Anda di halaman 1dari 29

Nama : Mahsyarur Amna

Kelas :
Sekolah : SMA Negeri 1 Lhokseumawe

BAB I
HAKIKAT FISIKA

1. Pengertian Fisika
Fisika adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang membahas kejadian fisis dalam
lingkup ruang dan waktu. Tak jarang ilmuwan menyebutkan bahwa Fisika merupakan
ilmu dasar setelah Matematika. Mengapa demikian? Hal itu karena Fisika menjadi
sumber hukum bagi Kimia dan Biologi. Tidak hanya itu, Fisika juga erat dengan
Matematika. Perumusan teori di dalam Fisika harus mematuhi aturan yang telah ada di
Matematika. Hal yang membuat Fisika terlihat sulit adalah persamaan matematis yang
digunakan tergolong rumit dan kompleks.

2. Hakikat Fisika
Fisika merupakan cabang IPA, sehingga hakikat Fisika dapat disamakan dengan hakikat
IPA. Adapun hakikat Fisika menurut para ilmuwan adalah sebagai berikut.
a. Kumpulan pengetahuan (a body knowledge) yang selanjutnya disebut Fisika sebagai
produk
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia pasti butuh interaksi baik antarsesama
manusia maupun antara manusia dan alam. Seluruh interaksi tersebut memunculkan
suatu keingintahuan baik tentang alam maupun gejala fisis dalam kehidupan.
Keingintahuan itu bisa terpecahkan jika ada penelitian. Dari berbagai penelitian
itulah muncul berbagai teori atau dokumentasi kegiatan. Teori-teori itu nantinya
didaftar, dikumpulkan, dan disusun secara sistematis menjadi kumpulan
pengetahuan. Nah, kumpulan pengetahuan ini yang disebut sebagai produk.
b. Cara atau jalan berpikir (a way of thinking) yang selanjutnya disebut sebagai sikap.
Melalui pemikiran, seseorang mampu bersikap dan bertindak, sehingga bisa
melakukan kegiatan ilmiah. Dalam melakukan kegiatan ilmiah, seseorang harus
memiliki sikap objektif, rasa percaya diri, jujur, dan terbuka. Inilah makna Fisika
sebagai sikap.
c. Cara untuk menyelidiki segala sesuatu (a way of investigating) yang selanjutnya
disebut Fisika sebagai proses. Gambaran umum Fisika sebagai proses adalah
bagaimana cara ilmuwan bekerja dalam kegiatan ilmiah atau bagaimana cara mereka
melakukan penelitian sampai menemukan suatu fakta.

3. Peran Fisika dalam Kehidupan

Kaidah, konsep, atau hukum dasar fisika pada prinsipnya berusaha mengungkap tabir
perilaku alam semesta. Melalui fisika, manusia mempelajari hukum-hukum alam dan
mengambil manfaat darinya. Semuanya berlangsung secara berkesinambungan, mulai
dari zaman kuno sampai zaman modern sekarang ini.

Sekurang-kurangnya, ada tujuh bidang kehidupan manusia yang telah banyak


menerapkan prinsip-prinsip fisika, antara lain: energi, industri, kedokteran, pertanian,
telekomunikasi, transportasi, dan kelautan. Berikut ini penjelasannya secara terperinci:

a. Peran Fisika dalam Bidang Industri, misalnya pembuatan garam, pengolahan minyak
bumi, pengolahan kayu playwood.
b. Peran Fisika dalam Bidang Kedokteran, misalnya mesin rontgen, tensimeter, dan
sterilisasi alat kesehatan.
c. Peran Fisika dalam Bidang Pertanian, misalnya pengairan dengan system gravitasi,
dan oemberantasan hama.
d. Peran Fisika dalam Bidang Telekomunikasi, misalnya penggunaan serat optic pada
jaringan internet.
e. Peran fisika dalam bidang transportasi, misalny pembuatan sayap aerodinamis
pesawat terbang.
f. Peran fisika dalam bidang kelautan, misalnya penggunaan sonar untuk mengukur
kedalaman laut.

Contoh Soal

1. Peran fisika dalam teknologi memberikan banyak keuntungan. Namun, disamping itu
juga memberikan dampak negatif yang merugikan manusia diantaranya adalah?

Jawab: Terjadi pencemaran udara akibat gas buang, seperti gas carbon mono oksida.

BAB II

BESARAN FISIKA DAN PENGUKURANNYA

1. Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat
ukur yang digunakan sebagai satuan. Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran
panjang meja dengan pensil. Dalam kegiatan tersebut artinya kamu membandingkan
panjang meja dengan panjang pensil. Panjang pensil yang kamu gunakan adalah sebagai
satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran,
sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang
disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut satuan tidak baku.

