skala terkecil
(1) Pengukuran tunggal dengan mistar
Telah Anda ketahui, ketidakpastian mistar adalah =0,05 cm atau 0,5 mm.
Misalkan Anda mengukur panjang suatu benda dengan mistar, bagaimana cara
menyatakannya ?
Jika Anda perhatikan secara seksama, ujung benda tidak berada tepat pada tanda
2,5. Berapa lebihnya dan berapa pula kurangnya ? Karena =0,05 cm adalah dua
desimal, maka x pun harus dilaporkan dalam dua desimal. Dengan kata lain, x harus
Anda laporkan dalam 3 angka. Angka ke-3 harus Anda taksir, tetapi taksiran hanya
boleh 0 atau 5. Karena ujung bendanya lebih sedikit dari garis 2,5 cm, maka taksiran
angka ke-3 adalah 5. Jadi, pengukuran mistar Anda laporkan sebagai panjang
L = xo
L = ( 2,55 0,05 )cm
Apa arti dari pengukuran diatas ?
Artinya, kita tahu nilai benar xo. Akan tetapi, setelah diukur satu kali maka xo berada
disekitar 2,55 cm, yaitu antara 2,50 ( 2,55 0,05 ) cm atau 2,30 ( 2,55 + 0,05 ).
16
(2) Pengukuran tunggal dengan jangka sorong
Telah Anda ketahui, ketidakpastian dari jangka sorong adalah =0,005 cm atau
0,05 mm. Lalu bagaimana Anda menyatakan hasil pengukurannya?
Perhatikan angka pada skala utama yang berdekatan dengan angka nol pada skala
nonius (dari sebelah kiri). Pada gambar di atas angka yang berdekatan adalah 2,9.
Perhatikan garis skala nonius yang tepat berimpit (dalam satu garis lurus) dengan
garis pada skala utama. Pada gambar di atas garis tersebut berada pada titik ke-5
sehingga
xo = 2,9 + (5 x 0,01) cm = 2,95 cm
Karena = 0,005 cm (tiga desimal), maka xo harus dinyatakan dalam 3 desimal.
Tidak seperti mistar, pda jangka sorong yang memiliki skala nonius Anda tidak
pernah menaksir angka ke-4, akan tetapi cukup beri angka 0,sehingga x=2,950 cm.
Jadi hasil pengukuran jangka sorong Anda nyatakan sebagai
L = xo
L = (2,950 0,005) cm
Perhatikan, banyak desimal hasil pengukuran harus sama dengan banyak desimal
ketidakpastiannya. Karena itu, panjang ditulis (2,950 0,005) cm dan bukan (2,95
0,005) cm
17
(3) Pengukuran tunggal dengan Mikrometer Sekrup
Telah Anda ketahui, ketidakpastian dari jangka sorong adalah =0,0005 cm atau
0,005 mm. Lalu bagaimana Anda menyatakan hasil pengukurannya?
Perhatikan garis skala utama yang terdekat dengan tepi selubung luar. Pada gambar
di atas garis skala utama adalah 13,5 mm
Perhatikan garis mendatar pada selubung luar yang berimpit dengan garis mendatar
pada skala utama. Pada gambar di atas, garis mendatar tersebut adalah garis ke 17
Karena = 0,005 mm (tiga desimal), maka xo sebaiknya dinyatakan dalam tiga
desimal. Karena kita tidak perlu menaksir, maka angka ke-4 adalah 0, sehingga xo
= 13,670 mm. Jadi hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup kita laporkan
sebagai
t = xo
t = (13,670 0,005) mm
b) Pengukuran Berulang
Pengukuran tunggal kadang terpaksa dilakukan karena peristiwa yang diukur tidak
dapat diulang, misalnya pengukuran kecepatan komet dan lama gerhana matahari
total. Pengukuran tunggal untuk besaran panjang masih bisa Anda lakukan untuk
benda-benda yang panjangnya hampir tidak berubah, misalnya panjang pensil baru.
