Anda di halaman 1dari 217

POLA PENGELOLAAN

SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI


TAHUN 2012
CIDANAU - CIUJUNG - CIDURIAN -
CISADANE- CILIWUNG - CITARUM
POLA


PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
WILAYAH SUNGAI CIDANAU-
CIUJUNG-CIDURIAN-CISADANE-
CILIWUNG-CITARUM













TAHUN 2012



halamaniii
DAFTAR ISI

Halaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola 4
1.2.1 Maksud 4
1.2.2 Tujuan 4
1.2.3 Sasaran 4
1.2.4 Visi dan Misi 5
1.3 Isu-Isu Strategis 5
1.3.1 Isu Strategis Nasional 5
1.3.1.1 Target Penyediaan Air Bersih 5
1.3.1.2 Ketahanan Pangan 6
1.3.1.3 Ketersediaan Energi 6
1.3.1.4 Perubahan Iklim Global 7
1.3.1.5 Ketahanan Air (Water Security) 7
1.3.2 Isu Strategis Lokal/Regional 8
2 BAB II Kondisi pada Wilayah Sungai 11
2.1 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber Daya Air dan
Peraturan Lainnya yang Terkait 11
2.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air atau Kebijakan
Pembangunan Provinsi atau Kabupaten/Kota 13
2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air 13
2.2.2 Kebijakan Nasional Penataan Ruang 14
2.2.3 Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air 16
2.3 Inventarisasi Data 16
2.3.1 Data Umum 16
2.3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah 17
2.3.1.2 Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Angka 21
2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 21
2.3.1.4 Digital Elevation Model (DEM) 22
2.3.1.5 Laporan Hasil Studi, Kajian Teknis, Perencanaan Terkait
Sumber Daya Air 23
2.3.2 Data Sumber Daya Air 24
2.3.2.1 Iklim 24
2.3.2.2 Air Permukaan (hujan, debit, tampungan air) 24
2.3.2.3 Air Tanah 31
2.3.2.4 Sedimentasi Sungai 34
2.3.2.5 Erosi Lahan 34
2.3.2.6 Muka Air Pasang Surut 35
2.3.2.7 Kualitas Air 37
2.3.2.8 Prasarana/Infrastruktur 37
2.3.3 Data Kebutuhan Air 40
2.3.3.1 RKI (Air Minum, Industri, Perkotaan dan Pariwisata) 40
2.3.3.2 Irigasi 41
2.3.3.3 Penggelontoran 42
2.3.3.4 Ketenagaan 42
2.3.3.5 Perikanan 43

halamaniv
2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan 46
2.4.1 Ditinjau dari Hasil Rumusan PKM 46
2.4.2 Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Air 47
2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 52
2.5.1 Potensi Konservasi Sumber Daya Air 52
2.5.1.1 Konservasi Lahan Kritis 52
2.5.1.2 Koordinasi dan Sinergi Program 53
2.5.1.3 Prokasih, Proper dan Superkasih 54
2.5.1.4 Program dan Renstra Provinsi tentang Kualitas Air 56
2.5.1.5 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan Kelas
dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Ciliwung 58
2.5.1.6 Pengaturan dan Pembatasan Pengambilan Air Tanah 58
2.5.2 Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Air 61
2.5.2.1 Skematisasi Model Alokasi Air 61
2.5.2.2 Peningkatan Potensi Sumber Daya Air 61
2.5.2.3 Peningkatan Potensi Saluran Pembawa Air 68
2.5.2.4 Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi
Kebutuhan 69
2.5.3 Potensi Pengendalian Daya Rusak Air 70
2.5.3.1 Penanganan Banjir 70
2.5.3.2 Penanganan Krisis Air/Kekeringan 71
2.5.3.3 Penanganan Kerusakan Pantai 71
2.5.3.4 Penanganan Bencana Tsunami 72
2.5.3.5 Penanganan Bencana Longsor 72
2.5.4 Potensi Sistem Informasi Sumber Daya Air 73
2.5.4.1 Integrasi Sistem Informasi 73
2.5.4.2 Sistem Pendukung Keputusan - Ribasim 73
2.5.5 Potensi Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan
Dunia Usaha 74
2.5.5.1 Kemitraan Desalinasi (PT Jaya Ancol) 74
2.5.5.2 Air Baku kota Cilegon (PT Krakatau Tirta Industri,
Kawasan Industri Krakatau, Cilegon) 74
2.5.5.3 Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air 75
2.5.5.4 BLU dan IJL 75
2.5.6 Potensi Penataan Ruang 76
2.5.6.1 Zonasi 76
2.5.6.2 Java Spatial Model 77
2.5.6.3 Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan 78
3 BAB III ANALISIS DATA 79
3.1 Asumsi, Kriteria, dan Standar yang digunakan 79
3.1.1 Asumsi 79
3.1.2 Kriteria 82
3.1.3 Standar 86
3.1.4 Analisis 87
3.1.4.1 Analisis Konservasi Sumber Daya Air 87
3.1.4.2 Analisis Pendayagunaan Sumber Daya Air 100
3.1.4.3 Analisis Pengendalian Daya Rusak Air 114
3.1.4.4 Analisis Sistem Informasi Sumber Daya Air 126
3.1.4.5 Analisis Pemberdayaan dan Peningkatan Peran
Masyarakat dan Dunia Usaha 127
3.1.4.6 Analisis Perencanaan dan Penataan Ruang 129

halamanv
3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim pada
Wilayah Sungai 133
3.2.1 Skenario 133
3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air 138
4 BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR141


halamanvi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Cakupan WS 6 Ci Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota* 2
Tabel 2.1. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci 27
Tabel 2.2. Perkiraan Pengambilan Air Tanah Dalam di WS 6 Ci 32
Tabel 2.3. Lahan Kritis di WS 6 Ci 35
Tabel 2.4. Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Pemantauan Rutin 37
Tabel 2.5. Waduk yang Sudah Ada di WS 6 Ci 37
Tabel 2.6. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 42
Tabel 2.7. Data Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Djuanda
(Jatiluhur) 43
Tabel 2.8. Luas Tambak di WS 6 Ci 44
Tabel 2.9. Persandingan Masalah di masing-masing WS 6 Ci 48
Tabel 2.10. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air dan Institusi Pengelola 54
Tabel 2.11. Potensi Waduk 6 Ci 63
Tabel 2.12. Pemangku Kepentingan dan Anggota Wadah Koordinasi TKPSDA
WS 6 Ci 75
Tabel 3.1. Kriteria Kinerja DAS 82
Tabel 3.2. Kriteria Keragaan DAS 83
Tabel 3.3. Tingkatan pengelolaan kultur teknis 84
Tabel 3.4. Praktek pengelolaan mekanik 84
Tabel 3.5. Standar dan Kriteria Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air
Permukaan dan Debit Banjir 85
Tabel 3.6. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Storet 85
Tabel 3.7. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Indeks Pencemaran
(IP) 85
Tabel 3.8. Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik 86
Tabel 3.9. Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan 86
Tabel 3.10. Kategori Perikanan dan Persyaratan Flushing rate dan Salinitas 87
Tabel 3.11. Perubahan luas dan total erosi untuk tingkat erosi berat-sangat
berat 90
Tabel 3.12. Kualitas logam berat di titik pengamatan Nanjung - inlet waduk
Saguling (2000-2010) 96
Tabel 3.13. Kadar logam berat di titik 6 muara Sungai Citarum di waduk
Cirata (2007-2010) 98
Tabel 3.14. Kadar besi dan mangan di inlet dan outlet waduk Jatiluhur (2002
2008) 99
Tabel 3.15. Kadar logam berat (besi, mangan dan seng) di waduk Jatiluhur
(2009-2010) 99
Tabel 3.16. Kebutuhan Air RKI di WS 6 Ci (termasuk kebutuhan untuk
pariwisata) 101
Tabel 3.17. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 102
Tabel 3.18. Kebutuhan Air untuk Penggelontoran 102
Tabel 3.19. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci 102
Tabel 3.20. Kekurangan Air Irigasi dan RKI Pada Water District (WD) 123
Tabel 3.21. Skenario Berdasarkan Tatakelola Pemerintahan dan
Pertumbuhan Ekonomi 133
Tabel 3.22. Hubungan Skenario, Asumsi dan Strategi 138

halamanvii
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (3
Ci) pada Skenario 1,2,3,4 142
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (2
Ci) pada Skenario 1,2,3,4 156
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (1
Ci) pada Skenario 1,2,3,4 172



halamanviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Peta WS 6 Ci 3
Gambar 2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah di WS 6 Ci 19
Gambar 2.2. Kondisi Tata Guna Lahan di WS 6 Ci pada tahun 2009 20
Gambar 2.3. Distribusi Kepadatan Penduduk di WS 6 Ci berdasarkan Podes
2008 dan Sensus 2010 21
Gambar 2.4. Distribusi Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan
Usaha 2008 22
Gambar 2.5. Peta Topografi WS 6 Ci 25
Gambar 2.6. Curah Hujan Tahunan di WS 6 Ci 26
Gambar 2.7. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci 27
Gambar 2.8. Peta Situ di WS 6 Ci 29
Gambar 2.9. Peta Situ di Wilayah Cisadane-Ciliwung 30
Gambar 2.10. Potensi Air Tanah di WS 6 Ci 31
Gambar 2.11. Peta Cekungan Air Tanah di WS 6 Ci 33
Gambar 2.12. Peta Lokasi Lahan Kritis di WS 6 Ci 36
Gambar 2.13. Peta Kualitas Air 39
Gambar 2.14. Kebutuhan Air untuk Keperluan RKI di WS 6 Ci (m3/detik) 41
Gambar 2.15. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci (2010) 42
Gambar 2.16. Kebutuhan Air untuk Tambak di WS 6 Ci 44
Gambar 2.17. Peta Lokasi Tambak di WS 6 Ci 45
Gambar 2.18. Peta Konservasi Air Tanah untuk CAT Bandung-Soreang 60
Gambar 2.19. Peta Skematisasi Model Alokasi Air WS 6 Ci 65
Gambar 2.20. Peta Water District 66
Gambar 2.21. Daerah Potensial untuk Pengembangan Waduk 67
Gambar 3.1.Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 80
Gambar 3.2. Pertumbuhan GDP Indonesia 80
Gambar 3.3. Pertumbuhan Penduduk Indonesia 81
Gambar 3.4. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Citarum Hulu 88
Gambar 3.5. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Ciliwung Hulu (Katulampa) 88
Gambar 3.6. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Cidurian-Cikande 89
Gambar 3.7. Perubahan perentase areal setiap tingkatan erosi pada tiga
kondisi pengelolaan di WS 6 Ci 89
Gambar 3.8. Tingkatan erosi (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan jelek di
WS 6 Ci 91
Gambar 3.9. Tingkatan erosi berat (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan
baik di WS 6 Ci 92
Gambar 3.10. Peta Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL)
di WS 6 Ci 93
Gambar 3.11. Hasil Simulasi Sedimentasi Daerah Tangkapan Air Saguling 94
Gambar 3.12. Peta Potensi Erosi di Wilayah Hulu Waduk Saguling dengan
Pengelolaan Jelek 95
Gambar 3.13. Fluktuasi kadar dan trend logam berat di titik Nanjung (Inlet
waduk Saguling) 97
Gambar 3.14. Fluktuasi dan trend kadar logam berat di waduk Cirata (titik 6)98

halamanix
Gambar 3.15. Fluktuasi Kadar besi dan mangan di waduk Jatiluhur (2002-
2008) 100
Gambar 3.16. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 101
Gambar 3.17. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci 103
Gambar 3.18. Neraca Air untuk WS 6 Ci Tahun 2010 103
Gambar 3.19. Neraca Air untuk 3 Ci Tahun 2010 104
Gambar 3.20. Neraca Air untuk 2 Ci Tahun 2010 104
Gambar 3.21. Neraca Air untuk 1 Ci Tahun 2010 105
Gambar 3.22. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS 6 Ci Tahun
2030 106
Gambar 3.23. Tingkat Kebutuhan Air Irigasi dan RKI di WS 6 Ci (2010-2030)106
Gambar 3.24. Skema WS 6 Ci 108
Gambar 3.25. Kebutuhan Air 2010 109
Gambar 3.26. Skema Strategi A Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 1110
Gambar 3.27. Skema Strategi B Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 2111
Gambar 3.28. Skema Strategi C Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 3112
Gambar 3.29. Skema Strategi D Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 4113
Gambar 3.30. Hubungan dan Hierarki Pengelolaan Bencana Banjir 115
Gambar 3.31. Peta Kawasan Rawan Banjir 116
Gambar 3.32. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2010 119
Gambar 3.33. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030 120
Gambar 3.34. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2010 121
Gambar 3.35. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2030 122
Gambar 3.36. Peta Kawasan Rawan Bencana di WS 6 Ci 125
Gambar 3.37. Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia (1994 2004) 132
Gambar 3.38. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci
Skenario 1 134
Gambar 3.39. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci
Skenario 2 135
Gambar 3.40. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci
Skenario 3 136
Gambar 3.41. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci
Skenario 4 137




halamanx
KOSA KATA


WS 6 Ci terdiri dari 3 (tiga) wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai yaitu
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian (Provinsi Banten dan Provinsi Jawa
Barat), BBWS Cisadane-Ciliwung (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi
Jawa Barat dan Provinsi Banten), dan BBWS Citarum (Provinsi Jawa
Barat)
1 Ci Wilayah Kerja BBWS Citarum
2 Ci Wilayah Kerja BBWS Ciliwung-Cisadane
3 Ci Wilayah Kerja BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian
ADHB Atas Dasar Harga Berlaku
ADHK Atas Dasar Harga Konstan
AK Agak Kritis
AKNOP Analisa Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ARL Automatic Rainfall Logger
AWLL Automatic Water Level Logger
B3 Bahan Berbahaya dan Beracun
BBWS Balai Besar Wilayah Sungai
BKT Banjir Kanal Timur
BLU Badan Layanan Umum (PSO)
BNA Basic Need Approach
BOD Biological Oxygen Demand
Bopunjur Bogor, Puncak, Cianjur
BPDAS Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai
BPLHD Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
BPS Biro Pusat Statistik
BPSDA Balai Pengelola Sumber Daya Air
BT Bujur Timur
BTA Bilateral Technical Assistance
BUMD Badan Usaha Milik Daerah
BUMN Badan Usaha Milik Negara
BWRMP Basin Water Resources Management Plan
CAT Cekungan Air Tanah
CBL Cikarang Bekasi Laut
COD Chemical Oxygen Demand
CSR Corporate Social Responsibility
DAS Daerah Aliran Sungai
DEM Digital Elevation Model
DI Daerah Irigasi
DIY Daerah Istimewa Yogyakarta
DKI Daerah Khusus Ibukota (Jakarta)
DPL Diatas Permukaan Laut
DPP Daerah Pengembangan Pemukiman
DO Dissolved Oxygen
DSS Decision Support System
EPCM Environmental Pollution Control Manager
ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

halamanxi
FGD Focus Group Discussion
FKDC Forum Komunikasi DAS Cidanau
GAP Good Agriculture Practice
GCM Global Circulation Mode
Gerhan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
GNKPA Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air
GP3A Gabungan Persatuaan Petani Pemakai Air
Ha Hektar
ICWRM Integrated Community Water Resources Management
IJL Imbal Jasa Lingkungan
IKK Ibu Kota Kecamatan
IP Indeks Pencemaran
IP Indeks Pertanaman
ITB Institut Teknologi Bandung
P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air
IPA Instalasi Pengolahan Air
IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah (WWTP)
IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change
IWRM Integrated Water Resource Management
Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi
Jabodetabekpunjur Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak,
Cianjur
JSM Java Spatial Model
JWRMS Jabodetabek Water Resource Management Study
K Kritis
KDB Koefisien Dasar Bangunan
Komir Komisi Irigasi
KPTS Keputusan
KR Koefisien Ragam
KRS Koefisien Rejim Sungai
KSN Kawasan Strategis Nasional
KTI Krakatau Tirta Industri
LMV Long Maturing Variety
LS Lintang Selatan
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK Mandi, Cuci, Kakus
MDG Millennium Development Goal
MOU Memorandum of Understanding
MRT (1) Mass Rapid Transport
MRT (2) Matrik Rencana Teknik
MW Mega Watt
OP Operasi dan Pemeliharaan
P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air
PAI Pengelolaan Aset Irigasi
PAM Perusahaan Air Minum
PBB Pajak Bumi dan Bangunan
PDA Pos Duga Air
PDAM Perusahaan Daerah Air Minum
PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto
PES Payment for Environmental Services (IJL)

halamanxii
Perda Peraturan Daerah
PERUM Perusahaan Umum
PERHUTANI Perusahaan Hutan Negara Indonesia
PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
PJT Perum Jasa Tirta
PKM Pertemuan Konsultasi Masyarakat
PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air
PMD Pemberdayaan Masyarakat Desa
PODES Potensi Desa (Data)
ppb part per billion
Prokasih Program Kali Bersih
Proper Program Penilaian Kinerja Perusahaan
PRT Peraturan
PSDA Pengelolaan Sumber Daya Air
PTPN Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara
Purwasuka Purwakarta-Subang-Karawang
Puslitbang Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pusdata Pusat Data
Raperpres Rancangan Peraturan Presiden
Renstra Rencana Strategis
RHL Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Ribasim River Basin Simulation Model
RKI Rumahtangga, Perkotaan dan Industri
RLPS Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPP Rancangan Peraturan Pemerintah
RPRHL Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
RTR Rencana Tata Ruang
RTH Ruang Terbuka Hijau
RTkRHL Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan
RTn RHL Rencana Tahunan RHL
RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
SDR Sediment Delivery Ratio
SISDA Sistem Informasi Sumber Daya Air
SK Surat Keputusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMV Short Maturing Variety
SOP Standard Operation Procedure
Sosekbud Sosial Ekonomi Budaya
SPKTPA Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air
SPM Standar Pelayanan Minimal
SRI System of Rice Intensification
Superkasih Surat Pernyataan Kali Bersih
SWP-DAS Satuan Wilayah Pengelolaan DAS
TKPSDA Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan
Lingkungan
USLE Universal Soil Loss Equation
UTM Universal Transverse Mercator

halamanxiii
WD Water District (Distrik Air)
WGS World Geodetic System
WHO World Health Organization
WRDC Water Resource Data Center (Pusdata)
WS Wilayah Sungai
WTC West Tarum Canal (Kanal Tarum Barat)
WTP Water Treatment Plant (IPA)
WWTP Wastewater Treatment Plant (IPAL)



halaman 1
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11
A/PRT/M/2006, ditetapkan bahwa Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-
Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (WS 6 Ci) merupakan Wilayah Sungai
Lintas Provinsi yang pengelolaannya ditangani oleh Pusat. WS 6 Ci terdiri dari
3 (tiga) wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai sesuai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan
Direktorat Jenderal Bina Marga, yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian,
BBWS Cisadane-Ciliwung, dan BBWS Citarum. Ketiga wilayah tersebut
selanjutnya disebut sebagai 3 Ci (Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat), 2
Ci (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten) dan 1 Ci
(Provinsi Jawa Barat). WS 6 Ci berdasarkan wilayah administrasi meliputi 14
Kabupaten dan 14 Kota terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi
Banten, 5 Kota di Provinsi DKI Jakarta, dan 10 Kabupaten dan 5 Kota di
Provinsi Jawa Barat dengan luas total 20.718 km
2
(3 Ci seluas 412.518 ha,
untuk 2 Ci seluas 526.935 ha, dan 1 Ci seluas 1.132.334 ha). Peta lokasi WS 6
Ci dapat dilihat pada Gambar 1.1, dan cakupan kota/kabupaten pada
masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) disajikan dalam Tabel 1.1.

Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat untuk berbagai
keperluan, diperlukan suatu kerangka dasar pengelolaan sumber daya air
terpadu antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai pihak yang terkait
dengan sumber daya air, yaitu berupa Pola Pengelolaan Sumber Daya Air.
Pola berbasis wilayah sungai tersebut menentukan langkah dan tindakan yang
harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan
mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air,
melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan.


halaman 2
Tabel 1.1. Cakupan WS 6 Ci Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota*
Wilayah
Banten DKI Jakarta Jawa Barat
Kabupaten Kota Kabupaten Kota Kabupaten Kota
3 Ci Tangerang
Pandeglang
Serang
Lebak
Serang
Cilegon
Bogor
2 Ci Tangerang Tangerang
Selatan
Tangerang
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Utara
Bogor
Bekasi
Bogor
Depok
Bekasi
1 Ci Cianjur
Bandung
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Bandung Barat
Bandung
Bekasi
Cimahi
* beberapa kota/kabupaten masuk dalam lebih dari satu wilayah sungai

Penyusunan Pola ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis & Tatacara Penyusunan Pola
Pengelolaan Sumber Daya Air. Proses penetapan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air didasarkan pada tingkat kewenangannya, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai.
Sesuai tingkat kewenangannya, Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk WS
6 Ci ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

halaman 3

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 1.1. Peta WS 6 Ci


halaman 4
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola
1.2.1 Maksud
Maksud dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah
memberikan arah pengelolaan sumber daya air yang ada di WS 6 Ci dengan
prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta keseimbangan
antara upaya konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air,
sehingga dapat menjamin terselenggaranya Pengelolaan Sumber Daya Air secara
terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu
(sampai tahun 2030).

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah
terwujudnya kelestarian sumber daya air, pemanfaatan dan pendayagunaan
sumber daya air yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daya dukung lingkungan dan mengurangi daya rusak air serta
sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang
berkelanjutan.

1.2.3 Sasaran
Sasaran Pola adalah sebagai pedoman yang mengikat bagi Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan di WS memberikan arahan penyelenggaraan:
Konservasi sumber daya air terpadu di WS 6 Ci,
Pendayagunaan sumber daya air di WS 6 Ci dengan mempertimbangkan
kebijakan daerah, termasuk arahan zonasi dalam penataan ruang,
Pengendalian daya rusak air di WS 6 Ci,
Sistem informasi sumber daya air di WS 6 Ci,
Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan sumber daya air di WS 6 Ci.

Sasaran untuk masing-masing aspek dijelaskan lebih lanjut dalam
pembahasan.


halaman 5
1.2.4 Visi dan Misi
Visi dan Misi dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci
adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya air di WS 6 Ci secara adil,
menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, untuk mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan dengan mendorong peran
masyarakat dan dunia usaha.

Menyelenggarakan konservasi sumber daya air secara terpadu dan
berkelanjutan dalam rangka menjaga kelangsungan keberadaan daya
dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air;
Mendayagunakan sumber daya air secara adil dan merata melalui kegiatan
penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan
sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air
WS 6 Ci yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum;
Mengendalikan daya rusak air yang dilakukan secara menyeluruh mencakup
upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan;
Menyelenggarakan pengelolaan sistem infomasi sumber daya air secara
terpadu, berkelanjutan dan mudah diakses oleh masyarakat;
Menyelenggarakan pemberdayaan para pemangku kepentingan sumber daya
air secara terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja sumber
daya air.

1.3 Isu-Isu Strategis
1.3.1 Isu Strategis Nasional
1.3.1.1 Target Penyediaan Air Bersih
Sesuai dengan target sasaran MDG untuk penyediaan air minum pada tahun
2015 (tingkat nasional) cakupan pelayanan air perpipaan di perkotaan adalah
69%, sedang di perdesaan 54%. Tahun 2006 pelayanan air perpipaan di WS 6
Ci adalah antara 16% sampai dengan 35% di masing-masing kota. Target
penyediaan air perpipaan tersebut perlu didukung oleh penyediaan air baku,
yang dapat dialokasikan dari sungai dan waduk yang ada atau yang akan
dibangun di WS 6 Ci.

Selain dari PDAM, penyediaan air bersih masih memerlukan investasi yang
lebih besar. PT KTI di Cilegon adalah contoh swasta yang melakukan investasi
dalam pelayanan air bersih untuk RKI di kawasan industri dan kota Cilegon.

halaman 6

1.3.1.2 Ketahanan Pangan
Indonesia perlu memenuhi produksi pangan sesuai RPJM, karena dalam
situasi dunia yang tidak menentu tidak bisa menjamin impor beras dan
pangan lain tiap tahun. Produksi beras di WS 6 Ci cukup besar dengan
7.925.646 ton pada tahun 2008, atau sebesar 24.50% total produksi Jawa
(32.346.997 ton) dan 13,14 % dari produksi total Indonesia (60.325.925 ton).
Namun demikian produksi ini akan turun kalau tidak ada kebijakan yang
khusus untuk mendukung produksi tanaman pangan.

Masalah yang dihadapi petani tanaman pangan di WS 6 Ci, di antaranya
adalah skala usaha yang relatif kecil, minimnya modal usaha, tingginya biaya
input pertanian, tingginya ketidakpastian harga produk, rendahnya akses
kredit pertanian, serta menurunnya kualitas lingkungan dan
ketidaksempurnaan (mekanisme) pasar. Selain itu, perbedaan potensi
produksi pangan dan pola panen raya yang diikuti masa paceklik,
mengakibatkan distribusi pangan tidak merata di setiap tempat dan setiap
waktu. Hal tersebut menciptakan potensi kerawanan pangan dan jatuhnya
harga produk pangan di tingkat petani/produsen.

Selain hal di atas, perkembangan industri di Jawa (termasuk di WS 6 Ci)
cukup pesat, dimana terjadi alih fungsi lahan untuk perluasan perkotaan dan
lokasi industri dengan menggunakan areal yang semula merupakan lahan
pertanian. Pengurangan luas lahan pertanian terutama di lokasi sawah subur
beririgasi teknis yang sulit untuk diimbangi dengan pengembangan lahan
sawah baru di luar Jawa. Selain itu, berkurangnya debit air untuk irigasi pada
musim kemarau telah mengurangi hasil panen padi musim tanam berikutnya.
Hal tersebut berdampak terhadap melemahnya ketahanan pangan. Begitu juga
halnya dengan masalah banjir yang terjadi di WS 6 Ci yang juga berpengaruh
terhadap menurunnya produksi pangan di wilayah ini.

1.3.1.3 Ketersediaan Energi
Kebutuhan energi seperti energi listrik mengalami peningkatan setiap
tahunnya, tetapi pembangkit listrik tenaga air masih terbatas. Pembangunan
PLTA dengan membangun bendungan memerlukan biaya investasi yang sangat
besar, sementara listrik mikro-hidro belum diusahakan secara intensif.


halaman 7
Pada Sungai Citarum terdapat 3 (tiga) bendungan secara kaskade, masing-
masing dimanfaatkan untuk PLTA, yaitu Bendungan Saguling (750 MW),
Bendungan Cirata (1.000 MW), dan Bendungan Jatiluhur (187,5 MW). Selain
Sungai Citarum, sungai lainnya sampai saat ini belum dimanfaatkan. Pada
rencana pembangunan Bendungan Karian, Bendungan Sindang Heula, dan
rencana bendungan kecil lainnya di Sungai Citarum juga tidak direncanakan
untuk pembangkit tenaga listrik, melainkan hanya untuk air baku RKI dan
irigasi. Mengingat peningkatan kebutuhan tenaga listrik yang cukup besar,
maka perencanaan pembangunan bendungan yang akan datang perlu juga
memperhitungkan manfaat tenaga listrik. Bahkan pada rencana Bendungan
Karian masih dapat ditambahkan manfaat pembangkit mini-hidro dengan
memanfaatkan air yang keluar dari bendungan ke arah sungai Ciberang
sebesar 5,5 m
3
/det.

1.3.1.4 Perubahan Iklim Global
Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekwensi,
maupun intensitas kejadian cuaca ekstrem. Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan
terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti
peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air
laut, perubahan pola angin, mempengaruhi masa reproduksi hewan dan
tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama
dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di
daerah dengan garis lintang yang tinggi, lokasi yang tinggi, serta ekosistem
pantai. Belum ada pembuktian ada gejala perubahan iklim di WS 6 Ci.

1.3.1.5 Ketahanan Air (Water Security)
Dalam konsep IWRM ketahanan air mencakup perlindungan terhadap sistem
sumber daya air yang rentan, termasuk pelayanan air, perlindungan terhadap
daya rusak air (banjir dan kekeringan), dan terkait dengan pembangunan
berkelanjutan sumber daya air dan menjamin akses terhadap fungsi dan
pelayanan air.

Contoh isu ketahanan air di WS 6 Ci adalah di Kota Jakarta saat ini hanya
memiliki ketahanan air sebesar 2,2% (Kali Krukut = 0.4 m
3
/detik) dari total
kebutuhan, sehingga perlu pasokan dari luar sebesar 16 m
3
/detik dari Saluran
Tarum Barat dan 3 m
3
/detik dari Sungai Cisadane. Akibat kesenjangan ini

halaman 8
timbul konflik kepentingan. Benturan kepentingan ini bukan hanya antar
penduduk (petani dan PDAM, penduduk hulu-hilir), tetapi juga antar
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota atau Provinsi.

1.3.2 Isu Strategis Lokal/Regional
Isu-isu strategis di WS 6 Ci yang dibahas dalam bagian ini bersifat umum,
penjabaran lebih lanjut per wilayah terperinci dalam identifikasi permasalahan
(Sub Bab 2.6) dan kebijakan operasional (Bab 4). Identifikasi isu-isu strategis
lokal mengikuti arahan pengelolaan sumber daya air yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu:
(1) Konservasi Sumber Daya Air,
(2) Pendayagunaan Sumber Daya Air,
(3) Pengendalian Daya Rusak Air,
(4) Sistem Informasi Sumber Daya Air,
(5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
(termasuk peran Institusi yang mengelola sumber daya air), dan
(6) Integrasi Kebutuhan untuk Penataan Sumber Daya Air dengan Penataan
Ruang.

1) Konservasi Sumber Daya Air
Beberapa isu utama yang terkait dengan konservasi sumber daya air yang
ditemui di WS 6 Ci antara lain:
- Tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun;
- Pertambahan lahan kritis dan kerusakan DAS;
- Pencemaran air akibat pembuangan limbah peternakan, domestik dan
industri (terutama kandungan logam berat);
- Kerusakan hutan bakau dan erosi pantai.

2) Pendayagunaan Sumber Daya Air
Beberapa isu utama yang terkait dengan pendayagunaan sumber daya air yang
ditemui di WS 6 Ci antara lain:
- Peningkatan kebutuhan air RKI (seiring dengan pertumbuhan penduduk dan
perkotaan);
- Cakupan pelayanan PDAM masih rendah (dibandingkan dengan target
sasaran MDG);

halaman 9
- Keterbatasan penyediaan air baku permukaan untuk Metropolitan
Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung;
- Potensi listrik tenaga air belum dimanfaatkan secara optimal;
- Jaringan irigasi teknis terbatas, banyak yang rusak, dan pelaksanaan OP
rendah;
- Alat ukur debit dan pintu air banyak yang rusak;
- Pengelolaan aset (irigasi) belum berjalan baik;

3) Pengendalian Daya Rusak Air
Beberapa isu utama yang terkait dengan pengendalian daya rusak air yang
ditemui di WS 6 Ci antara lain:
- Penebangan hutan serta tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun;
- Perambahan daerah bantaran/sempadan sungai;
- Pembangunan perumahan di dataran banjir;
- Pembuangan sampah ke sungai dan saluran drainase;
- Pendangkalan/sedimentasi alur sungai, saluran drainase;
- Penurunan muka tanah, pasang tinggi air laut;
- Tanggul laut di pesisir kota;
- Bahaya tanah/tebing longsor;
- Kejadian kekurangan air di beberapa lokasi.

4) Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA)
Beberapa isu utama yang terkait dengan SISDA yang ditemui di WS 6 Ci antara
lain:
- Basis data pada jaringan informasi SISDA dalam WS belum terintegrasi;
- Sebagian SOP untuk pemuktahiran SISDA, pemantauan dan evaluasi sudah
disusun, namun pelaksanaan belum optimal, masih perlu dilengkapi;
- SISDA belum digunakan sebagai alat dalam perencanaan dan anggaran.

5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
Beberapa isu utama yang terkait dengan pemberdayaan dan peningkatan peran
masyarakat dan dunia usaha yang ditemui di WS 6 Ci antara lain:
- Kinerja institusi yang bertanggungjawab untuk pengelolaan sumber daya air
masih kurang, dan ada tumpang tindih serta kekosongan dalam pembagian
peran dan tangung jawab;
- Pemangku kepentingan belum aktif berperan, sehingga masih memerlukan
dukungan Pemerintah;

halaman 10
- Potensi peran masyarakat dan peran perempuan dalam pengelolaan sumber
daya air perlu diperkuat.

6) Penataan Ruang
Selain kelima aspek pengelolaan sumber daya air di atas, ditemui juga isu
terkait dengan penataan ruang di WS 6 Ci antara lain berkembangnya
permukiman dan kegiatan usaha non pertanian pada:
- Alih fungsi lahan pertanian (untuk perkotaan, industri).
- Kawasan yang berfungsi sebagai badan air dan daerah resapan (cekungan,
rawa, dan situ);
- Kawasan pertanian (khususnya persawahan) yang beririgasi teknis terutama
pada kawasan metropolitan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan
Metropolitan Bandung;
- Sepanjang sempadan sungai, sepanjang bantaran kanan-kiri sungai yang
berada dalam kawasan perkotaan.
Integrasi penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air dapat diwujudkan
dengan masuknya zona-zona air ke dalam RTRW Provinsi/Kabupaten.

halaman 11
2 BAB II
KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI

2.1 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber Daya Air dan Peraturan
Lainnya yang Terkait
Sejumlah Peraturan Perundang undangan (UU), Peraturan Pemerintah (PP),
Peraturan Daerah (Perda), dan lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber
daya air WS 6 Ci antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945,
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya,
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan,
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional,
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerntah Pusat dan Daerah,
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penaggulangan Bencana,
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil,
11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup,
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan,
14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa,
15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup,
16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah
17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
18. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan,

halaman 12
19. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum,
20. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (BLU),
21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara,
23. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi,
24. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan,
25. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
26. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Perbantuan,
27. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana,
28. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional,
29. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air,
30. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah,
31. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan
32. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Jasa
Tirta II,
33. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang,
34. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan,
35. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi
Lahan Pertanian Berkelanjutan,
36. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai,
37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 A/PRT/M/2006 tentang Kriteria
dan Penetapan Wilayah Sungai

halaman 13
38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 44/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Pembinaan Sumber Daya Manusia Dalam Penerapan Prinsi-Prinsip Tata
Kelola Pemerintahan yang Baik di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum
39. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga,
40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 /PRT/M/2009 tentang Pedoman
Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
41. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air
Tanah
42. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air,
43. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 594/KPTS/M/2010 tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (WS 6 Ci).
44. Peraturan Daerah dan Peraturan Terkait lainnya

2.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air atau Kebijakan Pembangunan
Provinsi atau Kabupaten/Kota
2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air
Kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air sesuai dengan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disebut Jaknas
Sumber Daya Air Pasal 2, menyebutkan bahwa Jaknas Sumber Daya Air
menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan pola pengelolaan Sumber
Daya Air pada wilayah sungai yang dapat ditinjau kembali oleh dewan sumber
daya air nasional setiap 5 tahun sekali. Jaknas tersebut mencakup:
1. Kebijakan Umum, terdiri dari:
1) Peningkatan koordinasi dan keterpaduan pengelolaan sumber daya air
2) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya terkait air
3) Peningkatan pembiayaan pengelolaan sumber daya air
4) Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum
2. Kebijakan Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air Secara Terus Menerus,
terdiri dari:
1) Peningkatan upaya perlindungan dan pelestarian sumber air
2) Peningkatan upaya pengawetan air

halaman 14
3) Peningkatan upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air
3. Kebijakan Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk Keadilan dan
Kesejahteraan Masyarakat, terdiri dari:
1) Peningkatan upaya penatagunaan sumber daya air
2) Peningkatan upaya penyediaan sumber daya air
3) Peningkatan upaya efisiensi penggunaan sumber daya air
4) Peningkatan upaya pengembangan sumber daya air
5) Pengendalian Pengusahaan sumber daya air
4. Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Air dan Pengurangan Dampak, terdiri
dari:
1) Peningkatan upaya pencegahan
2) Peningkatan upaya penanggulangan
3) Peningkatan upaya pemulihan
5. Kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air, meliputi:
1) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan
2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan
3) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengawasan
6. Kebijakan Pengembangan Jaringan Sistem Informasi Sumber Daya Air
(SISDA) Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
1) Peningkatan kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan
SISDA
2) Pengembangan jejaring SISDA
3) Pengembangan teknologi Informasi
2.2.2 Kebijakan Nasional Penataan Ruang
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, kebijakan penataan ruang
yang harus dipertimbangkan dan terkait dengan pengembangan WS 6 Ci
meliputi:
Kebijakan penataan ruang tingkat nasional yang merupakan rencana rinci
tingkat nasional berupa Rencana Kawasan Strategis Nasional dan Rencana
Kawasan Andalan.
Kebijakan penataan ruang tingkat provinsi (berupa Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang WS), yang disetujui Menteri Pekerjaan Umum.

halaman 15
Kebijakan penataan ruang skala pulau yang merupakan rencana rinci
tingkat nasional (berupa Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana
Tata Ruang Pulau Jawa-Bali).
Kebijakan penataan ruang tingkat kabupaten/kota (berupa Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota), perlu
disepakati dengan Gubernur dan Menteri Pekerjaan Umum.

Implikasi dari kebijakan dan strategi nasional di WS 6 Ci adalah sebagai
berikut:

Dalam RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali telah ditetapkan di dalam
wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat yang berada dalam
WS 6 Ci, ada 2 (dua) Kawasan Strategis Nasional (KSN) yaitu:

a. Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur (Metropolitan
Jabodetabekpunjur),
b. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Metropolitan Cekungan
Bandung).

Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali, di dalam wilayah
yang telah ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan wilayah sungai lintas
provinsi yaitu WS 6 Ci (lihat Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008
lampiran VI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11 A/PRT/M/2006
Lampiran 2).

Menurut Peraturan Pemerintah 26 Tahun 2008 dan Raperpres RTR Pulau
Jawa-Bali telah ditetapkan 5 (lima) kawasan andalan adalah sebagai berikut
:

a. Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon,dengan sektor unggulannya
adalah industri, pariwisata, pertanian, perikanan dan pertambangan.
b. Kawasan Andalan Perkotaan Jakarta (Metropolitan),dengan sektor
unggulannya adalah industry. pariwisata, perikanan, perdagangan dan
jasa.
c. Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), dengan sektor
unggulannya adalah pertanian, pariwisata, industri dan perikanan,

halaman 16
d. Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka), dengan
sektor unggulannya adalah pertanian, industri, pariwisata dan
perikanan.
e. Kawasan Andalan Cekungan Bandung (Kawasan
perkotaan/Metropolitan), dengan sektor unggulannya adalah industri,
pertanian, pariwisata dan perkebunan.

2.2.3 Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air
Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi menjadi acuan
penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat
kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat Provinsi
disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air
provinsi (Dewan Sumber Daya Air Provinsi) dan ditetapkan oleh Gubernur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, Pasal 6 ayat 2.
Sedangkan, kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat
Kabupaten/Kota dapat disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh
Bupati/Walikota (Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, Pasal 6 ayat 3).
Tetapi belum ada rencana untuk membentuk Dewan Sumber Daya Air di
tingkat Kabupaten/Kota.

Tiga wilayah provinsi di WS 6 Ci belum memiliki peraturan daerah terkait
kebijakan Sumber Daya Air di Provinsi masing-masing.

2.3 Inventarisasi Data
2.3.1 Data Umum
Secara administrasi WS 6 Ci secara geografis terletak pada posisi 10623' BT
sampai 10740' BT dan 68' LS sampai 612' LS dan berada dalam wilayah
Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, meliputi DAS Cidanau-Ciujung-
Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (terdiri dari 3 BBWS yaitu BBWS
Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Ciliwung-Cisadane dan BBWS Citarum).

WS 6 Ci berdasarkan wilayah administrasi meliputi 14 wilayah Kabupaten dan
14 Kota yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten, 5 kota di
DKI Jakarta dan 10 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi Jawa Barat.


halaman 17
2.3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah

1). Arahan Struktur Pemanfaatan Ruang /Rencana Struktur Ruang wilayah
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional dan berdasarkan RTR Pulau, arahan struktur
pemanfaatan ruang/rencana struktur ruang wilayah di WS 6 Ci dapat dilihat
pada Gambar 2.1.

a) Kawasan Strategis Nasional
Dalam RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali telah ditetapkan 2 (dua) KSN
di mana kedua KSN ini berada di dalam WS 6 Ci yaitu:
(1) Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur (Metropolitan Jabodetabekpunjur)
dan
(2) Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Metropolitan Cekungan Bandung).

b) Kawasan Andalan
Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali, dimana WS 6 Ci telah
ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan WS lintas provinsi (lihat Peraturan
Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 lampiran VI dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.11 A/PRT/M/2006 Lampiran 2) terdapat 5 (lima) Kawasan Andalan
sebagai berikut:
(1) Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon.
(2) Kawasan Andalan Perkotaan Jakarta (Metropolitan Jakarta).
(3) Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur).
(4) Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka).
(5) Kawasan Andalan Cekungan Bandung (Metropolitan Bandung).

c) Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Mengacu pada RTRW Nasional, RTRW Pulau Jawa Bali dan RTRW Provinsi
diperoleh gambaran bahwa rencana sistem jaringan prasarana wilayah yang
terdapat pada WS 6 Ci sebagai berikut:

(1) Jaringan Transportasi Darat: Jalan toll: Jakarta-Merak, Jakarta-Cikampek-
Bandung dan Jakarta- Bogor.
(2) Jalan Kereta Api: Jakarta-Merak, Jakarta-Bogor, Jakarta-Cikampek-
Bandung dan Jakarta-Cikampek-Cirebon
(3) Pelabuhan laut: Pelabuhan Internasional Tanjung Periuk (Jakarta) dan
Bojonegara (Banten), serta Pelabuhan Nasional (Merak) di Banten.

halaman 18
(4) Bandar Udara: Bandar udara skala pelayanan primer (Bandar udara
Cengkareng) dan Bandar udara skala pelayanan sekunder (Bandar udara
Husen Sastranegara Bandung).
(5) Sistem Jaringan Sumber Daya Air: Prasarana dan sarana sumber daya air
yang ada di WS 6 Ci saat ini antara lain terdiri dari 3 (tiga)
bendungan/waduk besar yaitu Waduk Saguling (pembangkit tenaga listrik),
Waduk Cirata (pembangkit tenaga listrik) dan Waduk Jatiluhur (pembangkit
tenaga listik, irigasi dan sumber air baku untuk PAM Jaya Jakarta).
Ketiganya berada di sungai Citarum dibawah pengelolaan BBWS Citarum,
serta 2 (dua) waduk kecil yaitu waduk Krenceng di Kota Cilegon (Banten)
sebagai sumber air baku industri kota Cilegon, dan waduk Cipancuh di
Kabupaten Indramayu (untuk irigasi).

2). Arahan Pengembangan Kawasan dan Pusat Kegiatan
Bedasarkan kepadatan penduduk yang bermukim di WS 6 Ci terlihat bahwa
pengelompokan penduduk terutama berada pada kawasan perkotaan
Jabodetabekpunjur (kawasan metropolitan Jabodetabekpunjur) dan pada
kawasan perkotaan Cekungan Bandung (Kawasan Metropolitan Cekungan
Bandung). Kawasan perkotaan Merak-Cilegon-Serang juga sedang mengalami
perkembangan yang cepat, dan direncanakan pembangunan kawasan khusus
(Bojonegara).


3). Arahan Pola Pemanfaatan Ruang (Pola Ruang)
Bedasarkan plotting RTRW Pulau Jawa Bali dan RTRW Provinsi (Banten, DKI
Jakarta dan Jawa Barat), diperoleh gambaran bahwa pada tahun akhir rencana
(yakni tahun 2030) dilihat dari Rencana Pola Ruang, rencana penggunaan ruang
di WS 6 Ci akan didominasi oleh kawasan permukiman/perkotaan, kawasan
pertanian (terutama pertanian lahan basah/irigasi teknis dan kawasan lindung.

Dari Gambar 2.2 terlihat bahwa kawasan permukiman (perkotaan), industri dan
permukiman perdesaan akan mencapai sekitar 32% dari total luas WS 6 Ci
(sekitar sepertiga areal WS 6 Ci). Dengan demikian kebutuhan air baku untuk
permukiman perkotaan dan industri akan meningkat, sedangkan kebutuhan air
untuk irigasi kemungkinan akan menurun/berkurang. Selain itu, guna
mempertahankan ketahanan pangan nasional maka perlu dihindari
pengembangan kawasan permukiman pada kawasan irigasi teknis.

halaman 19

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah di WS 6 Ci


halaman 20

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.2. Kondisi Tata Guna Lahan di WS 6 Ci pada tahun 2009



halaman 21
2.3.1.2 Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Angka

Berdasarkan data Podes tahun 2008, yang diproyeksikan ke tahun 2010,
jumlah penduduk di WS 6 Ci sebanyak 43.043.317 jiwa dengan jumlah rumah
tangga sebanyak 11.538.856 KK.

Jika dilihat prosentase penduduk WS 6 Ci terhadap wilayah yang lebih luas,
jumlah penduduk di WS 6 Ci sebesar 75,92% dari seluruh penduduk di 3 (tiga)
provinsi tersebut, dan sebesar 32,52% dari seluruh penduduk Jawa.
Pertumbuhan penduduk di WS 6 Ci selama 10 tahun terakhir, rata-rata
sebesar 2,1%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi di wilayah kabupaten
Bekasi (6%) dan terkecil di wilayah Kota Jakarta Pusat (-3,8%) seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.3.


Sumber: Podes 2008 dan Sensus 2010, BPS
Gambar 2.3. Distribusi Kepadatan Penduduk di WS 6 Ci berdasarkan Podes 2008 dan
Sensus 2010

2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB WS 6 Ci memberi kontribusi sebesar 30,71% terhadap PDRB Nasional
dan sebesar 56,56% terhadap PDRB Pulau Jawa (PDRB Tahun 2008, ADHK
2000). PDRB DKI Jakarta yang paling besar, sudah hampir 31% terhadap
PDRB Pulau Jawa.

Sejalan dengan pergeseran struktur tenaga kerja di WS 6 Ci, kegiatan
perekonomian juga mengalami perubahan. Secara keseluruhan, kegiatan
perekonomian di WS 6 Ci saat ini didominasi oleh sektor tersier (non
pertanian, dan non Industri). Dari data statistik 2008, kontribusi total sektor
tersier, sektor industri, dan sektor pertanian terhadap PDRB di WS 6 Ci
masing-masing sebesar 61,94% (sektor tersier), 34,43% (sektor industri), dan

halaman 22
3,64% (sektor pertanian). Hal ini dapat dipahami karena di WS 6 Ci terdapat 2
kota Metropolitan (salah satunya adalah Jakarta sebagai Ibu Kota Republik
Indonesia, dimana lebih dari 60% perputaran uang di Indonesia berada di
wilayah ini), Kawasan Pengembangan (Jabodetabekpunjur), dan beberapa kota
medium lainnya yang sedang berkembang menuju kota besar.

24,36%
6,34%
25,96%
17,28%
20,07%
20,79%
19,98%
19,16%
55,57%
72,87%
54,06%
63,56%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
3 Ci
2 Ci
1 Ci
WS 6 Ci
3 Ci 2 Ci 1 Ci WS 6 Ci
Pertanian 24,36% 6,34% 25,96% 17,28%
Industri 20,07% 20,79% 19,98% 19,16%
Jasa 55,57% 72,87% 54,06% 63,56%

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.4. Distribusi Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan Usaha 2008

Jumlah Industri di WS 6 Ci pada tahun 2008 sebanyak 123.735 unit dengan
jumlah tenaga kerja sebanyak 3.196.402. Dari sejumlah 123.735 unit industri
tersebut, 93,10% berada di wilayah Jawa Barat, 5,41% di wilayah DKI Jakarta,
dan sisanya sebesar 1,49% berada di wilayah Banten. Sementara itu jika
dilihat dari persebaran tenaga kerja, 72,80% berada di Banten, 15,21% berada
di Jawa Barat, dan 11,99% berada di DKI Jakarta. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa industri di wilayah Banten lebih banyak industri sedang
dan besar. Karena jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, walaupun jumlah
industri relatif kecil, namun jumlah tenaga kerja relatif besar, berarti industri
yang berada di Banten relatif lebih besar dibandingkan dengan industri yang
berada di wilayah DKI Jakarta.

2.3.1.4 Digital Elevation Model (DEM)
Secara umum sekitar 60% topografi WS 6 Ci bersifat landai dan datar dengan
ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Sedangkan sekitar 40%
lainnya berupa dataran tinggi dengan ketinggian berkisar 100-2.000 dpl
khususnya di bagian selatan WS 6 Ci. Seluruh sungai di WS 6 Ci mengalir dari
selatan ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut Jawa). Terdapat 2
(dua) kawasan metropolitan: (1). Jabodetabek di bagian utara yaitu pada

halaman 23
dataran rendah dengan ketinggian 0-100 mdpl, dan (2). Cekungan Bandung
berada di bagian selatan (dataran tinggi) pada ketinggian di atas 100 mdpl.
Gambar 2.5 memperlihatkan topografi WS 6 Ci.

2.3.1.5 Laporan Hasil Studi, Kajian Teknis, Perencanaan Terkait Sumber
Daya Air
Dalam penyusunan Pola WS 6 Ci ini juga menggunakan laporan dari studi,
kajian teknis, dan perencanaan teknis lainnya yang terkait dengan pengelolaan
sumber daya air, baik yang sudah maupun sedang dilakukan, antara lain:
BTA-155 (1989)
Cisadane Cimanuk BTA 155; proyek kerja sama antara pemerintah Belanda
dengan pemerintahan Indonesia (dalam hal ini Departemen Pekerjaan
Umum, Ditjen Sumber Daya Air), mulai Oktober 1985 sampai dengan
Desember 1988. Tujuan dari proyek ini adalah: untuk membuat
perencanaan/pengembangan Sumber Daya Air terpadu melalui pendekatan
sistem analisis, meliputi area hampir sama dengan WS 6 Ci

BWRMP (2000-2004)
BWR(M)P (Basin Water Resources [Management] Planning); Ditjen Sumber
Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, dari tahun 1996 sampai dengan
2004, Tujuannya adalah untuk mengkaji Perencanaan
Pengembangan/Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu dan berkelanjutan di
WS Citarum, WS Ciliwung Cisadane, WS Ciujung Ciliman (ketiganya
sekarang berada dalam WS 6 Ci) dan WS Jratunseluna

JWRMS (1994)
JWRMS (Jabotabek Water Resources Management Study); Ditjen Sumber
Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, Februari 1994. Tujuannya adalah
untuk mengkaji Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (aspek kuantitas dan
kualitas juga air permukaan dan air tanah) di area Jakarta-Bogor-
Tangerang-Bekasi (sebagian area dari WS 6 Ci)

ICWRMP (2009)
ICWRMP (Integrated Citarum Water Resources Managment Program); Ditjen
Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum (dalam hal ini BBWS
Citarum), mulai tahun 2008 sampai sekarang masih berlanjut. Tujuannya

halaman 24
pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu untuk Citarum (sebagian dari WS 6
Ci)

2.3.2 Data Sumber Daya Air
2.3.2.1 Iklim
Data hidroklimatologi memberikan gambaran mengenai kondisi hidrologi dan
meteorologi secara umum, antara lain meliputi variabel curah hujan dan
aliran, temperatur udara, kelembaban nisbi, lama peyinaran matahari dan
kecepatan angin.

WS 6 Ci dimasukkan ke dalam wilayah beriklim tropis dengan curah hujan
dan kelembaban udara yang tinggi sepanjang tahun dan sedikit variasi suhu
udara antara bulan satu dengan lainnya. Tinggi curah hujan tahunan
bervariasi sesuai lokasi dan kondisi topografinya. Kisaran nilai iklim di WS 6
Ci bisa dilihat pada Gambar 2.6.

2.3.2.2 Air Permukaan (hujan, debit, tampungan air)

1). Hujan
Secara umum, curah hujan tahunan rata-ratanya antara 2.000 mm untuk
bagian utara yang relatif datar, hingga 4.000 mm untuk bagian selatan yang
merupakan daerah berpegunungan. Musim hujan berlangsung antara bulan
Oktober hingga bulan April, sedangkan untuk bulan-bulan lainnya berlangsung
musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga bulan
Februari, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juli sampai bulan
Agustus. Curah hujan tahunan untuk WS 6 Ci ditunjukkan pada Gambar 2.6.


halaman 25

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.5. Peta Topografi WS 6 Ci

halaman 26

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.6. Curah Hujan Tahunan di WS 6 Ci


halaman 27

2). Debit
Data aliran sungai terbatas keberadaannya jika dibandingkan dengan data
curah hujan. Banyak data aliran masih berupa data muka air yang belum
diproses menjadi data debit. Pada umumnya data kurang memadai, tidak
lengkap, terputus-putus, dan tidak andal. Data dengan kondisi demikian dapat
dilengkapi dengan penerapan model hidrologi berdasarkan data hujan dan
parameter fisik DAS lainnya.

Berdasarkan hasil analisis RIBASIM, ketersediaan sumber air permukaan di WS
6 Ci dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.7dibawah ini:

Tabel 2.1. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci
Wilayah
Ketersediaan
m
3
/det Milyar m3/tahun
3 Ci 175,35 5,5
2 Ci 205,13 6,5
1 Ci 44,69 14,0
Total 825,17 26,0
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010




Sumber : Hasil Analisis Ribasim
Gambar 2.7. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci


Dari Tabel dan Gambar tersebut total ketersediaan air di WS 6 Ci diperkirakan
kurang lebih sebesar 26 Milyar m
3
/tahun (5,5 Milyar m
3
/tahun di 3 Ci, 6,5
Milyar m
3
/tahun di 2 Ci dan 14,0 Milyar m
3
/tahun di 1 Ci).


halaman 28
Ketersediaan air rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu kurang
lebih 1,9 Milyar m
3
/tengah bulanan, sedangkan yang terendah terjadi pada
bulan Agustus, yaitu kurang lebih 0,5 Milyar m
3
/tengah bulanan.

3). Tampungan Air
Di WS 6 Ci terdapat 41 situ berada di 3 Ci, sekitar 200 situ berada di 2 Ci dan
365 situ berada di 1 Ci. Peta lokasi situ di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar
2.8 dan lokasi potensi situ di 2 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.9
.

halaman 29

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.8. Peta Situ di WS 6 Ci


halaman 30

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.9. Peta Situ di Wilayah Cisadane-Ciliwung

halaman 31
2.3.2.3 Air Tanah
Ketersediaan air tanah di WS 6 Ci diperkirakan sebesar 8.240 juta m
3
/tahun
(unconfined flow: 7.856 juta m
3
/tahun dan confined flow: 384 juta m
3
/tahun).
Potensi ini tersebar di 3 Ci sebesar 1.286 juta m
3
/tahun, di 2 Ci sebesar 1.899
juta m
3
/tahun dan di 1 Ci sebesar 5.055 juta m
3
/tahun. Peta Cekungan Air
Tanah pada Gambar 2.11 menggambarkan ketersediaan dan sebaran air
tanah di ketiga wilayah yang termasuk dalam WS 6 Ci.


Sumber : Lampiran Daftar CAT di Pulau Jawa dan Madura,
Departemen ESDM, 2009 (diolah)
Gambar 2.10. Potensi Air Tanah di WS 6 Ci

Data aktual mengenai pengambilan air tanah untuk WS 6 Ci baik
pengambilan air tanah dangkal maupun air tanah dalam masih terbatas.
Selain untuk keperluan domestik, diperlukan izin untuk pengambilan air
tanah, dan ketentuan tarif yang sesuai. Data pengambilan air bawah
tanah yang terdaftar khususnya pengambilan air tanah dalam tidak
dapat dipertimbangkan sebagai indikasi pengambilan yang sebenarnya.
Pengambilan yang sebenarnya diperkirakan paling tidak 3 (tiga) kali lebih
banyak dibandingkan dengan pengambilan air bawah tanah yang
terdaftar. Angka pengambilan air tanah dangkal yang sebenarnya hanya
dapat diperoleh melalui survei sosial-ekonomi mengenai konsumsi dan
kebutuhan air.

Dari Tabel 2.2 terlihat bahwa saat ini rata-rata abstraksi air tanah di 3
Ci dan 2 Ci sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, yaitu
masing-masing sudah mencapai 75% dan 87%
1
. Akan tetapi, untuk 1 Ci,
saat ini abstraksi air tanah masih dibawah batas ideal pengambilan air
tanah, yaitu masih 25%. Namun, untuk beberapa lokasi misalnya di CAT



1
Batas ideal pengambilan air tanah adalah antara 3040% dari total potensi air tanah.
Potensi Air Bawah Tanah di Wilayah Sungai 6 Ci
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
3 Ci 2 Ci 1 Ci Total WS 6 Ci
Wilayah
J
u
t
a

m
3
/
t
a
h
u
nUnconfined Flow
Confined Flow
Total Potensi Air
Tanah


halaman 32
Bekasi-Karawang, CAT Subang dan CAT Batujajar pengambilan air tanah
sudah melampaui batas ideal pengembilan air tanah. Walaupun saat ini
pengembilan air tanah di CAT Bandung-Soreang masih dibawah batas
ideal pengambilan air tanah (masih 27%), akan tetapi di beberapa tempat
seperti di daerah Majalaya, Ranca Ekek, Dayeuh Kolot, Leuwi Gajah dan
sebagainya, pengambilan air tanah ini sudah melampaui batas ideal
pengambilan air tanah, dimana di daerah ini sudah terjadi penurunan
muka air tanah dan juga penurunan tanah yang cukup serius.

Tabel 2.2. Perkiraan Pengambilan Air Tanah Dalam di WS 6 Ci
Cekungan Air Tanah
(CAT)
AREA
km
2

Potensi Air
Tanah
Abstraksi Air
Tanah
Neraca Air
Tanah
Catatan
Persentase
Abstraksi
Air Tanah
Q2
Confined Flow
juta m3/thn
Q2
Confined Flow
juta m3/thn
Q2
Confined
Flow
juta m3/thn
CAT Rawadanau 375 13 2 11 + 16
CAT Serang-
Tangerang
2,822 18 21 (3) - 118
Total 3 Ci 3,197 31 23 8 75
CAT Jakarta 1,439 40 19 21 + 47
CAT Bogor 1,311 37 48 (11) - 130
Total 2 Ci 2,750 77 67 10 87
CAT Cianjur 467 16 3 13 + 18
CAT Bekasi-
Karawang
3,641 6 16 (10) - 270
CAT Subang 1,514 3 4 (1) - 140
CAT Ciater 566 30 2 28 + 7
CAT Lembang 169 16 NA NA - -
CAT Batujajar 89 1 8 (7) - 771
CAT Bandung-
Soreang
1,716 117 31 86 + 27
CAT Sumedang 483 28 5 23 + 20
CAT Sukamantri 151 13 NA NA - -
CAT Indramayu 1,282 46 1 45 + 1
Total 1 Ci 10,078 276 70 206 25
Total WS 6 Ci 384
Catatan : NA: Data tidak tersedia
Sumber : 1. Lampiran Daftar Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau Madura; Departemen ESDM, 2009
2. Dinas ESDM Provinsi Banten, 2010
3. BPLHD Provinsi DKI Jaya, 2010
4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah



halaman 33

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.11. Peta Cekungan Air Tanah di WS 6 Ci

halaman 34
2.3.2.4 Sedimentasi Sungai

a. Erosi dan Pendangkalan Waduk
Persentase areal di 3 Ci dengan kelas erosi berat-sangat berat (> 180 ton/ha/th)
sekitar 28,1% dari luas 3 Ci,
Persentase areal di 2 Ci luas dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180
ton/ha/th) adalah sebesar 15,2% dari luas 2 Ci, dan
Persentase areal di 1 Ci luas dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180
ton/ha/th) adalah sebesar 31,4% dari luas 1 Ci.

b. Erosi Pantai dan Muara Sungai
Erosi atau penggerusan pantai di 3 Ci terjadi di Kabupaten Tangerang pada 5 (lima)
lokasi yaitu di Kecamatan Naga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kronjo; di Kabupaten
Serang terdapat 3 (tiga) lokasi yaitu di Kecamatan Tirtayasa, Kasemen, Cinangka,
dan terdapat 1 (satu) lokasi di Kota Cilegon yaitu di daerah pelabuhan Merak.
Penggerusan pantai terjadi di beberapa lokasi di 2 Ci, misalnya pantai utara
Jakarta bagian timur.

Penggerusan pantai di Sungai Citarum bagian hilir merupakan fenomena alam,
abrasi terjadi karena adanya arus laut, kurangnya tanaman pelindung terhadap
gelombang, penambangan pasir pantai dan kegiatan manusia yang mengkonversi
lahan pesisir dari rawa dan bakau menjadi tambak. Daerah yang mengalami
penggerusan pantai pada tingkat yang mengkhawatirkan meliputi antara lain
Kecamatan Tirtajaya, Cibuaya dan Kecamatan Pedes di Kabupaten Karawang,
Kecamatan Pusakanagara (Subang), Kecamatan Sukra dan Kecamatan
Kandanghaur di Kabupaten Indramayu.

2.3.2.5 Erosi Lahan
Jumlah lahan kritis di WS 6 Ci (termasuk kategori lahan sangat kritis, kritis,
agak kritis dan potensial kritis) berjumlah 1.568.589 ha. Dari angka tersebut,
1 Ci mempunyai angka lahan kritis yang paling tinggi, yaitu 884.560 ha,
sedangkan untuk 3 Ci dan 2 Ci masing-masing seluas 340.098 ha dan
343.932 ha. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2


halaman 35
Tabel 2.3. Lahan Kritis di WS 6 Ci
No. Kategori Lahan
Wilayah (ha)
3 Ci 2 Ci 1 Ci Total
% Lahan
Kritis
1. Sangat Kritis (SK) 1.024 802 26.437 28.263 1,36%
2. Kritis (K) 25.124 17.219 115.988 158.331 7,64%
3. Agak Kritis (AK) 94.101 81.407 273.880 449.388 21,69%
4. Potensial Kritis 219.849 244.504 468.255 932.608 45,01%
Total 340.098 343.932 884.560 1.568.590
Sumber: BP DAS Citarum-Ciliwung

Lahan sangat kritis paling tinggi ada di 1 Ci, yaitu seluas 26.437 ha, yang
diikuti oleh 3 Ci dan 2 Ci, masing-masing seluas 1.024 ha dan 802 ha. Peta
lokasi lahan kritis di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.12. Persentase luas
lahan yang termasuk SK, K, AK yang terbesar terjadi di 1 Ci sebesar 39%
(416.306 ha), kedua terjadi di 3 Ci sebesar 30% (120.249 ha), dan ketiga di 2
Ci sebesar 19% (99.428 ha).

2.3.2.6 Muka Air Pasang Surut
Umumnya genangan akibat pasang air laut (rob) di pantai utara Jakarta terjadi
sekitar Desember, Januari dan Februari setiap tahunnya, tetapi juga tejadi
pada bulan Juni. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim angin Barat yang
bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan tinggi, yaitu 8,21 s/d 10,62
knot. Hampir setiap tahun daerah-daerah di pantai utara Jakarta terkena
limpasan rob.

Pada beberapa tempat di pantai utara Jakarta terjadi penurunan tanah yang
sangat cepat, lebih dari 10 cm/tahun. Pada sebagian lokasi tersebut telah
dibangun tanggul laut, namun masih memerlukan peningkatan.



halaman 36

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.12. Peta Lokasi Lahan Kritis di WS 6 Ci

halaman 37
2.3.2.7 Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air (berdasarkan pemantauan dan pengukuran
yang telah dilakukan pada masing-masing sungai) ditunjukan dalam Tabel
2.4. dan Gambar 2.13

Tabel 2.4. Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Pemantauan Rutin
Sungai
Jumlah Titik
Lokasi
Pemantauan
Nilai Status
Mutu*

Metode Kategori tercemar
Sungai Ciujung (2010) 9 lokasi 5,38 s.d 6,85 IP (Sedang)
Sungai Cidurian (2010) 9 lokasi 5,61 s.d 7,07 IP (Sedang)
Sungai Cidanau (2010) 4 lokasi 6,08 s.d 7,12 IP (Sedang)
Sungai Cisadane (2009)
(Banten)
8 lokasi 6,42 s.d 6,98 IP (Sedang)
Sungai Cisadane (2009) (Jawa
Barat)
8 lokasi
- 25 s.d s.d
59
STORET (Sedang dan Berat )
Sungai Ciliwung (2009) (DKI) 13 lokasi 3,3 s.d 24,6 IP (Ringan, Sedang dan Berat)
Sungai Ciliwung (2009) (Jawa
Barat)
8 lokasi - 29 s.d - 44 STORET (Sedang dan Berat )
Sungai Citarum (2010) 10 lokasi -47 s.d -111 STORET (Berat)

* = Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

2.3.2.8 Prasarana/Infrastruktur
Sarana dan prasarana pengairan berupa waduk yang telah beroperasi dan
berfungsi pada saat ini sebagai penyuplai kebutuhan air di WS 6 Ci adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.5. Waduk yang Sudah Ada di WS 6 Ci
No Waduk Fungsi Wilayah Sungai
Catchment
Area (km2)
Panjang
Dam (m)
1 KRENCENG Cadangan air pada saat musim kemarau;
cadangan air apabila terjadi gangguan
terhadap fasilitas Intake Cidanau dan
Jaringan pipa air baku;
sumber air baku untuk proses pengolahan
air bersih yang akan didistribusikan
untuk memenuhi kebutuhan air bersih di
Kota Cilegon
3 Ci Krenceng 104,2 1.000
2 JATILUHUR Air minum, irigasi, PLTA dan Pengendali
banjir
1 Ci Citarum 4.654,9 1.220
3 CIRATA PLTA dan Pengendali banjir 1 Ci Citarum 4.178,9 453
4 SAGULING PLTA dan Pengendali banjir 1 Ci Citarum 2.361,6 301,4
5 CIPANCUH Irigasi dan Pengendali banjir 1 Ci Cipancuh 72,4 3.300
Sumber: Hasil analisis 2010

Infrastruktur utama yang telah dibangun di WS 6 Ci, dimanfaatkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan antara lain untuk irigasi, air baku untuk air
minum dan industri, ketenagaan, perikanan, perikanan, penggelontoran dan
pariwisata. Kondisi prasarana bangunan irigasi baik ditingkat jaringan utama,

halaman 38
sekunder maupun pada tingkat tersier dan bangunan pengendali banjir
memerlukan perhatian lebih pada operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.

halaman 39

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.13. Peta Kualitas Air

halaman 40
2.3.3 Data Kebutuhan Air
2.3.3.1 RKI (Air Minum, Industri, Perkotaan dan Pariwisata)
Kegiatan domestik adalah kegiatan yang dilakukan didalam rumah tangga.
Standar konsumsi pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata
pemakaian air perhari yang diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi
pemakaian air domestik dapat dilihat pada sub-bab 3.1.2 (Kriteria). Kebutuhan
air untuk rumah tangga (domestik) saat ini dihitung berdasarkan jumlah
penduduk tahun 2010.

Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan
komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti
sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non
domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah
unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah
fasilitas umum, industri dan komersil. Proyeksi kebutuhan air bersih untuk
memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di WS 6 Ci antara 15%
sampai 40% dari total kebutuhan RKI, kecuali untuk Kota Cilegon, yaitu 75%
dari total kebutuhan RKI.

Kebutuhan air untuk keperluan RKI pada tahun 2010 (base case) untuk WS 6
Ci dapat dilihat pada Gambar 2.14. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa
kebutuhan air tertinggi untuk keperluan RKI terjadi di 2 Ci, yaitu sekitar
76,819 m
3
/detik, baik untuk keperluan rumah tangga/domestik (44.666
m
3
/detik), dan non domestik (32,153 m
3
/detik). Sementara untuk 1 Ci dan 3
Ci yaitu masing-masing sekitar 37,096 m
3
/detik dan 9,508 m
3
/detik.

Sarana rekreasi air di WS 6 Ci berada di lokasi waduk Jatiluhur, waduk Cirata
dan waduk Saguling . Daerah pariwisata air tesebut memerlukan perhatian
serius dari pihak pemerintah daerah terkait, hal tersebut dikarenakan kondisi
saat ini waduk-waduk tersebut sudah mengalami degradasi khususnya
berkurangnya daya tampung waduk akibat terjadinya sedimentasi. Dalam
penyusunan pola ini, kebutuhan air untuk sarana rekreasi di daerah
perkotaan telah diperhitungkan dalam kebutuhan air RKI.


halaman 41

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 2.14. Kebutuhan Air untuk Keperluan RKI di WS 6 Ci (m3/detik)

2.3.3.2 Irigasi
Kebutuhan air jaringan irigasi tergantung pada beberapa parameter, seperti
luas tanam dalam hektar, jenis tanaman, tingkat pertumbuhan tanaman,
kalender tanam, kondisi klimatologi (curah hujan dan evapotranspiration),
pelaksanaan sistem irigasi, kondisi tanah dan efisiensi irigasi. Karena sangat
banyak variabel yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi, maka dalam
perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan model analisis Ribasim.
Kebutuhan air irigasi yang diperhitungkan untuk unit dasar, merupakan
kombinasi sistem irigasi, golongan, dan pola tanam.

Input data yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi,
mencakup:
a) karakteristik kondisi rata-rata irigasi (berhubungan dengan jenis tanah,
evapotranspirasi potensial, dan curah hujan), dan
b) karakteristik berbagai kombinasi pola tanam, luas tanam , jadwal irigasi,
dan efisiensi irigasi. Time step yang dipakai untuk perhitungan adalah
tengah bulanan.

Hasil perhitungan kebutuhan irigasi yang dikelompokkan menjadi 3 wilayah
dapat dilihat pada Gambar 2.15 dan Tabel 2.6.

0
20
40
60
80
100
120
140
3 Ci 2 Ci 1 Ci RKI
DOMESTIK 6.187 44.666 24.951 75.803
NON DOMESTIK 3.322 32.153 12.145 47.620
TOTAL RKI 9.508 76.819 37.096 123.423
m
3
/
d
e
t
i
k


halaman 42

Sumber: Hasil Analisis Ribasim
Gambar 2.15. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci (2010)

Tabel 2.6. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci
Wilayah Luas Sawah (Ha)
Kebutuhan Air Irigasi
(m
3
/dtk) (Juta m
3
/dtk)
3 Ci 45.714 15,99 504,09
2 Ci 99.355 37,44 1.180,76
1 Ci 348.704 164,12 5.175,51
Total 493.773 217,54 6.860,36
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010

2.3.3.3 Penggelontoran

Sampai saat ini penggelontoran saluran di WS 6 Ci pada umumnya hanya
untuk menjaga kualitas air sampai batas tertentu. Akan tetapi, karena nilai air
secara ekonomis di masa yang akan datang akan meningkat, penggelontoran
perlu dipertimbangkan sebagai tindakan sementara untuk memperbaiki
kualitas air, dan hanya dilakukan selama persediaan air masih ada serta tidak
mengganggu persediaan air untuk kebutuhan sektor lainnya.

Berdasarkan perhitungan, diperoleh kebutuhan air untuk keperluan
penggelontoran (pemeliharaan sungai) setiap tahunnya kurang lebih 78
m
3
/det.

2.3.3.4 Ketenagaan
Di provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta, belum ada waduk yang
dimanfaatkan untuk tenaga listrik (PLTA). Selain mengairi ratusan ribu hektar
sawah melalui jaringan irigasi Jatiluhur, sumber air bagi penduduk kota besar
seperti Bandung dan Jakarta, Sungai Citarum (1 Ci) juga sebagai sumber PLTA
untuk Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sungai ini mengairi 3 (tiga) waduk, yaitu
Jan - I Jan-II Feb-I Feb-II Mar-I Mar-II Apr-I Apr-II Mei-I Mei-II Jun-I Jun-II Jul-I Jul-II Ags-I Ags-II Sep-I Sep-II Okt-I Okt-II Nov-I Nov-II Des-I Des-II
TOTAL WS 6 Ci 289 183 201 158 147 146 190 222 282 294 305 316 260 221 185 113 60 30 50 147 257 299 405 348
3 Ci 27 20 29 33 29 25 18 11 8 8 12 14 19 18 22 20 17 13 6 3 7 7 19 20
2 Ci 61 39 41 35 31 20 20 17 31 37 51 52 50 46 47 35 20 8 2 0 20 22 64 61
1 Ci 201 123 131 90 87 101 153 195 243 249 242 250 190 157 116 59 22 9 42 144 231 270 322 268
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
m
3
/
d
e
t
i
k
TOTAL WS 6 Ci 3 Ci 2 Ci 1 Ci


halaman 43
Waduk Saguling (982 juta m
3
), Waduk Cirata (2.165 juta m
3
) dan Waduk
Djuanda (3.000 juta m
3
) dengan menghasilkan daya listrik 1.400 MW. Data
ketiga waduk untuk PLTA tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Data Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Djuanda (Jatiluhur)
Waduk Saguling Waduk Cirata Waduk Djuanda
Mulai Operasi 1985 1988 1967
Data Dam
Jenis
Rock fill dam
with clay core
Rockfill dam
with concrete face
Rockfill dam
with inclined clay core
Tinggi 99 m 125 m 105 m
Crest Level 501 m 455,5 m 1220 m
Crest Height 650,20 m 225 m 114,5 m
Data Pembangkit Listrik
tail Level (m) 252 103 27
Head loss (m) 28.4 4 1
Spillway
Characteristics
Gated spillway Gated spillway Ungated (ogee) spillway
Kapasitas Terpasang
(max power, M/W)
750 1000 187,5
Jumlah Turbin 4 unit 8 unit 5 unit
Jenis Turbin Francis Francis Francis
Sumber: Perum Jasa Tirta (PJT) II (2010)

2.3.3.5 Perikanan

Untuk keperluan penyusunan pola PSDA di WS 6 Ci, perikanan yang ditinjau
hanya terkait dengan air untuk perikanan tambak. Berdasarkan luasnya,
tambak dibagi dalam kategori intensif, semi intensif dan luas tradisional serta
pola tanam/musim tanam. Di WS 6 Ci, tambak tersebar di Kota, Jakarta
Utara, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Serang dan Kabupaten
Tangerang. Luas tambak keseluruhan (berdasarkan Kabupaten yang masuk ke
dalam WS 6 Ci) adalah 50.141 ha, dimana 27% berada di Kabupaten
Karawang (Tabel 2.8).


halaman 44
Tabel 2.8. Luas Tambak di WS 6 Ci

No Nama Kabupaten Luas Tambak (ha) Luas Kolam (ha) Luas Total (ha)
Provinsi DKI Jakarta (2008)
1 Kota Jakarta Utara 334 3 337
2 Kota Jakarta Selatan 0 5 5
3 Kota Jakarta Barat 0 72 72
4 Kota Jakarta Timur 0 57 57
5 Kota Jakarta Pusat 0 0 0
6 Kepulauan Seribu 1 0 1
Provinsi Jawa Barat (2008) 0
7 Kota Bogor 0 32 32
8 Kabupaten Bogor 0 1.074 1.074
9 Kota Bekasi 0 1.125 1.125
10 Kabupaten Bekasi 10.495 400 10.895
11 Kota Cimahi 0 2 2
12 Kota Bandung 0 51 51
13 Kabupaten Bandung 0 594 594
14 Kabupaten Cianjur 25 1.281 1.306
15 Kabupaten Sumedang 0 494 494
16 Kabupaten Indramayu 8.629 332 8.961
17 Kabupaten Subang 7.009 760 7.769
18 Kabupaten Purwakarta 0 552 552
19 Kabupaten Karawang 13.405 1.899 15.304
20 Kota Depok 0 219 219
21 Kabupaten Bandung Barat 0 1.920 1.920
Provinsi Banten (2007) 0
22 Kota Cilegon 0 0 0
23 Kabupaten Serang 5.642 32 5.674
24 Kota Tangerang 0 220 220
25 Kabupaten Tangerang 4.601 132 4.733
26 Kota Serang 0 0 0
27 Kota Tangerang Selatan 0 0 0
Luas total 50.141
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi

Standar kebutuhan air untuk perikanan (tambak) yang digunakan dalam
perhitungan DSS-Ribasim untuk WS 6 Ci dapat dilihat pada sub-bab 3.1.3
(Standar). Dengan menggunakan standar kebutuhan untuk pergantian air
(flushing) dan salinitas serta luas tambak di WS 6 Ci diperoleh kebutuhan air
untuk tambak di WS 6 Ci sebesar 28 m
3
/det (Gambar 2.16) dan Lokasi
Tambak dapat dilihat pada Gambar 2.17.

0
5
10
15
20
25
3 Ci
3
2 Ci
3
1 Ci
22
m
3
/
d
e
t
i
k
3 Ci 2 Ci 1 Ci

Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 2.16. Kebutuhan Air untuk Tambak di WS 6 Ci


halaman 45

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.17. Peta Lokasi Tambak di WS 6 Ci


halaman46
2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan
2.4.1 Ditinjau dari Hasil Rumusan PKM
Dari pembahasan dalam PKM dapat disimpulkan bahwa hal utama yang perlu
dilakukan adalah koordinasi antara semua institusi yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya air. Dalam hal ini BBWS dapat mengambil peran
sebagai fasilitator untuk TKPSDA.

Rumusan kondisi lingkungan dan permasalahan yang dirangkum per wilayah
dari PKM tersebut sebagai berikut:
1. Kerjasama melalui TKPSDA WS 6 Ci (menjadwalkan pertemuan berkala
minimal 4 kali/tahun).
2. Pemerintah, Pemda dan Swasta meningkatkan kegiatan bersama dalam
program terpadu dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat.
3. Penyuluhan, pendampingan yang bersifat koordinatif kepada masyarakat
dan pelatihan bagi petugas secara berkelanjutan.
4. Penyusunan peraturan dan MoU terkait role sharing siapa berbuat apa
(pusat, provinsi, kab/kota, swasta).
5. Bantaran Sungai merupakan dataran untuk menampung banjir, tidak boleh
ditempati untuk kepentingan/usaha lainnya.
6. Masyarakat berperan dalam mengurangi dampak risiko banjir, baik secara
perseorangan maupun kelompok.
7. Tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan secara proporsional, dan
memperoleh peluang/kesempatan yang sama dalam proses pengambilan
keputusan dan manfaat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
8. Upaya perempuan ikut menanam dan memelihara pohon produktif untuk
dimanfaatkan buahnya, ternak lebah, dan sebagainya.
9. Upaya penghematan air (air rumah tangga, pengolahan hasil pertanian) dan
upaya penjernihan air sehari-hari skala rumah tangga
10. Upaya pengelolaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat dan
pengelolaan sampah dan limbah padat dan cair (rumah tangga, pasar,
industri kecil, dan lain-lain) mulai dari sumbernya melalui Reuse-Reduce-
Recycle serta penerapan eko-teknologi (pengolahan limbah cair berdasarkan
ekosisitem dengan tanaman air).
11. Peran dalam penyebarluasan informasi: penghijauan, resapan air, sanitasi
lingkungan, teknologi pertanian, air bersih rumah tangga, pengolahan hasil,
pemasaran, dan lain-lain.

halaman47
12. Peran perempuan dalam proses pengambilan keputusan, kesepakatan dalam
organisasi masyarakat serta peran perempuan dalam pengelolaan organisasi,
pelatihan, pengumpulan dan pemanfaatan sumbangan dalam P3A.

2.4.2 Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Air
Permasalahan pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah (3 Ci,
2 Ci dan 1 Ci) mencakup 5 (lima) aspek, yakni:
- Konservasi Sumber Daya Air
- Pendayagunaan Sumber Daya Air
- Pengendalian Daya Rusak Air
- Sistem Informasi Sumber Daya Air
- Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.

Selain kelima aspek tersebut, dalam pembahasan dikaitkan pula dengan aspek
penataan ruang. Daftar lengkap permasalahan pada masing-masing wilayah
disajikan dalam Tabel 2.9.

halaman48
Tabel 2.9. Persandingan Masalah di masing-masing WS 6 Ci
3 Ci 2 Ci 1 Ci
1. KONSERVASI
PERLINDUNGAN DAN
PELESTARIAN SUMBER
DAYA AIR
1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan
non hutan pada lahan sangat kritis (1.024 ha) dan
kritis (25.124 ha) pada DAS di wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian Hulu
1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan
hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis(
802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada di wilayah
Ciliwung - Cisadane Hulu
1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan
hutan dan non hutan pada lahan sangat
kritis (26.437 ha) dan kritis (115.988 ha)
pada DAS di wilayah Citarum
2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan
dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian Hulu (94.101 ha)
2) Berkurangnya fungsi kawasan hutan dan non
hutan DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah
Ciliwung - Cisadane
2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan
hutan dan non hutan pada DAS di wilayah
Citarum (273.880 ha)
3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan
hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian (219.849 ha)
3) Terancamnya kawasan hutan dan non hutan
DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung -
Cisadane (244.504 ha)
3) Terancamnya lahan potensial kritis pada
kawasan hutan dan non hutan pada DAS di
wilayah Citarum (468.255 ha)
4) Jumlah luas hutan belum memenuhi kebutuhan
standar lingkungan
4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan
GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan
pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane
4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan
GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan
pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum
5) Terancamnyanya keaneka-ragaman hayati 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama pada
wilayah Ciliwung - Cisadane
5) Belum optimalnya perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama pada
wilayah Citarum
6) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA
di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu
dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
6) Budi daya pertanian di kawasan non hutan
yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi
yang menyebabkan banyaknya lahan kritis
6) Budi daya pertanian yang tidak sesuai
dengan kaidah konservasi yang
menyebabkan banyaknya lahan kritis
7) Kurang jelasnya batas di lapangan kawasan milik
Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN dan
lahan masyarakat di hulu, sehingga terjadi
perambahan hutan
7) Belum adanya insentif dan dis-intensif pada
lahan terlantar dan lahan produktif
7) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
8) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang
tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang
menyebabkan banyaknya lahan kritis
8) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai 8) Masih adanya Kawasan pemukiman baru
yang belum memenuhi daya dukung
lingkungan
9) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
perkotaan
9) Adanya sedimentasi di sungai, situ dan muara 9) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi
pemukiman atau tempat usaha
10) Masih adanya kawasan pemukiman baru yang
belum memenuhi daya dukung lingkungan
10) Terjadinya Longsoran dan erosi tebing di sungai 10) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai
11) Belum ada penetapan batas dan pemanfaatan
daerah sempadan sungai dan situ/ waduk
11) Terjadinya alih fungsi lahan di JABODETABEK 11) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai
karena penambangan pasir dan krikil
12) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa
lingkungan, selain DAS Cidanau
12) Masih adanya kawasan pemukiman baru
belum mengikuti kaidah konservasi
12) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di
hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN
dan Masyarakat
13) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam
pelaksanaan konservasi DAS
13) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) 13) Kurang terkendalinya penggunaan lahan
bekas sudetan sungai
14) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas
sudetan sungai
14) Belum optimalnya pelaksanaan PERDA tentang
adanya penetapan batas dan pemanfaatan
daerah sempadan sungai dan situ/waduk
14) Berkurangnya keanekaragaman hayati di
wilayah Citarum
15) Terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena
penambangan pasir dan kerikil
15) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai
karena penambangan pasir dan krikil
16) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing
sungai di sungai-sungai utama pada wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
16) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu
antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan
Masyarakat
17) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai 17) Adanya lahan bekas sodetan sungai Ciliwung,S.
Angke dan S. Pesanggrahan serta anak
sungainya yang dimanfaatkan oleh masyarakat
18) Berkurangnya keanekaragaman hayati di
wilayah Ciliwung - Cisadane
PENGAWETAN AIR 1) Belum optimalnya pembangunan dan pemeliharaan
tampungan air (masih banyak air terbuang pada
musim hujan)
1) Belum optimalnya pembangunan tampungan
air (masih banyak air terbuang pada musim
hujan)
1) Belum optimalnya pembangunan tampungan
air (masih banyak air terbuang pada musim
hujan)
2) Berkurangnya luas daerah resapan di bagian hulu
dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang
melampaui batas dan pemantauan yang lemah
2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang
melampaui batas dan pemantauan yang
lemah, pada CAT Bandung-Soreang,
Batujajar, Subang dan Bekasi Karawang
sehingga terjadi penurunan muka air tanah,
penurunan tanah dan/atau instrusi air laut
3) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur
resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat
3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh
berbagai kepentingan
3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air
oleh berbagai kepentingan
4) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian
4) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi
pemukiman atau tempat usaha
4) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu
dan tengah wilayah Citarum
5) Adanya kerusakan situ dan prasarananya 5) Belum dilaksanakannya pembuatan sumur
resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat
5) Meluasnya perambahan daerah retensi dan
bantaran sungai untuk hunian dan usaha
selain pertanian
6) Masih terjadinya alih fungsi situ menjadi
pemukiman atau tempat usaha
6) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu
dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane
6) Kurang teridentifikasinya potensi daerah
retensi
7) Kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata
air dan situ berkaitan dengan pemeliharaan sumber
air
7) Belum teridentifikasinya potensi daerah retensi 7) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur
resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat
8) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang
melampaui batas dan pemantauan yang lemah,
pada CAT Serang-Tangerang, berakibat terjadinya
penurunan muka air tanah, muka tanah dan/ atau
intrusi air laut
8) Terjadinya kerusakan sumber air (127 mata air)
di wilayah Ciliwung - Cisadane
8) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah
Citarum
9) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh
berbagai kepentingan
Aspek/Sub Aspek
Permasalahan Berdasarkan Analisis


halaman49
3 Ci 2 Ci 1 Ci
PENGELOLAAN KUALITAS
AIR DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN
1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan
standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar
ringan sampai sedang)
1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan
standar baku/ kelas peruntukan sungai
(tercemar ringan sampai sedang)
1) Menurunnya kualitas air dibandingkan
dengan standar baku/ kelas peruntukan
sungai (tercemar ringan sampai sedang)
2) Belum optimalnya pengelolaan limbah industri 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah industri 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah
Industri
3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah
sebagaimana mestinya
3) Limbah cair domestik dan Perkotaan belum
diolah sebagaimana mestinya
3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum
diolah sebagaimana mestinya
4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk
dan obat-obatan pertanian
4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan
pupuk dan obat-obatan pertanian
4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan
pupuk dan obat-obatan pertanian
5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana
mestinya
5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana
mestinya
5) Limbah peternakan belum diolah
sebagaimana mestinya
6) Pengelolaan limbah/sampah belum optimal 6) Pengolahan limbah sampah belum optimal 6) Pengelolaan limbah sampah belum optimal
2. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
PENATAGUNAAN SUMBER
DAYA AIR
1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada
sumber air tertentu
1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada
sumber air tertentu
1) Belum adanya peraturan peruntukan air
pada sumber air tertentu
2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg
memperhatikan berbagai macam pemanfaatan
2) Belum adanya Zona Pemanfaatan sumber air yg
memperhatikan berbagai macam pemanfaatan
2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air
yg memperhatikan berbagai macam
pemanfaatan
PENYEDIAAN SUMBER
DAYA AIR
1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan
RKI, karena kurangnya tampungan air/ waduk
1) Kekurangan Air untuk kebutuhan irigasi
dan/atau RKI
1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan
irigasi dan/atau RKI
2) Antisipasi peningkatan jumlah penduduk, serta
kegiatan industri dan ekonomi berkaitan dengan
rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda
penghubung antara P.Jawa dan P.Sumatera
2) Keterbatasan layanan air bersih di Jakarta 2) Adanya potensi waduk-waduk kecil yang
perlu dikaji lebih lanjut
3) Perlu tambahan penyediaan pasokan air baku ke
Jakarta dari arah barat. Saat ini terdapat air bersih
3 m3/det dari S.Cisadane ke Jakarta
3) Keterbatasan layanan dan jaringan PAM 3) Keterbatasan air permukaan (dari potensi
waduk kecil yang ada) untuk penyediaan air
bersih di Cekungan Bandung
4) Keterbatasan layanan PDAM Kab./Kota 4) Perimbangan pasokan air baku Jakarta dari
arah Timur (Citarum) dan dari Barat (Cisadane)
4) Keterbatasan layanan PDAM di Cekungan
Bandung dan Kota/Kabupaten lainnya
5) Keterbatasan layanan air bersih di Kota lain
(BODETABEK)
5) Adanya kekurangan air baku untuk
kebutuhan DKI Jakarta
6) Keterbatasan layanan PDAM di BODETABEK
7) Menurunnya luas lahan pertanian tanaman
pangan (sawah)
PENGGUNAAN SUMBER
DAYA AIR
1) Terganggunya fungsi irigasi karena adanya
pengambilan air baku RKI di saluran induk irigasi
Pamarayan Barat & Timur, Cidurian, sehingga
terjadi konflik
1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di
sungai Cisadane
1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di
wilayah Citarum
2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi
mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya
distribusi air irigasi
2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi
mengakibatkan tidak efektif dan tidak
efisiennya distribusi air irigasi
2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi
mengakibatkan tidak efektif dan tidak
efisiennya distribusi air irigasi
3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ,
dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi
layanan
3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai,
situ, dll) belum memadai, berakibat
menurunnya fungsi layanan
3) OP prasarana sumber daya air
(Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai,
berakibat menurunnya fungsi layanan
4) Belum adanya SOP tampungan/ situ di Wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
4) Belum tersedianya SOP
waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci
4) Belum adanya SOP tampungan/situ di
Wilayah Citarum
5) Belum mutakhirnya SOP waduk Krenceng 5) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi
(OP, Rehabilitasi)
5) Tidak/Belum Optimalnya Kinerja Prasarana
Irigasi
6) Belum tersusunnya pedoman Operasional
penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata
operasi dan pemeliharaan) Irigasi
6) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan
dan tambak rakyat telah menurun
6) Belum optimalnya integrasi SOP Kaskade 3
Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan
Jatiluhur)
7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP,
Rehabilitasi)
7) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan
air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat,
mengakibatkan kesulitan pelaksanaan OP
irigasi.
7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi
(OP, Rehabilitasi)
8) Kurangnya pembinaan masyarakat petani dalam
pelaksanaan irigasi partisipatif
8) Belum sadarnya masyarakat dalam
pelaksanaan hemat air
8) Kondisi layanan jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat telah menurun.
9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) dgn
pemberdayaan petani.
9) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku
dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat
10) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan
tambak rakyat di pantai utara telah menurun.
10) Belum tersusunya pedoman Operasional
penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata
operasi dan pemeliharaan) Irigasi
10) Belum sadarnya masyarakat petani dalam
pelaksanaan hemat air irigasi
11) Masih rendahnya Indeks Pertanaman
(IP)/intensitas tanam dgn pemberdayaan
petani.
12) Belum tersusunya pedoman Operasional
penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan
nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi
PENGEMBANGAN SUMBER
DAYA AIR
1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air 1) Belum di tingkatkan Irigasi sederhana ke irigasi
teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds.
Sibanteng, Kec. Leuwisadeng, Kab Bogor
1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi
tenaga air
2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan
teknologi desalinasi
2) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga
air
2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan
teknologi desalinasi
3) Belum ada jaringan irigasi di Cimanceuri dan
bendung Cimanceuri.
4) Belum ada jaringan irigasi diCikarang hilir
5) Masih terbatasnya pengembangan penerapan
teknologi desalinasi
Aspek/Sub Aspek
Permasalahan Berdasarkan Analisis


halaman50
3 Ci 2 Ci 1 Ci
PENGUSAHAAN 1) Ma s ih t er ba t a s n ya pen gu s a h a a n a ir oleh
s wa s t a di wila ya h 3Ci
1) Ku r a n g t er kon t r oln ya Pen gu s a h a a n a ir is i
u la n g di wila ya h Bogor
1) Belu m opt ima ln ya pen gu s a a n a ir
min u m oleh PJ T 2
2) Ma s ih t er ba t a s n ya pen gu s a h a a n a ir
min u m da r i J a t ilu h u r oleh Pemer in t a h
a t a u s wa s t a 3 . PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
PENCEGAHAN
BENCANA
1) Belu m a da n ya Ma s t er Pla n Sis t em
Pen gen da lia n Ba n jir s eca r a men yelu r u h pa da
Su n ga i Ciu ju n g da n Cidu r ia n
1) Ma s t er Pla n Sis t em Pen gen da lia n Ba n jir
(1996) s eca r a men yelu r u h di wila ya h
Ciliwu n g - Cis a da n e s u da h t ida k
mema da i
1) Belu m a da n ya Ma s t er Pla n Sis t em
Pen gen da lia n Ba n jir s eca r a men yelu r u h
pa da Su n ga i Cit a r u m
2) Men u r u n n ya fu n gs i t a n ggu l ba n jir di s u n ga i
Ciu ju n g da n Cidu r ia n
2) Pen ggu n a a n da er a h r et en s i/ da t a r a n
ba n jir da n r a wa n ba n jir u n t u k
pemu kima n
2) Men u r u n n ya fu n gs i pr a s a r a n a
pen gen da li ba n jir di s u n ga i Cit a r u m
3) Ber ku r a n gn ya ka pa s it a s a lir a n s u n ga i da n
ja r in ga n dr a in a s e (pen yempit a n s u n ga i,
pen da n gka la n a lu r , s er t a h a mba t a n oleh
ba n gu n a n s u mber da ya a ir )
3) Pen ggu n a a n ba n t a r a n s u n ga i u n t u k
pemu kima n lia r
3) Ber ku r a n gn ya ka pa s it a s a lir a n s u n ga i
da n ja r in ga n dr a in a s e (pen yempit a n
s u n ga i, pen da n gka la n a lu r , s er t a
h a mba t a n oleh ba n gu n a n s u mber da ya
a ir ) 4) Pen ggu n a a n da er a h r et en s i/ da t a r a n ba n jir
da n r a wa n ba n jir u n t u k pemu kima n da n
t empa t u s a h a s ela in per t a n ia n
4) Pembu a n ga n s a mpa h ke s a lu r a n dr a in a s i
da n a lu r s u n ga i men gh a mba t a lir a n ,
men ga kiba t ka n ba n jir
4) Pen ggu n a a n da er a h r et en s i/ da t a r a n
ba n jir da n r a wa n ba n jir u n t u k
pemu kima n
5) Ku r a n g t er iden t ifika s in ya pot en s i da er a h
r et en s i
5) Belu m a da pet a r a wa n gen a n ga n ya n g
Mu t a h ir
5) Pen ggu n a a n ba n t a r a n s u n ga i u n t u k
pemu kima n da n u s a h a
6) Pen ggu n a a n ba n t a r a n s u n ga i u n t u k
pemu kima n da n t empa t u s a h a
6) Belu m a da n ya Per da pembu a t a n det en s i
di gedu n g-gedu n g ber t in gka t
6) Pembu a n ga n s a mpa h ke s a lu r a n
dr a in a s i da n a lu r s u n ga i men gh a mba t
a lir a n , men ga kiba t ka n ba n jir
7) Pembu a n ga n s a mpa h ke s a lu r a n dr a in a s i da n
a lu r s u n ga i men gh a mba t a lir a n ,
men ga kiba t ka n ba n jir
7) Belu m pet a a da ja lu r da n t empa t
Eva ku a s i ben ca n a
7) Belu m a da n ya Per da pemba t a s a n KDB
(Koefis ien Da s a r Ba n gu n a n ) da n
pembu a t a n kola m det en s i pa da komplek
per u ma h a n 8) Belu m a da n ya Per da pemba t a s a n Koefis ien
da s a r Ba n gu n a n (KDB) da n pembu a t a n kola m
det en s i pa da komplek per u ma h a n
8) Belu m s emu a s u n ga i t ela h t er pa s a n g
s is t em per in ga t a n din i ba n jir
8) Belu m t er s edia pet a ja lu r da n t empa t
eva ku a s i ben ca n a ba n jir
9) Belu m t er s edia pet a ja lu r da n t empa t eva ku a s i
ben ca n a ba n jir
9) ku r a n gn ya pemelih a r a a n t er ja din ya
pen da n gka la n , s edimen t a s i di a lu r s u n ga i
s er t a ja r in ga n dr a in a s i da n lon gs or a n
t ebin g
9) Belu m t er pa s a n gn ya s is t em per in ga t a n
din i ba n jir pa da s u n ga i u t a ma
10) Belu m t er pa s a n gn ya s is t em per in ga t a n din i
ba n jir pa da s u n ga i u t a ma
10) Men in gka t n ya a n ca ma n ba n jir da r i a ir
pa s a n g la u t
10) Ku r a n gn ya t er t a t a n ya (s is t em da n
ka pa s it a s dr a in a s e mikr o) di per kot a a n
men yeba bka n gen a n ga n di ja la n
11) Ku r a n gn ya t er t a t a n ya (s is t em da n ka pa s it a s
dr a in a s e mikr o) di per kot a a n men yeba bka n
gen a n ga n di ja la n
11) Ku r a n gn ya ka pa s it a s a lir a n s u n ga i
(pen yempit a n s u n ga ida n pen da n gka la n
s er t a h a mba t a n oleh ba n gu n a n s ila n g)
11) Men in gka t n ya a n ca ma n lu a pa n a ir
pa s a n g la u t
12) Men in gka t n ya a n ca ma n lu a pa n a ir pa s a n g
la u t
12) Men u r u n n ya fu n gs i t a n ggu l ba n jir di
s u n ga i-s u n ga i J ABODETABEK
12) Ba n ya k t er ja din ya ben ca n a lon gs or di
beber a pa t empa t
13) Ada n ya pemba n gu n a n s t r u kt u r pa n t a i ya n g
t ida k ber ijin , da n men yeba bka n t er ja din ya
er os i pa n t a i di loka s i s ekit a r n ya
13) Ku r a n gn ya t er t a t a n ya (s is t em da n
ka pa s it a s dr a in a s e mikr o) di
J ABODETABEK men yeba bka n gen a n ga n
di per mu kima n da n di ja la n
13) Ada n ya ker u s a ka n s it u da n
pr a s a r a n a n ya
14) Belu m t er s os ia lis a s in ya pet a ja lu r da n loka s i
eva ku a s i ben ca n a t s u n a mi a kiba t a kt ivit a s
G.Kr a ka t a u
14) Ter ja din ya ker u gia n a kiba t ben ca n a
lon gs or di beber a pa t empa t
14) Belu m opt ima ln ya pela ks a n a a n PERDA
t en t a n g a da pen et a pa n ba t a s da n
pema n fa a t a n da er a h s empa da n s u n ga i
da n s it u / wa du k 15) Ter ja din ya ker u gia n a kiba t ben ca n a lon gs or di
beber a pa t empa t
15) Pen u r u n a n mu ka t a n a h di J a ka r t a t ela h
men a ikka n t in gka t r es iko ba n jir
16) Keku r a n ga n a ir ir iga s i pa da DI Ciu ju n g da n
Cidu r ia n
16) Melu a s n ya per a mba h a n da er a h r et en s i
da n ba n t a r a n s u n ga i
17) Keku r a n ga n a ir kebu t u h a n r u ma h t a n gga
di wila ya h J a ka r t a Ut a r a , Ta n ger a n g da n
Beka s i 18) Ma s ih t er ja din ya pemba n gu n a n
pemu kima n di da er a h pa r kir a ir / da t a r a n
ba n jir 19) Ma s ih a da n ya h u n ia n da n u s a h a la in di
ba n t a r a n s u n ga i
PENANGGULANGAN 1) Melu a pn ya a ir s u n ga i Cidu r ia n a t a u Ciu ju n g
men ggen a n gi da er a h s ekit a r n ya
1) Melu a pn ya a ir s u n ga i di wila ya h Ciliwu n g-
Cis a da n e
1) Pen a n ggu la n ga n da r u r a t a kiba t
ben ca n a ba n jir
PEMULIHAN AKIBAT
BENCANA
1) Belu m opt ima ln ya pemu lih a n kon dis i r u ma h
ma s ya r a ka t ya n g men ja di kor ba n s et ela h
t er ja din ya ben ca n a ba n jir
1) Belu m opt ima ln ya pemu lih a n kon dis i
r u ma h ma s ya r a ka t s et ia p t er ja din ya
ben ca n a ba n jir
1) Belu m opt ima ln ya pemu lih a n kon dis i
r u ma h ma s ya r a ka t ya n g men ja di
kor ba n s et ela h t er ja din ya ben ca n a
ba n jir 2) Ter ja din ya ker u s a ka n pr a s a r a n a s u mber da ya
a ir s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir
2) Ter ja din ya ker u s a ka n pr a s a r a n a s u mber
da ya a ir s et ia p t er ja din ya ben ca n a ba n jir
2) Ter ja din ya ker u s a ka n pr a s a r a n a
s u mber da ya a ir s et ela h t er ja din ya
ben ca n a ba n jir 3) Belu m ma ks ima ln ya pen yedia a n da n a u n t u k
pela ks a n a a n pemu lih a n kon dis i pr a s a r a n a
da n s a r a n a u mu m s et ela h t er ja din ya ben ca n a
ba n jir
3) Belu m ma ks ima ln ya pen yedia a n da n a
u n t u k pela ks a n a a n pemu lih a n kon dis i
pr a s a r a n a da n s a r a n a u mu m s et ia p
t er ja din ya ben ca n a ba n jir
3) Belu m ma ks ima ln ya pen yedia a n da n a
u n t u k pela ks a n a a n pemu lih a n kon dis i
pr a s a r a n a da n s a r a n a u mu m s et ela h
t er ja din ya ben ca n a ba n jir 4 . SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1) Ku r a n g h a n da ln ya da t a ba s e s u mber da ya a ir
(Hidr ologi, Hidr ogeologi & Hidr omet eor ologi,
Kebija ka n s u mber da ya a ir , Pr a s a r a n a s u mber
da ya a ir , Tekn ologi s u mber da ya a ir ,
Lin gku n ga n pa da s u mber da ya a ir , Kegia t a n
SoSekBu d)
1) Ku r a n g opt ima ln ya da t a ba s e s u mber da ya
a ir ya n g r elia ble (Hidr ologi, Hidr ogeologi &
Hidr omet eor ologi, Kebija ka n s u mber da ya
a ir , Pr a s a r a n a s u mber da ya a ir , Tekn ologi
s u mber da ya a ir , Lin gku n ga n pa da
s u mber da ya a ir , Kegia t a n SoSekBu d)
1) Ku r a n g h a n da ln ya da t a ba s e s u mber
da ya a ir (Hidr ologi, Hidr ogeologi &
Hidr omet eor ologi, Kebija ka n s u mber
da ya a ir , Pr a s a r a n a s u mber da ya a ir ,
Tekn ologi s u mber da ya a ir , Lin gku n ga n
s u mber da ya a ir , Kegia t a n SoSekBu d)
ka r en a da t a ba s e belu m len gka p, SDM
da n a la t belu m mema da i,
koor din a s i/ t a n ggu n gja wa b u n t u k
2) Belu m mema da in ya SDM ya n g men a n ga n i
SISDA
2) Belu m mema da in ya SDM ya n g
men a n ga n i SISDA
3) Belu m len gka pn ya per a la t a n (per a n gka t ker a s
da n lu n a k) u n t u k ya n g men u n ja n g SISDA
3) Belu m len gka pn ya per a la t a n (per a n gka t
ker a s da n lu n a k) u n t u k ya n g men u n ja n g
SISDA 4) Belu m t er s edia n ya da n a ya n g mema da i u n t u k
mela ks a n a ka n SISDA t er pa du
4) Belu m a da n ya u n it SISDA ya n g
men gin t egr a s ika n da t a s u mber da ya a ir
ya n g ber a s a l da r i in s t a n s i-in s t a n s i t er ka it
5) Belu m a da n ya pedoma n t en t a n g pen gelola a n
SISDA ya n g s is t ema t is da n kompr eh en s if
5) Belu m a da n ya pedoma n t en t a n g
pen gelola a n SISDA ya n g s is t ema t is da n
kompr eh en s if 6) Belu m a da n ya u n it SISDA ya n g
men gin t egr a s ika n da t a s u mber da ya a ir ya n g
ber a s a l da r i in s t a n s i-in s t a n s i t er ka it
6) Belu m t er s edia n ya da n a ya n g mema da i
u n t u k mela ks a n a ka n SISDA t er pa du
As pe k/ Sub As pe k
Pe rmas alahan Be rdas arkan Analis is


halaman51
3 Ci 2 Ci 1 Ci
5. PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH
LEMBAGA
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas
antar unit pengelola sumber daya air, antara
lain: kewenangan terhadap situ, anak sungai
1) Belum efektifnya pembagian peran yang
jelas antar unit pengelola sumber daya
air, antara lain: kewenangan terhadap
situ, anak sungai
1) Belum efektifnya pelaksanaan tugas
dan fungsi unit kerja yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya air
karena belum memadainya SDM
(kuantitas dan kualitas), belum
optimalnya pembagian tugas, dan
belum menggunakan PAI (Pembiayaan
2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan
fungsi unit kerja yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya air
2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan
fungsi unit kerja yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya air
3) Belum memadai jumlah dan kapasitas
pegawai
3) Belum memadai jumlah dan kapasitas
pegawai
4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam
penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP
sumber daya air
4) Belum diterapkannya manajemen aset
dalam penyusunan anggaran rehabilitasi
dan OP sumber daya air
PENDANAAN 1) Belum adanya komitmen setiap instansi
dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya
air terpadu
1) Belum adanya komitmen setiap instansi
dalam pembiayaan pengelolaan sumber
daya air terpadu
1) Kurangnya pendanaan karena
komitmen pembiayaan pengelolaan
sumber daya air masih terbatas/belum
ada, terbatasnya sumber dana dan
belum adanya struktur utk mengatur
cost recovery dari pengguna (air)
2) Belum diterapkannya pungutan jasa
pengelolaan sumber daya air diluar wilayah
layanan PJT
2) Belum diterapkannya pungutan jasa
pengelolaan sumber daya air diluar
wilayah layanan PJT PENGATURAN
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
1) Belum maksimalnya pengawasan
pengambilan air tanah dalam
1) Belum maksimalnya pengawasan
pengambilan air tanah dalam
1) Belum maksimalnya upaya pengawasan
pemerintah terhadap pengambilan air
tanah dalam yang dilakukan oleh pihak
swasta/perusahaan/industri
2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta
tentang bahaya pengambilan air tanah dalam
secara berlebihan
2) Kurangnya kesadaran
masyarakat/swasta tentang bahaya
pengambilan air tanah dalam secara
berlebihan
2) Belum adanya pendelegasian perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan dari Menteri PU ke
Gubernur 3) Belum adanya pendelegasian perijinan
penggunaan dan pengusahaan air permukaan
dari Menteri Pekerjaan Umum ke Gubernur
Prov.Banten
3) Belum adanya pendelegasian perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan dari Menteri Pekerjaan Umum
ke Gubernur Prov.Banten
3) Adanya tumpang tindih pelaksanaan OP
di Jargasi Jatiluhur
4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai
kesepakatan transfer air antar wilayah
(Sungai Ciujung/ Sungai Cidurian ke Jakarta)
4) Belum adanya kebijakan yang jelas
mengenai kesepakatan transfer air antar
wilayah (Sungai Ciujung/ Sungai
Cidurian ke Jakarta)
4) Belum adanya kebijakan yang jelas
mengenai kesepakatan transfer air
antar wilayah (Sungai Citarum ke
Jakarta/antar Propinsi, S. Cibantarua
ke S. Cisangkuy/antar Wilayah Sungai
dll.) FORUM KOORDINASI
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupate/Kota
1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupate/Kota
1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupate/Kota
2) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi
terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI
Cidurian
2) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air
Provinsi di 2 Ci
2) Belum optimalnya Dewan Sumber Daya
Air Provinsi 1 Ci
3) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air
Provinsi di 3 Ci
3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya
air Kabupaten/Kota
3) Belum terbentuknya Dewan sumber
daya air Kabupaten/Kota
4) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota
4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat
TKPSDA WS 6 Ci (3 Ci, 2 Ci & 1 Ci)
4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat
TKPSDA WS 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci)
5) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA
WS 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci)
5) Belum maksimalnya forum komunikasi
DAS di 2 Ci
5) Belum maksimalnya forum komunikasi
DAS di WS 6 Ci
6) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS
di 3 Ci
6) Belum Optimalnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI
Ciujung, DI Cidurian
6) Belum Optimalnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan Irigasi di 1
Ci
7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan
bencana akibat daya rusak air
7) Belum optimalnya koordinasi
penanggulangan bencana
7) Belum optimalnya koordinasi
penanggulangan bencana
1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat dlm pengelolaan sumber daya air
1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat dlm pengelelolaan sumber
daya air
1) Lemahnya pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat dlm
pengelelolaan sumber daya air
2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat
setempat dalam menjaga kelestarian kawasan
hutan dan lingkungan
2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat
setempat dalam menjaga kelestarian
kawasan hutan dan lingkungan
2) Lunturnya budaya/tradisi masyarakat
setempat dalam menjaga kawasan
hutan dan lingkungan
3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat
dalam melaksanakan hemat air
3) Belum maksimalnya pembinaan
masyarakat dalam melaksanakan hemat
air
3) Belum maksimalnya masyarakat dalam
melaksanakan hemat air
4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang
manajemen banjir
4) Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang manajemen banjir
4) Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang manajemen banjir
5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan
sampah
5) Kurangnya peran masyarakat dlm
pengelolaan sampah
5) Kurangnya peran masyarakat dlm
pengelolaan sampah
6) Masih terbatasnya penggunaan dana
Corporate Social Responsibility (CSR),
Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), untuk
konservasi sumber daya air dan lingkungan
6) Masih terbatasnya penggunaan dana
Corporate Social Responsibility (CSR),
Payment Enviroment Service (PES), untuk
konservasi sumber daya air dan
lingkungan
6) Masih terbatasnya penggunaan dana
Corporate Social Responsibility (CSR),
Payment Enviroment Service (PES),
untuk konservasi sumber daya air dan
lingkungan 7) Masih terbatasnya peran serta perempuan
dalam kegiatan masyarakat di bidang
pengelolaan sumber daya air, pertanian dan
keterlibatan dalam organisasi kelompok
7) Belum berkembangnya kerja sama
pengelolaan jasa lingkungan
7) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir
dalam pelaksanaan konservasi DAS
8) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir
dalam pelaksanaan Konservasi DAS
8) Belum berkembangnya kerjasama
pengelolaan jasa lingkungan
9) Belum optimalnya peran serta perempuan
dalam pengelolaan Sumber Daya Air
9) Belum optimalnya peran serta
perempuan dalam pengelolaan Sumber
Daya Air
PENATAAN RUANG 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana peruntukan
1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana peruntukan
1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana
peruntukan
2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman
pangan (sawah)
2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian
tanaman pangan (sawah)
2)
3) Antisipasi rencana pembangunan Jembatan Selat
Sunda
Aspek/Sub Aspek
Permasalahan Berdasarkan Analisis
PEMBERDAYAAN &
PENINGKATAN PERAN
MASYARAKAT DAN
SWASTA


halaman52
2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan
Pada sub-bab ini diuraikan beberapa potensi yang mungkin bisa dikembangkan
atau diterapkan pada WS 6 Ci, ditinjau dari hasil rumusan PKM dan 5 (lima)
aspek pengelolaan sumber daya air.

2.5.1 Potensi Konservasi Sumber Daya Air
2.5.1.1 Konservasi Lahan Kritis

Secara umum potensi yang dapat dikembangkan dalam konservasi sumber
daya air di WS 6 Ci, mencakup:
Reboisasi dan penghijauan di lahan kritis (hutan dan non-hutan)
Pengembangan wanatani (agro forestry)
Pembangunan waduk dan bendung
Pengelolaan teknik konservasi tanah dan air terpadu berwawasan
lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat serta pendampingan pada
DAS Hulu dan lahan miring/pegunungan.
Pengendalian erosi dengan bangunan teknik sipil berbasis lahan dan alur
sungai

Perencanaan program RHL untuk WS 6 Ci sudah lengkap disusun oleh BP
DAS Citarum-Ciliwung melalui RTkRHL-DAS dengan jangka waktu 15 tahun
(2010-2024), yang dapat ditinjau setiap 5 tahun apabila diperlukan. Dokumen
ini disusun oleh BP DAS Citarum-Ciliwung tahun 2009 yang mencakup
wilayah kerja 3 (tiga) provinsi (Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta) terdiri
dari 3 (tiga) SWP-DAS. Pembagian batas SWP- DAS mengikuti kriteria dari BP
DAS, tidak sepenuhnya segaris dengan garis batas WS 6 Ci. WS 6 Ci meliputi
SWP DAS Citarum (21 DAS, luas total 3.166.114 ha), SWP DAS Ciliwung-
Cisadane-Cimandiri (23 DAS, luas total 988.237 ha), dan SWP DAS Ciujung-
Teluklada (47 DAS, luas 774.695 ha). Dokumen tersebut telah disahkan pada
bulan Desember 2009 oleh Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.

Kegiatan yang direncanakan terdiri dari kegiatan Vegetatif dan Sipil Teknik.
Kegiatan Vegetatif disusun berupa Matrik Rencana Teknik di setiap DAS
disertai luasannya. Lokasinya dicantumkan dalam peta perencanaan skala
1:50.000 dan dapat diidentifikasi sampai tingkat kecamatan. Kegiatan Sipil

halaman53
Teknik berupa gully plug, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan dan
biopori, dinyatakan jumlahnya untuk setiap DAS.

2.5.1.2 Koordinasi dan Sinergi Program

Lembaga Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan konservasi sumber daya
air terdiri dari lima lembaga pemerintah yang memerlukan koordinasi dan
sinergi dalam implementasi program. Kelima lembaga pemerintah tersebut
adalah:
1). Kementerian Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air),
2). Kementerian Kehutanan (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan Sosial),
3). Kementerian Pertanian (Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Produksi
Pertanian),
4). Kementerian Lingkungan Hidup (Asisten Deputi Urusan Pengendalian
Sungai dan Danau),
5). Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Jendral Pembangunan Daerah,
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa).

Diperlukan suatu koordinasi program supaya kegiatan konservasi pada lima
instansi tersebut dapat sinergi dengan mengacu pada peta RTkRHL-DAS yang
telah disusun oleh BP DAS. Selanjutnya arahan RTkRHL-DAS (program 15
tahun) ini digunakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota untuk
penyusunan RPRHL 5 tahunan dan RTn RHL untuk setiap tahun dimulai
tahun 2011.

Sinergi program antar lima lembaga pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat hulu memerlukan suatu koordinasi oleh TKPSDA
tingkat WS. Implementasi program harus dinyatakan dalam bentuk kegiatan,
waktu, biaya, pelaksana dan tempat pelaksanaan dengan menggunakan peta
yang sama. Pendekatan konservasi tanah dan air berbasis masyarakat akan
lebih efektif jika diarahkan ke pemberdayaan masyarakat desa konservasi
dalam skala DAS mikro.

Kegiatan yang dapat dilakukan oleh lintas kementerian dalam konservasi
sumber daya air dapat dilihat pada Tabel 2.10. Kegiatan tersebut didasarkan
pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,

halaman54
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, Peraturan
Pemerintah Nomor 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.

Tabel 2.10. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air dan Institusi Pengelola
Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air
(Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004)
Institusi Pengelola Kegiatan
(Struktural dan Non- Struktural)
Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air:
a. Pemeliharaan fungsi resapan air dan
daerah tangkapan air.
a. Pemerintah Daerah, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian: Zonasi, Vegetatif, Usaha tani
Konservasi.
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air. b. Pemerintah Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum:
Perijinan.
c. Pengisian air pada sumber air. c. Kementerian Pekerjaan Umum: Jaringan sumber
daya air.
d. Pengaturan dan sarana sanitasi. d. Kementerian Pekerjaan Umum, Pemda: jaringan
Drainase/Limbah.
e. Perlindungan sumber air terkait dengan
pembangunan dan pemanfaatan lahan
pada sumber air.
e. Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah
Daerah: Pengaturan/Ijin, Pertanian di lahan pasang-
surut, waduk/situ.
f. Pengendalian pengolahan tanah di
bagian hulu.
f. Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian,
Pemerintah Daerah:
Terasering, Guludan, Tanaman Penutup (cover crops),
Strip Rumput, Gully Plug, Kompos , usahatani
konservasi terpadu.
g. Pengaturan daerah sempadan sumber
air.
g. Pemerintah Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Kehutanan: Ploting garis sempadan
sumber air (sungai, waduk/situ, mata air, pantai).
h. Rehabilitasi hutan dan lahan. h. Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian,
Pemerintah Daerah.
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan
suaka alam, dan kawasan pelestarian
alam.
i. Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah.
Pengawetan Air:
Menyimpan air berlebihan dan
dimanfaatkan saat dibutuhkan.
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan,
Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah waduk/situ ,
embung atau ponds. (perencanaan, pembangunan, OP).
Menghemat air dengan pemakaian yang
efisien dan efektif.
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian,
Pemerintah Daerah: SRI, alokasi dan distribusi air,
kegiatan untuk reduksi kehilangan air.
Mengendalikan penggunaan air tanah. Kementerian ESDM/ Kementerian Pekerjaan Umum-
Sumber Daya Air, Pemerintah Daerah.
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran:
Memperbaiki kualitas air pada sumber air
dan prasarana sumber daya air.
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan
Hidup, Pemerintah Daerah: Waduk, Penggelontoran,
Alokasi air/SOP, Penetapan Kelas Sungai, Monitoring
dan Evaluasi kualitas air di sumber air dan prasarana
sumber daya air.
Mencegah masuknya pencemaran air
(bahan pencemar) pada sumber air dan
prasarana sumber daya air.
BLHD/ Kementerian Lingkungan Hidup,: Penerapan
IPAL, Monitoring dan Evaluasi kualitas air yang masuk
ke sumber air.
Sumber: Hasil Analisis 2010


2.5.1.3 Prokasih, Proper dan Superkasih
Terkait dengan upaya untuk mengendalikan dampak lingkungan khususnya
pencemaran air sungai dan laut, pemerintah telah mencanangkan beberapa

halaman55
program yang potensial digunakan dan dipadukan dalam pengelolaan kualitas
air di WS 6 Ci, yakni:

a. Prokasih (Program Kali Bersih). Prokasih dicanangkan pada tahun 1989 di
Surabaya dengan sasaran 18 (delapanbelas) sungai utama yang berada di 8
(delapan) provinsi. Prokasih merupakan program pemerintah pusat
(Kementerian Lingkungan Hidup) yang dalam pelaksanaannya di daerah
didelegasikan kepada pemerintah provinsi. Gubernur sebagai penanggung
jawab akan membentuk Tim Pelaksana Prokasih yang anggotanya terdiri dari
unsur Pemda, Pemkab/kota, Perguruan Tinggi/PSL, Dinas terkait dan LSM
serta media.

b. Proper (Program Penilaian Kinerja Perusahaan). Sebagai tindak lanjut
Prokasih pada tahun 1995 dicanangkanlah Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan yang disingkat dengan Proper. Proper merupakan
pengembangan Prokasih yang diarahkan untuk proses pentaatan industri yang
terdiri atas beberapa program yang dikemas dalam Proper. Tiga hal utama yang
menjadi dasar pendekatan Proper yang selanjutnya dilaksanakan secara
terpadu.

c. Superkasih (Surat Pernyataan Kali Bersih). Untuk semakin meningkatkan
efektivitas Prokasih maka pada tahun 2003 Prokasih dikembangkan menjadi
Super Kasih (Surat Pernyataan Kali Bersih). Super Kasih merupakan program
yang bertujuan untuk mendorong percepatan penaatan industri terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang
berlaku dengan cara membuat surat pernyataan tertulis untuk melakukan
penataan dalam batas waktu tertentu dengan memperhatikan faktor teknis dan
administrasi yang disaksikan oleh pejabat tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota. Superkasih juga diharapkan dapat meningkatkan
keterlibatan pemerintah daerah dan masyarakat serta pemilik kepentingan lain
untuk beperan aktif di dalam pengendalian pencemaran lingkungan khususnya
yang terjadi di DAS/perairan sungai maupun pantai/laut.






halaman56
2.5.1.4 Program dan Renstra Provinsi tentang Kualitas Air
a. Provinsi Banten
Mengacu pada Renstra Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2007-
2012 dan terkait dengan konservasi sumber daya air khususnya pengendalian
pencemaran air maka disusunlah program sebagai berikut:
a) Pemantauan lingkungan hidup:
Kegiatan tertuju pada upaya pemantauan kualitas lingkungan hidup (termasuk
sumber daya air) yang menerima beban pencemaran. Data hasil pemantauan
akan merupakan basis data lingkungan untuk kepentingan pengendalian,
pengawasan, penegakan hukum maupun bahan penyusunan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup.
b) Pengelolaan B3 dan limbah B3:
Kegiatan ini terkait dengan upaya pembinaan dan pengawasan pengelolaan B3
dan limbah B3. Pembinaan dapat bersifat teknis maupun administratif.
c) Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan:
Kegiatan ini meliputi penyusunan kebijakan penetapan baku mutu lingkungan
hidup; dan baku mutu limbah berdasarkan daya tampung badan lingkungan
tertentu.
d) Koordinasi penyusunan AMDAL/UKL-UPL:
Kegiatan upaya peningkatan koordinasi dalam penyusunan AMDAL (termasuk
UKL-UPL) untuk kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan.

b. Provinsi Jawa Barat
Untuk menunjang kebijakan khususnya terkait bidang pengendalian pencemaran
air, maka disusunlah program jangka pendek/tahunan beserta kegiatannya
sebagai berikut:
a) Peningkatan kerjasama kabupaten dan kota untuk melaksanakan monitoring
kualitas air di aliran sungai di wilayah administrasi masing-masing;
b) Sosialisasi tentang hak dan kewajiban bagi masyarakat di sekitar industri;
c) Pengurangan limbah domestik sejalan dengan target sasaran MDG dengan cara
meningkatkan penggunaan/pembangunan MCK pada masing-masing DAS;
d) Penguatan sumber daya manusia industri melalui kegiatan fasilitasi dan
pengembangan program EPCM;
e) Penegakan hukum bagi para pelanggar/pencemar lingkungan. Penegakan dapat
berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana dan perdata;
f) Kegiatan sekretariat penegakan hukum lingkungan terpadu;

halaman57
g) Kegiatan fasilitasi pembinaan pengelolaan limbah B3;
h) Kegiatan pembinaan dan pengembangan laboratorium Lingkungan;
i) Kegiatan fasilitasi pengembangan produksi bersih dan tekhnologi ramah
lingkungan;
j) Kegiatan pemantauan pencemaran lingkungan;

Secara khusus program pengendalian kualitas air sungai Citarum dapat merujuk
pada Roadmap Citarum yang tertuang dalam Rencana Penanganan Terpadu WS
Citarum 2010-2025. Roadmap Citarum merupakan sebuah rancangan strategis
yang berisi hasil identifikasi program utama untuk meningkatkan sistem
pengelolaan sumber daya air terpadu dan memperbaiki kondisi sepanjang sungai
Citarum. Penyusunan Roadmap dilakukan dengan pendekatan komprehensif,
terpadu dan multi sektor untuk dapat memahami dan memecahkan masalah
kompleks seputar pengelolaan air dan lahan sepanjang sungai Citarum.

c. Provinsi DKI Jakarta
Sejak tahun 2008 BPLHD DKI Jakarta telah melaksanakan program penataan
sungai Ciliwung. Program penataan sungai Ciliwung diharapkan dapat
memperkuat Prokasih yang telah dilaksanakan. Adapun tujuan dari penataan
sungai Ciliwung adalah untuk mengembalikan fungsi sungai Ciliwung, baik secara
ekologis, sosial maupun ekonomi, serta mendorong peningkatan kapasitas
lembaga, peningkatan peran masyarakat serta makin tumbuhnya tatakelola
lingkungan sungai yang baik atau Good River Environmental Governance.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka diluncurkan 6 (enam) program penataan
sungai Ciliwung, terdiri atas:
a) Program pengendalian/rehabilitasi pencemaran air;
b) Program pengendalian kerusakan lingkungan (banjir dan kekeringan);
c) Program penataan ruang;
d) Program kebijakan publik;
e) Program pemberdayaan masyarakat (peningkatan peran masyarakat);
f) Program penguatan kelembagaan.




halaman58
2.5.1.5 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan Kelas dan Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Ciliwung

Kualitas air sungai Ciliwung saat ini telah mengalami pencemaran berat sejak
dari hulu sampai muara sebagaimana dilaporkan oleh BPLHD Jawa Barat
(2009) dan BPLHD DKI Jakarta (2009) bahwa berdasarkan hasil monitoring
tahun 2009, menunjukkan bahwa sebagian besar ruas sungai Ciliwung
mengalami cemar berat dari hulu (Attaawun) sampai muara (Pluit), hanya pada
bagian kondisi air sungai Ciliwung mengalami cemar sedang. Mengingat
bahwa Sungai Ciliwung memiliki peran penting di dalam kehidupan
masyarakat khususnya Provinsi DKI Jakarta, maka perlu segera dilakukan
upaya keras untuk mengatasi dan mengendalikan pencemaran air sungai
Ciliwung, yaitu dengan cara melakukan pemulihan kualitas air melalui
program nyata yang terkoordinir dengan baik dan terpadu dengan berbagai
sektor terkait, baik secara teknis, administratif maupun financial.

Rancangan Peraturan Presiden merupakan upaya pemerintah untuk
memberikan pedoman dan kekuatan hukum dalam upaya untuk mengatasi
dan mengendalian pencemaran air sungai Ciliwung yang sedang berlangsung
saat ini. Rancangan Peraturan Presiden ini memberikan penetapan pada
upaya sebagai berikut:
a) Penetapan kelas air sasaran;
b) Pengendalian pencemaran;
c) Peran masyarakat;
d) Pembinaan dan pengawasan;
e) Pembiayaan.

2.5.1.6 Pengaturan dan Pembatasan Pengambilan Air Tanah
Pengaturan pengambilan air tanah baik untuk keperluan RKI maupun irigasi
perlu dilaksanakan untuk menghindari terjadinya penurunan muka air yang
berlebihan yang dapat berakibat terjadinya penurunan muka tanah seperti
saat ini terjadi di daerah Cekungan Bandung (1 Ci) dan Jakarta (2 Ci) atau
penyusupan air laut di daerah dataran pantai.

Tatakelola pemanfaatan air tanah untuk keperluan industri di WS 6 Ci dapat
dilakukan dengan cara pengaturan dan pembatasan pengambilan dan
pemanfaatan air tanah sesuai dengan tingkat kerusakan air tanahnya yang

halaman59
dituangkan dalam bentuk peta zona konservasi air tanah (contoh untuk CAT
Bandung-Soreang dapat dilihat pada Gambar 2.18

Pengaturan dan pembatasan pengambilan dan pemanfaatan air tanah tersebut
meliputi:
1) Pengaturan batasan kedalaman penyadapan air tanah,
2) Pengaturan volume pengambilan air tanah,
3) Pengaturan peruntukan pemanfaatan air tanah,
4) Pengaturan rancang bangun konstruksi sumur.



halaman60

Sumber: Lampiran Daftar CAT di Pulau Jawa dan Madura, Deptartemen ESDM, 2009 (diolah)
Gambar 2.18. Peta Konservasi Air Tanah untuk CAT Bandung-Soreang

halaman61
2.5.2 Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Air
2.5.2.1 Skematisasi Model Alokasi Air

Skematisasi digunakan untuk keperluan analisis neraca air WS 6 Ci, telah
dibuat skematisasi seperti terlihat pada Gambar 2.19. Prasarana yang ada
saat ini dan perkiraan/potensi pada masa datang telah digambarkan pada
gambar tersebut. Elemen dasar dari skematisasi adalah jaringan yang ada
di WS yang mewakili cara pengaliran dan penggunaan air secara
menyeluruh, disebut Water District
2
, yang mencakup satuan luas WS sesuai
dengan batas hidrologi dan penggunaan air utama serta beberapa pilihan
pengendalian sumber daya air. Pada skematisasi tersebut terdapat 123
Water District dan 1100 node (simpul perhitungan) yang dapat dilihat pada
Gambar 2.20.

2.5.2.2 Peningkatan Potensi Sumber Daya Air

(1). Pembangunan Waduk Baru
Potensi pembangunan waduk besar dan kecil untuk pemenuhan pasokan air
baku ke kota dan kabupaten di WS 6 Ci telah dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi dan potensi yang ada di wilayah tersebut. Beberapa waduk di
WS 6 Ci yang potensial untuk pemenuhan air baku RKI dan untuk keperluan
lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Selain potensi waduk tersebut di atas, ada juga potensi air baku di Bogor
Barat dari sungai Cikaniki (anak sungai Cisadane). Air yang dapat
dimanfaatkan adalah konstan sebesar 2 m
3
/det. Air dalirkan ke Bogor Barat
(lokasi Ciburial) melalui saluran yang mengikuti kontur kaki gunung Salak
sepanjang 10 km. Potensi air baku tersebut dinamakan Salak Kontur
(karena saluran mengikuti kontur lereng gunung Salak). Air baku ini dapat
digunakan sebagai tambahan air minum untuk Kota Bogor.




2
Water district adalah:
Unit hidrologi terkecil yang mencakupi kebutuhan air dan pasokan air;
Mempunyai persamaan sifat dalam merespon hujan dan aliran;
Unit yang saling melengkapi dalam pengaturan Sumber Daya Air dan memungkinkan untuk membuat
keseimbangan air.

halaman62
Dengan sangat berkurangnya luasan daerah irigasi yang diairi dari Bendung
Katulampa (sungai Ciliwung) dan Bendung Empang (sungai Cisadane), air
yang dialirkan ke saluran induknya saat ini kurang bermanfaat. Kelebihan
air ini berpotensi untuk penyediaan air baku RKI.

(2). Peningkatan pemanfaatan waduk lama
Sesuai laporan BTA-155 (1989) dan Studi JWRMS (1994), waduk Cirata yang
berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, volume tampungan waduk
dapat ditambah dengan meninggikan elevasi puncak bendungan15 m dari
elevasi muka air + 220 m menjadi +235 m. Peninggian ini dapat menambah
volume waduk + 1 milyar m
3
. Menurut penelitian fondasi dasar bendungan
cukup kuat menyangga beban bendungan setelah ditinggikan. Dengan
adanya peninggian bendungan untuk menambah luas tampungan waduk,
diperlukan pembebasan lahan. Penduduk yang harus dipindahkan sekitar
13.500 jiwa. Setelah dilakukan simulasi, jalan inspeksi keliling waduk yang
sudah dibuat, posisinya aman di atas genangan air sesudah waduk Cirata
ditinggikan 15 m.


halaman63
Tabel 2.11. Potensi Waduk 6 Ci
EIRR
(%)
Total Efektif
A. Wilayah 3 Ci (Cidanau-Ciujung-Cidurian)
1. Karian Ciberang Ciujung Rangkas-
bitung
Kabupaten
Lebak
Banten 1. Air baku dan irigasi Serang dan Cilegon :
5,5 m3/det.
314,71 juta 207,48 juta 1.74 Design Report: The Karian Dam
Project, Sept. 2006
Telah ganti rugi sebagian lahan
2. Air baku Kab dan Kota Tangerang: 9,1
m3/det.
2. Sindang Heula Cibanten Gelam Pabuaran Kabupaten
Serang
Banten 1. Air baku Serang dan Cilegon: 0,8 m3/det. 9,25 juta 9,20 juta 150.20 Telah selesai DD
2. Air irigasi Cibanten: 0,8 m3/det.
3. Cidanau Cidanau Kaduperep Cinangka Kabupaten
Serang
Banten 32,43 juta 24,57 juta 265.00 Laporan Akhir Survey Investigasi Air
Baku Cidanau, BBWS 3 Ci, 2008
4. Pasirkopo Cisimeut Ciujung Leuwidamar Kabupaten
Lebak
Banten 1. air baku Kab. Serang dan air irigasi DI
Ciujung: 3,30 m3/det.
82,50 juta 44,50 juta 920.00
2. Hydropower 10 MW
5. Cilawang Cibeureum
Cidurian
Kabupaten
Lebak
Banten 1. Air baku Kab. dan Kota Tangerang: 4,1
m3/det.
__ 62 juta Ciujung-Cidurian Integrated Water
Resources in Indonesia, 1995
6. Tanjung Cidurian Kabupaten
Bogor
Jawa Barat
dan Banten
2. Irigasi DI. Cidurian dan air baku Kab. dan
Kota Tangerang: 9,7 m3/det.
__ 280 juta 2,483.00 -
-
BTA 155,1989
Cisadane river basin, 1986
B. Wilayah 2 Ci (Cisadane-Ciliwung)
1. Genteng Cisadane Genteng Rancamaya Bogor Jawa Barat 1. Air baku Jakarta dan Bogor: .. M3/det. 87 juta 625.00 -
-
BTA 155,1989
Cisadane river basin, 1986
Pre FS
2. Listrik 5 MW
2. Narogong Cikeas Cibinong Bogor Jawa Barat 42 juta 407.00 BTA 155,1989
3. Pondok Benda Angke Pondok Benda Pamulang Tang-Sel Banten 5 juta 115.32 Review M/P Banjir Jakarta Identifikasi
4. Limo Pesanggarahan Cinere Cinere Depok Jawa Barat 5 juta 289.79 Review M/P Banjir Jakarta Identifikasi
C. Wilayah 1 Ci (Citarum)
1. Cikapundung 1. Untuk mengatasi kekurangan air minum
(daerah Kab. Bandung/ Lembang dan
khususnya kota Bandung
319,000 12-15
2. Untuk mengatasi kekurangan air irigasi
sebelah hilir (untuk tanaman
sayuran/palawija)
3. Untuk mengurangi banjir di wilayah kota
Bandung bagian Selatan.
2. Ciwidey Cikoneng Pasir Jambu Bandung Jawa Barat 1. Air baku 1.148 lt/det. 3,261,328 3,044,720 16.35 -
2. Irigasi: 1.658 ha
3. Pariwisata: 5% nilai total proyek -
4. Banjir sungai Ciwidey terkendali
5. Memberikan tambahan debit (maintenance
flow) sungai Citarum
3. Citarik Citarik Cicalengka Bandung Jawa Barat 1. Air bersih: Jatinangor & Rancaekek 307,468 3.80
2. Irigasi setempat
Tegal
manggung
Cimanggung Sumedang Jawa Barat 3. Industri: Kawasan Industri Bandung Timur -
untuk menghindari terjadinya penurunan
muka air bawah tanah (4 m/thn.: hasil
penelitian Dit. Geologi, 1998)
4. Sukawana Cimahi Sukawana Karyawangi Parongpong Bandung Jawa Barat 1. Air bersih: 592 ltr/det. 718,767 4.10 12.78 -
2. Irigasi: 1.717 ha
3. Listrik: 1.630 MW/thn
4. Banjir sungai Cimahi terkendali
5. Memberikan tambahan debit (maintenance
flow) sungai Citarum
-
5. Cimeta Cimeta Pasirhuni Cimanggu Ngampah Bandung Jawa Barat 1. Air bersih kota Padalarang: 450 ltr/det. 731,251 9.70 15.00 -
2. Irigasi setempat: 825 ha
3. Pariwisata: 20% nilai total proyek - Kajian Teknis Pembangunan Waduk
Cimeta di Kabupaten Bandung, TA
2005
No. Nama Sungai
Lokasi
Perencanaan Detail Waduk Cimeta
di Kabupaten Bandung, TA 2006
Usulan ini sdh diakomodir juga dlm
RTRW Prov. Jawa Barat, 2009-
2020.
Nama Potensi Waduk
Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
(M3)
Air baku industri dan kota Cilegon: 5,0 m3/det.
Pengembangan DAS Cimahi sbg industri wisata
Studi Kelayakan Pembangunan
Waduk Sukawana di Cimahi dan
Sudetan Cibatarua di Kab. Garut
dan Bandung (TA 2003)
Perencanaan Desain waduk
Sukawana Kabupaten Bandung, TA
2004
Usulan ini sdh diakomodir juga dlm
RTRW Prov. Jawa Barat, 2009-
2020.
Pengembangan DAS Ciwidey sbg industri wisata
Propinsi
Manfaat
Volume
Usulan ini sdh diakomodir juga dlm
RTRW Prop. Jabar, 2009-2029
Laporan Akhir Pekerjaan
Perencanaan Waduk Cikapundung
di Kabupaten Bandung, TA 2004
Catatan
Vol. 3 - Supporting, Ciujung-
Cidurian Intergrated Water
Resources in Indonesia, 1995
Laporan Akhir Detail Desain
Bendungan Sindang Heula , BBWS
Ci, 2008
Sumber Data
Luas Genangan
(Ha)
Air baku ..
Air baku setempat
Air baku setempat
Jawa Barat
Usulan ini sdh diakomodir juga dlm
RTRW Prop. Jabar, 2009-202
Perencanaan waduk Ciwidey, TA
2005
Studi Kelayakan Pembangunan
Waduk Ciwidey di Kabupaten
Bandung, TA 2004
<10 (tidak
layak)
Perencanaan Waduk Citarik 1 (satu)
Paket Kabupaten Bandung, TA 2004
Usulan ini sdh diakomodir juga dlm
RTRW Prop. Jabar, 2009-202.
Ada Manfaat lain dari Wdk. Ciarik
Langensari/
Cikidang
Lembang Bandung Cikukang (anak
sungai Cigulung -
anak sungai
Cikapundung)
Damit,
Tanjungwangi
Hilir pertemuan
sungai Ciwidey
dan sungai
Cicangkorah



halaman64
EIRR
(%)
Total Efektif
C. Wilayah 1 Ci (Citarum)
6. Santosa
- Tanpa Sudetan
Cibatarua
Cilaki Santosa Kertasari Bandung Jawa Barat 21,066,375 71.90 8.64
- Jangka Pendek (2005): 8.539.776
m3 (Sep-Nov)
- Jangka Menengah (2015):
27.844.126 m3 (Agust-Nov)
- Jangka Panjang (2025): 69.509.644
m3 (Jun-Des)
- Dengan Sudetan
Cibatarua
Cilaki Santosa Kertasari Bandung Jawa Barat 21.066.375
(Kapasitas
sudetan
Cibatarua:
2.052 3/det.)
71.90 7.15
7. Cibodas Sungai
Citarum Hulu
Desa
Cikoneng
Ciparay Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
317,969 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
8. Cikitu Sungai
Citarum Hulu
Desa Cikitu Pacet Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
51,839 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
9. Wakap Sungai
Citarum Hulu
Desa
Rancakole
dan Desa
Patrolsari
Arjasari Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
94,045 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
10. Cibintinu Sungai
Cisangkuy
Kampung
Sukarasa
Desa
Arjasari
Arjasari Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
210,141 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
11. Cikuda Sungai
Cidurian
Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
895,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
12. Sekerende Sungai
Cidurian
Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
288,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
13 Tugu Sungai
Cidurian
Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
1,850 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
14. Cikalimiring Sungai
Cikeruh
Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
733,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
15. Cikawari Sungai
Cipamokolan
Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
593,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
16. Tareptep Sungai
Cipamolokan
Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
610,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
17. Leuwiliang Sungai Citarik Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
10,54 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
18. Cigumentong Sungai Citarik Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
1,65 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
19. Cimulu Sungai Citarik Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
2,31 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
20. Tegal luar Sungai
Citarum
Desa Tegal
luar
Bojongsoan
g
Kab.
Bandung
Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan
irigasi
37,8 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
21. Sadawarna Jawa Barat 1. Air baku RKI, irigasi/pertanian 13,5 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
2. Pembangkit listrik tenaga
mikrohidro
3. Pariwisata
4. Perikanan darat
5. Konservasi
6. Pengendalian banjir
22. Cilame Sungai Cilame
- Cipunegara
Desa
Sadawarna
Cibogo Subang Jawa Barat 17,7 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
23. Cibodas Sungai
Cibodas
Kab.
Subang
Jawa Barat 71 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
24. Cibeber Anak sungai
Cibeber,
Sungai
Cikandung -
Cipunegara
Kab.
Subang
Jawa Barat 53,759,816 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
25. Pasiranji DAS CItarum Jawa Barat 200 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
26. Nameng DAS Citarum Jawa Barat 9,5 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
27. Pangkalan DAS Citarum Jawa Barat 471 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
28. Maya DAS Citarum Kab.
Subang
Jawa Barat 71,3 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
29. Telaga Herang Kab.
Subang
Jawa Barat 97,6 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
30. Kandung Jawa Barat 72,7 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir
No. Nama Sungai
Lokasi
Nama Potensi Waduk
Kampung Desa Kecamatan Kabupaten
Untuk menambah debit sungai
Cisangkuy, dimana di DPS Cisangkuy
pada musim kering terjadi kekurangan
air (Studi Pengelolaan Operasi Sungai,
Studi Kelayakan
Pembangunan Waduk
Sukawana di Cimahi dan
Sudetan Cibatarua di Kab.
Garut dan Bandung (TA
2003)
Usulan ini sdh diakomodir
juga dlm RTRW Prov. Jawa
Barat, 2009-2020.
(M3)
Propinsi
Manfaat
Volume
Catatan Sumber Data
Luas Genangan
(Ha)
Sungai
Cipunegara
Kab.
Subang

Sumber: Hasil Analisis 2010

halaman65



Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.19. Peta Skematisasi Model Alokasi Air WS 6 Ci

halaman66


Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.20. Peta Water District


halaman67

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 2.21. Daerah Potensial untuk Pengembangan Waduk

halaman68
2.5.2.3 Peningkatan Potensi Saluran Pembawa Air

(1). Kanal 2
Pembangunan Kanal 2 yang lokasi jalurnya agak jauh di selatan, yaitu di
Purwakarta Selatan, Karawang Selatan dan Bekasi Selatan, berpotensi
memasok air baku tambahan ke Bogor-Depok. Intake Kanal 2 langsung dari
waduk Jatiluhur pada Pasir Gombong menyusur ke barat sampai di Babakan
Cileungsi. Di Babakan air baku diolah menjadi air minum, kemudian dibagi ke
Bogor Utara, Depok, Bekasi.

Kapasitas Kanal 2 adalah 19 m
3
/det. Saluran dapat berupa saluran terbuka
atau tertutup dengan pipa. Keuntungan saluran terbuka, biaya konstruksinya
lebih murah, tetapi biaya pembebasan tanah lebih mahal dan harus
dilaksanakan sekaligus, dan tidak aman terhadap pencemaran air, serta rawan
diambil tanpa ijin oleh petani pada saat musim kemarau panjang. Jika dengan
pipa, biaya pembebasan tanah murah, meskipun harga pipa mahal, tapi aman
terhadap pencurian dan kualitas air akan lebih baik. Pada masa datang lebih
disukai saluran dengan pipa.

(2). Pemisahan Saluran Air Irigasi dan Air Baku
Saluran induk irigasi yang berfungsi ganda, seperti Saluran Tarum Barat dan
Saluran Ciujung Barat, mengalami kondisi yang terus menurun fungsinya
karena kesulitan untuk melaksanakan pengeringan dan perbaikan rutin
tahunan. Pemisahan menjadi 2 (dua) saluran yang terpisah, merupakan
peningkatan terhadap masing-masing fungsinya sebagai berikut:

Saluran air baku RKI lebih baik jika digunakan saluran tertutup (pipa besi
ataupun beton). Dengan demikian air baku tidak mengalami pencemaran
(sampah maupun limbah cair) sepanjang perjalanan dari sumber sampai ke
instalasi penjernihan. Air baku juga lebih aman dari pencurian air.
Saluran irigasi dapat tetap menggunakan saluran terbuka, sehingga dapat
dilakukan pengeringan dan perbaikan rutin tahunan.

Dengan adanya rencana peningkatan kapasitas Saluran Tarum Barat untuk air
baku ke Jakarta, dapat dipertimbangkan untuk sekaligus memisahkan fungsi
tersebut di atas. Saluran Tarum Barat dapat dibagi menjadi dua sisi. Saluran
irigasi dapat diperkecil cukup untuk mengalirkan kebutuhan air irigasi,

halaman69
menggunakan sisi kanan pada Saluran Tarum Barat. Saluran pembawa air
baku sebaiknya membangun saluran pipa baru, ditempatkan pada satu sisi
yang lain (sisi kiri) dalam saluran yang ada. Dengan membangun saluran
tertutup/pipa air baku maka pembangunan siphon pada sungai Cikarang, yang
direncanakan untuk mencegah pencemaran air baku ke Jakarta dari
pencampuran dengan air sungai tersebut, menjadi tidak perlu dilaksanakan.

Pada rencana peningkatan kapasitas air irigasi dan air baku RKI Kota Serang-
Cilegon, yang akan dipasok dari Waduk Karian, sebaiknya langsung dipisahkan
antara saluran irigasi yang tetap menggunakan Saluran Induk Ciujung Barat,
dan membangun saluran pipa baru khusus untuk air baku Kota Serang-
Cilegon.

Dengan pemisahan tersebut maka efisiensi saluran pembawa air baku menjadi
tinggi, karena menggunakan saluran pipa, sehingga pencemaran dan
kehilangan air dapat dikurangi. Jika saluran induk irigasi dapat dikeringkan
untuk pelaksanaan perbaikan rutin saluran, maka kondisi saluran irigasi
menjadi lebih baik sehingga efisiensi air irigasi juga dapat meningkat.

2.5.2.4 Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan

Beberapa potensi terkait dengan pengembangan irigasi pertanian di WS 6 Ci
mencakup:

(1). SRI dan Peningkatan produksi pertanian
Peningkatan produksi pertanian tidak hanya tergantung pada ketersediaan air
semata, tapi juga tergantung pada sistem bercocok tanam.

Kebijakan pembangunan pertanian saat ini bertujuan meningkatkan nilai
tambah. Salah satunya melalui diversifikasi tanaman serta upaya penerapan
SRI. Upaya ini juga berguna untuk mengurangi penggunaan air, sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan luas tanam.

(2). Peningkatan Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi yang dipakai dalam analisis saat ini adalah untuk irigasi semi-
teknis 50% dan irigasi teknis 55%. Efisiensi irigasi diharapkan akan meningkat
di masa yang akan datang dikarenakan adanya rehabilitasi prasarana irigasi,

halaman70
selain adanya perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran
masyarakat petani.

Dengan adanya rencana rehabilitasi/upgrading fasilitas irigasi yang ada,
perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat, maka
effisiensi irigasi diperkirakan akan meningkat 10%, sehingga pada penyusunan
pola pengelolaan sumber daya air untuk WS 6 Ci, perhitungan neraca air
dipakai angka 60% untuk irigasi semi-teknis dan 65% untuk irigasi teknis.

Dengan meningkatnya efisiensi irigasi tersebut, maka secara langsung dapat
mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, sehingga dapat meningkatkan
intensitas tanam dan luas lahan yang terairi.

(3). Pemanfaatan Untuk Perikanan
Oleh karena perikanan air tawar volumenya/arealnya tidak terlalu besar, maka
yang akan diperhatikan pada pola pengelolaan sumber daya air ini terpusat
pada perikanan tambak.

Untuk memperoleh hasil yang optimal, tambak memerlukan air segar untuk
pencampuran/penggelontoran. Oleh karena itu air untuk keperluan tersebut
sudah dialokasikan mengingat potensi keuntungan per hektar dari tambak
relatif lebih tinggi dibanding dengan tanaman padi atau palawija.

(4). Peningkatan Efisiensi Pelayanan PDAM
Efisiensi pelayanan PDAM pada umumnya masih rendah. Sebagai contoh di
Jakarta saat ini adalah 53%. Hal tersebut disebabkan oleh sistem perpipaan
yang telah tua, cepat rusak, serta alasan manajemen.

Diharapkan pada masa datang efisiensi tersebut dapat ditingkatkan (Jakarta
tahun 1990 efisiensi PDAM Jakarta masih 40%, terjadi peningkatan 13% selama
20 tahun).

2.5.3 Potensi Pengendalian Daya Rusak Air
2.5.3.1 Penanganan Banjir
Potensi upaya pengelolaan banjir di WS 6 Ci mencakup:



halaman71
(1). Potensi Penanganan Filosofi
Potensi filosofi yang dimaksud di sini adalah potensi terkait dengan penanganan
revitalisasi kawasan perumahan dan relokasi perumahan daerah rawan banjir

(2). Potensi Penanganan Struktural
Potensi penanganan struktural mencakup kegiatan normalisasi, pembuatan
waduk, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan, dan biopori.

(3). Potensi Penanganan Non-Struktural
Potensi penanganan non-struktural meliputi Konservasi dan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan di DAS, pembelian lahan untuk memperluas lahan konservasi dan
hutan koloni (Land Banking), penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat
Peduli Lingkungan, pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro
konservasi lingkungan.

(4). Potensi penanganan Sosial Budaya
Potensi penanganan sosial budaya terutama adalah penanganganterhadap
penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan termasuk di
dalamya pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro konservasi
lingkungan.

2.5.3.2 Penanganan Krisis Air/Kekeringan
Kekurangan air irigasi terutama terjadi pada bagian akhir jaringan irigasi.
Potensi untuk mengurangi kekeringan adalah dengan memperbaiki distribusi
air irigasi, meningkatkan efisiensi air irigasi, menindak tegas pengambilan air
tidak berijin serta meningkatkan kesadaran dan kepatuhan petani terhadap
jadwal tanam yang telah ditentukan.

2.5.3.3 Penanganan Kerusakan Pantai
Potensi perlindungan secara vegetatif dilakukan dengan mempertahankan
hutan bakau dan penanaman kembali tanaman bakau untuk perlindungan
pantai. Sedangkan secara struktur dapat dibangun konstruksi perlindungan
dan perkuatan pantai antara lain (1) bangunan pemecah gelombang, (2) turap,
(3) bronjong, dan lain-lain.

Jenis yang dipilih sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat, yaitu arah dan
besarnya gelombang, karakteristik arus, jenis tanah setempat, kelandaian

halaman72
pantai, serta peruntukan dari pantai tersebut. Untuk mendapatkan rencana
struktural yang tepat harus dilakukan studi rinci pada masing-masing lokasi.

2.5.3.4 Penanganan Bencana Tsunami
Kejadian tsunami tidak dapat dicegah, dan sulit diperkirakan kapan akan
terjadinya, maupun seberapa tingkat kedahsyatannya. Sebagai antisipasi untuk
mengurangi korban, kerusakan dan kerugian masyarakat akibat tsunami, perlu
dibuat pemetaan daerah rawan tsunami, serta sosialisasi kesiagaan terhadap
bahaya tsunami, sehingga masyarakat dapat mengetahui tingkat risiko dan
jalur evakuasi pada daerah tersebut.

Untuk meredam kecepatan arus tsunami, secara vegetatif perlu dipertahankan
keberadaan hutan bakau sepanjang pantainya, Secara teknis sipil perlu dibuat
peraturan/pengaturan bangunan yang aman, dan pembuatan jalur evakuasi ke
arah tempat pengungsian di daerah yang aman, serta sistem peringatan dini
saat kejadian gempa yang dapat memicu tsunami.

2.5.3.5 Penanganan Bencana Longsor
Sebagai upaya vegetatif, lokasi ini masih dapat dibudidayakan untuk pertanian
lahan kering, penghijauan dengan jenis pepohonan yang menghasilkan dengan
akarnya yang dapat memperkuat ketahanan terhadap longsoran, atau
penutupan permukaan lereng terbuka dengan rumput. Penebangan pohon pada
lokasi ini harus dihindari.

Sebagai upaya teknis sipil, longsor dapat ditanggulangi dengan:
a. Pembuatan parit drainase untuk mengurangi resapan air dan penggerusan
lereng,
b. Perkuatan lereng dengan penutup permukaan lereng dengan lapisan beton
atau pasangan batu kali, dan
c. Pembuatan teras bangku.
Sebagai upaya non-fisik adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat
tentang lokasi potensi daerah longsor dan pembatasan bangunan di sekitar
daerah rawan longsor.


halaman73
2.5.4 Potensi Sistem Informasi Sumber Daya Air
2.5.4.1 Integrasi Sistem Informasi
Agar pengelolaan sumber daya air optimal diperlukan integrasi sistem
informasi sumber daya air yang menyangkut database hidrologi yang meliputi
curah hujan, kondisi aliran, kandungan sedimen, tingi muka air dan aliran
pada kondisi ekstrem seperi banjir dan kekeringan, basis data
hidrometeorologi serta basis data dan informasi mengenai potensi air tanah
dan kondisi aquifer.

Pengembangan database hidrologi perlu ditingkatkan menjadi real time pada
lokasi terpilih yang berpengaruh signifikan dalam pengelolaan sumber daya air
dengan menambah jaringan peralatan otomatis seperti AWLL maupun ARL.
Pengembangan jaringan sistem informasi geohidrologi pada tiap cekungan air
tanah agar dapat diintegrasikan dengan informasi hidrologi air permukaan.

Basis data hidrologi dan geohidrologi akan memudahkan dalam perencanaan
pendayagunaan pada tiap water district. Sedangkan informasi sumber daya air
melalui sistem yang akan dibangun dapat memberikan peringatan tentang
kekeringan maupun banjir dan kecenderungannya.

Sistem informasi sumber daya air yang berpotensi dikembangkan meliputi
teknologi dan tambahan peralatan, penyiapan sumber daya manusia pada
ketiga unsur serta pengembangan kelembagaan pengelolaan sistem informasi
sumber daya air yang terpadu.

2.5.4.2 Sistem Pendukung Keputusan - Ribasim
Sistem Pendukung Keputusan atau DSS merupakan suatu alat bantu untuk
mendukung kerangka kerja analisis sistem dalam menghasilkan informasi
kuantitatif situasi keseimbangan air yang terkait dengan aspek ketersediaan
dan kebutuhan air yang berada dalam suatu WS.

Sistem analisa DSS yang pendekatannya tediri dari satu perangkat basis data
dan Perangkat lunak ini terdiri atas: basis data (database); dan kumpulan
model komputer yang konsisten beberapa model. Kunci dari model DSS
tersebut adalah simulasi satuan WS, dimana dalam simulasi tersebut
didasarkan pada distribusi air untuk berbagai kebutuhan, potensi air, dan
skematisasi sistem tata air. Dalam studi ini alat bantu yang digunakan untuk

halaman74
melakukan analisis sistem DSS adalah program RIBASIM yang dikembangkan
oleh Delft Hydraulic (Deltares).

2.5.5 Potensi Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
2.5.5.1 Kemitraan Desalinasi (PT Jaya Ancol)
Sebagai mana diketahui bahwa penurunan tanah di Jakarta sangat tinggi, dari
hasil pengamatan oleh Tim Geodesi ITB, di lokasi Muara Baru penurunan
tanah 26 cm/tahun dan di Kawasan Berikat Nusantara 18 cm/tahun. Kondisi
ini sangat mengkawatirkan, sehingga laju penurunan tanah di Jakarta ini
harus dihentikan atau dikurangi, dengan cara penghentian atau pengurangan
penggunaan air tanah dalam untuk industri. Kekurangan air harus diganti
dengan penyediaan air bersih yang berasal dari air permukaan. Karena air
PDAM tidak cukup sementara kebutuhan tidak bisa dikurangi, maka harus
ada upaya lain.

Salah satu potensinya adalah dengan menggunakan air laut yang diolah
menjadi air bersih. Instansi yang sudah memproduksinya adalah PT Jaya
Ancol yang mengolah air laut dengan teknologi desalinasi. Produksi yang telah
dihasilkan 5.000 m
3
/hari. Ternyata harga produksi sebesar Rp 9.000/m
3
,
masih lebih murah dari pada tarif air PDAM untuk komersial yakni Rp
125.000/m
3
sehingga proses ini cukup menguntungkan.

Teknologi desalinasi, pengolahan air laut untuk air minum dapat menjadi
model solusi untuk menghentikan pengambilan air tanah dalam di Jakarta.
Teknologi desalinasi ini bisa dipakai sebagai model oleh industri lain yang
kekurangan air baku yang berlokasi di dekat pantai. Upaya pengembangan
teknologi ini masih terkendala dengan adanya perjanjian kerjasama
internasional antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Perusahaan Air Minum
yang saat ini dikuasai modal asing, yaitu apabila ada pengembangan baru air
minum diperlukan adanya ijin dari perusahaan air minum asing tersebut.
Monopoli ini sangat tidak sehat. Pemerintah DKI Jakarta perlu meninjau
kembali perjanjian tersebut.

2.5.5.2 Air Baku kota Cilegon (PT Krakatau Tirta Industri, Kawasan Industri
Krakatau, Cilegon)
Peningkatan kebutuhan air bersih yang cukup besar untuk kawasan industri
dan Kota Cilegon memerlukan tambahan air baku dari sungai Cidanau.

halaman75
Potensi penyediaan air baku yang dapat dikembangkan adalah dengan
membangun Bendungan Cidanau, membangun saluran pipa baru Cidanau-
Krenceng, serta peningkatan kapasitas tampung Waduk Krenceng.
Pembangunan tersebut membutuhkan dana yang sangat besar. PT KTI
mungkin terlalu berat untuk membiayai seluruh investasi baru tersebut secara
mandiri. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara Pemerintah (Kementerian
PU/Direktorat Jenderal Sumber Daya Air) dengan PT KTI atau perusahaan
swasta lainya untuk pembangunan prasarana tersebut. Pembangunan atau
peningkatan instalasi penjernihan dan jaringan distribusi air bersihnya dapat
dilaksanakan oleh PT KTI atau perusahaan swasta lain, bekerjasama dengan
PDAM Kota Cilegon.

2.5.5.3 Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya
Air
Untuk melaksanakan koordinasi pengelolaan sumber daya air pada WS lintas
provinsi dibentuk TKPSDA WS lintas provinsi sesuai dengan intensitas
kebutuhan pengelolaan sumber daya air.

TKPSDA WS 6 Ci telah terbentuk melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor: 594/KPTS/M/2010. TKPSDA WS 6 Ci mempunyai tugas membantu
Menteri Pekerjaan Umum dalam koordinasi pengelolaan sumber daya air
pengelolaan sumber daya air Anggota forum koordinasi pengelolaan sumber
daya air WS 6 Ci tersebut tercantum dalam Tabel 2.12 dibawah ini:

Tabel 2.12. Pemangku Kepentingan dan Anggota Wadah Koordinasi TKPSDA WS 6
Ci
1. Wakil dari Provinsi Jawa Barat 5 orang
2. Wakil dari Provinsi DKI Jakarta 5 orang
3. Wakil dari Provinsi Banten 5 orang
4. Wakil dari Kabupaten/Kota 28 orang
5. Wakil dari Balai Besar dan PJT 2 4 orang
6. Wakil dari Dit BPSDA/BP 1 orang +
Jumlah anggota dari Pemerintah 48 orang
Jumlah anggota dari Non Pemerintah 48 orang
+
Total 96 orang
Sumber: Hasil Analisis 2010


2.5.5.4 BLU dan IJL
Potensi lain yang dapat dikembangkan adalah dengan membentuk suatu
mekanisme IJL yang bertujuan untuk mengelola dana dari masyarakat
penerima manfaat jasa lingkungan (masyarakat hilir) sebagai insentif untuk

halaman76
masyakat hulu yang telah melaksanakan kegiatan dan memelihara
lingkungan. Kemungkinan pengelolaan IJL dapat dilakukan melalui BLU.
Suatu contoh kasus yang sudah berjalan adalah kegiatan IJL di DAS Cidanau
yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC)
3
sejak
tahun 2002.

Pembayaran jasa lingkungan merupakan salah satu strategi untuk mengatur
ekosistem alami dan sistem pertanian di hulu yang dirancang agar dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat hulu sehingga
dapat mengendalikan/mengatasi penebangan hutan. Implementasi jasa
lingkungan ini dirancang dalam kurun waktu 5 tahunan, yaitu tahap pertama
tahun 2005-2009 dan tahap kedua tahun 2010-2014.

PT Krakatau Tirta Industri, sebuah pemanfaat air Cidanau untuk pemenuhan
air baku di Cilegon telah berpartisipasi membayar sebesar Rp. 250.000.000,-
per tahun
4
sebagai jasa lingkungan kepada kelompok masyarakat hulu agar
mereka berpartispasi menjaga kelestarian tegakan pohon kawasan hulu
Cidanau. Diharapkan dengan adanya insentif dari pihak hilir kepada hulu
maka terjalin keseimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang akan dapat
dinikmati bersama-sama.

2.5.6 Potensi Penataan Ruang
2.5.6.1 Zonasi
Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, dalam menetapkan zonasi di kawasan WS 6 Ci diserasikan
dengan aspek Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
yaitu: Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Airdan
Pengendalian Daya Rusak. Zonasi merupakan salah satu instrumen yang
potensial dalam memadukan antara perencanaan tata ruang dan pengelolaan
sumber daya air.




3
Sumber: Buku Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC), 2007.
4
Tahun 2005-2006 : 175 juta/tahun
Tahun 2007-2009 : 200 juta/tahun
Tahun 2010 : 250 Juta/tahun

halaman77
Dari perwujudan sistem jaringan sumber daya air di Pulau Jawa yang terkait
dengan WS 6 Cis (mengacu pada RTR Pulau Jawa-Bali), indikasi arahan
peraturan zonasi untuk sistem sumber daya air adalah:

a. Pengelolaan WS lintas provinsi yaitu Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-
Ciliwung-Citarum (Prov.Banten-Prov.DKI Jakarta-ProvJawa Barat), meliputi
DAS Cidanau, DAS Ciujung, DAS Cidurian, DAS Cisadane, DAS Ciliwung
dan DAS Citarum.

b. Pengembangan jaringan sumber daya air terdiri atas:
1) Jaringan Irigasi Nasional yaitu: DI Cisadane, DI Ciujung, DI Cipamingkis,
DI Cidurian, DI Cipancuh, DI Cihea, DI Jatiluhur dan DI Selatan
Jatiluhur.
2) Bendungan dan bendung meliputi: Bendungan Karian, Bendungan
Sindangheula, Bendungan Pasirkopo, Bendungan Cilawang, Bendungan
Tanjung, Bendungan Krenceng, Bendungan Genteng, Bendungan Ciawi,
Bendungan Jatiluhur, Bendungan Cirata, Bendungan Saguling, serta
bendung Cisadane, Bendung Pamarayan, Bendung Rancasumur.
Sistem jaringan prasarana pada WS lintas Kabupaten/Kota dan WS dalam satu
Kabupaten/Kota ditetapkan masing-masing melalui Peraturan Daerah tentang
RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

2.5.6.2 Java Spatial Model
JSM merupakan model berbasis perubahan pemanfaatan ruang/ penggunaan
lahan dengan basis data Pulau Jawa yang potensial dapat digunakan sebagai
piranti perkiraan informasi proyeksi masa depan yang konsisten dari:
Distribusi spasial dari populasi dan tenaga kerja pada tingkat desa;
Perkembangan kawasan perkotaan/permukiman yang dibutuhkan untuk
memperkirakan kebutuhan yang terkait kegiatan manusia;
Perubahan penggunaan lahan akibat pertumbuhan kawasan perkotaan
yang mengambil/menguasai kawasan utama lainnya seperti kawasan
irigasi teknis/sawah dan sebagainya.
Dalam aplikasinya, hasil JSM dipergunakan untuk proyeksi perkembangan
sebaran penduduk masing-masing Kecamatan yang dipergunakan dalam
Ribasim.


halaman78
2.5.6.3 Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Kebijakan pencegahan dan/atau pengendalian konversi lahan pertanian,
terutama sawah beririgasi teknis, menjadi sangat mendesak. Instrumen utama
dalam pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah terjadinya konversi
lahan sawah beririgasi teknis adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
baik RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota melalui mekanisme
perijinan lokasi. Penurunan luas lahan sawah ini sangat merugikan investasi
yang telah dilakukan Pemerintah untuk pembangunan irigasi. Pada awal
tahun 1990-an Pemerintah mengeluarkan peraturan yang melarang konversi
dari lahan beririgasi teknis ke penggunaan lainnya, kemudian pada tahun
2009 pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009
tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produksi pangan dan menghindari
kerugian terhadap investasi yang telah dilakukan pemerintah selama
bertahun-tahun.

halaman79
3 BAB III
ANALISIS DATA

3.1 Asumsi, Kriteria, dan Standar yang digunakan
3.1.1 Asumsi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 dipergunakan
sebagai acuan dalam penyusunan Pola memuat sekurang-kurangnya tiga (3)
parameter utama, ditambah satu parameter tambahan untuk dipertimbangkan,
yakni:
(1) Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik)
(2) Pertumbuhan ekonomi
(3) Perubahan iklim
(4) Pertumbuhan penduduk

Uraian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut:

(1) Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik)
Arah politik dapat memberi pengaruh signifikan pada pembangunan. Secara
prinsip, telah diidentifikasi kebijakan berikut:
Current Trend (CT): Kebijakan yang berorientasi pada masalah yang
mendesak dan solusi jangka pendek, mengikuti kecenderungan saat ini dan
melanjutkan pembangunan yang sudah berjalan.
Good Governance (GG): Pelaksanaan secara proaktif dari kebijakan
pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan penegakan hukum
dan dukungan pemangku kepentingan yang memadai.
Peraturan Menteri merupakan produk politik, dan Kementerian Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 44 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pengembangan Sumber Daya Manusia
dalam Menerapkan Prinsip-Prinsip Tatakelola Pemerintahan yang Baik dalam lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum. Sebagaimana dikutip dari Koesnadi Hardjasoemantri, tatakelola pemerintahan yang baik
hanya bermakna jika didukung oleh lembaga negara yang menciptakan politik, ekonomi dan sosial, dan iklim
yang stabil.

(2) Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan variasi pada masa lalu, tapi dengan
kecenderungan stabil antara 5% dan 6% per tahun, sehingga dalam skenario ini
digunakan 3 (tiga) tingkat pertumbuhan ekonomi:
Pertumbuhan ekonomi rendah, jika pertumbuhan ekonominya < 4,5%.

halaman80
Pertumbuhan ekonomi sedang , jika pertumbuhan ekonominya 4,5% -
6,5%.
Pertumbuhan ekonomi tinggi, jika pertumbuhan ekonominya > 6,5%.

-15
-10
-5
0
5
10
15
1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010
World Bank
50 years Merdeka, BPS

Sumber:
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG/countries/latest?display=default
1960-1994 diolah dari "Statistics 50 years Independent of Indonesia, 1995", BPS
1995-2010 National Income of Indonesia, Statistics Indonesia 2010, BPS
Gambar 3.1.Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035 2035-2040 2040-2045 2045-2050
P
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n

G
D
P
GDP growth % A2 GDP growth % B1 GDP growth % JSM 2.1

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.2. Pertumbuhan GDP Indonesia


(3) Perubahan Iklim
Skenario perubahan iklim (berdasarkan analisis dengan menggunakan GCM,
yang diakui oleh IPCC yang didukung PBB, terbatas pada perubahan curah
hujan rata-rata 0,3 mm/hari (tahun 2030. Taksiran dari perubahan rata-rata

halaman81
curah hujan tidak pasti, yaitu dinyatakan sebagai peningkatan atau penurunan.
Sehingga untuk 2030 angka tersebut mungkin sebagai +0,3 mm/hari (pada
musim penghujan) atau -0,3 mm/hari (pada musim kemarau).

Dengan menggunakan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 3.000 mm/tahun
pada WS 6 Ci (2.000 mm/tahun pada dataran pesisir dan 4.000 mm/tahun
pada kawasan pegunungan), perubahan curah hujan ditaksir pada kisaran 3%
pada tahun 2030.

Untuk menyusun Skenario dan Strategi untuk perubahan iklim digunakan
asumsi berikut:

Tahun
2030
Rata-rata perubahan curah hujan (mm/hari): 0,3
Rata-rata perubahan curah hujan (persentase dari 3000/tahun): 3%
Pengurangan air larian (run-off) sungai (%) 3%
Peningkatan aliran banjir (%) 3%
Dalam keseimbangan dan eksperimen numerik tanggap transien dengan GCM, perubahan curah
hujan diproyeksikan meningkat (< 0.5 mm/hari) pada waktu CO2 menjadi dua kali lipat selama
musim basah di seluruh daerah tersebut.

(4) Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk di
Jawa saat ini (termasuk transmigrasi dan masuknya penduduk dari pulau-
pulau lain) sekitar 1% per tahun, dan menggunakannya sebagai basis
pertumbuhan penduduk dalam skenario.

0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
1,00%
1,20%
1,40%
1,60%
Sensus 2010
Bappenas 2004
BPS (Proyeksi 2005-2015)
Usulan dalam JSM
SRES A2
SRES B1

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.3. Pertumbuhan Penduduk Indonesia

halaman82

Dampak nyata pertumbuhan penduduk terhadap pengelolaan sumber daya air
tidak terlalu banyak, tapi dampaknya lebih terasa pada cara orang memilih
tempat tinggal sehingga menyebabkan pertumbuhan perkotaan. Oleh karena itu
kuantifikasi dan lokasi pertumbuhan kota merupakan salah satu alat analisis
dari intervensi yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci.

Kecenderungan dalam pemukiman penduduk yang tumbuh dapat
disimulasikan, dan faktor yang terkait dimasukkan dalam JSM. Untuk masing-
masing desa di Jawa nilai tertentu daya tarik telah ditaksir, dan didasarkan
pada peramalan yang dapat dilakukan (dikalibrasi untuk periode 1990 2000
dan diverifikasi untuk 2000 2010) terhadap perubahan tata guna lahan,
pertumbuhan kota, dan pengurangan sawah, hutan, dan penggunaan lainnya.
Dengan memanipulasi nilai tersebut (seperti zona terbatas untuk pemukiman
atau yang didorong menjadi pemukiman pada daerah tertentu) pembangunan
dapat berpengaruh positif terhadap pengelolaan sumber daya air.

3.1.2 Kriteria
Kriteria yang digunakan dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air
WS 6 Ci diuraikan sebagai berikut:.

1) Kinerja DAS

Tabel 3.1. Kriteria Kinerja DAS
No. Parameter
Kategori/Kriteria DAS
Jelek Sedang Baik
1 % Luas Tutupan Lahan
Vegetatif Permanen thd Luas
DAS
< 30 % 30 75 % > 75 %
2 Erosi dan Sedimentasi Besar
SDR > 75%
Sedang/Normal
SDR 50-75%
Kecil
SDR < 50%
3 Sedimentasi Sungai Besar
Jml sedimen
> 10
ton/ha/Th
Sedang
Jml sedimen
5-10 ton/ha/Th
Kecil
Jml sedimen
< 5 ton/ha/Th
4 Qmax/Qmin Besar
KRS>120
Sedang/Normal
KRS 50-120
Kecil
KRS<50
Catatan: SDR = Sediment Delivery Ratio = Rasio Sedimentasi/Erosi lahan
KRS = Koefisien Rejim Sungai = Qmax/Qmin
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS





halaman83
Koefisien Rejim Sungai, Koefisien Ragam, dan Koefisien Limpasan
Untuk menentukan kinerja DAS, parameter hidrologi yang dihitung adalah (a)
Koefisien rejim sungai (KRS), (b) Koefisien ragam aliran sungai (KR), dan (c) Koefisien
limpasan (C).

Debit max Standar deviasi Jumlah runoff (mm/tahun)
KRS =
Debit min
KR =
Nilai Rerata
C =
Jumlah hujan (mm/tahun)


Kriteria yang digunakan adalah kriteria dan indikator kinerja DAS menurut Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pengelolaan DAS, seperti pada Tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2. Kriteria Keragaan DAS
Parameter KRS KR C
Nilai <50 50-120 >120 <0.1% >0.1% <0,25
0,25-
0,50
>0,50
Kondisi Baik Sedang Jelek Baik Jelek Baik Sedang Jelek
Sumber: Hasil Analisis 2010
Pendugaan erosi lahan dilakukan dengan menggunakan Metoda USLE (Universal Soil
Loss Equation):

A = R K LS CP

dimana
A: dugaan erosi lahan ton/ha/th,
R: Indeks erosivitas hujan (Bols, 1978),
K: Faktor erodibilitas tanah,
LS: Faktor lereng dan panjang lereng (Wood and Dent),
CP: faktor tingkat pengelolaan tanaman dan usaha tani).

Tingkat pengelolaan akan mempengaruhi nilai CP.

Tingkatan pengelolaan dibuat jadi 3 pilihan yakni (1) pengelolaan jelek (bad
management), (2) pengelolaan baik, (good management), dan (3) pengelolaan baik
Agroforestry di kawasan non-hutan berlereng >40%. Data tutupan lahan didapat dari
Kementerian Lingkungan Hidup (2009). Beberapa tingkatan pengelolaan pada
tindakan kultur teknis dan mekanis dinyatakan seperti pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4


halaman84
Tabel 3.3. Tingkatan pengelolaan kultur teknis
Kode
praktek
Tingkatan Contoh kultur teknis
1 Sangat
rendah (Jelek)
Tak menggunakan mulsa, sisa tanaman dibuang. Tak
menggunakan pupuk kandang, kompos, atau pupuk anorganik,
Tak ada rotasi tanaman, pada periode bera tanah dibiarkan tidak
ditanami. Tanaman semusim mono-cropping. Produksi biomas per
satuan luas rendah. Tak ada siklus hara, tak ada keragaman
tanaman
3 Sedang
(moderate)
Mulsa 0.5-1.0 t/ha/th. Menggunakan pupuk kandang dari
peternakan lokal atau kompos rumah tangga. Pupuk anorganik
seadanya. Rotasi tanaman semusim. Kebun campuran, tanaman
sela kerapatan tinggi, tanaman tahunan dengan tanaman sela di
bawahnya. Penutupan lahan 40-60%. Produksi biomass medium.
Keragaman jenis tanaman sedang. Sirkulasi hara sedang
5 Sangat tinggi
(Baik)
Mulsa 3-6 t/ha/th, jika perlu pupuk kandang didatangkan dari
luar. Pemakaian pupuk anorganik, kombinasi dengan kompos dan
pupuk kandang untuk memaksimalkan produksi. Inter-cropping,
intensitas tinggi atau poly-cropping. Rotasi dengan tanaman
kacang-kacangan (legume) satu tahun dalam 3 tahun. Tutupan
tanah >80%. Produksi biomass per luasan sangat tinggi,
keragaman tanaman sedang-tinggi. Sirkulasi dan akumulasi hara
intensif.
Sumber: Hamer, 1981

Tabel 3.4. Praktek pengelolaan mekanik
Kode
praktek
Tingkatan Contoh pengelolaaan mekanik
6 Tak ada (Jelek) Hanya ada batas petakan saja
8 Sedang
(moderate)
Lereng <5%: strip rumput permanen dengan standar sederhana,
rancangan sederhana gali-timbun pada graded atau kontur teras
dengan fasilitas saluran pembuang minimal. Jika menggunakan
mesin mekanisasi dilakukan tanam sejajar kontur.
Lereng >5%: teras gulud sederhana, atau teras bangku standar
rendah atau teras miring untuk tanaman pohon permanen
(misalnya karet, pinus, dll)
10 Sangat tinggi
(Baik)
Teras bangku dengan standar tinggi, miring ke arah dalam,
galengan stabil dilengkapi dengan Saluran Pembuang Air
Sumber: Hamer, 1981


halaman85
2) Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit banjir

Tabel 3.5. Standar dan Kriteria Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan
Debit Banjir
Kriteria dan
Standar
Indikator/Parameter
Pencemaran
Sungai
Baku mutu air:
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Status Mutu Air:
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air
Ketersediaan
Air
Permukaan
Data seri waktu (time series) debit digunakan untuk mengetahui
ketersediaan air. Parameter pemodelan Sacramento yang sudah dikalibrasi
dalam studi BTA 155 dapat dilihat dibawah ini.
Paramater Pemodelan Rainfall Runoff untuk wilayah Jawa Barat
bagian utara
Reservoir
parameters
Capacity
(mm)
Initial Content
(mm)
Depletion coefficient
(1/day)
UZTW 50 50 -
UZFW 150 50 0,080
LZTW 150 150 -
LZFSW 50 50 0,035
LZFPW 300 250 0,005

Percolation parameters Distribution parameters
ZPERC 1 PFREE 0,2
REXP 0 RSERV 0,95

Remaining parameter
Crop=factor (non-irrigated areas): 0,85
Unit hydrograph component: 1,0
Remainder of parameters: 0
Debit banjir Atas dasar:
- Jakarta Flood Control Masterplan 1997:
- Floodway : 1:100 tahun
- Drainase perkotaan lainnya : 1:25 tahun
- Drainase perkotaan setempat : 1:5 tahun
- Drainase perdesaan: 1:5 tahun
- JICA (Upper Citarum) menggunakan tingkat perlindungan 1:20 tahun,
sedangkan Paket C menggunakan tingkat perlindungan 1:5 tahun.
Sumber: Peraturan-peraturan, BTA-155 dan Jakarta Flood Control Masterplan

3) Kualitas Air
Kriteria pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001).
Tabel 3.6. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Storet
No Nilai Storet Kategori/Kelas Status Mutu Air
1 0 A Memenuhi baku mutu
2 -1 s/d -10 B Cemar ringan
3 -11 s/d -30 C Cemar sedang
4 -31 D Cemar berat
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

Tabel 3.7. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Indeks Pencemaran (IP)
No Nilai IP Kategori/Kelas Status Mutu Air
1 0 1 - Memenuhi baku mutu
2 1 5 - Cemar ringan
3 5 10 - Cemar sedang
4 >10 - Cemar berat
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

halaman86

3.1.3 Standar
1) Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik dan Non-Domestik

Tabel 3.8. Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik
Kategori Kota
Jumlah
Penduduk
liter/kapita/hari Sistem
Kota metropolitan > 1.000.000 190 Non Standar
Kota Besar
500.000-
1.000.000
170 Non Standar
Kota Sedang 100.000-500.000 150 Non Standar
Kota Kecil 20.000-100.000 130 Standar BNA
Kota kecamatan <20.000 100 Standar IKK
Kota Pusat Pertumbuhan/
Desa
3000 30 Standar DPP
Catatan: Untuk kebutuhan air non-domestik berkisar antara 15% sampai 40% dari total kebutuhan
domestik (kecuali Kota Cilegon = 75% dari kebutuhan domestik). Tingkat kehilangan di kisaran
25 30%
Sumber: Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan,
Kementerian Pekerjaan Umum-Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1989

2) Standar Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi
a) Penetapan Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan

Tabel 3.9. Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan
Tanaman Panjang dari periode pertumbuhan
tidak termasuk persiapan lahan
termasuk masa panen (# langkah
waktu bulan)
Panjang dari periode
tanam (# langkah waktu
bulan)
Padi SMV 7 2
Padi LMV 9 2
Palawija 7 1
Tebu 23 1
Catatan : SMV = Short Maturing Variety (Varietas berumur pendek/Unggul)
LMV = Long Maturing Variety (Varietas berumur panjang/Non-Unggul)
Sumber: BTA-155 (1989)

b) Kebutuhan pra-jenuh sama dengan 200 mm untuk tanaman padi pertama
(awal musim hujan) dan 150 mm untuk tanaman padi berikutnya.


3) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Tambak
Standar kebutuhan air tawar rata-rata (sesuai dengan SNI 19-6728.1-2002)
adalah:
Tambak sederhana : 0,8 L/det/ha
Tambak semi intensif : 3,9 L/det/ha
Tambak intensif : 5,9 L/det/ha
Dengan penggunaan air diperhitungkan dalam 1 tahun terdiri atas 2 musim
maka, konsumsi air untuk tambak diperhitungkan 7 mm/hari.




halaman87
4) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Flushing
Kebutuhan flushing di WS 6 Ci dihitung dengan mengacu rumus pendekatan
pada laporan studi BTA -155 (tahun 1989), sebagai berikut:

Qf = f.E.D.A/86.400. Cs
dimana:
Qf : kebutuhan air untuk flushing (m
3
/detik);
f : faktor koreksi (%) retensi pollutant di fasilitas sanitasi dan saluran
drainase;
E : keluaran pollutant (gr BOD/capita/hari);
D : kepadatan penduduk di catchment area (capita/km
2
);
A : catchment area (km
2
);
Cs : Baku mutu BOD (mg/l)

5) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Perikanan (tambak)
Kebutuhan air untuk perikanan (tambak) yang digunakan dalam perhitungan
DSS-Ribasim untuk WS 6 Ci sebagai berikut:
Tabel 3.10. Kategori Perikanan dan Persyaratan Flushing rate dan Salinitas
Jenis Tambak Flushing Rate (mm/hari) Salinitas (mm/hari)
Intensif 13 23
Semi-Intensif 7 23
Tradisionil 0 35
Sumber: Hasil Analisis Ribasim

3.1.4 Analisis
3.1.4.1 Analisis Konservasi Sumber Daya Air
1) Analisis Konservasi DAS
Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup pada masa sekarang dan akan datang. Perlindungan
dan pelestarian sumber air dilakukan melalui: (a) pemeliharaan kelangsungan
fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, (b) pengendalian pemanfaatan
sumber air, (c). pemulihan air pada sumber air, (d) penataan prasarana dan
sarana sanitasi, (e) perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan
kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air, (f)
pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, (g) penataan daerah sempadan
sumber air, (h) rehabilitasi hutan dan lahan, (i) pelestarian hutan lindung,
kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. Kerusakan DAS hulu
tercermin dari bertambahnya persentase lahan kritis di suatu DAS. Penyebab
utama kerusakan DAS hulu terdiri dari dua faktor utama, yakni pertama
masalah kemiskinan akibat dari ketimpangan pembangunan antara Hulu-Hilir,

halaman88
dan kedua masalah okupasi kawasan resapan menjadi kawasan pemukiman
dan wisata.

a. DAS Citarum Hulu (di stasion Nanjung)
Koefisien Rejim Sungai (KRS) dari tahun 1974-2008 cenderung menaik dari 55-
105 (Sedang), Koefisien Ragam (KR) juga naik dari 0,79-0,90 (Jelek). Sedangkan
nilai Koefisien Limpasan (C) relatif konstan pada nilai 0,66 - 0,67 (Jelek).


Sumber: BP DAS (diolah) 2010
Gambar 3.4. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Citarum Hulu


b. DAS Ciliwung Hulu
Perubahan KRS, KR, dan C dari tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Berdasarkan kriteria BP DAS, kondisi DAS Ciliwung hulu adalah: Angka KRS
cenderung naik dari tahun 2002-2006 mulai dari 10-206 (Baik-Jelek). Nilai
Koefisien limpasan (C) juga cenderung naik dari 0,40-0,54 (Sedang-Jelek). Nilai
koefisien ragam (KR) naik tajam dari 0,5-1,2 (Jelek).

Peningkatan nilai KRS mencerminkan bertambahnya debit maksimum dan
menurunnya debit minimum. Hal ini sejalan dengan naiknya nilai C. Penurunan
debit minimum menunjukkan berkurangnya aliran dasar (base flow) karena
naiknya C dan berkurangnya fungsi resapan (recharge area) di DAS hulu.


Sumber: BP DAS (diolah) 2010
Gambar 3.5. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Ciliwung Hulu (Katulampa)


halaman89

c. DAS Cidurian di stasion Cikande
Pada periode tahun 1997-2008, nilai KRS rerata 282 bervariasi dari 39-601 (baik-
jelek), nilai KR rerata 1,40 bervariasi dari 0,7-1,7 (jelek-jelek), nilai C rerata 0,54
bervariasi dari 0,37-0,75 (sedang-jelek).


Sumber: BP DAS (diolah) 2010
Gambar 3.6. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Cidurian-Cikande

Peningkatan frekuensi banjir pada sungai tersebut di atas terjadi akibat adanya
perubahan koefisien rejim sungai, koefisien ragam dan koefisien limpasan.

Perubahan areal setiap tingkatan erosi pada ke 3 (tiga) kondisi pengelolaan tersebut
digambarkan seperti pada Gambar 3.7. Areal dengan erosi berat-sangat berat (>180
ton/ha/thn) akan menurun dengan adanya perbaikan pengelolaan. Perubahan luas
areal dengan tingkat erosi berat-sangat berat (>180 ton/ha/thn) dan total erosinya
dinyatakan pada Tabel 3.11. Jika dilakukan pengelolaan baik, maka total erosi
akan turun menjadi 16,3% dari kondisi pengelolaan jelek, jika pengelolaan baik +
wana-tani lereng >40% non-hutan total erosi turun menjadi 10,7%.


Sumber: BP DAS (diolah) 2010
Gambar 3.7. Perubahan perentase areal setiap tingkatan erosi pada tiga kondisi
pengelolaan di WS 6 Ci




halaman90
Tabel 3.11. Perubahan luas dan total erosi untuk tingkat erosi berat-sangat berat
Luas dan Total erosi
Pengelolaan
Jelek
Pengelolaan
Baik
Pengelolaan Baik+Wana-tani
lereng >40% non-hutan
Areal Erosi Berat Sangat
Berat (ha)
390.216 68.646 46.061
Total erosi (juta ton/thn) 152,1 24,7 16,3
% erosi dari kondisi jelek 100% 16,3% 10,7%
Sumber: BP DAS (diolah) 2010


halaman91

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.8. Tingkatan erosi (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan jelek di WS 6 Ci



halaman92

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.9. Tingkatan erosi berat (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan baik di WS 6 Ci


halaman93

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.10. Peta Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) di WS 6 Ci


halaman94
2) Simulasi Sedimentasi di Waduk Saguling
Waduk Saguling yang beroperasi pada sejak tahun 1986 dirancang dengan
volume dead storage 257,8 juta m
3
pada elevasi air +623 m dpl, spilling volume
886,9 juta m
3
, spillage level +643 m dpl. Dengan laju sedimentasi dugaan awal
sebesar 1,5 juta m
3
/tahun maka umur dead storage sekitar 183 tahun, dan
reservoir half life sekitar 294 tahun
5
. Pengukuran volume waduk dari data tahun
1986 dan tahun 2004 dengan metoda bathymetri memperlihatkan angka laju
sedimentasi di Saguling terjadi sebesar 8,2 juta m
3
/tahun, sehingga dugaan
umur dead storage akan menjadi 34 tahun (beroperasi 1986-2020).


Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.11. Hasil Simulasi Sedimentasi Daerah Tangkapan Air Saguling

Untuk mengembalikan tingkat sedimentasi 1,5 juta m
3
/tahun, maka dengan
asumsi SDR 10%, tingkat erosi lahan maksimal sekitar 15 juta m
3
/tahun (18
juta ton/tahun
6
), dicoba simulasi besarnya erosi lahan di daerah tangkapan
waduk Saguling pada kondisi 3 tingkatan pengelolaan. Hasil simulasi (Gambar
3.12) menunjukkan bahwa pada kondisi pengelolaan jelek, baik, dan baik
+agroforestry pada lahan non-hutan lereng >40%, total erosi lahan berturutan
sekitar 62,9 juta ton/tahun (52,3 juta m
3
/tahun), 16,9 juta ton/tahun (14,1
juta m
3
/tahun, dan 13,2 juta ton/tahun (11,0 juta m
3
/tahun). Dengan cara
pengelolaan baik tanpa harus melaksanakan agro-forestry pada lahan non-
hutan lereng >40%, memperlihatkan erosi lahan kurang dari18 juta ton/tahun
sehingga sedimentasi di Saguling kembali pada kondisi awal (1,4 juta
m
3
/tahun). Dengan tambahan pelaksanaan agro-forestry pada lahan non-hutan
lereng >40%, akan menghasilkan sedimentasi yang lebih kecil lagi sekitar 1,1
juta m
3
/tahun.



5
Sumber: Cisadane-Cimanuk Integrated Water Resources Development (BTA-155), Sept 1989 Volume IX: Erosion
6
Berat jenis sedimen 1,2 ton/m3


halaman95

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.12. Peta Potensi Erosi di Wilayah Hulu Waduk Saguling dengan Pengelolaan Jelek



halaman96
3) Analisis Konservasi Kualitas Air
a. Waduk Saguling
Evaluasi kadar logam berat pada tiga waduk yang berada di sungai Citarum
dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan air waduk tersebut bila digunakan
sebagai air baku air minum. Keberadaan logam berat di dalam air baku sangat
penting diketahui karena selain berbahaya bagi kesehatan juga pengolahannya
sulit dilakukan bila kandungannya melebihi batas ambang yang diperkenankan.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing operator waduk, yaitu
PT Indonesia Power (Saguling), PT Pembangkit Jawa Bali (Cirata) dan PJT II
(Jatiluhur) menunjukkan bahwa kadar logam di ke tiga waduk tersebut telah
melebihi ambang batas kelas peruntukan air baku air minum (Kelas I /Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001) sehingga air pada ke tiga waduk tersebut tidak
layak digunakan sebagai sumber air baku air minum. Parameter logam berat yang
menjadi pembatas adalah golongan besi, raksa, nikel, tembaga, seng, krom (IV),
kadmium, timbal, arsen, selenium, boron, dan mangan (Tabel 3.12).

Data hasil pengamatan kadar logam berat menunjukkan fluktuasi dengan
kecenderungan (trend) meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Fluktuasi
dan trend kadar logam berat pembatas disajikan pada Gambar 3.13. Sumber
pencemar utama adalah limbah berasal dari industri yang berada di Nanjung dan
sekitarnya serta industri yang berada di sekitar kota Bandung. Kecenderungan
kadar logam berat yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi
adanya peningkatan buangan limbah industri di hulu waduk dan tanpa adanya
pengolahan yang memadahi sehingga berdampak pada tingginya kandungan logam
berat di waduk Saguling.
Tabel 3.12. Kualitas logam berat di titik pengamatan Nanjung - inlet waduk Saguling
(2000-2010)
No Parameter
Satu-
an
max Level
BM kelas
1* 2000 2001 2003 2004 2005 2006 2008 2009 2010
1 Besi (Fe) mg/l 0,98 0,98 2,8 5,6 5,75 3,46 2,5238 5,733 2,9938 0,3
2 Raksa (Hg) ppb 0,005 0,005 0,42 0,98 0,19 0,24 0,42 0.4 0,14 1
3 Nikel (Ni) mg/l 0 0,000 0 0 0 0,05 0 0 0 0,002
4 Tembaga (Cu) mg/l 0,011 0,011 0,06 0,02 0,01 0,06 0,0009 0,092 0,1049 0,002
5 Seng (Zn) mg/l 0,021 0,021 0,098 0,06 0,002 0,291 0,0149 0,156 0,814 0,05
6
Krom hexavalen
(iV)
mg/l 0,006 0,006 0 0 0 0 0 0 0 0,05
7 Kadmium (Cd) mg/l 0,005 0,008 0,006 0,007 0,006 0,0005 0,0009 0 0,0059 0,01
8 Timbal (Pb) mg/l 0 0,000 0,04 0,023 0 0,07 0 0,035 0,0312 0,03
9 Arsen (As) mg/l 0,01 0,010 0,09 0,01 0,04 0,0027 0,0012 0,011 0,0047 0,05
10 Selenium (Se) mg/l 0,006 0,006 0,098 0,007 0,006 0,006 0 0,002 0 0,01
11 Boron (B) mg/l 0,01 0,010 0,1 0,067 0,07 0,27 0,069 0,055 0 1
12 Mangan (Mn) mg/l 0,3 0,300 0,84 0,53 0,2 0,7 0,5953 1,1918 0,054 0,1
BM: Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001; #: Standar WHO 1993
Sumber: PT Indonesia Power, Saguling

halaman97




Catatan:
: memenuhi baku mutu
: melebihi baku mutu
Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.13. Fluktuasi kadar dan trend logam berat di titik Nanjung (Inlet waduk
Saguling)

b. Waduk Cirata
Evaluasi kadar logam berat di waduk Cirata dilakukan di titik pengamatan nomor
6, muara Sungai Citarum di Waduk Cirata (Inlet waduk) dari data 2007-2010
(Tabel 3.13). Berdasarkan data maksimum yang terjadi pada sepanjang waktu
pengamatan tiap tahun oleh PT PJB menunjukkan bahwa terdapat 6 parameter
logam berat di antara 12 parameter logam berat yang dianalisa telah melebihi baku
mutu kelas I, yaitu besi, nikel, tembaga, seng, timbal, raksa dan kadmium. Hasil
analisa menunjukkan data fluktuatif dengan trend yang berbeda di antara masing-
masing parameter pembatas (Gambar 3.14). Besi dan tembaga menunjukkan data
yang fluktuatif dengan kecenderungan yang meningkat. Sebaliknya, nikel, seng,
timbal dan kadmium menunjukkan trend yang menurun. Raksa terindikasi

halaman98
melebihi baku mutu kelas I sebesar dua kali lipat (2,09 ppb) hanya pada waktu
pengamatan tahun 2007, namun pada tahun berikutnya nilainya memenuhi baku
mutu kelas I dan menunjukkan trend yang menurun tajam.

Tabel 3.13. Kadar logam berat di titik 6 muara Sungai Citarum di waduk Cirata (2007-
2010)
No. Parameter Satuan 2007 2008 2009 2010 BM Kls I
1 Besi (Fe) mg/l 0,561 1,575 0,644 1,534 0,3
2 Raksa (Hg) ppb 2,09 0,337 0,24 0,14 1
3 Nikel (Ni) mg/l 0,0422 0 0,01 0,03 0,02
4 Tembaga (Cu) mg/l 0,0163 0,079 0,064 0,104 0,02
5 Seng (Zn) mg/l 0,1359 0,09 0,264 0,021 0,05
6 Krom hexavalen (iV) mg/l 0 0 0 0 0,05
7 Kadmium (Cd) mg/l 0,0306 0,0232 0,013 0 0,01
8 Timbal (Pb) mg/l 0,0195 0,2649 0,096 0,016 0,03
9 Arsen (As) mg/l 0,0014 0,0022 0,002 0,001 0,05
10 Selenium (Se) mg/l 0,005 0,009 0,007 0,001 0,01
11 Boron (B) mg/l 0,057 0,075 0,059 0,054 1
12 Mangan (Mn) mg/l 0,377 0,371 0,301 0,336 0,1
BM: Baku Mutu Kelas I PP nomor 82 Tahun 2001
Sumber : PT Pembangkit Jawa Bali, Cirata;





Catatan:
: memenuhi baku mutu
: melebihi baku mutu
Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.14. Fluktuasi dan trend kadar logam berat di waduk Cirata (titik 6)

halaman99


c. Waduk Jatiluhur
Evaluasi kadar logam berat di waduk Jatiluhur dilakukan berdasarkan 2 (dua)
kelompok data maksimum terpilih dari hasil monitoring tahun 2002-2008 dan
2009-2010. Pengelompokan ini dikarenakan adanya perubahan/penambahan
lokasi sampling, khususnya di waduk sebanyak 11 (sebelas) lokasi sejak tahun
2009. Evaluasi data 2002-2008 (Tabel 3.14) merupakan hasil monitoring kualitas
air di titik pengambilan sampel inlet dan outlet waduk. Sedang tahun 2009-2010
(Tabel 3.15) evaluasi dilakukan berdasarkan data sampling di waduk.

Tabel 3.14. Kadar besi dan mangan di inlet dan outlet waduk Jatiluhur (2002 2008)
No. Tahun Inlet Outlet BM Kls I
Besi (mg/l)
1 2002 0,33 0,36 0,3
2 2003 0,49 0,53 0,3
3 2004 0,35 0,3 0,3
4 2005 1,23 1,05 0,3
5 2006 1,89 0,43 0,3
6 2007 0,5 1,77 0,3
7 2008 0,92 3,33 0,3
Mangan (mg/l)
1 2002 0,08 0,12 0,1
2 2003 0,08 0,13 0,1
3 2004 0,05 0,08 0,1
4 2005 0,14 0,3 0,1
5 2006 0,27 0,23 0,1
6 2007 0,38 0,41 0,1
7 2008 0,22 0,27 0,1
Sumber: Perum Jasa Tirta II, Jatiluhur; Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001

Tabel 3.15. Kadar logam berat (besi, mangan dan seng) di waduk Jatiluhur (2009-2010)
No. Parameter Unit 2009 2010 BM Kls I
1 Besi (Fe) mg/l 0,78 4,56 0,3
2 Mangan (Mn) mg/l 0,25 0,34 0,1
3 Seng (Zn) mg/l 0,52 0,04 0,05
Sumber: Perum Jasa Tirta II, Jatiluhur; Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001

Secara umum, hasil pengamatan data kadar logam berat di waduk Jatiluhur
menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran oleh besi (Fe), Mangan (Mn) dan
Seng (Zn). Data tahun 2002-2008 menunjukkan bahwa hanya parameter mangan
dan besi di inlet maupun outlet waduk Jatiluhur telah melampaui baku mutu kelas
I. Kadar besi maupun mangan berfluktuasi dan mengindikasikan kecenderungan
yang meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (Gambar 3.15). Kadar besi di outlet
cenderung lebih tinggi dan memiliki kecenderungan meningkat yang lebih tinggi
dibanding dengan di inlet. Sedang kadar mangan di outlet juga menunjukkan
indikasi yang sama yaitu lebih tinggi dibanding di inlet dengan kecenderungan
meningkat yang lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan akibat adanya pembuangan

halaman100
limbah industri yang mengandung logam berat dari inlet waduk lain, yaitu
beberapa anak sungai Citarum yang masuk ke waduk Jatiluhur.

Dari data monitoring masing-masing waduk, yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur
menunjukkan bahwa air waduk telah tercemari logam berat dimana kadar logam
berat telah melebihi baku mutu kelas I (PP Nomor 82 Tahun 2001) sehingga dapat
disimpulkan bahwa air waduk tidak layak untuk memenuhi kebutuhan air baku
air minum, kecuali dilaksanakan pengolahan dengan biaya operasional yang relatif
mahal.


Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.15. Fluktuasi Kadar besi dan mangan di waduk Jatiluhur (2002-2008)


3.1.4.2 Analisis Pendayagunaan Sumber Daya Air

1) Analisis Kebutuhan Air
a. Kebutuhan Air untuk RKI (Rumah Tangga, Perkotaan, Industri dan Pariwisata)
Dengan menggunakan asumsi kebutuhan air bersih per kapita dan peningkatan
standar hidup masyarakat, serta mempertimbangkan akan perkembangan sektor
jasa dan industri, maka diperkirakan pada 20 tahun mendatang kebutuhan air
bersih akan meningkat lebih 50%.

Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data jumlah
penduduk (Podes tahun 2008 dan proyeksi tahun 2030), dan besaran kebutuhan
air untuk keperluan rumah tangga, perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan
standar Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air
Minum Perkotaan, Pekerjaan Umum - Dirjen Cipta Karya, 1998, maka diperoleh
angka kebutuhan air untuk keperluan RKI di WS 6 Ci sebagaimana disajikan pada
Tabel 3.16.




halaman101
Tabel 3.16. Kebutuhan Air RKI di WS 6 Ci (termasuk kebutuhan untuk pariwisata)
Wilayah
Kebutuhan air untuk RKI
Jumlah Penduduk*)
2010 2030
2010 2030
m3/det
Juta
m3 /thn
m3/det Juta m3/thn

3 Ci 10,485 333,12 15,83 499,21 4.645.688 7.164.502
2 Ci 73,029 2.303,14 91,42 2.883,19 27.549.884 34.615.024
1 Ci 39,909 1.258,67 47,39 1.494,67 15.970.294 20.548.794
Total 123.423 3.894,93 154,64 4.877,07 48.165.866 62.328.320
Sumber: *) Hasil pengolahan data Podes 2008

b. Kebutuhan Air untuk Irigasi
Kebutuhan air untuk irigasi dan pertanian di WS 6 Ci saat ini merupakan
kebutuhan yang paling dominan jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk
keperluan lainnya misalnya untuk Rumah Tangga, Perkotaan, Industri (RKI) dan
tambak. Pada masa akan datang kondisi ini akan terus berlangsung, walaupun
terjadi penurunan luas lahan sawah.

Dalam kurun 1989-2010 lahan sawah di WS 6 Ci menunjukkan penyusutan luas
sebesar 135.066 ha atau sekitar 6.432 ha per-tahun. Penyusutan lahan ini
terutama terjadi dari lahan sawah beririgasi Teknis, yaitu seluas kurang lebih 100
ribu ha, sedangkan dari lahan sawah beririgasi semi-teknis (termasuk sawah irigasi
sederhana) seluas kurang lebih 35 ribu ha.

Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data luasan sawah
yang ada (2010) dan proyeksi untuk tahun 2030, maka diperoleh angka kebutuhan
air untuk irigasi di WS 6 Ci seperti disajikan pada Gambar 3.16 dan Tabel 3.17.


Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 3.16. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci




halaman102
Tabel 3.17. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci
Wilayah
Luas sawah Irigasi Kebutuhan Air untuk Irigasi
2010 (ha) 2030 (ha)
2010 2030
m
3
/dt juta m
3
/th m
3
/dt juta m
3
/th
3 Ci 45.714 33.311 15,99 504,09 11,59 365,28
2 Ci 99.355 49.525 37,44 1.180,76 18,41 580,62
1 Ci 348.704 268.803 164,12 5.175,51 124,69 3.932,17
Total 493.773 351.639 217,54 6.860,37 154,68 4.878,07
Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010

c. Kebutuhan Air untuk Pemeliharaan Sungai/Penggelontoran
Berdasarkan rumus yang tertera di sub-bab 3.1.2 (Kriteria) diperoleh kebutuhan air
untuk keperluan penggelontoran setiap tahunnya (pemeliharaan sungai di WS 6 Ci)
sebesar kurang lebih 78 m
3
/detik.

Tabel 3.18. Kebutuhan Air untuk Penggelontoran
Wilayah Penggelontoran
2010
m
3
/s
3 Ci 9.81
2 Ci 33.02
1 Ci 35.59
Total WS 6 Ci 78.42

Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010

d. Kebutuhan Air untuk Ketenagaan
Pemanfaatan sumber air untuk mendukung ketenagaan telah memanfaatkan 3
waduk di 1 Ci (Waduk Cirata, Saguling dan Djuanda) melalui PLTA. Untuk
menambah ketenagaan dapat dilakukan melalui studi identifikasi pada waduk baik
di waduk Karian (3 Ci) yang direncanakan pembangunannya dan beberapa waduk
berpotensi di 2 Ci dan 1 Ci dengan pengembangan mikro-hidro.

e. Kebutuhan Air untuk Perikanan
Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data luasan
tambak yang ada (2010) dan proyeksi untuk tahun 2030, maka diperoleh angka
kebutuhan air untuk perikanan (tambak) di WS 6 Ci pada Tabel 3.19 dan Gambar
3.17.

Tabel 3.19. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci
Wilayah
Luas Tambak (Ha) Kebutuhan Air untuk Tambak
2010 2030
2010 2030
m3/dt Juta m3/th m3/dt juta m3/th
3Ci 5.463 6.009 3 90 3 99
2Ci 5.386 5.925 3 105 4 116
1 Ci 39.292 43.221 22 701 24 771
Total 50.141 55.155 28 896 31 986
Sumber: Hasil Analisis Ribasim 2010

halaman103



Sumber: Hasil Analisis Ribasim
Gambar 3.17. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci


2) Analisis Neraca Air
Ketersediaan air di WS 6 Ci bervariasi menurut waktunya (Gambar 3.18). Debit
aliran sungai pada suatu bulan sangat dipengaruhi oleh tingginya curah hujan
yang terjadi di DAS. Dari bulan Oktober hingga bulan Mei, debit sungai sangat
tinggi jika dibandingkan dengan debit pada bulan-bulan lainnya. Hal tersebut
terkait dengan kondisi musim yang berlangsung di wilayah ini. Periode tersebut,
di WS 6 Ci berlangsung musim hujan, sedangkan pada bulan-bulan lainnya
berlangsung musim kemarau.


Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 3.18. Neraca Air untuk WS 6 Ci Tahun 2010

Untuk 3 Ci, ketersedian air berlebih jika dibandingkan dengan kebutuhan
(Gambar 3.19). Total kebutuhan untuk RKI dan untuk irigasi dapat dipenuhi
sepanjang tahun. Kebutuhan air di wilayah ini tidak bervariasi mencolok antara
musim hujan dengan musim kemarau.


halaman104

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 3.19. Neraca Air untuk 3 Ci Tahun 2010


Perbandingan ketersediaan air sebagai runoff total terhadap curah hujan untuk
wilayah ini sekitar 60%.