2. Besaran dan Satuan


Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat badan adalah massa,
sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan dapat kita
tentukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan. Misalnya, setelah ditimbang
berat badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa
adalah sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan.
Panjang dan massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis
suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas.

Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.
Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Adapun, besaran
turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran pokok.

Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat
tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.
Sistem satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan
sistem metrik, yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter
Kilogram Second) yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik
kecil atau CGS (Centimeter Gram Second).

Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel
berikut.

Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut
bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
Tabel Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya
Sistem Internasional

Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat ukur panjang.
Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-beda yang berakibat
menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak sama. Oleh
karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara umum. Usaha para
ilmuwan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan yang berlaku di negara
manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
2. bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.
3. mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna untuk perkembangan
ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara. Kamu dapat membayangkan betapa kacaunya
perdagangan apabila tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan satu meter kubik.
1.  Satuan Internasional untuk Panjang
Hasil pengukuran besaran panjang biasanya dinyatakan dalam satuan meter, centimeter,
milimeter, atau kilometer. Satuan besaran panjang dalam SI adalah meter. Pada mulanya satu
meter ditetapkan sama dengan panjang sepersepuluh juta (1/10000000) dari jarak kutub utara ke
khatulistiwa melalui Paris. Kemudian dibuatlah batang meter standar dari campuran Platina-
Iridium. Satu meter didefinisikan sebagai jarak dua goresan pada batang ketika bersuhu 0ºC.
Meter standar ini disimpan di International Bureau of Weights and Measure di Sevres, dekat
Paris.
Batang meter standar dapat berubah dan rusak karena dipengaruhi suhu, serta menimbulkan
kesulitan dalam menentukan ketelitian pengukuran. Oleh karena itu, pada tahun 1960 definisi
satu meter diubah. Satu meter didefinisikan sebagai jarak 1650763,72 kali panjang gelombang
sinar jingga yang dipancarkan oleh atom gas krypton-86 dalam ruang hampa pada suatu lucutan
listrik.
Pada tahun 1983, Konferensi Internasional tentang timbangan  dan ukuran memutuskan bahwa
satu meter merupakan jarak yang ditempuh cahaya pada selang waktu 1/299792458 sekon.
Penggunaan kecepatan cahaya ini, karena nilainya dianggap selalu konstan.
2. Satuan Internasional untuk Massa
Besaran massa dalam SI dinyatakan dalam satuan kilogram (kg). Pada mulanya para ahli
mendefinisikan satu kilogram sebagai massa sebuah silinder yang terbuat dari bahan campuran
Platina dan Iridium yang disimpan di Sevres, dekat Paris. Untuk mendapatkan ketelitian yang
lebih baik, massa standar satu kilogram didefinisikan sebagai massa satu liter air murni pada
suhu 4ºC.
3. Satuan Internasional untuk Waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan detik atau sekon dalam SI. Pada awalnya satuan waktu
dinyatakan atas dasar waktu rotasi bumi pada porosnya, yaitu 1 hari. Satu detik didefinisikan
sebagai 1/26400 kali satu hari rata-rata. Satu hari rata-rata sama dengan 24 jam = 24 x 60 x 60 =
86400 detik. Karena satu hari matahari tidak selalu tetap dari waktu ke waktu, maka pada tahun
1956 para ahli menetapkan definisi baru. Satu detik adalah selang waktu yang diperlukan oleh
atom cesium-133 untuk melakukan getaran sebanyak 9192631770 kali.

Pengukuran Besaran Fisika

Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang tukang jahit pakaian
mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian yang akan dibuat dengan
menggunakan meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging sesuai kebutuhan
pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.
Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar sawahnya
menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah batu bata.
Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos untuk
mendapatkan satuan meter.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja 100 cm,
maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran sedangkan cm
adalah satuannya.
Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat,
ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-aspek pengukuran tersebut
diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan
waktu.
1. Pengukuran Panjang

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan ukuran benda.
Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur
lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos.
a.      Pengukuran Panjang dengan Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus,
berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris
berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter, sedangkan meteran
pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm.

Alat Ukur Panjang


Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk
menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam
melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.

Pembacaan Skala
b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan
ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur
diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong
yaitu:
1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.

Jangka Sorong
c. Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur 
ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan silinder
bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil untuk skala
putar sebesar 0,01 mm. Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.

Mikrometer Sekrup
2. Pengukuran Massa Benda

Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda. Prinsip kerjanya adalah keseimbangan
kedua lengan, yaitu keseimbangan antara massa benda yang diukur dengan anak timbangan yang
digunakan. Dalam dunia pendidikan sering digunakan neraca O’Hauss tiga lengan atau dua
lengan. Perhatikan beberapa alat ukur berat berikut ini.
Bagian-bagian dari neraca O’Hauss tiga lengan adalah sebagai berikut:
• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1 g.
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

Neraca
3. Pengukuran Besaran Waktu
Berbagai jenis alat ukur waktu misalnya: jam analog, jam digital, jam dinding, jam atom, jam
matahari, dan stopwatch. Dari alat-alat tersebut, stopwatch termasuk alat ukur yang memiliki
ketelitian cukup baik, yaitu sampai 0,1 s.

