Anda di halaman 1dari 29

DEMAM TIFOID PADA ANAK

Oleh:
VICKY YUNITASARI
1102009292

Pembimbing:
Dr.Tomy Yuner Sirait, Sp.A
Kepaniteraan Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Kabupaten Bekasi
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi.
Istilah typhoid berasal dari kata Yunani:
typhos.
WHO 16-33 juta dengan 500-600 ribu
kematian tiap tahunnya.
Di hampir semua daerah endemik, insidensi
demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-
19 tahun.

DEFINISI
Typus abdominalis atau typhoid
fever
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan (usus halus)
dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran
EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang, kasus demam tifoid
dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95%
merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi
yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar
dari laporan rawat inap di rumah sakit
Umur penderita yang terkena di Indonesia
dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus
ETIOLOGI
S. typhi S. paratyphi A
S. paratyphi B
(S.Schotmuelleri)
S. paratyphi C (S.
Hirschfeldii)
Mikroskopik Salmonella
Typhi
Bakteri Salmonella
Typhi
PATOGENESIS
1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer
Patch,
2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi
dalam makrofag Peyer Patch, nodus limfatikus
mesenterica, dan organ- organ extra intestinal
sistem retikuloendotelial
3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah,
4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar
cAMP di dalam kripta usus dan meningkatkan
permeabilitas membrane usus sehingga
menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke
dalam lumen intestinal.
4 proses kompleks yang mengikuti ingesti organism,
yaitu:

Patofisiologi
Demam Tifoid
MANIFESTASI KLINIK
Gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi,
secara garis besar gejala-gejala yang timbul
dapat dikelompokkan :
a. Demam satu minggu atau lebih
b. Gangguan saluran pencernaan
c. Gangguan kesadaran

M 1
keluhan dan gejala menyerupai penyakit
infeksi akut pada umumnya
demam, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah, diare, konstipasi
PF: suhu badan meningkat
M 2
gejala/ tanda klinis menjadi makin jelas
demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati
dan limpa, perut kembung mungkin disertai
ganguan kesadaran dari yang ringan sampai
berat.
gambaran klasik berupa stepwise pattern, dapat pula
mendadak tinggi dan remiten (39 41
o
C) serta dapat
pula bersifat ireguler terutama pada bayi yang tifoid
kongenital
demam
lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian
belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi
lebih kemerahan
Lidah tifoid
nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2 4 mm,
berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan
di daerah perut, dada, kadang-kadang di bokong,
ataupun bagian fleksor lengan atas
Roseola
harus dibedakan dengan pembesaran
karena malaria. Pembesaran limpa pada
demam tifoid tidak progresif dengan
konsistensi lebih lunak.
Limpa
ruam makulopapular yang berwarna merah
dengan ukuran 1 5 mm, sering kali
dijumpai pada daerah abdomen, toraks,
ekstremitas dan punggung pada orang kulit
putih
Rose spot
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN DARAH
TEPI
Anemia (ringan -sedang )
LED
Leukopenia / Leukosit normal / leukositosis
trombositopenia
aneosinofilia
SGOT/SGPT
2. UJI
SEROLOGIS
A. Uji Widal
untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman S.typhi
untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu;
Aglutinin O (dari tubuh kuman)
Aglutinin H (flagel kuman)
Aglutinin Vi (simpai kuman)

B. Tes Tubex
tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat
dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas
sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi
adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu
beberapa menit.

C. Metode enzyme immunoassay (EIA) DOT
D. Metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
E. Pemeriksaan Dipstik
3. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS DENGAN
ISOLASI DAN BIAKAN KUMAN
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila
ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah,
urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau
dari rose spots.

Bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah
dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan
pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S.
typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam
nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase
chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi
yang spesifik untuk S. typhi.
4. PEMERIKSAAN KUMAN SECARA
MOLEKULER
DIAGNOSIS
1. Manifestasi klinis
a) Demam
b) gangguan saluran pencernaan
c) gangguan kesadaran

2. Pemeriksaan laboratorium
a) pemeriksaan darah tepi
b) Serologis
c) bakteriologis
DIAGNOSIS BANDING
influenza, gastroenteritis,
bronkitis dan
bronkopneumonia

tuberkulosis, infeksi jamur
sistemik, bruselosis,
tularemia, shigelosis dan
malaria

sepsis, leukimia, limfoma dan
penyakit hodgkin
Disebabkan oleh
mikroorganisme
intraseluler
Demam tifoid
berat
PENATALAKSANAAN
NON-MEDIKAMENTOSA

1. Tirah baring
2. Nutrisi
makanan tinggi kalori dan
tinggi protein (TKTP)
rendah serat
3. Cairan
4. Tirah baring
MEDIKAMENTOSA

MEDIKAMENTOSA

1. Simptomatik
Panas : dapat diberi
antipiretik Paracetamol
(dosis 10 mg/kg/kali
minum/oral)
intake sulit: via paranteral
Methamizole Na yaitu
antrain atau Novalgin

2. Antibiotik
Antibiotik
Chloramphenicol
50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis untuk
pemberian intravena biasanya cukup 50 mg/kg/hari.
Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari
setelah demam turun.

Cotrimoxazole
gabungan dari 2 jenis antibiotika trimetoprim dan
sulfametoxazole dengan perbandingan 1:5
Dosis Trimetoprim 10 mg/kg/hari dan
Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2
dosis.
Untuk pemberian secara syrup dosis yang
diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum sehari
diberi 2 kali selama 2 minggu.
Efek samping: gangguan sistem hematologi
(Anemia megaloblastik, Leukopenia, dan
granulositopenia)

Ampicillin dan Amoxicillin
memiliki kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan chloramphenicol dan
cotrimoxazole
lebih aman dan cukup efektif
Dosis yang diberikan untuk anak 100-200 mg/kg/hari
dibagi menjadi 4 dosis selama 2 minggu
Penurunan demam biasanya lebih lama
dibandingkan dengan terapi chloramphenicol


Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone,
Cefotaxim, Cefixime)
efektifitasnya setara / lebih dari Chloramphenicol
dan Cotrimoxazole serta lebih sensitive terhadap
Salmonella typhi
Ceftriaxone: prototipnya dengan dosis 100
mg/kg/hari IVdibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4
gram/hari) selama 5-7 hari.
cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4
dosis.
Per oral: Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10
hari.
Demam tifoid berat kasus berat (delirium,
stupor, koma sampai syok) diberikan
kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg
dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1
mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam
KOMPLIKASI
Komplikasi pada usus halus Komplikasi diluar usus halus
Perdarahan usus
Perforasi usus
Peritonitis
Bronkitis dan
bronkopneumonia
Kolesistitis
Typhoid ensefalopati
Meningitis
Miokarditis
Infeksi saluran kemih
Karier kronik
PENCEGAHAN
Cuci tangan
Hindari minum air yang tidak dimasak
Tidak perlu menghindari buah dan sayuran
mentah
Pilih makanan yang masih panas

PENCEGAHAN DENGAN
VAKSINASI
Vaksin oral Ty 21a (kuman yang dilemahkan)
Vaksin parenteral sel utuh (TAB vaccine)
Vaksin polisakarida

PROGNOSIS
Tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya
komplikasi
Negara maju: terapi antibiotik adekuat, angka
mortalitas <1%.
Negara berkembang: angka mortalitasnya
>10%, karena keterlambatan diagnosis,
perawatan, dan pengobatan


RELAPS
Individu yang mengeluarkan S.ser. Typhi 3
bulan setelah infeksi umumnya menjadi karier
kronis.
Resiko menjadi karier pada anak anak rendah
dan meningkat sesuai usia.
Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh
pasien demam tifoid.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai