato Memoriter adalah pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata
demi kata, seperti seorang siswa madrasah menyampaikan nasihat pada acara imtihan. Pada
pidato jenis ini, yang penting Anda memiliki kemampuan menghapalkan teks pidato dan
mengingat kata-kata yang ada di dalamnya dengan baik. Keuntungannya (jika hapal), pidato
Anda akan lancar, tetapi kerugiannya Anda akan berpidato secara datar dan monoton, sehingga
tidak akan mampu menarik perhatian hadirin.

Pidato Ekstempore adalah pidato yang paling baik dan paling sering digunakan oleh juru pidato
yang berpengalaman dan mahir. Dalam menyampaikan pidato jenis ini, juru pidato hanya
menyiapkan garis-garis besar (out-line) dan pokok-pokok bahasan penunjang (supporting points)
saja. Tetapi, pembicara tidak berusaha mengingat atau menghapalkannya kata demi kata. Out-
line hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita.
Keuntungan pidato ekstempore ialah komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena
pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya, pesan dapat fleksibel untuk
diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Pidato jenis ini memerlukan
latihan yang intensif bagi pelakunya.

Jenis-jenis pidato juga dapat diidentifikasi berdasarkan tujuan pokok pidato yang
disampaikan. Berdasarkan tujuannya, kita mengenal jenis-jenis pidato: pidato informatif,
pidato persuasif, dan pidato rekreatif. Pidato informatif adalah pidato yang tujuan utamanya
untuk menyampaikan informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu. Pidato pesuasif adalah
pidato yang tujuan utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar mau menerima
ajakan kita secara sukarela bukan sukar rela. Pidato rekreatif adalah pidato yang tujuan
utamanya adalah menyenangkan atau menghibur orang lain. Namun demikian, perlu disadari
bahwa dalam kenyataannya ketiga jenis pidato ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
melengkapi satu sama lain. Perbedaan di antara ketiganya semata-mata hanya terletak pada titik
berat (emphasis) tujuan pokok pidato.

Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
1. Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
2. Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
3. Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau
peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas
secara bergantian.
4. Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk
meresmikan sesuatu.
5. Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
6. Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.

TAHAP PERSIAPAN PIDATO


Sebelum berpidato, berdakwah, atau berceramah, kita harus mengetahui lebih dulu apa
yang akan kita sampaikan dan tingkah laku apa yang diharapkan dari khalayak kita; bagaimana
kita akan mengembangkan topik bahasan. Dengan demikian, dalam tahap persiapan pidato, ada
dua hal yang harus kita lakukan, yaitu: (1) Memilih Topik dan Tujuan Pidato dan (2)
Mengembangkan Topik Bahasan.

1. Memilih Topik dan Tujuan Pidato


Seringkali kita menjadi bingung ketika harus mencari topik yang baik, seakan-akan dunia
ini kekeringan bahan pembicaraan, seakan-akan kita tidak memiliki keahlian apa-apa. Jangan
bingung, karena sebenarnya setiap orang memiliki keahlian masing-masing, hanya kita seringkali
tidak menyadarinya. Mang Endang mungkin tidak dapat berbicara tentang hukum waris dengan
baik, tetapi Mang Endang dapat dengan lancar berbicara tentang cara memperbaiki mobil yang
rusak. Pak Haji Holis mungkin akan sangat lancar berbicara tentang hukum waris, tetapi hampir
pasti beliau akan gagap jika diminta menjelaskan bagaimana caranya memperbaiki mobil yang
mogok. Inilah yang disebut keahlian spesifik. Setiap orang punya potensi untuk ahli di
bidangnya masing-masing. Hal yang akan menjadi masalah bagi seseorang ketika harus
berpidato adalah jika orang itu memaksakan diri berbicara tentang persoalan yang tidak
dikuasainya, hal yang tidak dipahaminya (Numawi kitu, ulah maksakeun anjeun nyarios anu
urang nyalira henteu ngartos kana naon anu dicarioskeun!).
Untuk membantu Anda menemukan topik bahasan dalam pidato, Profesor Wayne N. Thompson
menyusun sitematika sumber topik sebagai berikut:
o Pengalaman Pribadi:
o Perjalanan
o Tempat yang pernah dikunjungi
o Wawancara dengan tokoh
o Kejadian luar biasa
o Peristiwa lucu
o Kelakukan atau adat yang aneh
o Hobby dan Keterampilan: Cara melakukan sesuatu, Cara bekerja sesuatu

