Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN





Disusun Oleh :
Nama : Fitra Priyana
NIM : 11/ 14386/ BP/SPKS
Kelas : ETF
Jurusan : Budidaya Pertanian
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 8
Co. Ass : Sesotya Nugraha Adhi


INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
I. ACARA III : Aplikasi Pemupukan
II. TANGGAL : 13 Juni 2012
III. TUJUAN : a. Menghitung kebutuhan pupuk
b. Melakukan pemupukan pada tanaman dengan berbagai
metode
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum pemupukan adalah pemberian bahan kepada tanah
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah.
Secara khusus kesuburan adalah pemberian unsur hara kepada tanah atau
tanaman. Metode pemupukan diartikan sebagai cara pemberian bahan pupuk
kepada sistem pertanaman (medium tanah dan tanaman). Cara pemberian
pupuk tersebut dapat dilakukan secara langsung pada tanaman, ke dalam
tanah, atau melalui air irigasi (Notohadiprawiro, 1984; Tiesdale et al.,
1985).
Tujuan akhir pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara bagi
tanaman. Efisiensi pemberian hara pupuk ditentukan oleh/cara dan
pemupukan. Penaksiran efisiensi pemupukan dapat didasarkan pada
kenaikan bobot atau berat kering biomassa tanaman oleh pemberian tiap
satuan bobot unsur hara yang terkandung dalam bahan pupuk, dapat pula
ditaksir berdasarkan jumlah unsur hara yang diserap tanaman setiap hari tiap
satuan jumlah unsur hara yang ditambahkan.
Pupuk dapat diberikan melalui semua bagian tanaman, terutama akar
dan daun. Umumnya pemupukan dilakukan pada sistem medium tanah (
melalui akar tanaman). Pemupukan dapat dilakukan sebelum tanam, pada
saat tanam,atau sesudah tanam. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemupukan ( Thompson & Troeh, 1978 ).
1. Tanah : meliputi kondisi fisik (jeuk mempan dan penetrasi akar, daya
simpan lengas dan drainasi tanah, serta ketahanan terhadap erosi),
kondisi kimiawi ( kapasitas pertukaran kation, reaksi tanah atau pH),
kondisi biologis ( mikroba, gulma).
2. Tanaman : meliputi jenis dan siklus hidup, jenis dan jumlah kebutuhan
unsur hara, varietas, sistem perakaran dan hasil yang diharapkan.
3. Bahan pupuk : meliputi, jenis, sifat, kualitas, kandungan unsur hara,
jumlah, harga,dll.
4. Iklim : meliputi suhu, curah hujan, panjang penyinaran, lengas udara
serta angin.
Efisiensi dan Efektivitas Pemupukan
Dalam pemupukan, agar pupuk yang diberikan efisien dan efektif
maka perlu memperhatikan 4 tepat, yaitu :
1. Tepat jenis : pemilihan jenis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan
unsur hara bagi tanaman, kondisi kemasaman tanah, reaksi fisiologis
pupuk dan kelarutan pupuk.
2. Tepat dosis : dosis pupuk yang akan diaplikasikan disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman yang mengacu rekomendasi pupuk yang
didasarkan pada hasil analisis tanah dan analisis jaringan tanaman
(daun).
3. Tepat waktu : aplikasi pupuk dilakukan sesuai dengan priode-priode
pertumbuhan tanaman yang paling banyak membutuhkan unsur hara
dengan memperhatikan kecepatan kelarutan hara dalam pupuk ( pada
tanaman semusim). Pada tanaman perkebunan atau tanaman tahunan
umumnya pupuk diberikan 2 x setahun pada saat cukup air untuk
melarutkan hara pupuk, yaitu setiap awal dan akhir musim hujan.
4. Tepat cara : pemilihan metode pemupukan akan meminimalkan
kehilangan pupuk dan meningkatkan efektivitas pupuk.
Beberapa metode pemupukan
a. Pemberian pupuk padat
1. Broadcasting
Adalah cara pemupukkan dengan penebaran bahan pupuk secara
merata diatas permukaan tanah, dilakukan setelah atau sebelum
tanam. Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Top dressing : yaitu penebaran pupuk menurut alu-alur
sempit atau tanpa alur secara merata di atas permukaan
tanah.
b. Side dressing : yaitu penebaran pupuk di samping alur
benih atau tanaman.
Efektivitas metode broadcasting ditentukan oleh :
Pertanaman (jarak tanam) yang rapat
Sistem perakaran yang merata pada volume tanah bagian
atasan
Jumlah atau dosis yang besar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode boardcasting adalah :
Kontak dengan pupuk tanah meliputi besar, sehingga
fiksasi pupuk ( terutama pupuk P) oleh unsur- unsur yang
membentuk senyawa tidak larut di dalam tanah lebih
besar.
Pemakaian pupuk urea pada tanah alkalis dan kering akan
menyebabkan terjadinya penguapan (volatiilasi)
ammonium (NH
4
) menjadi bentuk gas ammonia (NH
3
).
Pertumbuhan gulma terpacu.
Mudah dilakukan, hemat biaya dan tenaga kerja.
2. Placed
Adalah cara pemupukan dengan penempatan bahan pupuk
secara khas kedalam tanah atau tanaman. Berdasarkan waktu
pemberian dapat dibedakan menjadi :
a. Sebelum tanam : dengan cara plow sole placed, yaitu
pupuk diletakkan di belakang bajak pada saat pengolahan
tanah.
b. Pada waktu tanam (bersamaan penaburan benih)

