Lingkup pengawasn kredit dapat dibedakan atas sebgai berikut :
1. Pengawasan dalam arti sempit, yaitu berupa pengawasan administrative yang mempunyai ruang lingkup untuk mengetahui kebenaran data-data admninistratif. 2. Pengawasan dalam arti luas, yaitu kegiatan pengendalian yang dikenal dengan pengendalian manajemen yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, yaitu di bidang: Financial, yang didalam pelaksanaannya sering disebut financial audit. Operational, yang sering disebut operational audit atau performance audit. Management/policy, yang sering disebut management audit. E. Monitoring F. Pelaksanaan Pengawasan Kredit Proses pengawasan kredit itu adalah sebagai berikut : Suatu standar baku ditentukan yang landasan utamanya waktu, sehingga bank mudah menentukan mutu kreditnya, yang dikelompokkan dalam kelompok kredit lancer, perhatian khusus, perhatian khusus, kurang lancer, diragukan, dan macet. Hasil monitoring dan pengawasan kredit dapat menggambarkan actual performance kredit itu sendiri. Actual performance kredit dibandngkan dengan standar baku yang sudah ditetapkan/ disetujui otoritas moneter, selanjutnya diidentifikasi dan dievaluasi atas deviasi yang mungkin terjadi. Setelah diketahui deviasi yang tterjadi, kemungkinan penyebab kerugian bank atau baru berupa potensial risk, maka harus dicari alternative pemecahannya (problem solving) Bila pengawasan kredit berjalan sesuai dengan sistemnya, bank dapat mengharapkan akan memperoleh informasi yang cepat, akurat, dan informative tentang performa dari proses kegiatan perkreditan. G. Tekhnik Pengawasan Kredit Tekhnik pengawasan kredit merupakan pendekatan yang digunakan bank dalam melakukan pengawasan. Beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam mendapatkan loan portofolio yang sehat bagi bank adalah sebagai berikut: 1. Monitoring Perkreditan Dalam praktiknya, tidak ada satu system pun yang dapat memberikan keterangan lengkap yang dibutuhkan secara otomatis kepada bank. Oleh karena itu informasi tersebut harus dicari dan dikumpulkan baik secara eksternal information maupun internal information (data interal kantor cabang) 2. Control by Exception (Pengawasan terhadap Hal-hal yang Masih Menyimpang) Pengawasan kredit memiliki ruang lingkup yang luas tetapi pelaksanaan pengawasan kredit harus berjalan dengan efektif dan efisien terlebih bila dikaitkan dengan jumlah SDM yang terbatas. Dengan demikian, untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus dapat dikategorikan bersifat exception, harus dilakukan analisis SWOT yang terdiri atas. a. Strengthness, yaitu mengadakan pengamatan , analisis atas suatu objek untuk mengidentifikasi hal-hal yang telah baik, kuat, dan hal-hal lain yang bersifat positif sehingga dapat diketahui apakah nasabah mempunyai kemampuan manajemen yang baik, cukup memiliki pengalaman, dan kemampuan yang merupakan titik kekuatan dari nasabah tersebut. b. Weakness Point, yaitu mencari dan mengelompokkan hal-hal yang masih lemah, adanya kekurangan atau hal-hal yang bersifat negative sehingga bila produk nasabah meskipun kualitasnya baik, tetapi relative monoton dalam mode, dan hal ini merupakan kelemahan nasabah. c. Opportunities, yaitu peluang usaha yang memungkinkan untuk dikembangkan, adanya potensi yang menguntungkan. d. Treat, yaitu adanya pembatasan, ancaman, tantangan yang membahayakan kelangsungan perusahaan atau yang dapat menimbulkan kerugian. 