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
o Peraturan dan tata cara
o Pengalaman Pekerjaan dan Profesi
o Pekerjaan tambahan
o Profesi Keluarga
o Masalah Abadi
o Agama
o Pendidikan
o Masalah kemasyarakatan
o Persoalan pribadi
o Kejadian Khusus: Perayaan atau peringatan khusus (Misalnya, Maulud Nabi)
o Peristiwa yang erat kaitannya dengan peringatan
o Minat Khalayak: Pekerjaan, Rumah tangga, Kesehatan dan penampilan
o Tambahan ilmu

Kriteria Topik yang Baik


Untuk menentukan topik yang baik, kita dapat menggunakan ukuran-ukuran sebagai berikut:
Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda
Topik yang paling baik adalah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu
daripada khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar. Jika
Anda merupakan orang yang paling tahu tentang tata cara sholat yang baik dibandingkan
dengan orang lain, maka berpidatolah dengan tema atau topik itu; sebaliknya jika Anda
tidak begitu paham tentang tata cara sholat yang baik, jangan pernah Anda memaksakan
diri untuk berbicara tentang masalah itu.
Topik harus menarik minat Anda
Topik yang enak dibicarakan tentu saja adalah topik yang paling Anda senangi atau topik
yang paling menyentuh emosi Anda. Anda akan dapat berbicara lancar tentang kaitan
berpuasa dengan ketentraman hati, sebab Anda pernah merasa tidak tenang ketika pernah
tidak berpuasa secara sengaja di bulan ramadhan.
Topik harus menarik minat pendengar
Dalam berdakwah atau berpidato, kita berbicara untuk orang lain, bukan untuk diri kita
sendiri. Jika tidak ingin ditinggalkan pendengar atau diacuhkan oleh hadirin, Anda harus
berbicara tentang sesuatu yang diminati mereka. Walaupun hal-hal yang menarik
perhatian itu sangat tergantung pada situasi dan latar belakang khalayak/hadirin, namun
hal-hal yang bersifat baru dan indah, hal-hal yang menyentuh rasa kemanusiaan,
petualangan, konflik, ketegangan, ketidakpastian, hal yang berkaitan dengan keluarga,
humor, rahasia, atau hal-hal yang memiliki manfaat nyata bagi hadirin adalah topik-topik
yang akan menarik perhatian.
Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar
Betapapun baiknya topik, jika tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik itu bukan saja
tidak menarik tetapi bahkan akan membingungkan mereka. Oleh karena itu, sebelum
Anda menentukan topik dakwah, ketahuilah terlebih dahulu bagaimana rata-rata tingkat
pengetahuan pendengar yang menjadi khalayak sasaran pidato Anda. Gunakanlah bahasa,
gaya bahasa, dan istilah-istilah yang dimengerti oleh hadirin, bukan istilah-istilah yang
hanya dipahami oleh Anda (meskipun istilah itu keren sekali).

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
Topik harus jelas ruang lingkup dan pembatasannya
Topik yang baik tidak boleh terlalu luas, sehingga setiap bagian hanya memperoleh
ulasan sekilas saja, atau “ngawur”. Misalnya, Anda memilih topik Agama, tetapi kita tahu
agama itu luas sekali. Agama bisa menyangkut moralitas, sistem kepercayaan, cara
beribadat, dan lain-lain. Agar topik kita jelas, ambilah misalnya tentang cara beribadat,
lebih jelas lagi ambilah topik tentang sholat yang khusu’, dan seterusnya.
Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi
Maksudnya, kita harus memilih topik pidato atau topik dakwah yang sesuai dengan
waktu yang tersedia dan situasi yang terjadi. Jika Anda diberikan waktu untuk berbicara
selama 10 menit, janganlah Anda memilih topik yang terlalu luas yang tidak mungkin
dijelaskan dalam waktu 10 menit. Jika Anda harus berbicara di hadapan para santri yang
rata-rata usianya belum akil baligh, janganlah Anda memilih topik dakwah tentang tata
cara hubungan suami-istri, bicaralah tentang kebersihan sekolah, misalnya.
Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain
Jika Anda memilih topik tentang Hadits Shahih dan Dhoif, lengkapi bahan pembicaraan
Anda dengan sumber-sumber rujukan (bisa berupa: kitab, buku, atau perkataan ulama)
yang sesuai.