Tetapi untuk mengukur diameter kelereng, pengukuran tunggal tidak teliti. Ini
karena mengukur diameter dengan sisi-sisi berbeda biasanya memberikan hasil
yang berbeda. Jadi, apabila dimungkinkan suatu percobaan, hendaknya dilakukan
18
melalui pengukuran berulang (lebih dari satu kali), misalnya 5 atau 10 kali. Nilai
benar xo dapat didekati dengan nilai rata-rata
Misalnya, suatu besaran fisika diukur N kali pada kondisi yang sama, dan diperoleh
hasil-hasil pengukuran x1, x2,x3, ..., xN (disebut sebagai sampel). Nilai rata-rata
sampel
Didefinisikan sebagai
=
1+
2+
3++
Berdasarkan analisis statistik ternyata nilai terbaik sebagai nilai xo adalah nilai rata-
rata
Bagaimana dengan ketidakpastian x ? Ketidakpastian x dapat dinyatakan oleh
simpangan baku nilai rata-rata sampel.
=
1
2
(
)
2
1
Berapa banyak angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan berulang ? Banyak
angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan berulang dapat mengikuti aturan
berikut
Ketidakpastian relatif sekitar 10% berhak atas 2 angka
Ketidakpastian relatif sekitar 1% berhak atas 3 angka
Ketidakpastian relatif sekitar 0,1% berhak atas 4 angka
Ketidakpastian relatif dapat dihitung dengan persamaan berikut
Ketidakpastian relatif =
x 100%
19
c. Melaporkan Hasil Pengukuran
1) Notasi Ilmiah
Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran partikel yang sangat kecil,
seperti massa elektron, sampai dengan ukuran yang sangat besar, seperti massa
Bumi. Penulisan hasil pengukuran massa sangat kecil maupun sangat besar ini
memerlukan tempat yang lebar dan sering salah dalam penulisannya. Untuk
memudahkan dalam penulisannya, digunakan notasi ilmiah.
Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan sebagai a, ... x 10
n
Dengan a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9, dan n disebut sebagai
eksponen dan merupakan bilangan bulat.
Untuk menuliskan bilangan dengan notasi ilmiah, digunakan aturan sebagai
berikut
a) Pindahkan angka desimal sampai hanya tersisa satu angka di sebelah kiri tanda
desimal tersebut
b) Hitunglah jumlah angka yang dilalui oleh tanda desimal. Jumlah angka ini
menunjukkan nilai n (pangkat dari 10)
Sebagai contoh, dengan notasi ilmiah kita dapat menentukan massa elektron
sebagai berikut
0,000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 9,11 kg
Geser koma ke kanan melalui 31 angka, sehingga dapat ditulis 9,11 x 10
-31
Dengan bilangan penting = 9,11 dan orde besar = 10
-31
Contoh lainnya kita dapat menentukan massa bumi
6,000 000 000 000 000 000 000 000 kg
Geser koma ke kiri melalui 24 angka, sehingga dapat kita tulis 6 x 10
24
Dengan bilangan penting = 6 dan orde besar = 10
24
.
20
2) Angka Penting
a) Aturan angka penting
Pada pengukuran di dalam Fisika, tentunya akan menghasilkan suatu hasil
pengukuran yang berupa angka, angka dari hasil pengukuran tersebut terdiri dari
angka yang benar-benar terlihat di skala pada alat ukur, ada juga yang merupakan
taksiran karena keterbatasan skala pada alat ukur. Sehingga dapat kita definisikan
bahwa angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran,
yang terdiri dari angka eksak dan satu angka terakhir yang ditaksir (atau diragukan).
Aturan-aturan tentang angka penting yang dapat kita gunakan untuk menentukan
banyak angka penting pada suatu hasil pengukuran, seperti ditunjukkan pada kotak
berikut ini
Aturan-aturan Angka Penting
1. Semua angka bukan nol adalah angka penting
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol adalah angka
penting
3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang
ditulis di belakang koma desimal termasuk angka penting
4. Angka-angka nol yang digunakan hanya untuk tempat titik desimal bukan
angka penting
5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya yang memiliki
angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah
agar jelas apakah angka-angka nol tersebut termasuk angka penting atau
bukan.
Contoh :
(1) 2456 dan 24,56 mempunyai 4 angka penting (berdasarkan aturan nomor 1)
(2) 304 dan 3,04 mempunyai 3 angka penting (berdasarkan aturan nomor 2)
(3) 14,00 dan 27,000 mempunyai 2 angka penting (berdasarkan aturan nomor 3)
21
Bagaimanakah dengan banyak angka penting pada hasil pengukuran yang
dilaporkan sebagai 1300 gram ? Kedua angka nol di kanan angka 3 bisa saja
termasuk angka penting tetapi bisa juga tidak. Atau, bisa saja angka nol tepat di
kanan angka 3 termasuk angka penting sedang angka nol berikutnya bukan angka
penting, melainkan hanya sebagai tempat titik desimal. Untuk menghindari masalah
seperti itu, pengukuran harus dilaporkan dalam notasi ilmiah. Dalam notasi ilmiah,
semua angka yang ditampilkan sebelum orde besar termasuk angka penting.
Dengan demikian 1300 gram ditulis :
1,3 x 10
3
gram, memiliki 2 angka penting, yaitu 1 dan 3
1,30 x 10
3
gram, memiliki 3 angka penting, yaitu 1,3, dan 0
1,300 x 10
3
gram, memiliki 4 angka penting yaitu 1,3,0 dan 0
Anda harus dapat membedakan antara bilangan penting dan bilangan eksak.
Bilangan penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang
terdiri dari angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu
angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Bilangan eksak adalah bilangan yang
sudah pasti (tidak diragukan nilainya), yang diperoleh dari kegiatan membilang.
Sebagai contoh, ketika Anda membilang (menghitung) banyak telur dalam satu
keranjang, Anda menyatakan bahwa ada 100 butir telur. Bilangan 100 ini adalah
bilangan eksak.
b) Berhitung dengan Angka Penting
Dalam perhitungan kita sering memperoleh jawaban yang memiliki lebih banyak
angka daripada yang telah kita terapkan dalam satu aturan. Karena itu, sangatlah
perlu untuk meniadakan angka-angka tidak penting agar dapat menyatakan jawaban
dengan banyak angka penting yang sesuai. Ketika angka-angka ditiadakan dari
suatu bilangan, nilai dari angka terakhir yang dipertahankan ditentukan dengan
suatu proses yang disebut pembulatan bilangan. Angka penting terakhir yang akan
dipertahankan adalah tetap jika satu angka di sebelah kanannya 4 atau lebih kecil,
dan bertambah satu jika angka di sebelah kanannya 5 atau lebih. Misalnya dalam
angka penting, 75, 648 = 75,6 tetapi 7,562 = 75,7.
22
(1) Aturan penjumlahan dan pengurangan
Angka-angka penting dalam penjumlahan dan pengurangan ditentukan berdasarkan
tempat titik desimal. Misalkan sebuah batang dengan panjang 140 mm ditambahkan
ke batang lain dengan panjang 3,0 m, dan Anda ingin menentukan panjang totalnya
dengan menyamakan satuan ke meter, diperoleh (0,140 m) + (3,0 m) = 3,140 m.
Tetapi kita tidak tahu apa-apa tentang angka-
angka pada titik desimal kedua dan ketiga dari
batang yang panjangnya 3,0**. Dengan demikian,
kita tidak bisa mengetahui penjumlahan teliti
sampai tiga desimal. Karena itu, dapatlah kita
mengerti untuk membulatkan penjumlahan
sampai bilangan yang tempat desimalnya paling
kecil dari semua bilangan yang terlibat dalam penjumlahan: panjang gabungan
batang adalah 3,1 m, baik 3 dan 1 adalah angka-angka penting. Dengan
penjumlahan bersusun ke bawah, tampak 3,1 m diperoleh dari aturan bahwa dalam
penjumlahan dan pengurangan, hasilnya hanya boleh mengandung satu angka
taksiran.