Untuk 2 Ci, kondisi ketersedian airnya bersifat tidak mandiri. Artinya, jumlah
air tersedia di wilayah ini tidak hanya berasal dari DASnya sendiri tetapi
sebagian berasal dari DAS lain. Sistem ketersediaan air di sini bersifat
interkoneksi dengan sistem dari DAS tetangga, utamanya dari DAS Citarum
dengan waduk Jatiluhur melalui WTC. Dengan interkoneksi tersebut
menjadikan pola tersedianya air sepanjang tahun akan lebih datar. Pada musim
kemarau ketersediaan air relatif masih tinggi.

Di 2 Ci, kebutuhan air didominasi oleh kebutuhan untuk RKI (Gambar 3.20).
Pada pertengahan tahun kekurangan air terjadi, bersamaan pula dengan
menurunnya ketersediaan air untuk irigasi di wilayah Citarum. Akan tetapi di
sini re-use water belum dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan air.

Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 3.20. Neraca Air untuk 2 Ci Tahun 2010



halaman105
Perbandingan ketersediaan air sebagai runoff total terhadap curah hujan
tahunan untuk kedua wilayah (1 Ci dan 2 Ci) sekitar 70%.

Di 1 Ci kebutuhan air untuk irigasi mendominasi sangat signifikan
dibandingkan dengan kebutuhan RKI karena di wilayah ini terdapat sistem
irigasi teknis dengan sawah seluas lebih dari 200.000 ha (Gambar 3.21). Air
irigasi mulai dibutuhkan ketika musim taman padi I dimulai yakni pada
pertengahan September, sedangkan untuk musim tanam II dimulai sekitar
bulan Maret. Ketersedian air menurun menjelang berakhirnya musim tanam
terakhir pada musim kemarau. Kekurangan air yang terjadi pada akhir musim
tersebut, dalam praktek di lapangan, biasa disiasati petani dengan (1) dengan
menggunakan re-use water dan (2) pemberian air secara gilir-giring.

Secara umum sumber air permukaan yang ada di WS 6 Ci relatif cukup untuk
memenuhi berbagai kebutuhan, baik untuk irigasi, rumah tangga, perkotaan
maupun industri. Akan tetapi pada beberapa lokasi tertentu terjadi kekurangan
air irigasi maupun RKI, dan juga kualitas airnya secara umum sudah tercemar
selain tersedia atau tidaknya lokasi untuk menampung sumber air tersebut
(potensi waduk).


Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
Gambar 3.21. Neraca Air untuk 1 Ci Tahun 2010

Berdasarkan neraca air/analisis keseimbangan di WS 6 Ci, ditinjau dari total
ketersediaan air (dari curah hujan) dan total kebutuhan air di seluruh WS 6 Ci
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.22, terlihat masih surplus. Namun
demikian, jika ditinjau secara ruang dan waktu (dalam hal ini skala distrik air
dan waktu perhitungan timestep dua mingguan selama kurun waktu
perhitungan) menunjukkan adanya kekurangan air di tempat-tempat tertentu.


halaman106

Sumber: Hasil Analisis Ribasim
Gambar 3.22. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS 6 Ci Tahun 2030

Secara umum kecenderungan tingkat kebutuhan air pada tahun 2010-2030
(Gambar 3.23) menunjukkan penurunan kebutuhan air untuk irigasi,
sedangkan tingkat kebutuhan air untuk RKI meningkat. Hal ini terjadi
kemungkinan adanya peralihan fungsi lahan pertanian oleh pesatnya
pertumbuhan kota terutama terjadi pada wilayah di sekitar pusat pertumbuhan
di sekitar Cilegon-Serang, Metropolitan Jabodetabek dan Metropolitan
Cekungan Bandung.


Sumber: Hasil Analisis Ribasim
Gambar 3.23. Tingkat Kebutuhan Air Irigasi dan RKI di WS 6 Ci (2010-2030)


Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air RKI akan menjadi isu yang
penting di masa mendatang. Karena adanya permasalahan pengambilan air
tanah yang melampaui batas, terutama terjadi di wilayah Jakarta dan
Cekungan Bandung, maka pemakaian air tanah dalam akan dibatasi, yang
artinya pemenuhan kebutuhan RKI harus diganti dan dipenuhi dari air
permukaan. Gambar 3.24 adalah skema distribusi air rata-rata WS 6 Ci.

217,54
154,68
123,5
154,65
0 50 100 150 200 250 300 350 400
2010
2030
T
a
h
u
n
Irigasi RKI


halaman107
Lokasi kekurangan air untuk pemenuhan kebutuhan RKI dan kebutuhan irigasi
pada tahun 2010 masing-masing diilustrasikan pada Gambar 3.32 dan Gambar
3.34, sedangkan untuk tahun 2030 kekurangan air untuk pemenuhan
kebutuhan irigasi dan kebutuhan RKI masing-masing diilustrasikan pada
Gambar 3.33 dan Gambar 3.35.

Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut diusulkan adanya pembangunan
waduk baru maupun peningkatan dan pemanfaatan waduk yang ada saat ini
seperti diusulkan pada Gambar 3.24 sampai dengan Gambar 3.31.

Besarnya kekurangan air pada tahun 2010 sebesar 13,23% dari total
kebutuhan air (defisit dibagi kebutuhan) dan diperkirakan akan meningkat
menjadi 19,49% di tahun 2030 jika tidak dilakukan upaya penanganan.

halaman108

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.24. Skema WS 6 Ci


halaman109

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.25. Kebutuhan Air 2010




halaman110

3
1.4
Saguling
Cirata
Jatiluhur
2
5
Unregulated:
Ciujung
Cipancuh
Pesanggrahan : 0.5
Krukut: 0.9
Unregulated:
Cisadane
5.9
Cengkareng Drain: 1
Banjir Kanal Barat: 2
Unregulated:
-Katulampa
-Empang
4
14.6
9.1
3.2
3
Karian
2
Krenceng
2
Unregulated:
Cidanau
Bandung
22.5
DKI
Jakarta
41.6
Depok
5.7
Bogor
(kab.-kota)
18.8
Tangerang
19.7
Bekasi
15.0
Serang,
Cilegon
7.97
Lebak,
Pandeglang
2.6
Karawang
Purwakarta
Subang
13.3
DI Cisadane
(22.089 ha)
DI Ciujung
(15.600ha)
DI Jatiluhur
Timur
(83.246 ha)
DI Ciujung
(21.271 ha)
DI Cidurian
(10.280 ha)
DI Jatiluhur
Barat
(62.564 ha)
DI Jatiluhur
Utara
(90.504 ha)
: Kebutuhan Air
: Daerah Irigasi
: Reservoir existing
: unregulated sumber penyediaan air
Keterangan:
: Reservoir potensial (RTRW)
: Skenario 1
: Skenario 1 (or)
Santosa
2

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.26. Skema Strategi A Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 1

halaman111


Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.27. Skema Strategi B Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 2



halaman112

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.28. Skema Strategi C Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 3



halaman113

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.29. Skema Strategi D Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 4




halaman114
3.1.4.3 Analisis Pengendalian Daya Rusak Air

1) Bencana Banjir
Kerusakan akibat banjir tiap tahun meningkat, disebabkan karena nilai
investasi pada daerah rawan banjir yang terus bertambah sehingga kerugian
akan menjadi lebih besar pada daerah genangan yang sama. Nilai kerusakan
adalah hasil dari perkalian tingkat kerawanan dan jumlah peristiwa. Peristiwa
banjir pada daerah yang tidak berpenghuni tidak akan menyebabkan
kerusakan. Ketika ada penduduk yang tinggal pada tempat tersebut, dan
mereka tidak siap (rentan) terhadap banjir, maka akan terjadi kerugian akibat
banjir.

Kerawanan terhadap kerugian banjir sebagian besar merupakan akibat dari
pilihan dan tindakan manusia sendiri bukan akibat dari bencana alam semata,
dan merupakan hasil siklus dari pembangunan-kerusakan-perlindungan. Siklus
tersebut dimulai dengan investasi di suatu daerah rawan banjir sehingga terjadi
kerusakan saat banjir terjadi, kemudian memicu pembangunan perlindungan
banjir; hal ini terus berlanjut dengan investasi baru yang lebih besar,
mengakibatkan kerusakan dan memicu perlindungan banjir yang lebih besar
lagi, dan seterusnya. Sangat sering strategi pengendalian banjir mengandalkan
hampir seluruhnya pada pembangunan infrastruktur, sementara perhatian
kepada penyebab banjir dan alternatif terpadu untuk mencegah kerusakan
kurang diperhatikan. Hal ini sering menyebabkan biaya yang terlalu besar.
Solusi yang lebih berkelanjutan dan lebih murah adalah konservasi daerah
tangkapan air di hulu, penyediaan alternatif yang memadai bagi penduduk
(yang kebanyakan miskin) yang merambah dataran banjir dan bantaran sungai,
atau mengurangi pembangunan yang merugikan di muara sungai. Hal ini
tentunya berlaku untuk WS 6 Ci, meskipun banyak upaya yang telah berhasil
mengurangi kerusakan pada daerah-daerah tertentu.

Pengendalian banjir biasanya merupakan pendekatan yang paling mahal, dan
kebanyakan tidak mengarah ke solusi yang berkelanjutan. Suatu pendekatan
yang lebih murah berfokus pada mitigasi kerusakan banjir bukannya
perlindungan banjir, dengan mempertimbangkan upaya struktural dan non-
struktural. Hal ini disebut sebagai "pengelolaan banjir" dengan menyadari
bahwa banjir tidak dapat dicegah sama sekali.


halaman115
Fokus seharusnya diarahkan kepada upaya seperti:
Menciptakan kerjasama hulu-hilir dalam pengelolaan DAS,
Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan
pengelolaan penggunaan lahan,
Bantuan kepada penduduk, industri dan perdagangan dalam membuat
keputusan yang lebih baik dalam memilih lokasi dan penataan rumah dan
bisnis mereka untuk menghindari kerawanan terhadap kerugian banjir,
Pengendalian penebangan pohon serta melaksanakan konservasi tanah dan
penggunaan lahan berkelanjutan pada daerah tangkapan air di hulu,
Pengembangan lahan marjinal,
Meningkatkan kesiapan terhadap banjir serta menciptakan asuransi
kerugian banjir dan sistem kompensasi antar-masyarakat sebagai bagian
dari perencanaan pengelolaan banjir.


Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.30. Hubungan dan Hierarki Pengelolaan Bencana Banjir


Semua aspek, termasuk permasalahan teknis, kelembagaan, lingkungan, sosial
dan finansial harus diperhitungkan. Pengelolaan banjir merupakan strategi
untuk mendukung penduduk agar dapat beradaptasi dengan banjir, dan
bahkan untuk mendapatkan manfaatnya bila memungkinkan. Dengan demikian
tidak hanya berusaha untuk mencegah kejadian banjir, melainkan berusaha
untuk mengelola dan menyesuaikan diri dengan banjir, untuk mengurangi
dampak negatifnya, serta sekaligus menekankan pembatasan penggunaan
lahan.



halaman116

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.31. Peta Kawasan Rawan Banjir


halaman117
2) Kekurangan Air/Kekeringan

Berdasarkan analisis Ribasim, kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan
irigasi di 3 Ci terjadi di distrik air (Water District) 109 yang merupakan distrik
air DI Ciujung bagian Barat dan distrik air 112 DI Cicinta. Di 2 Ci kekurangan
air terjadi di distrik air 213, yang berasal dari Kali Pesanggrahan. Di 1 Ci
kekurangan air di distrik 319 terutama terjadi pada saat aliran rendah sungai
Cikarang dengan defisit air 1% dari total kebutuhan air irigasi. Defisit juga
terjadi pada distrik air 330, WD 406, WD 407, WD 412, WD 422, WD 424, WD
438 disebabkan oleh aliran sungai yang rendah pada musim kemarau,
sedangkan defisit yang terjadi pada distrik air 434 disebabkan oleh terbatasnya
kapasitas dari waduk Cipancuh.

Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air RKI menjadi isu yang penting
di masa mendatang. Karena adanya permasalahan air tanah terutama terjadi di
wilayah Jakarta dan Cekungan Bandung, maka pemakaian air tanah dalam
akan dibatasi, yang artinya pemenuhan kebutuhan RKI akan dipenuhi dari air
permukaan. Hasil simulasi Ribasim, dengan kondisi prasarana air tetap seperti
sekarang ini dan tingkat kebutuhan air pada tahun 2030 menunjukkan adanya
kekurangan air di distrik air tertentu yang sebarannya terlihat pada Gambar
3.32 dan Gambar 3.33 untuk kekurangan kebutuhan air irigasi tahun 2010
dan tahun 2030, dan pada Gambar 3.34 dan Gambar 3.35 menunjukkan
kekurangan kebutuhan air RKI.

Kekurangan air 3 Ci akan terjadi pada distrik air 116, 121 yang merupakan
wilayah pusat pertumbuhan Cilegon - Serang, dengan persentase tingkat
kekurangannya terhadap kebutuhannya mencapai 18,6 %, kekurangan tersebut
disebabkan oleh kurangnya kapasitas air baku. Saat ini pasokan air untuk
wilayah tersebut berasal dari sungai Cidanau dan sebagian berasal dari sungai
Cibanten. Kekurangan pada distrik air 112 sebesar 11 % yang bersumber pada
sungai Cidurian dan distrik air 202 dengan kekurangannya sebesar 21,7% yang
dipasok dari sungai Cimanceuri.

Kekurangan air di 2 Ci terjadi di distrik air 202 (Tenjo, Tigaraksa, Cikupa,
Balaraja), distrik air 230 (Bojong Gede, Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya,
Cibinong) yang merupakan pusat pertumbuhan di wilayah Tangerang, yang
sumber airnya diambil dari sungai Cisadane. Pada wilayah DKI Jakarta (distrk

halaman118
air 217, WD 219, WD 220, WD 232, WD 221, WD 228) kekurangan air karena
kurangnya kapasitas pembawa WTC untuk pasokan air Jakarta. Kekurangan
air juga akan terjadi di distrik air di Cekungan Bandung (distrik air 306, WD
328, WD 329, WD 422, WD 321, WD 323, WD 324).

Perhitungan neraca air dilaksanakan dengan menggunakan piranti lunak
Ribasim. Perhitungan kebutuhan air RKI menghasilkan besaran kebutuhan air
pada tahun 2030 untuk berbagai lokasi pusat kegiatan sebagai berikut:

Daerah kekurangan air RKI berdasarkan Kelompok kota untuk tahun 2030
dapat diringkas sebagai berikut:
Kabupaten dan kota Serang-Cilegon sebesar 7,97 m
3
/det, sebagian
Kabupaten Pandeglang dan Lebak memerlukan air RKI sebesar 2,60 m
3
/det,
sehingga jumlah seluruhnya adalah sebesar 10,57 m
3
/det.
Kabupaten dan kota Tangerang sebesar 19,70 m
3
/det
DKI Jakarta sebesar 41, 60 m
3
/det
Kota Depok sebesar 5,70 m
3
/det
Kabupaten dan kota Bogor sebesar 18,80 m
3
/det
Kabupaten dan kota Bekasi sebesar 15,00 m
3
/det
Kota Karawang-Purwakarta-Subang sebesar 13,3 m
3
/det
Kota Bandung dan sekitarnya sebesar 22,50 m
3
/det


halaman119

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.32. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2010



halaman120

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.33. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030



halaman121

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.34. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2010



halaman122

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.35. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2030


halaman123
Kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI pada WS 6 Ci terjadi pada water
district seperti terlihat pada Tabel 3.20, dengan asumsi bahwa penggunaan air
untuk RKI seluruh sumber airnya berasal dari air permukaan.

Tabel 3.20. Kekurangan Air Irigasi dan RKI Pada Water District (WD)
Wilayah
Water District ID
Kekurangan Air untuk Irigasi Kekurangan Air untuk RKI
2010 2030 2010 2030
1 Ci
319 319 306 306
330 330 324 321
406 406 422 323
407 407 324
412 412 328
421 422 329
422 424 422
424 434
426 438
434
438
2 Ci
213 213 220 217
227 221 219
232 222 220
228 221
230 228
232 230
232
3 Ci
109 109 202 116
112 112 121
202
Sumber: Hasil Analisis 2010

Selain karena belum dimanfatkannya sumber air yang ada secara optimal,
penyebab utama terjadinya kekurangan air irigasi di wilayah tersebut juga
karena masih rendahnya efisiensi penggunaan air, terjadi pemborosan air dan
pengambilan air yang tidak berijin. Hal ini juga disebabkan oleh adanya
kerusakan pada bangunan pengatur dan pengukur air, sehingga sering terjadi
pemberian air yang tidak terukur dan cenderung berlebihan pada bagian awal
jaringan. Akibatnya pada bagian akhir dari jaringan irigasi sering mengalami
kekurangan air.

Namun demikian, di lapangan kekurangan air RKI tersebut di atas relatif tidak
terlalu signifikan, karena sebagian besar penduduk masih memanfaatkan air
tanah (sumur dangkal). Apabila tidak dilakukan tindakan apapun, maka
krisis/kekurangan air pada masa datang akan semakin mengkhawatirkan,
terutama pada pusat-pusat pertumbuhan, antara lain Wilayah Metropolitan
Jabodetabek dan Wilayah Metropolitan Bandung.

halaman124

Pada tahun 2030, secara umum kebutuhan air untuk keperluan irigasi
cenderung menurun, sedangkan tingkat kebutuhan air untuk keperluan RKI
cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena adanya peralihan fungsi lahan
pertanian seiring dengan pesatnya pertumbuhan kota, terutama terjadi pada
wilayah di sekitar pusat pertumbuhan CilegonSerang, Metropolitan
Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung.

Untuk mengatasi krisis air tersebut di atas, maka diperlukan upaya
pembangunan waduk potensial dan rehabilitasi jaringan distribusi guna
menaikan effisiensi pengaliran dan upaya lainnya perlu dipertimbangkan.

3) Bencana Lainnya

Selain bencana yang disebutkan di atas, Gambar 3.36 memperlihatkan peta
kawasan rawan bencana lain di WS 6 Ci seperti longsor, gempa, bahaya gunung
api dan gerakan tanah.




halaman125

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.36. Peta Kawasan Rawan Bencana di WS 6 Ci



halaman126
3.1.4.4 Analisis Sistem Informasi Sumber Daya Air
Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, BBWS Cidanau-Ciujung-
Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi
sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat harus
menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air yang
terintegrasi sesuai dengan kewenanganannya.

Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi sumber daya air
(hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air,
prasarana, teknologi, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta
kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya
air) di WS 6 Ci.

Jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola berbagai instansi
dapat diteruskan pengelolaannya, namun perlu dibangun sistem pengelolaan
sumber daya air yang terpadu oleh Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber
Daya Air dalam hal ini Balai Besar di WS 6 Ci dan Dinas yang membidang
sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Masing-
masing instansi berkaitan dengan data tetap menjalankan tugas dan fungsinya
yaitu mengelola data secara berkelanjutan dan menyampaikannya ke Pusat
Data yang rencananya dibangun oleh BBWS.

Jaringan informasi sumber daya air harus dapat diakses dengan mudah oleh
berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air. Dalam
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 66 ayat 3,
mengamanatkan Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk unit
pelaksana teknis untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber
daya air.

Mekanisme penyelenggaraan informasi sumber daya air dilakukan sebagai
berikut :
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS
Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI
Jakarta dan Jawa Barat dengan kewenangannya menyediakan informasi
sumber daya air bagi semua pihak yang berkepentingan dalam bidang
sumber daya air.

halaman127
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS
Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI
Jakarta dan Jawa Barat, badan hukum, organisasi dan lembaga serta
perseorangan yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan sumber daya
air menyampaikan informasi hasil kegiatannya kepada unit kerja yang
bertanggung jawab di bidang informasi sumber daya air.
BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS
Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI
Jakarta dan Jawa Barat, badan hukum, organisasi dan lembaga serta
perseorangan, bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran dan
ketepatan waktu atas informasi yang disampaikan.

Untuk mendukung pengelolaan sistem informasi sumber daya air di WS 6 Ci
yang berkaitan dengan data sumber daya air (hidrologis, hidrometeorologis,
hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana, teknologi, lingkungan
pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, budaya
masyarakat yang terkait dengan sumber daya air) diperlukan pada BBWS
Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas
yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta dan
Provinsi Jawa Barat harus membentuk Unit Sistem Informasi Sumber Daya Air
(SISDA). Selanjutnya yang perlu ditindak lanjuti adalah meningkatkan
kerjasama antar instansi dalam pengelolaan sumber daya air.

3.1.4.5 Analisis Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia
Usaha

1) Peraturan dan Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan
keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antar sektor, dan antar generasi;
sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat
perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air.

Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
mengamanatkan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya
air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan
masyarakat dalam segala bidang kehidupan perlu disusun pola pengelolaan

halaman128
sumber daya air. Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan
dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya.

Sudah banyak peraturan perundangan, maupun peraturan daerah yang
disusun dalam rangka pengelolaan sumber daya air. Karena penerapannya
menyangkut berbagai pihak terkait, sehingga perlu adanya koordinasi antar
institusi.

Pengelolaan sumber daya air terpadu mempunyai ciri utama terlibatnya seluruh
unsur di dalam WS dengan pendekatan manajemen risiko dengan terus.
Pengelolaan sumber daya air terpadu memerlukan koordinasi perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan semua institusi/pihak terkait, dan perlu
didukung peran aktif TKPSDA WS 6 Ci yang telah dibentuk Menteri
Pekerjaan Umum pada tanggal 16 Desember 2010. TKPSDA WS 6 Ci ini akan
dapat berperan aktif bila mendapat dukungan kuat dari BBWS secara
berkelanjutan, melalui perkuatan Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci serta dukungan
dana dan operasionalnya.

2) Aspirasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
IWRM merupakan suatu proses koordinasi dalam pengembangan dan
pengelolaan sumberdaya air dan lahan serta sumberdaya lainnya dalam suatu
WS, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan sosial yang
seimbang tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem.

Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air perlu melibatkan seluas
luasnya peran serta masyakat dan dunia usaha. Sejalan dengan prinsip
demokratis, masyarakat diberikan peran dalam penyusunan dan pembahasan
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS. Karena itu, perlu mengidentifikasi isu-
isu strategis, potensi sumber daya air, dan upaya penanganannya, melalui
Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) sebanyak 2 (dua) kali.

PKM 1 dan 2 telah dilaksanakan di ke-3 wilayah (3 Ci, 2 Ci, dan 1 Ci). Peserta
yang diundang terdiri dari pejabat struktural dari unsur pemerintah dan
masyarakat/organisasi/asosiasi yang berperan aktif di bidang sumber daya air,
termasuk para calon anggota TKPSDA WS 6 Ci.


halaman129
3.1.4.6 Analisis Perencanaan dan Penataan Ruang

1) Integrasi Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang
Sampai saat ini berdasarkan RTRW yang telah disusun, baik pada RTRW
Provinsi maupun pada RTRW Kabupaten/Kota yang telah ada, diperoleh
gambaran antara lain sebagai berikut:

a. Dalam rencana pola ruang pada RTRW yang telah disusun (RTRW Provinsi,
RTRW Kabupaten/Kota) yang seharusnya telah memuat/menampilkan
lokasi (zoning) seperti halnya antara lain: kawasan resapan air, kawasan
tangkapan air, kawasan retensi airyang termasuk dalam kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (dapat dilihat
pada pedoman penyusunan RTRW), ternyata belum ada/belum tercantum
dalam RTRW.

Begitu pula halnya dengan dengan kawasan lindung setempat seperti
halnya: sempadan sungai, sempadan danau, kawasan sekitar danau,
kawasan sekitar mata air serta kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap air tanah.

b. Dalam rencana struktur ruang pada RTRW yang telah disusun (RTRW
Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota) yang seharusnya sudah
menampilkan/mengemukakan gambaran mengenai rencana kawasan
tangkapan air (berupa waduk/reservoir) untuk setiap rencana lokasi waduk,
ternyata dalam RTRW yang telah disusun belum tercantum/belum ada.
Begitu pula halnya dengan sistem jaringan prasarana sumber daya air dan
sistem jaringan saluran primer dari intake (bendung) sampai ke lokasi
pasokan (Daerah Irigasi, instalasi pernjernihan air untuk perkotaan), serta
sistem jaringan sekundernya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa aspek sumber daya air belum
tercantum/terintegrasi secara jelas dalam RTRW yang telah disusun, bahkan
juga dalam RTRW yang telah ditetapkan sebagai Perda.





halaman130
2) Konflik Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

a. Lintas Wilayah dan Lintas Sektoral
Dalam pemanfaatan lahan tersebut sering ditemui adanya konflik pemanfaatan
lahan pada kawasan perbatasan antara wilayah kota (wilayah administrasi kota)
dengan wilayah admistrasi kabupaten, terutama pada kawasan yang seharusnya
dialokasikan sebagai kawasan konservasi dijadikan sebagai kawasan budidaya.
Konflik seperti ini ditemui dalam perkebangan pemanfaatan lahan di Jabodetabek
Punjur dan Cekungan Bandung, antara lain dimanfaatkannya kawasan badan air
(daerah sumber mata air, resapan air dan bantaran sungai serta situ) sebagai
kawasan budidaya. Sebagai contoh pada kawasan Puncrut yang masuk dalam
wilayah kabupaten Bandung Barat yang berbatasan langsung dengan Kota
Bandung yang direncanakan sebagai kawasan konservasi telah dimanfaatkan
sebagai lahan usaha budidaya (permukiman dan pertanian holtikultura/sayuran).

Dikaitkan dengan lintas sektor, dari hasil ploting RTRW pada WS 6 Ci ditemui
adanya beberapa konflik baik dalam pemanfaatanlahan maupun dalam penyediaan
infrastruktur, antara lain lahan (kawasan) yang dalam RTRW dialokasikan sebagai
calon lokasi waduk Limo di wilayah Kota Depok, saat ini lokasi tersebut telah
berkembang menjadi kawasanbudidaya (pemukiman dan budidaya lainnya). Begitu
juga dengan rencana lokasi waduk Sodong di wilayah Kabupaten Bogor, saat ini
lokasinya telah berkembang menjadi kawasan perkotaan (Kota Kecamatan
Leuwiliang), dan waduk yang direncanakan tersebut juga akan merendam jalur
jalan nasional yang menghubungkan Bogor dengan Rangkasbitung. Rencana lokasi
waduk Genteng di wilayah kabupaten Bogor yang berbatasan dengan wilayah kota
Bogor, saat ini tumpang tindih dengan rencana jalan toll lingkar luar kota Bogor,
pengembangan permukiman perkotaan, serta budidaya lainnya.

Pada kawasan Cekungan Bandung lokasi yang direncanakan dalam penyusunan
Pola dan Rencana sumber daya air sebagai lokasi Waduk Ciwidey dikaitkan dengan
penggunaan lahan pada saat ini pada lokasi tersebut telah dimanfaatkan sebagai
lokasi permukiman dan kegiatan usaha lainnya. Sedangkan di dalam rencana (RTR
Kawasan Cekungan Bandung/Raperpres dan RTRW Kabupaten Bandung/Perda)
kawasan yang direncanakan sebagai lokasi Waduk Ciwidey ini telah direncanakan
sebagai lokasi pengembangan permukiman. Hal ini perlu dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan lokasi Waduk Ciwidey ini dalam perencanaan dan
pelaksanaannya nanti.

halaman131

b. Alih Fungsi Lahan Sawah
Terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis yang dalam rencana pola ruang
(RTRW Provinsi Banten dan RTRW Jawa Barat) telah direncanakan dan ditetapkan
peruntukannya sebagai lokasi pengembangan pertanian lahan basah (persawahan),
ternyata telah berkembang menjadi kawasan permukiman dan kegiatan usaha
lainnya. Hal ini ditemui antara lain pada kawasan sawah berigasi teknis di wilayah
kabupaten Serang (bagian Utara) ,kabupaten Tangerang (bagian Utara), kabupaten
Karawang (bagian Utara) dan Cekungan Bandung (terutama dibagian selatan Kota
Bandung). Apabila dikaitkan dengan kebijakan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan dengan menggunakan dasar pertimbangan: kesesuain lahan,
ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi teknis lahan dan luasan
kesatuan hamparan lahan, maka kawasan pertanian lahan basah tersebut di atas
dapat dijadikan sebagai kawasan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan (yang harus dilindungi).


halaman132

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.37. Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia (1994 2004)

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0%
Cibungur
Cidanau
Cipaseh
Cibanten
Ciujung
Cimanedu
Cisadane
Ciliwung
Bekasi
Cikarang
Citarum Hilir
Citarum Tengah
Citarum Hulu
Hulu Waduk Jatiluhur
Sawah area by DAS as percentage of total DAS area
Loss of sawah 2000-2025 by DAS
40% is lost!
2000
2025



halaman133
3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim pada Wilayah
Sungai
3.2.1 Skenario
Berdasarkan asumsi di atas telah dibuat skenario yang mungkin, seperti
disajikan dalam Tabel 3.21 di bawah ini.

Tabel 3.21. Skenario Berdasarkan Tatakelola Pemerintahan dan Pertumbuhan
Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi
Rendah Sedang Tinggi
Tatakelola
pemerintahan
CT 1a 1 X
GG 2a 2 dan 3 4

Catatan : x = dapat diabaikan, CT = Current Trend, GG = Good Governance
Skenario tersebut mengasumsikan bahwa pada tata kelola pemerintahan sesuai kecenderungan saat ini
(Current Trend) untuk kasus pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi tidak realistik. Oleh karena itu,
kedua skenario tersebut (1a dan 2a) dapat diabaikan dan hanya digunakan untuk Sensitivity Analysis.

Asumsi untuk masing-masing parameter dirangkum dalam tabel berikut
Parameter Penjelasan
Tatakelola
Pemerintahan
(Perubahan Politik)
Current Trend (CT); Mengasumsikan bahwa situasi tatakelola
pemerintahan saat ini kurang lebih sama atau status quo.
Good Governance (GG); Tatakelola pemerintahan dan
pengelola PSDA WS 6 Ci mampu melaksanakan tatakelola
pemerintahan yang baik dan mampu meyakinkan semua
pemangku kepentingan untuk melaksanakan rencana yang
telah diberikan.
Pertumbuhan
ekonomi

Paling mungkin sekitar 5% 6% (Medium), dengan
memperhatikan sensitivitas apakah pertumbuhan tersebut
RENDAH, atau apakah TINGGI
Perubahan iklim
Bersiap untuk kondisi terburuk (kenaikan dan/atau
penurunan curah hujan 0.3 mm/hari).
Pertumbuhan
penduduk
Diasumsikan pertumbuhan penduduk stabil pada kisaran 1%
per tahun dan menurun.



halaman134


Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.38. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 1



halaman135

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.39. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 2


halaman136
Sumbe
r: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.40. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 3



halaman137

Sumber: Hasil Analisis 2010
Gambar 3.41. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 4

halaman138
3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air
Terhadap skenario dari kondisi WS 6 Ci telah dibuat beberapa alternatif strategi
untuk masing-masing skenario untuk mencapai tujuan dari pengelolaan
sumber daya air. Penyusunan konsep tersebut dibuat untuk masing-masing
aspek pengelolaan sumber daya air, dan mencakup strategi jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang. Hubungan antara asumsi, skenario, dan
strategi ditunjukkan dalam Tabel 3.22 di bawah ini.

Tabel 3.22. Hubungan Skenario, Asumsi dan Strategi

S
K
E
N
A
R
I
O

ASUMSI STRATEGI
Tatakelola
Pemerintahan
Perubahan
Iklim
Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan
Penduduk
Identifier/
Judul
Penjelasan
1 CT
B
e
r
s
i
a
p

u
n
t
u
k

s
k
e
n
a
r
i
o

t
e
r
b
u
r
u
k

(
k
e
n
a
i
k
a
n

d
a
n

a
t
a
u

p
e
n
u
r
u
n
a
n

c
u
r
a
h

h
u
j
a
n

k
u
r
a
n
g

l
e
b
i
h

0
,
3

m
m
/
h
a
r
i
)

MEDIUM (5%)
K
i
r
a
-
k
i
r
a

1
%

d
a
n

m
e
n
u
r
u
n

A. Current Trend
Compliance
Hanya upaya minimum,
termasuk air bersih RKI,
dengan fokus pada
kuantitas air.
1a CT RENDAH
A. Current Trend
Compliance
Hanya untuk Sensitivity
Analysis.
2a GG RENDAH
B. Proactive
Management
Hanya untuk Sensitivity
Analysis.
2

----


3

GG

MEDIUM (5%)

B. Proactive
Management
Seperti Strategi A,
ditambah dengan
kelembagaan yang kuat
untuk PSDA terpadu.
C. Optimum
Management
Proactive Management
ditambah dengan
perlindungan pertanian
dan zonasi sumber daya
air (water zoning)
4 GG TINGGI (7%)
D. Maximum
Management
Upaya maksimum,
dimaksudkan untuk
meningkatkan semua
upaya dari aspek PSDA
dan berasumsi adanya
cost recovery.
Sumber: Hasil Analisis 2010

Di bawah ini dijelaskan fitur dari masing-masing strategi dan konteksnya dalam
perencanaan strategis (Pola) WS 6 Ci.


halaman139

a. Alternatif Strategi A: Current Trend Compliance

Tujuan dari strategi A adalah untuk memenuhi kebutuhan air pada masa datang
dengan biaya serendah mungkin. Upaya yang akan dilakukan pada strategi A ini
hanya berupa upaya minimum termasuk upaya pemenuhan air baku untuk
keperluan RKI secara terbatas tanpa melakukan upaya optimal terhadap
penanganan kualitas air, akibat dari terbatasnya dana. Ini berimplikasi bahwa opsi
kebijakan lain tidak akan digabungkan, seperti langkah-langkah yang lebih murah
yang dirancang untuk mendorong kesinambungan jangka panjang dari sistem
sumber daya air.

Strategi A mencakup langkah-langkah JWRMS untuk pengaliran air dari waduk
Jatiluhur ke wilayah Jabodetabek, Karawang dan Purwakarta, pengaliran air dari
Barat dan Selatan ke Tangerang, Serang/Cilegon dan Jabodetabek. Strategi A
berdampak tidak ada pengelolaan air tanah secara aktif, sehingga penurunan
tanah akan berlanjut pada tingkat yang membahayakan seperti sekarang ini, tapi
ketergantungan pada air permukaan di daerah Jakarta dan Bandung akan terbatas
selama periode air tanah masih tersedia. Ketika air tanah telah hampir habis
digunakan, keperluan beralih ke air permukaan dengan tingkat biaya yang
diperkirakan telah menjadi jauh lebih tinggi. Strategi A berdampak pada rendahnya
keterlibatan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi operasi sehingga
menghalangi pelaksanaaan upaya non-struktural yang pada jangka panjang
diperlukan untuk mengoptimalkan secara penuh potensi air bersih WS 6 Ci. Selain
itu, strategi A mengasumsikan bahwa tidak ada investasi besar terkait dengan
konservasi atau restorasi DAS, dan terkait dengan perbaikan kualitas air. Dilihat
dari perspektif jangka panjang, strategi ini tidak diinginkan dan di sini hanya
digunakan sebagai pembanding dengan strategi yang lainnya.

b. Alternatif Strategi B: Pro-active Management
Strategi B sama dengan Strategi A, dengan upaya tambahan dalam keseriusan
peningkatan kelembagaan untuk mengelola sumberdaya air secara proaktif, dan
dengan penegakan hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan sumberdaya lahan
dan air. Namun, dalam strategi ini dana yang tersedia belum/tidak memadai untuk
memenuhi kebutuhan pengelolaan yang optimal, termasuk belum ada
pembangunan bendungan baru, tapi sudah ada sedikit upaya peningkatan kualitas
air.

halaman140



c. Alternatif Strategi C: Optimum Management
Strategi C bertumpu pada pemenuhan kebutuhan air, didasarkan pada IWRM yang
aktif dan berkelanjutan, termasuk pengelolaan air tanah, serta serangkaian upaya
dan kebijakan aktif yang dimaksudkan untuk pengendalian pencemaran, serta
konservasi dan restorasi DAS. Strategi C melakukan upaya optimum dalam
pengelolaan sumber daya air, melalui pelaksanaan sebagian besar upaya
penanganan secara bertahap termasuk penanganan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, sistem informasi
sumber daya air serta pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan
dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan demikian strategi ini
hanya akan mungkin dengan sumber dana yang memadai dan peningkatan
efisiensi. Strategi C menuntut otoritas untuk mengambil tindakan tepat untuk
menanggulangi dan secara bertahap menghentikan pengambilan air tanah di
kawasan pesisir Jakarta dan Cekungan Bandung. Setelah transisi ini, pengambilan
air tanah hanya diizinkan untuk air baku PDAM dan sumur penduduk.

d. Alternatif Strategi D: Maximum Management
Strategi D melaksanakan semua upaya pengelolaan sumber daya air secara
maksimum. Oleh karena itu strategi D ini mempunyai target yang sangat tinggi,
dengan konsekuensi semua upaya stuktural harus dilaksanakan segera (lebih awal
dibandingkan dengan strategi C) sementara dari segi finansial untuk pelaksanaan
upaya struktural ini kelihatannya sangat tinggi, kurang realistik. Selain kurangnya
kesiapan dari upaya struktural seperti segi studi kelayakan dan detail desainnya.
Strategi D mencakup opsi yang direkomendasikan kajian JWRMS untuk memasok
air Jabodetabek dari Timur dan Barat. Untuk hulu wilayah Saguling, serangkaian
upaya lebih lanjut dipadukan dengan komponen untuk memenuhi kebutuhan di
daerah tersebut (pasokan air ke Kota Bandung). Strategi ini menuntut pengelolaan
air tanah yang aktif, dimana pasokan air permukaan di Jakarta dan Bandung akan
ditingkatkan secara signifikan untuk menggantikan penggunaan air tanah dalam.
Akhirnya, Strategi D memuat upaya pengembangan sumber daya air, seperti
menaikkan bendungan Cirata sebesar 15 m (untuk meningkatkan volume
tampungannya) dan pengembangan pembangkit listrik tenaga air antara Saguling
dan Cirata (yaitu Rajamandala).


halaman141

4 BAB IV
KEBIJAKAN OPERASIONAL
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah (3 Ci,
2 Ci dan 1 Ci) mencakup 5 (lima) aspek, yakni:

Konservasi Sumber Daya Air
Pendayagunaan Sumber Daya Air
Pengendalian Daya Rusak Air
Sistem Informasi Sumber Daya Air
Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.

Selain kelima aspek tersebut, dalam pembahasannya dikaitkan pula dengan aspek
penataan ruang dan kelembagaan. Uraian lengkap kebijakan operasional pengelolaan
sumber daya air pada masing-masing wilayah disajikan pada:

Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 3
Ci) pada Skenario 1,2,3,4

Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 2
Ci) pada Skenario 1,2,3,4

Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 1
Ci) pada Skenario 1,2,3,4





halaman142
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.1 PERLINDUNGAN
DAN
PELESTARIAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Berkurangnya fungsi konservasi
kawasan hutan dan non hutan pada
lahan sangat kritis (1.024 ha) dan
kritis (25.124 ha) pada DAS di
wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
Hulu
Terlaksananya konservasi lahan
sangat Kritis dan kritis pada
DAS di wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian Hulu
Mensosialisasikan kepada masyarakat
tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013
melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
sangat kritis 100% dan lahan kritis 10% area
(2014-2015)
Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
kritis 30% area, kumulatif menjadi 40%
serta memantau dan mempertahankan
kondisi yang sudah di rehabilitasi
Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
kritis 60% area, kumulatif menjadi 100%
serta memantau dan mempertahankan
kondisi yang sudah di rehabilitasi
Melaksanakan RTkRHL di kawasan
prioritas pada hulu DAS dan hulu waduk/
rencana waduk, disertai insentif bagi
kelompok masyarakat yang
melaksanakannya
Dinas Kehutanan, Pertanian &
Perkebunan (di luar Kawasan Hutan),
PU/SDA Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS,
BBWS, Kelompok Masyarakat, BB
Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi),
Perum Perhutani (Hutan Lindung &
Produksi), PT. Bakti Usaha Menanam
Nusantara Hijau
P P P 2) Terancamnya lahan agak kritis pada
kawasan hutan dan non hutan pada
DAS di wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian Hulu (94.101 ha)
Terlaksananya konservasi lahan
agak kritis pada DAS di wilayah
Cidurian-Ciujung-Cidurian Hulu
Mensosialisasikan upaya konservasi dan
perlindungan lahan agak kritis pada seluruh
DAS dan melaksanakan RTkRHL 20% area
agak kritis
Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
agak kritis 50% area, kumulatif menjadi
70% serta memantau dan
mempertahankan kondisi yang sudah di
rehabilitasi
Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
potensial kritis 30% area, kumulatif
menjadi 100% serta memantau dan
mempertahankan kondisi yang sudah di
rehabilitasi
Melaksanakan RTkRHL di kawasan
lahan agak kritis pada seluruh DAS
disertai insentif bagi kelompok
masyarakat yang melaksanakannya
P P 3) Terancamnya lahan potensial kritis
pada kawasan hutan dan non hutan
pada DAS di wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian (219.849 ha)
Terlaksananya konservasi lahan
potensial kritis pada DAS di
wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian
Mensosialisasikan upaya konservasi dan
perlindungan lahan potensial kritis pada
seluruh DAS di wilayah dan melaksanakan
RTkRHL 20% area
Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
potensial kritis 50% area, kumulatif
menjadi 70% serta memantau dan
mempertahankan kondisi yang sudah di
rehabilitasi
Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
potensial kritis 30% area, kumulatif
menjadi 100% serta memantau dan
mempertahankan kondisi yang sudah di
rehabilitasi
Menyadarkan masyarakat untuk
melindungi dan memperbaiki lahan
potensial kritis
P P P 4) Jumlah luas hutan belum memenuhi
kebutuhan standar lingkungan
Terwujudnya luas kawasan
hutan sebesar 30% di wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
Menambah luas hutan lindung dengan tidak
memperpanjang ijin hutan produksi yang
sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara
selektif
Menambah luas hutan lindung dengan
tidak memperpanjang ijin hutan produksi
yang sudah habis masa ijin
pengelolaannya, secara selektif
Menambah luas hutan lindung dengan
tidak memperpanjang ijin hutan produksi
yang sudah habis masa ijin
pengelolaannya, secara selektif
Secara selektif tidak memperpanjang ijin
hutan produksi, merubah status menjadi
hutan lindung, sampai tercapai jumlah
30% wilayah 3 Ci
Bappeda, Dinas Kehutanan Prov, Perum
Perhutani, Kelompok Masyarakat
P P P 5) Terancamnyanya keaneka-ragaman
hayati
Terlindunginya keaneka-
ragaman hayati pada kawasan
lindung, a.l Cagar Alam Rawa
Danau
Identifikasi flora-fauna pada habitat kunci,
melaksanakan pelestarian keaneka-ragaman
hayati
Melaksanakan perlindungan dan
pelestarian keaneka-ragaman hayati pada
kawasan lindung, secara berkelanjutan
Melaksanakan perlindungan dan
pelestarian keaneka-ragaman hayati pada
kawasan lindung, secara berkelanjutan
Melestarikan keaneka-ragaman hayati
pada kawasan lindung, a.l Rawa Dano
BLHD Prov, KLH, Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Belum optimalnya pelaksanaan
Gerhan dan GNKPA di dalam dan
di luar kawasan hutan pada DAS
hulu dan tengah wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian
Terlaksananya Gerhan dan
GNKPA di dalam dan di luar
kawasan hutan pada DAS hulu
dan tengah wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian
Melakukan evaluasi dan sinkronisasi terhadap
pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta
melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada
wilayah di Cidanau-Ciujung-Cidurian (25%)
Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi
terhadap pelaksanaan Gerhan dan
GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan
GNKPA pada wilayah di Cidanau-Ciujung-
Cidurian (25%), kumulatif (50 %)
Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi
terhadap pelaksanaan Gerhan dan
GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan
GNKPA pada wilayah di Cidanau-Ciujung-
Cidurian (50%), kumulatif (100%)
Melaksanakan sinkronisasi Gerhan dan
GNKPA pada wilayah di Cidanau-
Ciujung-Cidurian
Dinas Kehutanan, BBWS, Dinas/Badan
PU/SDA, BLHD, Bappeda, Perkebunan, dll
yang terkait di tk. Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 7) Kurang jelasnya batas di lapangan
kawasan milik Perum Perhutani,
BBKsumber daya air, PTPN dan
lahan masyarakat di hulu, sehingga
terjadi perambahan hutan
Terciptanya batas kawasan
hutan yang jelas antara Perum
Perhutani, BBKsumber daya air,
PTPN, dan lahan masyarakat
hulu
Melakukan pemetaan detail dan memasang
tanda batas yang jelas pada kawasan hutan.
Mengawasi dan mengendalikan pengunaan
lahan sesuai batas yang telah ditetapkan.
Mengawasi dan mengendalikan
pengunaan lahan sesuai batas yang telah
ditetapkan, serta menegakkan peraturan
yang berlaku, secara berkelanjutan
Mengawasi dan mengendalikan
pengunaan lahan sesuai batas yang telah
ditetapkan, serta menegakkan peraturan
yang berlaku, secara berkelanjutan
Memasang tanda batas kawasan hutan,
dan mengamankannya secara
berkelanjutan
Dinas Kehutanan Prov/Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBKSDA, Perum Perhutani,
Kelompok Masyarakat
P P P 8) Budi daya pertanian di kawasan non
hutan yang tidak sesuai dengan
kaidah konservasi yang
menyebabkan banyaknya lahan
kritis
Terlaksananya PerMenTan No.
47/2006 tentang Pedoman
Umum Budidaya Pertanian pada
Lahan Pegunungan
Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No.
47/2006, melaksanakan pelatihan dan
melaksanakan gerakan budidaya pertanian di
lahan pegunungan melalui pendekatan
sekolah lapang, (10% area)
Menerapkan PerMenTan No. 47/2006
tahap II (40% area), kumulatif (50% area),
memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
Menerapkan PerMenTan No. 47/2006
tahap III (50% area), kumulatif (100%
area), memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
Menyelenggarakan budidaya pertanian
lahan pegunungan yang sesuai dengan
kaidah konservasi berpedoman kepada
PerMenTan No. 47/2006
Dinas Perkebunan, Pertanian tk
Prov/Kab/Kota terkait, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat
P P Terlaksananya penanaman
kawasan non hutan yang
berlereng dengan tanaman
jangka panjang bernilai ekonomi
tinggi, contoh kopi
Melaksanakan percontohan dan
pendampingan kepada masyarakat tani di
kawasan non hutan yang berlereng untuk
menanam tanaman jangka panjang, disertai
pemberdayaan pananaman sistem
tumpangsari untuk pendapatan sehari-hari,
target 15% area
Melaksanakan bimbingan kepada
masyarakat tani di kawasan non hutan
yang berlereng untuk menanam tanaman
jangka panjang, mulai dari pratanam
sampai pasca tanam, disertai penanaman
secara tumpang sari secara berkelanjutan,
target 25%, kumulatif 40%
Melaksanakan bimbingan kepada
masyarakat tani di kawasan non hutan
yang berlereng untuk menanam tanaman
jangka panjang, mulai dari pratanam
sampai pasca tanam, disertai penanaman
secara tumpang sari secara berkelanjutan,
target 60%, kumulatif 100%
Membimbing masyarakat di kawasan
berlereng dengan tanaman jangka
panjang bernilai ekonomi tinggi, dan
memberdayakan agar tetap mendapat
penghasilan untuk kehidupan hariannya
Dinas Perkebunan, Pertanian tk
Prov/Kab/Kota terkait, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat
P 9) Masih terbatasnya Ruang Terbuka
Hijau (RTH) perkotaan
Tercapainya standar luas Ruang
Terbuka Hijau (RTH) perkotaan
sebesar 30% atau sesuai
dengan peraturan
Menyusun sistem pemberian Insentif bagi
yang menambah dan disinsentif bagi
pengembang yang mengurangi RTH,
dituangkan dalam Perda (2011-2013).
Menerapkan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya (2014-2015)
Menerapkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem
pemberian Insentif/disinseftif secara
berkelanjutan
Menerapkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem
pemberian Insentif/disinseftif secara
berkelanjutan
Menambah luas RTH sehingga tercapai
standar sesuai peraturan (30% luas)
Dinas Tata Ruang/ Tata Kota, PU,
Bappeda, DPRD, Developer dan
Kelompok Masyarakat
P P P 10) Masih adanya kawasan pemukiman
baru yang belum memenuhi daya
dukung lingkungan
Terwujudnya kawasan
pemukiman yang memenuhi
daya dukung lingkungan
Menyusun Perda tentang pembangunan
kawasan pemukiman baru yang
mensyaratkan untuk memenuhi daya dukung
lingkungan, mensosialisasikan,
menegakkannya, serta menerapkan
sanksinya.
Memantau secara berkelanjutan
pembangunan kawasan pemukiman untuk
memenuhi daya dukung lingkungan, serta
menerapkan sanksi pelanggarannya
Memantau secara berkelanjutan
pembangunan kawasan pemukiman untuk
memenuhi daya dukung lingkungan, serta
menerapkan sanksi pelanggarannya
Menyusun dan menerapkan Perda
tentang pembangunan kawasan
pemukiman baru yang mengikuti kaidah
konservasi
Dinas Perumahan/ Tata Kota, PU,
Bappeda, DPRD, BPN, Developer dan
Kelompok Masyarakat
P P P 11) Belum ada penetapan batas dan
pemanfaatan daerah sempadan
sungai dan situ/ waduk
Terwujudnya Perda tentang
sempadan pada sungai dan situ/
waduk
Menyusun Perda tentang perlindungan dan
fungsi situ serta mensosialisasikannya
Menerapkan Perda tentang sempadan
sungai dan situ/waduk
Menerapkan, mengawasi dan menindak
bagi pelanggar Perda tentang sempadan
sungai dan situ/waduk
Menyusun Perda, mensosialisasikan,
menegakkan dan menindak bagi
pelanggar Perda tentang sempadan dan
sungai situ/waduk
Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, BPN,
Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok
Masyarakat
P P P P 12) Belum berkembangnya kerjasama
pengelolaan jasa lingkungan, selain
DAS Cidanau
Terlaksananya kerjasama
pengelolaan jasa lingkungan
Menginvetarisasi dan mengkaji potensi obyek
dan subyek kerjasama pengelolan jasa
lingkungan dengan referensi DAS Cidanau
(2011-2013),menyusun dokumen kerjasama
dan melaksanakan uji coba (2014-2015)
Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama pengelolaan jasa lingkungan
serta monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya
Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama pengelolaan jasa lingkungan
serta monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya
Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan)
BLHD Dinas Kehutanan, Perkebunan tk
Prov/kab/kota, BBWS, Dinas SDA Prov,
Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman143
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
dan
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
P P P 13) Belum optimalnya kerjasama hulu-
hilir dalam pelaksanaan konservasi
DAS
Terlaksananya konservasi DAS
dg prinsip kerjasama hulu-hilir,
antar Provinsi, antar Kab/Kota,
antara swasta-masyarakat
Menginvetarisasi potensi kerjasama hulu-hilir
pada masing-masing DAS. Menyiapkan MOU
dan melaksanakan uji coba kesepakatan
kerjasama hulu-hilir pada DAS Ciujung,
dengan referensi DAS Cidanau
Melaksanakan dan memantau
kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS
Ciujung.
Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji
coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir
untuk DAS Cidurian (antar kab./kota,
Melaksanakan dan memantau
kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS
Cidurian (Prov. Jabar dan Banten) dan
DAS lainnya (antar kab./kota)
Mengembangkan, melaksanakan dan
memantau kerjasama hulu-hilir setiap
DAS dalam pelaksanaan konservasi
Bappeda, Dinas Kehutanan, Perkebunan,
PU/SDA, Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS,
BBWS, BBKSDA, Perum Perhutani, PT.
BUMN-HL, Kelompok Masyarakat, Swasta
P P P P 14) Kurang terkendalinya penggunaan
lahan bekas sudetan sungai
Terlindunginya lahan bekas
sudetan sungai
Melaksanakan penyadaran masyarakat
tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai.
Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan
bekas sudetan sebagai bagian dari daerah
milik sungai
Melaksanakan penyadaran masyarakat
tentang fungsi lahan bekas sudetan
sungai. Menertibkan dan mengembalikan
fungsi lahan bekas sudetan sebagai
bagian dari daerah milik sungai
Melaksanakan penyadaran masyarakat
tentang fungsi lahan bekas sudetan
sungai. Menertibkan dan mengembalikan
fungsi lahan bekas sudetan sebagai
bagian dari daerah milik sungai
Mengembalikan fungsi lahan bekas
sudetan sebagai bagian dari daerah milik
sungai
BBWS, Dinas PU/SDA, BPN, tk
Prov/Kab/Kota, masyarakat
P P P P 15) Terjadinya kerusakan dasar dan alur
sungai karena penambangan pasir
dan kerikil
Terlindunginya dasar dan alur
sungai terhadap kerusakan
akibat penambangan pasir dan
kerikil
Melakukan inventarisasi lokasi penambangan,
memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk
penambangan, serta kaji ulang dan
pengaturan terhadap ijin penambangan,
dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan, disertai
penegakan hukum
Memberikan arahan lokasi yang sesuai
untuk penambangan, serta kaji ulang dan
pengaturan terhadap ijin penambangan,
dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan, disertai
penegakan hukum
Memberikan arahan lokasi yang sesuai
untuk penambangan, serta kaji ulang dan
pengaturan terhadap ijin penambangan,
dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan, disertai
penegakan hukum
Memberikan arahan lokasi yang sesuai
untuk penambangan, serta kaji ulang dan
pengaturan terhadap ijin penambangan,
dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan, disertai
penegakan hukum
Dinas Pertambangan/ ESDM, BLHD,
Dinas PU/SDA Kab./Kota/Prov, BBWS
P P P 16) Belum optimalnya perlindungan alur
dan tebing sungai di sungai-sungai
utama pada wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian
Terwujudnya perlindungan yang
optimal pada alur dan tebing
sungai di sungai-sungai utama
pada wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian
Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan
melaksanakan (2014-2015 = 10%)
perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-
sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian
Melaksanakan (2016-2020 = 25%,
kumulatif = 35%) perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama pada
wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
Melaksanakan (2021-2030 = 65%,
kumulatif = 100%) perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama
pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
Melaksanakan perlindungan alur dan
tebing sungai yang optimal
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 17) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan
pantai
Terlindunginya kawasan muara
dan pantai khususnya di 30
lokasi erosi pantai
Menyusun perencanaan dan melaksanakan
pembangunan pengamanan muara dan erosi
pantai (10%)
Melaksanakan pembangunan
pengamanan muara dan erosi pantai
(30%), kumulatif (40%)
Melaksanakan perencanaan
pembangunan muara dan erosi pantai
(60%), kumulatif (100%)
Melindungi muara dan pantai dengan
struktur
Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman144
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.2 PENGAWETAN
AIR
P P P 1) Belum optimalnya pembangunan
dan pemeliharaan tampungan air
(masih banyak air terbuang pada
musim hujan)
Bertambah dan terpeliharanya
waduk, situ dan kolam retensi
Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah
ada, serta melaksanakan pemeliharaannya
Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah
ada, serta melaksanakan pemeliharaannya
Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah
ada, serta melaksanakan
pemeliharaannya
Menampung air hujan untuk mengurangi
aliran permukaan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Balai PSDA, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Berkurangnya luas daerah resapan
di bagian hulu dan tengah wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
Terlindunginya dan
meningkatnya luas daerah
resapan di bagian hulu dan
tengah wilatyah Cidanau-
Ciujung-Cidurian
Melindungi dan meningkatkan luas daerah
resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh
DAS secara berkelanjutan melalui kampanye
penyadaran masyarakat, peraturan standar
bangunan dan pengendalian IMB
Melindungi dan meningkatkan luas daerah
resapan di bagian hulu dan tengah di
seluruh DAS secara berkelanjutan melalui
kampanye penyadaran masyarakat,
peraturan standar bangunan dan
pengendalian IMB
Melindungi dan meningkatkan luas daerah
resapan di bagian hulu dan tengah di
seluruh DAS secara berkelanjutan melalui
kampanye penyadaran masyarakat,
peraturan standar bangunan dan
pengendalian IMB
Menyadarkan masyarakat untuk
meningkatkan fungsi daerah resapan
dan mengendalikan IMB
Dinas Tata Ruang, Permukiman, PU/SDA
, BLHD, Kehutanan Prov/Kab/Kota Terkait,
BBWS, BPDAS, Kelompok Masyarakat
P P P P 3) Belum memasyarakatnya
pembuatan sumur resapan dan
biopori oleh seluruh masyarakat
Terlaksananya pembuatan
sumur resapan dan biopori oleh
seluruh masyarakat
Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur
resapan dan biopori kepada masyarakat
(2011-2013) dan melaksanakan pembuatan
biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20%
area
Melaksanakan pembuatan sumur resapan
dan biopori kepada masyarakat (2016-
2020) = 30% area, kumulatif 50% area
Melaksanakan pembuatan sumur resapan
dan biopori kepada masyarakat (2021-
2030) = 50 % area, kumulatif 100% area
Meningkatkan jumlah air yang meresap
dan menurunkan angka pengaliran
Dinas Permukiman/Tata Kota, PU/SDA ,
BLHD Prov/Kab./Kota Terkait, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P 4) Terjadinya kerusakan mata air di
wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
Terlindunginya mata air di
wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian secara berkelanjutan
Mensosialisasikan peraturan tentang
sempadan sumber air. Menetapkan dan
mematok sempadan sumber air di sekitar
mata air (jumlah 50%)
Menetapkan dan mematok sempadan
sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%,
kumulatif 100%). Mengawasi dan
memelihara sempadan sumber air di
sekitar mata air
Mengawasi dan memelihara sempadan
sumber air di sekitar mata air
Melindungi keberadaan lingkungan
sumber air dengan memasang patok
batas sempadan yang jelas
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan inventarisasi kerusakan mata
air. Merehabilitasi dan OP mata air (25%)
Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air
(25%), kumulatif (50%)
Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air
(50%), kumulatif (100%)
Melakukan perbaikan dan pemeliharaan
mata air secara berkelanjutan
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Adanya kerusakan situ dan
prasarananya
Terlindunginya situ di wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
secara berkelanjutan
Mensosialisasikan peraturan tentang
sempadan situ. Menetapkan dan mematok
sempadan situ (jumlah 50%)
Menetapkan dan mematok sempadan situ
(jumlah 50%, kumulatif 100%). Mengawasi
dan memelihara sempadan situ
Mengawasi dan memelihara sempadan
situ
Melindungi keberadaan lingkungan situ
dengan memasang patok batas
sempadan secara jelas
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P Terlaksananya rehabilitasi situ,
untuk mengembalikan kapasitas
dan fungsinya sesuai rencana
Menginventarisasi kerusakan situ dan
prasarananya.
Melaksanakan rehabilitasi situ melalui
perencanaan partisipatif masyarakat
setempat, pada Wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian (15%)
Melaksanakan rehabilitasi situ melalui
perencanaan partisipatif masyarakat
setempat, pada Wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian (25%), kumulatif (40%)
Melaksanakan rehabilitasi situ melalui
perencanaan partisipatif masyarakat
setempat, pada Wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian (60%), kumulatif (100%)
Melindungi dan memulihkan kapasitas
dan fungsi situ di Wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian
BBWS, Dinas PU/SDA Prov./Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Masih terjadinya alih fungsi situ
menjadi pemukiman atau tempat
usaha
Terlindunginya situ secara
berkelanjutan
Menyusun Perda tentang perlindungan dan
fungsi situ serta mensosialisasikannya
Menerapkan Perda tentang perlindungan
dan fungsi situ
Menerapkan, mengawasi dan menindak
bagi pelanggar Perda tentang
perlindungan dan fungsi situ
Menyusun Perda, mensosialisasikan,
menegakkan dan menindak bagi
pelanggar Perda tentang perlindungan
dan fungsi situ
Dinas PU/SDA, DPRD, BPN
Prov/Kab/Kota, Satpol PP, Polri,
Developer, Kelompok Masyarakat
P P P 7) Kurangnya pemberdayaan
masyarakat sekitar mata air dan situ
berkaitan dengan pemeliharaan
sumber air
Terwujudnya pemberdayaan
masyarakat sekitar mata air dan
situ, untuk ikut memelihara
sumber air
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di
sekitar mata air dan situ (jumlah 25%)
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
di sekitar mata air dan situ (jumlah 25%,
kumulatif 50%)
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
di sekitar mata air dan situ (jumlah 50%,
kumulatif (100%)
Melakukan pemberdayaan masyarakat di
sekitar mata air dan situ untuk ikut
berperan melindungi lingkungan sumber
air
Dinas PU/SDA, Kehutanan Prov/Kab/Kota
terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Perum
Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok
Masyarakat
P P P 8) Terjadinya pengambilan air tanah
dalam yang melampaui batas dan
pemantauan yang lemah, pada CAT
Serang-Tangerang, berakibat
terjadinya penurunan muka air
tanah, muka tanah dan/ atau intrusi
air laut
Terlaksananya pengendalian
pengambilan air tanah
Melaksanakan pengendalian dan pemantauan
pengambilan air tanah, serta menindak
pengambilan yang melampaui ijin atau tidak
berijin, disertai penyediaan kebutuhan air
permukaan secara berkelanjutan
Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah, serta
menindak pengambilan yang melampaui
ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan
kebutuhan air permukaan secara
berkelanjutan
Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah, serta
menindak pengambilan yang melampaui
ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan
kebutuhan air permukaan secara
berkelanjutan
Melaksanakan pemantauan dan
penertiban pengambilan air tanah,
disertai penyediaan kebutuhan air
permukaan, secara berkelanjutan
Dinas ESDM/Pertambangan, PU/CK/SDA,
BLHD, PDAM, Badan Regulator, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P 9) Tercapainya efisiensi
pemakaian air irigasi
lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan
Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3
P P P P Tercapainya efisiensi
pemakaian air rumah tangga
dan industri
lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan
Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3
P P Berkurangnya kebocoran
distribusi air minum
Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang
lama, mensosialisasikan, mengawasi dan
menindak terhadap pencurian air serta
menerapkan hemat air
Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan, mengawasi
dan menindak terhadap pencurian air serta
menerapkan hemat air
Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan, mengawasi
dan menindak terhadap pencurian air
serta menerapkan hemat air
Melaksanakan efisiensi dan hemat air
keperluan rumah tangga dan industri
PDAM, Badan Regulator, Dinas
PU/CK/SDA Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Masih rendahnya effisiensi
pemakaian air oleh berbagai
kepentingan
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman145
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.3 P P P P 1) Menurunnya kualitas air
dibandingkan dengan standar baku/
kelas peruntukan sungai (tercemar
ringan sampai sedang)
Peningkatan kualitas air sungai,
situ dan waduk (min. Kelas II
menurut PP no 82/2001)
Melaksanakan program kali bersih secara
terpadu (Prokasih, Superkasih) dan program
penilaian kinerja perusahaan (Proper), secara
rutin
Melakukan pemantauan, evaluasi
melaksanakan penegakan hukum
terhadap pelanggar yang melakukan
pencemaran
Melakukan pemantauan, evaluasi
melaksanakan penegakan hukum
terhadap pelanggar yang melakukan
pencemaran
Meningkatkan kualitas air sungai sesuai
atau lebih baik dari standar baku mutu
Dinas Kebersihan, BLHD, Dinas PU,
BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok
Masyarakat
P P P Merencanakan dan mengalokasi air
penggelontoran melalui kesepakatan dalam
TKPsumber daya air, serta melaksanakan
penggelontoran sungai
Melaksanakan alokasi air penggelontoran
sungai
Melaksanakan alokasi air penggelontoran
sungai
Mengalokasikan air untuk
penggelontoran sungai
BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA,
TKPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P Mendorong terbitnya penetapan kelas air
sungai dan waduk oleh Gubernur
Menegakkan peraturan tentang kelas air
sungai dan waduk
* Menegakkan peraturan tentang kelas air
sungai dan waduk
Menetapkan kelas air sungai dan waduk BLHD, BBWS, Bappeda, Dinas
Perindustrian, PU/SDA tk Prov/kab/kota,
TKPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin. serta menegakkan peraturan.
Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin, serta menegakkan peraturan.
Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin, serta menegakkan peraturan
Melaksanakan peningkatan sistim
monitoring kualitas air sungai
BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA,
Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P Merencanakan sistem monitoring kualitas air
real time
Membangun dan mengoperasikan sistem
monitoring kualitas air real time
Mengoperasikan sistem monitoring
kualitas air real time
Membangun dan mengoperasikan sistem
monitoring kualitas air real time
BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA,
Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang pengelolaan
lingkungan (khususnya kualitas air)
Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
Meningkatkan SDM petugas terkait
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA,
Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P 2) Belum opmimalnya pengelolaan
limbah industri
Terwujudnya pengendalian
pencemaran dari limbah industri
Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang
syarat kualitas air limbah (terutama logam
berat), dan kewajiban penggunaan IPAL
industri, serta mendorong pembangunan IPAL
Melaksanakan sosialisasi peraturan
tentang syarat kualitas air limbah
(terutama logam berat), dan kewajiban
penggunaan IPAL industri, serta
mendorong pembangunan IPAL
Melaksanakan sosialisasi peraturan
tentang syarat kualitas air limbah
(terutama logam berat), dan kewajiban
penggunaan IPAL industri, serta
mendorong pembangunan IPAL
Memasyarakatkan Perda tentang
pengolahan limbah industri dan kualitas
limbah yang dapat dibuang ke perairan
umum, terutama berkaitan logam berat,
secara berkelanjutan
BPHD, Dinas Perindustrian, PU/SDA
Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P Memberikan teguran dan penindakan
(penegakan hukum) bagi industri yang
membuang limbah tidak melalui IPAL
Memberikan teguran dan penindakan
(penegakan hukum) bagi industri yang
membuang limbah tidak melalui IPAL
Memberikan teguran dan penindakan
(penegakan hukum) bagi industri yang
membuang limbah tidak melalui IPAL
Melaksanakan pengawasan ketat
kualitas limbah industri sesuai baku mutu
limbah cair (terutama logam berat)
disertai penegakan hukum bagi
pelanggar;
BLHD, Dinas Perindustrian, PU/SDA
Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P Menyusun perencanaan pembangunan IPAL
industri terpadu pada kawasan industri,
beserta penyiapan organisasi pengelolanya
Membangun IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan mengoperasikannya
Mengembangkan IPAL industri terpadu
pada kawasan industri, dan
mengoperasikannya
Membangun IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan
mengoperasikannya
Swasta, BLHD, Dinas Perindustrian, Dinas
PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan
limbah industri dan lingkungan, bila perlu
memperbaharui Perda mengacu pada
peraturan pemerintah terbaru.
Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan,
bila perlu memperbaharui Perda mengacu
pada peraturan pemerintah terbaru.
Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan,
bila perlu memperbaharui Perda mengacu
pada peraturan pemerintah terbaru.
Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan,
bila perlu memperbaharui Perda
mengacu pada peraturan pemerintah
terbaru.
BLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda
PU/SDA Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P Melaksanakan identifikasi, penyusunan,
updating data base: lokasi dan jenis industri,
potensi pencemar, IPAL, serta pemetaan
lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci
Melaksanakan updating data base lokasi
dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL,
serta updating peta lokasi dan jenis
industri di wilayah 3 Ci
Melaksanakan updating data base lokasi
dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL,
serta updating peta lokasi dan jenis
industri di wilayah 3 Ci
Menyusun data base industri, serta
terintegrasi dalam sistim informasi
kualitas air
Dinas PU/SDA, BBWS, BLHD, Dinas
Perindustrian, Bappeda, instansi terkait di
Prov/Kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P 3) Limbah cair domestik dan perkotaan
belum diolah sebagaimana mestinya
Terwujudnya pengendalian
pencemaran dari limbah cair
domestik dan perkotaan;
Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainasi, secara bertahap (5%
area kota), terutama pada kawasan
pengembangan perumahan atau perkotaan
baru
Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainasi, secara bertahap
(10% area kota, kumulatif 15%), terutama
pada kawasan pengembangan perumahan
atau perkotaan baru
Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainasi, secara bertahap
(35% area kota, kumulatif 50%), terutama
pada kawasan pengembangan perumahan
atau perkotaan baru
Merencanakan dan membangun sistem
sanitasi perkotaan dengan memisahkan
saluran pembuangan air limbah
perkotaan dari saluran drainasi kota,
secara bertahap
Dinas PU/CK, BLHD Prov/Kab/Kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat thd penggunaan pengolahan
limbah cair individu, perdesaan & komunal
(terutama daerah berpenduduk padat &
sekitar sumber air);
Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat thd
penggunaan pengolahan limbah cair
individu, perdesaan & komunal (terutama
daerah berpenduduk padat & sekitar
sumber air);
Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat thd
penggunaan pengolahan limbah cair
individu, perdesaan & komunal (terutama
daerah berpenduduk padat & sekitar
sumber air);
Melaksanakan pemberdayaan
masyarakat thd penggunaan pengolahan
limbah cair rumah tangga
BLHD, Dinas Kebersihan, Dinas
Kesehatan, Dinas PU/PSDA, Bappeda
Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P P 4) Masih adanya bahaya dari sisa
penggunaan pupuk dan obat-obatan
pertanian
Terwujudnya pengendalian
limbah pertanian;
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai
anjuran
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk secara benar dan
sesuai anjuran, serta monitoring
kepatuhan petani di lapangan
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk secara benar dan
sesuai anjuran, serta monitoring
kepatuhan petani di lapangan
Melaksanakan penyadaran masyarakat
tani tentang penggunaan pestisida dan
pupuk sesuai anjuran
BLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan monitoring kandungan
pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai,
situ dan waduk.
Melaksanakan monitoring kandungan
pestisida dan pupuk di saluran irigasi,
sungai, situ dan waduk.
Melaksanakan monitoring kandungan
pestisida dan pupuk di saluran irigasi,
sungai, situ dan waduk.
Melaksanakan monitoring kualitas air
saluran irigasi, sungai, situ dan waduk,
terhadap sisa/ limbah pestisida dan
pupuk
BLHD, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Limbah peternakan belum diolah
sebagaimana mestinya
Terwujudnya pengendalian
limbah peternakan;
Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah
peternakan (untuk pupuk organik, biogas),
disertai percontohan dan pemberdayaan
peternak
Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak
(pupuk organik, biogas), disertai
percontohan dan pemberdayaan petani
Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak
(pupuk organik, biogas), disertai
percontohan dan pemberdayaan petani
Melaksanakan pemanfaatan limbah
ternak;
Dinas Peternakan, BLHD, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat, swasta
P P P Melaksanakan sosialisasi penggunaan IPAL
peternakan, disertai pembangunan IPAL
percontohan dan pemberdayaan peternak
Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemberdayaan peternak
Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemberdayaan peternak
Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan
iii + ii + i
PENGELOLAAN
KUALITAS AIR
DAN
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman146
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci ( 3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
P P P P 6) Pengelolaan limbah/sampah belum
optimal
Terwujudnya pengelolaan
limbah sampah
Meningkatkan layanan pengambilan sampah
perkotaan dan perdesaan dan penambahan
tempat pembuangan sampah sementara
maupun pembuangan akhir.
Meningkatkan layanan pengambilan
sampah perkotaan dan perdesaan dan
penambahan tempat pembuangan sampah
sementara maupun pembuangan akhir.
Meningkatkan layanan pengambilan
sampah perkotaan dan perdesaan dan
penambahan tempat pembuangan
sampah sementara maupun pembuangan
akhir.
Merencanakan dan melaksanakan
pengelolaan sampah perkotaan dan
pedesaan secara terpadu dan
berkelanjutan
Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas PU/CK
kab/kota, BLHD, Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
Melaksanakan pengelolaan sampah
melalui sistem 3R (reduce, reuse,
recycle)
Bappeda, Dinas Kebersihan, PU/CK,
BLHDkab/kota, Kelompok Masyarakat
P P Memperkenalkan, sosialisasi dan percontohan
pengelolaan sampah melalui sistem daur
ulang dan bank sampah oleh Pemda
Mengembangkan pengelolaan sampah
melalui sistem daur ulang dan bank
sampah oleh swasta dan masyarakat,
dengan menerapkan insentif
Mengembangkan pengelolaan sampah
melalui sistem daur ulang dan bank
sampah oleh swasta dan masyarakat
Mengembangkan pengelolaan sampah
melalui sistem bank sampah oleh swasta
dan masyarakat, dengan menerapkan
insentif pada tahap awal
Bappeda, Dinas Kebersihan, PU/CK,
BLHD kab/kota, Kelompok Masyarakat,
swasta
P P P P Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/ badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya.
Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/ badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya.
Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/ badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya.
Melarang membuang sampah ke sungai/
badan air lainnya.
Dinas Kebersihan, Dinas PU/CK/SDA,
BLHD kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman147
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci ( 3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
2.1 PENATAGUNAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Belum adanya peraturan peruntukan
air pada sumber air pada ruas/
lokasi tertentu
Terbitnya Pergub peruntukan
air pada sumber air pada ruas/
lokasi tertentu, termasuk
penetapan kelas air sungai
Menyusun, merumuskan Pergub melalui
Dewan sumber daya air prov. dan
mensosialisasikan peruntukan air dari sumber
air (termasuk klas air sungai), secara
berkelanjutan
Mengkaji ulang dan merumuskan kembali,
Pergub peruntukan air dari sumber air
(termasuk klas air sungai), melalui Dewan
sumber daya air. Menerapkan Pergub
Mengkaji ulang dan merumuskan kembali
Pergub peruntukan air dari sumber air
(termasuk klas air sungai), melalui Dewan
sumber daya air. Menerapkan Pergub
Menyusun, merumuskan, menetapkan,
mensosialisasikan dan menerapkan
Pergub peruntukan air dari sumber air
termasuk klas air sungai
Dinas PU/SDA, Bappeda, BBWS, Dewan
SDA prov, Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Belum adanya zona pemanfaatan
sumber air yg memperhatikan
berbagai macam pemanfaatan
Terbitnya penetapan zona
pemanfaatan sumber air dan
terintegrasinya pada peta
RTRW Prov. Banten
Menetapkan zona pemanfaatan sumber air
dan memadukan pada peta RTRW Prov dan
Kabupaten /Kota
Mengkaji ulang dan menetapkan kembali
zona pemanfaatan air dan memadukan
pada peta RTRW Prov dan kab/Kota
Memantau pelaksanaan zona
pemanfaatan air dan melakukan revisi jika
diperlukan
Mengkaji menetapkan zona pemanfaatan
air dan memadukan pada peta RTRW
Prov, kab/kota
Dinas Tata Ruang, Tata Kota, PU/SDA
Prov, BBWS, Kelompok masyarakat
2.2 PENYEDIAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Adanya kekurangan air untuk
kebutuhan irigasi dan RKI, karena
kurangnya tampungan air/ waduk
Tercukupinya kebutuhan air
irgasi desa dan air rumahtangga
pedesaan
Membangun kolam-kolam tampungan air
setempat sesuai kebutuhan
Membangun kolam-kolam tampungan air
setempat sesuai kebutuhan
Membangun kolam-kolam tampungan air
setempat sesuai kebutuhan
Memanfaatkan panen air hujan/
tampungan lokal untuk kebutuhan
setempat
Dinas PU/SDA/CK Prov/Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P Meningkatnya efisiensi
penggunaan air RKI utk
mengurangi kebutuhan air
lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan
Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3
Mengurangi pencurian air atau
pemborosan air RKI dan irigasi
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan
pengambilan air baku RKI dan irigasi
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggaran
pengambilan air
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggaran
pengambilan air
Mengendalikan pengambilan air
pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan
air irigasi sesuia kebutuhan, serta
melaksanakan penegakan hukum bagi
pelanggarnya
BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas
PU/SDA Prov Jabar,Kepolisian, P3A,
Kelompok Masyarakat
P P P P Terlaksananya penyediaan
lahan untuk program
pembangunan waduk, saluran
pembawa, dan prasarana
sumber daya air lainnya melalui
pembebasan lahan yang adil
dan menguntungkan
masyarakat yang terkena
dampak
Mengkaji kembali kebijakan Resettlement
(dan ganti rugi, dalam rangka pembebasan
lahan sesuai dengan kondisi masyarakat dan
lingkungan setempat. Menerapkan hasil kajian
untuk pembebasan lahan selanjutnya --- ---
Melaksanakan pembebasan lahan untuk
keperluan program pembangunan
melalui resttlement dan ganti rugi kepada
masyarakat terdampak, secara adil dan
dapat bermanfaat untuk penghidupan
selanjutnya
Pemda, Bappeda, Dinas Sosial,
Pertanian/ Perkebunan, PU/SDA, BPN
Prov, Kab/Kota, Kemdagri, Ditjen SDA,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P P Terbangunnya waduk dan
tampungan air untuk
penyediaan air irigasi, air baku
RKI termasuk suplai air baku ke
ibukota Jakarta
Melaksanakan konstruksi bendungan Karian
(2014-2017), melaksanakan perencanaan
detail, pembebasan lahan untuk Saluran
Pembawa Karian Serpong Conveyance
System (2013-2014), membangun KSCS
tahap I dan WTP (2015-2017)
Melanjutkan pembangunan Bendungan
Karian dan KSCS. Mengoperasikan
Bendungan Karian (2018): air baku ke
Tangerang & Jakarta 9,1 m3/det melalui
KSCS, serta air baku dan irigasi ke Serang
5,5 m3/det melalui S.Ciberang
Melaksanakan Operasi dan Pemeliharaan
Bendungan Karian, serta saluran
pembawa KSCS
Menyimpan air pada waduk-waduk dan
long storage untuk memenuhi penyedian
air irigasi dan RKI wilayah 3 Ci, termasuk
untuk pengembangan Pelabuhan
Bojonegara dan suplai air baku ke
ibukota Jakarta
BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota,
Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan pembebasan lahan lokasi
genangan waduk Sindang Heula (2015-2016)
Melaksanakan konstruksi bendungan
Sindang Heula, saluran pembawa dan
WTP (2018-2021)
Mengoperasikan Bendungan Sindang
Heula (2022): air baku Serang 0,8 m3/det,
serta air irigasi Cibanten 0,8 m3/det
P P Melaksanakan studi kelayakan Bendungan
Pasirkopo (2015).
Menyusun perencanaan detail Bendungan
Pasirkopo (2016-2017), dan pembebasan
lahan (2019-2020)
Melaksanakan konstruksi (2021-2024) dan
mengoperasikan Bendungan Pasirkopo
(2025), manfaat air irigasi dan air baku 7
m3/det
P P P Menyusun studi kelayakan dan perencanaan
detail Long Storage Ciujung Lama (2013-
2015)
Melaksanakan konstruksi termasuk WTP
(2016-2017) dan mengoperasikan Long
Storage Ciujung Lama (2018)
Mengoperasikan Long Storage Ciujung
Lama
P P P P Menyusun perencanaan detail Bendung Karet
Citawing (2013), serta melaksanakan
pembangunannya (2015-2017)
Melaksanakan pembangunan Bendung
Karet Citawing termasuk WTP (2015-
2017). Mengoperasikan (2018)
Mengoperasikan Bendung Karet Citawing
P P P P Menyusun perencanaan detail peningkatan
Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa
Cidanau (2011-2013). Melaksanakan
konstruksi peningkatan Bendungan Krenceng
dan Sta.Pompa (2014-2015)
Mengoperasikan Bendungan Krenceng,
Stasiun Pompa Cidanau dan pipa
pembawa, secara berkelanjutan
Mengoperasikan Bendungan Krenceng,
Stasiun Pompa Cidanau dan pipa
pembawa, secara berkelanjutan
Menyimpan air pada waduk-waduk untuk
memenuhi penyedian air RKI kota dan
kawasan industri Cilegon
PT.KTI, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P Menyusun studi kelayakan Bendungan
Cidanau (2013-2014), dan Perencanaan
Detail (2015)
Menyusun perencanaan detail Bendungan
Cidanau, dan pembebasan lahan (2016-
2018), serta konstruksi Bendungan
Cidanau (2019)
Melanjutkan pelaksanaan konstruksi, dan
mengoperasikan Bendungan Cidanau
(2022). Direncanakan tambahan debit 2
m3/det (total menjadi 4 m3/det) ke waduk
Krenceng
BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota,
PT.KTI, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat
P 2) Antisipasi peningkatan jumlah
penduduk, serta kegiatan industri
dan ekonomi berkaitan dengan
rencana pembangunan Jembatan
Selat Sunda penghubung antara
P.Jawa dan P.Sumatera
Terlaksananya penyediaan air
irigasi dan air baku RKI,
mendukung pemenuhan
kebutuhan air sesuai
pertumbuhan jumlah penduduk,
kegiatan industri dan kegiatan
ekonomi yang tinggi
---
Melaksanakan studi kelayakan Bendungan
Tanjung dan Cilawang (2018-2020)
Menyusun perencanaan detail Bendungan
Tanjung atau Cilawang, dan pembebasan
lahan (2021-2025). Melaksanakan
pembangunan Bendungan Tanjung atau
Cilawang (2026-2030), manfaat 7 m3/det
air irigasi dan air baku RKI
Menyediakan air irigasi dan air baku RKI
untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah
penduduk, kegiatan industri dan kegiatan
ekonomi yang tinggi berkaitan dengan
rencana pembangunan Jembatan Selat
Sunda, serta mendukung kebutuhan air
baku Jakarta Barat
BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota,
PT.KTI, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 3) Perlu tambahan penyediaan
pasokan air baku ke Jakarta dari
arah barat. Saat ini terdapat air
bersih 3 m3/det dari S.Cisadane ke
Jakarta
Penyediaan tambahan suplai air
baku/ air bersih ke Jakarta
Melaksanakan pembangunan Karian Serpong
Conveyance System (KSCS) tahap I, serta
Water Treatment Plan, debit rencana air
bersih ke Jakarta 3,2 m3/det
Mengoperasikan KSCS tahap I setelah
bendungan Karian terbangun, debit 3,2
m3/det ke Jakarta
Merencanakan dan membangun KSCS
tahap II setelah bendungan Pasirkopo/
Tanjung/ Cilawang terbangun
Menyediakan pasokan air ibukota
Jakarta dengan membangun waduk-
waduk di S.Ciujung dan S.Cidurian
BBWS, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt,
Banten, Kelompok Masyarakat
P P P 4) Keterbatasan layanan PDAM
Kab./Kota
Meningkatnya cakupan layanan
PAM Kab./Kota sesuai target
MDG's
Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan
menambah sambungan rumah tangga
menjadi (50% jml penduduk)
Meningkatkan cakupan layanan PAM
dengan menambah sambungan rumah
tangga menjadi (60% jml penduduk)
Meningkatkan cakupan layanan PAM
dengan menambah sambungan rumah
tangga menjadi (70% jml penduduk)
Meningkatkan jumlah sambungan rumah
tangga mencapai 70% jml penduduk
PDAM Prov/Kab/Kota, Dinas PU/CK
Kab.Kota, Kelompok Masyarakat
No. Kebijakan operasional
Jangka Panjang (2011-2030)
Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
iii + ii + i
Jangka Pendek (2011-2015)
Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
Permasalahan Berdasarkan Analisis