c. Row placed : pupuk dibenamkan ke dalam tanah menurut
alur bekas bajakkan.
1. Combine drilling : pupuk dibenamakan bersama benih
ke dalam alur alur yang telah di buat sebelumnya.
Posisi pupuk dapat di bawah benih, di samping benih
atau kombinasi keduanya.
d. Setelah pananaman benih/tanaman
1. Side band placed : pupuk ditempatkan pada alur di
samping benih 5 - 7,5 cm jarak horizontal dan 2
2,5 cm di bawah permukaan tanah.
2. Spot/point placed : pupuk ditempatkan di suatu titik
atau lubang di dekat tanaman.
3. Circular band / ring placed : pupuk dibenamkan
melingkar dibawah tajuk sekeliling tanaman.
Metode placed menjadi efektif apabila :
Pananaman renggang dengan perakaran sedikit
Kesuburan tanah rendah dan jumlah pupuk sedikit
Pupuk utama yang digunakan adalah N dan P
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk
dengan cara placed adalah :
Kontak pupuk dengan tanah dapat dikurangi, sehingga
fiksasi unsur P oleh unsur-unsur lain membentuk senyawa
tidak larut dapat dikurangi.
Pengambilan hara pupuk oleh tanaman lebih mudah,
terutama bagi tanaman yang perakarannya sedikit.
Residual respon dari pupuk lebih besar dan kehilangan
hara pupuk dapat dikurangi.
b. Metode pemberian pupuk cair
1. Foliar application
Adalah pemupukan dengan cara penyemprotan bahan pupuk cair
pada permukaan daun. Cara ini dilakukan untuk melengkapi
pemberian pupuk melalui tanah. Unsur hara yang diberikan
terutama unsur hara mikro masuk ke dalam tanaman melalui
stomata daun, secara difusi atau secara osmosis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pupuk
melalui foliar application ini adalah :
Kepekatan/ konsentrasi larutan pupuk harus rendah
Tegangan muka larutan pupuk harus rendah, sehingga
kontak dengan permukaan daun lebih besar.
Kadar biuret pada urea harus kurang dari 2%.
Kondisi lingkungan (cuaca) harus mendukung
2. Aerial application
Cara ini pada dasarnya seperti pemberian pupuk lewat daun,
hanya dalam aplikasinya menggunakan pesawat terbang. Cara
ini digunakan untuk daerah-daerah perbukitan hutan atau lahan
pertanian, hutan atau lahan pertanian yang luas agar
memudahkan dalam aplikasinya.
3. Injection
Adalah cara pemupukan dengan menyuntikkan cairan bahan
pupuk ke dalam tanah, dengan menggunakan tekanan atau tidak.
Bahan pupuk tidak bertekanan diinjeksikan pada permukaan
tanah atau pada alur tertentu. Bahan pupuk bertekanan
diinjeksikan pada kedalaman tanah sedalam 12 -15 cm.
4. Fertigation
Merupakan cara pemupukan dengan cara melarutkan bahan
pupuk bersama air irigasi, yang dialirkan melalui saluran irigasi
atau disemprotkan bersama air penyiraman dengan cara
springkler pada tanaman atau bibit tanaman. Bahan pupuk yang
sering digunakan adalah larutan urea, cairan ammonia atau asam
fosfat. Cara ini lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga kerja.
Efektivitasnya ditentukan oleh kerapatan tanaman dan sifat
kelarutan pupuk.
V. ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Cangkul
2. Ember
b. Bahan :
1. Pupuk K (KCl)
2. Air

VI. CARA KERJA
a. Metode broadcasting
1. Menggemburkan seluruh piringan lahan dengan cangkul
2. Melakukan pemupukan di piringan yang yang sudah digemburkan
dengan cara disebar
3. Melakukan penyiraman pada daerah yang di pupuk
b. Metode ring placement
1. Membuat parit sedalam 10 15 cm mengelilingi tanaman selebar
tajuk terluar
2. Taburkan pupuk secara merata dalam parit, tutup dengan tanah
3. Melakukan penyiraman pada daerah yang di pupuk
c. Metode spot placement
1. Membuat beberapa lubang di sekeliling tanaman sedalam 10 cm
2. Masukan pupuk ke dalam lubang, dan tutup kembali dengan tanah
3. Melakukan penyiraman pada daerah yang di pupuk

VII. HASIL PENGAMATAN
Menghitung Kebutuhan Pupuk
1. Diketahui :
N = 400 gr/ton ( Urea 46% N)
P
2
O
5
= 200 gr/ton ( TSP 46% P
2
O
5
)
K
2
O = 200 gr/ton ( MOP 60% K
2
O )
Populasi = 143 tan/ha
Ditanya :
a) Kebutuhan pupuk Urea/ha ?
b) Kebutuhan pupuk TSP/ha ?
c) Kebutuhan pupuk MOP/ha ?
Jawab :
a) Urea/tan =

X 400
= 896,56 gr/tan
= 0,87 kg/tan
Urea/ha = Urea/tan X populasi
= 0,97 X 143 = 124,41 kg/tan
b) TSP/tan =

X 200
= 434,78 gr/tan
= 0,43 kg/tan
TSP/ha = TSP/tan X populasi
= 0,43 X 143 = 61,49 kg/ha
c) MOP/tan =

X 200
= 333,33 gr/tan
= 0,33 kg/tan
MOP/ha = MOP/tan X populasi
= 0,33 X 143 = 47,67 kg/ha

2. Diketahui :
Lahan = 1 ha
NPK (16 16 16) = 200 kg
Ditanya :
a) Jika tersedia pupuk Urea (46 0 0), TSP (0 46 0), ZK (0 0
50). Berapa kebutuhan pupuk masing masing ?
b) Jika tersedia pupuk ZA (21 0 0), SP 36 (0 36 0), MOP (0
0 60). Berapa kebutuhan pupuk masing masing ?
Jawab
N =

