Oleh: Kelompok 1 1. Faiqotul Himmah Putri M (120210101006) 2. Amalia Warniasih S (120210101008) 3. Ainul Lailatul F (120210101024) 4. Alvi Hidayati (120210101081)
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER Semester Genap 2013 2014 ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hakikat Manusia dan Pendidikan ini dengan baik. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang diberikan. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Misno Abdul Lathif sebagai Dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang telah membantu kami dan mambimbing kami agar tugas ini dapat terselesaikan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat membantu kita semua agar lebih memahami tentang Hakikat Manusia dan Pendidikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
Jember, 20 Februari 2014
Penulis 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... 1 BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 2 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 2 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2 1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2 1.4 Manfaat .............................................................................................................. 3 BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 4 2.1 Pengertian dan Aspek-Aspek Hakikat Manusia .......................................... 4 2.2 Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan ..................................... 10 2.3 Pendidikan, Martabat dan Hak Asasi Manusia ........................................ 12 KESIMPULAN .................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Ia selain memiliki ciri-ciri fisik yang khas, juga dilengkapi dengan kemampuan intelegensia dan daya nalar yang tinggi sehingga menjadikan ia mampu berfikir, berbuat, dan bertindak kearah perkembangannya sebagai manusia yang utuh. Kemampuan itulah yang tak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses yaitu proses alami menuju kedewasaan, baik yang sifatnya kedewasaan fisik jasmani maupun kedewasaan psikis rohani. Oleh sebab itu, untuk menuju kearah perkembangan manusia yang optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, manusia memerlukan pendidikan sebagai suatu proses dan usaha sadar untuk lebih memnusiakan manusia. Untuk itu manusia perlu mengetahui hakikat tentang pendidikan tersebut, serta hubungan hakikat manusia dengan hak asasi manusia khususnya hak untuk memperoleh pendidikan, serta hubungan hakikat manusia dan hak asasi manusia dengan martabat manusia baik secara material maupun non material. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian dan aspek-aspek hakikat manusia? 2. Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan? 3. Bagaimana pengertian pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian dan aspek-aspek hakikat manusia. 2. Mengetahui hubungan hakikat manusia dengan pendidikan. 3. Mengetahui pengertian pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia. 3
1.4 Manfaat 1. Dapat memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian dan aspek- aspek hakikat manusia. 2. Dapat memberi informasi kepada pembaca tentang hubungan hakikat manusia dengan pendidikan. 3. Dapat member informasi kepada pembaca tentang pengertian pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia. 4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Aspek-Aspek Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk bertanya. Ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri. manusia mempelajari berbagai upaya mengetahui dirinya sendiri melalui berbagai pendekatan (commonsense, ilmiah, filosofis, religi) dan atau melaui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropologi, psikologi, politik). Dalam kehidupannya yang riil, manusia menunjukkan keragaman dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya. Namun demikian, di balik keanekaragamnya itu terdapat satu hal yang menunjukkan di antara semua manusia, yaitu bahwa semua manusia adalah manusia. Alasannya, bukankah karena mereka adalah manusia maka harus diakui kesamannya sebagai manusia? (M. I Soelaeman, 1988). Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut juga sebagai hakikat manusia. Contohnya manusia adalah animal rasional, animal simbolycum, homofaber, homosapiens, homosocius, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa pengertian hakikat manusia berkenaan dengan prinsip adanya (principe deetre) manusia. Pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Dengan kata lain pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang sesuatu yang olehnya manusia menjadi apa yang terwujud, sesuatu olehnya manusia memiliki karakteristik yang khas, sesuatu olehnya ia merupakan sebuah nilai yang unik yang memiliki martabat khusus. (Louis Leahy, 1985). 5
Aspek-aspek hakikat manusia 1. Manusia sebagai makhluk Tuhan Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Karena itu manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segal sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain mempertanyakan asal usul alam semesta dimana ia berada, manusia pun mempertanyakan asal usul keberadaan dirinya sendiri. Terdapat beberapa pandangan filsafat. Menurut evolusionisme, alam semesta menjadi ada bukan karena diciptakan oleh sang Pencipta melainkan ada dengan sendirinya yang berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Menurut Kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu creative cause atau personality-yang kita sebut sebagai Tuhan Yang Maha Esa (J. Donald Butler, 1968). Oleh karena manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukan (M. I Soelaeman, 1988). Fenomena kemakhlukan ini, antara lain dapat berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidak berdayaannya dibanding Tuhannya yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih sayang Tuhannya, namun ia pun tahu begitu pedih siksanya. Hal tersebut dapat menimbulkan kejelasan akan tujuan hidupnya, menimbulkan sifat positif dan familiaritas akan masa depannya, menimbulkan rasa dekat dengan pencipta-Nya. 2. Manusia Sebagai Kesatuan Badan dan Roh 6