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman148
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
1 2 3 4
A B C D
2.3 PENGGUNAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Terganggunya fungsi irigasi karena
adanya pengambilan air baku RKI di
saluran induk irigasi Pamarayan
Barat & Timur, Cidurian, sehingga
terjadi konflik
Terwujudnya harmonisasi
penggunaan air irigasi dan air
baku di saluaran Induk
Pamarayan Barat dan Timur,
Cidurian
Mereview dan menyepakati alokasi air melalui
Komisi Irigasi, serta melaksanakan alokasi air
pada Saluran Induk Pamarayan Barat dan
Timur, Cidurian, sesuai kesepakatan
Melaksanakan alokasi air pada Saluran
Induk Pamarayan Barat dan Timur,
Cidurian, sesuai kesepakatan
Melaksanakan pemisahan saluran
pembawa air baku dari saluran induk
irigasi Pamarayan Barat, Timur, dan
Cidurian
Melaksanakan alokasi air baku RKI dan
air irigasi sesuai kebutuhan, untuk jangka
panjang melakukan pemisahan fungsi
saluran Irigasi dan saluran air baku RKI
P P P P 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi
mengakibatkan tidak efektif dan
tidak efisiennya distribusi air irigasi
Terlaksananya rehabilitasi
jaringan irigasi kewenangan
Pusat di wilayah 6 Ci, 31.592 ha
(DI.Cidurian, DI.Ciujung),
terutama yang rusak berat
Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan
jaringan irigasi (DI Cidurian, DI Ciujung), serta
menambah bangunan/ alat pengukur debit,
seluas 30% area
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian,
DI.Ciujung), serta menambah bangunan/
alat pengukur debit, seluas 30% area,
kumulatif 60%
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian,
DI.Ciujung), serta menambah bangunan/
alat pengukur debit, seluas 40% area,
kumulatif 100%
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi mencapai
100%
Terlaksananya rehabilitasi
jaringan irigasi kewenangan
Provinsi dan Kab/Kota, terutama
irigasi teknis dan semi teknis
Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan
jaringan irigasi kewenangan Provinsi,
Kab/Kota, seluas 30% area
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi kewenangan
Provinsi, Kab/Kota, seluas 30% area.
Kumulatif 60%
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi kewenangan
Provinsi, Kab/Kota, seluas 40% area.
Kumulatif 100%
P P P P Mendukung pengembangan
irigasi Prov.Banten bagian
selatan, dengan melaksanakan
rehabilitasi dan peningkatan DI
kewenangan Pusat 9.711 ha
(DI.Ciliman dan DI.Cibaliung)
Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI
kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan
DI.Cibaliung), seluas 30% area
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan DI kewenangan Pusat
(DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 30%
area, kumulatif 60%
Melaksanakan rehabilitasi dan
peningkatan DI kewenangan Pusat
(DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 40%
area, kumulatif 100%
P P P P 3) OP prasarana sumber daya air
(Irigasi,sungai, situ, dll) belum
memadai, berakibat menurunnya
fungsi layanan
Terlaksananya OP prasarana
sungai sesuai standar
Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat
Pelayanan 50%)
Melaksanaan OP prasarana sungai
(Tingkat Pelayanan 75%)
Melaksanaan OP prasarana sungai
(Tingkat Pelayanan 100%)
Melaksanaan OP prasarana sungai untuk
mempertahahan tingkat layanan
P P P Melaksanakan OP Waduk/Situ
sesuai kebutuhan
Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya
Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya, kumulatif (100%)
Melaksanakan OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya secara berkelanjutan
Penganggaran OP sesuai kebutuhan
nyata pengelolaan situ-situ, baik secara
swakelola maupun kontraktual
P P P Meningkatnya efisiensi air irigasi lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan
Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3
P P P 4) Belum adanya SOP tampungan/ situ
di Wilayah Cidanau-Ciujung-
Cidurian
Tersedianya SOP
tampungan/situ di Wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
Melaksanakan kajian SOP tampungan/situ di
Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (2011-
2013) memformulasikan dan mengujicoba
(2014-2015)
Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP
tampungan/situ di Wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian (2016-2020)
Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP
tampungan/situ di Wilayah Cidanau-
Ciujung-Cidurian (2021-2030)
Menyiapkan SOP tampungan/situ di
Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian
P P P P 5) Belum mutakhirnya SOP waduk
Krenceng
Mutakhirnya SOP waduk
Krenceng sesuai peraturan, PP
37 tahun 2010 tentang
Bendungan
Melaksanakan kaji ulang (2012-2013) SOP
waduk Krenceng dan legalisasi (2014)
Melaksanakan SOP di waduk Krenceng
secara berkelanjutan
Melaksanakan SOP di waduk Krenceng
secara berkelanjutan
Memutakhirkan SOP waduk Krenceng
P P P P 6) Belum tersusunnya pedoman
Operasional penyusunan AKNOP
(analisa kebutuhan nyata operasi
dan pemeliharaan) Irigasi
Tersedianya pedoman
operasional AKNOP irigasi
Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh DI
3 Ci (2011-2013) dan menguji coba
pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI
(2013-2014). Melegalisasi AKNOP Irigasi
(2015)
Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI
wilayah 3 Ci (2016-2020) pada total area
50%
Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI
wilayah 3 Ci (2016-2020) pada total area
menjadi 100%
Mereview AKNOP Saluran Irigasi
dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan
bangunan (rp/ha), serta bangunan utama
P P P P 7) Belum terlaksananya aset
manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi)
Terlaksananya penerapan
Pengelolaan Aset Irigasi (PAI)
secara berkelanjutan
Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan
dalam rangka aset manajemen irigasi (25%
area)
Melaksanakan inventarisasi kondisi
jaringan dalam rangka aset manajemen
irigasi (25% area, kumulatif 50%)
Melaksanakan inventarisasi kondisi
jaringan dalam rangka aset manajemen
irigasi (50% area, kumulatif 100%)
Menyusun prioritas OP dan rehab
jaringan dengan berdasarkan PAI.
P P P P 8) Kurangnya pembinaan masyarakat
petani dalam pelaksanaan irigasi
partisipatif
Terlaksananya irigasi partisipatif
dan peningkatan kemampuan
petani/ P3A dalam pengelolaan
jaringan irigasi tingkat tersier
Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat
tersier (30% area) dan pembinaan perannya
dalam irigasi partisipatif
Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat
tersier (60% area, kumulatif 60%) dan
pembinaan perannya dalam irigasi
partisipatif
Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat
tersier (40% area, kumulatif 100%) dan
pembinaan perannya dalam irigasi
partisipatif
Memberdayakan petani/ P3A dalam
pengelolan jaringan irigasi tingkat tersier
dan perannya dalam irigasi partisipatif
P P 9) Masih rendahnya Indeks
Pertanaman (IP)
Meningkatnya IP mencapai
280% pada 2030, seiring
dengan pelaksanaan rehabilitasi
jaringan irigasi, peningkatan
efisiensi dan penambahan
penyediaan air irigasi
Peningkatan IP dari 210% ke 250% Peningkatan IP dari 250% ke 265% Peningkatan IP dari 265% ke 280% Menaikkan IP dg pemberdayaan petani
(dari 210% ke 280%), seiring dengan
pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi,
peningkatan efisiensi dan peningkatan
penyediaan air irigasi
P P P P 10) Kondisi layanan jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat di
pantai utara telah menurun.
Terlaksananya rehabilitasi
jaringan perikanan dan tambak
rakyat, seluas 10.243 ha
Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan
dan tambak rakyat (25% area)
Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (50% area,
kumulatif 75%)
Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (25% area.
Kumulatif 100%)
Merehabilitasi jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat.
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman149
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2
1 2 3 4
A B C D
2.4 PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR
P P P 1) Belum optimalnya pemanfaatan
potensi tenaga air
Terlaksananya pengembangan
potensi tenaga air
Melaksanakan inventarisasi potensi dan
perencanaan pemanfaatan tenaga air (2011-
2013), melaksanakan konstruksi mini-mikro
hydro power (2014-2015 = 30%)
Melaksanakan pembangunan pembangkit
tenaga listrik di bendungan Karian dan
mini-mikro hydropower 30% , kumulatif =
60%
Membangun pembangkit tenaga listrik
pada bendungan-bendungan dan mini-
mikro hydropower 40%, kumulatif = 100%
Membangun pembangkit listrik tenaga air
pada bendungan dan pengembangan
potensi mini dan mikro hydropower
ESDM, PLN, BBWS, Dinas PU/ SDA prov,
Kelompok Masyarakat
P P 2) Masih terbatasnya pengembangan
penerapan teknologi ultra filtrasi dan
desalinasi
Terlaksananya pengembangan
penerapan teknologi ultra filtrasi
dan desalinasi, khususnya untuk
air industri di kawasan
perkotaan dan pantai utara
Melakukan kajian pengembangan penerapan
teknologi ultra filtrasi dan desalinasi dan
mendorong peran industri/ swasta untuk
menerapkannya
Mendorong pelaksanaan pengembangan
penerapan teknologi ultra filtrasi dan
desalinasi oleh industri/ swasta, dengan
pemberian insentif bagi yang mengurangi
pengambilan air tanah
Melaksanakan pengembangan penerapan
teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh
industri/ swasta, terutama di perkotaan
dan pantai utara
Mendorong pengembangan penerapan
teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh
industri/swasta, dengan pemberian
insentif bagi yang mengurangi
pengambilan air tanah
Pemda kab/kota Tanggerang, Serang,
Cilegon, PDAM, industri/ swasta,
Kelompok Masyarakat
2.5 PENGUSAHAAN P P P P 1) Masih terbatasnya pengusahaan air
oleh swasta di wilayah 3Ci
Terlaksananya pengembangan
pengusahaan air oleh swasta,
contoh PT.KTI, air kemasan
Mendorong pihak swasta untuk investasi
dalam pelayanan air bersih untuk RKI,
terutama dengan air baku dari Waduk Karian,
serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM
Mendorong pihak swasta untuk investasi
dalam pelayanan air bersih untuk RKI,
terutama dengan air baku dari Waduk
Karian, serta meningkatkan kapasitas
layanan PDAM
Mendorong pihak swasta untuk investasi
dalam pelayanan air bersih untuk RKI, dari
sumber air lainnya, serta meningkatkan
kapasitas layanan PDAM
Mendorong pihak swasta untuk
mengembangkan pengusahaan air baik
untuk air bersih maupun tenaga air
Pemda prov.Banten, BKPMD, Dinas
Perdagangan, Perindustrian, PU/SDA,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P Mendorong pihak swasta untuk investasi
dalam pengembangan pembangkit tenaga
listrik mini hidro
Mendorong pihak swasta untuk investasi
dalam pengembangan pembangkit tenaga
listrik mini hidro
Mendorong pihak swasta untuk investasi
dalam pengembangan pembangkit tenaga
listrik mini hidro
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman150
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
3.1 PENCEGAHAN
BENCANA
P P P P 1) Belum adanya Master Plan Sistem
Pengendalian Banjir secara
menyeluruh pada S.Ciujung dan
Cidurian
Terlaksananya master plan
sistem pengendalian banjir
secara menyeluruh pada
S.Ciujung dan Cidurian
Menyusun master plan sistem pengendalian
banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan
Cidurian, dengan banjir rencana untuk
kawasan: pertanian Q5, perkotaan Q25
Melaksanakan program-program prioritas
pada master plan sistem pengendalian
banjir pada S.Ciujung dan Cidurian,
dengan banjir rencana kawasan pertanian
Q5, kawasan perkotaan sementara
dengan Q10
Melaksanakan program berikutnya, dan
OP pada sistem pengendalian banjir pada
S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir
rencana kawasan pertanian Q5, perkotaan
ditingkatkan Q25
Mengurangi korban/ kerugian akibat
banjir dan mengurangi frekuensi kejadian
banjir dengan banjir rencana untuk
kawasan: pertanian Q5, perkotaan Q25
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Menurunnya fungsi tanggul banjir di
sungai Ciujung dan Cidurian
Terlaksananya perbaikan,
rehabilitasi dan pemeliharaan
tanggul banjir pada sungai
Ciujung dan Cidurian
Melaksanakan perencanaan detail dan
pelaksanaan perbaikan, rehabilitasi dan
pemeliharaan tanggul banjir secara bertahap
Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan
pemeliharaan tanggul banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan
pemeliharaan tanggul banjir secara
berkelanjutan
Memelihara fungsi tanggul banjir secara
berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P 3) Tercapainya kapasitas aliran
sungai dan jaringan drainase
mampu menyalurkan banjir
dengan debit tertentu
Melaksanakan perencanaan normalisasi
sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, dan
melaksanakannya secara bertahap (15%)
Melaksanakan normalisasi sungai Ciujung
dan Cidurian dengan Q25, secara
bertahap (25%), kumulatif (40%)
Melaksanakan normalisasi sungai Ciujung
dan Cidurian dengan Q25, secara
bertahap (60%), kumulatif (100%)
Meningkatkan kapasitas aliran sungaai
dan jaringan drainase untuk aliran Q25
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi,
Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
Jaringan Drainase 25%
Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
Jaringan Drainasi 25%, kumulatif (50%)
Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
Jaringan Drainasi 50%, kumulatif (100%)
Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
saluran drainasi secara berkelanjutan
P P P Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase sepanjang tahun
Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase sepanjang tahun
Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase sepanjang tahun
Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainasi secara berkelanjutan
P P P P 4) Penggunaan daerah retensi/ dataran
banjir dan rawan banjir untuk
pemukiman dan tempat usaha selain
pertanian
Tercapainya penetapan dan
pemasangan patok batas
kawasan retensi banjir serta
melarang pembangunan di
daerah retensi
Menetapkan peruntukan dan melindungi
daerah retensi, untuk tampungan air
Menetapkan peruntukan dan melindungi
daerah retensi, untuk tampungan air
Relokasi penduduk Menerbitkan penetapan daerah retensi
dan perda mengenai daerah retensi
termasuk larangan membangun
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat
P P P Terciptanya solusi dan
terlaksananya ketetapan upaya
bagi kawasan retensi yang telah
terbangun
Merencanakan solusi dan menerapkan
pengaturan bagi kawasan retensi yang telah
terbangun
Merencanakan solusi dan menerapkan
pengaturan bagi kawasan retensi yang
telah terbangun
__ Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P Terwujudnya peta rawan banjir,
serta meningkatnya
pemahaman masyarakat
tentang risiko di daerah rawan
banjir
Menyusun peta rawan banjir,
mensosialisasikannya kepada masyarakat,
disertai penjelasan tentang risiko yang
dihadapi. Menyusun Perda yang membatasi
pembangunan di daerah rawan banjir
Mensosialisasikan risiko daerah rawan
banjir. Membatasi pembangunan di daerah
rawan banjir
Mensosialisasikan risiko daerah rawan
banjir. Membatasi pembangunan di daerah
rawan banjir
Mensosialisasikan resiko daerah rawan
banjir. Membatasi pembangunan di
daerah rawan banjir
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Kurang teridentifikasinya potensi
daerah retensi
Teridentifikasinya potensi
daerah retensi di wilayah
Cidanau-Ciujung-Cidurian
Mengidentifikasi potensi daerah retensi di
wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (2011-
2013) dan membuat perencanaan daerah
retensi (2014-2015)
Melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahan dan pembangunan daerah retensi di
wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (30%
area)
Melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahan dan pembangunan daerah retensi di
wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (70%
area), kumulatif menjadi 100%
Mengidentifikasi potensi, merencanakan
dan membuat daerah/kolam retensi
Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun
Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan
Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Penggunaan bantaran sungai untuk
pemukiman dan tempat usaha
Terwujudnya bantaran sungai
bersih dari bangunan, timbunan
material galian (pasir, kerikil)
dan tanaman keras yang
menghambat arus banjir
Menerbitkan perda sempadan sungai dan
memasang patok batas, serta sosialisasi
Perda
Menerapkan perda sempadan sungai dan
melaksanakan pengawasannya
Melaksanakan pengawasan dan
penegakan hukum
Menertibkan sempadan sungai dan
mencegah terhadap penggunaan yang
dapat menghambat aliran banjir, diserati
pemasangan patok batas yang jelas
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, kelompok masyarakat
P P P Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai secara
berkelanjutan
Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, BPN,
Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat
P P P P 7) Pembuangan sampah ke saluran
drainasi dan alur sungai
menghambat aliran, mengakibatkan
banjir
Terwujudnya sungai dan saluran
drainase bersih dari sampah
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
secara berkelanjutan untuk tidak membuang
sampah ke sungai
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
secara berkelanjutan untuk tidak
membuang sampah ke sungai
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke
sungai, serta pemberian sanksi bagi
pelanggar
Melaksanakan penyadaran masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke
sungai
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 8) Belum adanya Perda pembatasan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
dan pembuatan kolam detensi pada
komplek perumahan
Terbitnya Perda pembatasan
KDB dan pembuatan kolam
detensi pada komplek
perumahan
Menyusun Perda pembatasan KDB dan
pembuatan kolam detensi pada komplek
perumahan, serta sosialisasi kepada para
pengembang dan masyarakat
Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan
Perda pembatasan KDB dan pembuatan
kolam detensi pada komplek perumahan
Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan
Perda pembatasan KDB dan pembuatan
kolam detensi pada komplek perumahan
Membatasi KDB dan pembuatan kolam
detensi pada pembangunan komplek
perumahan untuk mengurangi aliran
permukaan akibat hujan
Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, Badan
Perijinan, Satpol PP, Polri, Kelompok
Masyarakat
P P P P 9) Belum tersedia peta jalur dan tempat
evakuasi bencana banjir
Tersedianya peta jalur evakuasi
dan tempat pengungsian
Merencanakan dan menetapkan jalur
evakuasi dan tempat pengungsian
Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi
dan tempat pengungsian
__ Menetapkan lokasi pengungsian oleh
Pemda
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, kelompok masyarakat/swasta
P P 10) Belum terpasangnya sistem
peringatan dini banjir pada sungai
utama
Terpasangnya sistem
peringatan dini di semua sungai
utama
Merencanakan pengembangan dan
pemasangan sistem peringatan dini di semua
sungai
Melaksanakan pemasangan dan
operasional sistem peringatan dini di
semua sungai
Melaksanakan operasional sistem
peringatan dini di semua sungai
Melaksanakan pemasangan sistem
peringatan dini
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, BMKG, kelompok
masyarakat/swasta
P P 11) Kurangnya tertatanya (sistem dan
kapasitas drainase mikro) di
perkotaan menyebabkan genangan
di jalan
Terwujudnya sistem dan
kapasitas aliran saluran
drainase mikro yang memadai di
perkotaan
Melaksanakan perencanaan sistem drainase
dan kapasitasnya di perkotaan (2011-2013),
melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di perkotaan
(2014-2015)
Melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di perkotaan
secara berkelanjutan
Melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di
perkotaan secara berkelanjutan
Menata dan membangun sistem jaringan
drainasi mikro perkotaan yang terhubung
dengan sistem drainasi utama/ sungai
BBWS, Dinas PU/ SDA/CK Provinsi,
Kab./Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P 12) Meningkatnya ancaman luapan air
pasang laut
Teratasinya ancaman luapan air
pasang laut
Merencanakan dan membangun tanggul laut
untuk melindungi water front city / kota Banten
Lama
Memelihara tanggul laut untuk melindungi
water front city/ kota Banten Lama
Memelihara tanggul laut untuk melindungi
water front city/ kota Banten Lama, serta
melakukan rehabilitasi jika diperlukan
Melindungi water front city/ kota Banten
Lama dari ancaman pasang air laut
Dinas PU/SDA provinsi, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P 13) Adanya pembangunan struktur
pantai yang tidak berijin, dan
menyebabkan terjadinya erosi pantai
di lokasi sekitarnya
Stabilnya garis pantai,
terlindungi terhadap erosi akibat
gangguan oleh bangunan/
struktur di pantai
Menyusun, menetapkan dan
memasyarakatkan Perda tentang aturan
pembangunan struktur di pantai dan
kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS
Memasyarakatkan, melaksanakan dan
mengawasi Perda tentang aturan
pembangunan struktur di pantai dan
kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS, serta
menerapkan sanksi bagi pelanggarnya
Memasyarakatkan, melaksanakan dan
mengawasi Perda tentang aturan
pembangunan struktur di pantai dan
kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS, serta
menerapkan sanksi bagi pelanggarnya
Mensyaratkan adanya Amdal/ KLHS
dalam pembangunan struktur pantai,
untuk mencegah kerusakan pantai
BLHD, Dinas PU-SDA Provinsi, Kab./Kota,
BBWS, BPSDA, kelompok masyarakat
Berkurangnya kapasitas aliran
sungai dan jaringan drainase
(penyempitan sungai, pendangkalan
alur, serta hambatan oleh bangunan
sumber daya air)
No.
Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman151
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
P P P P 14) Belum tersosialisasinya peta jalur
evakuasi dan lokasi pengungsian
bencana tsunami akibat aktivitas G.
Krakatau
Melaksanakan review dan penetapan peta
jalur dan tempat evakuasi bencana tsunami
akibat aktivitas G.Krakatau, serta sosialisasi
ke masyarakat tentang jalur evakuasi
Membangun jalur evakuasi dan penyiapan
lokasi pengungsian bencana tsunami
akibat aktivitas G.Krakatau, disertai
sosialisasi ke masyarakat dan
pemasangan papan petunjuk
Memelihara jalur evakuasi dan lokasi
pengungsian bencana tsunami akibat
aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi
berkala ke masyarakat dan pemeliharaan
papan petunjuk
Mengantisipasi bencana tsunami akibat
aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi
ke masyarakat tentang jalur evakuasi
Dinas Sosial, PU/SDA prov., kab/kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P P Pendidikan kepada masyarakat terkena
dampak tentang tindak darurat terhadap
bahaya tsunami
Sosialisasi berkala tentang tindak darurat
terhadap bahaya tsunami
Sosialisasi berkala tentang tindak darurat
terhadap bahaya tsunami
Pendidikan kepada masyarakat dan
sosialisasi berkala tettang tindak darurat
terhadap bahaya tsunami
Dinas Sosial, Kominfo kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P 15) Berkurangnya kerugian akibat
longsoran
Melakukan inventarisasi dan pemetaan
daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota
Melaksanakan sosialisasi peta rawan
longsor
__ Melakukan inventarisasi dan pemetaan
daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota
BBWS, PJT II, Dinas PU/SDA,
Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P Melaksanakan penyadaran publik terhadap
bahaya tanah longsor
Melaksanakan penyadaran publik terhadap
bahaya tanah longsor
Melaksanakan penyadaran publik
terhadap bahaya tanah longsor
Melaksanakan penyadaran publik
terhadap bahaya tanah longsor
BBWS, Dinas PU/SDA, Pertambangan
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P P Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
Menerapkan perijinan bangunan (IMB)
dan building code di daerah rawan
longsor
Dinas P2B, Dinas Taru, Kelompok
Masyarakat
P P Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis
(vegetatif & sipil teknis).
Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif & sipil teknis)
Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif & sipil teknis)
Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif & sipil teknis)
BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian
Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat
P P P 16) Kekurangan air irigasi pada DI
Ciujung dan Cidurian
Tercukupinya kebutuhan air
irigasi
Membina petani tentang budidaya padi sistem
SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan
tentang pola tanam, secara berkelanjurtan
Membina petani tentang budidaya padi
sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati
peraturan tentang pola tanam, secara
berkelanjurtan
Membina petani tentang budidaya padi
sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati
peraturan tentang pola tanam, secara
berkelanjurtan
Mengurangi kebutuhan air irigasi dengan
cara budidaya sistem SRI, serta
mematuhi pola tanam
Dinas Petanian, PU/SDA Prov, Dinas
TanHutBun, PU/SDA Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
3.2 PENANGGUL-
ANGAN
P P P P 1) Meluapnya air sungai Cidurian atau
Ciujung menggenangi daerah
sekitarnya
Teratasinya luapan air sungai Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan
dana operasional secara berkelanjutan
Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara
berkelanjutan
Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara
berkelanjutan
Meminimalisasi luapan air banjir yang
menggenangi daerah sekitarnya
P P P P Melaksanakan pemantapan organisasi,
penyediaan peralatan dan pelatihan SDM
dalam rangka tanggap darurat banjir
Melaksanakan penyiagaan peralatan dan
pelatihan SDM dalam rangka tanggap
darurat banjir secara berkelanjutan
Melaksanakan penyiagaan peralatan dan
pelatihan SDM dalam rangka tanggap
darurat banjir secara berkelanjutan
Meningktakan kesiagaan peralatan dan
SDM dalam rangka tanggap darurat
banjir di daerah rawan banjir
P P P P Terlaksananya evakuasi korban
pada saat kejadian banjir
Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada
daerah rawan banjir secara berkelanjutan
Menyiapkan rencana tindak evakuasi,
dapur umum, tenda, perahu karet, MCK,
P3K pada daerah rawan banjir secara
berkelanjutan
Menyiapkan rencana tindak evakuasi,
dapur umum, tenda, perahu karet, MCK,
P3K pada daerah rawan banjir secara
berkelanjutan
Mengantisipasi penanggulangan darurat
berupa evakuasi korban dan dana
operasionalnya
BBWS, Dinas PU prov/kab/kota, BPBD,
BNPB, PMI, kelompok masyarakat
3.3 PEMULIHAN
AKIBAT
BENCANA
P P P P 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi
rumah masyarakat yang menjadi
korban setelah terjadinya bencana
banjir dan longsor
Tercapainya pemulihan kondisi
rumah masyarakat
Menyediakan cadangan dana bantuan
pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan
menggalang dana dari swasta
Menyediakan cadangan dana bantuan
pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan
menggalang dana dari swasta
Menyediakan cadangan dana bantuan
pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan
menggalang dana dari swasta
Memulihkan kondisi rumah korban pasca
bencana dengan penyedian cadangan
dana dari pemerintah, dan swasta serta
melibatkan masyarakat
Dinas PU/Permukiman, BBWS, Dinas
PU/CK kab/kota, BPBD, BNPB, PMI,
Swasta, kelompok masyarakat
P P P 2) Terjadinya kerusakan prasarana
sumber daya air setelah terjadinya
bencana banjir dan longsor
Terwujudnya perbaikan
prasarana sumber daya air yang
rusak, memulihkan fungsinya
Menyediakan dana tahunan untuk cadangan
perbaikan prasarana sumber daya air yang
rusak akibat banjir dan longsor
Menyediakan dana tahunan untuk
cadangan perbaikan prasarana sumber
daya air yang rusak akibat banjir dan
longsor
Menyediakan dana tahunan untuk
cadangan perbaikan prasarana sumber
daya air yang rusak akibat banjir dan
longsor
Memulihkan kondisi dan fungsi
prasarana sumber daya air pasca banjir
dan longsor
BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,kab/kota,
swasta, kelompok masyarakat
P P P 3) Belum maksimalnya penyediaan
dana untuk pelaksanaan pemulihan
kondisi prasarana dan sarana umum
setelah terjadinya bencana banjir
dan longsor
Tersedianya dana yang
memadai untuk pemulihan
kondisi dan fungsi prasarana
dan sarana umum
Menyediakan cadangan dana pemulihan
tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan
peran masyarakat dan swasta
Menyediakan cadangan dana pemulihan
tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan
peran masyarakat dan swasta
Menyediakan cadangan dana pemulihan
tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan
peran masyarakat dan swasta
Memulihkan kondisi prasarana dan
sarana umum pasca bencana dengan
penyedian dana dari pemerintah serta
melibatkan peran masyarakat dan
swasta
Dinas PU/Bina Marga, Bappeda
Prov.,kab/kota, kelompok masyarakat
BBWS, Dinas PU Prov/kab/kota, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), PMI, kelompok
masyarakat
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i
Pemahaman masyarakat
tentang peta jalur evakuasi dan
lokasi pengungsian, serta tindak
darurat manakala ada ancaman
bencana tsunami akibat aktivitas
G.Krakatau
No.
Terjadinya kerugian akibat bencana
longsor di beberapa tempat
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman152
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
P P P P 1) Kurang handalnya database sumber
daya air (Hidrologi, Hidrogeologi &
Hidrometeorologi, Kebijakan sumber
daya air, Prasarana sumber daya
air, Teknologi sumber daya air,
Lingkungan pada sumber daya air,
Kegiatan SoSekBud)
Terwujudnya database sumber
daya air yang lengkap dan
terpercaya
Mengevaluasi tingkat kehandalan data saat
ini. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan
dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan
penyajian data sumber daya air secara
handal, terpadu dan berkelanjutan
Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data sumber daya air secara handal,
terpadu dan berkelanjutan
Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data sumber daya air secara handal,
terpadu dan berkelanjutan
Meningkatkan kualitas data dan tingkat
kehandalan database sumber daya air
secara terpadu dan berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM
prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas
TanHutBun kab/kota, Ditjen SDA,
Kelompok Masyarakat
P P P 2) Belum memadainya SDM yang
menangani SISDA
Tersedianya SDM yang
menangani SISDA secara
memadai
Melaksanakan pengadaan pegawai dan
meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan
Mengembangkan SDM secara
berkelanjutan
Mengembangkan SDM secara
berkelanjutan
Menyediakan SDM yang profesional
untuk menangani SISDA
Ditjen SDA, Biro Kepeg & Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA,
Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG
prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P 3) Belum lengkapnya peralatan
(perangkat keras dan lunak) untuk
yang menunjang SISDA
Tersedianya peralatan yang
memadai untuk menunjang
SISDA terpadu
Menginventarisasi peralatan, mengevaluasi
jaringan, melaksanakan rasionalisasi
peralatan dan pengadaan peralatan baru
untuk menunjang SISDA terpadu
Mengoperasikan dan memelihara
peralatan yang menunjang SISDA secara
berkelanjutan
Mengoperasikan dan memelihara
peralatan yang menunjang SISDA secara
berkelanjutan
Melaksanakan evaluasi, rasionalisasi,
penyediaan, operasi dan pemeliharaan
peralatan yang memadai untuk
menunjang SISDA
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas
ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov.,
Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Belum tersedianya dana yang
memadai untuk melaksanakan
SISDA terpadu
Terwujudnya komitmen
penyediaan dana untuk SISDA
terpadu
Menyediakan dana SISDA terpadu untuk
operasional, perbaikan peralatan dan
peningkatan SDM
Menyediakan dana SISDA terpadu untuk
operasional, pemeliharaan dan pengadaan
peralatan serta pengembangan SDM dan
koordinasi secara berkelanjutan
Menyediakan dana SISDA terpadu untuk
operasional, pemeliharaan dan pengadaan
peralatan serta pengembangan SDM dan
koordinasi secara berkelanjutan
Menyediakan dana SISDA terpadu yang
memadai
Bappenas, Ditjen SDA, BBWS, Bappeda
prov., Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Dinas ESDM prov., BMKG prov.,
Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Belum adanya pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis
dan komprehensif
Tersedianya pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang
sistematis dan komprehensif
Menyediakan pedoman tentang pengelolaan
SISDA yang sistematis dan komprehensif
Mengkaji ulang pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Mengkaji ulang pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Menerbitkan pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda
prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov.,
Dipertan prov., dan instansi lain sesuai
kebutuhan, Kelompok Masyarakat
P P P 6) Belum adanya unit SISDA yang
mengintegrasikan data sumber daya
air yang berasal dari instansi-
instansi terkait
Terintegrasinya data SISDA
secara berkelanjutan
Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait dan
menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang mudah
diakses secara berkelanjutan
Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang
mudah diakses secara berkelanjutan
Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang
mudah diakses secara berkelanjutan
Mengintegrasikan data SISDA yang
mudah diakses secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Ditjen SDA, Bappeda
prov.kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG
prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P Menyeragamkan peta dasar dan data spatial,
antar berbagai instansi terkait
Menyeragamkan peta dasar dan data
spatial, antar berbagai instansi terkait
Menyeragamkan peta dasar dan data
spatial, antar berbagai instansi terkait
No.
Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman153
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
5.1 LEMBAGA
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Belum efektifnya pembagian peran
yang jelas antar unit pengelola
sumber daya air, al.: kewenangan
terhadap situ, anak sungai
Terbitnya peraturan, pedoman
atau MOU antar unit/ instansi
tentang pembagian perannya
dalam pengelola sumber daya
air
Menyusun, membahas dan menyepakati
pembagian peran dan wewenang antar
institusi terkait bidang sumber daya air dalam
bentuk pedoman, atau MOU kerjasama
pengelolaan antar instansi
Memantau dan mengawasi penerapan
pedoman atau MOU tentang pembagian
peran dan kerjasama dalam pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Memantau dan mengawasi penerapan
pedoman atau MOU tentang pembagian
peran dan kerjasama dalam pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Menerbitkan pedoman atau MOU tentang
pembagian peran dan kerjasama antar
instansi dalam pengelolaan sumber daya
air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas
dan fungsi unit kerja yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya
air
Efektifnya pelaksanaan tugas
dan fungsi unit kerja
pengelolaan sumber daya air
Meningkatkan kapasitas masing-masing unit
kerja Psumber daya air dengan menggunakan
pengukuran kinerja (Performance
Benchmarking = 14 indikator) secara
berkelanjutan
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14
indikator) secara berkelanjutan
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14
indikator) secara berkelanjutan
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air secara
berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok
Masyarakat
P P P 3) Belum memadai jumlah dan
kapasitas pegawai
Terpenuhinya jumlah pegawai
dan peningkatan kapasitasnya,
sesuai dengan kompetensinya
Menambah jumlah pegawai sesuai analisis
beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)
Menambah jumlah pegawai sesuai analisis
beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)
Menjaga kesesuaian antara jumlah yang
purna tugas dengan pengadaan pegawai
baru sesuai analisis beban kerja
Memenuhi kebutuhan jumlah dan
kapasitas pegawai sesuai analisis beban
kerja
Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala,
BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota,
Kelompok Masyarakat
P P P Menempatkan pegawai sesuai dengan
kompetensinya (50%)
Menempatkan pegawai sesuai dengan
kompetensinya (50%), kumulatif 100%
Menjaga kesesusaian penempatan
pegawai sesuai kompetensinya
Memperbaiki pelaksanaan menejemen
kepegawaian
Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala,
BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota
P P P P 4) Belum diterapkannya manajemen
aset dalam penyusunan anggaran
rehabilitasi dan OP sumber daya air
Terbitnya pedoman manajemen
aset dalam pengelolaan sumber
daya air
Menyusun dan menetapkan pedoman
menajemen aset dalam pengelolaan sumber
daya air
Melaksanakan monitoring dan
pengawasan dalam penerapan pedoman
menajemen aset pengelolaan sumber
daya air secara berkelanjutan
Melaksanakan monitoring dan
pengawasan dalam penerapan pedoman
menajemen aset pengelolaan sumber
daya air secara berkelanjutan
Menyusun, menetapkan dan
menerapkan pedoman manajemen asset
dalam pengelolaan sumber daya air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, BPSDA
5.2 PENDANAAN P P P 1) Belum adanya komitmen setiap
instansi dalam pembiayaan
pengelolaan sumber daya air
terpadu
Terwujudnya keterpaduan
dalam penyusunan program dan
anggaran pengelolaan sumber
daya air
Membangun komitmen di antara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan sumber
daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci
secara berkelanjutan
Membangun komitmen di antara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber daya
air WS 6 Ci secara berkelanjutan
Membangun komitmen di antara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber daya
air WS 6 Ci secara berkelanjutan
Meningkatkan komunikasi dan koordinasi
dalam pengelolaan sumber daya air
terpadu melalui TKPsumber daya air WS
6 Ci
Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci,
BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota
P P P 2) Belum diterapkannya pungutan jasa
pengelolaan sumber daya air diluar
wilayah layanan PJT
Terwujudnya pungutan jasa
pengelolaan sumber daya air
Melakukan kajian dan penetapan pungutan
jasa pengelolaan sumber daya air
Menerapkan pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Menerapkan pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Mengkaji, menetapkan dan menerapkan
pungutan jasa pengelolaan sumber daya
air
BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU
P P Terbentuknya BLU Pengelolaan
sumber daya air sebagai
pemungut jasa pengelolaan
sumber daya air
Melakukan kajian, pembahasan dan
penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air
Mengoperasikan, memantau dan
mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Memantau dan mengawasi operasional
BLU Pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
Menetapkan BLU Pengelolaan sumber
daya air dan memantau operasionalnya
secara berkelanjutan
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov,
kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU
5.3 PENGATURAN
PENGELOAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P 1) Belum maksimalnya pengawasan
pengambilan air tanah dalam
Terkendalinya pengambilan air
tanah dalam
Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur
pengambilan air tanah dalam, dan
membangun sumur pantau pada lokasi yang
rawan
Memantau, mengawasi dan melakukan
penindakan terhadap para pelanggar
penggunaan air tanah dalam secara
berkelanjutan (pengambilan tidak berijin,
atau melebihi volume ijin)
Memantau, mengawasi dan melakukan
penindakan terhadap para pelanggar
penggunaan air tanah dalam secara
berkelanjutan (pengambilan tidak berijin,
atau melebihi volume ijin)
Melaksanakan inventarisasi, dan
memantau pengambilan air tanah dalam
sesuai ijin yang telah diberikan
BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM
Prov., Dinas SDA dan Pertambangan
Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri
P P P P 2) Kurangnya kesadaran
masyarakat/swasta tentang bahaya
pengambilan air tanah dalam secara
berlebihan
Meningkatnya kesadaran
masyarakat/ swasta dalam
pengambilan air tanah dalam
Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air tanah
dalam yang melampaui batas aman, secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air
tanah dalam yang melampaui batas aman,
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air
tanah dalam yang melampaui batas aman,
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan
penyadaran publik tentang pengambilan
air tanah dalam
BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM
Prov., Dinas SDA dan Pertambangan
Kab/Kota, BBWS
P P P 3) Belum adanya pendelegasian
perijinan penggunaan dan
pengusahaan air permukaan dari
Menteri PU ke Gubernur
Terbitnya dokumen
pendelegasian perijinan
penggunaan dan pengusahaan
air permukaan
Menyusun dan menerbitkan dokumen
pendelegasian perijinan penggunaan dan
pengusahaan air permukaan
Melaksanakan pengaturan perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan
Melaksanakan pengaturan perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan
Melaksanakan pendelegasian perizinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan dari Men. PU kapada
Gubernur
Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov.,
BBWS, BPSDA
P P P 4) Belum adanya kebijakan yang jelas
mengenai kesepakatan pasokan air
antar wilayah (S. Ciujung/ S.Cidurian
ke Jakarta)
Terwujudnya kebijakan yang
jelas mengenai suplai air antar
wilayah provinsi
Menetapkan kebijakan tentang pasokan air
antar wilayah
Memantau dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan tentang pasokan air antar
wilayah secara berkelanjutan
Memantau dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan tentang pasokan air antar
wilayah secara berkelanjutan
Menetapkan kebijakan tentang suplai air
antar wilayah provinsi
Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur,
TKPSDA WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI
Jakarta
5.4 P P P P 1) Belum optimalnya kinerja Komisi
Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota
Optimalnya kinerja Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupate/Kota yang
aktif
Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupaten/Kota
Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupaten/Kota
Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupaten/Kota
Membentuk, mengaktifkan dan
memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupate/Kota yang aktif
Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian
Prov./Kab./Kota & BBWS, BPSDA
P P P 2) Belum Optimalnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan Irigasi
DI Ciujung, DI Cidurian
Meningkatnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan
Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian
Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait
DI Ciujung, DI Cidurian
Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait DI Ciujung, DI Cidurian
Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait DI Ciujung, DI Cidurian
Meningkatkan Koordinasi antar Instansi
terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI
Cidurian
BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian
Kabupaten
P P P P 3) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya
Air Provinsi di wilayah 3Ci
Optimalnya kinerja Dewan
Sumber Daya Air Provinsi di
wilayah 3Ci
Mengaktifkan Dewan sumber daya air Provinsi
di wilayah 3Ci secara berkelanjutan
Mengoptimalkan Dewan sumber daya air
Provinsi di wilayah 3Ci secara
berkelanjutan
Mengoptimalkan Dewan sumber daya air
Provinsi di wilayah 3Ci secara
berkelanjutan
Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber
Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci
Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek.
Dewan SDA Prov.
P P P 4) Belum terbentuknya Dewan sumber
daya air Kabupaten/Kota
Terbentuknya Dewan sumber
daya air Kabupaten/Kota sesuai
kebutuhan
Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber
daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan
Mengaktifkan Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara
berkelanjutan
Mengaktifkan Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara
berkelanjutan
Membentuk dan Mengaktifkan Dewan
sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai
kebutuhan
Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda
kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota
P P P P 5) Belum optimalnya kinerja Sekretariat
TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci,
1 Ci)
Optimalnya kinerja Sekretariat
TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci,
3 Ci, 1 Ci)
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air
6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya
air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara
berkelanjutan
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber
daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara
berkelanjutan
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber
daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci)
BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci,
Dinas PU DKI
P P P 6) Belum maksimalnya forum
komunikasi DAS di wilayah 3Ci
Peningkatan kinerja forum
komunikasi DAS
Membentuk forum komunikasi DAS dan
mengaktifkan forum yang sudah ada
Mengaktifkan forum komunikasi DAS
secara berkelanjutan
Mengaktifkan forum komunikasi DAS
secara berkelanjutan dalam rangka
menjaga kelestarian fungsi konservasi
Membentuk dan mengaktifkan forum
DAS
BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota,
Bappeda, BBWS
P P P 7) Belum optimalnya koordinasi
penanggulangan bencana akibat
daya rusak air
Optimalnya koordinasi dalam
penanggulangan bencana
banjir, bencana akibat daya
rusak air lainnya, dan pemulihan
prasarana yang rusak oleh
Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
Melaksanakan kerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan bencana banjir dan
bencana akibat daya rusak air lainnya
(termasuk tanah longsor)
Melaksanakan kerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan bencana banjir
dan bencana akibat daya rusak air lainnya
(termasuk tanah longsor)
Melaksanakan kerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan bencana banjir
dan bencana akibat daya rusak air lainnya
(termasuk tanah longsor)
Meningkatkanerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan akibat daya
rusak air
Bappeda prov, Dinas PU DKI, BBWS,
BPPD, Kecamatan, Kelurahan, kelompok
masyarakat
FORUM
KOORDINASI
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
AIR
No.
Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman154
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
5.5 P P P P 1) Lemahnya pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat dlm
pengelolaan sumber daya air
Meningkatnya kesadaran dan
kemampuan masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air
Melaksanakan sosialisasi, penyadaran
masyarakat dalam pengelolan sumber daya
air secara berkelanjutan. Menambahkan
pendidikan Pengelolaan sumber daya air
dalam muatan lokal tingkat
PAUD,SD,SMP,SMU
Melaksanakan sosialisasi, penyadaran
masyarakat dalam pengelolan sumber
daya air secara berkelanjutan.
Menambahkan pendidikan Pengelolaan
sumber daya air dalam muatan lokal
tingkat PAUD,SD,SMP,SMU
Melaksanakan sosialisasi, penyadaran
masyarakat dalam pengelolan sumber
daya air secara berkelanjutan.
Menambahkan pendidikan Pengelolaan
sumber daya air dalam muatan lokal
tingkat PAUD,SD,SMP,SMU
Melaksanakan pembinaan masyarakat,
sehingga meningkatkan kesadaran
dalam pengelolan sumber daya air
TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS,
Dinas PU/SDA, pemuka agama, tokoh
masyarakat dan kelompok masyarakat
P P P P Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam irigasi partisipatif, termasuk
pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi
tersier (30% area)
Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam irigasi partisipatif, termasuk
pemeliharaan dan peningkatan jaringan
irigasi tersier (20% area, total menjadi
50%)
Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam irigasi partisipatif, termasuk
pemeliharaan dan peningkatan jaringan
irigasi tersier (50% area, total menjadi
100%)
Meningkatkan pembinaan kesadaran dan
kemampuan petani/ P3A dalam
pengelolaan jaringan irigasi tersier
P P P Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar
hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ,
waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut
menjaga kelestarian hutan dan sumber air
secara berkelanjutan
Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu,
sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata
air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif
berperan ikut menjaga kelestarian hutan
dan sumber air secara berkelanjutan
Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu,
sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata
air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif
berperan ikut menjaga kelestarian hutan
dan sumber air secara berkelanjutan
Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi
masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan
sekitar sumber air, melalui pembinaan
dan pendampingan
Bapedda, Dinas Sosial, Dinas TanHutBun
Kab../Kota, Kelompok Masyarakat, Swasta
P P P Terwujudnya insentif kepada
kelompok masyarakat yang
telah mulai menyelenggarakan
kegiatan secara swadaya
Memberikan bantuan pemberdayaan dan
percontohan dengan diutamakan kepada
kelompok masyarakat yang telah merintis
kegiatan pengelolaan sumber daya air secara
swadaya
Memberikan bantuan pemberdayaan dan
percontohan dengan diutamakan kepada
kelompok masyarakat yang telah merintis
kegiatan pengelolaan sumber daya air
secara swadaya
Memberikan bantuan pemberdayaan dan
percontohan dengan diutamakan kepada
kelompok masyarakat yang telah merintis
kegiatan pengelolaan sumber daya air
secara swadaya
Melaksanakan prinsip insentif dan
desinsentif dalam pemberdayaan
masyarakat
P P P P 2) Lunturnya budaya/ tradisi
masyarakat setempat dalam
menjaga kelestarian kawasan hutan,
lingkungan dan sumber daya air
Terlindungnya/ terjaganya
budaya/ tradisi masyarakat
setempat dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan,
lingkungan dan sumber daya air
Melakukan inventarisasi kelompok
masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi
menjaga kelestarian kawasan hutan,
lingkungan dan sumber daya air, serta
memberikan bimbingan dan pemberdayaan
dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut,
secara berkelanjutan
Melakukan inventarisasi kelompok
masyarakat yang mempunyai budaya/
tradisi menjaga kelestarian kawasan
hutan, lingkungan, dan sumber daya air,
serta memberikan bimbingan dan
pemberdayaan dalam melestarikan
budaya/ tradisi tersebut, secara
berkelanjutan
Melakukan inventarisasi kelompok
masyarakat yang mempunyai budaya/
tradisi menjaga kelestarian kawasan
hutan, lingkungan dan sumber daya air,
serta memberikan bimbingan dan
pemberdayaan dalam melestarikan
budaya/ tradisi tersebut, secara
berkelanjutan
Melaksanakan bimbingan dan
pemberdayaan masyarakat untuk
melestarikan budaya/ tradisi setempat
dalam menjaga kelestarian hutan,
lingkungan dan sumber daya air
Dinas Sosial, Kehutanan, Pertanian,
BPLHD Kab/Kota, Prov., Dinas Pu/SDA,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 3) Belum maksimalnya pembinaan
masyarakat dalam melaksanakan
hemat air
Meningkatnya kesadaran petani
dalam pelaksanaan hemat air
irigasi
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta bimbingan tentang hemat
air irigasi, efisiensi menjadi 58%
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta bimbingan tentang
hemat air irigasi, efisiensi menjadi 61%
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta bimbingan tentang
hemat air irigasi, efisiensi menjadi 65%
Meningkatkan pmbinaan petani utk
hemat air irigasi.
Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota,
BBWS, IP3A/GP3A/P3A, petani
P P P Terlaksananya pembinaan
petani berhemat air irigasi
dengan sistem SRI atau metoda
lainnya
Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI atau metoda
lainnya secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI atau metoda
lainnya secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI atau metoda
lainnya secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan
pelaksanaan hemat air melalui demplot
sistem SRI atau metoda lainnya
Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA
kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani
P P P Membina petani melaksanakan sistem SRI
(5% area)
Membina petani melaksanakan sistem SRI
(5% area), kumulatif (10%)
Membina petani melaksanakan sistem SRI
(10% area), kumulatif (20%)
P P P P Meningkatnya kesadaran
masyarakat dalam hemat air
untuk kebutuhan rumah tangga
dan perkotaan
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat
air untuk kebutuhan rumah tangga dan
perkotaan, secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi
hemat air untuk kebutuhan rumah tangga
dan perkotaan secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi
hemat air untuk kebutuhan rumah tangga
dan perkotaan secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air
untuk kebutuhan rumah tangga dan
perkotaan
Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok
masyarakat perkotaan
P P P Terlaksananya penerapan
hemat air industri melalui
Reduce-Reuse-Recycle
Melaksanakan sosialisasi hemat air industri
melalui 3R
Menerapkan hemat air industri melalui 3R
secara berkelanjutan
Menerapkan hemat air industri melalui 3R
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan
menerapkan hemat air industri melalui
Reduce-Reuse-Recycle
Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota,
dinas PU/SDA kab/kota,
Asosiasi/masyarakat Industri
P P Terlaksananya pengembangan
dan Penerapan Teknologi
desalinisasi air laut atau ultra
filtrasi, untuk industri
Lihat (2.4) Pengembangan sumber daya air
butir 2
P P P 4) Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang manajemen banjir
Meningkatnya kesiapan
masyarakat menghadapi banjir
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Kurangnya peran masyarakat dlm
pengelolaan sampah
Meningkatnya kesadaran
masyarakat dlm pengendalian
sampah di saluran, sungai
Lihat (1.3) Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran butir 6
P P P 6) Terlaksananya peningkatan
pengembangan dan penerapan
dana CSR dan IJL untuk
konservasi sumber daya air dan
lingkungan
Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR dan IJL untuk
konservasi sumber daya air dan lingkungan
secara berkelanjutan
Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR dan IJL untuk
konservasi sumber daya air dan
lingkungan secara berkelanjutan
Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR dan IJL untuk
konservasi sumber daya air dan
lingkungan secara berkelanjutan
Meningkatkan peran swasta dalam
konservasi sumber daya air dan
lingkungan melalui dana CSR dan IJL
Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BPSDA, BPDAS, kelompok
masyarakat, Kadinda
P P P Terlaksananya peningkatan
pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan,
termasuk MCK, dengan
memanfaatkan CSR
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air secara
berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air
secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air
secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
Meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dan
penggunaan MCK
Dinas CK, Dinas PerKim prov., kab/kota,
BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BBWS, BPSDA, swasta dan
kelompok masyarakat
P P P P 7) Masih terbatasnya peran serta
perempuan dalam kegiatan
masyarakat di bidang pengelolaan
sumber daya air, pertanian dan
keterlibatan dalam organisasi
kelompok masyarakat
Terlaksananya peningkatan
peran serta perempuan dalam
bidang pengelolaan sumber
daya air, pertanian dan
keterlibatan dalam organisasi
kelompok masyarakat
Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan
peningkatan peran serta perempuan dalam
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan, termasuk kegiatan konservasi
sumber daya air (a.l penanaman pohon,
mencegah pencemaran air, MCK,
pengelolaan sampah), pendaya-g
Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan
peningkatan peran serta perempuan dalam
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan
peningkatan peran serta perempuan
dalam pengelolaan sumber daya air
secara berkelanjutan
Melaksanakan pemberdayaan dan
peningkatan peran serta perempuan
dalam pengelolaan sumber daya air
secara berkelanjutan, termasuk kegiatan
konservasi sumber daya air, pendaya-
gunaan sumber daya air, pengendalian
daya rusak air, penyebar-luasan
informasi, s
Dinas Sosial Prop/Kab/Kota, Badan
Pemberdayaan Masyarakat
Prov/Kab/Kota, Bappeda Prop/Kab/Kota,
Dinas Pertanian Prop/Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
Masih terbatasnya penggunaan
dana Corporate Social Responsibility
(CSR), Pembayaran Jasa
Lingkungan (IJL), untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan
PEMBERDAYAAN
& PENINGKATAN
PERAN
MASYARAKAT
DAN SWASTA
iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i No.
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman155
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
PENATAAN RUANG
1 2 3 4
A B C D
P P P P 1) Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan penataan
ruang
Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan
penataan ruang
Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan
penataan ruang
Dinas Tata Ruang, PU/CK/SDA, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P Melaksanakan pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan per undang-undangan terkait
dengan penataan ruang secara berkelanjutan
(2014-2015)
Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan ruang
secara berkelanjutan
Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan ruang
secara berkelanjutan
P P P Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan (2014-2015)
Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan
Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan
Dinas Tata Ruang , Tata Kota,
PU/CK/SDA, Bappeda Prov/Kab/Kota ,
BBWS, PPNS, Polisi, Kelompok
Masyarakat
P P P Menetapkan zonasi pemanfaatan sumber air
termasuk kawasan resapan, tangkapan air,
sumber air, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota
Mengendalikan pembangunan sesuai
RTRW, dengan pengendalian perijinan
Dinas Tata Ruang, PU/PSDA, Bappeda,
Badan Perijinan tk Prov/Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P Menetapkan zona daerah rawan bencana
tsunami, rawan banjir, rawan longsor, ke
dalam RTRW Prov/Kab/Kota
P P P P Menetapkan kawasan yang harus diproteksi
dari pembangunan perumahan/ perkotaan,
antara lain lokasi calon genangan waduk/
tampungan air, kawasan retensi banjir, ke
dalam RTRW Prov/Kab/Kota, serta
melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahannya
P P P P Mencantumkan struktur bangunan utama
sumber daya air dalam RDTR Kab/Kota
P P P Mencantumkan kawasan rehabilitasi hutan
dan lahan sesuai RTkRHL dalam RTRW
Kab/Kota
P P P Terwujudnya insentif dan
disinsentif terhadap kondisi
pengelolaan lahan yang berbeda
(tanah terlantar/produktif, tanah
produktif tanpa/dengan
konservasi)
Menyusun Perda, mensosialisasikan dan
menerapkan insentif dan disinsentif (tarif PBB
yang berbeda untuk tanah terlantar/produktif,
tanah produktif tanpa/dengan konservasi)
Mensosialisasikan dan menerapkan
insentive dan disinsentive (PBB tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
Mensosialisasikan dan menerapkan
insentive dan disinsentive (PBB tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
Menerapkan insentive dan disinsentive,
pembedaan tarif PBB (tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
Dispenda, Dinas Pertanian, Perkebunan,
BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Terjadinya alih fungsi lahan
pertanian tanaman pangan (sawah)
Terlaksananya UU 41/2009 ttg
Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan PP 1 tahun 2011
Menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan dalam RTRW untuk
mendapatkan perlindungan khusus sesuai
peraturan berkelanjutan (2011-2013)
Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
perlindungan lahan pertanian pangan,
secara berkelanjutan
Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
perlindungan lahan pertanian pangan,
secara berkelanjutan
Menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan dalam RTRW untuk
mendapatkan perlindungan khusus
sesuai peraturan
Dinas Pertanian, PU/SDA, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan (2011-2013)
P P P Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin
lokasi dan IMB
Mengendalikan ijin lokasi dan ijin
bangunan, secara berkelanjutan
Mengendalikan ijin lokasi dan ijin
bangunan, secara berkelanjutan
Mencegah terjadinya alih fungsi lahan
pertanian tanaman pangan, melalui
pengendalian perijinan bangunan
Badan Perijinan, Dinas Pertanian,
Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas
PU/SDA, Kelompok Masyarakat
P P P Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran
pelaksanaan alih fungsi lahan secara
berkelanjutan (2014-2015)
Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran
pelaksanaan alih fungsi lahan secara
berkelanjutan
Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran
pelaksanaan alih fungsi lahan secara
berkelanjutan
Penegakan hulum pelaksanaan UU
41/2009
Badan Perijinan, Dinas Pertanian
Prov/Kab/Kota, PPNS, Polisi, BBWS,
Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat
P 3) Antisipasi rencana pembangunan
Jembatan Selat Sunda
Terlaksananya pembangunan
permukiman, perkotaan,
kawasan industri, dengan tetap
melindungi zona konservasi
sumber daya air, daerah
resapan air, dan lahan pertanian
tanaman pangan berkelanjutan
---
Mereview RTRW Prov, Kab/Kota berkaitan
dengan rencana pembangunan Jembatan
Selat Sunda, dengan tetap memperhatikan
perlindungan zona konservasi sumber
daya air, daerah resapan air, dan lahan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan
Melaksanakan pengawasan dan
penegakan hukum terhadap penerapan
RTRW
Mendukung pembangunan wilayah
berkaitan dengan rencana pembangunan
Jembatan Selat Sunda dengan tetap
melindungi zona konservasi sumber daya
air, daerah resapan air, dan lahan
pertanian tanaman pangan berkelanjutan
Dinas Tata Ruang, PU/CK/SDA, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
No.
Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan
STRATEGI
i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyarakat/Dunia Usaha Terkait
Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
Mensosialisasikan, memantau,
mengawasi dan melakukan penindakan
terhadap pelanggaran peraturan Per-UU-
an tentang penataan ruang dan RTRW
Prov, Kab/Kota
Terlaksananya UU 26/2007
tentang Penataan Ruang dan
PP 26 Thn 2008, tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
Adanya pelanggaran pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan
rencana peruntukan
Membatasi peruntukan kawasan melalui
pembatasan ijin lokasi, IMB, building code,
melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahan yang terkena genangan,
melaksanakan pemantauan dan
mengawasi pelaksanaan RTRW
Terlaksananya UU No. 32/2009
tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Membatasi peruntukan kawasan melalui
pembatasan ijin lokasi, IMB, building code,
melaksanakan yang terkena genagan,
kepemilikan lahan melaksanakan
pemantauan dan mengawasi pelaksanaan
RTRW