X 200 = 32 kg/ha
P
2
O
5
=

X 200 = 32 kg/ha
K
2
O =

X 200 = 32 kg/ha
a) Kebutuhan/ha
- Urea (46% N) =

X 32 = 69,56 kg/ha
- TSP (46% P
2
O
5
) =

X 32 = 69,56 kg/ha
- ZK (50% K
2
O) =

X 32 = 64 kg/ha
b) Kebutuhan/ha
- ZA (21% N) =

X 32 = 152,38 kg/ha
- SP-36 (36% P
2
O
5
) =

X 32 = 88,89 kg/ha
- MOP (60% K
2
O) =

X 32 = 53,33 kg/ha
Metode Pemupukan

Metode Broadcasting

Metode ring placement

Pupuk
Pupuk

Metode spot placement

Pupuk
VIII. PEMBAHASAN
Kebutuhan pupuk bagi tanaman perlu di perhatikan karena pemberian
dosis pupuk yang tidak sesuai bisa mempengaruhi tanaman maupun tanah.
Selain itu pemberian pupuk yang tepat dapat mengurangi biaya yang
dikeluarkan. Pupuk memiliki berbagai jenis dengan kandungan unsur hara
yang berbeda juga. Untuk menghitung kebutuhan pupuk di lahan kita bisa
menggunakan rumus di atas.
Sebagai contoh jika kita memiliki pupuk Urea, TSP, dan MOP
sedangkan pupuk yang dibutuhkan N 400 gr/tan, P
2
O
5
200 gr/tan, dan K
2
O
200 gr/tan maka kita tinggal mencari kebutuhan masing-masing pupuk
dengan cara mengkalikan kandungan unsur di setiap pupuk dengan
kebutuhan pupuk masing-masing dan di kalikan dengan jumlah populasi
tanaman yang akan kita pupuk. Sehingga kita mendapatkan hasil kebutuhan
pupuk untuk masing-masing jenis pupuk sebagai berikut Urea 124,41 kg/ha,
TSP 61,49 kg/ha, dan MOP 47,67 kg/ha. Dari situ kita dapat
memperhitungkan kebutuhan pupuk yang di perlukan dan juga dana yang di
butuhkan.
Jika kita tanaman yang di pupuk harus menggunakan NPK dengan
grade 16 16 16 sebanyak 200 kg/ha, sedangkan pupuk yang ada hanya
Urea, TSP, dan ZK atau ZA, SP-36,dan MOP maka kita harus menghitung
dahulu kandungan pupuk N, P
2
O
5
, dan K
2
O dalam NPK dengan cara
mengkalikan grade dengan berat pupuk. Selanjutnya kita cari kebutuhan
untuk masing-masing jenis pupuk dengan cara di atas sehingga di dalam
memupuk kita bisa menggunakan Urea 69,56 kg/ha, TSP 69,56 kg/ha, dan
ZK 64 kg/ha atau kita bisa menggunakan ZA 152,38 kg/ha, SP-36
88,89kg/ha, dan MOP 53,33 kg/ha.
Selain menentukan kebutuhan pupuk kita juga harus memperhatikan
metode pemupukan yang di gunakan dalam lahan. Ada beberapa metode
yang sering digunakan dalam pemupukan yaitu metode Broadcasting,
metode ring placement, dan metode spot placement.
Metode broadcasting adalah metode pemupukan dengan cara
menyebarkan pupuk ke area atau lahan. Metode ini di mulai dari
menggemburkan tanah di sekitar tanaman kemudian menyebarkan pupuk di
sekitar tanaman. Metode ini sangat efektif pada jarak tanam yang rapat,
sistem perakaran tanaman merata pada bagian atas dan dalam dosis yang
banyak, tetapi metode ini kurang efektif karena pertumbuhan gulma terpacu
dan pupuk bisa menguap.
Metode ring placement adalah metode pemupukan dengan cara
memasukan pupuk ke dalam parit di sekeliling tanaman. Metode ini di
mulai dari membuat parit sedalam 10 15 cm mengelilingi tanaman selebar
tajuk terluar kemudian menaburkan pupuk secara merata di parit dan
menutup parit dengan tanah. Metode ini sangat efektif pada tanaman yang
renggang dengan perakaran yang sedikit dan melingkar, tetapi metode ini
lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan lama selain itu pada tanah
tanah yang keras metode ini tidak cocok.
Metode spot placement adalah metode pemupukan dengan cara
memasukan pupuk ke dalam lubang lubang di sekeliling tanaman. Motode
ini di mulai dari membuat beberapa lubang sedalam 10 cm di sekeliling
tanaman kemudian memasukan pupuk ke dalam lubang lubang tadi dan
menutup lubang kembali. Metode ini sangat efektif pada tanaman yang
renggang dengan perakaran tunggang dan unsur hara tidak banyak yang
tercuci atau hilang, tetapi metode ini tidak efektif pada lahan dengan tanah
keras dan membutuhkan biaya yang besar untuk pengaplikasiannya.
Dari ketiga metode tersebut pada tanaman jati lebih cocok
menggunakan metode spot placement karena perakaran pada jati mengarah
ke bawah bukan ke samping. Sedangkan pada tanaman sawit lebih cocok
menggunakan metode Broadcasting karena tanaman sawit memiliki akar
yang merata seluas tajuk pada bagian atas dan aktif dalam penyerapan unsur
hara.

Sedangkan kegunaan dari menghitung kebutuhan pupuk pada lahan
bertujuan agar lebih mudah dalam menentukan banyaknya pupuk yang
digunakan dan menentukan banyaknya dosis pupuk yang di perlukan untuk
setiap tanaman, selain itu kita bisa menentukan banyaknya dana yang
diperlukan untuk pembelian pupuk.



IX. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam menentukan kebutuhan pupuk yang di perluakan kita harus
mengetahui besarnya kandungan unsur hara yang terdapat dalam
pupuk.
2. Setiap jenis pupuk memiliki takaran / dosis yang berbeda-beda
tergantung besarnya kandungan unsur hara yang terdapat dalam setiap
jenis pupuk.
3. Metode broadcasting adalah metode pemupukan dengan cara
menyebar pupuk pada lahan.
4. Metode ring placement adalah metode pemupukan dengan cara
menaburkan pupuk pada parit di sekeliling tanaman.
5. Metode spot placement adalah metode pemupukan dengan cara
memasukan pupuk ke dalam lubang lubang di sekeliling tanaman.
6. Pada tanaman sawit (Elaeis guineensis) sangat cocok menggunakan
metode broadcasting karena perakaran sawit merata pada bagian atas.
Sedangkan pada tanaman jati lebih cocok menggunakan metode spot
placement karena perakarannya ke bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Panduan Praktikum Kesuburan dan Kesehatan Tanah. Institut
Pertanian Stiper : Yogyakarta
Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhartara Karya Aksara :
Jakarta
Schroeder, D. 1983. Soil-Facts and Concept. Int. Potash Institute Bern :
Switzerland.











Mengetahui, Yogyakarta, .... Juni 2012
Co. Ass Praktikan


(Sesotya Nugroho Adhi) (Fitra Priyana)

Anda mungkin juga menyukai