Merumuskan Judul Pidato


Hal yang erat kaitannya dengan topik adalah judul. Bila topik adalah pokok bahasan yang
akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul
telah dikemukakan lebih dahulu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan terlebih
dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat, yaitu: relevan, propokatif, dan singkat.
Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan; Propokatif artinya dapat
menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; Singkat berarti mudah ditangkap
maksudnya, pendek kalimatnya, dan mudah diingat.

Menentukan Tujuan Pidato


Ada dua macam tujuan pidato, yakni: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal: memberitahukan (informatif), mempengaruhi
(persuasif), dan menghibur (rekreatif). Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari
tujuan umum. Tujuan khusus bersifat kongkret dan sebaiknya dapat diukur tingkat
pencapaiannya atau dapat dibuktikan segera.
Hubungan antara topik judul, tujuan umum, dan tujuan khusus dapat dilihat pada contoh-contoh
di bawah ini:
Topik : Faedah memiliki sifat pemaaf
Judul : Pemaaf Sumber Kebahagiaan
Tujuan Umum : Informatif (memberi tahu)
Tujuan Khusus: Pendengar mengetahui bahwa:
Sifat dendam menimbulkan gangguan jasmani dan rohani
Sifat pemaaf menimbulkan ketentraman jiwa dan kesehatan

2. Teknik Mengembangkan Pokok Bahasan

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
Bila topik yang baik sudah ditemukan, kita memerlukan keterangan untuk menunjang topik
tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk memperjelas uraian,
memperkuat kesan, menambah daya tarik, dan mempermudah pengertian.
Ada enam macam teknik pengembangan bahasan dalam berpidato:
Penjelasan. Penjelasan adalah memberikan keterangan terhadap istilah atau kata-kata yang
disampaikan. Memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pengertian
atau definisi. Misalnya, istilah Iman kepada Allah Anda jelaskan dengan kalimat: “Iman
adalah rasa percaya dan yakin akan kebenaran adanya Allah di dalam hati dan dibuktikan
dengan perbuatan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.”

Contoh. Contoh adalah upaya untuk mengkongkretkan gagasan, sehingga lebih mudah untuk
dipahami. Contoh dalam pidato dapat berupa cerita yang rinci yang disebut ilustrasi. Untuk
memberikan contoh tetantang kesabaran, misalnya Anda menggunakan cerita tentang
kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi cobaan Allah melalui penyakit kulit yang
dideritanya.
Analogi. Analogi adalah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan
persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam analogi: analogi harfiyah dan analogi
kiasan. Analogi harfiyah (literal analogy) adalah perbandingan di antara objek-objek dari
kelompok yang sama, karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Misalnya,
membandingkan manusia dengan monyet secara biologis. Analogi kiasan adalah
perbandingan di antara objek-objek di antara kelompok yang tidak sama.
Testimoni. Testimoni ialah pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan
kita. Pendapat ahli itu dapat kita ambil dari pidato seorang ahli, tulisan di surat kabar, acara
televisi, dan lain-lain, termasuk kutipan dari kitab suci, hadits, dan sejenisnya.
Statistik. Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan
kasus dalam jenis tertentu. Statistik diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat,
memperjelas, dan meyakinkan. Misalnya, untuk melukiskan betapa bokbroknya akhlak
generasi muda di Indonesia, Anda menggunakan kalimat, “Wahai saudara-saudara, menurut
hasil penelitian, saat ini lebih dari 65 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan
seks sebelum nikah…”
Perulangan. Perulangan adalah menyebutkan kembali gagasan yang sama dengan kata-kata
yang berbeda. Perulangan berfungsi untuk menegaskan dan mengingatkan kembali.

Teknik Menyusun Pesan Pidato


H.A. Overstreet, seorang ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi manusia, berkata, “let your
speech march”. Suruh pidato Anda berbaris tertib seperti barisan tentara dalam suatu pawai.
Pidato yang tersusun tertib (well-organized) akan menciptakan suasana yang favorable,
membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas, sehingga memudahkan
pengertian, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran
secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut isi pesan itu sendiri atau dengan
mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama kita sebut organisasi pesan (messages
organization) dan yang kedua disebut pengaturan pesan (message arrangement).

Organisasi Pesan

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence), yaitu: deduktif,
induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan
dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan,
dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan
kemudian menarik kesimpulan. Jika Anda menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan
kebiasaan merokok, lalau menguraikan alasan-alasannya, Anda menggunakan urutan deduktif.
Tetapi bila Anda menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter tentang akibat buruk
merokok dan kemudian Anda menyimpulkan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, maka
Anda menggunakan urutan induktif.
Dalam urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.
Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab. Bila
Anda menjelaskan proses kekufuran dari sebab-sebabnya lalu ke gejala-gekalnya, maka Anda
mengikuti urutan logis dari sebab ke akibat..
Dalam urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan jika pesan
berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi..
Dalam urutan topikal, pesan disusun berdasarkan topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang
penting ke yang kurang penting, dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dikenal ke yang
asing.