Alat Ukur Waktu


 
C.   SUHU DAN PENGUKURANNYA

1. Pengertian Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran suhu. Jadi,
suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda.
2. Termometer sebagai Alat Ukur Suhu
Suhu termasuk besaran pokok. Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer. Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi pipa
kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi pipa kapiler
termometer adalah sebagai berikut:
a. raksa tidak membasahi dinding kaca,
b. raksa merupakan penghantar panas yang baik,
c. kalor jenis raksa rendah akibatnya dengan perubahan panas yang kecil cukup dapat
mengubah suhunya,
d. jangkauan ukur raksa lebar karena titik bekunya -39 ºC dan titik didihnya 357ºC.

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol. Alkohol
memiliki titik beku yang sangat rendah, yaitu -114ºC. Namun demikian, termometer alkohol
tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu benda yang tinggi sebab titik didihnya hanya 78ºC.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap bawah.
Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer. Di antara kedua titik tetap
tersebut dibuat skala suhu. Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur dan
penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.

Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.

a.      Termometer Celcius
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara titik tetap bawah
dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
b.      Termometer Reaumur
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah
dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
c.       Termometer Fahrenheit
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur
dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas  dibagi 180
skala.
d.      Termometer Kelvin
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu
suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin
menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373.
Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Titik Tetap Termometer


Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan termometer Fahrenheit
adalah
C : R : F = 100 : 80 : 180
C:R:F=5:4:9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan F
dapat ditulis sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
tº C =5/9 (tºF – 32)
tº C =4/9 (tºF – 32)
Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah
t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita buat dapat
dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik tetap kedua
termometer berada dalam keadaan yang sama.
Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan titik tetap
bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan titik tetap atas
Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu saat es melebur
dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.
Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-masing
termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.
(Tx -Xb)/(Xa- Xb)=(Ty- Yb)/( Ya- Yb)
Keterangan:
Xa = titik tetap atas termometer X
Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx = suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y
 
Konversi Skala Termometer
Seperti kita ketahui bahwa zat cair sebagai bahan pengisi termometer ada dua macam, yaitu air
raksa dan alkohol. Nah, ternyata zat cair tersebut memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
a . Termometer air raksa.
Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain:
1. Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi
teliti.
2. Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3. Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4. Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 40 0C
dan mendidih pada suhu 360 0 C.
5. Volume air raksa berubah secara teratur.

Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:
a. Air raksa harganya mahal.
b. Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
c. Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah

b. Termometer alkohol
Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
1) Alkohol harganya murah.
2) Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alcohol
3) mengalami perubahan volume yang besar.
4) Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol –130 0C.

Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :


1) Membasahi dinding kaca.
2) Titik didihnya rendah (78 0C)
3) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat dilihat.
4) Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung termometer? Alasannya karena air
membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil,
penghantar panas yang jelek.

Contoh Soal:
Andi akan mengukur volume sebuah kelereng. Setelah diukur, diameter kelereng Andi
ditunjukkan oleh gambar berikut.

Berdasarkan aturan angka penting, tentukan volume kelereng Andi!


Pembahasan:
Pertama, kita harus mencari panjang diameter kelereng yang telah tertulis di mikrometer sekrup
berikut.

BAB III

NOTASI ILMIAH DAN DIMENSI

1. Notasi Ilmiah

Jika dihadapkan pada bilangan ratusan, ribuan, ratusan ribu, mungkin masih mudah untuk
dimengerti nama bilangannya, ya. Bagaimana jika dihadapkan pada bilangan seperti
0,00000000000023 atau 1.000.000.000.000.000? Sungguh bilangan yang sulit untuk
ditentukan jumlahnya secara langsung. 

Hal yang harus dipahami bahwa di dalam Fisika, besaran-besaran hasil pengukuran tidak
hanya berupa puluhan, ribuan, atau ratusan ribu, tetapi juga skala makro dan mikro,
contohnya saja massa Bumi atau massa elektron. Untuk menulis massa elektron yang
tidak terlihat oleh mata telanjang tentulah sangat sulit karena ukurannya sangat kecil. 

Oleh karena itu, dibentuklah suatu notasi yang disebut notasi ilmiah. Notasi ilmiah ini
bisa mempermudah kita dalam menentukan suatu nilai besaran yang terlalu besar atau
terlalu kecil. Penulisannya adalah sebagai berikut. 

Keterangan:
a = bilangan satuan, besarnya antara 1-10 dan boleh berupa desimal; dan
n = ordo atau pangkat.

Contoh soal 
1) Tentukan bilangan 510.000.000 dalam bentuk notasi ilmiah!

2. Dimensi

Dimensi adalah bentuk penulisan suatu besaran menggunakan lambang besaran-besaran


pokok. Penulisan lambang besaran pokok tersebut diapit oleh kurung siku, contohnya
sebagai berikut.

1. Kecepatan

2. Percepatan

Lalu, apa manfaat dituliskannya dimensi besaran?


1. Untuk mengungkapkan adanya kesetaraan besaran, misalnya gaya gesek memiliki
persamaan dimensi dengan gaya berat, usaha memiliki persamaan dimensi dengan energi,
dan sebagainya.
2. Untuk menetapkan bahwa suatu persamaan tepat atau tidak.
Berikut ini tabel lambang dimensi untuk besaran-besaran pokok dan turunan.
BAB IV

VEKTOR

vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah. Dalam ilmu Fisika, banyak besaran yang
termasuk vektor, di antaranya perpindahan, gaya, kecepatan, percepatan,
dan momentum. Selain besaran vektor, ada juga besaran yang hanya
memiliki nilai. Besaran seperti ini disebut besaran skalar. Besaran yang
termasuk besaran skalar, di antaranya massa, waktu, kuat arus, usaha,
energi, dan suhu.

Sebuah vektor digambarkan oleh sebuah anak panah. Panjang anak panah
mewakili besar atau nilai vektor, sedangkan arah anak panah mewakili
arah vektor. Notasi atau simbol sebuah vektor dapat menggunakan satu atau dua huruf dengan
tanda panah di atasnya, misalnya A atau AB . Akan tetapi, dalam buku ini, vektor digambarkan
oleh sebuah huruf yang dicetak tebal dan miring, misalnya A atau B. Gambar 2.1 menunjukkan
gambar beberapa vektor dengan notasinya. Titik A disebut titik pangkal vektor dan titik B
disebut ujung vektor.

Besar sebuah vektor dapat ditulis dengan beberapa cara, di antaranya dengan memberi tanda
mutlak (||) atau dicetak miring tanpa ditebalkan. Sebagai contoh, besar vektor A ditulis |A|atau A
dan besar vektor B ditulis |B|atau B. Arah sebuah vektor dinyatakan oleh sudut tertentu terhadap
arah acuan tertentu. Umumnya, sudut yang menyatakan arah sebuah vektor dinyatakan terhadap
sumbu-x positif. Gambar 2.2 memperlihatkan tiga buah vektor A, B, dan C dengan arah masing-
masing membentuk sudut 45°, 90°, dan 225° terhadap sumbu-x positif.

B. Penjumlahan Vektor Menggunakan Metode Grafis dan Analitis

Pernahkah Anda membayangkan jika Anda berenang di sungai searah dengan aliran sungai,
kemudian Anda tiba-tiba berbalik arah 90° dari arah pergerakan semula? Apakah posisi terakhir
Anda tepat sesuai keinginan
Anda? Tentu tidak, arah akhir posisi Anda tidak akan membentuk sudut 90° dari posisi semula
karena terdapat hambatan arus sungai yang membuat arah gerak Anda tidak tepat atau
menyimpang. Anda dapat menentukan posisi akhir Anda dengan cara menjumlahkan vektor
gerak Anda, baik perpindahannya maupun kecepatannya. Apakah Anda mengetahui cara
menjumlahkan dua buah vektor?

Penjumlahan vektor tidak sama dengan penjumlahan skalar. Hal ini karena vektor selain
memiliki nilai, juga memiliki arah. Vektor yang diperoleh dari hasil penjumlahan beberapa
vektor disebut vektor resultan. Berikut ini akan dibahas metode-metode untuk menentukan
vektor resultan.

1. Resultan Dua Vektor Sejajar

Misalnya, Anda bepergian mengelilingi kota Palu dengan mengendarai sepeda motor. Dua jam
pertama, Anda bergerak lurus ke timur dan menempuh jarak sejauh 50 km. Setelah istirahat
secukupnya, Anda kembali melanjutkan perjalanan lurus ke timur sejauh 30 km lagi. Di lihat dari
posisi asal, Anda telah berpindah sejauh sejauh 50 km + 30 km = 80 km ke timur. Dikatakan,
resultan perpindahan Anda adalah 80 km ke timur. Secara grafis, perpindahan Anda seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Sedikit berbeda dengan kasus tersebut, misalnya setelah menempuh jarak lurus 50 km ke timur,
Anda kembali lagi ke barat sejauh 30 km. Relatif terhadap titik asal, perpindahan Anda menjadi
50 km – 30 km = 20 km ke timur. Secara grafis, perpindahan Anda diperlihatkan pada Gambar
2.4.