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D





halaman156
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.1 PERLINDUNGAN
DAN
PELESTARIAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Berkurangnya fungsi konservasi
kawasan hutan dan non hutan pada
lahan sangat kritis( 802 ha) dan
kritis (17.219 ha) pada di wilayah
Ciliwung - Cisadane Hulu
Terlaksananya konservasi DAS sangat
kritis ( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada
wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu
Mensosialisasikan kepada masyarakat
tentang Rencana Teknis Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013,
melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
sangat kritis 40% dan lahan kritis 25%
area (2014-2015)
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada
lahan sangat kritis 60% area, kumulatif
menjadi 100%, dan lahan kritis 50%
area, kumulatif menjadi 75%. Serta
memantau dan mempertahankan kondisi
hutan yang sudah di rehabilitasi
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
kritis 50% area, kumulatif menjadi 100%,
serta memantau dan mempertahankan
kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi
Melaksanakan rekomendasi RTkRHL di
kawasan prioritas DAS sangat Kritis dan
kritis di hulu waduk/rencana waduk (18.021
ha)
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
(TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA,
Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok
Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB
Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi),
Perum Perhutani (Hutan Lindung dan
Produksi), PT. Bakt
P P P 2) Berkurangnya fungsi kawasan hutan
dan non hutan DAS agak kritis
(81.407 ha) pada wilayah Ciliwung -
Cisadane
Terlaksananya konservasi DAS agak kritis
(81.407 ha) pada wilayah Ciliwung -
Cisadane Hulu
Mensosialisasikan upaya konservasi dan
perlindungan lahan agak kritis pada DAS
di wilayah wilayah Ciliwung - Cisadane,
dan melaksanakan RTkRHL 20% area
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada
lahan agak kritis 50% area, kumulatif
menjadi 70%. Serta memantau
danmempertahankan kondisi hutan yang
sudah di rehabilitasi
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
agak kritis 30% area, kumulatif menjadi
100%, serta memantau dan
mempertahankan kondisi hutan yang
sudah di rehabilitasi
* Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan
agak kritis pada DAS di wilayah wilayah
Ciliwung - Cisadane
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
(TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA,
Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok
Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB
Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi),
Perum Perhutani (Hutan Lindung dan
Produksi), PT. Bakt
P P 3) Terancamnya kawasan hutan dan
non hutan DAS potensial Kritis pada
wilayah Ciliwung - Cisadane
(244.504 ha)
Terlaksananya konservasi DAS potensial
Kritis pada wilayah Ciliwung - Cisadane
Hulu (244.504 ha)
Mensosialisasikan upaya konservasi dan
perlindungan lahan potensial kritis pada
DAS di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu
dan melaksanakan RTkRHL 25% area
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada
lahan potensial kritis 40% area, kumulatif
menjadi 65%,serta memantau dan
mempertahankan kondisi hutan yang
sudah di rehabilitasi
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
potensial kritis 35% area, kumulatif
menjadi 100%, serta memantau dan
mempertahankan kondisi hutan yang
sudah di rehabilitasi
Mengajak masyarakat memperbaiki DAS
potensial kritis menjadi tidak kritis (244.504
ha)
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan
Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat
P P P P 4) Belum optimalnya pelaksanaan
Gerhan dan GNKPA di dalam dan
di luar kawasan hutan pada DAS
hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane
Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di
dalam dan di luar kawasan hutan pada
DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane
Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di
dalam dan di luar kawasan hutan pada
DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane (25%)
Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di
dalam dan di luar kawasan hutan pada
DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane (25%), kumulatif 50%
Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di
dalam dan di luar kawasan hutan pada
DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane (50%), kumulatif 100%
Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di
dalam dan di luar kawasan hutan
Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait,
BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov.
Kelompok Masyarakat
P P P 5) Belum optimalnya perlindungan alur
dan tebing sungai di sungai-sungai
utama pada wilayah Ciliwung -
Cisadane
Terwujudnya perlindungan yang optimal
alur dan tebing sungai di sungai-sungai
utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane
Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan
melaksanakan (2014-2015 = 10%)
perlindungan alur dan tebing sungai di
sungai-sungai utama pada wilayah
Ciliwung - Cisadane
Melaksanakan (2016-2020 = 25%,
kumulatif = 35%) perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama
pada wilayah Ciliwung - Cisadane
Melaksanakan (2021-2030 = 65%,
kumulatif = 100%) perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama
pada wilayah Ciliwung - Cisadane
Melaksanakan perlindungan alur dan
tebing sungai yang optimal
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
* Melakukan inventarisasi untuk cagar alam
dan budaya melalui pembuatan
perlindungan alam , membangun
laborotarium geologi (geo park) di lokasi-
lokasi sungai Cisadane
* Membangun laborotarium geologi (geo
park) di lokasi-lokasi sungai Cisadane
dan melakukan operasi dan
pemeliharaan laboratorium yang
terbangun secara berkelanjutan
* Membangun laborotarium geologi (geo
park) di lokasi-lokasi sungai Cisadane dan
melakukan operasi dan pemeliharaan
laboratorium yang terbangun secara
berkelanjutan
* Melaksanakan inventarisasi untuk cagar
alam dan budaya melalui pembuatan
perlindungan alam , membangun
laborotarium geologi (geo park) di lokasi-
lokasi sungai Cisadane
Dinas ESDM, BPLHD, Bappeda, BBWS dan
Dinas PU/PSDA, Kelompok Masyarakat
P P P 6) Budi daya pertanian di kawasan non
hutan yang tidak sesuai dengan
kaidah konservasi yang
menyebabkan banyaknya lahan
kritis
Terlaksananya PerMenTan No. 47/2006
tentang Pedoman Umum Budidaya
Pertanian pada Lahan Pegunungan
Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No.
47/2006, melaksanakan pelatihan dan
melaksanakan gerakan budidaya pertanian
di lahan pegunungan melalui pendekatan
sekolah lapang, (10% area)
Menerapkan PerMenTan No. 47/2006
tahap II (40% area), kumulatif (50%
area), memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
Menerapkan PerMenTan No. 47/2006
tahap III (50% area), kumulatif (100%
area), memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya
Menyelenggarakan budidaya pertanian
lahan pegunungan yang sesuai dengan
kaidah konservasi berpedoman kepada
PerMenTan No. 47/2006
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, Dinas Pertanian Prov., PT.
BUMN-HL, Kelompok Masyarakat
P P Terlaksananya penanaman kawasan non
hutan yang berlereng dengan tanaman
jangka panjang bernilai ekonomi tinggi,
contoh kopi
Melaksanakan percontohan dan
pendampingan kepada masyarakat tani di
kawasan non hutan yang berlereng untuk
menanam tanaman jangka panjang,
disertai pemberdayaan pananaman sistem
tumpangsari untuk pendapatan sehari-hari,
target 15% area
Melaksanakan bimbingan kepada
masyarakat tani di kawasan non hutan
yang berlereng untuk menanam tanaman
jangka panjang, mulai dari pratanam
sampai pasca tanam, disertai
penanaman secara tumpang sari secara
berkelanjutan, target 25%, kumulatif 40%
Melaksanakan bimbingan kepada
masyarakat tani di kawasan non hutan
yang berlereng untuk menanam tanaman
jangka panjang, mulai dari pratanam
sampai pasca tanam, disertai penanaman
secara tumpang sari secara berkelanjutan,
target 60%, kumulatif 100%
Membimbing masyarakat di kawasan
berlereng dengan tanaman jangka panjang
bernilai ekonomi tinggi, dan
memberdayakan agar tetap mendapat
penghasilan untuk kehidupan hariannya
Dinas TanHutBun, Kab/Kota terkait, Dinas
Pertanian Prov., Kelompok Masyarakat
P P 7) Belum adanya insentif dan dis-
intensif pada lahan terlantar dan
lahan produktif
Terwujudnya insentive dan disinsentive
(PBB tanah terlantar/produktif, tanah
produktif tanpa/dengan konservasi)
Menyusun Perda, mensosialisasikan dan
menerapkan insentive dan disinsentive
(PBB tanah terlantar/produktif, tanah
produktif tanpa/dengan konservasi)
Mensosialisasikan dan menerapkan
insentive dan disinsentive (PBB tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
Mensosialisasikan dan menerapkan
insentive dan disinsentive (PBB tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
Menerapkan insentive dan disinsentive
(PBB tanah terlantar/produktif, tanah
produktif tanpa/dengan konservasi)
Dispenda, Dinas TanHutBun Kab/Kota, BPN
Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P 8) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan
pantai
*Terlindunginya kawasan muara dan pantai * Menyusun perencanaan bangunan
pengamanan muara dan erosi pantai, dan
melaksanakan pembangunan
pengamanan muara dan erosi pantai
(100%)
* Melaksanakan pembangunan
pengamanan muara dan erosi pantai
(30%), kumulatif 40%
* Melaksanakan pembangunan
pengamanan muara dan erosi pantai
(60%), kumulatif (100%)
* Melindungi muara dan pantai dengan
struktur
Dinas PU/SDA Kab/Kota dan Prov, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P *Terlindungnya kawasan pantai secara
alami dengan hutan bakau
* Merehabiltasi hutan bakau sepanjang
pantai secara berkelanjutan (25%)
* Merehabiltasi hutan bakau sepanjang
pantai secara berkelanjutan (25%),
kumulatif (50%)
* Merehabiltasi hutan bakau sepanjang
pantai secara berkelanjutan (50%),
kumulatif (100%)
* Melindungi muara dan pantai secara
vegetatif
Dinas PU/SDA Prov, Kab/Kota, BBWS, Dinas
Kehutanan Prov, Dinas TanHutBun kab/kota ,
Kelompok Masyarakat
P P P 9) Adanya sedimentasi di sungai, situ
dan muara
Melaksanakan OP Situ sesuai kebutuhan Melaksanakan 60% OP waduk/situ oleh
Dinas PU DKI (waduk/situ yang telah di
kelola daerah)
Melaksanakan 80% OP waduk/situ oleh
Dinas PU DKI (waduk/situ yang telah di
kelola daerah)
Melaksanakan 100% OP waduk/situ oleh
Dinas PU DKI (waduk dan situ yang telah
di kelola daerah)
Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata
pengelolaan situ-situ, baik secara
swakelola maupun kontraktual
Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan 60% OP waduk/situ oleh
BBWS (bagi waduk/situ yang masih di
kelola oleh pusat)
Melaksanakan 80% OP waduk/situ oleh
BBWS (bagi waduk/situ yang masih di
kelola oleh pusat)
Melaksanakan 100% OP waduk/situ oleh
BBWS (bagi waduk dan situ yang masih di
kelola oleh pusat)
Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata
pengelolaan situ-situ, baik secara
swakelola maupun kontraktual
BBWS, Dinas PU DKI, Balai PSDA, Kelompok
Masyarakat
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman157
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
P P 11) Terjadinya alih fungsi lahan di
JABODETABEK
Perubahan tata guna lahan di
JABODETABEK mengikuti ketentuan yang
berlaku
Menyusun PERDA dan menerapkan
pengendalian alih fungsi lahan secara
berkelanjutan di Jabodetabek
Mengendalikan dan mengawasi alih
fungsi lahan secara berkelanjutan di
Jabodetabek
Mengendalikan dan mengawasi alih fungsi
lahan secara berkelanjutan di
Jabodetabek
Menyusun dan menerapkan Perda tentang
pengendalian alih fungsi lahan di
Jabodetabek
Bappeda, Dinas PU DKI, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, BPN, Kelompok Masyarakat
P P Penerapan aturan Insentif bagi
Pengembang yang menambah RTH
Menyusun Perda pemberian Insentif bagi
Pengembang yang menambah RTH
Menerapkan dan memantau
pelaksanaan pemberian Insentif bagi
Pengembang yang menambah RTH
Menerapkan dan memantau pelaksanaan
pemberian Insentif bagi Pengembang
yang menambah RTH
Menyusun dan menerapkan Perda
pemberian Insentif bagi Pengembang yang
menambah RTH
Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, DPRD, Developer dan
Kelompok Masyarakat
P P P 12) Masih adanya kawasan pemukiman
baru belum mengikuti kaidah
konservasi
Terwujudnya kawasan pemukiman baru
yang mengikuti kaidah konservasi
Menyusun Perda tentang pembangunan
kawasan pemukiman baru yang mengikuti
kaidah konservasi
Menerapkan dan memantau
pembangunan kawasan pemukiman
baru yang mengikuti kaidah konservasi
Menerapkan dan memantau
pembangunan kawasan pemukiman baru
yang mengikuti kaidah konservasi
Menyusun dan menerapkan Perda tentang
pembangunan kawasan pemukiman baru
yang mengikuti kaidah konservasi
Dinas Perumahan, Dinas PU DKI, Bappeda,
Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, BPN,
Developer dan Kelompok Masyarakat
P 13) Masih terbatasnya Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Tercapainya standar luas Ruang Terbuka
Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan
Menyusun sistem pemberian Insentif bagi
yang mengembangkan dan disinsentif bagi
pengembang yang mengurangi RTH,
dituangkan dalam Perda (2011-2013).
Menerapkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaannya (2014-
2015)
Menerapkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem
pemberian Insentif/disinseftif secara
berkelanjutan
Menerapkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan sistem
pemberian Insentif/disinseftif secara
berkelanjutan
Menambah luas RTH sehingga tercapai
standar sesuai peraturan (30% luas)
Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, DPRD, Developer dan
Kelompok Masyarakat
P P P 14) Belum optimalnya pelaksanaan
PERDA tentang adanya penetapan
batas dan pemanfaatan daerah
sempadan sungai dan situ/waduk
Terwujudnya Perda tentang sempadan
sungai dan situ/waduk
Menyusun Perda tentang perlindungan
dan fungsi situ serta mensosialisasikannya
Menerapkan Perda tentang sempadan
sungai dan situ/waduk
Menerapkan, mengawasi dan menindak
bagi pelanggar Perda tentang sempadan
sungai dan situ/waduk
Menyusun Perda, mensosialisasikan,
menegakkan dan menindak bagi pelanggar
Perda tentang sempadan dan sungai
situ/waduk
Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP,
Polri, Developer dan kelompok masyarakat
Terlaksananya pelaksanaan PERDA
tentang penetapan batas dan
pemanfaatan daerah sempadan sungai
dan situ/waduk
* Menyusun Pergub tentang penetapan
batas dan pemanfaatan daerah sempadan
sungai dan situ/waduk sebagai turunan
dari Perda, dan melaksanakan,
memantau serta menerapkan sanksi
terhadap pelanggaran pelaksanaan
Pergub tentang penetapan batas dan
pemanfaata
* Memantau serta menerapkan sanksi
terhadap pelanggaran pelaksanaan
Pergub tentang penetapan batas dan
pemanfaatan daerah sempadan sungai
dan situ/waduk secara berkelanjutan
* Memantau serta menerapkan sanksi
terhadap pelanggaran pelaksanaan
Pergub tentang penetapan batas dan
pemanfaatan daerah sempadan sungai
dan situ/waduk secara berkelanjutan
* Menyusun Pergub, mensosialisasikan,
menegakkan dan menindak bagi pelanggar
Pergub tentang sempadan dan sungai
situ/waduk
Gubernur Prov. Jabar dan DKI Jakarta, Dinas
PU Prov., BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP,
Polri, Developer dan kelompok masyarakat
P P P 15) terjadinya kerusakan dasar dan alur
sungai karena penambangan pasir
dan krikil
*Terlindungnya dasar dan alur sungai
terhadap kerusakan akibat penambangan
pasir dan krikil
* Meninventarisasi lokasi penambangan,
memberikan arahan lokasi yang sesuai,
mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah
dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan
secara berkelanjutan disertai penegakan
hukum.
* Monitoring dan sangsi * Monitoring dan sangsi * Memberikan arahan lokasi yang sesuai
untuk penambangan pasir dan krikil,
mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah
dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan
secara berkelanjutan disertai penegakan
hukum.
Dinas ESDM/Pertambangan, BPLHD, Dinas
PU/PSDA Prov./Kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P 16) Kurang jelasnya batas pemilikan
lahan di hulu antara milik PERUM
PERHUTANI, PTPN dan
Masyarakat
*Terciptanya batas pemilikan lahan yang
jelas di hulu antara milik PERUM
PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat
* Menginvenatrisasi pemilikan lahan Perum
Perhutani, PTPN dan Nasyarakat,
melakukan pemetaan detail dan
pemasangan tanda batas yang jelas
antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN
dan masyarakat
* Pengawasan terhadap penggunaan
lahan sesuai dengan batas yang telah
ditetapkan secara berkelanjutan
* Pengawasan terhadap penggunaan lahan
sesuai dengan batas yang telah ditetapkan
secara berkelanjutan
* Melakukan pemetaan detail dan
pemasangan tanda batas yang jelas antara
lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan
masyarakat serta pengawasan terhadap
penggunaan lahan sesuai dengan batas
yang telah ditetapkan secara berkelanjutan
Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional,
Perum Perhutani, PTPN dan Masyarakat
P P 17) Adanya lahan bekas sodetan sungai
Ciliwung,S. Angke dan S.
Pesanggrahan serta anak
sungainya yang dimanfaatkan oleh
masyarakat
*Terlindunginya lahan bekas sudetan
sungai Ciliwung, S. Angke dan S.
Pesanggrahan dan anak-anak sungainya
* Mengembalikan fungsi lahan bekas
sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S.
Pesanggrahan dan anak-anak sungainya
sebagai bagian dari daerah milik sungai
melalui kegiatan sosialisasi, penertiban
dan pemantauan secara berkelanjutan
* Mengembalikan fungsi lahan bekas
sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan
S. Pesanggrahan dan anak-anak
sungainya sebagai bagian dari daerah
milik sungai melalui kegiatan sosialisasi,
penertiban dan pemantauan secara
berkelanjutan
* Mengembalikan fungsi lahan bekas
sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S.
Pesanggrahandan anak-anak sungainya
sebagai bagian dari daerah milik sungai
melalui kegiatan sosialisasi, penertiban
dan pemantauan secara berkelanjutan
* Mengembalikan fungsi lahan bekas
sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S.
Pesanggrahan dan anak-anak sungainya
sebagai bagian dari daerah milik sungai
BBWS, Dinas PU/PSDA Prop./Kab/Kota dan
Masyarakat
P 18) Berkurangnya keanekaragaman
hayati di wilayah Ciliwung -
Cisadane
*Terlindunginya keanekaragaman hayati
pada kawasan lindung
* Mengidentifikasi flora dan fauna penting
pada habitat kunci di kawasan lindung,
mengidentifikasi kebutuhan restorasi
habitat untuk mengoptimalkan fungsi
ekologis zona riparian wilayah Ciliwung -
Cisadane, mengembangkan flora dan
fauna sesuai kebutuhan
* Memantau serta menerapkan sanksi
terhadap pelanggaran terhadap
kelestarian keanekaragaman hayati
secara berkelanjutan
* Memantau serta menerapkan sanksi
terhadap pelanggaran terhadap
kelestarian keanekaragaman hayati
secara berkelanjutan
Melakukan perlindungan terhadap
kekelestarian keanekaragaman hayati di
wilayah Ciliwung - Cisadane
Dinas Kehutanan, KLH, dan Kelompok
masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman158
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.2 PENGAWETAN
AIR
P P 1) Belum optimalnya pembangunan
tampungan air (masih banyak air
terbuang pada musim hujan)
Bertambahnya waduk, situ dan kolam
retensi
Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan
Membangun waduk, situ dan kolam
retensi sesuai kebutuhan
Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan
Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan jangka panjang
BBWS, Dinas PU DKI, Balai PSDA, Kelompok
Masyarakat
P P P 2) Masih kurangnya badan air(wd
retensi,situ dan lain-lain) di
JABODETABEK
Terlaksananya Rehabilitasi Situ,sumur
resapan ,biopori
Melaksanakan perencanaan / DED untuk
Revitalisasi situ, sumur resapan, DAM
Parit dan Penghijauan di bagian tengah
dan hulu DAS Ciliwung.
Melaksanakan revitalisasi situ, sumur
resapan, DAM Parit dan Penghijauan di
bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung
Melaksanakan revitalisasi situ, sumur
resapan, DAM Parit dan Penghijauan di
bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung.
Melaksanakan revitalisasi situ, sumur
resapan, DAM Parit dan Penghijauan di
bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung.
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P P P 3) Terjadinya pengambilan air tanah
dalam yang melampaui batas dan
pemantauan yang lemah
Terlaksananya pengendalian pengambilan
air tanah
Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah
(menyediakan kebutuhan air permukaan
secara berkelanjutan)
Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah
(menyediakan kebutuhan air permukaan
secara berkelanjutan)
Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah
(menyediakan kebutuhan air permukaan
secara berkelanjutan)
Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah
(menyediakan kebutuhan air permukaan
secara berkelanjutan)
BPLHD, PDAM, Badan Regulator, Bappeda,
Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 4) Masih rendahnya effisiensi
pemakaian air oleh berbagai
kepentingan
Tercapainya effisiensi pemakaian air irigasi Mensosialisasikan dan menerapkan
effisiensi pemakaian air di setiap DI dan
melaksanakan metode SRI
Melaksanakan effisiensi pemakaian air
di setiap DI dan melaksanakan metode
SRI berkelanjutan
Melaksanakan effisiensi pemakaian air di
setiap DI dan melaksanakan metode SRI
berkelanjutan
Melaksanakan effisiensi pemakaian air di
setiap DI dan melaksanakan metode SRI
berkelanjutan
Dinas TanHutBun, PU/SDA kab/kota, BBWS,
Balai PSDA, Kelompok Masyarakat
P P Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah
tangga dan industri
Mensosialisasikan dan menerapkan
effisiensi pemakaian air rumah tangga
dan industri
Melaksanakan effisiensi pemakaian air
rumah tangga dan industri secara
berkelanjutan
Melaksanakan effisiensi pemakaian air
rumah tangga dan industri secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan
effisiensi pemakaian air rumah tangga dan
industri
Dinas Perindustrian, PDAM, Dinas PU/SDA
prov., kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok
Masyarakat
P P P P Berkurangnya kebocoran distribusi air
minum
Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan, mengawasi
dan menindak terhadap pencurian air serta
menerapkan hemat air
Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan,
mengawasi dan menindak terhadap
pencurian air serta menerapkan hemat
air
Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan, mengawasi
dan menindak terhadap pencurian air
serta menerapkan hemat air
Melaksanakan efisiensi dan hemat air
keperluan rumah tangga dan industri
PDAM, Badan Regulator, Dinas PU DKI, Dinas
PSDA kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P 5) Masih adanya alih fungsi Situ
menjadi pemukiman atau tempat
usaha
Terlindunginya situ secara berkelanjutan Menyusun Perda tentang perlindungan
dan fungsi situ serta mensosialisasikannya
Menerapkan Perda tentang perlindungan
dan fungsi situ
Menerapkan, mengawasi dan menindak
bagi pelanggar Perda tentang
perlindungan dan fungsi situ
Menyusun Perda, mensosialisasikan,
menegakkan dan menindak bagi pelanggar
Perda tentang perlindungan dan fungsi situ
Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP,
Polri, Developer, Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Belum dilaksanakannya pembuatan
sumur resapan dan biopori oleh
seluruh masyarakat
Terlaksananya pembuatan sumur resapan
dan biopori oleh seluruh masyarakat
Melaksanakan sosialisasi pembuatan
sumur resapan dan biopori kepada
masyarakat (2011-2013) dan
melaksanakan pembuatan biopori oleh
masyarakat (2011-2015) = 20% area
Melaksanakan pembuatan sumur
resapan dan biopori kepada masyarakat
(2016-2020) = 30% area, kumulatif 50%
area
Melaksanakan pembuatan sumur resapan
dan biopori kepada masyarakat (2021-
2030) = 50 % area, kumulatif 100% area
Melaksanakan pembuatan sumur resapan
dan biopori
Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait,
BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov.
Kelompok Masyarakat
P P P 7) Berkurangnya daerah resapan di
bagian hulu dan tengah wilayah
Ciliwung - Cisadane
Terlindunginya daerah resapan di bagian
hulu dan tengah wilayah Ciliwung -
Cisadane
Melindungi dan mempertahankan daerah
resapan di bagian hulu dan tengah wilayah
Ciliwung - Cisadane
Melindungi dan mempertahankan daerah
resapan di bagian hulu dan tengah
wilayah Ciliwung - Cisadane
Melindungi dan mempertahankan daerah
resapan di bagian hulu dan tengah wilayah
Ciliwung - Cisadane
Melindungi dan meningkatkan daerah
resapan
Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait,
BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov.,
Kelompok Masyarakat
P P P P 8) Belum teridentifikasinya potensi
daerah retensi
Teridentifikasinya potensi daerah retensi di
wilayah Ciliwung - Cisadane
Mengidentifikasi potensi daerah retensi di
wilayah Ciliwung - Cisadane (2011-2013)
dan merencanakan (2014-2015)
Melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahan daerah retensi dan pembangunan
daerah retensi di wilayah Ciliwung -
Cisadane (30% area)
Melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahan daerah retensi dan pembangunan
daerah retensi di wilayah Ciliwung -
Cisadane (70% area), kumulatif 100%
area
Mengidentifikasi potensi daerah/kolam
retensi dan konsolidasi kepemilikan lahan
daerah retensi
Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota
Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk.
Prov., Kelompok Masyarakat
P P P P 9) Terjadinya kerusakan sumber air
(127 mata air) di wilayah Ciliwung -
Cisadane
Terlindunginya sumber air (127 mata air) di
wilayah Ciliwung - Cisadane secara
berkelanjutan
Menetapkan dan mematok sempadan
sumber air di sekitar 27 mata air
Menetapkan dan mematok sempadan
sumber air di sekitar 43 mata air,
kumulatif 70 mata air
Menetapkan dan mematok sempadan
sumber air di sekitar 57 mata air, kumulatif
127 mata air
Melakukan sosialisasi peraturan per-
Undang-Undangan tentang sempadan
sumber air bersama masyarakat
menetapkan dan mematok sempadan
sumber air
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
Melaksanakan rehabilitasi dan OP 27 mata
air
Melaksanakan rehabilitasi dan OP 43
mata air, kumulatif 70 mata air
Melaksanakan rehabilitasi dan OP 57 mata
air, kumulatif 127 mata air
Melakukan rehabilitasi dan OP secara
berkelanjutan
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
di 27 mata air pada wilayah Ciliwung-
Cisadane
Melaksanakan pemberdayaan
masyarakat di 43 mata air pada wilayah
Ciliwung-Cisadane
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
di 127mata air pada wilayah Ciliwung-
Cisadane
Melakukan pemberdayaan masyarakat di
127 mata air pada wilayah Ciliwung-
Cisadane
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan
Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman159
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.3 P P P P 1) Menurunnya kualitas air
dibandingkan dengan standar baku/
kelas peruntukan sungai (tercemar
ringan sampai sedang)
*Peningkatan kualitas air sungai, situ dan
waduk (min. Kelas II PP no 82/2001)
* Melaksanakan gerakan Sungai bersih
secara terpadu (Prokasih), secara rutin
* Melakukan pemantauan, evaluasi
melaksanakan penegakan hukum
terhadap pelanggar yang melakukan
pencemaran
* Melakukan pemantauan, evaluasi
melaksanakan penegakan hukum
terhadap pelanggar yang melakukan
pencemaran
* Meningkatkan kualitas air sungai sesuai
atau lebih baik dari standar baku mutu
Dinas Kebersihan, BPLHD, Dinas PU, BBWS,
Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat
P P P P
*
Merencanakan dan mengalokasi air
penggelontoran melalui kesepakatan
dalam TKPsumber daya air, serta
melaksanakan penggelontoran sungai
* Melaksanakan alokasi air
penggelontoran sungai
* Melaksanakan alokasi air penggelontoran
sungai
* Mengalokasikan air untuk penggelontoran
sungai
BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, TKPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P
*
Mendorong terbitnya penetapan kelas
sungai oleh Gubernur
* Menegakkan peraturan tentang kelas
sungai
* Menegakkan peraturan tentang kelas
sungai
* Menetapkan kelas air sungai BPLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian
Prov/kab/kota, Dinas PU, TKPSDA, Kelompok
Masyarakat
P P P
*
Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin. serta menegakkan peraturan.
* Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin, serta menegakkan peraturan.
* Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin, serta menegakkan peraturan
* Melaksanakan peningkatan sistim
monitoring kualitas air sungai
BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas
Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P
*
Merencanakan sistem monitoring kualitas
air real time
* Membangun dan mengoperasikan
sistem monitoring kualitas air real time
* Mengoperasikan sistem monitoring
kualitas air real time
* Membangun dan mengoperasikan sistem
monitoring kualitas air real time
BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas
Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P
*
Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
* Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
* Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
* Meningkatkan SDM petugas terkait
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas
Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 2) Belum Optimalnya pengelolaan
limbah industri
*Terwujudnya pengendalian pencemaran
dari limbah industri
* Melaksanakan sosialisasi peraturan
tentang syarat kualitas air limbah, dan
kewajiban penggunaan IPAL industri
* Melaksanakan sosialisasi peraturan
tentang syarat kualitas air limbah, dan
kewajiban penggunaan IPAL industri,
serta mendorong pembangunan IPAL
dan penegakan hukum bagi pelanggar
* Melaksanakan sosialisasi peraturan
tentang syarat kualitas air limbah, dan
kewajiban penggunaan IPAL industri, serta
mendorong pembangunan IPAL dan
penegakan hukum bagi pelanggar
* Menegakkan Perda tentang pengolahan
limbah industri dan melaksanakan
pengawasan kualitas limbah, terutama
logam berat, secara berkelanjutan
BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P Mendorong pembangunan IPAL Industri Mendorong pembangunan IPAL dan
penegakan hukum bagi pelanggar
Mendorong pembangunan IPAL dan
penegakan hukum bagi pelanggar
Mendorong pembangunan IPAL Industri BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P P * Memberikan teguran dan penindakan bagi
industri yang tidak mengoperasikan IPAL
miliknya
* Melaksanakan pengawasan dan
penindakan bagi industri yang tidak
mengoperasikan IPAL miliknya
* Melaksanakan pengawasan dan
penindakan bagi industri yang tidak
mengoperasikan IPAL miliknya
* Melaksanakan pengawasan dan
penindakan bagi industri yang tidak
mengoperasikan IPAL miliknya
BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P * Menyusun perencanaan pembangunan
IPAL industri terpadu pada kawasan
industri, beserta penyiapan organisasi
pengelolanya
* Membangun IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan
mengoperasikannya
* Mengembangkan IPAL industri terpadu
pada kawasan industri, dan
mengoperasikannya
* Membangun IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan mengoperasikannya
Swasta, BPLHD, Dinas Perindustrian, Dinas
PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P * Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan,
bila perlu memperbaharui Perda mengacu
pada peraturan pemerintah terbaru.
* Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan,
bila perlu memperbaharui Perda
mengacu pada peraturan pemerintah
terbaru.
* Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan,
bila perlu memperbaharui Perda mengacu
pada peraturan pemerintah terbaru.
* Melaksanakan pengawasan ketat kualitas
limbah industri sesuai baku mutu limbah
cair (terutama logam berat) disertai
penegakan hukum bagi pelanggar;
BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P P P * Melaksanakan identifikasi/updating data
base lokasi dan jenis industri, potensi
pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi
dan jenis industri di wilayah Ciliwung -
Cisadane
* Melaksanakan updating data base lokasi
dan jenis industri, potensi pencemar,
IPAL, serta updating peta lokasi dan
jenis industri di wilayah 2 Ci
* Melaksanakan updating data base lokasi
dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL,
serta updating peta lokasi dan jenis
industri di wilayah 2 Ci
* Menyusun data base industri, serta
terintegrasi dalam sistim informasi kualitas
air
Dinas PU/SDA, BBWS, BPLHD, Dinas
Perindustrian, Bappeda, instansi terkait
diKab/kota, Kelompok Masyarakat
P P 3) Limbah cair domestik dan Perkotaan
belum diolah sebagaimana mestinya
*Terwujudnya pengendalian pencemaran
dari limbah domestik dan perkotaan;
* Peningkatan kapasitas IPAL Setiabudi dan
Perencanaan IPAL dilokasi lain di Jakarta
* Pembangunan sistim sanitasi perkotaan
dan perdesaan dan pembangunan IPAL
dilokasi lain di Jakarta
* Pembangunan sistim sanitasi perkotaan
dan perdesaan dan pembangunan IPAL
dilokasi lain di Jakarta
* Peningkatan kapasitas IPAL Setiabudi dan
pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta
dan pembangunan sistim sanitasi
perkotaan dan perdesaan
BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan,
Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA
Prov., Dinas PU/SDA kab/kota., Kelompok
Masyarakat
P P Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainasi, secara bertahap (5%
area kota), terutama pada kawasan
pengembangan perumahan atau
perkotaan baru
* Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan
terpisah dari saluran drainasi, secara
bertahap (10% area kota, kumulatif
15%), terutama pada kawasan
pengembangan perumahan atau
perkotaan baru
* Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainasi, secara bertahap
(35% area kota, kumulatif 50%), terutama
pada kawasan pengembangan perumahan
atau perkotaan baru
Merencanakan dan membangun sistem
sanitasi perkotaan dengan memisahkan
saluran pembuangan air limbah perkotaan
dari saluran drainasi kota, secara bertahap
Dinas CK, BPLHD, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat terhadap
penggunaan sanitasi individu, perdesaan
dan komunal (terutama daerah
berpenduduk padat dan sekitar sumber
air)
* Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat terhadap
penggunaan sanitasi individu, perdesaan
dan komunal (terutama daerah
berpenduduk padat dan sekitar sumber
air)
* Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat terhadap
penggunaan sanitasi individu, perdesaan
dan komunal (terutama daerah
berpenduduk padat dan sekitar sumber
air)
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
terhadap penggunaan sanitasi lingkungan
BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan,
Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA
Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P 4) Masih adanya bahaya dari sisa
penggunaan pupuk dan obat-obatan
pertanian
*Terwujudnya pengendalian limbah
pertanian
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis
* Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan
monitoring kepatuhan petani di lapangan
* Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan
monitoring di lapangan
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis
BPLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU Prov.,
Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan monitoring kandungan
pestisida dan pupuk di saluran irigasi,
sungai, situ dan waduk.
* Melaksanakan monitoring kandungan
pestisida dan pupuk di saluran irigasi,
sungai, situ dan waduk.
* Melaksanakan monitoring kandungan
pestisida dan pupuk di saluran irigasi,
sungai, situ dan waduk
Melaksanakan monitoring kualitas air
saluran irigasi, sungai, situ dan waduk,
terhadap sisa/ limbah pestisida dan pupuk
BPLHD/BLHD, BBWS, Dinas Pertanian, Dinas
PU/SDA Prov./kab/kota, Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
PENGELOLAAN
KUALITAS AIR
DAN
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman160
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
P P P 5) Limbah peternakan belum diolah
sebagaimana mestinya
*Terwujudnya pengendalian limbah
peternakan
Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan
limbah ternak dan kewajiban
menggunakan IPAL peternakan, disertai
pembangunan IPAL percontohan dan
pemberdayaan peternak
* Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemanfaatan limbah
ternak (mis. biogas, kompos dsb.)
* Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemanfaatan limbah
ternak (mis. biogas, kompos dsb.)
Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemanfaatan limbah
ternak
BPLHD, BBWS, Dinas Peternakan, Dinas PU
Prov., Kelompok Masyarakat, swasta
P P P 6) Pongolahan limbah sampah belum
potimal
*Terwujudnya pengelolaan limbah sampah Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
* Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse,
recycle), dan berkelanjutan
* Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
Melaksanakan pengelolaan sampah
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle)
Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU
kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya
* Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya
* Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya
Melarang membuang sampah ke
sungai/badan air lainnya
Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU
kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat
P P P Memperkenalkan, sosialisasi dan
percontohan pengelolaan sampah melalui
sistem daur ulang dan bank sampah oleh
Pemda
* Mengembangkan pengelolaan sampah
melalui sistem daur ulang dan bank
sampah oleh swasta dan masyarakat,
dengan menerapkan insentif
* Mengembangkan pengelolaan sampah
melalui sistem daur ulang dan bank
sampah oleh swasta dan masyarakat
Mengembangkan pengelolaan sampah
melalui sistem bank sampah oleh swasta
dan masyarakat, dengan menerapkan
insentif pada tahap awal
Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas PU
kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat,
swasta
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman161
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
2.1 PENATAGUNAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P 1) Belum adanya peraturan peruntukan
air pada sumber air pada ruas/
lokasi tertentu
Terbitnya Pergub peruntukan air pada
sumber air pada ruas/ lokasi tertentu
Menyusun, merumuskan Pergub melalui
Dewan sumber daya air prov. dan
mensosialisasikan peruntukan air dari
sumber air secara berkelanjutan
Mengkaji ulang dan merumuskan
kembali melalui Dewan sumber daya air
peruntukan air dari sumber air secara
berkelanjutan
Mengkaji ulang dan merumuskan kembali
melalui Dewan sumber daya air
peruntukan air dari sumber air secara
berkelanjutan
Menyusun, merumuskan, menetapkan,
mensosialisasikan dan menerapkan
Pergub peruntukan air dari sumber air
Dinas PU DKI, Bappeda, BBWS, Dewan SDA
prov, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Belum adanya Zona Pemanfaatan
sumber air yg memperhatikan
berbagai macam pemanfaatan
Terbitnya Penetapan Zona Pemanfaatan
Sumber air pada peta TARU Prov DKI
Jakarta dan BODETABEK
Menetapkan Zona pemanfaatan sumber
daya air pada peta TARU wilayah
Kabupaten/Kota di WS tertentu secara
berkelanjutan
Mengkaji ulang dan menetapkan kembali
Zona pemanfaatan sumber daya air
pada peta TARU wilayah kab/kota di WS
tertentu secara berkelanjutan
Mengkaji ulang dan menetapkan kembali
Zona pemanfaatan sumber daya air pada
peta TARU wilayah kab/kota di WS
tertentu secara berkelanjutan
Mengkaji ulang dan menetapkan kembali
Zona pemanfaatan sumber daya air pada
peta TARU wilayah kab/kota di WS setiap
5 tahun
Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Dinas PU
DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat
2.2 PENYEDIAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P 1) Kekurangan Air untuk kebutuhan
irigasi dan/atau RKI
Meningkatnya ketersediaan air irgasi dan
RKI
Membangun kolam-kolam tampungan air
setempat sesuai kebutuhan
Membangun kolam-kolam tampungan air
setempat sesuai kebutuhan
Membangun kolam-kolam tampungan air
setempat sesuai kebutuhan
Melaksanakan panen air hujan/ tampungan
lokal
Dinas PU/SDA/CK Prov/Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
* Mengurangi pencurian air atau
pemborosan air RKI dan irigasi
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan
pengambilan air baku RKI dan irigasi
Melaksanakan kampanye dan edukasi
Hak Guna Air. Melaksanakan
pengawasan dan penindakan terhadap
pelanggaran pengambilan air
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggaran
pengambilan air
* Mengendalikan pengambilan air pernukaan
untuk RKI sesuai SIPA, dan air irigasi
sesuia kebutuhan, serta melaksanakan
penegakan hukum bagi pelanggarnya
BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA
Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok
Masyarakat
P P P Tercapainya efisiensi penggunaan air Melaksanakan kampanye dan edukasi
hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)
Melaksanakan kampanye dan edukasi
hemat air RKI dan efisiensi air irigasi
(3R)
Melaksanakan kampanye dan edukasi
hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)
Melaksanakan hemat air/ efisiensi air RKI
(190l/or/hr ---> 150l/or/hr) dan irigasi (3R)
Pengguna Air di Prov Banten, DKI Jkt, Jabar
dan BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Keterbatasan layanan air bersih di
Jakarta
Meningkatnya ketersediaan air baku di
Jakarta :
P P P P Tersedianya tambahan air minum 9
m3/detik dari Jatiluhur yang dialirkan
dengan pipa melalui tanggul kanan Tarum
barat ke Jakarta
Merencanakan instalasi Penjernihan
kapasitas 9 m3/det di Curug dan
perencanaan trase jalur pipa dari Curug
ke Jakarta serta pelaksanaan produksi air
minum 4 m3/det dikirim ke Jakarta.
Produksi air minum tambahan 5 m3/det
dikirim ke Jakarta,total volume air minum
9 m3/det.OP instalasi air air minum dan
pipa
OP instalasi air air minum dan pipa
kapasitas 9 m3/det
Merencanakan instalasi Penjernihan
kapasitas 9 m3/det di Curug dan
perencanaan trase jalur pipa dari Curug
ke Jakarta serta pelaksanaannya
PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,
PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok
Masyarakat
Tersedianya tambahan air Baku 15
m3/detik dari Jatiluhur ke Jakarta,yang
dialirkan melalui Tarum barat dengan
kapasitas semula 16m3/det menjadi 31
m3/det
Perencanaan dan pelaksanaan
Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas
semula 16m3/det menjadi 31 m3/det
Pelaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat
dari kapasitas semula 16m3/det
menjadi 31 m3/det
Operasi dan Pemeliharaan Tarum Barat
kapasitas 31 m3/det
Merencanaan dan Melaksanaan
Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas
semula 16m3/det menjadi 31 m3/det
PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,
PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok
Masyarakat
P P Tersedianya saluran/pipa air baku Kanal 2
dari waduk Jatiluhur ke Jakarta setelah
peninggian waduk Cirata (bagian dari
kaskade waduk)
__ Melaksanakan studi kelayakan
perencanaan jalur pipa Kanal 2 dari
Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa
Melaksanakan pembangunan jalur pipa
Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan
diameter pipa
Melaksanakan studi kelayakan
perencanaan dan pelaksanaan jalur pipa
Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan
diameter pipa
BBWS, PJT II, PDAM, PU/SDA prov., kab/kota,
Bappeda, Kelompok Masyarakat
P P Tersedianya tambahan air baku melalui
kanal 2 sebesar 19 m3/detik dari
bendungan Jatiluhur/Cirata untuk Depok
dan Bogor,dan Industri Cikarang
__ Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain Peninggian Bendungan Cirata (15
m) di Sungai Citarum
Melaksanakan peninggian Bendungan
Cirata (15 m) di Sungai Citarum
Melaksanakan studi kelayakan, detail
desain, pelaksanaan konstruksi
Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di
Sungai Citarum
PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,
PDAM, Bappeda, Kelompok Masyarakat
P P P Tersedianya air baku 5 m3/detik dari
bendungan Long Storage untuk Jakarta
Merencanakan Long Storage BKB dan
BKT dan Cengkareng drain (DKI
Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk
tidak memguang sampah dan limbah ke
sungai
Melaksanakan Long Storage BKB dan
BKT dan Cengkareng drain (DKI
Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk
tidak memguang sampah dan limbah ke
sungai
Melaksanakan OP Long Storage BKB dan
BKT dan Cengkareng drain (DKI
Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk
tidak memguang sampah dan limbah ke
sungai
Merencanakan, melaksanakan dan OP
Long Storage BKB dan BKT dan
Cengkareng Drain(DKI Jakarta)
BBWS, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Kelompok
Masyarakat
P P P P Terlaksananya kepastian pengiriman air
baku 16 m3/det di ruas saluran Tarum
barat dari Bekasi sampai Jakarta
Melaksanakan Rehabilitasi Saluran Tarum
barat di ruas Bekasi sampai Jakarta,di 17
titik lokasi yang rawan bocor dan longsor.
__ __ Terlaksananya kepastian pengiriman air
baku 16 m3/det di ruas saluran Tarum
barat dari Bekasi sampai Jakarta,dangan
rehabilitasi di 17 lokasi
BBWS, PJT II,Dinas PU/SDA Prov DKI
Jkt,PDAM, Kelompok Masyarakat
P P P 3) Keterbatasan layanan dan jaringan
PAM
Meningkatnya layanan jaringan PAM Meningkatkan jumlah sambungan rumah
tangga 50% (MDGS)
Meningkatkan tkt layanan PAM mjd 75%
standar metropolitan
Meningkatkan tkt layanan PAM menjadi
100% standar metropolitan
Membangun pipa Kanal 2-Jakarta paralel
waduk Cirata dinaikkan.
PLN, PJT II, Dinas PU/SDA Prov Jabar, DKI
Jkt, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok
Masyarakat
Menyusun Perencanaan pasokan dan
perbaikan kualitas air dari long storage
BKB+BKT dan Cengkareng Drain
Melaksanakan perbaikan kualitas air dari
long storage BKB+BKT dan Cengkareng
Drain
Memanfaatkan pasokan air dari long
storage BKB+BKT dan Cengkareng
Drain
Menambah pasokan dari long storage
BKB+BKT dan Cengkareng Drain
BBWS, PDAM, Dinas PU DKI, BPLHD/BLHD
Terlaksananya penggantian Pemakaian
Kebutuhan Industri dari air tanah ke air
permukaan (100%)
Melaksanakan penggantian Pemakaian
Kebutuhan Industri dari air tanah ke air
permukaan (10%)
Melaksanakan penggantian Pemakaian
Kebutuhan Industri dari air tanah ke air
permukaan (25%)
Melaksanakan penggantian Pemakaian
Kebutuhan Industri dari air tanah ke air
permukaan (65%)
Membangun pipa Kanal 2 ke Jakarta,
paralel waduk Cirata dinaikkan.
PLN, PJT II, Dinas PU/SDA Prov Jabar, DKI
Jkt, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok
Masyarakat
P P 4) Perimbangan pasokan air baku
Jakarta dari arah Timur (Citarum)
dan dari Barat (Cisadane)
Meningkatnya perimbangan suplai air di
wilayah Ciliwung-Cisadane dari barat
(Banten)
Merencanakan Karian Serpong
Conveyance System (KSCS) tahap I
Merencanakan dan Membangun KSCS
tahap I setelah bendungan Karian
terbangun
Merencanakan dan Membangun KSCS
tahap II
Menambah pasokan dari Cisadane dan
Banten.
BBWS 3C, BBWS Cil-Cis, Dinas PU/SDA Prov
DKI Jkt, Banten, Kelompok Masyarakat
Merencanakan alokasi pasokan air dari
long storage BKB+BKT+Cascade Depok
Merencanakan alokasi pasokan air dari
long storage BKB+BKT+Cascade Depok
Merencanakan alokasi pasokan air dari
long storage BKB+BKT+Cascade Depok
Menambah pasokan dari long storage
BKB+BKT+Cascade Depok.
BBWS Cil-Cis, Dinas PU Prov DKI Jakarta,
Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman162
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
P P 5) Keterbatasan layanan air bersih di
Kota lain (BODETABEK)
Meningkatnya penyediaan air baku Kota-
kota lainnya (BODETABEK)
Menyusun Perencanaan pasokan dari long
storage Cascade Depok dan review
alokasi air irigasi bendung katulampa dan
bendung empang yang areanya berkurang
Melaksanakan penggunaan pasokan air
dari long storage Cascade Depok dan
review alokasi air irigasi bendung
katulampa dan bendung empang yang
areanya berkurang
Melaksanakan penggunaan pasokan air
dari long storage Cascade Depok dan
review alokasi air irigasi bendung
katulampa dan bendung empang yang
areanya berkurang
Menyediakan air baku Kota-kota lainnya
(BODETABEK)
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, PDAM,
Bappeda, BPLHD/BLHD, Kelompok
Masyarakat
P P Tersedianya air baku 2 m3/detik dari Salak
Contour Canal untuk daerah Kota Bogor
Mengkaji ulang perencanaan Salak
Contour Canal (2011-2012) dan
membangun Tahap I (2013-2015) = 50%
Membangun Salak Contour Canal Tahap
II = 50%, kumulatif 100%
Melaksanakan operasional dan
pemeliharaan di Salak Contour Canal
Melaksanakan pembangunan, operasi dan
pemeliharaan Salak Contour Canal
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Bappeda,
Kelompok Masyarakat
P Tersedianya air baku 0,5 m3/detik dari
waduk Pondok Benda untuk daerah
Pamulang
Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain Waduk Pondok Benda, Sungai
Angke di Pamulang
Melaksanakan pembangunan Waduk
Waduk Pondok Benda dan membangun
jaringan distribusi air baku
Menyusun SOP dan melaksanakan OP
Waduk Waduk Pondok Benda dan
jaringan distribusinya
Bendungan lain di Limo-C (Pesanggrahan),
Pondok Benda (Angke), Narogong
(Citeureup)
BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota,
Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat
P Tersedianya air baku 0,5 m3/detik dari
waduk Limo untuk Kota Depok
Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain Waduk Limo, Sungai
Pesanggrahan di Cinere Depok
Melaksanakan pembangunan Waduk
Limo dan membangun jaringan distribusi
air baku
Menyusun SOP dan melaksanakan OP
Waduk Limo dan jaringan distribusinya
Bendungan lain di Limo-C (Pesanggrahan),
Pondok Benda (Angke), Narogong
(Citeureup)
BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota,
Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat
P Tersedianya air baku 2 m3/detik dari
waduk Genteng untuk Kota dan Kab.
Bogor
Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain Waduk Genteng di Sungai
Cisadane, Rancamaya Bogor
Melaksanakan pembangunan Waduk
Genteng dan membangun jaringan
distribusi air baku
Menyusun SOP dan melaksanakan OP
Waduk Genteng dan jaringan distribusinya
Melaksanakan studi kelayakan, detail
desain, pelaksanaan konstruksi dan OP
Waduk Genteng di Sungai Cisadane,
Rancamaya Bogor
BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota,
Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat
P Tersedianya air baku 1 m3/detik dari
waduk Narogong untuk Bekasi dan Jakarta
Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain Waduk Narogong di Sungai
Citeureup/Cileungsi-Cibinong
Melaksanakan pembangunan Waduk
Narogong dan membangun jaringan
distribusi air baku
Menyusun SOP dan melaksanakan OP
Waduk Narogong dan jaringan
distribusinya
Melaksanakan studi kelayakan, detail
desain, pelaksanaan konstruksi dan OP
Waduk Narogong di Sungai
Citeureup/Cileungsi-Cibinong
BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota,
Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat
P P Tersedianya air baku 4 m3/detik untuk
daerah Depok dan Bogor
Melaksanakan studi pemanfaatan sisa air
irigasi bendung Katulampa dan bendung
Empang (2011-2013) dan mengalokasikan
air ke saluran PDAM untuk kepentingan air
baku Depok dan Bogor (2014)
PDAM membangun kolam penjernihan
dan saluran distribusi
PDAM mengoperasikan dan menjaga
kualitas penyaluran air minum ke
konsumen
Memanfaatkan sisa air irigasi bendung
Katulampa dan bendung Empang
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P Tersedianya air baku 1 m3/detik untuk
daerah Depok
Merencanakan Kaskade Sungai Ciliwung
di Depok
Melaksanakan Kaskade Sungai Ciliwung
di Depok
Melaksanakan dan mengoperasikan
Kaskade Sungai Ciliwung di Depok
Merencanakan, melaksanakan,
mengoperasikan dan memelihara Kaskade
Sungai Ciliwung di Depok
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov./
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P 6) Keterbatasan layanan PDAM di
BODETABEK
Tercapainya cakupan layanan PAM
BODETABEK
Meningkatkan cakupan layanan PAM
BODETABEK (50%)
Meningkatkan cakupan layanan PAM
BODETABEK (75%)
Meningkatkan cakupan layanan PAM
BODETABEK (100%)
Meningkatkan cakupan layanan PAM
BODETABEK
PDAM Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P 7) Menurunnya luas lahan pertanian
tanaman pangan (sawah)
Terkendalinya alih fungsi lahan pertanian
tanaman pangan
Menetapkan Lahan pertanian tanaman
pangan berkelanjutan
Mengawasi Lahan pertanian tanaman
pangan berkelanjutan
Mengawasi Lahan pertanian tanaman
pangan berkelanjutan
Melindungi Lahan pertanian tanaman
pangan berkelanjutan
Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh
Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman163
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
2.3 PENGGUNAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P 1) Konflik penggunaan air irigasi dan
air baku di sungai Cisadane
Terwujudnya harmonisasi penggunaan air
irigasi dan air baku di sungai Cisadane
Mereview dan melaksanakan alokasi air
sungai Cisadane sesuai kesepakatan
Melaksanakan alokasi air sungai
Cisadane sesuai kesepakatan secara
berkelanjutan
Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane
sesuai kesepakatan secara berkelanjutan
Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane
sesuai prinsip-prinsip penggunaan sumber
daya air
TKPSDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov./kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P 2) Kerusakan prasarana jaringan
irigasi mengakibatkan tidak efektif
dan tidak efisiennya distribusi air
irigasi
Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi
terutama yang rusak berat
Merehabilitasi jaringan dan peningkatan
irigasi mencapai 50%
Merehabilitasi jaringan dan peningkatan
irigasi mencapai 100%
Melaksanakan OP jaringan irigasi Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan
jaringan irigasi mencapai 100%
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 3) OP prasarana sumber daya air
(Irigasi,sungai, situ, dan lain-lain)
belum memadai, berakibat
menurunnya fungsi layanan
Terlaksananya OP prasarana sumber daya
air sesuai standar
Melaksanaan OP prasarana sumber daya
air (Tingkat Pelayanan 50%)
Melaksanaan OP prasarana sumber
daya air (Tingkat Pelayanan 75%)
Melaksanaan OP prasarana sumber daya
air (Tingkat Pelayanan 100%)
Melaksanaan OP prasarana sumber daya
air untuk mempertahahan tingkat layanan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 4) Belum tersedianya SOP
waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci
Tersedianya SOP waduk/tampungan/situ
di WS 6 Ci
Melaksanakan kajian SOP waduk/
tampungan/situ di WS 6 Ci (2011-2013)
memformulasikan dan mengujicoba (2014-
2015)
Melegalisasi dan mendesiminasikan
SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci
(2016-2020)
Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP
waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci (2021-
2030)
Menyiapkan SOP waduk/tampungan/situ di
WS 6 Ci
BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Ditjen SDA,
Kelompok Masyarakat
Meningkatnya kinerja irigasi dlm rangka
ketahanan pangan
Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi
(keandalan 50%)
Melaksanakan Peningkatan Kinerja
Irigasi (keandalan 75%)
Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi
(keandalan 100%)
Meningkatkan dan mempertahankan
keandalan irigasi maksimal
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 5) Belum terlaksananya aset
manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi)
Terlaksananya penerapan Pengelolaan
Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan
Melaksanakan aset manajemen irigasi
(50% area)
Melaksanakan aset manajemen irigasi
(75% area)
Melaksanakan aset manajemen irigasi
(100% area)
Menyusun prioritas OP, rehab jaringan dg
berdasarkan PAI.
Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P 6) Kondisi layanan jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat telah
menurun
Terlaksananya rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat
Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (50% area)
Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (75% area)
Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (100% area)
Merehabilitasi jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat.
Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P 7) Belum terpisahnya fungsi saluran air
baku dan air irigasi di Saluran Induk
Tarum Barat, mengakibatkan
kesulitan pelaksanaan OP irigasi.
Terwujudnya pemisahaan fungsi saluran
air baku dan air irigasi di Saluran Induk
Tarum Barat
Merencanakan dan melaksanakan
pemisahaan fungsi saluran air baku dan air
irigasi di Saluran Induk Tarum Barat
(Cantek 100% dalam 2 thn, Pelaksanaan
30% dalam 3 thn)
Melaksanakan pemisahaan fungsi
saluran air baku dan air irigasi di Saluran
Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 50%
dalam 5 thn, kumulatif pelaksanaan
80%)
Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran
air baku dan air irigasi di Saluran Induk
Tarum Barat (Pelaksanaan 20% dalam 2
thn, kumulatif pelaksanaan 100%)
Memisahkan fungsi sal.air baku dan irigasi PJT II, PDAM prov/Kota Jakarta, BBWS
Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat
P P P 8) Belum sadarnya masyarakat dalam
pelaksanaan hemat air
Meningkatnya kesadaran masyarakat
dalam pelaksanaan hemat air
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air (50% area)
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air (75% area)
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air (100% area)
Membina petani utk hemat air irigasi. Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh
Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 9) Masih rendahnya Indeks
Pertanaman (IP) dgn pemberdayaan
petani.
Meningkatnya IP secara maksimal Peningkatan IP dari 214% ke 250% Peningkatan IP dari 250% ke 265% Peningkatan IP dari 265% ke 280% Menaikkan IP dg pemberdayaan petani
(dari 214% ke 280%)
Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh
Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P 10) Belum tersusunya pedoman
Operasional penyusunan AKNOP
(analisa kebutuhan nyata operasi
dan pemeliharaan) Irigasi
Tersedianya pedoman operasional AKNOP
irigasi
Melakukan kajian AKNOP irigasi di
Seluruh DI Cilicis (2011-2013) dan menguji
coba pelaksanaan AKNOP irigasi di
beberapa DI (2013-2014)
Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh
DI wilayah Cilicis (2016-2020) pada area
50%
Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI
wilayah Cilicis (2016-2020) pada area
100%
Mereview AKNOP (analisa kebutuhan
nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi
dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan
bangunandikaitkan dengan areal(rp/ha)
dan bangunan utama (bh) utama (Bh).
Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh
Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat
Memformulasi dan melegalisasi AKNOP
Irigasi (2015)
__ __
2.4 PENGEMBANG-
AN SUMBER
DAYA AIR
P P 1) Belum di tingkatkan Irigasi
sederhana ke irigasi teknis DI.
Sibanteng pada S. Citempuandi Ds.
Sibanteng, Kec. Leuwisadeng, Kab
Bogor
Terlaksananya peningkatan Klasifikasi
Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI.
Sibanteng pada S. Citempuandi Ds.
Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor.
Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan
Melaksanakan (2014-2015 = 50%) Irigasi
sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng
pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec.
Leuwisadeng,Kab Bogor.
Melaksanakan (2016-2020 = 100%)
Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI.
Sibanteng pada S. Citempuandi Ds.
Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab
Bogor.
Melaksanakan OP irigasi DI Sibanteng
secara berkelanjutan
Meningkatkan Irigasi sederhana ke irigasi
teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi
Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab
Bogor.
BBWS,Balai PSDA Prov.Jabar,Dinas PU
Pengairan Kab. Bogor, Dinas Pertanian
Kab.Bogor, Kelompok Masyarakat
P 2) Belum optimalnya pemanfaatan
potensi tenaga air
Terlaksananya pengembangan Potensi
tenaga air di Katulampa/Sungai Baru
Timur dan Bendung Masyono/Sungai
Angke
Merencanakan (2011-2013 = 100%)
pemanfaatan tenaga air, melaksanakan
(2014-2015 = 40%)
Melaksanakan (2016-2020 = 60%)
pemanfaatan tenaga air , kumulatif =
100%
Mengoperasikan tenaga air di Katulampa
dan Bendung Masyono
Membangun Microhydro di Sungai Baru
Timur dan Sungai Angke (Bendung
Masyono).
ESDM, PLN, PJT II, BBWS Citarum, Kelompok
Masyarakat
3) Belum ada jaringan irigasi di
Cimanceuri dan bendung
Cimanceuri.
Terlaksananya pengembangan Potensi
irigasi Cimanceuri dan terbangunnya
bendung Cimanceuri
Melakukan studi dan detail desain irigasi
Cimanceuri dan bendung Cimanceuri
Melaksanakan pembangunan jaringan
irigasi Cimanceuri dan bendung
Cimanceuri
_ Melaksanakan studi/detail desain
pembangunan jaringan irigasi Cimanceuri
dan bendung Cimanceuri
BBWS 2 C , Pemda kab Tanggerang,
Kelompok Masyarakat
4) Belum ada jaringan irigasi
diCikarang hilir
Terlaksananya pengembangan Potensi
irigasi Cikarang hilir
Melakukan studi dan detail desain irigasi
Cikarang hilir
Melaksanakan pembangunan jaringan
irigasi Ckarang hilir
_ Melaksanakan stud,detail desain dan
pembangunan irigasi Cikarang hilir
BBWS 2 C, , Pemda Kab Bekasi, Kelompok
Masyarakat
P P 5) Masih terbatasnya pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan
ultra filtrasi
Terbatasnya pengembangan penerapan
teknologi desalinasi dan ultra filtrasi
Melakukan kajian pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan ultra
filtrasi, serta mendorong peran
industri/swasta untuk menerapkannya
Melaksanakan pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan ultra
filtrasi oleh industri/swasta
Melaksanakan pengembangan penerapan
teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh
industri/swasta
Melakukan kajian pengembangan dan
mendorong peran industri/swasta dalam
penerapan desalinasi
Pemda DKI, Pemda kab/kota Tanggerang,
Pemda Kab/kota Bekasi, PDAM, Kelompok
Masyarakat, industri/swasta
2.5 PENGUSAHAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P 1) Kurang terkontrolnya Pengusahaan
air isi ulang di wilayah Bogor
Terkontrolnya Pengusahaan air isi ulang Menginventarisasi potensi dan mengkaji
permasalahan pengambilan air tanah
dalam oleh pengusaha air isi ulang (2011-
2012) serta menata ulang pengambilan air
tanah
Mengawasi dan melakukan penegakkan
hukum berdasarkan azas keadilan dan
keseimbangan
Mengawasi dan melakukan penegakkan
hukum berdasarkan azas keadilan dan
keseimbangan
Menata ulang dan menertibkan
pengambilan air tanah dalam oleh
pengusaha air minum isi ulang
BPLHD, Dinas SDA dan Pertambangan
Kab/kota, Balai PSDA, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P 2) Masih terbatasnya pengusahaan air
minum dari Jatiluhur oleh
Pemerintah atau swasta
Terjadinya pengembangan usaha air
minum berdasarkan kerjasama Pemda
DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan
investor/swasta
Melakukan studi dan pelaksanaan
pengusahaan air minum 4 m3/detik
berdasarkan kerjasama Pemda DKI
Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan
investor/swasta
Melakukan studi dan pelaksanaan
pengusahaan air minum 5 m3/detik
berdasarkan kerjasama Pemda DKI
Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan
investor/swasta
PDAM melaksanakan menejemen
distribusi air minum dengan menjaga
kualitas dan keberlanjutannya sebesar 9
m3/detik
Melakukan studi dan pelaksanaan
pengusahaan air minum 9 m3/detik
berdasarkan kerjasama Pemda DKI
Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan
investor/swasta
Pemda DKI, Pemda Jabar, PJT II, PDAM,
BBWS, Kelompok Masyarakat, Investor/swasta
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman164
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
3.1 PENCEGAHAN
BENCANA
P P P P 1) Master Plan Sistem Pengendalian
Banjir (1996) secara menyeluruh di
wilayah Ciliwung - Cisadane sudah
tidak memadai
Tersusunnya review master plan sistem
pengendalian banjir secara menyeluruh di
wilayah Ciliwung - Cisadane
Menyusun Master Plan Sistem
Pengendalian Banjir secara menyeluruh di
wilayah Ciliwung - Cisadane selesai tahun
2015,,debit banjir rencana Sungai utama
1:100, 1:50 sungai dalam kota 1:25,
saluran Drainasi 1:5
Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain sistem pengendalian bajir di
wilayah Ciliwung - Cisadane
Melaksanakan sistem pengendalian banjir
di wilayah Ciliwung - Cisadane
Menyusun Master Plan Sistem
Pengendalian Banjir secara menyeluruh di
wilayah Ciliwung - Cisadane, debit banjir
rencana Sungai utama 1:100, 1:50 sungai
dalam kota 1:25, saluran Drainasi 1:5
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P 2) Penggunaan daerah retensi/dataran
banjir dan rawan banjir untuk
pemukiman
Tercapainya penetapan dan pemasangan
patok batas kawasan retensi banjir serta
melarang pembangunan didaerah retensi
Menetapkan peruntukan dan melindungi
daerah retensi, untuk tampungan air
Menetapkan peruntukan dan melindungi
daerah retensi, untuk tampungan air
Relokasi Penduduk Menerbitkan penetapan daerah retensi dan
Perwa/Perbup mengenai daerah retensi
termasuk larangan membangun
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
BPDAS, Kelompok Masyarakat
P P P Terlaksananya ketetapan kawasan retensi
yang telah terbangun termasuk upaya dan
solusinya
Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
__ Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P 3) Penggunaan bantaran sungai untuk
pemukiman liar
Terwujudnya bantaran sungai bersih dari
bangunan permanen dan tanaman keras
yang menghambat arus banjir
Menetapkan perda sempadan sungai dan
memasang patok batas dan
pengawasannya
Menetapkan perda sempadan sungai
dan memasang patok batas dan
pengawasannya
Melaksanakan pengawasan dan
penegakan hukum
Menetapkan perda sempadan sungai dan
memasang patok batas dan
pengawasannya
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
kelompok masyarakat, Kelompok Masyarakat
P P P P 4) Pembuangan sampah ke saluran
drainasi dan alur sungai
menghambat aliran, mengakibatkan
banjir
Terwujudnya sungai dan saluran drainase
bersih dari sampah
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai
dan membuat TPS untuk di olah
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke
sungai
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
kelompok masyarakat, Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Belum ada peta rawan genangan
yang Mutahir
Tersedianya review peta rawan genangan Melaksanakan review peta rawan
genangan dan sosialisasi ke masyarakat
Melaksanakan review peta rawan
genangan dan sosialisasi ke masyarakat
Melaksanakan review peta rawan
genangan dan sosialisasi ke masyarakat
Melaksanakan review peta rawan
genangan dan sosialisasi ke masyarakat
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P 6) Belum adanya Pergub pembuatan
detensi di gedung-gedung bertingkat
dan komplek Perumahan
Tersusunnya Pergub pengaturan
pembuatan detensi di gedung-gedung
bertingkat dan komplek Perumahan
Menyusun Pergub dan mensosialisasikan
pengaturan pembuatan detensi di gedung-
gedung bertingkat dan komplek
Perumahan
Menerapkan dan mengawasi Pergub
pengaturan pembuatan detensi di
gedung-gedung bertingkat dan komplek
Perumahan
Menerapkan dan mengawasi Pergub
pengaturan pembuatan detensi di gedung-
gedung bertingkat dan komplek
Perumahan
Menerbitkan dan menerapkan Pergub
pengaturan pembuatan detensi di gedung-
gedung bertingkat dan komplek
Perumahan
Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, Dinas P2B,
Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat
P P P P 7) Belum ada peta jalur dan tempat
Evakuasi bencana
Tersedianya jalur evakuasi dan tempat
pengungsian
Merencanakan dan menetapkan jalur
evakuasi dan tempat pengungsian
Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi
dan tempat pengungsian
Merview dan mensosialisasikan peta jalur
evakuasi bencanca banjir
Menetapkan lokasi pengungsian oleh
Pemda DKI Jakarta
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Kelompok Masyarakat, swasta
P P 8) Belum semua sungai telah dipasang
sistem peringatan dini banjir
Terpasangnya sistem peringatan dini di
semua sungai
Merencanakan pengembangan dan
pemasangan sistem peringatan dini di
semua sungai
Melaksanakan pemasangan dan
operasional sistem peringatan dini di
semua sungai
Melaksanakan operasional sistem
peringatan dini di semua sungai
Melaksanakan pemasangan sistem
peringatan dini
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
BMKG, Kelompok Masyarakat, swasta
P P P 9) kurangnya pemeliharaan, terjadinya
pendangkalan, sedimentasi di alur
sungai serta jaringan drainasi dan
longsoran tebing
Terwujudnya alur sungai dan jaringan
drainasi aman dan terpelihara
Merencanakan dan melaksanakan OP
Sungai dan saluran Drainasi
Melaksanakan OP Sungai dan saluran
Drainasi sepanjang tahun
Melaksanakan OP Sungai dan saluran
Drainasi sepanjang tahun
Melaksanakan OP Sungai dan saluran
Drainasi sepanjang tahun
P P P P 10) Meningkatnya ancaman banjir dari
air pasang laut
Teratasinya ancaman bencana dari laut Merencanakan dan Membangun tanggul
laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal
muara dan Marunda
Membangun tanggul laut di Cilincing,
Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan
Marunda
Melakukan pengamanan terhadap
kerusakan pantai dan memelihara tanggul
laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal
muara dan Marunda
Membangun tanggul laut di cilincing, Pluit
dan pasar ikan
Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov DKI
Jakarta, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat
P P Menghentikan pengambilan air tanah
dalam yang menyebabkan penurunan
tanah, khususnya di lokasi Jakarta Utara,
dengan menggantikan pemakaian Air
Tanah dengan Air Permukaan
Menghentikan pengambilan air tanah
dalam yang menyebabkan penurunan
tanah,Jakarta Utara dengan
menggantikan pemakaian Air Tanah
dengan Air Permukaan
Menghentikan pengambilan air tanah
yang menyebabkan penurunan tanah,
khususnya di lokasi Jakarta Utara dengan
menggantikan pemakaian Air Tanah
dengan Air Permukaan
Menghentikan penurunan tanah Jakarta
Utara dengan menggantikan penggunaan
Air Tanah dengan Air Permukaan
BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Badan Regulator, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P Merencanakan dan Meningkatkan tanggul
laut di pantai Tangerang dan Bekasi
Meningkatkan tanggul laut di pantai
Tangerang dan Bekasi
Melakukan pengamanan terhadap
kerusakan pantai dan memelihara tanggul
laut di pantai Tangerang dan Bekasi
Meningkatkan tanggul laut di pantai
Tangerang dan Bekasi
Dinas PU/SDA Prov DKI Jakarta, BBWS Cil-
Cis, Kelompok Masyarakat
P P Melaksanakan FS dan Perencanaan
JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy
Melaksanakan DED JCDS/Jakarta
Coastal Defence Strategy
Melaksanakan JCDS/Jakarta Coastal
Defence Strategy
Melaksanakan JCDS/Jakarta Coastal
Defence Strategy
Dinas PU/SDA Prov DKI Jakarta, BBWS Cil-
Cis, Kelompok Masyarakat
Penanaman mangrove di pantai wilayah
Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan
Tangerang (Pantura Banten)
Penanaman mangrove di pantai wilayah
Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan
Tangerang (Pantura Banten)
Pelaksanaan OP mangrove di pantai
wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan
Tangerang (Pantura Banten)
Membangun hutan tanaman pesisir,
Melindungi water front city dari ancaman
pasang air laut
P P P P 11) Kurangnya kapasitas aliran sungai
(penyempitan sungaidan
pendangkalan serta hambatan oleh
bangunan silang)
Tercapainya kapasitas aliran sungai
mampu menyalurkan banjir/genangan
dengan debit tertentu
Melaksanakan penyelesaian
pembangunan Banjir Kanal Timur (23.5
km)
__ __ Menyelesaikan pembangunan BKT BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan normalisasi Sungai
Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS)
Konstruksi untuk normalisasi Sungai
Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS)
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan untuk penataan Sungai
Ciliwung :
P P P P - Melaksanakan normalisasi Sungai
Ciliwung dari TB. Simatupang sampai
dengan Manggarai
Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung
dari Kalibata sampai dengan Manggarai
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P - Melaksanakan pelaksanaan sodetan
Sungai Ciliwung di llokasi Kalibata dan
Kebun Baru
__ __ Melakukan sodetan di Sungai Ciliwung -
BKT.
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P P P - Melaksanakan penambahan 1 Pintu Air
Manggarai dan penambahan 1 Pintu Air
Karet
__ __ Melaksanakan penambahan 1 Pintu Air
Manggarai dan1 Pintu Air Karet
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman165
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
P P - Melaksanakan Revitalisasi Pintu Air
Ciliwung Lama
__ __ Melaksanakan Revitalisasi Pintu Air
Ciliwung Lama
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P - Melaksanakan perencanaan dan
normalisasi Sungai Ciliwung Lama.
__ __ Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung
Lama
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta

P
P P P Melaksanakan Pengerukan 13 Sungai dan
5 Waduk di Jakarta,Program JEDI (Jakarta
Emergency Dredging Initiative)
__ __ Melaksanakan pengerukan sungai dan
Waduk di Jakarta
BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA
Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat
P P Melaksanakan normalisasi sungai
diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap,
Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi
dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir
Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang,
Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali
Blencong, Bekasi, Cikeas, C
Melaksanakan normalisasi sungai
diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap,
Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi
dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir
Kanal Barat, Mampang, Cideng,
Cipinang, Buaran, Jatikramat dan
Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas,
C
Melaksanakan normalisasi sungai
diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap,
Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi
dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir
Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang,
Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali
Blencong, Bekasi, Cikeas, C
Melaksanakan Perencanaan normalisasi
sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri,
Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali
Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir
Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang,
Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali
Blencong, Bekas
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok
Masyarakat
P P Melaksanakan perencanaan Cengkareng
Flood way II
Melaksanakan Perencanaan
Cengkareng Flood way II
Melaksanakan Konstrusi Cengkareng
Flood way II
Perencanaan dan pelaksanaan
penambahan Flood way Cengkareng
Flood way II di Jakarta barat
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok
Masyarakat
P P P P 12) Masih kurangnya polder di Jakarta Terbangunnya Polder-polder di Jakrta Melaksanakan Perencanaan dan
Pelaksanaan 30 polder-polder antara lain
Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain.
Melaksanakan Perencanaan dan
Pelaksanaan 30 polder-polder antara lain
Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain.
Melaksanakan pembangunan 30 polder-
polder antara lain Sunter timur 2, Marunda,
dan lain-lain.
Melaksanakan pembangunan 30 polder-
polder antara lain Sunter timur 2, Marunda,
dan lain-lain.
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok
Masyarakat
P P P P 13) Menurunnya fungsi tanggul banjir di
sungai-sungai JABODETABEK
Terlaksananya rehabilitasi dan
pembangunan tanggul banjir pada sungai-
sungai di JABODETABEK
Merencanakan dan melaksanakan
rehabilitasi tanggul banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir
secara berkelanjutan
Melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir
secara berkelanjutan
Melaksanakan perencanaan dan
pelaksanaan rehabilitasi tanggul banjir
secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P P 14) Kurangnya tertatanya (sistem dan
kapasitas drainase mikro) di
JABODETABEK menyebabkan
genangan di permukiman dan di
jalan
Tercapainya sistem dan kapasitas aliran
saluran drainase mikro yang memadai di
JABODETABEK
Melaksanakan perencanaan sistem
drainase dan kapasitasnya di
JABODETABEK (2011-2013),
melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di
JABODETABEK (2014-2015) dan
berkelanjutan
Melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di
JABODETABEK secara berkelanjutan
Melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di
JABODETABEK secara berkelanjutan
Melaksanakan perencanaan normalisasi
saluran drainase di perkotaan
JABODETABEK dan pelaksanaannya
untuk mengurangi genangan utamanya di
jalan jalan Jakarta
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P P 15) Berkurangnya kerugian akibat longsoran Melakukan inventarisasi dan pemetaan
daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota
Melaksanakan sosialisasi peta rawan
longsor
__
Melaksanakan penyadaran publik terhadap
bahaya tanah longsor
Melaksanakan penyadaran publik
terhadap bahaya tanah longsor
Melaksanakan penyadaran publik
terhadap bahaya tanah longsor
Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
Menerapkan perijinan bangunan (IMB)
dan building code di daerah rawan
longsor
Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
Dinas P2B, Dinas Tarung, Kelompok
Masyarakat
Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif dan sipil teknis).
Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif dan sipil teknis)
Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif dan sipil teknis)
BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab,
BP DAS, Kelompok Masyarakat
P P P 16) Penurunan muka tanah di Jakarta
telah menaikkan tingkat resiko banjir
Pengaturan bangunan (rumah panggung),
pembangunan polder dan tanggul
Menerbitkan Perda pengurangan
pengambilan air tanah dalam dan
penerapan rumah panggung
Penerbitan Perda pengurangan
pengambilanair tanah dalam dan
penerapan rumah panggung
Penerbitan Perda pengurangan air tanah
dalam dan penerapan rumah panggung
Mengurangi penurunan muka tanah dg
mengendalikan pengambilan air tanah (non-
domestik).
Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P Melaksanakan perencanaan pengelolaan
sistem polder dengan sistem biaya
pemulihan
Melaksanakan uji coba sistem
pengelolaan polder dengan biaya
pemulihan
Mengembangkan sistem pengelolaan
polder dengan biaya pemulihan untuk
polder lainnya
Melaksanakan pengelolaan polder dengan
menerapkan sistem biaya pemulihan kota
Jakarta, Bandung)
Dinas PU DKI Jakarta, Dinas PSDA Prov
Jabar, Kelompok Masyarakat
P P P P 17) Meluasnya perambahan daerah
retensi dan bantaran sungai
Terlindunginya daerah retensi dan
bantaran sungai terhadap perambahan
masyarakar
Mengurangi luas perambahan daerah
retensi dan bantaran sungai (30%)
Mengurangi luas perambahan daerah
retensi dan bantaran sungai (30%),
kumulatif menjadi 60%
Mengurangi luas perambahan daerah
retensi dan bantaran sungai (40%),
kumulatif menjadi 100%
Mengurangi perambahan daerah retensi,
bantaran sungai
Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota
Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk.
Prov., Kelompok Masyarakat
P P 18) Kekurangan air kebutuhan rumah
tangga di wilayah Jakarta Utara,
Tangerang dan Bekasi
Terpenuhinya kebutuhan air rumah tangga
di wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan
Bekasi
Menyediakan kebutuhan air rumah tangga
menggunakan mobil tangki untuk Jakarta
Utara, Tangerang dan Bekasi
Menyediakan kebutuhan air rumah
tangga menggunakan mobil tangki untuk
Tangerang dan Bekasi dan menambah
supply kebutuhan air rumah tangga
untuk wilayah Jakarta Utara dari PDAM
Menambah supply kebutuhan air rumah
tangga untuk wilayah Jakarta Utara,
Tangerang dan Bekasi dari PDAM
Memenuhi kebutuhan air rumah tangga di
Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi
Dinas PU/SDA Prov, Dinas PU/SDA Kab/Kota,
BBWS, PDAM, Kelompok Masyarakat
P P 19) Masih terjadinya pembangunan
pemukiman di daerah parkir
air/dataran banjir
Terwujudnya daerah parkir air/dataran
banjir bebas dari pemukiman dan usaha
lain.
Menyusun Perda tentang daerah parkir
air/dataran banjir bebas dari pemukiman
dan usaha lain.
Menerapkan dan memantau
pelaksanaan daerah parkir air/dataran
banjir bebas dari pemukiman dan usaha
lain.
Menerapkan dan memantau pelaksanaan
daerah parkir air/dataran banjir bebas dari
pemukiman dan usaha lain.
Menyusun dan menerapkan Perda tentang
daerah parkir air/dataran banjir bebas dari
pemukiman dan usaha lain.
Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang
dan Tata Kota, DPRD, BPN, Developer dan
Kelompok Masyarakat
P P P 20) Masih adanya hunian dan usaha
lain di bantaran sungai
Terlindunginya Bantaran sungai dari
hunian dan usaha lainnya
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai
Mengawasi dan menertibkan hunian dan
usaha lainnya di bantaran sungai secara
berkelanjutan
Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP,
Polri, Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
Terjadinya kerugian akibat bencana
longsor di beberapa tempat
ii + i iii + ii + i
BBWS, PJT II, Dinas PU/SDA, Pertambangan
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis
Mengurangi kerugian akibat longsor dan
memperkuat daerah rawan longsor dengan
vegetatif dan sipil teknis
Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman166
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
3.2 PENANGGUL-
ANGAN
P P P P 1) Meluapnya air sungai di wilayah
Ciliwung-Cisadane
Berkurangnya luapan air sungai Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara
berkelanjutan
Menyediakan bahan banjiran setiap
tahun dan dana operasional secara
berkelanjutan
Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara
berkelanjutan
Meminimalisasi kerugian akibat banjir Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota,
BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat
P P P P Pelaksanaan evakuasi korban pada saat
kejadian banjir
Menyiapkan rencana evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K
secara berkelanjutan
Menyiapkan rencana evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K
secara berkelanjutan
Menyiapkan rencana evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K
secara berkelanjutan
Menyiapkan rencana evakuasi dan dana
operasionalnya
Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota,
BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat
3.3 PEMULIHAN
AKIBAT
BENCANA
P P P P 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi
rumah masyarakat setiap terjadinya
bencana banjir
Tercapainya pemulihan kondisi rumah
masyarakat
Menyediakan dana bantuan pemulihan
tahunan (APBN/APBD) dan menggalang
dana dari swasta
Menyediakan dana bantuan pemulihan
tahunan (APBN/APBD) dan menggalang
dana dari swasta
Menyediakan dana bantuan pemulihan
tahunan (APBN/APBD) dan menggalang
dana dari swasta
Memulihkan kondisi rumah masrakat pasca
bencana dengan penyedian dana dari
pemerintah dan swasta serta melibatkan
masyarakat
Dinas PU/Permukiman DKI, BBWS, Dinas
PU/CK kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok
Masyarakat, Swasta
P P P P 2) Terjadinya kerusakan prasarana
sumber daya air setiap terjadinya
bencana banjir
Terjadinya kerusakan prasarana sumber
daya air setelah terjadinya bencana banjir
dan longsor
Menyediakan dana tahunan untuk
perbaikan prasarana sumber daya air yang
rusak
Menyediakan dana tahunan untuk
perbaikan prasarana sumber daya air
yang rusak
Menyediakan dana tahunan untuk
perbaikan prasarana sumber daya air yang
rusak
Memulihkan kondisi prasarana sumber
daya air
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/kab/kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 3) Belum maksimalnya penyediaan
dana untuk pelaksanaan pemulihan
kondisi prasarana dan sarana umum
setiap terjadinya bencana banjir
Belum maksimalnya penyediaan dana
untuk pelaksanaan pemulihan kondisi
prasarana dan sarana umum setelah
terjadinya bencana banjir dan longsor
Menyediakan dana pemulihan tahunan
(APBN/APBD) dengan melibatkan
masyarakat dan swasta
Menyediakan dana pemulihan tahunan
(APBN/APBD) dengan melibatkan
masyarakat dan swasta
Menyediakan dana pemulihan tahunan
(APBN/APBD) dengan melibatkan
masyarakat dan swasta
Menyediakan dana pemulihan kondisi
prasarana dan sarana umum pasca
bencana dengan penyedian dana dari
pemerintah serta melibatkan masyarakat
dan swasta
Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota,
BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat,
swasta
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman167
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
P P P P 1) Kurang optimalnya database
sumber daya air yang reliable
(Hidrologi, Hidrogeologi dan
Hidrometeorologi, Kebijakan sumber
daya air, Prasarana sumber daya
air, Teknologi sumber daya air,
Lingkungan pada sumber daya air,
Kegiatan SoSekBud)
Terwujudnya database sumber daya air
yang lengkap dan akurat
Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data sumber daya air secara terpadu dan
berkelanjutan
Mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data sumber daya air secara
terpadu dan berkelanjutan
Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data sumber daya air secara terpadu dan
berkelanjutan
Menyediakan database sumber daya air
yang lengkap dan akurat secara
berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov.,
BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, PJT II, Ditjen SDA, Kelompok
Masyarakat
P P P P 2) Belum memadainya SDM yang
menangani SISDA
Tersedianya SDM yang menangani SISDA
secara memadai
Melaksanakan pengadaan pegawai dan
meningkatkan kapasitasnya sesuai
kebutuhan
Mengembangkan SDM secara
berkelanjutan
Mengembangkan SDM secara
berkelanjutan
Menyediakan SDM yang profesional untuk
menangani SISDA
Ditjen SDA, Biro Kepeg dan Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG
prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, PJT II
P P P 3) Belum lengkapnya peralatan
(perangkat keras dan lunak) untuk
yang menunjang SISDA
Tersedianya peralatan yang memadai
untuk menunjang SISDA terpadu
Menginventarisasi kebutuhan dan
melaksanakan pengadaan peralatan untuk
menunjang SISDA terpadu
Mengoperasikan dan memelihara
peralatan yang menunjang SISDA
secara berkelanjutan
Mengoperasikan dan memelihara
peralatan yang menunjang SISDA secara
berkelanjutan
Menyediakan, mengoperasikan dan
memelihara peralatan yang memadai untuk
menunjang SISDA
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas
ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov.,
Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Belum adanya unit SISDA yang
mengintegrasikan data sumber daya
air yang berasal dari instansi-
instansi terkait
Terintegrasinya data SISDA secara
berkelanjutan
* Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang
mudah diakses secara berkelanjutan
* Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan
serta menyediakan data berbasis web
yang mudah diakses secara
berkelanjutan
* Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang
mudah diakses secara berkelanjutan
Mengintegrasikan data SISDA yang mudah
diakses secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BPSDA, Ditjen SDA, Bappeda prov., Dinas
ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov.,
Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok
Masyarakat
P P P P 5) Belum adanya pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis
dan komprehensif
Tersedianya pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Menyediakan pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Mengkaji ulang pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Mengkaji ulang pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Menerbitkan pedoman tentang pengelolaan
SISDA yang sistematis dan komprehensif
Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda
Prov., Dinas ESDM prov., BMKG Prov.,
Dipertan Prov., dan instansi lain sesuai
kebutuhan, Kelompok Masyarakat
P P P 6) Belum tersedianya dana yang
memadai untuk melaksanakan
SISDA terpadu
Terwujudnya komitmen penyediaan dana
untuk SISDA terpadu
Menyediakan dana SISDA terpadu untuk
operasional, perbaikan peralatan dan
peningkatan SDM
Menyediakan dana SISDA terpadu untuk
operasional, pemeliharaan dan
pengadaan peralatan serta
pengembangan SDM dan koordinasi
secara berkelanjutan
Menyediakan dana SISDA terpadu untuk
operasional, pemeliharaan dan pengadaan
peralatan serta pengembangan SDM dan
koordinasi secara berkelanjutan
Menyediakan dana SISDA terpadu yang
memadai
Bappenas, Ditjen SDA, BBWS, Bappeda prov.,
Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan
prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II,
Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman168
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
5.1 LEMBAGA
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Belum efektifnya pembagian peran
yang jelas antar unit pengelola
sumber daya air, al.: kewenangan
terhadap situ, anak sungai
Terbitnya peraturan, pedoman atau MOU
antar unit/ instansi tentang pembagian
perannya dalam pengelola sumber daya
air
Menyusun, membahas dan menyepakati
pembagian peran dan wewenang antar
institusi terkait bidang sumber daya air
dalam bentuk pedoman, atau MOU
kerjasama pengelolaan antar instansi
Memantau dan mengawasi penerapan
pedoman atau MOU tentang pembagian
peran dan kerjasama dalam pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Memantau dan mengawasi penerapan
pedoman atau MOU tentang pembagian
peran dan kerjasama dalam pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Menerbitkan pedoman atau MOU tentang
pembagian peran dan kerjasama antar
instansi dalam pengelolaan sumber daya
air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat,
Kelompok Masyarakat
P P P 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas
dan fungsi unit kerja yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya
air
Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi
unit kerja pengelolaan sumber daya air
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14
indikator) secara berkelanjutan
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14
indikator) secara berkelanjutan
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14
indikator) secara berkelanjutan
Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air secara
berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat
P P P 3) Belum memadai jumlah dan
kapasitas pegawai
Terpenuhinya jumlah pegawai dan
peningkatan kapasitasnya, sesuai dengan
kompetensinya
Menambah jumlah pegawai sesuai analis
beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)
Menambah jumlah pegawai sesuai analis
beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)
Menjaga kesesuaian antara jumlah yang
purna tugas dengan pengadaan pegawai
baru sesuai analisis beban kerja
Memenuhi kebutuhan jumlah dan kapasitas
pegawai sesuai analisis beban kerja
Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P Menempatkan pegawai sesuai dengan
kompetensinya (50%)
Menempatkan pegawai sesuai dengan
kompetensinya (50%), kumulatif 100%
Menjaga kesesusaian penempatan
pegawai sesuai kompetensinya
Memperbaiki pelaksanaan menejemen
kepegawaian
Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P 4) Belum diterapkannya manajemen
aset dalam penyusunan anggaran
rehabilitasi dan OP sumber daya air
Terbitnya pedoman manajemen aset
dalam pengelolaan sumber daya air
Menyusun dan menetapkan pedoman
menejemen aset dalam pengelolaan
sumber daya air
Melaksanakan monitoring dan
pengawasan dalam penerapan pedoman
menejemen aset pengelolaan sumber
daya air secara berkelanjutan
Melaksanakan monitoring dan
pengawasan dalam penerapan pedoman
menejemen aset pengelolaan sumber
daya air secara berkelanjutan
Menyusun, menetapkan dan menerapkan
pedoman manajemen asset dalam
pengelolaan sumber daya air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat
5.2 PENDANAAN P P P 1) Belum adanya komitmen setiap
instansi dalam pembiayaan
pengelolaan sumber daya air
terpadu
Terwujudnya keterpaduan dalam
penyusunan program dan anggaran
pengelolaan sumber daya air
Membangun komitmen diantara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber daya
air WS 6 Ci secara berkelanjutan
Membangun komitmen diantara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber
daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan
Membangun komitmen diantara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber daya
air WS 6 Ci secara berkelanjutan
Meningkatkan komunikasi dan koordinasi
dalam pengelolaan sumber daya air
terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6
Ci
Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci,
BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 2) Belum diterapkannya pungutan jasa
pengelolaan sumber daya air diluar
wilayah layanan PJT
Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air
Melakukan kajian dan penetapan pungutan
jasa pengelolaan sumber daya air
Menerapkan pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Menerapkan pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
Mengkaji, menetapkan dan menerapkan
pungutan jasa pengelolaan sumber daya
air
BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov,
kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU,
Kelompok Masyarakat
P P P Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber
daya air sebagai pemungut jasa
pengelolaan sumber daya air
Melakukan kajian, pembahasan dan
penetapan BLU Pengelolaan sumber daya
air
Mengoperasikan, memantau dan
mengawasi pelaksanaan BLU
Pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
Memantau dan mengawasi operasional
BLU Pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
Menetapkan BLU Pengelolaan sumber
daya air dan memantau operasionalnya
secara berkelanjutan
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov,
kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU,
Kelompok Masyarakat
5.3 PENGATURAN
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
AIR
P P P P 1) Belum maksimalnya pengawasan
pengambilan air tanah dalam
Terkendalinya pengambilan air tanah
dalam
Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur
pengambilan air tanah dalam, dan
membangun sumur pantau pada lokasi
yang rawan
Memantau, mengawasi dan melakukan
penindakan terhadap para pelanggar
penggunaan air tanah dalam secara
berkelanjutan (pengambilan tidak berijin,
atau melebihi volume ijin)
Memantau, mengawasi dan melakukan
penindakan terhadap para pelanggar
penggunaan air tanah dalam secara
berkelanjutan (pengambilan tidak berijin,
atau melebihi volume ijin)
Melaksanakan inventarisasi, dan
memantau pengambilan air tanah dalam
sesuai ijin yang telah diberikan
BPLHD Prov/Kab/Kota, Dinas ESDM Prov.,
Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota,
BBWS, Satpol PP, Polri, Kelompok
Masyarakat
P P P P 2) Kurangnya kesadaran
masyarakat/swasta tentang bahaya
pengambilan air tanah dalam secara
berlebihan
Meningkatnya kesadaran masyarakat/
swasta dalam pengambilan air tanah
dalam
Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air
tanah dalam yang melampaui batas aman,
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan
penyadaran publik tentang bahaya
pengambilan air tanah dalam yang
melampaui batas aman, secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air
tanah dalam yang melampaui batas aman,
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang pengambilan air tanah
dalam
BPLHD Prov/Kab/Kota, Dinas ESDM Prov.,
Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 3) Belum adanya pendelegasian
perijinan penggunaan dan
pengusahaan air permukaan dari
Menteri PU ke Gubernur Prov.
Banten
Terbitnya dokumen pendelegasian
perijinan penggunaan dan pengusahaan
air permukaan
Menyusun dan menerbitkan dokumen
pendelegasian perijinan penggunaan dan
pengusahaan air permukaan
Melaksanakan pengaturan perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan
Melaksanakan pengaturan perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan
Melaksanakan pendelegasian perizinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan dari Men. PU kapada Gub.
Banten
Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov.,
BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P 4) Belum adanya kebijakan yang jelas
mengenai kesepakatan transfer air
antar wilayah (S. Ciujung/
S.Cidurian ke Jakarta)
Terwujudnya kebijakan yang jelas
mengenai transfer air antar wilayah
provinsi
Menetapkan kebijakan tentang transfer air
antar wilayah
Memantau dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan tentang transfer air antar
wilayah secara berkelanjutan
Memantau dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan tentang transfer air antar
wilayah secara berkelanjutan
Menetapkan kebijakan tentang transfer air
antar wilayah provinsi
Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA
WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta,
Kelompok Masyarakat
5.4 P P P P 1) Belum optimalnya kinerja Komisi
Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota
Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupate/Kota yang aktif
Membentuk dan Mengaktifkan Komisi
Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota
Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupaten/Kota
Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupaten/Kota
Membentuk, mengaktifkan dan
memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupate/Kota yang aktif
Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian
Prov./Kab./Kota dan BBWS, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Belum aktifnya Dewan Sumber
Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci
Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya
Air Provinsi di wilayah 2Ci
Mengaktifkan Dewan sumber daya air
Provinsi di wilayah 2Ci secara
berkelanjutan
Mengoptimalkan Dewan sumber daya air
Provinsi di wilayah 2Ci secara
berkelanjutan
Mengoptimalkan Dewan sumber daya air
Provinsi di wilayah 2Ci secara
berkelanjutan
Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber
Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci
Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek.
Dewan SDA Prov., Kelompok Masyarakat
P P P 3) Belum terbentuknya Dewan sumber
daya air Kabupaten/Kota
Terbentuknya Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan
Membentuk dan Mengaktifkan Dewan
sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai
kebutuhan
Mengaktifkan Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan
secara berkelanjutan
Mengaktifkan Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara
berkelanjutan
Membentuk dan Mengaktifkan Dewan
sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai
kebutuhan
Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota,
Sek. Dewan SDA Kab./Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat
TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci
dan 1 Ci)
Optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber
daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci)
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya
air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara
berkelanjutan
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber
daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara
berkelanjutan
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber
daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara
berkelanjutan
Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya
air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci)
BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci,
Dinas PU DKI, Kelompok Masyarakat
P P P 5) Belum maksimalnya forum
komunikasi DAS di wilayah 2Ci
Peningkatan kinerja forum komunikasi
DAS
Membentuk forum komunikasi DAS dan
mengaktifkan forum
Mengaktifkan forum komunikasi DAS
secara berkelanjutan
Mengaktifkan forum komunikasi DAS
secara berkelanjutan dalam rangka
menjaga kelestarian fungsi konservasi
Membentuk dan mengaktifkan forum DAS BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota,
Bappeda, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan Irigasi
DI Ciujung, DI Cidurian
Meningkatnya Koordinasi antar Instansi
terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI
Cidurian
Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait DI Ciujung, DI Cidurian
Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait DI Ciujung, DI Cidurian
Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait DI Ciujung, DI Cidurian
Meningkatkan Koordinasi antar Instansi
terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI
Cidurian
BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian
Kabupaten, Kelompok Masyarakat
P P P 7) Belum optimalnya koordinasi
penanggulangan bencana
Optimalnya koordinasi dalam
penanggulangan bencana banjir
penanggulangan bencana, dan pemulihan
prasarana yang rusak oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
Melaksanakan kerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan banjir
Melaksanakan kerja sama dan
koordinasi dalam penanggulangan banjir
Melaksanakan kerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan banjir
Meningkatkanerja sama dan koordinasi
dalam penanggulangan banjir
Bappeda prov, Dinas PU DKI, BBWS, BPPD,
Kecamatan, Keluraha, Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i
FORUM
KOORDINASI
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA
AIR
iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman169
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
5.5 P P P P 1) Lemahnya pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat dlm
pengelelolaan sumber daya air
Meningkatnya kesadaran dan kemampuan
masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya air
* Melaksanakan sosialisasi, penyadaran
masyarakat dalam Pengelolan sumber
daya air secara berkelanjutan,
Menambahkan pendidikan Pengelolaan
sumber daya air dalam muatan lokal
tingkat PAUD,SD,SMP,SMU
* Melaksanakan penyadaran masyarakat
dalam Pengelolan sumber daya air
secara berkelanjutan. Menambahkan
pendidikan Pengelolaan sumber daya air
dalam muatan lokal tingkat
PAUD,SD,SMP,SMU
* Melaksanakan penyadaran masyarakat
dalam Pengelolan sumber daya air secara
berkelanjutan. Menambahkan pendidikan
Pengelolaan sumber daya air dalam
muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU
Melaksanakan pembinaan masyarakat,
sehingga meningkatkan kesadaran dalam
pengelolan sumber daya air
TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas
PU/SDA, pemuka agama, tokoh masyarakat ,
Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam irigasi partisipatif, termasuk
pemeliharaan dan peningkatan jaringan
irigasi tersier (30% area)
Melaksanakan pemberdayaan petani/
P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk
pemeliharaan dan peningkatan jaringan
irigasi tersier (20% area, total menjadi
50%)
Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A
dalam irigasi partisipatif, termasuk
pemeliharaan dan peningkatan jaringan
irigasi tersier (50% area, total menjadi
100%)
Meningkatkan pembinaan kesadaran dan
kemampuan petani/ P3A dalam
pengelolaan jaringan irigasi tersier
Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA
kab/kota, BBWS, P3A/GP3A/IP3A, kelompok
tani, Kelompok Masyarakat
P P P Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu,
sekitar hutan dan sekitar sumber air,
sehingga aktif berperan ikut menjaga
kelestarian hutan dan sumber air secara
berkelanjutan
Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu,
sekitar hutan dan sekitar sumber air,
sehingga aktif berperan ikut menjaga
kelestarian hutan dan sumber air secara
berkelanjutan
Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu,
sekitar hutan dan sekitar sumber air,
sehingga aktif berperan ikut menjaga
kelestarian hutan dan sumber air secara
berkelanjutan
Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi
masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan
sekitar sumber air, melalui pembinaan dan
pendampingan
Bapedda, Dinas Sosial, Dinas TanHutBun
Kab../Kota, Kelompok Masyarakat, Kelompok
Masyarakat, Swasta
P P P Terwujudnya insentif kepada kelompok
masyarakat telah mulai menyelenggarakan
kegiatan secara swadaya
Memberikan bantuan pemberdayaan dan
percontohan dengan diutamakan kepada
kelompok masyarakat yang telah merintis
kegiatan pengelolaab sumber daya air
secara swadaya
Memberikan bantuan pemberdayaan dan
percontohan dengan diutamakan kepada
kelompok masyarakat yang telah
merintis kegiatan pengelolaab sumber
daya air secara swadaya
Memberikan bantuan pemberdayaan dan
percontohan dengan diutamakan kepada
kelompok masyarakat yang telah merintis
kegiatan pengelolaab sumber daya air
secara swadaya
P P P 2) Lunturnya budaya/tradisi
masyarakat setempat dalam
menjaga kelestarian kawasan hutan,
lingkungan dan sumber daya air
*Terlindungnya/terjaganya budaya/tradisi
masyarakat dalam menjaga kelestarian
kawasan hutan, lingkungan dan sumber
daya air
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan,
dan sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan,
dan sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan,
dan sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan,
dan sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
Dinas Sosial, Kehutanan, Pertanian, BPLHD
Kab/Kota, Prov., Dinas Pu/SDA, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P 3) Belum maksimalnya pembinaan
masyarakat dalam melaksanakan
hemat air
Meningkatnya kesadaran petani dalam
pelaksanaan hemat air irigasi
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air irigasi (50% area)
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air irigasi (75% area)
Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air irigasi (100% area)
Meningkatkan pmbinaan petani utk hemat
air irigasi.
Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS,
IP3A/GP3A/P3A, petani, Kelompok Masyarakat
P P P Terlaksananya pembinaan petani
berhemat air irigasi dengan sistem SRI
Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air
irigasi, dengan demplot sistem SRI
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan
hemat air melalui demplot
Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA
kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani,
Kelompok Masyarakat
P P P Membina petani melaksanakan sistem SRI
(5% area)
Membina petani melaksanakan sistem
SRI (5% area), kumulatif (10%)
Membina petani melaksanakan sistem SRI
(10% area), kumulatif (20%)
P P P P Meningkatnya kesadaran masyarakat
dalam hemat air untuk kebutuhan
perkotaan
Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air
untuk kebutuhan perkotaan dan rumah
tangga secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok masyarakat
perkotaan
P P Terlaksananya penerapan hemat air
industri melalui Reduce-Reuse-Recycle
Melaksanakan sosialisasi hemat air
industri melalui 3R
Menerapkan hemat air industri melalui
3R secara berkelanjutan
Menerapkan hemat air industri melalui 3R
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan
hemat air industri melalui Reduce-Reuse-
Recycle
Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas
PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat
Industri, Kelompok Masyarakat
P P Terlaksananya pengembangan dan
Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan
desalinisasi air laut untuk industri
* Mendorong kelompok industri mengolah
air kotor dan air laut menjadi air
bersih/tawar secara berkelanjutan
* Mendorong kelompok industri mengolah
air kotor dan air laut menjadi air
bersih/tawar secara berkelanjutan
* Mendorong kelompok industri mengolah
air kotor dan air laut menjadi air
bersih/tawar secara berkelanjutan
* Mengembangkan dan menerapkan
teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air
laut menjadi air bersih/tawar untuk industri
Dinas Perindustrian prov., PDAM, Dinas
PU/SDA prov., BPLHD/BLHD, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang manajemen banjir
Meningkatnya kesiapan masyarakat
menghadapi banjir
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P 5) Kurangnya peran masyarakat dlm
pengelolaan sampah
Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm
pengelolaan sampah (di saluran, sungai)
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai) secara berkelanjutan
Melaksanakan pemberdayaan
masyarakat dlm pengelolaan sampah (di
saluran, sungai) secara berkelanjutan
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai) secara berkelanjutan
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai)
Dinas Kebersihan Prov./Kab/Kota, Dinas
PU/SDA Prov./Kab/ Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P 6) Terlaksananya peningkatan
pengembangan dan penerapan Dana CSR
untuk konservasi sumber daya air dan
lingkungan
Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan secara
berkelanjutan
Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan secara
berkelanjutan
Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan secara
berkelanjutan
Meningkatkan peran swasta dalam
konservasi sumber daya air dan
lingkungan melalui dana CSR
Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat,
Kadinda
P P P Terlaksananya peningkatan
pemberdayaan masyarakat tentang
kebersihan lingkungan, termasuk MCK
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air
secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
Melaksanakan pemberdayaan
masyarakat tentang sanitasi lingkungan
sumber air secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air
secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
Meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dan
penggunaan MCK
Dinas CK, Dinas PerKim Prov/Kab/Kota,
BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta
Masih terbatasnya penggunaan
dana Corporate Social
Responsibility (CSR), Payment
Enviroment Service (PES), untuk
konservasi sumber daya air dan
lingkungan
PEMBERDAYAAN
DAN
PENINGKATAN
PERAN
MASYARAKAT
DAN SWASTA
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman170
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
P P 7) Belum berkembangnya kerja sama
pengelolaan jasa lingkungan
Terlaksananya kerjasama pengelolaan
jasa lingkungan
Melaksanakan kajian (2011-
2012),menyusun dokumen kerjasama dan
melaksanakan uji coba (2013-2015)
Melaksanakan kajian (2011-
2012),menyusun dokumen kerjasama
dan melaksanakan uji coba (2013-2015)
Melaksanakan kerjasama Jasa
lingkungan
Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan)
BBWS,BPLHD Prov/kab/kota, Sektor Swasta,
Kelompok Masyarakat
P P P 8) Belum optimalnya kerjasama
hulu_hilir dalam pelaksanaan
Konservasi DAS
Terlaksananya konservasi DAS dengan
prinsip hubungan hulu-hilir
Menyiapkan MOU and melaksanakan uji
coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir
pada DAS Ciliwung
Melaksanakan dan memantau
kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS
Ciliwung
Melaksanakan dan memantau
kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS
Ciliwung dan mengembangkan ke DAS
lain
Melaksanakan dan memantau
kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS
Ciliwung dan DAS lainnya (dalam bentuk
bantuan dana dan lain-lain)
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan
Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat, PPNS, Polri, Satpol PP,
Kelompok Masyarakat
9) Belum optimalnya peran serta
perempuan dalam pengelolaan
Sumber Daya Air
*Optmalnya peran serta perempuan dalam
pengelolaan Sumber Daya Air termasuk
dalam kegiatan konservasi,
pendayagunaan dan daya rusak air,
penyebarluasan informasi dan keterlibatan
dalam organisasi kemasyarakatan.
* Membentuk kelompok gerakan peduli air ,
peduli sampah. Melaksanakan pembinaan,
bimbingan dan peningkatan peran serta
perempuan dalam pengelolaan sumber
daya air secara berkelanjutan
* Membentuk kelompok gerakan peduli air
, peduli sampah. Melaksanakan
pembinaan, bimbingan dan peningkatan
peran serta perempuan dalam
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
* Membentuk kelompok gerakan peduli air ,
peduli sampah. Melaksanakan pembinaan,
bimbingan dan peningkatan peran serta
perempuan dalam pengelolaan sumber
daya air secara berkelanjutan
* Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan
peningkatan peran serta perempuan dalam
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
Dinas Sosial Prop/Kab/Kota, Badan
Pemberdayaan Masyarakat Prov/Kab/Kota,
Bappeda Prop/Kab/Kota, Dinas Pertanian
Prop/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman171
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
PENATAAN RUANG
1 2 3 4
A B C D
P P P 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan
rencana peruntukan
Terlaksananya :
Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan
penataan ruang (2011-2013)
___ ___ Mensosialisasikan, memantau, mengawasi
dan melakukan penindakan terhadap
pelanggaran peraturan Per-UU-an tentang
penataan ruang
Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA
Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan
PP 26 Thn 2008, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan ruang
secara berkelanjutan (2014-2015)
Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan
ruang secara berkelanjutan
Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan ruang
secara berkelanjutan
Menetapkan zonasi sumber air termasuk
kawasan resapan, tangkapan air, sumber
air kedalam RTRW Prov/Kab/Kota
Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA
Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P PERPRES 54/08,Tentang Penataan
Ruang JABODETABEKPUNJUR
Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan (2014-2015)
Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan
Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan
Menetapkan zonasi sumber air termasuk
kawasan resapan, tangkapan air, sumber
air kedalam RTRW Prov/Kab/Kota
Dinas Tata Ruang dan Tata Kota prov.,
Bappeda prov , Dinas PU/SDA prov, kab/kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P Perda Jabar No. 22/2010 tentang RTRW
Prov. Jawa Barat
Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
RTRW
Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menerapkan sanksi pelanggaran Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Terjadinya alih fungsi lahan
pertanian tanaman pangan (sawah)
Terlaksananya UU 41/2009 ttg Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan PP 1
tahun 2011
Menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan dalam RTRW untuk
mendapatkan perlindungan khusus sesuai
peraturan berkelanjutan (2011-2013)
Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
secara berkelanjutan
Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
secara berkelanjutan
Menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan dalam RTRW untuk
mendapatkan perlindungan khusus sesuai
peraturan
Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P Mensosialisasikan kawasan pertanian
pangan berkelanjutan (2011-2013)
Menerapkan sanksi terhadap
pelanggaran pelaksanaan alih fungsi
lahan secara berkelanjutan
Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran
pelaksanaan alih fungsi lahan secara
berkelanjutan
Mensosialisasikan, memonitor, mengawasi
dan melakukan penindakan terhadap
pelanggaran alih fungsi lahan pertanian
tanaman pangan
Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
secara berkelanjutan (2014-2015) melalui
ijin lokasi dan IMB
Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas Tata Ruang,
Kelompok Masyarakat
P P Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran
pelaksanaan alih fungsi lahan secara
berkelanjutan (2014-2015)
Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, Polda/Polres, BBWS,
Kelompok Masyarakat
Kebijakan operasional
STRATEGI
Jangka Menengah (2011-2020)
i No. Aspek/Sub Aspek
Jangka Pendek (2011-2015)
ii + i iii + ii + i
Jangka Panjang (2011-2030)
Lembaga/Instansi/Kelompok
Masyakat/Swasta Terkait
Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman172
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.1 PERLINDUNGAN
DAN
PELESTARIAN
SUMBER DAYA AIR
P P P P 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan
hutan dan non hutan pada lahan sangat
kritis (26.437 ha) dan kritis (115.988 ha)
pada DAS di wilayah Citarum
* Terlaksananya konservasi lahan
sangat Kritis dan kritis pada DAS di
wilayah Citarum
* Mensosialisasikan kepada masyarakat
tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013,
melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
sangat kritis 40% dan lahan kritis 15% area
(2014-2015)
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
sangat kritis 60% area, kumulatif menjadi
100%, dan lahan kritis 35% area, kumulatif
menjadi 50%.
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
kritis 50% area, kumulatif menjadi 100%,
serta memantau dan mempertahankan
kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi
* Melaksanakan RTkRHL di kawasan
prioritas pada hulu DAS dan hulu waduk/
rencana waduk
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
(TanHutBun) di luar Kawasan Hutan,
PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS,
Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan
Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan
Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung
dan Produksi), PT. Bakt
P P P 2) Terancamnya lahan agak kritis pada
kawasan hutan dan non hutan pada DAS
di wilayah Citarum (273.880 ha)
* Terlaksananya konservasi lahan agak
kritis pada DAS di wilayah Citarum
* Mensosialisasikan upaya konservasi dan
perlindungan lahan agak kritis pada DAS di
wilayah Citarum, dan melaksanakan
RTkRHL 20% area
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
agak kritis 50% area, kumulatif menjadi
70%
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
agak kritis 30% area, kumulatif menjadi
100%, serta memantau dan mempertahankan
kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi
* Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan
agak kritis pada DAS di wilayah Citarum
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
(TanHutBun) di luar Kawasan Hutan,
PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS,
Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan
Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan
Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung
dan Produksi), PT. Bakt
P P 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada
kawasan hutan dan non hutan pada DAS
di wilayah Citarum (468.255 ha)
* Terlaksananya konservasi lahan
potensial kritis pada DAS di wilayah
Citarum
* Mensosialisasikan upaya konservasi dan
perlindungan lahan potensial kritis pada
DAS di wilayah Citarum dan melaksanakan
RTkRHL 25% area
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
potensial kritis 40% area, kumulatif menjadi
65%
* Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan
potensial kritis 35% area, kumulatif menjadi
100%, serta memantau dan mempertahankan
kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi
* Menyadarkan masyarakat untuk
melindungi dan memperbaiki lahan
potensial kritis
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan
Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat
P P P P 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan
dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan
hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah
Citarum
* Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di
dalam dan di luar kawasan hutan pada
DAS hulu dan tengah wilayah Citarum
* Melakukan evaluasi dan sinkronisasi
terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA,
serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di
wilayah Citarum (25%)
* Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi
terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA,
serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA
di wilayah Citarum (25%), kumulatif (50 %)
* Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi
terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA,
serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di
wilayah Citarum (50%), kumulatif (100%)
* Melaksanakan sinkronisasi Gerhan dan
GNKPA di wilayah Citarum
Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait,
BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov.
Kelompok Masyarakat
P P P 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan
tebing sungai di sungai-sungai utama pada
wilayah Citarum
* Terwujudnya perlindungan yang
optimal pada alur dan tebing sungai di
sungai-sungai utama pada wilayah
Citarum
* Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan
melaksanakan (2014-2015 = 10%)
perlindungan alur dan tebing sungai di
sungai-sungai utama pada wilayah Citarum
* Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif
= 35%) perlindungan alur dan tebing sungai
di sungai-sungai utama pada wilayah
Citarum
* Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif =
100%) perlindungan alur dan tebing sungai di
sungai-sungai utama pada wilayah Citarum
* Melaksanakan perlindungan alur dan
tebing sungai yang optimal
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
* Melakukan inventarisasi untuk cagar alam
dan budaya melalui pembuatan
perlindungan alam , membangun
laborotarium geologi (geo park) di lokasi-
lokasi sungai Citarum
* Membangun laborotarium geologi (geo
park) di lokasi-lokasi sungai Citarum dan
melakukan operasi dan pemeliharaan
laboratorium yang terbangun secara
berkelanjutan
* Membangun laborotarium geologi (geo park)
di lokasi-lokasi sungai Citarum dan
melakukan operasi dan pemeliharaan
laboratorium yang terbangun secara
berkelanjutan
* Melaksanakan inventarisasi untuk cagar
alam dan budaya melalui pembuatan
perlindungan alam , membangun
laborotarium geologi (geo park) di lokasi-
lokasi sungai Citarum
Dinas ESDM, BPLHD, Bappeda, BBWS dan
Dinas PU/PSDA, Kelompok Masyarakat
P P P 6) Budi daya pertanian yang tidak sesuai
dengan kaidah konservasi yang
menyebabkan banyaknya lahan kritis
* Terlaksananya PerMenTan No.
47/PerMenTan/OT.140/10/2006
tentang Pedoman Umum Budi daya
Pertanian pada lahan Pegunungan
* Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No.
47/PerMenTan/OT.140/10/2006,
melaksanakan pelatihan bagi Good
Agriculture Practice (GAP), melaksanakan
gerakan budidaya sayuran/buah berbasis
GAP melalui pendekatan sekolah lapang,
dan menerapkan PerMenTan No. 48/Per
* Menerapkan PerMenTan No.
48/PerMenTan/OT.140/10/2009 tahap II
(40% area), kumulatif (50% area),
memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
* Menerapkan PerMenTan No.
48/PerMenTan/OT.140/10/2009 tahap III
(50% area), kumulatif (100% area),
memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya.
* Menyelenggarakan budidaya pertanian
yang sesuai dengan kaidah konservasi
berpedoman kepada PerMenTan No.
48/PerMenTan/OT.140/10/2009
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, Dinas Pertanian Prov., PT.
BUMN-HL, Kelompok Masyarakat
P P * Terlaksananaya penanaman kawasan
non hutan yang berlereng dengan
tanaman jangka panjang bernilai
ekonomi tinggi (contoh tanaman kopi)
* Melaksanakan percontohan, pendampingan
dan bimbingan kepada masyarakat tani di
kawasan non hutan yang berlereng untuk
menanam tananam jangka panjang, disertai
pemberdayaan melalui penanaman sistim
tumpang sari secara berkelanjutan (target
15% area)
* Melaksanakan bimbingan kepada
masyarakat tani di kawasan non hutan yang
berlereng untuk menanam tananam jangka
panjang, disertai pemberdayaan melalui
penanaman sistim tumpang sari secara
berkelanjutan (target 25% area, kumulatif
40%)
* Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat
tani di kawasan non hutan yang berlereng
untuk menanam tananam jangka panjang,
disertai pemberdayaan melalui penanaman
sistim tumpang sari secara berkelanjutan
(target 60% area, kumulatif 100%)
* Melaksanakan percontohan,
pendampingan dan bimbingan kepada
masyarakat tani di kawasan non hutan
yang berlereng untuk menanam tananam
jangka panjang, disertai pemberdayaan
melalui penanaman sistim tumpang sari
secara berkelanjutan
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
(TanHutBun) serta kelompok masyarakat
P 7) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
* Tercapainya standar luas Ruang
Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan
peraturan
* Menyusun sistem pemberian insentif bagi
pengembang yang menambah dan
disinsentif bagi pengembang yang
mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda
(2011-2013). Menerapkan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaannya (2014-2015)
* Menerapkan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan sistem pemberian
Insentif/disinseftif secara berkelanjutan
* Menerapkan, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan sistem pemberian
Insentif/disinseftif secara berkelanjutan
* Menambah luas RTH sehingga tercapai
standar sesuai peraturan (30% luas)
Dinas PU Prov, Bappeda, Dinas Kimrum,
DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat
P P P 8) Masih adanya Kawasan pemukiman baru
yang belum memenuhi daya dukung
lingkungan
* Terwujudnya kawasan pemukiman
baru yang memenuhi daya dukung
lingkungan
* Menyusun Perda tentang pembangunan
kawasan pemukiman baru yang mengikuti
kaidah konservasi
* Menerapkan dan memantau pembangunan
kawasan pemukiman baru yang mengikuti
kaidah konservasi
* Menerapkan dan memantau pembangunan
kawasan pemukiman baru yang mengikuti
kaidah konservasi
* Menyusun dan menerapkan Perda tentang
pembangunan kawasan pemukiman baru
yang mengikuti kaidah konservasi
Dinas Kimrum, Dinas PU Prov, Bappeda,
DPRD, BPN, Developer, Kelompok
Masyarakat
P P P 9) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi
pemukiman atau tempat usaha
* Terlindunginya situ secara
berkelanjutan
* Menyusun Perda tentang perlindungan dan
fungsi situ serta mensosialisasikannya
* Menerapkan Perda tentang perlindungan
dan fungsi situ
* Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi
pelanggar Perda tentang perlindungan dan
fungsi situ
* Menyusun Perda, mensosialisasikan,
menegakkan dan menindak bagi
pelanggar Perda tentang perlindungan dan
fungsi situ
Dinas PU Pov., BBWS, DPRD, BPN, Satpol
PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat
P P P 10) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai * Terlindunginya kawasan muara dan
pantai
* Menyusun perencanaan bangunan
pengamanan muara dan erosi pantai, dan
melaksanakan pembangunan pengamanan
muara dan erosi pantai (100%)
* Melaksanakan pembangunan pengamanan
muara dan erosi pantai (30%), kumulatif
40%
* Melaksanakan pembangunan pengamanan
muara dan erosi pantai (60%), kumulatif
(100%)
* Melindungi muara dan pantai dengan
struktur
Dinas PU/SDA Kab/Kota dan Prov, BBWS,
Kelompok Masyarakat
i ii + i iii + ii + i Sasaran/Target yang diinginkan No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis
Jangka Pendek (2011-2015)