Contoh Soal : Penjumlahan atau Pengurangan Bilangan-bilangan Penting
(a) Jumlahkan 2,74 x 10
4
g dan 5,950 x 10
3
g.
(b) Kurangi 468,39 m dengan 412 m.
Strategi :
Lakukanlah operasi penjumlahan atau pengurangan secara biasa, kemudian
bulatkan hasilnya hingga hanya memiliki satu angka taksiran.
Jawab :
(a) 2,74 x 10
4
g
= 27,4 x 10
3
g 4: angka taksiran
5,950 x 10
3
g = 5,950 x 10
3
g + 0: angka taksiran
33,350 x 10
3
g
Penjumlahan bersusun kebawah
0,140 m
3,0 m
3,140 m
Keterangan : tanda setrip
dibawah angka menyatakan angka
taksiran
23
Sehingga dapat dibulatkan 33,4 x 10
3
g karena hanya boleh mengandung satu angka
taksiran. Dalam notasi ilmiah dituliskan sebagai 3,34 x 10
4
g
(b) 468,39 m 9: angka taksiran
412 m + 2: angka taksiran
56, 39 m = 56 m karena hanya boleh mengandung satu angka taksiran
(2) Aturan perkalian dan penjumlahan
Jika Anda melakukan operasi hitung perkalian atau pembagian yang melibatkan
beberapa bilangan penting, maka hasil akhir hanya boleh mengandung angka
penting sebanyak angka penting dari bilangan yang angka pentingnya paling sedikit
dari semua bilangan penting yang terlibat operasi. Misalnya, Anda mengalikan tiga
bilangan penting : bilangan I memiliki 3 angka penting, bilangan II memiliki 4
angka penting, dan bilangan III memiliki 2 angka penting, maka hasil akhir hanya
boleh memiliki 2 angka penting, yaitu sebanyak bilangan penting III, yang memiliki
angka penting paling sedikit. Sebagai contoh
(a) 0,6283 cm x 2,2 cm = 1,38226 cm
2
(4ap) (2ap) = 1,4 cm
2
(2ap)
(b) 4,554 x 10
5
kg : 3,00 x 10
2
m
3
= 1,518 x 10
5-3
kg/m
3
(4ap) (3ap) = 1,52 x 10
2
kg/m
3
(3ap)
Keterangan : ap adalah singkatan dari angka penting
Bagaimana jika operasi perkalian atau pembagian dilakukan antara bilangan
penting dan bilangan eksak ? Hasil perkalian antara bilangan penting dan bilangan
eksak hanya boleh memiliki angka penting sebanyak angka penting pada bilangan
pentingnya. Misalnya tinggi batu bata 8,95 cm, maka tinggi 25 tumpukkan batu
bata = 25 x 8,95cm = 223,75 cm = 224 cm (ditulis dalam tiga angka penting).
24
I. Referensi
Hermawan, T. (tanpa tahun). RPP Fisika Kurikulum 2013 [pdf]. Tersedia di:
http://www.academia.edu/4563916/RPP_Fisika_SMA_kurikulum_2013
[diakses tanggal 9 September 2014].
Kemendikbud. (2013). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah [pdf]. Tersedia di:
http://www.ikapidkijakarta.com/ikapiblog/wp-
content/uploads/2013/08/07.-B.-Salinan-Lampiran-Permendikbud-No.-69-
th-2013-ttg-Kurikulum-SMA-MA.pdf [diakses tanggal 8 September 2014].
Kanginan, M. (2007). Fisika, untuk SMA Kelas X. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rosyid, M.F. (2012). Kajian Konsep Fisika, untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Staff Site UNY. (tanpa tahun). Hakikat Pembelajaran Fisika [pdf]. Tersedia di:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/BABDUA_0.pdf
[diakses tanggal 9 September 2014].
Sears dan Zemansky. (2002). Fisika Universitas, Jilid 1 (Terjemaahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Zaelani, Ahmad. (2009). Fisika untuk SMA/MA. Bandung: Yrama Widya.