Terdapat masalah lain yang ditanyakan dan dipikirkan manusia khususnya oleh para filsuf yakni berkenan dengan struktur metafisik manusia. Terdapat empat paham mengenai asek yang esensial pada diri manusia, yaitu materialisme, idealisme, dualisme, dan paham yang menyatakan bahwa manusia adalah kesatuan badan-roh (catatan : terhadap paham ini belum ada sebutan aliaran yang digunakan sebagai predikatnya). Materialisme. Gagasan para penganut materialisme, seperti Julian D De Le Mekttrie dan Lud Wig Feuerbach bertola dari realita sebagaimana dapat diketahui melalui pengalaman diri atau observasi. Karena itu alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alam itu sendiri. Manusia dipandang sebagai hasil puncak mata rantai evolusi alam semesta sehingga mekanisme tingkah lakunya semakin evektif. Yang esensial dari manusia adalah badannya bukan jiwa atau rohnya. Manusia adalah apa yang nampak dalam wujudnya, terdiri atas zat (daging, tulang, urat syaraf). Segala hal yang bersifat kejiawaan spiritual atau rohaniah pada manusia dipandang hanya sebagai resonansi saja dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968) Idealisme. Bertolak belakang dengan pandangan di atas. Menurut penganut idealisme bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya. Sebagaimana dianut oleh Plato tidak begitu saja mengingkari aspek badan, namun menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada badan. Jiwa adalah asas primer yang menggerakkan semua aktifitas manusia, badan tanpa jiwa tiada memilliki daya. Pandangan tentang hubungan badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai spiritulisme (J. D. Butler, 1968) Dualisme. Menurut Deskartes esensi diri manusia terdiri atas dua substansi yaitu badan dan jiwa. Oleh karena manusia terdiri dari dua 7
substansi yang berbeda maka keduanya tidak saling mempengaruhi yang dikenal sebagai paralelisme (S. E. Frost Jr. , 1957). Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan lingkungan, mempunyai kebutuhan, insting, nafsu, serta mempunyai tujuan. Selain itu manusia mempunyai potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan potensi untuk mampu berpikir, berperasaan, berkehendak, dan berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan, dan keberagaman. 3. Manusia sebagai Makhluk Individu Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau sebagai individu atau sebagai pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik dan merupakan subjek yang otonom. Sebagai individu, manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dibagi antara aspek rohani dan jasmani. Setiap manusia juga mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya, dunianya, cita-citanya. Setiap manusia mempunyai dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya. Setiap manusia juga mampu mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri (otonom). Karena itu manusia adalah subjek dan tidak boleh dipandang sebagai objek. Theo Huijbers menyatakan bahwa manusia mempunyai kesendirian yang ditunjukkan dengan kata pribadi (Soerjanto P. dan K. 8
Bertens, 1983); adapun Iqbal menyatakan dengan istilah individualitas atau khudi (K. G. Syaiyidain, 1954). 4. Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia pada dasarnya adalah makhluk individu. Namun demikian, manusia tidak dapat hidup sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan juga tidak hidup hanya untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individu menempati kedudukan tertentu. Selain memiliki dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, manusia juga memiliki dunia dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanya, manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhuk sosial atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassier, 1987). Terdapat hubungan timbal baik antara individu dengan masyarakatnya. Ernst Cassier menyatakan manusia takkan menemukan diri, manusia takkan menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial. Adapun Theo Huijbers mengemukakan bahwa dunia hidupku dipengaruhi oleh orang lain sedimikan rupa sehingga demikian mendapat arti sebenarnya dari aku bersama orang lain itu (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983). Sebaliknya masyarakat terbentuk dari individu-individu , maju mundurnya suatu masyarakat akan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya. 5. Manusia sebagai makhluk berbudaya Berbicara tentang kebudayaan adalah berbicara tentang manusia itu sendiri. kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaannya (C. A. Van Peursen, 1957). Ernst Cassirer menegaskan bahwa manusia tidak 9
menjadi manusia karena sebuah faktor di dalam dirinya, seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaan dan kebudayaannya. Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia (C. A. Van Peursen, 1988). Kebudayaan memiliki fungsi positif bagi kemungkinan eksistensi manusia, namun demikian apabila manusia kurang bijaksana, dalam mengemmbangkannya kebudayaan pun dapat menimbulkan kekeuatan- kekuatan yang mengancam eksistensi manusia. Kebudayaan bersifat dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia mengimpikasikan adanya perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal ini dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Mengingat adanya dampak positif dan negatif dari kebudayaan terhadap manusia di satu pihak ada yang mau melestarikan bentuk-bentuk lama (tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptakan hal-hal baru (inovasi). Ada pergolakan yang tak kunjung reda antara tradisi dan inovasi. Hal ini meliputi semua kehidupan budaya (Ernst Cassirer, 1987). 6. Manusia sebagai Makhluk Susila Menurut Imanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak. Sebagai makhluk yang otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma- norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggugjawaban atas perbuatannya. 7. Manusia sebagai Makhluk Beragama Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan 10
perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rentang geografis dimana manusia berada. Keberagaman menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama, adapun yang dimaksud dengan agama ialah : satu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; satu sistem ritus (tata peribadatan manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu; dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas (Endang Saifuddin Anshari, 1982). Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah yang bersifat mutlak, maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tat cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya.