Dari kedua contoh, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3 dan Gambar 2.4, menjumlahkan
dua buah vektor sejajar mirip dengan menjumlahkan aljabar biasa. Secara matematis, resultan
dua buah vektor sejajar, yakni, sebagai berikut. Jika vektor A dan B searah, besar vektor resultan
R, adalah

dengan arah vektor R sama dengan arah vektor A dan B. Sebaliknya, jika kedua vektor tersebut
berlawanan, besar resultannya adalah dengan arah vektor R sama dengan arah vektor yang
terbesar.

2. Resultan Dua Vektor yang Saling Tegak Lurus

Misalnya, Anda memacu kendaraan Anda lurus ke timur sejauh 40 km dan kemudian berbelok
tegak lurus menuju utara sejauh 30 km. Secara grafis, perpindahan Anda seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.5. Besar resultan perpindahannya, r, diperoleh menggunakan Dalil Pythagoras,
yakni sebagai berikut
dan arahnya terhadap sumbu-x positif (atau 37° dari arah timur). Dari contoh kasus tersebut, jika
dua buah vektor, A dan B, yang salingtegak lurus akan menghasilkan vektor resultan, R, yang
besarnya terhadap arah vektor A dengan catatan vektor B searah sumbu-y dan vektor A searah
sumbu-x.
dan arahnya

terhadap sumbu-x positif (atau 37° dari arah timur).

Dari contoh kasus tersebut, jika dua buah vektor, A dan B, yang salingtegak lurus akan
menghasilkan vektor resultan, R, yang besarnya

terhadap arah vektor A dengan catatan vektor B searah sumbu-y dan vektor A searah sumbu-x.

3. Resultan Dua Vektor yang Mengapit Sudut


Sekarang tinjau dua buah vektor, A dan B, yang satu sama lain mengapit sudut seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.6 (a). Gambar vektor resultannya dapat diperoleh dengan cara
menempatkan pangkal vektor B di ujung vektor A. Selanjutnya, tarik garis dari titik pangkal
vektor A ke titik ujung vektor B dan buatkan panah tepat di ujung yang berimpit dengan ujung
vektor B. Vektor inilah, R, resultan dari vektor A dan B. Hasilnya seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.6 (b).
Besar vektor resultan, R, dapat ditentukan secara analitis sebagai berikut. Perhatikan Gambar
2.7. Vektor C dan D diberikan sebagai alat bantu sehingga vektor A + C tegak lurus vektor D dan
ketiganya membentuk resultan yang sama dengan resultan dari vektor A dan B, yakni R .
Dengan menggunakan Dalil Pythagoras, besarnya vektor resultan R adalah

Selanjutnya, juga dengan menggunakan Dalil Pythagoras, dari gambar diperoleh

dan dari trigonometri,

Dengan memasukkan dua persamaan terakhir ke persamaan pertama, diperoleh besarnya vektor
resultan R.

4. Selisih Dua Vektor yang Mengapit Sudut

Vektor A dan vektor -A, memiliki besar yang sama, yakni |A| = |–A| = A, tetapi arahnya
berlawanan seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8. Selisih dari dua buah vektor, misalnya vektor
A – B, secara grafis sama dengan jumlah antara vektor A dan vektor –B, seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.9. Secara matematis, vektor selisihnya ditulis R = A – B. 
Secara analitis, besar vektor selisihnya ditentukan dari Persamaan (2–5) dengan mengganti θ
dengan 180 – θ. Oleh karena, cos (180° – θ) = –cos θ sehingga diperoleh 

5. Melukis Resultan Beberapa Vektor dengan Metode Poligon

Jika terdapat tiga buah vektor, A, B, dan C, yang besar dan arahnyaberbeda seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.10 (a), resultannya dapat diperoleh dengan cara menggunakan metode poligon,
yakni sebagai berikut.
 Hubungkan titik tangkap vektor B pada ujung vektor A dan titik pangkal vektor C pada
ujung vektor B.
 Buat vektor resultan, R, dengan titik tangkap sama dengan titik pangkal vektor A dan
ujung panahnya tepat di titik ujung vektor C. Hasilnya seperti diperlihatkan pada Gambar
2.10 (b).

Secara matematis, vektor resultan pada Gambar 2.10 ditulis sebagai berikut.
R=A+B+C

6. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor hasil penjumlahan beberapa buah vektor yang hasilnya nol. Sebagai
contoh, lima buah vektor, A, B, C, D, dan E, menghasilkan resultan sama dengan nol maka
secara matematis ditulis A + B + C + D + E = 0 Dengan menggunakan metode poligon, secara
grafis vektor-vektor tersebut diperlihatkan seperti pada Gambar 2.11. Perhatikan bahwa ujung
vektor terakhir (vektor E) bertemu kembali dengan titik pangkal vektor pertama (vektor A).

 C. Menjumlahkan Vektor dengan Metode Uraian

Dalam beberapa kasus, seringkali Anda menjumlahkan beberapa vektor yang lebih dari dua
buah. Secara grafis, metode yang digunakan adalah metode poligon, seperti yang telah
disinggung sebelumnya. Akan tetapi, bagaimanakah cara menentukan besar dan arah vektor
resultannya? Salah satu metode yang digunakan adalah metode uraian, seperti yang akan di
bahas pada sub-subbab berikut ini.

1. Menguraikan Vektor Menjadi Vektor Komponennya

Sebuah vektor dapat diuraikan menjadi dua buah vektor yang saling
tegak lurus. Vektor-vektor baru hasil uraian disebut vektor-vektor komponen. Ketika sebuah
vektor telah diuraikan menjadi vektor-vektor komponennya, vektor tersebut dianggap tidak ada
karena telah diwakili oleh vektor-vektor komponennya. Sebagai contoh, ketika Anda
menguraikan sekarung beras 50 kg menjadi dua karung dengan masing-masing 20 kg dan 30 kg,
apakah karung yang berisi 50 kg tetap ada?

Gambar 2.12 memperlihatkan sebuah vektor A yang diuraikan menjadi dua buah vektor
komponen, masing-masing berada pada sumbu-x dan sumbu-y. Ax adalah komponen vektor A
pada sumbu-x dan Ay adalah komponen vektor A pada sumbu-y. Dengan mengingat definisi sin
θ  dan cos θ dari trigonometri, besar setiap komponen vektor A dapat ditulis sebagai berikut.

Sementara itu, dengan menggunakan Dalil Pythagoras diperoleh hubungan

Selanjutnya, hubungan antara Ax dan Ay diberikan oleh

2. Menjumlahkan Vektor Melalui Vektor-Vektor Komponennya


Menjumlahkan sejumlah vektor dapat dilakukan dengan menguraikan setiap vektor menjadi
komponen-komponennya ke sumbu-x dan sumbu-y pada koordinat kartesius. Metode seperti ini
disebut metode uraian. Berikut adalah tahapan-tahapan untuk mencari besar dan arah vektor
resultan dengan metode uraian.
 Buat koordinat kartesius x-y.
 Letakkan titik tangkap semua vektor pada titik asal (0,0). Hati-hati, arah vektor tidak
boleh berubah.
 Uraikan setiap vektor, yang tidak berimpit dengan sumbu-x atau sumbu-y,menjadi
komponen-komponennya pada sumbu-x dan sumbu-y.
 Tentukanlah resultan vektor-vektor komponen pada setiap sumbu,misalnya
∑Rx= resultan vektor-vektor komponen pada sumbu-x.
∑Ry =resultan vektor-vektor komponen pada sumbu-y.
 Besar vektor resultannya

dan arahnya terhadap sumbu-x positif

Contoh Soal:
Uraikan vektor berikut ini atas komponen-komponen terhadap sumbu X dan sumbu Y.
a. F1 = 60 satuan membentuk sudut 45o terhadap sumbu X.
b. F2 = 30 satuan membentuk sudut 135o terhadap sumbu X.
c. F3 = 80 satuan membentuk sudut 270o terhadap sumbu X.

Pembahasan
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita gambarkan dulu vektor-vektor tersebut ke dalam
bidang XY sebagai berikut.
BAB V
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN VEKTOR

Penjumlahan dan Pengurangan Vektor

Pada dasarnya, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan operasi vektor
penjumlahan, yakni metode segitiga untuk penjumlahan dua vektor; metode Jajargenjang untuk
penjumlahan dua vektor; serta metode Poligon untuk penjumlahan dua vektor atau lebih.

Metode Segitiga

Metode segitiga merupakan metode penjumlahan vektor dengan menempatkan pangkal vektor
kedua pada ujung vektor pertama. Hasil penjumlahan vektornya yaitu vektor yang memiliki
pangkal di titik pangkal vektor pertama dan ujung di ujung vektor kedua. Misalkan terdapat dua
vektor A dan B, maka penjumlahan kedua vektor tersebut dengan metode segitiga adalah sebagai
berikut:
Metode Jajargenjang

Metode jajargenjang merupakan metode penjumlahan dua vektor yang ditempatkan pada titik
pangkal yang sama, sehingga hasil kedua vektornya merupakan diagonal jajargenjang. Misalkan,
terdaat dua vektor A dan B, maka penjumlahan kedua vektor tersebut dengan metode
jajargenjang adalah sebagai berikut:

