2. KURNIA PHILYANTI P07131012021 3. NI PUTU DIAH PITHALOKA P07131012031 4. I WYN. BAYU SUKMA P07131012042 Brem merupakan pemikiran filsafat masyarakat Bali pada zaman dahulu. Sejarah brem dapat dikaitkan dengan perjalanan sejarah agama Hindu di Bali. Brem pada zaman dahulu merupakan cairan yang dipakai sebagai pengganti darah, dalam upacara tabuhrah, yang bertujuan untuk melestarikan manusia dengan alam lingkungannya.
BREM PADAT BREM CAIR
Brem Madiun Brem Wonogiri Brem Bali
Brem cair merupakan minuman dengan rasa manis agak sedikit asam, berwarna merah, dengan kandungan alkohol 3-10%.
Umumnya diproduksi dari hasil fermentasi beras ketan hitam (kadang-kadang juga beras ketan putih). Kadar alkohol dapat berubah-ubah selama penyimpanan. Kenaikan kadar alkohol terjadi akibat proses fermentasi yang terus berlangsung selama penyimpanan, sedangkan penurunannya karena proses esterifikasi, oksidasi, dan penguapan.
Brem cair dibuat melalui proses fermentasi. Zat pati yang terdapat dalam bahan baku akan dihidrolisis menjadi glukosa oleh enzim amilase yang dikeluarkan oleh kapang tertentu yang terdapat dalam ragi tape. Selanjutnya glukosa tersebut akan diubah menjadi alkohol dalam proses fermentasi yang dilakukan oleh khamir yang terdapat dalam ragi tape.
Brem padat seperti halnya brem cair dibuat dengan mengepres air tape hingga cairannya terpisah dari ampas. Sensasi brem akan muncul ketika makanan tersebut dimasukkan ke dalam mulut, langsung mencair dan lenyap, kemudian meninggalkan rasa semriwing di lidah. Hasil penelitian Winarno et al (1982) menunjukkan bahwa zat kimia yang paling banyak terdapat dalam brem padat adalah gula, pati terlarut, dan asam laktat. Brem padat merupakan sumber gula yang baik. Di dalam 100 gram brem terkandung 65,18 g gula, sehingga rasanya manis dan sekaligus sebagai sumber energi yang baik.
Bahan baku yang sering digunakan dalam pembuatan brem adalah tape dari beras ketan (Oryza sativa var glutinosa), baik beras ketan putih maupun hitam. Beras ketan merupakan beras dengan kadar amilopektin yang sangat tinggi, nasinya sangat mengkilap, sangat lekat, dan kerapatan antarbutir nasi tinggi, sehingga volume nasinya sangat kecil. Rasio antara amilosa dan amilopektin dapat menentukan tekstur, dan lengket atau tidaknya nasi. Semakin kecil kadar amilosa atau semakin tinggi amilopektin, semakin lengket nasinya. Sifat kelengketan beras ketan menentukan baik buruknya produk brem padat. Ragi yang digunakan dalam fermentasi tape biasanya menggunakan ragi pasaran. Selain ragi pasar yang mengandung kultur campuran, dapat juga ditambahkan suspensi isolat murni kapang dan khamir. BERAS KETAN HITAM/PUTIH DIBERSIHKAN, DICUCI RENDAM (8JAM) ARON DAN KUKUS HINGGA MATANG DINGINKAN DAN DITABURI RAGI TAPE FERMENTASI DALAM WADAH TERTUTUP (4HARI) TAPE KETAN PERAS DAN SARING
CAIRAN TAPE DIENCERKAN (CAIRAN TAPE : AIR = 1:1)
DIBIARKAN DI SUHU RUANG DALAM WADAH TERTUTUP (SAMPAI TERBENTUK ALCOHOL)
DIBOTOLKAN
DIPASTEURISASI (DENGAN PEMANASAN 60-70 O C)
DIPERAM (PADA SUHU DINGIN 10-15 O C SELAMA 3 BULAN)
BREM CAIR / BREM BALI
BERAS KETAN HITAM/PUTIH
DIBERSIHKAN, DI CUCI
RENDAM (15 JAM)
PENIRISAN
PENGUKUSAN I (95 O C, 30 MENIT)
PENGARUAN PENGUKUSAN II (95 O C, 30 MENIT)
PENDINGINAN (27- 30 O C)
KETAN KUKUS
PENAMBAHAN RAGI
PEMERAMAN (27-30 O C, 6 HARI)
TAPE KETAN PENGEPRESAN AMPAS AIR TAPE
PEMEKATAN (2 O C, 1 JAM)
PENDINGINAN (27-30 O C)
PENCETAKAN (7X5X0,5)CM
PEMADATAN (SUHU KAMAR)
BREM PADAT
1. Spesies Sel Khamir 2. Jumlah Sel Khamir 3. Suhu 4. Derajat Keasaman (pH) 5. Oksigen 6. Bahan Baku 7. Lama Proses Fermentasi Bahan baku yang digunakan harus berkualitas Lama fermentasi disesuaikan dengan prosedur kerja yang sudah terbukti berhasil. Penggunaan khamir yang sesuai dengan jenis fermentasi yang dilakukan. Penambahan khamir dalam proses pengolahan disesuaikan dengan perbandingan bahan baku yang sesuai. Suhu khamir disesuaikan dengan suhu tumbuhnya optimal. Khamir mempunyai kisaran toleransi tertentu terhadap suhu untuk pembentukan selnya, optimum untuk khamir adalah 25 30 o C serta khamir dapat tumbuh secara efesien pada suhu 28 35 o C.
Derajat keasaman disesuaikan dengan suhu hidup khamir Dalam proses fermentasi berem harus ditutup secara rapat agar tidak banyak oksigen yang masuk Proses pengukusan dapat mensterilkan bahan baku sehingga dapat mengontrol tahap fermentasi lebih baik. Pengepresan dimaksudkan untuk mendapatkan air/ sari tape. Pengepresan dilakukan secara perlahan- lahan sehingga filtrat yang keluar akan lebih banyak Proses pengadukan bertujuan untuk memperoleh kristal- kristal yang baik, pengadukan yang kuat pada larutan pekat akan menimbulkan kristal-kristal kecil dengan tekstur halus.