2.2 Hubungan Hakikat Manusia dengan Pendidikan
A. Asas asas Keharusan Atau Perlunya Pendidikan Bagi Manusia
1. Manusia Sebagai Makhluk yang Belum Selesai Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di dunia bukan pula sebagai hasil evolusi tanpa pencipta sebagaimana yakni penganut Evolusionisme, melankan sebagai ciptaan Tuhan. 2. Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia Sejak kelahirannya manusia memang adalah manusia, tetapi dia tidak secara otomatis menjadi manusia dalam arti dapat memenuhi berbagai aspek hakikat manusia. Dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa 11
manusia hidup di dunia dalam keadaan belum tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya, karena itu aspek aspek hakikat manusia sebagaimana telah dipelajari terdahulu pada dasarnya merupakan potensi yang sekaligus adalah sebagai tugas yang harus diwujudkan oleh setiap orang. 3. Perkembangan manusia bersifat terbuka Manusia dilahirkan ke dunia dengan mengemban suatu keharusan untuk menjadi manusia, ia diciptkan dalam sususnan yang terbaik, dan dibekali berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia. Namun demikian, dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau mengandug berbagai kemungkinan. Sebelum ia disiapkan dengan sepesialisasi tertentu dan sebelum ia mampu menolong dirinya sendiri, ia sudah dilahirkan. Akibatnya : a. Berbeda dengan hewan, kelanjutan hidup manusia menunjukkan keragaman. b. Oleh karena saat dilhirkan manusia belum mempunyai spesialisasi tertentu. B. Asas Asas kemungkinan pendidikan 1. Asas potensialitas Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan berbagai poteni yang ada pada manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya, dalam aspek kesusilaan, manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma norma moral dan nilai nilai moral yang diakui. 2. Asas Dinamika Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang logik dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk mengaktualisasikan dirinya agar menjadi manusia ideal, baik dalam 12
rangka interaksi atau komunikasinya secara horisontal (manusia dengan manusia) maupun vertikal (manusia dengan Tuhan). 3. Asas Individualitas Individu ntara lain memiliki kedirisendirian, ia berbeda dari yang lain dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri. Pendidikan dilaksanakan utuk membantu manusia dalam rangka mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya. 4. Asas sosialitas Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya, ia butuh bergaul degan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengann sesamanya ini akan terjadi hubungan pergaulan timbal balik. 5. Asas Moralitas Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan dan tenggung jawabnya (aspek moralitas). 2.3 Pendidikan, Martabat dan Hak Asasi Manusia A. Pendidikan Sebagai Humanisasi Tugas dan tujuan hidup manusia adalah membangun dan mengadakan dirirnya mendekati manusia ideal. Manusia hanya dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Dalam konteks ini maka pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisai (memanusiakan manusia), yaitu suatu upaya dalam rangka membantu manusia agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Humanisasi pendidikan mempunyai arti yang cukup luas dan koprehensif meliputi berbagai pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan monodisipliner. Sebagai humanisasi pendidikan antara lain berarti sebgaia upaya : pengembangan potensi manusia ( sudut pandang psikologi). B. Pendidikan dan Hak Asasi Manusia John Locke mengatakn bahwa hak adalah milik manusia karena nautarnya, namun karena natura ini adalah natura sosial maka dengan apa 13
yang saya anggap sebagai hak saya, saya juga diwajibkan dengan mengakui adanya hak orang lain. Adapun hak asasi adalah hak yang dasar atau pokok. Hak asasi manusia merupakan hak hak alamiah yang tidak dapat dicabut karena ini adalah karunia Tuhan. Hak hak ini tidak hancur ketika masyarakat sipil, dibangun baik pemerintahan maupun masyarakat tidak dapat mencabutnya. Pendidikan sebagai hak setiap warga Negara. Hak untuk mendapatkan pendidikan bagi setiap warga negara tertuang dalam Pasal 31 UUD RI 1945, yaitu sebagai berikut: a. Tiap tiap warga negara berhak mendapat pendidikan. b. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. c. Pemerintah mengudahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang undang. d. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan beanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah, untuk memenuhi kebutuhan penyelanggaraan endidikan nasional. Adapun kewajiban pemerintah diatur dalam Pasal 11 sebagai berikut : a. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. b. Pemerintah dan emerintah daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun.
14
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Mengetahui pengertian pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia. 1. Pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep mendasar tentang manusia dan makna eksis tensi manusia di dunia. Sedangkan aspek-aspek hakikat manusia yaitu manusia sebagai makhluk Tuhan, Manusia sebagai kesatuan badan-roh, manusia sebagai makhluk individu, manusia sebagai makhluk sosial, manusia sebagai makhluk berbudaya, manusia sebagai makhluk susila, manusia sebagai makhluk beragama. 2. Hubungan hakikat manusia dengan pendidikan harus memenuhi asas- asas yaitu asas potensialitas, asas dinamika, asas individualitas, asas sosialitas, asas moralitas. 3. Pendidikan dapat didefinisikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia, yaitu suatu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Hak asasi manusia mengimplikasikan hak pendidikan dan demokrasi pendidikan. Bangsa Indonesia telah menyatakan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara.
15
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin, Din, dkk. 2009. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Wahyudin, Din, dkk. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.