3. Verband Control (Pemeriksaan atas Hal-hal yang Saling Berhubungan) Pelaksanaan pengawasan pada suatu situasi dan kondisi tertentu yang saling berhubungan juga perlu dilakukan secara tersamar untuk menghindarkan kerugian dari pihak atau objek yang sedang diawasi. Hal ini dilakukan apabila dirasakan adanya sesuatu yang mencurigakan terhadap suatu informasi dan untuk menguji kebenaran informasi yang mencurigakan tersebut diperlukan informasi lain yang mempunyai hubungan sangat erat. Oleh karena itu, pendekatan atau teknik verband control akan sangat membantu untuk memecahkan persoalan yang ada. 4. Budgetary Control Teknik budgetary control ini dapat berupa analisis variance yaitu dengan membandingkan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam anggaran dengan realisasinya sehingga semua kegiatan perkreditan yang telah dirumuskan anggarannya perlu dianalisis kemudian diambil rata-ratanya baik dalam weighted average maupun unweighted average, kemudian yang akan dipilih tergantung dari ketelitian yang diharapkan. 5. Inspeksi On The Spot Pengawasan fisik adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan langsung di tempat perusahaan atau kegiatan usaha nasabah. a. Tujuan Pengawasan Fisik : - Mengecek kebenaran seluruh keterangan ataupun data serta laporan yang disampaikan nasabah dengan membandingkan jumlah dan kondisinya secara fisik. - Melihat dan meneliti keadaan usaha nasabah secara langsung, yang meliputi kapasitas produksi/omset penjualan. - Secara tidak langsung mengingatkan nasabah bahwa bank menaruh perhatian besar terhadap kelancaran usaha dan menjadi mitra yang baik untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. - Mendidik nasabah agar selalu menyampaikan laporan kepada bank tentang seluruh kegiatannya sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. b. Sasaran Pengawasan Fisik : - Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi, karena sebagai pengawas wajib menyelidiki apakah masalah tersebut telah memadai sesuai dengan kebutuhan perusahaan. - Adminstrasi dan Keuangan Perusahaan, yaitu dapat memberikan gambaran tentang bagaimana aktivitas perusahaan tersebut dijalankan. 6. Pelaksanaan Pengawasan Dalam pelaksanaan pengawasan fisik, factor manusia sebagai pelaksananya sangat menentukan karena petugas yang melakukan inspeksi harus memiliki pengetahuan yang luas, mempunyai integritas yang tinggi, bersikap wajar, sopan, berwibawa dan terlatih. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan pengawasan fisik dapat tercapai secara efektif dan efesien adalah sebagai berikut: a. Persiapan pelaksanaan pengawasan fisik yang meliputi mempelajari aktivitas fisik nasabah dan teknik pelaksanaan (wawancara/diskusi dan pemeriksaan) b. Kesimpulan dan laporan yaitu hasil pemeriksaan di lokasi nasabah dilaporkan pada orang yang telah ditetapkan yaitu laporan kunjungan dan kontak nasabah. 7. Audit (Pemeriksaan) Perkreditan Beberapa teknik pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan perkreditan adalah: a. Membandingkan antara dua hal yaitu meneliti dua hal secara bersamaan dan mencari/mengamati persamaan dan perbedaan. b. Mouching yaitu memastikan keabsahan suatu transaksi dengan meneliti dokumen dasar yang dipakai untuk mencatat dan mendukung transaksi yang bersangkutan. c. Rekonsiliasi yaitu menentukan perbedaan antara dua hal dan mencari sebab perbedaan tersebut. d. Analisis yaitu memecahkan suatu data atau informasi dalam sub bagiannya untuk ditarik kesimpulan lebih lanjut. e. Scan, scrutinize yaitu memeriksa dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi untuk melihat apakah ada sebelumnya suatu keganjilan-keganjilan. f. Trace, retrace yaitu mengikuti suatu transaksi atau suatu bukti untuk memeriksa