Pengaturan Pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih perlu menyesuaikan organisasi
pesan ini dengan cara berpikir khalayak pendengar. Urutan pesan yang sejalan dengan proses
berpikir manusia disebut oleh Alan H. Monroe sebagai motivated sequence (urutan bermotif).
Menurut Monroe, ada lima tahap urutan bermotif: perhatian (attention), kebutuhan (needs),
pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan tindakan (action).
Dengan demikian, pidato yang baik dan efektif adalah pidato yang sejak awal mampu
membangkitkan perhatian khalayak pendengar, mampu membuat pendengar merasakan adanya
kebutuhan tertentu, memberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut, dapat
menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang dianjurkan kepadanya, dan akhirnya
mampu menggerakkan khalayak untuk bertindak sesuai anjuran kita.
Misalnya, kita akan mengajak seseorang untuk memotong rambutnya yang gondrong. Anda
memuali pembicaraan dengan melontarkan perkataan: “Lihat rambutmu!!! Kutu-kutu
bergelantungan dengan bebasnya…” Anda sedang memasuki tahap perhatian. Lalu Anda
berkata lagi, “Kutu-kutu itu tentu membuat kepalamu gatal dan kamu pasti tidak bisa tidur
nyenyak…” Anda tengah berada pada tahap membangkitkan kebutuhan. “Memotong rambut itu
mudah dan murah, cukup dengan uang Rp 3.000 atau bahkan gratis…” Anda masuk pada tahap
pemuasan. “Jika kamu tetap membiarkan rambutmu jabrig begitu dan membebaskan kutu-kutu
menyedot darahmu, kamu tampak seperti orang kurang waras dan mustahil gadis-gadis di desa
ini akan tertarik kepadamu…, tapi jika kamu cepat memotong dan merapihkan rambutmu, kutu-
kutu itu akan segera mengucapkan selamat tinggal pada kepalamu dan gadis-gadis cantik akan
mengucapkan selamat datang arjunaku…” Anda sudah masuk pada tahap visualisai. “Ayo,
cukurlah rambutmu sekarang…!!!” Anda melakukan tahap tindakan.

Membuat Garis-garis Besar Pidato

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9
Garis-garia besar (out-line) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi
pembicara yang berpengalaman dan merupakan keharusan bagi pembicara yang belum
berpengalaman. Garis besar pidato ibarat peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki
daerah kegiatan retorika. Peta ini memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar
yang salah akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, dan garis besar yang teratur akan
menertibkan “jalannya” pidato.
Garis-garis besar pidato yang baik terdiri dari tiga bagian: pengantar, isi, dan penutup.
Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya menjadi
lima bagian: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan
pada pengantar; kebutuhan, pemuasan, dan visualisasi kita tempatkan pada isi; dan tindakan kita
tempatkan pada penutup pidato

contoh pidato sederhana

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, serta teman-teman yang saya cintai.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala

rahmat-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul bersama guna mengadakan acara perpisahan sekolah.

Para hadirin yang saya hormati, ijinkan saya mewakili teman-teman untuk menyampaikan sepatah

dua patah kata dalam rangka perpisahan ini.

Selama bersekolah, kami sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih dengan semua guru yang

telah mengajar di sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik,

sangat sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. Berkat jerih payah semua guru, kami

pun dapat lulus dari SMP ini.

Mudah-mudahan semua guru yang bertugas mengajar di sekolah ini dapat diberikan kesehatan yang

baik dan diberi kebahagiaan selalu.

Juga untuk teman2 semua. Sungguh berat rasanya berpisah dengan kalian semua, karena kita sudah

bersama2 selama 3 tahun ini. Tapi tetap saya juga mendoakan teman2 semua dapat melanjutkan ke

pendidikan yang lebih tinggi, baik ke SMA, ke SMK, ke STM maupun institusi pendidikan lainnya untuk

dapat mencapai cita2 yang selama ini diangan2kan.

Akhir kata, saya mau mengucapkan sukses selalu buat teman2, doa saya menyertai teman2 semua...

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com


Retorika 2 200
9

Edwi arief sosiawan : edwias@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai