Modul 8 Inflasi Dan Deflasi
Modul 8 Inflasi Dan Deflasi
o
=jumlah barang atau jasa pada tahun dasar
Tahun dasar adalah tahun basis atau tahun permulaan; dalam hal ini yang
mula-mula dijadikan tahun dasar adalah 1957/ 1958. Pada tahun 1978 yang
dijadikan tahun dasar adalah 1966. Tahun dasar ini selalu diberi nilai 100.
Saat-saat berikutnya mungkin bernilai lebih dari 100 kalau terjadi kenaikan
harga, mungkin kurang dari 100 kalau terjadi penurunan harga. Pemilihan
tahun dasar ini hams disertai alasan-alasan tertentu yang kuat. Tentu saja-
lah sifatnya akan subyektif, yang pada akhirnya persetujuan bersamalah
yang menentukan.
Umpamakan harga beras pada tahun dasar adalah Rp 100,00/ kg,
sedangjumlah yang dibeli per bulan rata-rata per keluarga adalah 50 kg
beredar survey 1957/ 1958. Sedang harga pada tahun pencatatan (misalnya
1960) adalah Rp 150,00/ kg. Maka indeks harga adalah
I =
150 x 50
100 x 50
x 100 =150
Berarti sejak tahun dasar harga beras telah naik 50%. Dapat juga inflasi dan
deflasi ini dihitung untuk tahun-tahun lain. Dalam Indikator Ekonomi
terbitan EPS, angka indeks umum tahun 1966 adalah 1788 dan tahun 1977
adalah 1985. Antara tahun 1966 dan 1977 telah terjadi kenaikan harga
sebanyak:
19841788
1778
x 100%=11,04%
Sesudah 20 tahun angka indeks seperti di atas itu dianggap usang,
bahkan sudah lama sekali dianggap usang. Tata politik dan tata ekonomi
sudah berubah, susunan barang dan jasa yang dikonsumsi juga berubah,
sedang penduduk Indonesia yang menderita inflasi dan deflasi juga tidak
hanya buruh pabrik. Karena banyaknya kekurangan-kekurangan survey
1957/ 1958 maka EPS mengadakan Survey Anggaran Rumah Tangga pada
tahun 1969. Akhirnya survey ini akan menghasilkan Angka Indeks Harga
Konsumen (Consumers Price Index, CPI). Jumlah sample 8000 keluarga,
dari berbagai golongan berpendapatan rendah dan sedang. Barang dan jasa
yang dilaporkan meliputi 100 jenis:
Makanan 41 jenis
Perumahan 16 jenis
Modul 18: Inflasi dan Deflasi
Ace Partadiredja Halaman 18-4
Pakaian 20 jenis
Lain-lain 23 jenis
Rumus yang dipakai untuk perhitungan selanjutnya adalah: Laspeyres
yang dimodifikasi:
I
m
=
P
n
P
n-1
. P
n-1
.
n
P
o
.
o
x 100
di mana P
n-1
adalah harga pada saat pencatatan sebelumnya. Angka
Indeks Harga Konsu-men ini sampai sekarang belum dipublikasi, yang
dipakai masih yang lama, 62 jenis barang dan jasa yang dinamai Angka
Indeks Biaya Hidup (Cost of Living Index).
Sebenarnya untuk mengukur laju inflasi Angka Indeks Biaya Hidup
ini tidak selalu memadai. Untuk bahan penyusunan kebijaksanaan upah
dan gaji pegawai pemerintah ataupun swasta angka indeks ini bermanfaat.
Tapi bagi perusahaan bangunan, konsultan proyek, dan lembaga dunia
yang mengurusi pembangunan tidak begitu bermanfaat karena Angka
Indeks Biaya Hidup ini hanya memperlihatkan perubahan harga barang-
barang konsumsi, sedang harga bahan bangunan, bahan mentah untuk
industri, dan harga barang-barang perdagangan tidak tercermin.
Untunglah bahwa di Indonesia ini sekarang sudah tersedia:
1. Angka indeks harga 9 bahan pokok di Jakarta dan beberapa kota lain.
Sembilan bahan pokok ini meliputi: beras, ikan asin, minyak goreng,
gula pasir, garam bataan, minyak tanah, sabun cuci B29, tekstil, dan
batik. Perubahan harga 9 bahan pokok ini dicatat setiap minggu. Tahun
dasarnya adalah 4 Oktober 1966 yang sama dengan 100.
2. Angka Indeks harga 12 macam bahan makanan di pasar pedesaan di
Jawa dan Madura, yang meliputi: beras, jagung pocelan (pipilan),
kacang kedele, kacang tanah, ketela pohon, ketela rambat, kelapa tua
belum dikupas, minyak kelapa, garam bataan, telur ayam mentah,
daging kerbau, dan ikan asin teri. Di sini rumus yang dipakai adalah:
I =
P
P
o
x w
o
Dimana, w
o
=timbangan pada tahun dasar.
P