tahap-tahap yang sebelumnya atau tahap selanjutnya . Secara lebih konkrit dalam pelaksanaan audit bidang perkreditan diharapkan dua sasaran yaitu: a. Audit atau pemeriksaan kepada nasabah kredit. b. Penilaian perkreditan kantor cabang. Adapun rasio-rasio yang dapat digunakan dalam mengukur performa perkreditan cabang, yaitu sebagai berikut : Rate of Return of Loan = Interest and Fees on Loan Total Loans Interest Margin on Loan = Interest Income Interest Expense Total Loans Credit Risk Ratio = Bed Debts Total Loans Interest Risk Ratio = Interest Income Interest Expense Capital Ratio 1 = Equity Capital Total Loans Capital Ratio 2 = Equity and Reserve for Loan Losses Total loans Capital Adequacy Ratio = Equity Capital Fixed Assets Estimated Risk in Loans Banking Ratio = Total Loans Total deposits Loans to Assets Ratio = Total Loans Total Assets Provision For Loan Losses Ratio = Provision for Loan Losses Total Loans Cost of Efficiency Ratio = Provision for Loan Losses Total Revenues 8. Undercover Investigation (Pemeriksaan secara Terselubung) Teknik pemeriksaan yang dilakukan secara terselubung atau undercover investigation, ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih objektif. Manfaat yang diperoleh dari cara pemeriksaan seperti ini adalah sebagai berikut: a. Sasaran yang sedang diperiksa tidak bias/tidak sempat melakukan rekayasa atas performanya agar dinilai baik. b. Dapat diketahui apabila terjadi kecurangan atau pun manipulasi karena yang bersangkutan tidak mengetahui bahwa dia sedang diperiksa. c. Penyelamatan lebih dini terhadap kepentingan baik keamanan kredit dapat segera dilaksanakan sebelum masalah berkembang menjadi lebih rumit dan besar. 9. Cara Lain yang Lazim Dilakukan dalam Mengawasi Kredit. a. Break even point, analisis dapat membantu untuk menggambarkan kepada manajemen hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara biaya dan volume penjualan perusahaan. Peningkatan biaya secara menyeluruh dapat meningkatkan laba usaha merupakan kebijakan atas hasil, biaya dan laba usaha. b. Credit Audit, secara administrative dapat membantu untuk melengkapi kekurangan-kekurangan dokumen dan pemenuhan syarat-syarat, baik secara yuridis maupun secara ekonomis, termasuk kewajiban nasabah untuk mengirimkan laporan-laporan dan target yang diasumsikan dalam persetujuan. c. Credit Examination, yaitu suatu kegiatan untuk melihat kebijaksanaan kredit bank yang dibebankan kepada seseorang atau badan usaha dihubungkan dengan keadaan nasabah dan kondisi ekonomi dan moneter masih relevan atau tidak. d. Credit Review, merupakan suatu kegiatan pnelitian atau pemeriksaan kredit kembali atau penilaian ulang secara menyeluruh untuk mengetahui baik individual kredit maupun branch/bank kredit portofolio. e. Grouping System, merupakan kebijakan kredit yang dianut harus mampu mendorong minimalisasi resiko sehingga kredit portofolio dalam posisi sehat. Grouping system ini tidak lain dari kredit yang diberikan bank harus sejalan dengan struktur dana yang mampu dikumpulkan seperti kredit jangka pendek dibiayai dengan dana jangka pendek, kredit jangka menengah dibiayai dengan dana jangka sedang, kredit jangka panjang dibiayai dengan dana jangka panjang. Adapun dasar pemikirannya adalah setiap kelompok menempatkan kredit itu dilayani oleh kelompok funds, dus memerlukan special pricing dan funding strategy. H. Aspek- aspek Pengawasn Kredit Pengawasan kredit mengandung tiga aspek pokok, yaitu sebagai berikut ; 1. Aspek administrative Yaitu meliputi penguasaan dan penatausahaan proses kegiatan perkreditan sejak awal sampai pada pelunasan, pemacetan, dan penghapusan kredit, yang bertujuan untuk memperkuat posisi bank menhadapi fluktuasi bisnis yang akan memengaruhi pengembalian kredit oleh nasabah sesuai jadwalnya. 2. Aspek supervise Yaitu secara terus-menerus mengikuti perkembangan kredit dan usaha nasabah, agar bank mampu menegtahui actual performance credit yang tercermin pada kolektibiltasnya, yang bertujuan agar bank dapat secara dini mengambil langkah-langkah atau strategi untuk pembinaan, penyehatan, penyelematan kredit. 3. Aspek penagihan Yaitu penarikan kembali kredit sesuai jadwal dengan tidak mengganggu jalannya kegiatan usaha nasabah, kecuali ada sinyal bahwa ada penurunan mutu kredit yang terus menerus agar bank terhindar dari kerugian. I. Akuntansi Laporan dan Credit File (Credit File) Kegiatan transaksi selama proses berjalannya kredit dilakukan oleh kegiatan administrasi/akuntansi, selanjutnya dipakai sebagai raw-material untuk membuat laporan dan up dating credit file. 1. Akuntansi Kredit Kegiatan akuntansi kredit dari sebuah bank sebaiknya mengikuti fase-fase dari proses kegiatan perkreditan itu sendiri sehingga manajemen dapat pula mengikuti perkembangan kredit/ nasabah. Dengan demikian, pengendalian/ pengawasan sebagai salah satu fungsi administrasi kredit dapat dilaksanakan secara efektif data yang perlu dicatat dalam kegiatan berikut ini. a. Data Nasabah - Bentuk dan pengurus perusahaan - Bidang usaha dan kegiatan usaha - Kelompok usaha dan diversifikasi usaha - Struktur modal usaha - Financial Statement - Mitra usaha sebagai customer base - Prospek kegiatan usaha untuk waktu mendatang - Market Share nasabah dalam persaingan - Data jaminan b. Data Kredit - Jenis kredit dan plafon kredit - Kredit prioritas dan nonprioritas - Rekening pinjaman dan mutasi - Jangka waktu kredit dan polis asuransi - Terms of landing (syarat-syarat kredit) - Tunggakan pokok dan bunga kredit - Kolektibilitas kredit - Perubahan-perubahan limit kredit, biaya-biaya tingkat suku bunga, syarat-syarat, kolektibilitas, tunggakan pokok dan bunga serta penyesuaian kredit bermasalah (problem loan), dan lain-lain. 2. Laporan Perkreditan Validitas laporan kredit ini sangat bergantung pada keadaan kelengkapan dan akurasi data, evaluasi dan sistematikanya, ketepatan waktu penyampaian, mudah dimengerti dan informative. Laporan perkreditan juga sering diartikan sebagai suatu pengolahan data kredit, yang selanjutnya disusun secara sistematis sehingga mampu memberikan penjelasan (informasi) kepada setiap unit kerja terkait dan pihak ketiga lainnya. Tujuan pembuatan laporan perkreditan adalah sebagai berikut : - Bagi manajemen dan unit kerja terkait, berfungsi sebagai alat pengambil kebijaksanaan dan strategi perkreditan untuk mencapai efesiensi kredit dalam persaingan. - Alat pengawasan dan pembinaan urusan/wilayah, bagian dan cabang yang terkait dengan proses kegiatan perkreditan bank. - Mampu menggambarkan credit performance dan credit productivity. - Sebagai salah satu alat untuk penentuan liquidity management bank (matching system) Materi laporan perkreditan pada umumnya terdiri dari sebagai berikut : - Plafon Kredit, yaitu total kredit per sector/ jenis kredit total kredit per kolektibilitas. - Outstanding saldo, yaitu total kredit per sector/ jenis kredit total kredit per kolektibilitas. - Tunggakan, yaitu utang pokok dan utang bunga per sector dan jenis kredit, biaya-biaya atas beban nasabah. - Frekuensi, yaitu mingguan, bulanan, dan tahunan insidentil dan order. Laporan perkreditan sangat dibutuhkan oleh kalangan sendiri (intern bank) dan untuk pihak-pihak lain, seperti untuk otoritas moneter (BI), anggota konsorsium/sindikasi, pihak ketiga lainnya. Bentuk laporan perkreditan adalah sebagai berikut : - Standard report, yaitu laporan yang lebih detail termasuk analisis keuangan beberapa tahun. - Comprehensive report, yaitu laporan yang lebih detail termasuk analisis keuangan beberapa tahun. - Shortform report, yaitu laporan singkat kondisi nasabah dan kondisi keuangannya. - Financial profile, yaitu gambaran keuangan nasabah dan dapat dibandingkan dengan usaha sejenisnya. 