Metode Poligon

Metode poligon merupakan metode penjumlahan dua vektor atau lebih. Metode ini dilakukan
dengan cara menempatkan pangkal vektor kedua pada ujung vektor pertama, kemudian
menempatkan pangkal vektor ketiga di ujung vektor kedua dan seterusnya. Resultan dari
penjumlahan vektor-vektor tersebut adalah vektor yang berpangkal di pangkal vektor pertama
dan berujung di ujung vektor akhir. Misalkan terdapat tiga vektor, A, B dan C, maka
penjumlahan ketiga vektor tersebut dengan metode poligon adalah sebagai berikut:

Hukum Komutatif dan Asosiatif

Penambahan vektor memenuhi kedua hukum, baik hukum komutatif maupun hukum asosiatif.
→ Hukum Komutatif, artinya kita bisa menukar angka dan jawabannya tetap sama
untuk penjumlahan, atau perkalian.

→ Hukum Asosiatif, artinya kita bisa saja mengelompokkan operasi bilangan dengan urutan
berbeda (mis. mana yang akan kita hitung pertama kali).

Operasi pengurangan vektor pada prinsipnya sama dengan operasi penjumlahan vektor, namun
dengan membalik arah vektor pengurangnya. Penting untuk diingat, Pengurangan vektor tidak
mengikuti hukum komutatif A – B ≠ B – APengurangan vektor tidak mengikuti hukum asosiatif
(A – B)- C ≠ A – (B – C)

contoh soal :
BAB VII
GERAK PARABOLA

Gerak Parabola juga dikenal sebagai Gerak Peluru. Dinamakan Gerak parabola karena
lintasannya berbentuk parabola, bukan bergerak lurus. Contoh bentuk gerak ini dapat kita lihat
pada gerakan bola saat dilempar, gerakan pada peluru meriam yang ditembakkan, gerakan pada
benda yang dilemparkan dari pesawat dan gerakan pada seseorang yang melompat maju. Untuk
mempermudah pemahaman kamu, perhatikan gambar lintasan gerak parabola dan komponennya
di bawah ini.

Jika kita memerhatikan gambar diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa gerak parabola
memiliki 3 titik kondisi,
Pada titik A, merupakan titik awal gerak benda. Benda memiliki kecepatan awal .
Pada titik B, benda berada di akhir lintasannya.
Pada titik C, merupakan titik tertinggi benda. Benda berada pada ketinggian maksimal ,
pada titik ini kecepatan vertikal benda besarnya 0 (nol) ( ).
Komponen Gerak pada Gerak Parabola
Gerak Parabola merupakan gabungan dari dua komponen gerak, yakni komponen gerak
horizontal (sumbu x) dan komponen gerak vertikal (sumbu y).
Mari kita bahas kedua komponennya:
- Komponen gerak parabola sisi horizontal (pada sumbu X):
- Komponen gerak horizontal besarnya selalu tetap dalam setiap rentang waktu karena
tidak terdapat percepatan maupun perlambatan pada sumbu x , sehingga:

- Terdapat sudut (θ) antara kecepatan benda (V) dengan komponen gerak horizontal
dalam setiap rentang waktu, sehingga:
- Karena tidak terdapat percepatan maupun perlambatan pada sumbu X, maka untuk
mencari jarak yang ditempuh benda (x) pada selang waktu (t) dapat kita hitung
dengan rumus:
- Komponen gerak parabola sisi vertikal (pada sumbu y):
- Komponen gerak vertikal besarnya selalu berubah dalam setiap rentang waktu karena
benda dipengaruhi percepatan gravitasi (g) pada sumbu y. Jadi kamu harus pahami
bahwa benda mengalami perlambatan akibat gravitasi
- Terdapat sudut [θ] antara kecepatan benda (V) dengan komponen gerak vertical
sehingga:
- Karena dipengaruhi percepatan gravitasi, maka komponen gerak vertikal pada
selang waktu (t) dapat kita cari dengan rumus:
- Kita dapat mencari ketinggian benda (y) pada selang waktu (t) dengan rumus:

- pula persamaan-persamaan untuk menentukan besaran gerak parabola lainnya:


- Apabila tidak diketahui komponen waktu, kita dapat langsung mencari jarak tempuh
benda terjauh ( ), yakni dari titik A hingga ke titik B, dengan menggabungkan kedua
komponen gerak.
Komponen gerak horizontal:
Komponen gerak vertikal:

- Dengan mensubstitusikan kedua persamaan diatas, kita mendapatkan persamaan:

- Kita dapat pula langsung menghitung ketinggian benda maksimum dengan


persamaan:
- Selain itu, dengan dengan menggunakan teorema Pythagoras kita dapat mencari
kecepatan benda jika kedua komponen lainnya diketahui.
- Jika diketahui kedua komponen kecepatan, kita juga dapat mengetahui besarnya sudut
θ yang dibentuk, yaitu:

Contoh Soal
Diketahui suatu peluru ditembakkan sehingga jarak tembaknya sama dengan tiga kali tinggi
maksimum dan membentuk sudut θ. Tentukan besar tanθ.
Jawab:

BAB VIII
GERAK MELINGKAR DAN SATUANNYA

Gerak Melingkar adalah gerak suatu objek yang lintasannya berupa lingkaran mengelilingi
suatu titik tetap. Contohnya dapat kamu lihat pada gerakan Bulan mengelilingi Bumi dan
gerakan berputar bola yang tergantung pada tali.
Agar kamu memahami materi ini dengan baik, kamu harus memahami terlebih dahulu:
Frekuensi dan Periode
Pada gerak melingkar sering disebutkan istilah frekuensi dan periode. Frekuensi ( ) adalah
banyaknya putaran yang dilakukan objek dalam satu detik. Periode ( ) adalah waktu yang
dibutuhkan objek untuk menyelesaikan satu putaran penuh. Berikut rumus persamaannya:

Dimana:
 = banyak putaran
 = waktu (s)
1 putaran =   rad (radian)
1 rpm (rotasi per menit) =  .
Periode dan frekuensi dihubungkan dengan persamaan:

Dimana:
 = periode (s)
 = frekuensi (Hz)
Kecepatan dan Percepatan Gerak Melingkar
Pada gerak melingkar terdapat hal penting yang harus kamu perhatikan, yaitu semua persamaan
kecepatan dan percepatan selalu menggunakan persamaan kecepatan sudut dan percepatan sudut.
Perhatikan gambar lintasan di bawah ini.

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Kecepatan ( ) merupakan kecepatan linier atau kecepatan yang biasa kamu jumpai dalam gerak
lurus. Kecepatan sudut atau disebut omega ( ) dan kecepatan linear ( ) dihubungkan dengan
persamaan:

Dimana:
 = kecepatan linear (m/s)
 = jari-jari lintasan (m)
Nilai kecepatan sudut dapat dicari jika diketahui frekuensi ataupun periodenya. Untuk mencari
nilai kecepatan sudut ( ) dipakai rumus:

atau

Dimana:
 = kecepatan sudut (rad/s)
 = 22/7 atau 3,14
Pada gerak melingkar, terdapat suatu percepatan pada objek yang mengarah ke pusat titik
lintasan yang dinamakan percepatan sentripetal. Percepatan sentripetal [latex]a_s[/latex] arahnya
tegak lurus dengan arah kecepatan linear. Perhatikan gambar dibawah.

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Persamaan percepatan sentripetal yakni:

Dimana:
 = percepatan sudut (m/s2)
Percepatan sentripetal ( ) menyebabkan timbulnya gaya sentripetal ( ) yang juga mengarah ke
pusat titik lintasan. Gaya sentripetal harus ada agar objek tetap bergerak dalam lintasannya
(lingkaran). Perhatikan gambar dibawah.

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Persamaan gaya sentripetal yakni:
Dimana:
 = gaya sentripetal (N)
 = massa benda (m)
Jika sebuah benda digerakkan melingkar secara vertikal, maka komponen gaya-gayanya dapat
dilihat pada gambar dibawah.

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Kamu dapat langsung mencari nilai kecepatan linier benda dengan persamaan:

Pada kasus gerak melingkar sebuah mobil yang berbelok dengan lintasan melingkar, kamu dapat
langsung mencari kecepatan liniernya dengan persamaan diatas juga.

[Sumber: Douglas C. Giancoli, 2005]


Jika lintasannya memiliki kemiringan sebesar   seperti pada gambar diatas, maka dimasukkan
pula kemiringan sudutnya sehingga persamaan kecepatan liniernya menjadi:

Contoh Soal Gerak Melingkar


Sebuah benda bermassa 1 kg bergerak dengan laju tetap 10 m/s. Jika pada partikel tersebut
bekerja gaya 100 N yang arahnya selalu menuju satu titik, tentukanlah lintasan dari partikel
tersebut
Solusi Soal:

Kamu pasti sudah tahu bahwa jika benda diberikan suatu gaya yang menuju selalu ke satu titik
maka kemungkinan besar benda akan mengalami gerak melingkar, contohnya seperti revolusi
bulan ke bumi. Oleh karena itu, gaya yang diberikan pada benda berarti sebuah gaya sentripetal
dan benda mengalami percepatan sentripetal. Untuk membuktikannya kita tentukan jari-jari
lintasannya dengan persamaan gaya semtripetal.
Percepatan sentripetal benda sebesar:

Jika diketahui kecepatan liniernya, maka dapat dicari jari-jari lintasannya dengan rumus:
Jadi, benda tersebut mengalami gerak melingkar dengan jari-jari lintasan sebesar 1 m.

Anda mungkin juga menyukai