TAHUN 2012 CIDANAU - CIUJUNG - CIDURIAN - CISADANE- CILIWUNG - CITARUM POLA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI CIDANAU- CIUJUNG-CIDURIAN-CISADANE- CILIWUNG-CITARUM
TAHUN 2012
halamaniii DAFTAR ISI
Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola 4 1.2.1 Maksud 4 1.2.2 Tujuan 4 1.2.3 Sasaran 4 1.2.4 Visi dan Misi 5 1.3 Isu-Isu Strategis 5 1.3.1 Isu Strategis Nasional 5 1.3.1.1 Target Penyediaan Air Bersih 5 1.3.1.2 Ketahanan Pangan 6 1.3.1.3 Ketersediaan Energi 6 1.3.1.4 Perubahan Iklim Global 7 1.3.1.5 Ketahanan Air (Water Security) 7 1.3.2 Isu Strategis Lokal/Regional 8 2 BAB II Kondisi pada Wilayah Sungai 11 2.1 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber Daya Air dan Peraturan Lainnya yang Terkait 11 2.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air atau Kebijakan Pembangunan Provinsi atau Kabupaten/Kota 13 2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air 13 2.2.2 Kebijakan Nasional Penataan Ruang 14 2.2.3 Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air 16 2.3 Inventarisasi Data 16 2.3.1 Data Umum 16 2.3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah 17 2.3.1.2 Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Angka 21 2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 21 2.3.1.4 Digital Elevation Model (DEM) 22 2.3.1.5 Laporan Hasil Studi, Kajian Teknis, Perencanaan Terkait Sumber Daya Air 23 2.3.2 Data Sumber Daya Air 24 2.3.2.1 Iklim 24 2.3.2.2 Air Permukaan (hujan, debit, tampungan air) 24 2.3.2.3 Air Tanah 31 2.3.2.4 Sedimentasi Sungai 34 2.3.2.5 Erosi Lahan 34 2.3.2.6 Muka Air Pasang Surut 35 2.3.2.7 Kualitas Air 37 2.3.2.8 Prasarana/Infrastruktur 37 2.3.3 Data Kebutuhan Air 40 2.3.3.1 RKI (Air Minum, Industri, Perkotaan dan Pariwisata) 40 2.3.3.2 Irigasi 41 2.3.3.3 Penggelontoran 42 2.3.3.4 Ketenagaan 42 2.3.3.5 Perikanan 43
halamaniv 2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan 46 2.4.1 Ditinjau dari Hasil Rumusan PKM 46 2.4.2 Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Air 47 2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan 52 2.5.1 Potensi Konservasi Sumber Daya Air 52 2.5.1.1 Konservasi Lahan Kritis 52 2.5.1.2 Koordinasi dan Sinergi Program 53 2.5.1.3 Prokasih, Proper dan Superkasih 54 2.5.1.4 Program dan Renstra Provinsi tentang Kualitas Air 56 2.5.1.5 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan Kelas dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Ciliwung 58 2.5.1.6 Pengaturan dan Pembatasan Pengambilan Air Tanah 58 2.5.2 Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Air 61 2.5.2.1 Skematisasi Model Alokasi Air 61 2.5.2.2 Peningkatan Potensi Sumber Daya Air 61 2.5.2.3 Peningkatan Potensi Saluran Pembawa Air 68 2.5.2.4 Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan 69 2.5.3 Potensi Pengendalian Daya Rusak Air 70 2.5.3.1 Penanganan Banjir 70 2.5.3.2 Penanganan Krisis Air/Kekeringan 71 2.5.3.3 Penanganan Kerusakan Pantai 71 2.5.3.4 Penanganan Bencana Tsunami 72 2.5.3.5 Penanganan Bencana Longsor 72 2.5.4 Potensi Sistem Informasi Sumber Daya Air 73 2.5.4.1 Integrasi Sistem Informasi 73 2.5.4.2 Sistem Pendukung Keputusan - Ribasim 73 2.5.5 Potensi Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha 74 2.5.5.1 Kemitraan Desalinasi (PT Jaya Ancol) 74 2.5.5.2 Air Baku kota Cilegon (PT Krakatau Tirta Industri, Kawasan Industri Krakatau, Cilegon) 74 2.5.5.3 Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air 75 2.5.5.4 BLU dan IJL 75 2.5.6 Potensi Penataan Ruang 76 2.5.6.1 Zonasi 76 2.5.6.2 Java Spatial Model 77 2.5.6.3 Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan 78 3 BAB III ANALISIS DATA 79 3.1 Asumsi, Kriteria, dan Standar yang digunakan 79 3.1.1 Asumsi 79 3.1.2 Kriteria 82 3.1.3 Standar 86 3.1.4 Analisis 87 3.1.4.1 Analisis Konservasi Sumber Daya Air 87 3.1.4.2 Analisis Pendayagunaan Sumber Daya Air 100 3.1.4.3 Analisis Pengendalian Daya Rusak Air 114 3.1.4.4 Analisis Sistem Informasi Sumber Daya Air 126 3.1.4.5 Analisis Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha 127 3.1.4.6 Analisis Perencanaan dan Penataan Ruang 129
halamanv 3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim pada Wilayah Sungai 133 3.2.1 Skenario 133 3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air 138 4 BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR141
halamanvi DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Cakupan WS 6 Ci Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota* 2 Tabel 2.1. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci 27 Tabel 2.2. Perkiraan Pengambilan Air Tanah Dalam di WS 6 Ci 32 Tabel 2.3. Lahan Kritis di WS 6 Ci 35 Tabel 2.4. Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Pemantauan Rutin 37 Tabel 2.5. Waduk yang Sudah Ada di WS 6 Ci 37 Tabel 2.6. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 42 Tabel 2.7. Data Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Djuanda (Jatiluhur) 43 Tabel 2.8. Luas Tambak di WS 6 Ci 44 Tabel 2.9. Persandingan Masalah di masing-masing WS 6 Ci 48 Tabel 2.10. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air dan Institusi Pengelola 54 Tabel 2.11. Potensi Waduk 6 Ci 63 Tabel 2.12. Pemangku Kepentingan dan Anggota Wadah Koordinasi TKPSDA WS 6 Ci 75 Tabel 3.1. Kriteria Kinerja DAS 82 Tabel 3.2. Kriteria Keragaan DAS 83 Tabel 3.3. Tingkatan pengelolaan kultur teknis 84 Tabel 3.4. Praktek pengelolaan mekanik 84 Tabel 3.5. Standar dan Kriteria Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit Banjir 85 Tabel 3.6. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Storet 85 Tabel 3.7. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Indeks Pencemaran (IP) 85 Tabel 3.8. Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik 86 Tabel 3.9. Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan 86 Tabel 3.10. Kategori Perikanan dan Persyaratan Flushing rate dan Salinitas 87 Tabel 3.11. Perubahan luas dan total erosi untuk tingkat erosi berat-sangat berat 90 Tabel 3.12. Kualitas logam berat di titik pengamatan Nanjung - inlet waduk Saguling (2000-2010) 96 Tabel 3.13. Kadar logam berat di titik 6 muara Sungai Citarum di waduk Cirata (2007-2010) 98 Tabel 3.14. Kadar besi dan mangan di inlet dan outlet waduk Jatiluhur (2002 2008) 99 Tabel 3.15. Kadar logam berat (besi, mangan dan seng) di waduk Jatiluhur (2009-2010) 99 Tabel 3.16. Kebutuhan Air RKI di WS 6 Ci (termasuk kebutuhan untuk pariwisata) 101 Tabel 3.17. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 102 Tabel 3.18. Kebutuhan Air untuk Penggelontoran 102 Tabel 3.19. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci 102 Tabel 3.20. Kekurangan Air Irigasi dan RKI Pada Water District (WD) 123 Tabel 3.21. Skenario Berdasarkan Tatakelola Pemerintahan dan Pertumbuhan Ekonomi 133 Tabel 3.22. Hubungan Skenario, Asumsi dan Strategi 138
halamanvii Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 142 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 156 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 172
halamanviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Peta WS 6 Ci 3 Gambar 2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah di WS 6 Ci 19 Gambar 2.2. Kondisi Tata Guna Lahan di WS 6 Ci pada tahun 2009 20 Gambar 2.3. Distribusi Kepadatan Penduduk di WS 6 Ci berdasarkan Podes 2008 dan Sensus 2010 21 Gambar 2.4. Distribusi Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan Usaha 2008 22 Gambar 2.5. Peta Topografi WS 6 Ci 25 Gambar 2.6. Curah Hujan Tahunan di WS 6 Ci 26 Gambar 2.7. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci 27 Gambar 2.8. Peta Situ di WS 6 Ci 29 Gambar 2.9. Peta Situ di Wilayah Cisadane-Ciliwung 30 Gambar 2.10. Potensi Air Tanah di WS 6 Ci 31 Gambar 2.11. Peta Cekungan Air Tanah di WS 6 Ci 33 Gambar 2.12. Peta Lokasi Lahan Kritis di WS 6 Ci 36 Gambar 2.13. Peta Kualitas Air 39 Gambar 2.14. Kebutuhan Air untuk Keperluan RKI di WS 6 Ci (m3/detik) 41 Gambar 2.15. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci (2010) 42 Gambar 2.16. Kebutuhan Air untuk Tambak di WS 6 Ci 44 Gambar 2.17. Peta Lokasi Tambak di WS 6 Ci 45 Gambar 2.18. Peta Konservasi Air Tanah untuk CAT Bandung-Soreang 60 Gambar 2.19. Peta Skematisasi Model Alokasi Air WS 6 Ci 65 Gambar 2.20. Peta Water District 66 Gambar 2.21. Daerah Potensial untuk Pengembangan Waduk 67 Gambar 3.1.Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 80 Gambar 3.2. Pertumbuhan GDP Indonesia 80 Gambar 3.3. Pertumbuhan Penduduk Indonesia 81 Gambar 3.4. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Citarum Hulu 88 Gambar 3.5. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Ciliwung Hulu (Katulampa) 88 Gambar 3.6. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Cidurian-Cikande 89 Gambar 3.7. Perubahan perentase areal setiap tingkatan erosi pada tiga kondisi pengelolaan di WS 6 Ci 89 Gambar 3.8. Tingkatan erosi (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan jelek di WS 6 Ci 91 Gambar 3.9. Tingkatan erosi berat (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan baik di WS 6 Ci 92 Gambar 3.10. Peta Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) di WS 6 Ci 93 Gambar 3.11. Hasil Simulasi Sedimentasi Daerah Tangkapan Air Saguling 94 Gambar 3.12. Peta Potensi Erosi di Wilayah Hulu Waduk Saguling dengan Pengelolaan Jelek 95 Gambar 3.13. Fluktuasi kadar dan trend logam berat di titik Nanjung (Inlet waduk Saguling) 97 Gambar 3.14. Fluktuasi dan trend kadar logam berat di waduk Cirata (titik 6)98
halamanix Gambar 3.15. Fluktuasi Kadar besi dan mangan di waduk Jatiluhur (2002- 2008) 100 Gambar 3.16. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci 101 Gambar 3.17. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci 103 Gambar 3.18. Neraca Air untuk WS 6 Ci Tahun 2010 103 Gambar 3.19. Neraca Air untuk 3 Ci Tahun 2010 104 Gambar 3.20. Neraca Air untuk 2 Ci Tahun 2010 104 Gambar 3.21. Neraca Air untuk 1 Ci Tahun 2010 105 Gambar 3.22. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS 6 Ci Tahun 2030 106 Gambar 3.23. Tingkat Kebutuhan Air Irigasi dan RKI di WS 6 Ci (2010-2030)106 Gambar 3.24. Skema WS 6 Ci 108 Gambar 3.25. Kebutuhan Air 2010 109 Gambar 3.26. Skema Strategi A Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 1110 Gambar 3.27. Skema Strategi B Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 2111 Gambar 3.28. Skema Strategi C Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 3112 Gambar 3.29. Skema Strategi D Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 4113 Gambar 3.30. Hubungan dan Hierarki Pengelolaan Bencana Banjir 115 Gambar 3.31. Peta Kawasan Rawan Banjir 116 Gambar 3.32. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2010 119 Gambar 3.33. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030 120 Gambar 3.34. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2010 121 Gambar 3.35. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2030 122 Gambar 3.36. Peta Kawasan Rawan Bencana di WS 6 Ci 125 Gambar 3.37. Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia (1994 2004) 132 Gambar 3.38. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 1 134 Gambar 3.39. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 2 135 Gambar 3.40. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 3 136 Gambar 3.41. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 4 137
halamanx KOSA KATA
WS 6 Ci terdiri dari 3 (tiga) wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian (Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat), BBWS Cisadane-Ciliwung (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten), dan BBWS Citarum (Provinsi Jawa Barat) 1 Ci Wilayah Kerja BBWS Citarum 2 Ci Wilayah Kerja BBWS Ciliwung-Cisadane 3 Ci Wilayah Kerja BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian ADHB Atas Dasar Harga Berlaku ADHK Atas Dasar Harga Konstan AK Agak Kritis AKNOP Analisa Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ARL Automatic Rainfall Logger AWLL Automatic Water Level Logger B3 Bahan Berbahaya dan Beracun BBWS Balai Besar Wilayah Sungai BKT Banjir Kanal Timur BLU Badan Layanan Umum (PSO) BNA Basic Need Approach BOD Biological Oxygen Demand Bopunjur Bogor, Puncak, Cianjur BPDAS Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai BPLHD Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah BPS Biro Pusat Statistik BPSDA Balai Pengelola Sumber Daya Air BT Bujur Timur BTA Bilateral Technical Assistance BUMD Badan Usaha Milik Daerah BUMN Badan Usaha Milik Negara BWRMP Basin Water Resources Management Plan CAT Cekungan Air Tanah CBL Cikarang Bekasi Laut COD Chemical Oxygen Demand CSR Corporate Social Responsibility DAS Daerah Aliran Sungai DEM Digital Elevation Model DI Daerah Irigasi DIY Daerah Istimewa Yogyakarta DKI Daerah Khusus Ibukota (Jakarta) DPL Diatas Permukaan Laut DPP Daerah Pengembangan Pemukiman DO Dissolved Oxygen DSS Decision Support System EPCM Environmental Pollution Control Manager ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral
halamanxi FGD Focus Group Discussion FKDC Forum Komunikasi DAS Cidanau GAP Good Agriculture Practice GCM Global Circulation Mode Gerhan Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan GNKPA Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air GP3A Gabungan Persatuaan Petani Pemakai Air Ha Hektar ICWRM Integrated Community Water Resources Management IJL Imbal Jasa Lingkungan IKK Ibu Kota Kecamatan IP Indeks Pencemaran IP Indeks Pertanaman ITB Institut Teknologi Bandung P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air IPA Instalasi Pengolahan Air IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah (WWTP) IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change IWRM Integrated Water Resource Management Jabodetabek Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Jabodetabekpunjur Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur JSM Java Spatial Model JWRMS Jabodetabek Water Resource Management Study K Kritis KDB Koefisien Dasar Bangunan Komir Komisi Irigasi KPTS Keputusan KR Koefisien Ragam KRS Koefisien Rejim Sungai KSN Kawasan Strategis Nasional KTI Krakatau Tirta Industri LMV Long Maturing Variety LS Lintang Selatan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MCK Mandi, Cuci, Kakus MDG Millennium Development Goal MOU Memorandum of Understanding MRT (1) Mass Rapid Transport MRT (2) Matrik Rencana Teknik MW Mega Watt OP Operasi dan Pemeliharaan P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air PAI Pengelolaan Aset Irigasi PAM Perusahaan Air Minum PBB Pajak Bumi dan Bangunan PDA Pos Duga Air PDAM Perusahaan Daerah Air Minum PDRB Pendapatan Domestik Regional Bruto PES Payment for Environmental Services (IJL)
halamanxii Perda Peraturan Daerah PERUM Perusahaan Umum PERHUTANI Perusahaan Hutan Negara Indonesia PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PJT Perum Jasa Tirta PKM Pertemuan Konsultasi Masyarakat PLTA Pembangkit Listrik Tenaga Air PMD Pemberdayaan Masyarakat Desa PODES Potensi Desa (Data) ppb part per billion Prokasih Program Kali Bersih Proper Program Penilaian Kinerja Perusahaan PRT Peraturan PSDA Pengelolaan Sumber Daya Air PTPN Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara Purwasuka Purwakarta-Subang-Karawang Puslitbang Pusat Penelitian dan Pengembangan Pusdata Pusat Data Raperpres Rancangan Peraturan Presiden Renstra Rencana Strategis RHL Rehabilitasi Hutan dan Lahan Ribasim River Basin Simulation Model RKI Rumahtangga, Perkotaan dan Industri RLPS Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPP Rancangan Peraturan Pemerintah RPRHL Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan RTR Rencana Tata Ruang RTH Ruang Terbuka Hijau RTkRHL Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan RTn RHL Rencana Tahunan RHL RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional SDR Sediment Delivery Ratio SISDA Sistem Informasi Sumber Daya Air SK Surat Keputusan SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SMV Short Maturing Variety SOP Standard Operation Procedure Sosekbud Sosial Ekonomi Budaya SPKTPA Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air SPM Standar Pelayanan Minimal SRI System of Rice Intensification Superkasih Surat Pernyataan Kali Bersih SWP-DAS Satuan Wilayah Pengelolaan DAS TKPSDA Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air UKL-UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan Lingkungan USLE Universal Soil Loss Equation UTM Universal Transverse Mercator
halamanxiii WD Water District (Distrik Air) WGS World Geodetic System WHO World Health Organization WRDC Water Resource Data Center (Pusdata) WS Wilayah Sungai WTC West Tarum Canal (Kanal Tarum Barat) WTP Water Treatment Plant (IPA) WWTP Wastewater Treatment Plant (IPAL)
halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 A/PRT/M/2006, ditetapkan bahwa Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung- Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (WS 6 Ci) merupakan Wilayah Sungai Lintas Provinsi yang pengelolaannya ditangani oleh Pusat. WS 6 Ci terdiri dari 3 (tiga) wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga, yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, dan BBWS Citarum. Ketiga wilayah tersebut selanjutnya disebut sebagai 3 Ci (Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat), 2 Ci (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten) dan 1 Ci (Provinsi Jawa Barat). WS 6 Ci berdasarkan wilayah administrasi meliputi 14 Kabupaten dan 14 Kota terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten, 5 Kota di Provinsi DKI Jakarta, dan 10 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi Jawa Barat dengan luas total 20.718 km 2 (3 Ci seluas 412.518 ha, untuk 2 Ci seluas 526.935 ha, dan 1 Ci seluas 1.132.334 ha). Peta lokasi WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 1.1, dan cakupan kota/kabupaten pada masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) disajikan dalam Tabel 1.1.
Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat untuk berbagai keperluan, diperlukan suatu kerangka dasar pengelolaan sumber daya air terpadu antar sektor, antar wilayah dan antar berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air, yaitu berupa Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Pola berbasis wilayah sungai tersebut menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air, melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan.
halaman 2 Tabel 1.1. Cakupan WS 6 Ci Berdasarkan Provinsi dan Kabupaten/Kota* Wilayah Banten DKI Jakarta Jawa Barat Kabupaten Kota Kabupaten Kota Kabupaten Kota 3 Ci Tangerang Pandeglang Serang Lebak Serang Cilegon Bogor 2 Ci Tangerang Tangerang Selatan Tangerang Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Bogor Bekasi Bogor Depok Bekasi 1 Ci Cianjur Bandung Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat Bandung Bekasi Cimahi * beberapa kota/kabupaten masuk dalam lebih dari satu wilayah sungai
Penyusunan Pola ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis & Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air. Proses penetapan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air didasarkan pada tingkat kewenangannya, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. Sesuai tingkat kewenangannya, Pola Pengelolaan Sumber Daya Air untuk WS 6 Ci ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.
halaman 3
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 1.1. Peta WS 6 Ci
halaman 4 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Penyusunan Pola 1.2.1 Maksud Maksud dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah memberikan arah pengelolaan sumber daya air yang ada di WS 6 Ci dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah serta keseimbangan antara upaya konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air, sehingga dapat menjamin terselenggaranya Pengelolaan Sumber Daya Air secara terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (sampai tahun 2030).
1.2.2 Tujuan Tujuan dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah terwujudnya kelestarian sumber daya air, pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya air yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan dan mengurangi daya rusak air serta sesuai dengan kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang berkelanjutan.
1.2.3 Sasaran Sasaran Pola adalah sebagai pedoman yang mengikat bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan di WS memberikan arahan penyelenggaraan: Konservasi sumber daya air terpadu di WS 6 Ci, Pendayagunaan sumber daya air di WS 6 Ci dengan mempertimbangkan kebijakan daerah, termasuk arahan zonasi dalam penataan ruang, Pengendalian daya rusak air di WS 6 Ci, Sistem informasi sumber daya air di WS 6 Ci, Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air di WS 6 Ci.
Sasaran untuk masing-masing aspek dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan.
halaman 5 1.2.4 Visi dan Misi Visi dan Misi dari Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci adalah terwujudnya pengelolaan sumber daya air di WS 6 Ci secara adil, menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan dengan mendorong peran masyarakat dan dunia usaha.
Menyelenggarakan konservasi sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan dalam rangka menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumber daya air; Mendayagunakan sumber daya air secara adil dan merata melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum; Mengendalikan daya rusak air yang dilakukan secara menyeluruh mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan; Menyelenggarakan pengelolaan sistem infomasi sumber daya air secara terpadu, berkelanjutan dan mudah diakses oleh masyarakat; Menyelenggarakan pemberdayaan para pemangku kepentingan sumber daya air secara terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja sumber daya air.
1.3 Isu-Isu Strategis 1.3.1 Isu Strategis Nasional 1.3.1.1 Target Penyediaan Air Bersih Sesuai dengan target sasaran MDG untuk penyediaan air minum pada tahun 2015 (tingkat nasional) cakupan pelayanan air perpipaan di perkotaan adalah 69%, sedang di perdesaan 54%. Tahun 2006 pelayanan air perpipaan di WS 6 Ci adalah antara 16% sampai dengan 35% di masing-masing kota. Target penyediaan air perpipaan tersebut perlu didukung oleh penyediaan air baku, yang dapat dialokasikan dari sungai dan waduk yang ada atau yang akan dibangun di WS 6 Ci.
Selain dari PDAM, penyediaan air bersih masih memerlukan investasi yang lebih besar. PT KTI di Cilegon adalah contoh swasta yang melakukan investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI di kawasan industri dan kota Cilegon.
halaman 6
1.3.1.2 Ketahanan Pangan Indonesia perlu memenuhi produksi pangan sesuai RPJM, karena dalam situasi dunia yang tidak menentu tidak bisa menjamin impor beras dan pangan lain tiap tahun. Produksi beras di WS 6 Ci cukup besar dengan 7.925.646 ton pada tahun 2008, atau sebesar 24.50% total produksi Jawa (32.346.997 ton) dan 13,14 % dari produksi total Indonesia (60.325.925 ton). Namun demikian produksi ini akan turun kalau tidak ada kebijakan yang khusus untuk mendukung produksi tanaman pangan.
Masalah yang dihadapi petani tanaman pangan di WS 6 Ci, di antaranya adalah skala usaha yang relatif kecil, minimnya modal usaha, tingginya biaya input pertanian, tingginya ketidakpastian harga produk, rendahnya akses kredit pertanian, serta menurunnya kualitas lingkungan dan ketidaksempurnaan (mekanisme) pasar. Selain itu, perbedaan potensi produksi pangan dan pola panen raya yang diikuti masa paceklik, mengakibatkan distribusi pangan tidak merata di setiap tempat dan setiap waktu. Hal tersebut menciptakan potensi kerawanan pangan dan jatuhnya harga produk pangan di tingkat petani/produsen.
Selain hal di atas, perkembangan industri di Jawa (termasuk di WS 6 Ci) cukup pesat, dimana terjadi alih fungsi lahan untuk perluasan perkotaan dan lokasi industri dengan menggunakan areal yang semula merupakan lahan pertanian. Pengurangan luas lahan pertanian terutama di lokasi sawah subur beririgasi teknis yang sulit untuk diimbangi dengan pengembangan lahan sawah baru di luar Jawa. Selain itu, berkurangnya debit air untuk irigasi pada musim kemarau telah mengurangi hasil panen padi musim tanam berikutnya. Hal tersebut berdampak terhadap melemahnya ketahanan pangan. Begitu juga halnya dengan masalah banjir yang terjadi di WS 6 Ci yang juga berpengaruh terhadap menurunnya produksi pangan di wilayah ini.
1.3.1.3 Ketersediaan Energi Kebutuhan energi seperti energi listrik mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi pembangkit listrik tenaga air masih terbatas. Pembangunan PLTA dengan membangun bendungan memerlukan biaya investasi yang sangat besar, sementara listrik mikro-hidro belum diusahakan secara intensif.
halaman 7 Pada Sungai Citarum terdapat 3 (tiga) bendungan secara kaskade, masing- masing dimanfaatkan untuk PLTA, yaitu Bendungan Saguling (750 MW), Bendungan Cirata (1.000 MW), dan Bendungan Jatiluhur (187,5 MW). Selain Sungai Citarum, sungai lainnya sampai saat ini belum dimanfaatkan. Pada rencana pembangunan Bendungan Karian, Bendungan Sindang Heula, dan rencana bendungan kecil lainnya di Sungai Citarum juga tidak direncanakan untuk pembangkit tenaga listrik, melainkan hanya untuk air baku RKI dan irigasi. Mengingat peningkatan kebutuhan tenaga listrik yang cukup besar, maka perencanaan pembangunan bendungan yang akan datang perlu juga memperhitungkan manfaat tenaga listrik. Bahkan pada rencana Bendungan Karian masih dapat ditambahkan manfaat pembangkit mini-hidro dengan memanfaatkan air yang keluar dari bendungan ke arah sungai Ciberang sebesar 5,5 m 3 /det.
1.3.1.4 Perubahan Iklim Global Pemanasan global mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan frekwensi, maupun intensitas kejadian cuaca ekstrem. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa pemanasan global dapat menyebabkan terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem fisik dan biologis seperti peningkatan intensitas badai tropis, perubahan pola presipitasi, salinitas air laut, perubahan pola angin, mempengaruhi masa reproduksi hewan dan tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan wabah penyakit, serta mempengaruhi berbagai ekosistem yang terdapat di daerah dengan garis lintang yang tinggi, lokasi yang tinggi, serta ekosistem pantai. Belum ada pembuktian ada gejala perubahan iklim di WS 6 Ci.
1.3.1.5 Ketahanan Air (Water Security) Dalam konsep IWRM ketahanan air mencakup perlindungan terhadap sistem sumber daya air yang rentan, termasuk pelayanan air, perlindungan terhadap daya rusak air (banjir dan kekeringan), dan terkait dengan pembangunan berkelanjutan sumber daya air dan menjamin akses terhadap fungsi dan pelayanan air.
Contoh isu ketahanan air di WS 6 Ci adalah di Kota Jakarta saat ini hanya memiliki ketahanan air sebesar 2,2% (Kali Krukut = 0.4 m 3 /detik) dari total kebutuhan, sehingga perlu pasokan dari luar sebesar 16 m 3 /detik dari Saluran Tarum Barat dan 3 m 3 /detik dari Sungai Cisadane. Akibat kesenjangan ini
halaman 8 timbul konflik kepentingan. Benturan kepentingan ini bukan hanya antar penduduk (petani dan PDAM, penduduk hulu-hilir), tetapi juga antar Pemerintah daerah Kabupaten/Kota atau Provinsi.
1.3.2 Isu Strategis Lokal/Regional Isu-isu strategis di WS 6 Ci yang dibahas dalam bagian ini bersifat umum, penjabaran lebih lanjut per wilayah terperinci dalam identifikasi permasalahan (Sub Bab 2.6) dan kebijakan operasional (Bab 4). Identifikasi isu-isu strategis lokal mengikuti arahan pengelolaan sumber daya air yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu: (1) Konservasi Sumber Daya Air, (2) Pendayagunaan Sumber Daya Air, (3) Pengendalian Daya Rusak Air, (4) Sistem Informasi Sumber Daya Air, (5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha (termasuk peran Institusi yang mengelola sumber daya air), dan (6) Integrasi Kebutuhan untuk Penataan Sumber Daya Air dengan Penataan Ruang.
1) Konservasi Sumber Daya Air Beberapa isu utama yang terkait dengan konservasi sumber daya air yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: - Tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun; - Pertambahan lahan kritis dan kerusakan DAS; - Pencemaran air akibat pembuangan limbah peternakan, domestik dan industri (terutama kandungan logam berat); - Kerusakan hutan bakau dan erosi pantai.
2) Pendayagunaan Sumber Daya Air Beberapa isu utama yang terkait dengan pendayagunaan sumber daya air yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: - Peningkatan kebutuhan air RKI (seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkotaan); - Cakupan pelayanan PDAM masih rendah (dibandingkan dengan target sasaran MDG);
halaman 9 - Keterbatasan penyediaan air baku permukaan untuk Metropolitan Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung; - Potensi listrik tenaga air belum dimanfaatkan secara optimal; - Jaringan irigasi teknis terbatas, banyak yang rusak, dan pelaksanaan OP rendah; - Alat ukur debit dan pintu air banyak yang rusak; - Pengelolaan aset (irigasi) belum berjalan baik;
3) Pengendalian Daya Rusak Air Beberapa isu utama yang terkait dengan pengendalian daya rusak air yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: - Penebangan hutan serta tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun; - Perambahan daerah bantaran/sempadan sungai; - Pembangunan perumahan di dataran banjir; - Pembuangan sampah ke sungai dan saluran drainase; - Pendangkalan/sedimentasi alur sungai, saluran drainase; - Penurunan muka tanah, pasang tinggi air laut; - Tanggul laut di pesisir kota; - Bahaya tanah/tebing longsor; - Kejadian kekurangan air di beberapa lokasi.
4) Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) Beberapa isu utama yang terkait dengan SISDA yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: - Basis data pada jaringan informasi SISDA dalam WS belum terintegrasi; - Sebagian SOP untuk pemuktahiran SISDA, pemantauan dan evaluasi sudah disusun, namun pelaksanaan belum optimal, masih perlu dilengkapi; - SISDA belum digunakan sebagai alat dalam perencanaan dan anggaran.
5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha Beberapa isu utama yang terkait dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha yang ditemui di WS 6 Ci antara lain: - Kinerja institusi yang bertanggungjawab untuk pengelolaan sumber daya air masih kurang, dan ada tumpang tindih serta kekosongan dalam pembagian peran dan tangung jawab; - Pemangku kepentingan belum aktif berperan, sehingga masih memerlukan dukungan Pemerintah;
halaman 10 - Potensi peran masyarakat dan peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya air perlu diperkuat.
6) Penataan Ruang Selain kelima aspek pengelolaan sumber daya air di atas, ditemui juga isu terkait dengan penataan ruang di WS 6 Ci antara lain berkembangnya permukiman dan kegiatan usaha non pertanian pada: - Alih fungsi lahan pertanian (untuk perkotaan, industri). - Kawasan yang berfungsi sebagai badan air dan daerah resapan (cekungan, rawa, dan situ); - Kawasan pertanian (khususnya persawahan) yang beririgasi teknis terutama pada kawasan metropolitan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Metropolitan Bandung; - Sepanjang sempadan sungai, sepanjang bantaran kanan-kiri sungai yang berada dalam kawasan perkotaan. Integrasi penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air dapat diwujudkan dengan masuknya zona-zona air ke dalam RTRW Provinsi/Kabupaten.
halaman 11 2 BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI
2.1 Peraturan Perundang-undangan di Bidang Sumber Daya Air dan Peraturan Lainnya yang Terkait Sejumlah Peraturan Perundang undangan (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Daerah (Perda), dan lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci antara lain sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945, 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerntah Pusat dan Daerah, 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penaggulangan Bencana, 9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, 10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, 14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa, 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, 16. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah 17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 18. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan,
halaman 12 19. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, 20. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), 21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM), 22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara, 23. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, 24. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan, 25. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, 26. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan, 27. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, 28. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, 29. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, 30. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, 31. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan 32. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta II, 33. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, 34. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, 35. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Berkelanjutan, 36. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, 37. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 A/PRT/M/2006 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
halaman 13 38. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 44/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Pembinaan Sumber Daya Manusia Dalam Penerapan Prinsi-Prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum 39. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 23/PRT/M/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar dan Balai di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Bina Marga, 40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 /PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air 41. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah 42. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, 43. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 594/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (WS 6 Ci). 44. Peraturan Daerah dan Peraturan Terkait lainnya
2.2 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air atau Kebijakan Pembangunan Provinsi atau Kabupaten/Kota 2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air Kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air yang selanjutnya disebut Jaknas Sumber Daya Air Pasal 2, menyebutkan bahwa Jaknas Sumber Daya Air menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan pola pengelolaan Sumber Daya Air pada wilayah sungai yang dapat ditinjau kembali oleh dewan sumber daya air nasional setiap 5 tahun sekali. Jaknas tersebut mencakup: 1. Kebijakan Umum, terdiri dari: 1) Peningkatan koordinasi dan keterpaduan pengelolaan sumber daya air 2) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya terkait air 3) Peningkatan pembiayaan pengelolaan sumber daya air 4) Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum 2. Kebijakan Peningkatan Konservasi Sumber Daya Air Secara Terus Menerus, terdiri dari: 1) Peningkatan upaya perlindungan dan pelestarian sumber air 2) Peningkatan upaya pengawetan air
halaman 14 3) Peningkatan upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air 3. Kebijakan Pendayagunaan Sumber Daya Air untuk Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat, terdiri dari: 1) Peningkatan upaya penatagunaan sumber daya air 2) Peningkatan upaya penyediaan sumber daya air 3) Peningkatan upaya efisiensi penggunaan sumber daya air 4) Peningkatan upaya pengembangan sumber daya air 5) Pengendalian Pengusahaan sumber daya air 4. Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Air dan Pengurangan Dampak, terdiri dari: 1) Peningkatan upaya pencegahan 2) Peningkatan upaya penanggulangan 3) Peningkatan upaya pemulihan 5. Kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, meliputi: 1) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan 2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan 3) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengawasan 6. Kebijakan Pengembangan Jaringan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 1) Peningkatan kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan SISDA 2) Pengembangan jejaring SISDA 3) Pengembangan teknologi Informasi 2.2.2 Kebijakan Nasional Penataan Ruang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, kebijakan penataan ruang yang harus dipertimbangkan dan terkait dengan pengembangan WS 6 Ci meliputi: Kebijakan penataan ruang tingkat nasional yang merupakan rencana rinci tingkat nasional berupa Rencana Kawasan Strategis Nasional dan Rencana Kawasan Andalan. Kebijakan penataan ruang tingkat provinsi (berupa Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang WS), yang disetujui Menteri Pekerjaan Umum.
halaman 15 Kebijakan penataan ruang skala pulau yang merupakan rencana rinci tingkat nasional (berupa Rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali). Kebijakan penataan ruang tingkat kabupaten/kota (berupa Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota), perlu disepakati dengan Gubernur dan Menteri Pekerjaan Umum.