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman173
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
P P P P 11) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai
karena penambangan pasir dan kerikil
* Terlindungnya dasar dan alur sungai
terhadap kerusakan akibat
penambangan pasir dan krikil
* Meninventarisasi lokasi penambangan,
memberikan arahan lokasi yang sesuai,
mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah
dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan
secara berkelanjutan disertai penegakan
hukum.
* Memantau, menerapkan dan melaksanakan
penegakan hukum terhadap pelanggaran
penambangan pasir dan krikil secara
berkelanjutan
* Memantau, menerapkan dan melaksanakan
penegakan hukum terhadap pelanggaran
penambangan pasir dan krikil secara
berkelanjutan
* Memberikan arahan lokasi yang sesuai
untuk penambangan pasir dan krikil,
mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah
dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan
secara berkelanjutan disertai pemantauan
dan penegakan hukum.
Dinas ESDM/Pertambangan, BPLHD, Dinas
PU/PSDA Prov./Kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P 12) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di
hulu antara milik PERUM PERHUTANI,
PTPN dan Masyarakat
* Terciptanya batas pemilikan lahan
yang jelas di hulu antara milik PERUM
PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat
* Menginventarisir pemilikan lahan Perum
Perhutani, PTPN dan masyarakat,
melakukan pemetaan detail dan
pemasangan tanda batas yang jelas antara
lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan
masyarakat
* Pengawasan terhadap penggunaan lahan
sesuai dengan batas yang telah ditetapkan
secara berkelanjutan
* Pengawasan terhadap penggunaan lahan
sesuai dengan batas yang telah ditetapkan
secara berkelanjutan
* Melakukan pemetaan detail dan
pemasangan tanda batas yang jelas
antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN
dan masyarakat serta pengawasan
terhadap penggunaan lahan sesuai
dengan batas yang telah ditetapkan
secara berkelanjutan
Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan
Nasional, Perum Perhutani, PTPN, Kelompok
Masyarakat
P P P P 13) Kurang terkendalinya penggunaan lahan
bekas sudetan sungai
* Terlindunginya lahan bekas sudetan
sungai Citarum dan anak-anak
sungainya
* Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan
sungai Citarum dan anak-anak sungainya
sebagai bagian dari daerah milik sungai
melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan
pemantauan secara berkelanjutan
* Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan
sungai Citarum dan anak-anak sungainya
sebagai bagian dari daerah milik sungai
melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan
pemantauan secara berkelanjutan
* Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan
sungai Citarum dan anak-anak sungainya
sebagai bagian dari daerah milik sungai
melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan
pemantauan secara berkelanjutan
* Mengembalikan fungsi lahan bekas
sudetan sungai Citarum dan anak-anak
sungainya sebagai bagian dari daerah
milik sungai
BBWS, Dinas PU/PSDA Prop./Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman174
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.2 PENGAWETAN AIR P P 1) Belum optimalnya pembangunan
tampungan air (masih banyak air terbuang
pada musim hujan)
* Bertambahnya waduk, situ dan kolam
retensi
* Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan
* Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan
* Membangun waduk, situ dan kolam retensi
sesuai kebutuhan
* Membangun waduk, situ dan kolam
retensi sesuai kebutuhan jangka panjang
BBWS, Dinas PU/PSDA Prov., Balai PSDA
P P P 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam
yang melampaui batas dan pemantauan
yang lemah, pada CAT Bandung-Soreang,
Batujajar, Subang dan Bekasi Karawang
sehingga terjadi penurunan muka air
tanah, penurunan tanah dan/atau instrusi
air laut
* Terlaksananya pengendalian
pengambilan air tanah
* Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah baik
yang mempunyai ijin maupun yang tidak
mempunyai ijin, disertai penyediaan
kebutuhan air permukaan secara
berkelanjutan
* Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah baik
yang mempunyai ijin maupun yang tidak
mempunyai ijin, disertai penyediaan
kebutuhan air permukaan secara
berkelanjutan
* Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah baik yang
mempunyai ijin maupun yang tidak
mempunyai ijin, disertai penyediaan
kebutuhan air permukaan secara
berkelanjutan
* Melaksanakan pengendalian dan
pemantauan pengambilan air tanah
(menyediakan kebutuhan air permukaan
secara berkelanjutan)
BPLHD, PDAM, Badan Regulator, Bappeda,
Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P 3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air
oleh berbagai kepentingan
* Tercapainya effisiensi pemakaian air
irigasi
* Mensosialisasikan dan menerapkan
effisiensi pemakaian air di setiap DI dan
melaksanakan metode SRI
* Melaksanakan effisiensi pemakaian air di
setiap DI dan melaksanakan metode SRI
secara berkelanjutan
* Melaksanakan effisiensi pemakaian air di
setiap DI dan melaksanakan metode SRI
secara berkelanjutan
* Melaksanakan effisiensi pemakaian air di
setiap DI dan melaksanakan metode SRI
secara berkelanjutan
Dinas TanHutBun, PU/PSDA kab/kota,
BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P * Tercapainya efisiensi pemakaian air
rumah tangga dan industri
* Mensosialisasikan dan menerapkan
effisiensi pemakaian air rumah tangga dan
industri
* Melaksanakan effisiensi pemakaian air
rumah tangga dan industri secara
berkelanjutan
* Melaksanakan effisiensi pemakaian air
rumah tangga dan industri secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi dan
menerapkan effisiensi pemakaian air
rumah tangga dan industri
Dinas Perindustrian, PDAM, Dinas PU/PSDA
prov., kab/kota, BBWS, Balai PSDA,
Kelompok Masyarakat
P P * Berkurangnya kebocoran distribusi air
minum
* Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan, mengawasi
dan menindak terhadap pencurian air serta
menerapkan hemat air
* Mengganti pipa-pipa distribusi air minum
yang lama, mensosialisasikan, mengawasi
dan menindak terhadap pencurian air serta
menerapkan hemat air
* Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang
lama, mensosialisasikan, mengawasi dan
menindak terhadap pencurian air serta
menerapkan hemat air
* Melaksanakan efisiensi dan hemat air
keperluan rumah tangga dan industri
PDAM, Badan Regulator, Dinas PU/PSDA
Prov., Dinas PSDA kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Berkurangnya daerah resapan di bagian
hulu dan tengah wilayah Citarum
* Terlindunginya dan meningkatnya luas
daerah resapan di bagian hulu dan
tengah wilatyah Citarum
* Melindungi dan mempertahankan luas
daerah resapan di bagian hulu dan tengah
wilayah Citarum secara berkelanjutan
melalui pengendalian IMB
* Melindungi dan mempertahankan luas
daerah resapan di bagian hulu dan tengah
wilayah Citarum secara berkelanjutan
melalui pengendalian IMB
* Melindungi dan meningkatkan luas daerah
resapan di bagian hulu dan tengah wilayah
Citarum secara berkelanjutan melalui
pengendalian IMB
* Melindungi dan meningkatkan daerah
resapan
Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait,
BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov.,
Kelompok Masyarakat
P P P 5) Meluasnya perambahan daerah retensi
dan bantaran sungai untuk hunian dan
usaha selain pertanian
* Terlindunginya daerah retensi dan
bantaran sungai terhadap perambahan
oleh masyarakat
* Mengurangi laju perambahan daerah retensi
dan bantaran sungai (menjadi 70% nya)
* Mengurangi laju perambahan daerah
retensi dan bantaran sungai kumulatif
menjadi 40%
* Mengurangi laju perambahan daerah retensi
dan bantaran sungai kumulatif menjadi 0%
* Mengendalikan perambahan daerah
retensi dan bantaran sungai
Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota
Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk.
Prov., Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Kurang teridentifikasinya potensi daerah
retensi
* Teridentifikasinya potensi daerah
retensi di wilayah Citarum
* Mengidentifikasi potensi daerah retensi di
wilayah Citarum (2011-2013) dan membuat
perencanaan daerah retensi (2014-2015)
* Melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahan daerah retensi dan pembangunan
daerah retensi di wilayah Citarum (30%
area)
* Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan
dan pembangunan daerah retensi di wilayah
Citarum (70% area), kumulatif menjadi 100%
* Mengidentifikasi potensi, merencanakan,
melaksanakan konsolidasi kepemilikan
lahannya, dan membuat daerah/kolam
retensi
Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota
Terkait, BBWS, BPN, Dinas/Badan Terkait di
Tk. Prov., Kelompok Masyarakat
P P P P 7) Belum memasyarakatnya pembuatan
sumur resapan dan biopori oleh seluruh
masyarakat
* Terlaksananya pembuatan sumur
resapan dan biopori oleh seluruh
masyarakat
* Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur
resapan dan biopori kepada masyarakat
(2011-2013) dan melaksanakan pembuatan
biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20%
area
* Melaksanakan pembuatan sumur resapan
dan biopori kepada masyarakat (2016-
2020) = 30% area, kumulatif 50% area
* Melaksanakan pembuatan sumur resapan
dan biopori kepada masyarakat (2021-2030)
= 50 % area, kumulatif 100% area
* Meningkatkan jumlah air yang meresap
dan menurunkan angka pengaliran
Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA ,
BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait,
BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov.
Kelompok Masyarakat
P P P P 8) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah
Citarum
* Terlindunginya mata air di wilayah
Citarum secara berkelanjutan
* Mensosialisasikan peraturan tentang
sempadan sumber air. Menetapkan dan
mematok sempadan sumber air di sekitar
mata air (jumlah 50%)
* Menetapkan dan mematok sempadan
sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%),
kumulatif (100%)
* Mengawasi dan memelihara sempadan
sumber air di sekitar mata air
* Melindungi keberadaan lingkungan
sumber air dengan memasang patok
batas sempadan yang jelas
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P * Melaksanakan inventarisasi kerusakan
mata air.
Merehabilitasi dan OP mata air (25%)
* Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air
(25%), kumulatif (50%)
* Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air
(50%), kumulatif (100%)
* Melakukan perbaikan dan pemeliharaan
mata air secara berkelanjutan
BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota dan kelompok masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman175
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
1.3 P P P P 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan
dengan standar baku/ kelas peruntukan
sungai (tercemar ringan sampai sedang)
* Peningkatan kualitas air sungai, situ
dan waduk (min. Kelas II PP no
82/2001)
* Melaksanakan program kali bersih
(Prokasih) secara terpadu , Program
Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper) dan
Surat Pernyataan Kali Bersih (Super Kasih)
* Melakukan pemantauan, evaluasi
melaksanakan penegakan hukum terhadap
pelanggar yang melakukan pencemaran
* Melakukan pemantauan, evaluasi
melaksanakan penegakan hukum terhadap
pelanggar yang melakukan pencemaran
* Meningkatkan kualitas air sungai sesuai
atau lebih baik dari standar baku mutu
Dinas Kebersihan, BPLHD, Dinas PU, BBWS,
Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat
P P P P * Merencanakan dan mengalokasi air
penggelontoran melalui kesepakatan dalam
TKPsumber daya air, serta melaksanakan
penggelontoran sungai
* Melaksanakan alokasi air penggelontoran
sungai
* Melaksanakan alokasi air penggelontoran
sungai
* Mengalokasikan air untuk penggelontoran
sungai
BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA,
TKPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P * Mendorong terbitnya penetapan kelas air
sungai dan waduk oleh Gubernur
* Menegakkan peraturan tentang kelas air
sungai dan waduk
* Menegakkan peraturan tentang kelas air
sungai dan waduk
* Menetapkan kelas air sungai dan waduk BPLHD, BBWS, Bappeda, Dinas
Perindustrian Prov/kab/kota, Dinas PU,
TKPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P * Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin. serta menegakkan peraturan.
* Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin, serta menegakkan peraturan.
* Melaksanakan monitoring kualitas air,
terutama terhadap limbah industri secara
rutin, serta menegakkan peraturan
* Melaksanakan peningkatan sistim
monitoring kualitas air sungai
BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas
Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
P P * Merencanakan sistem monitoring kualitas
air real time
* Membangun dan mengoperasikan sistem
monitoring kualitas air real time
* Mengoperasikan sistem monitoring kualitas
air real time
* Membangun dan mengoperasikan sistem
monitoring kualitas air real time
BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas
Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P * Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas
air)
* Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
* Meningkatkan SDM petugas monitoring,
pengawas dan penegak hukum (PPNS)
melalui fasilitasi training tentang pengelolaan
lingkungan (khususnya kualitas air)
* Meningkatkan SDM petugas terkait
pengelolaan lingkungan (khususnya
kualitas air)
BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas
Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah
Industri
* Terwujudnya pengendalian
pencemaran dari limbah industri
* Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang
syarat kualitas air limbah, dan kewajiban
penggunaan IPAL industri,
* Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang
syarat kualitas air limbah, dan kewajiban
penggunaan IPAL industri, serta
mendorong pembangunan IPAL dan
penegakan hukum bagi pelanggar
* Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang
syarat kualitas air limbah, dan kewajiban
penggunaan IPAL industri, serta mendorong
pembangunan IPAL dan penegakan hukum
bagi pelanggar
* Menegakkan Perda tentang pengolahan
limbah industri dan melaksanakan
pengawasan kualitas limbah, terutama
logam berat, secara berkelanjutan
BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P * Mendorong pembangunan IPAL * Mendorong pembangunan IPAL dan
penegakan hukum bagi pelanggar
* Mendorong pembangunan IPAL dan
penegakan hukum bagi pelanggar
P P P * Memberikan teguran dan penindakan bagi
industri yang tidak mengoperasikan IPAL
miliknya
* Melaksanakan pengawasan dan
penindakan bagi industri yang tidak
mengoperasikan IPAL miliknya
* Melaksanakan pengawasan dan penindakan
bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL
miliknya
* Melaksanakan pengawasan dan
penindakan bagi industri yang tidak
mengoperasikan IPAL miliknya
BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P * Menyusun perencanaan pembangunan
IPAL industri terpadu pada kawasan
industri, beserta penyiapan organisasi
pengelolanya
* Membangun IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan mengoperasikannya
* Mengembangkan IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan mengoperasikannya
* Membangun IPAL industri terpadu pada
kawasan industri, dan mengoperasikannya
Swasta, BPLHD, Dinas Perindustrian, Dinas
PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P * Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan, bila
perlu memperbaharui Perda mengacu pada
peraturan pemerintah terbaru.
* Melaksanakan evaluasi Perda terkait
dengan limbah industri dan lingkungan, bila
perlu memperbaharui Perda mengacu
pada peraturan pemerintah terbaru.
* Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan
limbah industri dan lingkungan, bila perlu
memperbaharui Perda mengacu pada
peraturan pemerintah terbaru.
* Melaksanakan pengawasan ketat kualitas
limbah industri sesuai baku mutu limbah
cair (terutama logam berat) disertai
penegakan hukum bagi pelanggar;
BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota,
Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU,
Kelompok Masyarakat
P P P P * Melaksanakan identifikasi/ updating data
base lokasi dan jenis industri, potensi
pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi dan
jenis industri di wilayah Citarum
* Melaksanakan updating data base lokasi
dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL,
serta updating peta lokasi dan jenis industri
di wilayah Wilayah Citarum
* Melaksanakan updating data base lokasi dan
jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta
updating peta lokasi dan jenis industri di
wilayah Wilayah Citarum
* Menyusun data base industri, serta
terintegrasi dalam sistim informasi kualitas
air
Dinas PU/SDA, BBWS, BPLHD, Dinas
Perindustrian, Bappeda, instansi terkait
diKab/kota, Kelompok Masyarakat
P P * Melaksanakan perencanaan dan
pelaksanaan rehabilitasi/optimalisasi IPAL
terpadu Cisirung
* Melaksanakan rehabilitasi/optimalisasi,
pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
terpadu Cisirung serta melakukan
pengawasan operasional IPAL dan kualitas
limbah (khususnya logam berat) secara
ketat sesuai baku mutu limbah
* Melaksanakan pengoperasian dan
pemeliharaan IPAL terpadu Cisirung serta
melakukan pengawasan operasional IPAL
dan kualitas limbah (khususnya logam berat)
secara ketat sesuai baku mutu limbah
* Melaksanakan rehabilitasi/optimalisasi,
pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
terpadu Cisirung serta melakukan
pengawasan operasional IPAL dan
kualitas limbah
BPLHD, Dinas PU/SDA, BBWS, Dinas
Perindustrian, Bappeda, instansi terkait
diKab/kota, Kelompok Masyarakat
P P 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum
diolah sebagaimana mestinya
* Terwujudnya pengendalian
pencemaran dari limbah domestik dan
perkotaan;
* Peningkatan kapasitas /penyelesaian
pembangunan IPAL Bojongsoang;
* Pembangunan sistim sanitasi perkotaan
dan perdesaan;
* Melanjutkan pembangunan sistim sanitasi
perkotaan dan perdesaan;
* Peningkatan kapasitas /penyelesaian
pembangunan IPAL Bojongsoang dan
perencanaan dan pembangunan sistem
sanitasi perkotaan dan perdesaan;
BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan,
Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA
Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainase, secara bertahap (5%
area kota), terutama pada kawasan
pengembangan perumahan atau perkotaan
baru
* Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainase, secara bertahap
(10% area kota, kumulatif 15%), terutama
pada kawasan pengembangan perumahan
atau perkotaan baru
* Merencanakan dan membangun saluran
pembuangan air limbah perkotaan terpisah
dari saluran drainase, secara bertahap (35%
area kota, kumulatif 50%), terutama pada
kawasan pengembangan perumahan atau
perkotaan baru
Merencanakan dan membangun sistem
sanitase perkotaan dengan memisahkan
saluran pembuangan air limbah perkotaan
dari saluran drainase kota, secara
bertahap
Dinas CK, BPLHD, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat thd penggunaan
sanitasi individu, perdesaan dan komunal
(terutama daerah berpenduduk padat dan
sekitar sumber air);
* Melaksanakan sosialisasi dan
pemberdayaan masyarakat thd penggunaan
sanitasi individu, perdesaan dan komunal
(terutama daerah berpenduduk padat dan
sekitar sumber air);
* Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan
masyarakat thd penggunaan sanitasi individu,
perdesaan dan komunal (terutama daerah
berpenduduk padat dan sekitar sumber air);
Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
thd penggunaan sanitasi lingkungan
BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan,
Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA
Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Masih adanya bahaya dari sisa
penggunaan pupuk dan obat-obatan
pertanian
* Terwujudnya pengendalian limbah
pertanian;
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis
* Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan
monitoring kepatuhan petani di lapangan
* Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan
monitoring di lapangan
Melaksanakan sosialisasi penggunaan
pestisida dan pupuk sesuai dosis
BPLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU Prov.,
Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
PENGELOLAAN
KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman176
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
1 KONSERVASI
1 2 3 4
A B C D
P P P 5) Limbah peternakan belum diolah
sebagaimana mestinya
* Terwujudnya pengendalian limbah
peternakan;
Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan
limbah ternak dan kewajiban menggunakan
IPAL peternakan, disertai pembangunan
IPAL percontohan dan pemberdayaan
peternak
* Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemanfaatan limbah ternak
(mis. biogas, kompos dsb.);
* Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemanfaatan limbah ternak
(mis. biogas, kompos dsb.);
Melaksanakan pembangunan IPAL
peternakan dan pemanfaatan limbah
ternak;
BPLHD, BBWS, Dinas Peternakan, Dinas PU
Prov., Kelompok Masyarakat, swasta
P P P 6) Pengelolaan limbah sampah belum
optimal
* Terwujudnya pengelolaan limbah
sampah
Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
* Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
* Melaksanakan pengelolaan sampah
perkotaan dan pedesaan secara terpadu
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle),
dan berkelanjutan
Melaksanakan pengelolaan sampah
melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle)
Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas
PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat
P P P P Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/ badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya.
* Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/ badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya.
* Melaksanakan sosialisasi pelarangan
membuang sampah ke sungai/ badan air
lainnya disertai tindakan hukum bagi
pelanggarnya.
Melarang membuang sampah ke sungai/
badan air lainnya.
Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas
PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman177
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
2.1 PENATAGUNAAN
SUMBER DAYA AIR
P P P 1) Belum adanya peraturan peruntukan air
pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu
* Terbitnya Pergub peruntukan air pada
sumber air pada ruas/ lokasi tertentu,
termasuk penetapan klas air sungai
* Menyusun, merumuskan Pergub melalui
Dewan sumber daya air prov. dan
mensosialisasikan peruntukan air dari
sumber air secara berkelanjutan
* Mengkaji ulang dan merumuskan kembali
melalui Dewan sumber daya air peruntukan
air dari sumber air secara berkelanjutan
* Mengkaji ulang dan merumuskan kembali
melalui Dewan sumber daya air peruntukan
air dari sumber air secara berkelanjutan
* Menyusun, merumuskan, menetapkan,
mensosialisasikan dan menerapkan
Pergub peruntukan air dari sumber air
Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, BBWS,
Dewan SDA Prov, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber
air yg memperhatikan berbagai macam
pemanfaatan
* Terbitnya penetapan zona
pemanfaatan sumber air dan
terintegrasinya pada peta RTRW Prov.
Jawa Barat
* Menetapkan zona pemanfaatan sumber air
dan memadukan pada peta RTRW Prov
dan Kabupaten /Kota
* Mengkaji ulang dan menetapkan kembali
zona pemanfaatan air dan memadukan
pada peta RTRW Prov dan kab/Kota
* Memantau pelaksanaan zona pemanfaatan
air dan melakukan revisi jika diperlukan
* Mengkaji menetapkan zona pemanfaatan
air dan memadukan pada peta RTRW
Prov, kab/kota
Bappeda, Dinas Kimrum, Dinas PU/PSDA
Prov., BBWS, Kelompok Masyarakat
2.2 PENYEDIAAN
SUMBER DAYA AIR
P P P P 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan
irigasi dan/atau RKI
* Meningkatnya efisiensi penggunaan air * Melaksanakan kampanye dan edukasi
hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)
* Melaksanakan kampanye dan edukasi
hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)
* Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat
air RKI dan efisiensi air irigasi (3R)
* Mengurangi kebutuhan air melalui
penghematan air RKI dan efisiensi air
irigasi
Dinas PU/PSDA dan Kimrum Prov/Kota/Kab,
Pengguna Air di Prov Jabar dan DKI Jakarta,
BBWS, Kelompok Masyarakat
* Mengurangi pencurian air atau
pemborosan air RKI dan irigasi
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan
pengambilan air baku RKI dan irigasi
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggaran
pengambilan air
Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak
Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan
penindakan terhadap pelanggaran
pengambilan air
* Mengendalikan pengambilan air
pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan air
irigasi sesuia kebutuhan, serta
melaksanakan penegakan hukum bagi
pelanggarnya
BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA
Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok
Masyarakat
P P P * Bertambahnya debit sungai Cisangkuy
2 m3/detik dari waduk Santosa
* Mengkaji ulang Studi Kelayakan
Pembangunan waduk Sukawana di Cimahi
dan Sudetan Cibantarua di Kab. Garut dan
Bandung (2011-2013), dan melaksanakan
perencanaan detail pembangunan waduk
Santosa (2014-2015)
* Melaksanakan pembangunan waduk
Santosa, dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Santosa
* Melaksanakan operasi serta pemeliharaan
waduk Santosa
* Melaksanakan kaji ulang Studi Kelayakan,
perencanaan detail, persiapan
pembangunan, pembangunan, dan
melaksanakan operasi serta pemeliharaan
waduk Santosa
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
P P P * Tersedianya air untuk keperluan air
bersih/minum kota Bandung dari
Waduk Saguling sekitar 4 m3/detik (/)
* Melaksanakan studi kelayakan
pembangunan sistem jaringan air minum
dari waduk Saguling (2012-2013) dan
melaksanakan perencanaan detail
pembangunan sistem jaringan air minum
dari waduk saguling (2014-2015)
* Melaksanakan pembangunan sistem
jaringan air minum dari waduk Saguling
tahap I (1,3 m3/detik) dan tahap II (1,3
m3/detik)
* Melaksanakan pembangunan sistem jaringan
air minum dari waduk Saguling tahap III (1,4
m3/detik), dan melaksanakan operasi dan
pemeliharaan sistem jaringan air minum dari
waduk Saguling
* Melaksanakan studi kelayakan,
perencanaan detail, pembangunan sistem
jaringan air minum dan operasi serta
pemeliharaan sistem jaringan air minum
waduk Saguling
Dinas PU/SDA/Kimrum Prov/Kab/Kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P * Tersedianya air bersih/minum untuk
Kota Bandung (dan juga mengairi
lahan irigasi di bagian hilir waduk)
sebesar 1,23 m3/detik dari Waduk
Cikapundung (termasuk
wadukCikukang Ciawiruka, Cipanegah
1, Cipanegah 2 dan Cipanegah 3)
* Mengkaji ulang Perencanaan waduk
Cikapundung di Kab. Bandung (2011-2013),
dan melaksanakan persiapan
pembangunan waduknya (2014-2015)
* Melaksanakan persiapan dan
melaksanakan pembangunan waduk
Cikapundung tahap I
* Melaksanakan pembangunan waduk tahap II,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Cikapundung
* Melaksanakan kaji ulang Perencanaan,
persiapan pembangunan, pembangunan,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Cikapundung
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
P P * Tersedianya air bersih/minum utk
Jatinangor dan Rancaekek 0,5
m3/detik dari waduk Citarik
* Mengkaji ulang Perencanaan waduk Citarik
(2011-2013), dan melaksanakan persiapan
pembangunan waduknya (2014-2015)
* Melaksanakan persiapan dan
melaksanakan pembangunan waduk Citarik
tahap I
* Melaksanakan pembangunan waduk tahap II,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Citarik
* Melaksanakan kaji ulang Perencanaan,
persiapan pembangunan, pembangunan,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Citarik
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
P P P * Tersedianya air bersih/minum untuk
Kota Cimahi 0.60 m3/detik (dan juga
mengairi lahan irigasi seluas 1.717 ha
di sekitar lokasi) serta produksi listrik
1.630 MWh dari waduk Sukawana
* Mengkaji ulang Perencanaan desain waduk
Sukawana (2011-2013), dan melaksanakan
persiapan pembangunan waduknya (2014-
2015)
* Melaksanakan persiapan dan
melaksanakan pembangunan waduk
Sukawana tahap I
* Melaksanakan pembangunan waduk tahap II,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Sukawana
* Melaksanakan kaji ulang Perencanaan,
persiapan pembangunan, pembangunan,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Sukawana
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
P P * Tersedianya air bersih/minum untuk
Kota Padalarang 0,45 m3/detik (dan
mengairi lahan irigasi seluas 825 ha di
sekitar lokasi) dari waduk Cimeta
* Mengkaji ulang Perencanaan detail waduk
Cimeta (2011-2013), dan melaksanakan
persiapan pembangunan waduknya (2014-
2015)
* Melaksanakan persiapan dan
melaksanakan pembangunan waduk
Cimeta tahap I
* Melaksanakan pembangunan waduk tahap II,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Cimeta
* Melaksanakan kaji ulang Perencanaan,
persiapan pembangunan, pembangunan,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Cimeta
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
P P
* Meningkatnya ketersediaan air dari
peninggian waduk Cirata (15 m) untuk
keperluan air minum (Jakarta, Depok
dan Bogor) dan meningkatnya
produksi listrik
___ * Melaksanakan studi kelayakan dan detail
desain Peninggian Bendungan Cirata (15
m) di Kali Citarum
* Melaksanakan peninggian Bendungan Cirata
(15 m) di Kali Citarum
* Melaksanakan studi kelayakan, detail
desain, pelaksanaan konstruksi
Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di
Kali Citarum
BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Kelompok
Masyarakat
2) Adanya potensi waduk-waduk kecil yang
perlu dikaji lebih lanjut :
Citarum Hulu :
P P * Tersedianya air bersih/minum
(Kab.Bandung, Kota Bandung dan
Cimahi) 1,15 m3/detik dari waduk
Ciwidey
___ * Mengkaji ulang Perencanaan waduk
Ciwidey (2011-2013), dan melaksanakan
persiapan pembangunan waduknya apabila
layak untuk dibangun (2014-2015)
* Melaksanakan persiapan dan melaksanakan
pembangunan waduk Ciwidey tahap I
(apabila layak untuk dibangun)
* Melaksanakan kaji ulang Perencanaan,
persiapan pembangunan, pembangunan,
dan melaksanakan operasi serta
pemeliharaan waduk Ciwidey (apabila
layak untuk dibangun)
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
Citarum Tengah/Hilir :
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Terbangunnya waduk dan tampungan air
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Citarum Hulu :
Diperolehnya tingkat kelayakan (layak
atau tidaknya) potensi waduk-waduk
i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman178
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
P P * Tersedianya air untuk keperluan air
bersih/minum dan irigasi dari potensi
waduk yang ada di Citarum Hilir
(waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber,
Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya,
Telagaherang, dan waduk Kandung)
* Melaksanakan studi kelayakan untuk waduk
Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji,
Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang,
dan waduk Kandung
* Melaksanakan perencanaan detail untuk
waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber,
Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya,
Telagaherang, dan waduk Kandung
* Melaksanakan persiapan dan pembangunan
waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber,
Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya,
Telagaherang, dan waduk Kandung
* Melaksanakan Studi Kelayakan,
perencanaan detail, persiapan
pembangunan dan pembangunan waduk
Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji,
Nameng, Pangkalan, Maya,
Telagaherang, dan waduk Kandung
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok
Masyarakat
P P P P 3) Keterbatasan air permukaan (dari potensi
waduk kecil yang ada) untuk penyediaan
air bersih di Cekungan Bandung
* Tersedianya air tanah khususnya
untuk air bersih rumah tangga dengan
memperhatikan keseimbangan antara
potensi dan kebutuhan
* Melaksanakan kajian terhadap pemakaian
air tanah di Cekungan Bandung saat ini,
merencanakan dan melaksanakan
pengembangan air tanah untuk kebutuhan
air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan
dan potensi yang ada.
* Melaksanakan pengembangan air tanah
untuk kebutuhan air bersih rumah tangga
sesuai kebutuhan, dan melakukan
pemantauan serta evaluasi penggunaan
(sesuai perencanaan)
* Melaksanakan pengembangan air tanah
untuk kebutuhan air bersih rumah tangga
sesuai kebutuhan, dan melakukan
pemantauan serta evaluasi penggunaan
(sesuai perencanaan)
* Melaksanakan kajian terhadap pemakaian
air tanah di Cekungan Bandung,
merencanakan dan melaksanakan
pengembangan air tanah untuk kebutuhan
air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan
dan potensi yang ada.
Dinas ESDM, Dinas PU/SDA/Kimrum
Prov/Kab/Kota, PDAM, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Keterbatasan layanan PDAM di Cekungan
Bandung dan Kota/Kabupaten lainnya
* Meningkatnya cakupan layanan PAM
Cekungan Bandung dan Kab./Kota
lainnya sesuai target MDG's
* Meningkatkan cakupan layanan PAM
dengan menambah sambungan rumah
tangga menjadi 50%
* Meningkatkan cakupan layanan PAM
dengan menambah sambungan rumah
tangga menjadi 60%
* Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan
menambah sambungan rumah tangga
menjadi 70%
* Meningkatkan jumlah sambungan rumah
tangga mencapai 70% penduduk
PDAM Prov/Kab/Kota, Dinas Kimrum, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Adanya kekurangan air baku untuk
kebutuhan DKI Jakarta
* Meningkatnya penyediaan air dari
Citarum ke Jakarta dari 16 m3/dtk
menjadi 31 m3/dtk (melalui normalisasi
Saluran Tarum Barat)
* Melaksanakan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan normalisasi Saluran
Tarum Barat
Melaksanaan kegiatan normalisasi Saluran
Tarum Barat dan pemeliharaan secara
berkelanjutan
Melaksanaan pemeliharaan Saluran Tarum
Barat secara berkelanjutan
Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan
dan pemeliharaan Saluran Tarum Barat
secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, PJT 2,
Pemda DKI Jakarta, PDAM, Kelompok
Masyarakat
P P P Tersedianya tambahan air minum 9
m3/detik dari Jatiluhur yang dialirkan
dengan pipa melalui tanggul kanan
Tarum barat ke Jakarta
Merencanakan instalasi Penjernihan
kapasitas 9 m3/det di Curug dan
perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke
Jakarta serta pelaksanaan produksi air
minum 4 m3/det dikirim ke Jakarta.
Pelaksanaan produksi air minum tambahan
5 m3/det dikirim ke Jakarta (total volume air
minum 9 m3/det), OP instalasi air air minum
dan pipa
OP instalasi air air minum dan pipa kapasitas
9 m3/det
Merencanakan instalasi Penjernihan
kapasitas 9 m3/det di Curug dan
perencanaan trase jalur pipa dari Curug
ke Jakarta serta pelaksanaannya
PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,
PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok
Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Citarum Tengah/Hilir :
i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman179
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
2.3 PENGGUNAAN
SUMBER DAYA AIR
P P P P 1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku
di wilayah Citarum
* Harmonisasi penggunaan air irigasi
dan air baku di wilayah Citarum
* Mereview dan melaksanakan alokasi air
sesuai kesepakatan
* Melaksanakan alokasi air sesuai
kesepakatan secara berkelanjutan
* Melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan
secara berkelanjutan
* Melaksanakan alokasi air sesuai prinsip-
prinsip penggunaan sumber daya air
TKPSDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BPSDA, PJT II, Kelompok
Masyarakat
P P 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi
mengakibatkan tidak efektif dan tidak
efisiennya distribusi air irigasi
* Pelaksanaan rehabilitasi jaringan
irigasi terutama yang rusak berat
* Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai
50%
* Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai
100%
* Melaksanakan OP jaringan irigasi * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai
100%
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
Kelompok Masyarakat
P P P 3) OP prasarana sumber daya air
(Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai,
berakibat menurunnya fungsi layanan
* Terlaksananya OP prasarana sumber
daya air sesuai standar
* Melaksanaan OP prasarana sumber daya
air (Tingkat Pelayanan 50%)
* Melaksanaan OP prasarana sumber daya
air (Tingkat Pelayanan 75%)
* Melaksanaan OP prasarana sumber daya air
(Tingkat Pelayanan 100%)
* Melaksanaan OP prasarana sumber daya
air untuk mempertahahan tingkat layanan
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
Kelompok Masyarakat
* Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai
kebutuhan
Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya
Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya (kumulatif 100%)
Melaksanakan OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya secara berkelanjutan
Penganggaran OP sesuai kebutuhan
nyata pengelolaan situ-situ, baik secara
swakelola maupun kontraktual
Dinas PU/PSDA, BBWS, Balai PSDA,
Kelompok Masyarakat, Swasta
* Meningkatnya efisiensi air irigasi * Melaksanakan peningkatan efisiensi air
Irigasi menjadi 60%
* Melaksanakan peningkatan efisiensi air
Irigasi menjadi 63%
* Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi
menjadi 65%
* Meningkatkan efisiensi penggunaan air
irigasi dalam rangka mengurangi debit
puncak kebutuhan irigasi
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
Dinas TanHutBun Kab./Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Belum adanya SOP tampungan/situ di
Wilayah Citarum
* Tersedianya SOP tampungan/situ di
Wilayah Citarum
* Melaksanakan kajian SOP tampungan/situ
di Wilayah Citarum (2011-2013)
memformulasikan dan mengujicoba (2014-
2015)
* Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP
tampungan/situ di Wilayah Citarum (2016-
2020)
* Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP
tampungan/situ di Wilayah Citarum (2021-
2030)
* Menyiapkan SOP tampungan/situ di
Wilayah Citarum
BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Ditjen SDA,
Kelompok Masyarakat
P P P 5) Tidak/Belum Optimalnya Kinerja
Prasarana Irigasi
* Peningkatan irigasi dlm rangka
ketahanan pangan
* Melaksanakan kajian terhadap kinerja dan
fungsi daerah irigasi yang ada di wilayah
Citarum , Melaksanakan Peningkatan Irigasi
(keandalan 50%)
* Melaksanakan Peningkatan Irigasi
(keandalan 75%)
* Melaksanakan Peningkatan Irigasi
(keandalan 100%)
* Mempertahanakan keandalan irigasi
maksimal
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, PJT II,
Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Belum optimalnya integrasi SOP Kaskade
3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan
Jatiluhur)
Optimalnya integrasi SOP Kaskade 3
Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan
Jatiluhur)
Melakukan kaji ulang SOP Kaskade 3
Waduk di Citarum, mengintegrasikan dan
menetapkan SOP waduk termasuk untuk
kondisi ekstrim
Melaksanakan SOP Kaskade 3 waduk,
memonitor dan mengevaluasi secara
berkelanjutan
Melaksanakan SOP Kaskade 3 waduk,
memonitor dan mengevaluasi secara
berkelanjutan
Melakukan kaji ulang, mengintegrasikan,
menetapkan, melaksanakan, memonitor
dan mengevaluasi SOP Kaskade 3 waduk
di Sungai Citarum.
BBWS, PJT II, Indo Power, Pembangkit Jawa
Bali, Dinas PSDA Propinsi, Bappeda Prop
dan Gubernur, Kelompok Masyarakat
P P P 7) Belum terlaksananya aset manajemen
irigasi (OP, Rehabilitasi)
* Terlaksananya penerapan
Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara
berkelanjutan
* Melaksanakan aset manajemen irigasi (50%
area)
* Melaksanakan aset manajemen irigasi
(75% area)
* Melaksanakan aset manajemen irigasi (100%
area)
* Menyusun prioritas OP, rehab jaringan dg
berdasarkan PAI.
Dinas PU/PSDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P 8) Kondisi layanan jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat telah
menurun.
* Terlaksananya rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat
* Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (50% area)
* Melaksanakan rehabilitasi jaringan
perikanan dan tambak rakyat (75% area)
* Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan
dan tambak rakyat (100% area)
* Merehabilitasi jaringan pengairan
perikanan dan tambak rakyat.
Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P 9) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku
dan air irigasi di Saluran Induk Tarum
Barat
* Terwujudnya pemisahaan fungsi
saluran air baku dan air irigasi di
Saluran Induk Tarum Barat
* Merencanakan dan melaksanakan
pemisahaan fungsi saluran air baku dan air
irigasi di Saluran Induk Tarum Barat
(Cantek 100% dalam 2 thn, Pelaksanaan
30% dalam 3 thn).
* Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran
air baku dan air irigasi di Saluran Induk
Tarum Barat (Pelaksanaan 50% dalam 5
thn, kumulatif pelaksanaan 80%).
* Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air
baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum
Barat (Pelaksanaan 20% dalam 2 thn,
kumulatif pelaksanaan 100%).
* Memisahkan fungsi sal.air baku dan
irigasi.
PJT II, PDAM prov/Kota Jakarta, BBWS
Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok
Masyarakat
P P P 10) Belum sadarnya masyarakat petani dalam
pelaksanaan hemat air irigasi
* Meningkatnya kesadaran petani dalam
pelaksanaan hemat air irigasi
* Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air irigasi (50% area)
* Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik
tentang hemat air irigasi (75% area)
* Mensosialisasikan dan melaksanakan
penyuluhan serta penyadaran publik tentang
hemat air irigasi (100% area)
* Membina petani utk hemat air irigasi. Dinas Pertanian, PU/PSDA Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P 11) Masih rendahnya Indeks Pertanaman
(IP)/intensitas tanam dgn pemberdayaan
petani.
* Meningkatnya IP secara maksimal * Peningkatan IP dari 215% ke 250% * Peningkatan IP dari 250% ke 265% * Peningkatan IP dari 265% ke 280% * Menaikkan IP dg pemberdayaan petani
(dari 215% ke 280%)
Dinas Pertanian, PU/PSDA Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
P P P P 12) Belum tersusunya pedoman Operasional
penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan
nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi
* Tersedianya pedoman operasional
AKNOP irigasi
* Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh
DI di wilayah Citarum (2011-2013) dan
menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di
beberapa DI (2013-2014)
* Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI
di wilayah Citarum (2016-2020) pada area
50%
* Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI di
wilayah Citarum (2016-2020) pada area 100%
*
* Memformulasi dan melegalisasi AKNOP
Irigasi (2015)
__ __
2.4 PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA AIR
P P P 1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi
tenaga air
* Terlaksananya pengembangan potensi
tenaga air
* Melaksanakan inventarisasi potensi dan
perencanaan pemanfaatan tenaga air (2011-
2013), melaksanakan konstruksi mini-mikro
hydro power (2014-2015 = 20%)
* Melaksanakan pembangunan pembangkit
tenaga listrik dan mini-mikro hydropower
30% , kumulatif = 60%
* Membangun pembangkit tenaga listrik pada
bendungan dan mini-mikro hydropower 40%,
kumulatif = 100%
* Membangun pembangkit listrik tenaga air
pada bendungan dan pengembangan
potensi mini dan mikro hydropower
ESDM, PLN, BBWS, Dinas PU/ PSDA prov,
Kelompok Masyarakat, PJT II
P P 2) Masih terbatasnya pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan ultra
filtrasi
* Terlaksananya pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan
ultra filtrasi, khususnya untuk air
industri di kawasan pantai utara dan
Bandung
* Melakukan kajian pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan ultra
filtrasi, serta mendorong peran industri/
swasta untuk menerapkannya
* Mendorong pelaksanaan pengembangan
penerapan teknologi desalinasi dan ultra
filtrasi oleh industri/ swasta, dengan
pemberian insentif bagi yang mengurangi
pengambilan air tanah
* Melaksanakan pengembangan penerapan
teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh
industri/ swasta
* Mendorong pengembangan penerapan
teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh
industri/swasta, dengan pemberian insentif
bagi yang mengurangi pengambilan air
tanah
Pemda Prov., Pemda kab/kota Bekasi,
Karawang, Subang dan Indramayu, PDAM,
Industri/Swasta, Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
Mereview AKNOP (analisa kebutuhan
nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi
dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan
bangunan dikaitkan dengan areal (rp/ha)
dan bangunan utama
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis
Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS,
Kelompok Masyarakat
Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman180
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
3.1 PENCEGAHAN
BENCANA
P P P P 1) Belum adanya Master Plan Sistem
Pengendalian Banjir secara menyeluruh
pada S.Citarum
* Tersusunnya master plan sistem
pengendalian banjir secara
menyeluruh pada S.Citarum
* Menyusun master plan sistem pengendalian
banjir secara menyeluruh pada S.Citarum
* Melaksanakan program-program pada
master plan sistem pengendalian banjir
secara menyeluruh pada S.Citarum
* Melaksanakan program dan OP pada sistem
pengendalian banjir menyeluruh pada Sungai
Citarum
* Mengurangi korban/ kerugian akibat banjir
dan mengurangi frekuensi kejadian banjir
dengan banjir rencana untuk kawasan
pertanian Q5, perkotaan Q25
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Menurunnya fungsi prasarana pengendali
banjir di sungai Citarum
* Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi
dan pemeliharaan prasarana
pengendali banjir pada sungai Citarum
* Melaksanakan pemeliharaan prasarana
pengendali banjir secara berkelanjutan
* Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan
pemeliharaan prasarana pengendali banjir
secara berkelanjutan
* Memelihara fungsi prasarana pengendali
banjir secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P * Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase sepanjang tahun
* Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase sepanjang tahun
* Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase sepanjang tahun
* Melaksanakan OP Sungai dan saluran
drainase secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/ PSDA Provinsi, Kelompok
Masyarakat
P P P * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
Jaringan drainase 25%
* Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
Jaringan drainase 25%, kumulatif (50%)
* Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi
Jaringan drainase 50%, kumulatif (100%)
P P P * Melaksanakan perencanaan normalisasi
sungai Citarum beserta anak sungainya
dengan Q25, dan melaksanakannya secara
bertahap (35%), serta melaksanakan
pemeliharaan secara berkelanjutan
* Melaksanakan normalisasi sungai Citarum
bersama anak sungainya dengan Q25,
secara bertahap (40%), kumulatif (75%),
dan melaksanakan pemeliharaan secara
berkelanjutan
* Melaksanakan normalisasi sungai Citarum
beserta anak sungainya dengan Q25, secara
bertahap (25%), kumulatif (100%), dan
melaksanakan pemeliharaan secara
berkelanjutan
* Meningkatkan kapasitas aliran sungaai
dan jaringan drainase untuk aliran Q25
BBWS, Dinas PU/ PSDA Provinsi, Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Penggunaan daerah retensi/ dataran banjir
dan rawan banjir untuk pemukiman
* Tercapainya penetapan dan
pemasangan patok batas kawasan
retensi banjir serta melarang
pembangunan di daerah retensi
(Cieunteng dan Cikapundung)
* Menetapkan peruntukan dan melindungi
daerah retensi, untuk tampungan air
* Menetapkan peruntukan dan melindungi
daerah retensi, untuk tampungan air
Relokasi pendududk * Menerbitkan penetapan daerah retensi
dan perda mengenai daerah retensi
termasuk larangan membangun
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat
P P P * Terlaksananya ketetapan kawasan
retensi yang telah terbangun termasuk
upaya dan solusinya
* Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
* Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
__ * Menetapkan pengaturan kawasan retensi
yang telah terbangun
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P 5) Penggunaan bantaran sungai untuk
pemukiman dan usaha
* Terwujudnya bantaran sungai bersih
dari bangunan, timbunan material
galian (pasir, kerikil) dan tanaman
keras yang menghambat arus banjir
* Sosialisasi perda No 8 thn 2005 sempadan
sungai dan memasang patok batas
* Menerapkan perda sempadan sungai dan
melaksanakan pengawasannya
* Melaksanakan pengawasan dan penegakan
hukum
* Menertibkan sempadan sungai dan
mencegah terhadap penggunaan yang
dapat menghambat aliran banjir, diserati
pemasangan patok batas yang jelas
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 6) Pembuangan sampah ke saluran drainase
dan alur sungai menghambat aliran,
mengakibatkan banjir
* Terwujudnya sungai dan saluran
drainase bersih dari sampah
* Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai
secara berkelanjutan dan membuat TPS
untuk di olah
* Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai
secara berkelanjutan
Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai,
serta pemberian sanksi bagi pelanggar
* Melaksanakan penyadaran masyarakat
untuk tidak membuang sampah ke sungai
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 7) Belum adanya Perda pembatasan KDB
(Koefisien Dasar Bangunan) dan
pembuatan kolam detensi pada komplek
perumahan
* Terbitnya Perda pembatasan KDB dan
pembuatan kolam detensi pada
komplek perumahan
* Menyusun Perda pembatasan KDB dan
pembuatan kolam detensi pada komplek
perumahan, serta sosialisasi kepada para
pengembang dan masyarakat
* Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan
Perda pembatasan KDB dan pembuatan
kolam detensi pada komplek perumahan
* Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan
Perda pembatasan KDB dan pembuatan
kolam detensi pada komplek perumahan
* Membatasi KDB dan pembuatan kolam
detensi pada pembangunan komplek
perumahan untuk mengurangi aliran
permukaan akibat hujan
Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, DPRD, Dinas
P2B, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat
P P P P 8) Belum tersedia peta jalur dan tempat
evakuasi bencana banjir
* Tersedianya jalur evakuasi dan tempat
pengungsian
* Merencanakan dan menetapkan jalur
evakuasi dan tempat pengungsian
* Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi
dan tempat pengungsian
* Merview dan mensosialisasikan peta jalur
evakuasi bencanca banjir
* Menetapkan lokasi pengungsian oleh
Pemda Jabar
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta
P P P P 9) Belum terpasangnya sistem peringatan
dini banjir dan kearifan lokal pada sungai
utama
* Terpasangnya sistem peringatan dini
di semua sungai utama
* Merencanakan pengembangan dan
pemasangan sistem peringatan dini di
semua sungai
* Melaksanakan pemasangan dan
operasional sistem peringatan dini di semua
sungai
* __ * Melaksanakan pemasangan sistem
peringatan dini
BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota,
BPSDA, BMKG, Kelompok Masyarakat,
swasta
P P P 10) Kurangnya tertatanya (sistem dan
kapasitas drainase mikro) di perkotaan
menyebabkan genangan di jalan
* Terwujudnya sistem dan kapasitas
aliran saluran drainase mikro yang
memadai di perkotaan
* Melaksanakan perencanaan sistem
drainase dan kapasitasnya di perkotaan
(2011-2013), melaksanakan penataan
sistem dan menormalisasi drainase mikro di
perkotaan (2014-2015)
* Melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di perkotaan
secara berkelanjutan
* Melaksanakan penataan sistem dan
menormalisasi drainase mikro di perkotaan
secara berkelanjutan
* Menata dan membangun sistem jaringan
drainase mikro perkotaan yang terhubung
dengan sistem drainase utama/ sungai
BBWS, Dinas PU/ PSDA/Kimrum Provinsi,
Kab./Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P 11) Meningkatnya ancaman luapan air pasang
laut
* Teratasinya ancaman luapan air
pasang laut
* Tanggul tanah dan penanaman mangrove * Penanaman mangrove dan merawat * Penanaman mangrove dan merawat * Membangun hutan tanaman pesisir,
Melindungi water front city dari ancaman
pasang air laut
Dinas PU/PSDA provinsi, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P 12) Banyak terjadinya bencana longsor di
beberapa tempat
* Berkurangnya kerugian akibat
longsoran
* Melakukan inventarisasi dan pemetaan
daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota
* Melaksanakan sosialisasi peta rawan
longsor
__ * Melakukan inventarisasi dan pemetaan
daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota
BBWS, PJT II, Dinas PU/PSDA,
Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P * Melaksanakan penyadaran publik terhadap
bahaya tanah longsor
* Melaksanakan penyadaran publik terhadap
bahaya tanah longsor
* Melaksanakan penyadaran publik terhadap
bahaya tanah longsor
* Melaksanakan penyadaran publik
terhadap bahaya tanah longsor
BBWS, Dinas PU/PSDA, Pertambangan
Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P P * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
* Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
* Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
* Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan
building code di daerah rawan longsor
Dinas P2B, Dinas Kimrum, Kelompok
Masyarakat
P P * Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif dan sipil teknis).
* Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif dan sipil teknis)
* Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis
(vegetatif dan sipil teknis)
* Melaksanakan upaya perkuatan daerah
kritis (vegetatif dan sipil teknis)
BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian
Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat
P P P 13) Adanya kerusakan situ dan prasarananya * Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk
mengembalikan kapasitas dan
fungsinya sesuai rencana
* Menginventarisasi kerusakan situ dan
prasarananya.
Melaksanakan rehabilitasi situ pada
Wilayah Citarum (15%)
* Melaksanakan rehabilitasi situ pada
Wilayah Citarum (25%), kumulatif 40%
* Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah
Citarum (60%), kumulatif (100%)
* Melindungi dan memulihkan kapasitas dan
fungsi situ di Wilayah Citarum
BBWS, Dinas PU/SDA Prov./Kab/Kota,
Kelompok Masyarakat
* Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai
kebutuhan
* Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya
* Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya, kumulatif (100%)
* Melaksanakan OP waduk/situ oleh
BBWS/Dinas PU/swasta sesuai
kewenangannya secara berkelanjutan
* Penganggaran OP sesuai kebutuhan
nyata pengelolaan situ-situ, baik secara
swakelola maupun kontraktual
Dinas PU ProvI, BBWS, Balai PSDA, Swasta,
Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
3)
Merencanakan dan melaksanakan perbaikan
tanggul bobol sepanjang 965 m dan tanggul
kritis sepanjang 16.600 m di Citarum hilir
(penanganan darurat), dan rehabilitasi tanggul
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Berkurangnya kapasitas aliran sungai dan
jaringan drainase (penyempitan sungai,
pendangkalan alur, serta hambatan oleh
bangunan sumber daya air)
Tercapainya kapasitas aliran sungai
dan jaringan drainase mampu
menyalurkan banjir dengan debit
tertentu
*
i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman181
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
1 2 3 4
A B C D
3.2 PENANGGUL-
ANGAN
P P P P 1) Penanggulangan darurat akibat bencana
banjir
* Kerugian akibat banjir dapat
diminimalisasikan
* Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara berkelanjutan
* Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara berkelanjutan
* Menyediakan bahan banjiran setiap tahun
dan dana operasional secara berkelanjutan
* Meminimalisasi kerugian akibat banjir BPBD (Badan Penanggulangan Bencana
Daerah) , BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana), Dinas PU/PSDA
Prov., BBWS, Dinas PU/PSDA kab/kota, PMI,
Kelompok Masyarakat
P P P P * Terlaksananya evakuasi korban pada
saat kejadian banjir
* Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K
pada daerah rawan banjir secara
berkelanjutan
* Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K
pada daerah rawan banjir secara
berkelanjutan
* Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur
umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada
daerah rawan banjir secara berkelanjutan
* Mengantisipasi penanggulangan darurat
berupa evakuasi korban dan dana
operasionalnya
BPBD, BNPB,Dinas PU/PSDA Prov., BBWS,
Dinas PU/PSDA kab/kota, PMI, Kelompok
Masyarakat
3.3 PEMULIHAN
AKIBAT BENCANA
P P P P 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi
rumah masyarakat yang menjadi korban
setelah terjadinya bencana banjir dan
longsor
* Tercapainya pemulihan kondisi rumah
masyarakat
* Menyediakan cadangan dana bantuan
pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan
menggalang dana dari swasta
* Menyediakan cadangan dana bantuan
pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan
menggalang dana dari swasta
* Menyediakan cadangan dana bantuan
pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan
menggalang dana dari swasta
* Memulihkan kondisi rumah korban pasca
bencana dengan penyedian cadangan
dana dari pemerintah, dan swasta serta
melibatkan masyarakat
Dinas PU/Kimrum Prov., BBWS, Dinas
PU/Kimrum kab/kota, BPBD, BNPB, PMI,
Swasta, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber
daya air setelah terjadinya bencana banjir
dan longsor
* Terwujudnya perbaikan prasarana
sumber daya air yang rusak,
memulihkan fungsinya
* Menyediakan dana tahunan untuk
cadangan perbaikan prasarana sumber
daya air yang rusak akibat banjir dan
longsor
* Menyediakan dana tahunan untuk
cadangan perbaikan prasarana sumber
daya air yang rusak akibat banjir dan
longsor
* Menyediakan dana tahunan untuk cadangan
perbaikan prasarana sumber daya air yang
rusak akibat banjir dan longsor
* Memulihkan kondisi dan fungsi prasarana
sumber daya air pasca bencana
BBWS, Dinas PU/PSDA Prov.,kab/kota,
Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman182
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
1 2 3 4
A B C D
P P P P 1) * Terwujudnya database sumber daya
air yang lengkap dan terpercaya
* Mengevaluasi tingkat kehandalan data saat
ini. Melaksanakan langkah-langkah
perbaikan dalam rangka pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data sumber
daya air secara handal, terpadu dan
berkelanjutan
* Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data sumber daya air secara handal,
terpadu dan berkelanjutan
* Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data sumber daya air secara handal, terpadu
dan berkelanjutan
* Meningkatkan kualitas data dan tingkat
kehandalan database sumber daya air
secara terpadu dan berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov.,
BMKG prov., Dipertan prov., Dinas
TanHutBun kab/kota, Ditjen SDA, Kelompok
Masyarakat
P P P P * Tersedianya SDM yang menangani
SISDA secara memadai
* Melaksanakan pengadaan pegawai dan
meningkatkan kapasitasnya sesuai
kebutuhan
* Mengembangkan SDM secara
berkelanjutan
* Mengembangkan SDM secara berkelanjutan * Menyediakan SDM yang profesional untuk
menangani SISDA
Ditjen SDA, Biro Kepeg dan Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA,
Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG
prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P * Tersedianya peralatan yang memadai
untuk menunjang SISDA terpadu
* Menginventarisasi peralatan, mengevaluasi
jaringan, melaksanakan rasionalisasi
peralatan dan pengadaan peralatan baru
untuk menunjang SISDA terpadu
* Mengoperasikan dan memelihara peralatan
yang menunjang SISDA secara
berkelanjutan
* Mengoperasikan dan memelihara peralatan
yang menunjang SISDA secara berkelanjutan
* Melaksanakan evaluasi, rasionalisasi,
penyediaan, operasi dan pemeliharaan
peralatan yang memadai untuk menunjang
SISDA
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BPSDA, PJT II, Bappeda
prov.kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG
prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P P * Terintegrasinya data SISDA secara
berkelanjutan
* Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang
mudah diakses secara berkelanjutan
* Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait
dan menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang
mudah diakses secara berkelanjutan
* Mengkoordinasikan data sumber daya air
yang berasal dari instansi-instansi terkait dan
menerbitkan buku data tahunan serta
menyediakan data berbasis web yang mudah
diakses secara berkelanjutan
* Mengintegrasikan data SISDA yang
mudah diakses secara berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Ditjen SDA, PJT II, Bappeda
prov.,kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG
prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P P * Tersedianya pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis
dan komprehensif
* Menyediakan pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
* Mengkaji ulang pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
* Mengkaji ulang pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
* Menerbitkan pedoman tentang
pengelolaan SISDA yang sistematis dan
komprehensif
Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda
prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov.,
Dipertan prov., Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis
Kurang handalnya database sumber daya
air (Hidrologi, Hidrogeologi dan
Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya
air, Prasarana sumber daya air, Teknologi
sumber daya air, Lingkungan sumber daya
air, Kegiatan SoSekBud) karena database
belum lengkap, SDM dan
Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D


halaman183
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
5.1 LEMBAGA
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
P P P 1) * * Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14 indikator)
secara berkelanjutan
* Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14 indikator)
secara berkelanjutan
* Meningkatkan kapasitas masing-masing unit
kerja Psumber daya air dengan
menggunakan pengukuran kinerja
(Performance Benchmarking = 14 indikator)
secara berkelanjutan
* Meningkatkan kapasitas masing-masing
unit kerja Psumber daya air secara
berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat
P P P * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja
Psumber daya air melalui MoU secara
berkelanjutan
* Meningkatkan kerjasama antar unit kerja
Psumber daya air melalui MoU secara
berkelanjutan
* Meningkatkan kerjasama antar unit kerja
Psumber daya air melalui MoU secara
berkelanjutan
* Meningkatkan kerjasama antar unit kerja
Psumber daya air melalui MoU secara
berkelanjutan
BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota,
BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat
P P P * Terpenuhinya jumlah pegawai dan
peningkatan kapasitasnya
* Menambah jumlah pegawai sesuai analis
beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)
* Menambah jumlah pegawai sesuai analis
beban kerja (50% kekurangan terpenuhi)
* Menjaga kesesuaian antara jumlah yang
purna tugas dengan pengadaan pegawai baru
sesuai analisis beban kerja
* Memenuhi kebutuhan jumlah dan
kapasitas pegawai sesuai analisis beban
kerja
Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P * Menempatkan pegawai sesuai dengan
kompetensinya (50%)
* Menempatkan pegawai sesuai dengan
kompetensinya (50%), kumulatif 100%
* Menjaga kesesusaian penempatan pegawai
sesuai kompetensinya
* Memperbaiki pelaksanaan menejemen
kepegawaian
Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS,
Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P * Terbitnya pedoman atau MoU tentang
pembagian peran antar unit pengelola
sumber daya air antara lain
kewenangan terhadap situ dan anak
sungai
* Menyusun, membahas dan menyepakati
pembagian peran dan wewenang antar
institusi terkait bidang sumber daya air
dalam bentuk pedoman atau MoU
pengelolaan antara lain kewenangan
terhadap situ dan anak sungai
* Memantau dan mengawasi penerapan
pedoman pembagian peran dalam
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
* Memantau dan mengawasi penerapan
pedoman pembagian peran dalam
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
* Menerbitkan pedoman pembagian peran
dalam pengelolaan sumber daya air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,
kab/kota, Kelompok Masyarakat
P P P P * Terbitnya pedoman manajemen aset
dalam pengelolaan sumber daya air
* Menyusun dan menetapkan pedoman
menejemen aset dalam pengelolaan
sumber daya air
* Melaksanakan monitoring dan pengawasan
dalam penerapan pedoman menejemen
aset pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
* Melaksanakan monitoring dan pengawasan
dalam penerapan pedoman menejemen aset
pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan
* Menyusun, menetapkan dan menerapkan
pedoman manajemen asset dalam
pengelolaan sumber daya air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok
Masyarakat
5.2 PENDANAAN P P P P 1) * Terwujudnya keterpaduan dalam
penyusunan program dan anggaran
pengelolaan sumber daya air
* Membangun komitmen diantara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber daya
air WS 6 Ci secara berkelanjutan
* Membangun komitmen diantara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan
sumber daya air melalui TKPsumber daya
air WS 6 Ci secara berkelanjutan
* Membangun komitmen diantara instansi
terkait bidang sumber daya air dalam
pengalokasian anggaran pengelolaan sumber
daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci
secara berkelanjutan
* Meningkatkan komunikasi dan koordinasi
dalam pengelolaan sumber daya air
terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6
Ci
Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci,
BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota, Kelompok
Masyarakat
P P P * Terwujudnya pungutan jasa
pengelolaan sumber daya air
* Melakukan kajian dan penetapan pungutan
jasa pengelolaan sumber daya air
* Menerapkan pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
* Menerapkan pungutan jasa pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
* Mengkaji, menetapkan dan menerapkan
pungutan jasa pengelolaan sumber daya
air
BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA
Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU,
Kelompok Masyarakat
P P * Terbentuknya BLU Pengelolaan
sumber daya air
* Melakukan kajian, pembahasan dan
penetapan BLU Pengelolaan sumber daya
air
* Mengoperasikan, memantau dan
mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan
sumber daya air secara berkelanjutan
* Mengoperasikan, memantau dan mengawasi
pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya
air secara berkelanjutan
* Mengkaji, menetapkan, mengoperasikan
dan memantau penetapan BLU
Pengelolaan sumber daya air
Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov,
kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU,
Kelompok Masyarakat
5.3 PENGATURAN
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
P P P P 1) Belum maksimalnya upaya pengawasan
pemerintah terhadap pengambilan air
tanah dalam yang dilakukan oleh pihak
swasta/perusahaan/industri
* Terkendalinya pengambilan air tanah
dalam
* Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur
pengambilan air tanah dalam, dan
membangun sumur pantau pada lokasi
yang rawan
* Memantau, mengawasi dan melakukan
penindakan terhadap para pelanggar
penggunaan air tanah dalam secara
berkelanjutan (pengambilan tidak berijin,
atau melebihi volume ijin)
* Memantau, mengawasi dan melakukan
penindakan terhadap para pelanggar
penggunaan air tanah dalam secara
berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau
melebihi volume ijin)
* Melaksanakan inventarisasi, dan
memantau pengambilan air tanah dalam
sesuai ijin yang telah diberikan
BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov.,
Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota,
BBWS, Satpol PP, Polri, Kelompok
Masyarakat
P P P * Meningkatnya kesadaran
swasta/perusahaan/industri dalam
pengambilan air tanah dalam
* Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air
tanah dalam yang melampaui batas aman,
secara berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air
tanah dalam yang melampaui batas aman,
secara berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang bahaya pengambilan air tanah
dalam yang melampaui batas aman, secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran
publik tentang pengambilan air tanah
dalam
BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov.,
Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota,
BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 2) Belum adanya pendelegasian perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan dari Menteri PU ke Gubernur
* Terbitnya dokumen pendelegasian
perijinan penggunaan dan
pengusahaan air permukaan
* Menyusun dan menerbitkan dokumen
pendelegasian perijinan penggunaan dan
pengusahaan air permukaan
* Melaksanakan pengaturan perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan
* Melaksanakan pengaturan perijinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan
* Melaksanakan pendelegasian perizinan
penggunaan dan pengusahaan air
permukaan dari Men. PU kapada
Gubernur
Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov.,
BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 3) Adanya tumpang tindih pelaksanaan OP di
Jargasi Jatiluhur
* Terbitnya dokumen pembagian peran
kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur
* Menerbitkan aturan pelaksanaan PP 7
tahun 2010 secara jelas (yang belum jelas
di PP 7, diatur kembali/diperjelas melalui
peraturan tingkat Menteri)
* Melaksanakan pendelegasian kegiatan OP
jargasi Jatiluhur kepada Provinsi
* Melaksanakan pendelegasian kegiatan OP
jargasi Jatiluhur kepada Provinsi
* Terbitnya dokumen pembagian peran
kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur
Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov.,
PJT, BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat
* Mengatur pendelegasian kegiatan OP
jaringan Jatiluhur kepada Provinsi
P P P P 4) Belum adanya kebijakan yang jelas
mengenai kesepakatan transfer air antar
wilayah (Sungai Citarum ke Jakarta/antar
Propinsi, S. Cibantarua ke S.
Cisangkuy/antar Wilayah Sungai dll.)
* Terwujudnya kebijakan yang jelas
mengenai transfer air antar wilayah
provinsi
* Menetapkan kebijakan tentang transfer air
antar wilayah
* Memantau dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan tentang transfer air antar wilayah
secara berkelanjutan
* Memantau dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan tentang transfer air antar wilayah
secara berkelanjutan
* Menetapkan kebijakan tentang transfer air
antar wilayah provinsi
Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA
WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta,
Kelompok Masyarakat
5.4 FORUM
KOORDINASI
PENGELOLAAN
P P P P 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupate/Kota
* Optimalnya kinerja Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif
* Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi
Provinsi, Kabupaten/Kota
* Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupaten/Kota
* Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupaten/Kota
* Membentuk, mengaktifkan dan
memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi,
Kabupate/Kota yang aktif
Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian
Prov./Kab./Kota dan BBWS, BPSDA,
Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Belum optimalnya Dewan Sumber Daya
Air Provinsi di wilayah 6 Ci
* Optimalnya kinerja Dewan Sumber
Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci
* Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan
sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci
secara berkelanjutan
* Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan
sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci
secara berkelanjutan
* Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan
sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci
secara berkelanjutan
* Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber
Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci
Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek.
Dewan SDA Prov., Kelompok Masyarakat
P P P 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya
air Kabupaten/Kota
* Terbentuknya Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan
* - * - * Mengaktifkan Dewan sumber daya air
Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara
berkelanjutan
* Membentuk dan Mengaktifkan Dewan
sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai
kebutuhan
Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota,
Sek. Dewan SDA Kab./Kota, Kelompok
Masyarakat
P P P P 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat
TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci)
* Optimalnya kinerja Sekretariat
TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1
Ci)
* Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya
air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara
berkelanjutan
* Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya
air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara
berkelanjutan
* Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya
air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara
berkelanjutan
* Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber
daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci)
BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci,
Dinas PU DKI, Kelompok Masyarakat
P P P 5) Belum maksimalnya forum komunikasi
DAS di WS 6 Ci
* Peningkatan kinerja forum komunikasi
DAS
* Membentuk forum komunikasi DAS dan
mengaktifkan forum
* Mengaktifkan forum komunikasi DAS
secara berkelanjutan
* Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara
berkelanjutan dalam rangka menjaga
kelestarian fungsi konservasi
* Membentuk dan mengaktifkan forum DAS BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota,
Bappeda, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan Irigasi di
wilayah Citarum
* Meningkatnya Koordinasi antar
Instansi terkait pengelolaan Irigasi di
wilayah Citarum
* Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait secara berkelanjutan
* Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait secara berkelanjutan
* Melaksanakan koordinasi antar instansi
terkait secara berkelanjutan
* Meningkatkan Koordinasi antar Instansi
terkait pengelolaan Irigasi
BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian
Kabupaten, Kelompok Masyarakat
Jangka Pendek (2011-2015)
Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan
fungsi unit kerja yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya air karena
belum memadainya SDM (kuantitas dan
kualitas), belum optimalnya pembagian
tugas, dan belum menggunakan PAI
(Pembiayaan Aset Irigasi) secara o
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Efektifnya pelaksanaan tugas dan
fungsi unit kerja pengelolaan sumber
daya air
Kurangnya pendanaan karena komitmen pembiayaan pengelolaan sumber daya air masih terbatas/belum ada, terbatasnya sumber dana dan belum adanya struktur utk mengatur cost recovery dari pengguna (air)
i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D

halaman184
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH
1 2 3 4
A B C D
5.5 P P P P 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan
masyarakat dlm pengelelolaan sumber
daya air
* Meningkatnya kesadaran dan
kemampuan masyarakat dalam
Psumber daya air
* Melaksanakan sosialisasi, penyadaran
masyarakat dalam Pengelolan sumber daya
air secara berkelanjutan, Menambahkan
pendidikan Pengelolaan sumber daya air
dalam muatan lokal tingkat
PAUD,SD,SMP,SMU
* Melaksanakan penyadaran masyarakat
dalam Pengelolan sumber daya air secara
berkelanjutan. Menambahkan pendidikan
Pengelolaan sumber daya air dalam
muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU
* Melaksanakan penyadaran masyarakat
dalam Pengelolan sumber daya air secara
berkelanjutan. Menambahkan pendidikan
Pengelolaan sumber daya air dalam muatan
lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU
* Melaksanakan sosialisasi, penyadaran
masyarakat dalam Pengelolan sumber
daya air
TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS,
Dinas PU/SDA dan Pemuka agama/tokoh
masyarakat, Kelompok Masyarakat,Diknas
P P P P * Melaksanakan pemberdayaan
petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif,
termasuk pemeliharaan dan peningkatan
jaringan tersier (30% area)
* Melaksanakan pemberdayaan
petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif,
termasuk pemeliharaan dan peningkatan
jaringan tersier (20% area, kumulatif 50%
area)
* Melaksanakan pemberdayaan
petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif,
termasuk pemeliharaan dan peningkatan
jaringan tersier (50% area, kumulatif 100%
area)
Meningkatkan pembinaan kesadaran dan
kemampuan petani/P3A dalam
pengelolaan jaringan irigasi tersier
Dinas Pertanian, BBWS, Dinas PU/PSDA,
P3A, GP3A, IP3A dan Kelompok Tani,
Kelompok Masyarakat
P P P * Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar
hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif
berpperan ikut menjaga kelestarian hutan
dan sumber air secara berkelanjutan
* Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar
hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif
berpperan ikut menjaga kelestarian hutan
dan sumber air secara berkelanjutan
Memberdayakan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar
hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif
berpperan ikut menjaga kelestarian hutan dan
sumber air secara berkelanjutan
Meningkatkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat DAS hulu sekitar hutan dan
sekitar sumber air melalui pembinaan dan
pendampingan
Bappeda, Dinas Sosial, Dinas Pertanian,
Kelompok Masyarakat dan swasta, Kelompok
Masyarakat
P P P P 2) Lunturnya budaya/tradisi masyarakat
setempat dalam menjaga kelestarian
kawasan hutan, lingkungan dan sumber
daya air
* Terlindungnya/terjaganya
budaya/tradisi masyarakat dalam
menjaga kelestarian kawasan hutan,
lingkungan dan sumber daya air
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan
sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan
sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan
sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk
menjaga kelestariannya secara berkelanjutan
* Menginvenatrisasi kelompok masyarakat
yang mempunyai budaya dalam menjaga
kelestarian kawasan hutan, lingkungan,
dan sumber daya air, serta memberikan
bimbingan, arahan dan pemberdayaan
untuk menjaga kelestariannya secara
berkelanjutan
Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, BPLHD,
Dinas PU/PSDA, Dinas Pertanian, BBWS,
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam,
Kelompok Masyarakat
P P P P 3) Belum maksimalnya masyarakat dalam
melaksanakan hemat air
* Terlaksananya pemasyarakatan hemat
air untuk kebutuhan perkotaan
* Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
secara berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
secara berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
secara berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk
kebutuhan perkotaan dan rumah tangga
Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok
masyarakat perkotaan
P P P * Terlaksananya pembinaan petani
berhemat air irigasi dengan sistem SRI
* Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi,
dengan demplot sistem SRI secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi dan
pelaksanaan hemat air melalui demplot
Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA
kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani,
Kelompok Masyarakat
P P P * Membina petani melaksanakan sistem SRI
(5% area)
* Membina petani melaksanakan sistem SRI
(5% area), kumulatif (10%)
* Membina petani melaksanakan sistem SRI
(10% area), kumulatif (20%)
P P * Terlaksananya penerapan hemat air
industri melalui Reduce-Reuse-
Recycle
* Melaksanakan sosialisasi hemat air industri
melalui 3R
* Menerapkan hemat air industri melalui 3R
secara berkelanjutan
* Menerapkan hemat air industri melalui 3R
secara berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi dan
menerapkan hemat air industri melalui
Reduce-Reuse-Recycle
Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas
PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat
Industri, Kelompok Masyarakat
P P * Terlaksananya pengembangan dan
Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan
desalinisasi air laut untuk industri
* Mendorong kelompok industri mengolah air
kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar
secara berkelanjutan
* Mendorong kelompok industri mengolah air
kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar
secara berkelanjutan
* Mendorong kelompok industri mengolah air
kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar
secara berkelanjutan
* Mengembangkan dan menerapkan
teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air
laut menjadi air bersih/tawar untuk industri
Dinas Perindustrian prov., PDAM, Dinas
PU/SDA prov., BPLHD/BLHD , Kelompok
Masyarakat
P P P 4) Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang manajemen banjir
* Meningkatnya kesiapan masyarakat
menghadapi banjir
* Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir secara
berkelanjutan
* Melaksanakan sosialisasi tentang
pengurangan resiko akibat banjir
BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota,
BPSDA, Kelompok Masyarakat
P P P P 5) Kurangnya peran masyarakat dlm
pengelolaan sampah
* Meningkatnya kesadaran masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai)
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai) secara berkelanjutan
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai) secara berkelanjutan
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai)
secara berkelanjutan
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dlm pengelolaan sampah (di saluran,
sungai)
Dinas Kebersihan Prov./Kab/Kota, Dinas
PU/SDA Prov./Kab/ Kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P 6) Masih terbatasnya penggunaan dana
Corporate Social Responsibility (CSR),
Payment Enviroment Service (PES), untuk
konservasi sumber daya air dan
lingkungan
* Terlaksananya peningkatan
pengembangan dan penerapan Dana
CSR untuk konservasi sumber daya air
dan lingkungan
* Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan secara
berkelanjutan
* Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan secara
berkelanjutan
* Mendorong terwujudnya komitmen
penyediaan dana CSR untuk konservasi
sumber daya air dan lingkungan secara
berkelanjutan
* Meningkatkan peran swasta dalam
konservasi sumber daya air dan
lingkungan melalui dana CSR
Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BPSDA, BPDAS, kelompok
masyarakat, Kadinda
P P P * Terlaksananya peningkatan
pemberdayaan masyarakat tentang
kebersihan lingkungan, termasuk
jamban keluarga
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air
secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air
secara berkelanjutan, dengan
memanfaatkan CSR
* Melaksanakan pemberdayaan masyarakat
tentang sanitasi lingkungan sumber air secara
berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR
* Meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang kebersihan lingkungan dan
penggunaan jamban keluarga
Dinas CK, Dinas PerKim prov., kab/kota,
BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA prov.,
kab/kota, BBWS, BPSDA, swasta dan
kelompok masyarakat
P P P 7) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir
dalam pelaksanaan konservasi DAS
* Terlaksananya konservasi DAS dg
prinsip kerjasama hulu-hilir
* Menginvetarisasi potensi kerjasama hulu-
hilir pada masing-masing DAS. Menyiapkan
MOU dan melaksanakan uji coba
kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada
DAS Citarum (Prov. Jabar dan DKI Jakarta)
* Melaksanakan dan memantau kesepakatan
kerjasama hulu-hilir DAS Citarum.
Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji
coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir
untuk DAS lainnya (antar kab./kota)
* Melaksanakan dan memantau kesepakatan
kerjasama hulu-hilir DAS Citarum (Prov.
Jabar dan DKI Jakarta) dan DAS lainnya
(antar kab./kota)
* Mengembangkan, melaksanakan dan
memantau kerjasama hulu-hilir setiap DAS
dalam pelaksanaan konservasi
Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait,
BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan
Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL,
Kelompok Masyarakat
P P P P 8) Belum berkembangnya kerjasama
pengelolaan jasa lingkungan
* Terlaksananya kerjasama
pengelolaan jasa lingkungan
* Menginvetarisasi dan mengkaji potensi
obyek dan subyek kerjasama pengelolan
jasa lingkungan dengan referensi DAS
Cikapundung (Desa Cikole dan Suntenjaya
(2011-2013),menyusun dokumen kerjasama
dan melaksanakan uji coba (2014-2015)
* Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama pengelolaan jasa lingkungan
serta monitoring dan evaluasi
pelaksanaannya
* Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaannya
* Melaksanakan dan mengembangkan
kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan)
BPLHD Prov/kab/kota, BBWS, Dinas PSDA
Prov.Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat,
Dinas TanHutBun kab/kota
Jangka Pendek (2011-2015)
No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis
PEMBERDAYAAN
dan PENINGKATAN
PERAN
MASYARAKAT DAN
SWASTA
Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i

Catatan:
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D



halaman185
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4
PENATAAN RUANG
1 2 3 4
A B C D
P P P P 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana
peruntukan
* Terlaksananya UU Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan PP
Nomor 26 Tahun 2008, tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
* Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan penataan
ruang
* Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan penataan
ruang
* Melaksanakan sosialisasi peraturan per
undang-undangan terkait dengan penataan
ruang
* Mensosialisasikan, memantau,
mengawasi dan melakukan penindakan
terhadap pelanggaran peraturan Per-UU-
an tentang penataan ruang dan RTRW
Prov, Kab/Kota
Dinas Tata Ruang Prov/ Kab/Kota, Dinas
PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P P * Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan ruang
secara berkelanjutan (2014-2015)
* Melaksanakan pemantauan dan
pengawasan pelaksanaan per undang-
undangan terkait dengan penataan ruang
secara berkelanjutan
* Melaksanakan pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan per undang-undangan terkait
dengan penataan ruang secara berkelanjutan
Dinas Kimrum Prov/ Kab/Kota, Dinas
PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan (2014-2015)
* Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan
* Melaksanakan penindakan terhadap
pelanggar penataan ruang secara
berkelanjutan
Dinas Kimrum prov., Bappeda prov , Dinas
PU/SDA prov, kab/kota, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P * Terlaksananya UU Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
* Menetapkan zonasi pemanfaatan sumber
air termasuk kawasan resapan, tangkapan
air, sumber air, ke dalam RTRW
Prov/Kab/Kota
* Melaksanakan pemantauan dan mengawasi
pelaksanaan RTRW, membatasi
peruntukan kawasan melalui pembatasan
ijin lokasi, IMB, building code, serta
konsolidasi kepemilikan lahan retensi banjir
* Melaksanakan pemantauan dan mengawasi
pelaksanaan RTRW, membatasi peruntukan
kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB,
building code, serta konsolidasi kepemilikan
lahan retensi banjir
Dinas Kimrum Prov/ Kab/Kota, Dinas
PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BPN, BBWS, Kelompok
Masyarakat
P P P P * Menetapkan zona daerah rawan bencana
tsunami, rawan banjir, rawan longsor, ke
dalam RTRW Prov/Kab/Kota
P P P P * Menetapkan kawasan yang harus diproteksi
dari pembangunan perumahan/ perkotaan,
antara lain lokasi calon genangan waduk/
tampungan air, kawasan retensi banjir, ke
dalam RTRW Prov/Kab/Kota
P P P P * Mencantumkan struktur bangunan utama
sumber daya air dalam RDTR Kab/Kota
P P P P * Mencantumkan kawasan rehabilitasi hutan
dan lahan sesuai RTkRHL dalam RTRW
Kab/Kota
P P P * Terwujudnya insentive dan
disinsentive (tanah terlantar/produktif,
tanah produktif tanpa/dengan
konservasi)
* Menyusun Perda, mensosialisasikan dan
menerapkan insentive dan disinsentive
(PBB tanah terlantar/produktif, tanah
produktif tanpa/dengan konservasi)
* Mensosialisasikan dan menerapkan
insentive dan disinsentive (PBB tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
* Mensosialisasikan dan menerapkan insentive
dan disinsentive (PBB tanah
terlantar/produktif, tanah produktif
tanpa/dengan konservasi)
* Menerapkan insentive dan disinsentive
(PBB tanah terlantar/produktif, tanah
produktif tanpa/dengan konservasi)
Dispenda, Dinas TanHutBun Kab/Kota, BPN
Kab/Kota, Kelompok Masyarakat
P P P P 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian
tanaman pangan (sawah)
* Terlaksananya UU Nomor 41 Tahun
2009 tentang Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan PP Nomor 1 Ttahun
2011
* Menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan dalam RTRW untuk
mendapatkan perlindungan khusus sesuai
peraturan berkelanjutan (2011-2013)
* Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
perlindungan lahan pertanian pangan,
secara berkelanjutan
* Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
perlindungan lahan pertanian pangan, secara
berkelanjutan
* Menetapkan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan dalam RTRW untuk
mendapatkan perlindungan khusus sesuai
peraturan
Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat
P P P P * Mensosialisasikan kawasan pertanian
pangan berkelanjutan (2011-2013)
* * *
P P P P * Memonitor dan mengawasi pelaksanaan
secara berkelanjutan (2014-2015) melalui
ijin lokasi dan IMB
P P P * Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran
pelaksanaan alih fungsi lahan secara
berkelanjutan (2014-2015)
Catatan :
1). Strategi A dan B = 16 m3/dtk (sama seperti kondisi saat ini).
2). Strategi C = 30 m3/dtk {(kondisi saat ini = 16 m3/dtk + 5 m3/dtk (normalisasi Tarum Barat/BBWSC) + 9 m3/dtk(studi Mot Mac Donal, 2010.
i ii + i iii + ii + i Sasaran/Target yang diinginkan No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek
Jangka Menengah (2011-2020)
STRATEGI
Jangka Panjang (2011-2030)
Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis
Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda
Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas Tata Ruang,
PPNS, Polres/Polda, BBWS, Dinas PU/SDA,
Kelompok Masyarakat
Mencegah terjadinya alih fungsi lahan
pertanian tanaman pangan
Jangka Pendek (2011-2015)
Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan,
serta menerapkan sanksi terhadap
pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan
secara berkelanjutan
Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan,
serta menerapkan sanksi terhadap
pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan
secara berkelanjutan

P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D




Peta Tematik Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci

halaman186
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR)


halaman187
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGAWETAN AIR)


halaman188
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN)


halaman189
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR & PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR)


halaman190
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PEYEDIAAN SUMBER DAYA AIR)


halaman191
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGUNAAN SUMBER DAYA AIR)


halaman192
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR)


halaman193
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR)


halaman194
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENCEGAHAN BENCANA)


halaman195
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENCEGAHAN BENCANA DI BBWS 2 CI)


halaman196
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN AKIBAT BENCANA)


halaman197
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR


halaman198
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH
(SUB ASPEK LEMBAGA PSUMBER DAYA AIR DAN PENDANAAN)


halaman199
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH
(SUB ASPEK PENGATURAN)


halaman200
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH
(SUB ASPEK FORUM KOORDINASI PSUMBER DAYA AIR)


halaman201
PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4
ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH
(SUB ASPEK PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA)

Anda mungkin juga menyukai