3. Dokumen Perkreditan (Credit File) Salah satu kegiatan yang masih berada dalam ruang lingkup kegiatan administrasi kredit adalah menyusun kredit credit file dalam arti dapat digunakan oleh bank sebagai alat untuk memperkuat posisi bank, baik dalam keadaan sebelum/ sedang kredit berjalan, maupun sesudah kredit itu lunas/macet/write-off. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk Credit File yang baik, adalah sebagai berikut : - Berkas harus lengkap,dalam artian harus semua syarat catatan dan dokumen yang terkait dengan proses kegiatan perkreditan dan sesuai dengan system dan prosedur kredit. - Berkas harus sistematis, dalam artian mudah diperoleh dan memberikan informasi yang dibutuhkan setiap waktu. - Berkas harus akurat dan up to date, dalam arti mampu memberikan informasi yang sesuai dengan perkembangan keadaan. - Berkas harus disimpan dalam tempat yang hemat ruangan, dengan kerahasiaan dan keamanannya terjamin. Manfaat yang bisa diperoleh apabila Credit File diselenggarakan dengan baik adalah sebagai berikut : - Dapat mencegah terputusnya hubungan antara bank dan nasabah - Sebagai sumber informasi bagi pejabat,baik untuk kredit baru ataupun kredit yang sedang berjalan serta dapat menyusun strategi untuk memelihara kredit itu sendiri. - Sumber bukti dalam pembuktian bila terjadi sengketa - Sumber materiil bagi pembuatan laporan-laporan kredit, yang diperlukan oleh unit kerja, manajemen dan otoritas moneter, dan lain-lain. Credit File dikelompokkan atas beberapa bagian yaitu : a. Berkas kredit aktif, yaitu berkas yang memuat catatan, syarat, dan dokumen yang masih mempunyai nilai pakai dan digunakan dalam mengikuti perkembangan proses kegiatan perkreditan itu sendiri. b. Berkas kredit pasif, yaitu berkas yang memuat catatan, syarat, dan dokumen yang masih mempunyai nilai-nilai informative dan digunakan sebagai alat informasi pembantu. c. Berkas kredit macet, yaitu berkas yang memuat catatan, syarat, dan dokumen yang masih mempunyai nilai pakai, baik nilai yuridis maupun nilai ekonomisnya dalam memecahkan kredit bermasalah (loan problem solving). d. Berkas kredit lunas, yaitu berkas yang memuat catatan, syarat, dan dokumen yang sangat bernilai kompherensif untuk kredit-kredit yang masih berjalan dan pemberian kredit. e. Berkas kredit hapus, yaitu berkas yang memuat catatan, syarat, dan dokumen yang sangat bernilai untuk usaha mencari penyelamatan kredit tersebut agar jumlah pokok dan bunga terutang kembali menjadi asset bank. f. Berkas kredit ditolak, yaitu berkas yang memuat catatan, syarat, dokumen dan keterangan lain yang mempunyai nilai komprehensif bagi permohonan kredit baru dan alasan-alasan penolakannya. Langkah-langkah yang harus dilakukan apabila ada maksud untuk memusnahkan berkas-berkas tersebut, adalah sebagai berikut : Harus diteliti ulang apakah masih mempunyai nilai yuridis, nilai ekonomis bagi bank. Harus dilakukan verifikasi atas berkas-berkas kredit itu. Harus memerhatikan undang-undang dan peraturan-peraturan yang menyangkut hal-hal dokumen dan kearsipan.