Implikasi dari kebijakan dan strategi nasional di WS 6 Ci adalah sebagai berikut:
Dalam RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali telah ditetapkan di dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat yang berada dalam WS 6 Ci, ada 2 (dua) Kawasan Strategis Nasional (KSN) yaitu:
a. Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur (Metropolitan Jabodetabekpunjur), b. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Metropolitan Cekungan Bandung).
Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali, di dalam wilayah yang telah ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan wilayah sungai lintas provinsi yaitu WS 6 Ci (lihat Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 lampiran VI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11 A/PRT/M/2006 Lampiran 2).
Menurut Peraturan Pemerintah 26 Tahun 2008 dan Raperpres RTR Pulau Jawa-Bali telah ditetapkan 5 (lima) kawasan andalan adalah sebagai berikut :
a. Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon,dengan sektor unggulannya adalah industri, pariwisata, pertanian, perikanan dan pertambangan. b. Kawasan Andalan Perkotaan Jakarta (Metropolitan),dengan sektor unggulannya adalah industry. pariwisata, perikanan, perdagangan dan jasa. c. Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur), dengan sektor unggulannya adalah pertanian, pariwisata, industri dan perikanan,
halaman 16 d. Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka), dengan sektor unggulannya adalah pertanian, industri, pariwisata dan perikanan. e. Kawasan Andalan Cekungan Bandung (Kawasan perkotaan/Metropolitan), dengan sektor unggulannya adalah industri, pertanian, pariwisata dan perkebunan.
2.2.3 Kebijakan Daerah Pengelolaan Sumber Daya Air Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi menjadi acuan penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat Provinsi disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi (Dewan Sumber Daya Air Provinsi) dan ditetapkan oleh Gubernur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, Pasal 6 ayat 2. Sedangkan, kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat Kabupaten/Kota dapat disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota (Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, Pasal 6 ayat 3). Tetapi belum ada rencana untuk membentuk Dewan Sumber Daya Air di tingkat Kabupaten/Kota.
Tiga wilayah provinsi di WS 6 Ci belum memiliki peraturan daerah terkait kebijakan Sumber Daya Air di Provinsi masing-masing.
2.3 Inventarisasi Data 2.3.1 Data Umum Secara administrasi WS 6 Ci secara geografis terletak pada posisi 10623' BT sampai 10740' BT dan 68' LS sampai 612' LS dan berada dalam wilayah Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, meliputi DAS Cidanau-Ciujung- Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum (terdiri dari 3 BBWS yaitu BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Ciliwung-Cisadane dan BBWS Citarum).
WS 6 Ci berdasarkan wilayah administrasi meliputi 14 wilayah Kabupaten dan 14 Kota yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota di Provinsi Banten, 5 kota di DKI Jakarta dan 10 Kabupaten dan 5 Kota di Provinsi Jawa Barat.
halaman 17 2.3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah
1). Arahan Struktur Pemanfaatan Ruang /Rencana Struktur Ruang wilayah Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berdasarkan RTR Pulau, arahan struktur pemanfaatan ruang/rencana struktur ruang wilayah di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.1.
a) Kawasan Strategis Nasional Dalam RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali telah ditetapkan 2 (dua) KSN di mana kedua KSN ini berada di dalam WS 6 Ci yaitu: (1) Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur (Metropolitan Jabodetabekpunjur) dan (2) Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Metropolitan Cekungan Bandung).
b) Kawasan Andalan Berdasarkan RTRW Nasional dan RTRW Pulau Jawa Bali, dimana WS 6 Ci telah ditetapkan sebagai wilayah pengelolaan WS lintas provinsi (lihat Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 lampiran VI dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.11 A/PRT/M/2006 Lampiran 2) terdapat 5 (lima) Kawasan Andalan sebagai berikut: (1) Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon. (2) Kawasan Andalan Perkotaan Jakarta (Metropolitan Jakarta). (3) Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). (4) Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka). (5) Kawasan Andalan Cekungan Bandung (Metropolitan Bandung).
c) Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Mengacu pada RTRW Nasional, RTRW Pulau Jawa Bali dan RTRW Provinsi diperoleh gambaran bahwa rencana sistem jaringan prasarana wilayah yang terdapat pada WS 6 Ci sebagai berikut:
(1) Jaringan Transportasi Darat: Jalan toll: Jakarta-Merak, Jakarta-Cikampek- Bandung dan Jakarta- Bogor. (2) Jalan Kereta Api: Jakarta-Merak, Jakarta-Bogor, Jakarta-Cikampek- Bandung dan Jakarta-Cikampek-Cirebon (3) Pelabuhan laut: Pelabuhan Internasional Tanjung Periuk (Jakarta) dan Bojonegara (Banten), serta Pelabuhan Nasional (Merak) di Banten.
halaman 18 (4) Bandar Udara: Bandar udara skala pelayanan primer (Bandar udara Cengkareng) dan Bandar udara skala pelayanan sekunder (Bandar udara Husen Sastranegara Bandung). (5) Sistem Jaringan Sumber Daya Air: Prasarana dan sarana sumber daya air yang ada di WS 6 Ci saat ini antara lain terdiri dari 3 (tiga) bendungan/waduk besar yaitu Waduk Saguling (pembangkit tenaga listrik), Waduk Cirata (pembangkit tenaga listrik) dan Waduk Jatiluhur (pembangkit tenaga listik, irigasi dan sumber air baku untuk PAM Jaya Jakarta). Ketiganya berada di sungai Citarum dibawah pengelolaan BBWS Citarum, serta 2 (dua) waduk kecil yaitu waduk Krenceng di Kota Cilegon (Banten) sebagai sumber air baku industri kota Cilegon, dan waduk Cipancuh di Kabupaten Indramayu (untuk irigasi).
2). Arahan Pengembangan Kawasan dan Pusat Kegiatan Bedasarkan kepadatan penduduk yang bermukim di WS 6 Ci terlihat bahwa pengelompokan penduduk terutama berada pada kawasan perkotaan Jabodetabekpunjur (kawasan metropolitan Jabodetabekpunjur) dan pada kawasan perkotaan Cekungan Bandung (Kawasan Metropolitan Cekungan Bandung). Kawasan perkotaan Merak-Cilegon-Serang juga sedang mengalami perkembangan yang cepat, dan direncanakan pembangunan kawasan khusus (Bojonegara).
3). Arahan Pola Pemanfaatan Ruang (Pola Ruang) Bedasarkan plotting RTRW Pulau Jawa Bali dan RTRW Provinsi (Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat), diperoleh gambaran bahwa pada tahun akhir rencana (yakni tahun 2030) dilihat dari Rencana Pola Ruang, rencana penggunaan ruang di WS 6 Ci akan didominasi oleh kawasan permukiman/perkotaan, kawasan pertanian (terutama pertanian lahan basah/irigasi teknis dan kawasan lindung.
Dari Gambar 2.2 terlihat bahwa kawasan permukiman (perkotaan), industri dan permukiman perdesaan akan mencapai sekitar 32% dari total luas WS 6 Ci (sekitar sepertiga areal WS 6 Ci). Dengan demikian kebutuhan air baku untuk permukiman perkotaan dan industri akan meningkat, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi kemungkinan akan menurun/berkurang. Selain itu, guna mempertahankan ketahanan pangan nasional maka perlu dihindari pengembangan kawasan permukiman pada kawasan irigasi teknis.
halaman 19
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.1. Struktur Pemanfaatan Ruang Wilayah di WS 6 Ci
halaman 20
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.2. Kondisi Tata Guna Lahan di WS 6 Ci pada tahun 2009
halaman 21 2.3.1.2 Provinsi dan Kabupaten/Kota Dalam Angka
Berdasarkan data Podes tahun 2008, yang diproyeksikan ke tahun 2010, jumlah penduduk di WS 6 Ci sebanyak 43.043.317 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 11.538.856 KK.
Jika dilihat prosentase penduduk WS 6 Ci terhadap wilayah yang lebih luas, jumlah penduduk di WS 6 Ci sebesar 75,92% dari seluruh penduduk di 3 (tiga) provinsi tersebut, dan sebesar 32,52% dari seluruh penduduk Jawa. Pertumbuhan penduduk di WS 6 Ci selama 10 tahun terakhir, rata-rata sebesar 2,1%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi di wilayah kabupaten Bekasi (6%) dan terkecil di wilayah Kota Jakarta Pusat (-3,8%) seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.3.
Sumber: Podes 2008 dan Sensus 2010, BPS Gambar 2.3. Distribusi Kepadatan Penduduk di WS 6 Ci berdasarkan Podes 2008 dan Sensus 2010
2.3.1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB WS 6 Ci memberi kontribusi sebesar 30,71% terhadap PDRB Nasional dan sebesar 56,56% terhadap PDRB Pulau Jawa (PDRB Tahun 2008, ADHK 2000). PDRB DKI Jakarta yang paling besar, sudah hampir 31% terhadap PDRB Pulau Jawa.
Sejalan dengan pergeseran struktur tenaga kerja di WS 6 Ci, kegiatan perekonomian juga mengalami perubahan. Secara keseluruhan, kegiatan perekonomian di WS 6 Ci saat ini didominasi oleh sektor tersier (non pertanian, dan non Industri). Dari data statistik 2008, kontribusi total sektor tersier, sektor industri, dan sektor pertanian terhadap PDRB di WS 6 Ci masing-masing sebesar 61,94% (sektor tersier), 34,43% (sektor industri), dan
halaman 22 3,64% (sektor pertanian). Hal ini dapat dipahami karena di WS 6 Ci terdapat 2 kota Metropolitan (salah satunya adalah Jakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia, dimana lebih dari 60% perputaran uang di Indonesia berada di wilayah ini), Kawasan Pengembangan (Jabodetabekpunjur), dan beberapa kota medium lainnya yang sedang berkembang menuju kota besar.
24,36% 6,34% 25,96% 17,28% 20,07% 20,79% 19,98% 19,16% 55,57% 72,87% 54,06% 63,56% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 3 Ci 2 Ci 1 Ci WS 6 Ci 3 Ci 2 Ci 1 Ci WS 6 Ci Pertanian 24,36% 6,34% 25,96% 17,28% Industri 20,07% 20,79% 19,98% 19,16% Jasa 55,57% 72,87% 54,06% 63,56%
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.4. Distribusi Penduduk Usia Produktif Berdasarkan Lapangan Usaha 2008
Jumlah Industri di WS 6 Ci pada tahun 2008 sebanyak 123.735 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3.196.402. Dari sejumlah 123.735 unit industri tersebut, 93,10% berada di wilayah Jawa Barat, 5,41% di wilayah DKI Jakarta, dan sisanya sebesar 1,49% berada di wilayah Banten. Sementara itu jika dilihat dari persebaran tenaga kerja, 72,80% berada di Banten, 15,21% berada di Jawa Barat, dan 11,99% berada di DKI Jakarta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa industri di wilayah Banten lebih banyak industri sedang dan besar. Karena jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, walaupun jumlah industri relatif kecil, namun jumlah tenaga kerja relatif besar, berarti industri yang berada di Banten relatif lebih besar dibandingkan dengan industri yang berada di wilayah DKI Jakarta.
2.3.1.4 Digital Elevation Model (DEM) Secara umum sekitar 60% topografi WS 6 Ci bersifat landai dan datar dengan ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut. Sedangkan sekitar 40% lainnya berupa dataran tinggi dengan ketinggian berkisar 100-2.000 dpl khususnya di bagian selatan WS 6 Ci. Seluruh sungai di WS 6 Ci mengalir dari selatan ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut Jawa). Terdapat 2 (dua) kawasan metropolitan: (1). Jabodetabek di bagian utara yaitu pada
halaman 23 dataran rendah dengan ketinggian 0-100 mdpl, dan (2). Cekungan Bandung berada di bagian selatan (dataran tinggi) pada ketinggian di atas 100 mdpl. Gambar 2.5 memperlihatkan topografi WS 6 Ci.
2.3.1.5 Laporan Hasil Studi, Kajian Teknis, Perencanaan Terkait Sumber Daya Air Dalam penyusunan Pola WS 6 Ci ini juga menggunakan laporan dari studi, kajian teknis, dan perencanaan teknis lainnya yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air, baik yang sudah maupun sedang dilakukan, antara lain: BTA-155 (1989) Cisadane Cimanuk BTA 155; proyek kerja sama antara pemerintah Belanda dengan pemerintahan Indonesia (dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Sumber Daya Air), mulai Oktober 1985 sampai dengan Desember 1988. Tujuan dari proyek ini adalah: untuk membuat perencanaan/pengembangan Sumber Daya Air terpadu melalui pendekatan sistem analisis, meliputi area hampir sama dengan WS 6 Ci
BWRMP (2000-2004) BWR(M)P (Basin Water Resources [Management] Planning); Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, dari tahun 1996 sampai dengan 2004, Tujuannya adalah untuk mengkaji Perencanaan Pengembangan/Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu dan berkelanjutan di WS Citarum, WS Ciliwung Cisadane, WS Ciujung Ciliman (ketiganya sekarang berada dalam WS 6 Ci) dan WS Jratunseluna
JWRMS (1994) JWRMS (Jabotabek Water Resources Management Study); Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, Februari 1994. Tujuannya adalah untuk mengkaji Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (aspek kuantitas dan kualitas juga air permukaan dan air tanah) di area Jakarta-Bogor- Tangerang-Bekasi (sebagian area dari WS 6 Ci)
ICWRMP (2009) ICWRMP (Integrated Citarum Water Resources Managment Program); Ditjen Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum (dalam hal ini BBWS Citarum), mulai tahun 2008 sampai sekarang masih berlanjut. Tujuannya
halaman 24 pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu untuk Citarum (sebagian dari WS 6 Ci)
2.3.2 Data Sumber Daya Air 2.3.2.1 Iklim Data hidroklimatologi memberikan gambaran mengenai kondisi hidrologi dan meteorologi secara umum, antara lain meliputi variabel curah hujan dan aliran, temperatur udara, kelembaban nisbi, lama peyinaran matahari dan kecepatan angin.
WS 6 Ci dimasukkan ke dalam wilayah beriklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban udara yang tinggi sepanjang tahun dan sedikit variasi suhu udara antara bulan satu dengan lainnya. Tinggi curah hujan tahunan bervariasi sesuai lokasi dan kondisi topografinya. Kisaran nilai iklim di WS 6 Ci bisa dilihat pada Gambar 2.6.
2.3.2.2 Air Permukaan (hujan, debit, tampungan air)
1). Hujan Secara umum, curah hujan tahunan rata-ratanya antara 2.000 mm untuk bagian utara yang relatif datar, hingga 4.000 mm untuk bagian selatan yang merupakan daerah berpegunungan. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober hingga bulan April, sedangkan untuk bulan-bulan lainnya berlangsung musim kemarau. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari hingga bulan Februari, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juli sampai bulan Agustus. Curah hujan tahunan untuk WS 6 Ci ditunjukkan pada Gambar 2.6.
halaman 25
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.5. Peta Topografi WS 6 Ci
halaman 26
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.6. Curah Hujan Tahunan di WS 6 Ci
halaman 27
2). Debit Data aliran sungai terbatas keberadaannya jika dibandingkan dengan data curah hujan. Banyak data aliran masih berupa data muka air yang belum diproses menjadi data debit. Pada umumnya data kurang memadai, tidak lengkap, terputus-putus, dan tidak andal. Data dengan kondisi demikian dapat dilengkapi dengan penerapan model hidrologi berdasarkan data hujan dan parameter fisik DAS lainnya.
Berdasarkan hasil analisis RIBASIM, ketersediaan sumber air permukaan di WS 6 Ci dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.7dibawah ini:
Tabel 2.1. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci Wilayah Ketersediaan m 3 /det Milyar m3/tahun 3 Ci 175,35 5,5 2 Ci 205,13 6,5 1 Ci 44,69 14,0 Total 825,17 26,0 Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
Sumber : Hasil Analisis Ribasim Gambar 2.7. Perkiraan Ketersediaan Air Permukaan di WS 6 Ci
Dari Tabel dan Gambar tersebut total ketersediaan air di WS 6 Ci diperkirakan kurang lebih sebesar 26 Milyar m 3 /tahun (5,5 Milyar m 3 /tahun di 3 Ci, 6,5 Milyar m 3 /tahun di 2 Ci dan 14,0 Milyar m 3 /tahun di 1 Ci).
halaman 28 Ketersediaan air rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu kurang lebih 1,9 Milyar m 3 /tengah bulanan, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu kurang lebih 0,5 Milyar m 3 /tengah bulanan.
3). Tampungan Air Di WS 6 Ci terdapat 41 situ berada di 3 Ci, sekitar 200 situ berada di 2 Ci dan 365 situ berada di 1 Ci. Peta lokasi situ di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan lokasi potensi situ di 2 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.9 .
halaman 29
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.8. Peta Situ di WS 6 Ci
halaman 30
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.9. Peta Situ di Wilayah Cisadane-Ciliwung
halaman 31 2.3.2.3 Air Tanah Ketersediaan air tanah di WS 6 Ci diperkirakan sebesar 8.240 juta m 3 /tahun (unconfined flow: 7.856 juta m 3 /tahun dan confined flow: 384 juta m 3 /tahun). Potensi ini tersebar di 3 Ci sebesar 1.286 juta m 3 /tahun, di 2 Ci sebesar 1.899 juta m 3 /tahun dan di 1 Ci sebesar 5.055 juta m 3 /tahun. Peta Cekungan Air Tanah pada Gambar 2.11 menggambarkan ketersediaan dan sebaran air tanah di ketiga wilayah yang termasuk dalam WS 6 Ci.
Sumber : Lampiran Daftar CAT di Pulau Jawa dan Madura, Departemen ESDM, 2009 (diolah) Gambar 2.10. Potensi Air Tanah di WS 6 Ci
Data aktual mengenai pengambilan air tanah untuk WS 6 Ci baik pengambilan air tanah dangkal maupun air tanah dalam masih terbatas. Selain untuk keperluan domestik, diperlukan izin untuk pengambilan air tanah, dan ketentuan tarif yang sesuai. Data pengambilan air bawah tanah yang terdaftar khususnya pengambilan air tanah dalam tidak dapat dipertimbangkan sebagai indikasi pengambilan yang sebenarnya. Pengambilan yang sebenarnya diperkirakan paling tidak 3 (tiga) kali lebih banyak dibandingkan dengan pengambilan air bawah tanah yang terdaftar. Angka pengambilan air tanah dangkal yang sebenarnya hanya dapat diperoleh melalui survei sosial-ekonomi mengenai konsumsi dan kebutuhan air.
Dari Tabel 2.2 terlihat bahwa saat ini rata-rata abstraksi air tanah di 3 Ci dan 2 Ci sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masing-masing sudah mencapai 75% dan 87% 1 . Akan tetapi, untuk 1 Ci, saat ini abstraksi air tanah masih dibawah batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masih 25%. Namun, untuk beberapa lokasi misalnya di CAT
1 Batas ideal pengambilan air tanah adalah antara 3040% dari total potensi air tanah. Potensi Air Bawah Tanah di Wilayah Sungai 6 Ci 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 3 Ci 2 Ci 1 Ci Total WS 6 Ci Wilayah J u t a
m 3 / t a h u nUnconfined Flow Confined Flow Total Potensi Air Tanah
halaman 32 Bekasi-Karawang, CAT Subang dan CAT Batujajar pengambilan air tanah sudah melampaui batas ideal pengembilan air tanah. Walaupun saat ini pengembilan air tanah di CAT Bandung-Soreang masih dibawah batas ideal pengambilan air tanah (masih 27%), akan tetapi di beberapa tempat seperti di daerah Majalaya, Ranca Ekek, Dayeuh Kolot, Leuwi Gajah dan sebagainya, pengambilan air tanah ini sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah, dimana di daerah ini sudah terjadi penurunan muka air tanah dan juga penurunan tanah yang cukup serius.
Tabel 2.2. Perkiraan Pengambilan Air Tanah Dalam di WS 6 Ci Cekungan Air Tanah (CAT) AREA km 2
Potensi Air Tanah Abstraksi Air Tanah Neraca Air Tanah Catatan Persentase Abstraksi Air Tanah Q2 Confined Flow juta m3/thn Q2 Confined Flow juta m3/thn Q2 Confined Flow juta m3/thn CAT Rawadanau 375 13 2 11 + 16 CAT Serang- Tangerang 2,822 18 21 (3) - 118 Total 3 Ci 3,197 31 23 8 75 CAT Jakarta 1,439 40 19 21 + 47 CAT Bogor 1,311 37 48 (11) - 130 Total 2 Ci 2,750 77 67 10 87 CAT Cianjur 467 16 3 13 + 18 CAT Bekasi- Karawang 3,641 6 16 (10) - 270 CAT Subang 1,514 3 4 (1) - 140 CAT Ciater 566 30 2 28 + 7 CAT Lembang 169 16 NA NA - - CAT Batujajar 89 1 8 (7) - 771 CAT Bandung- Soreang 1,716 117 31 86 + 27 CAT Sumedang 483 28 5 23 + 20 CAT Sukamantri 151 13 NA NA - - CAT Indramayu 1,282 46 1 45 + 1 Total 1 Ci 10,078 276 70 206 25 Total WS 6 Ci 384 Catatan : NA: Data tidak tersedia Sumber : 1. Lampiran Daftar Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau Madura; Departemen ESDM, 2009 2. Dinas ESDM Provinsi Banten, 2010 3. BPLHD Provinsi DKI Jaya, 2010 4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan Cekungan Air Tanah
halaman 33
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.11. Peta Cekungan Air Tanah di WS 6 Ci
halaman 34 2.3.2.4 Sedimentasi Sungai
a. Erosi dan Pendangkalan Waduk Persentase areal di 3 Ci dengan kelas erosi berat-sangat berat (> 180 ton/ha/th) sekitar 28,1% dari luas 3 Ci, Persentase areal di 2 Ci luas dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180 ton/ha/th) adalah sebesar 15,2% dari luas 2 Ci, dan Persentase areal di 1 Ci luas dengan tingkat erosi berat dan sangat berat (>180 ton/ha/th) adalah sebesar 31,4% dari luas 1 Ci.
b. Erosi Pantai dan Muara Sungai Erosi atau penggerusan pantai di 3 Ci terjadi di Kabupaten Tangerang pada 5 (lima) lokasi yaitu di Kecamatan Naga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk, Kronjo; di Kabupaten Serang terdapat 3 (tiga) lokasi yaitu di Kecamatan Tirtayasa, Kasemen, Cinangka, dan terdapat 1 (satu) lokasi di Kota Cilegon yaitu di daerah pelabuhan Merak. Penggerusan pantai terjadi di beberapa lokasi di 2 Ci, misalnya pantai utara Jakarta bagian timur.
Penggerusan pantai di Sungai Citarum bagian hilir merupakan fenomena alam, abrasi terjadi karena adanya arus laut, kurangnya tanaman pelindung terhadap gelombang, penambangan pasir pantai dan kegiatan manusia yang mengkonversi lahan pesisir dari rawa dan bakau menjadi tambak. Daerah yang mengalami penggerusan pantai pada tingkat yang mengkhawatirkan meliputi antara lain Kecamatan Tirtajaya, Cibuaya dan Kecamatan Pedes di Kabupaten Karawang, Kecamatan Pusakanagara (Subang), Kecamatan Sukra dan Kecamatan Kandanghaur di Kabupaten Indramayu.
2.3.2.5 Erosi Lahan Jumlah lahan kritis di WS 6 Ci (termasuk kategori lahan sangat kritis, kritis, agak kritis dan potensial kritis) berjumlah 1.568.589 ha. Dari angka tersebut, 1 Ci mempunyai angka lahan kritis yang paling tinggi, yaitu 884.560 ha, sedangkan untuk 3 Ci dan 2 Ci masing-masing seluas 340.098 ha dan 343.932 ha. Angka-angka tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2
halaman 35 Tabel 2.3. Lahan Kritis di WS 6 Ci No. Kategori Lahan Wilayah (ha) 3 Ci 2 Ci 1 Ci Total % Lahan Kritis 1. Sangat Kritis (SK) 1.024 802 26.437 28.263 1,36% 2. Kritis (K) 25.124 17.219 115.988 158.331 7,64% 3. Agak Kritis (AK) 94.101 81.407 273.880 449.388 21,69% 4. Potensial Kritis 219.849 244.504 468.255 932.608 45,01% Total 340.098 343.932 884.560 1.568.590 Sumber: BP DAS Citarum-Ciliwung
Lahan sangat kritis paling tinggi ada di 1 Ci, yaitu seluas 26.437 ha, yang diikuti oleh 3 Ci dan 2 Ci, masing-masing seluas 1.024 ha dan 802 ha. Peta lokasi lahan kritis di WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.12. Persentase luas lahan yang termasuk SK, K, AK yang terbesar terjadi di 1 Ci sebesar 39% (416.306 ha), kedua terjadi di 3 Ci sebesar 30% (120.249 ha), dan ketiga di 2 Ci sebesar 19% (99.428 ha).
2.3.2.6 Muka Air Pasang Surut Umumnya genangan akibat pasang air laut (rob) di pantai utara Jakarta terjadi sekitar Desember, Januari dan Februari setiap tahunnya, tetapi juga tejadi pada bulan Juni. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim angin Barat yang bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan tinggi, yaitu 8,21 s/d 10,62 knot. Hampir setiap tahun daerah-daerah di pantai utara Jakarta terkena limpasan rob.
Pada beberapa tempat di pantai utara Jakarta terjadi penurunan tanah yang sangat cepat, lebih dari 10 cm/tahun. Pada sebagian lokasi tersebut telah dibangun tanggul laut, namun masih memerlukan peningkatan.
halaman 36
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.12. Peta Lokasi Lahan Kritis di WS 6 Ci
halaman 37 2.3.2.7 Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air (berdasarkan pemantauan dan pengukuran yang telah dilakukan pada masing-masing sungai) ditunjukan dalam Tabel 2.4. dan Gambar 2.13
Tabel 2.4. Kualitas Air Sungai Berdasarkan Hasil Pemantauan Rutin Sungai Jumlah Titik Lokasi Pemantauan Nilai Status Mutu*
Metode Kategori tercemar Sungai Ciujung (2010) 9 lokasi 5,38 s.d 6,85 IP (Sedang) Sungai Cidurian (2010) 9 lokasi 5,61 s.d 7,07 IP (Sedang) Sungai Cidanau (2010) 4 lokasi 6,08 s.d 7,12 IP (Sedang) Sungai Cisadane (2009) (Banten) 8 lokasi 6,42 s.d 6,98 IP (Sedang) Sungai Cisadane (2009) (Jawa Barat) 8 lokasi - 25 s.d s.d 59 STORET (Sedang dan Berat ) Sungai Ciliwung (2009) (DKI) 13 lokasi 3,3 s.d 24,6 IP (Ringan, Sedang dan Berat) Sungai Ciliwung (2009) (Jawa Barat) 8 lokasi - 29 s.d - 44 STORET (Sedang dan Berat ) Sungai Citarum (2010) 10 lokasi -47 s.d -111 STORET (Berat)
* = Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
2.3.2.8 Prasarana/Infrastruktur Sarana dan prasarana pengairan berupa waduk yang telah beroperasi dan berfungsi pada saat ini sebagai penyuplai kebutuhan air di WS 6 Ci adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5. Waduk yang Sudah Ada di WS 6 Ci No Waduk Fungsi Wilayah Sungai Catchment Area (km2) Panjang Dam (m) 1 KRENCENG Cadangan air pada saat musim kemarau; cadangan air apabila terjadi gangguan terhadap fasilitas Intake Cidanau dan Jaringan pipa air baku; sumber air baku untuk proses pengolahan air bersih yang akan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Cilegon 3 Ci Krenceng 104,2 1.000 2 JATILUHUR Air minum, irigasi, PLTA dan Pengendali banjir 1 Ci Citarum 4.654,9 1.220 3 CIRATA PLTA dan Pengendali banjir 1 Ci Citarum 4.178,9 453 4 SAGULING PLTA dan Pengendali banjir 1 Ci Citarum 2.361,6 301,4 5 CIPANCUH Irigasi dan Pengendali banjir 1 Ci Cipancuh 72,4 3.300 Sumber: Hasil analisis 2010
Infrastruktur utama yang telah dibangun di WS 6 Ci, dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain untuk irigasi, air baku untuk air minum dan industri, ketenagaan, perikanan, perikanan, penggelontoran dan pariwisata. Kondisi prasarana bangunan irigasi baik ditingkat jaringan utama,
halaman 38 sekunder maupun pada tingkat tersier dan bangunan pengendali banjir memerlukan perhatian lebih pada operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.
halaman 39
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.13. Peta Kualitas Air
halaman 40 2.3.3 Data Kebutuhan Air 2.3.3.1 RKI (Air Minum, Industri, Perkotaan dan Pariwisata) Kegiatan domestik adalah kegiatan yang dilakukan didalam rumah tangga. Standar konsumsi pemakaian domestik ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang diperlukan oleh setiap orang. Standar konsumsi pemakaian air domestik dapat dilihat pada sub-bab 3.1.2 (Kriteria). Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) saat ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun 2010.
Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersial berupa industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah penduduk pendukung dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Proyeksi kebutuhan air bersih untuk memenuhi sistem penyediaan air bersih non domestik di WS 6 Ci antara 15% sampai 40% dari total kebutuhan RKI, kecuali untuk Kota Cilegon, yaitu 75% dari total kebutuhan RKI.
Kebutuhan air untuk keperluan RKI pada tahun 2010 (base case) untuk WS 6 Ci dapat dilihat pada Gambar 2.14. Dari Gambar tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan air tertinggi untuk keperluan RKI terjadi di 2 Ci, yaitu sekitar 76,819 m 3 /detik, baik untuk keperluan rumah tangga/domestik (44.666 m 3 /detik), dan non domestik (32,153 m 3 /detik). Sementara untuk 1 Ci dan 3 Ci yaitu masing-masing sekitar 37,096 m 3 /detik dan 9,508 m 3 /detik.
Sarana rekreasi air di WS 6 Ci berada di lokasi waduk Jatiluhur, waduk Cirata dan waduk Saguling . Daerah pariwisata air tesebut memerlukan perhatian serius dari pihak pemerintah daerah terkait, hal tersebut dikarenakan kondisi saat ini waduk-waduk tersebut sudah mengalami degradasi khususnya berkurangnya daya tampung waduk akibat terjadinya sedimentasi. Dalam penyusunan pola ini, kebutuhan air untuk sarana rekreasi di daerah perkotaan telah diperhitungkan dalam kebutuhan air RKI.
halaman 41
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 2.14. Kebutuhan Air untuk Keperluan RKI di WS 6 Ci (m3/detik)
2.3.3.2 Irigasi Kebutuhan air jaringan irigasi tergantung pada beberapa parameter, seperti luas tanam dalam hektar, jenis tanaman, tingkat pertumbuhan tanaman, kalender tanam, kondisi klimatologi (curah hujan dan evapotranspiration), pelaksanaan sistem irigasi, kondisi tanah dan efisiensi irigasi. Karena sangat banyak variabel yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi, maka dalam perhitungan kebutuhan air irigasi menggunakan model analisis Ribasim. Kebutuhan air irigasi yang diperhitungkan untuk unit dasar, merupakan kombinasi sistem irigasi, golongan, dan pola tanam.
Input data yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi, mencakup: a) karakteristik kondisi rata-rata irigasi (berhubungan dengan jenis tanah, evapotranspirasi potensial, dan curah hujan), dan b) karakteristik berbagai kombinasi pola tanam, luas tanam , jadwal irigasi, dan efisiensi irigasi. Time step yang dipakai untuk perhitungan adalah tengah bulanan.
Hasil perhitungan kebutuhan irigasi yang dikelompokkan menjadi 3 wilayah dapat dilihat pada Gambar 2.15 dan Tabel 2.6.
0 20 40 60 80 100 120 140 3 Ci 2 Ci 1 Ci RKI DOMESTIK 6.187 44.666 24.951 75.803 NON DOMESTIK 3.322 32.153 12.145 47.620 TOTAL RKI 9.508 76.819 37.096 123.423 m 3 / d e t i k
halaman 42
Sumber: Hasil Analisis Ribasim Gambar 2.15. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci (2010)
Tabel 2.6. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci Wilayah Luas Sawah (Ha) Kebutuhan Air Irigasi (m 3 /dtk) (Juta m 3 /dtk) 3 Ci 45.714 15,99 504,09 2 Ci 99.355 37,44 1.180,76 1 Ci 348.704 164,12 5.175,51 Total 493.773 217,54 6.860,36 Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010
2.3.3.3 Penggelontoran
Sampai saat ini penggelontoran saluran di WS 6 Ci pada umumnya hanya untuk menjaga kualitas air sampai batas tertentu. Akan tetapi, karena nilai air secara ekonomis di masa yang akan datang akan meningkat, penggelontoran perlu dipertimbangkan sebagai tindakan sementara untuk memperbaiki kualitas air, dan hanya dilakukan selama persediaan air masih ada serta tidak mengganggu persediaan air untuk kebutuhan sektor lainnya.
Berdasarkan perhitungan, diperoleh kebutuhan air untuk keperluan penggelontoran (pemeliharaan sungai) setiap tahunnya kurang lebih 78 m 3 /det.
2.3.3.4 Ketenagaan Di provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta, belum ada waduk yang dimanfaatkan untuk tenaga listrik (PLTA). Selain mengairi ratusan ribu hektar sawah melalui jaringan irigasi Jatiluhur, sumber air bagi penduduk kota besar seperti Bandung dan Jakarta, Sungai Citarum (1 Ci) juga sebagai sumber PLTA untuk Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sungai ini mengairi 3 (tiga) waduk, yaitu Jan - I Jan-II Feb-I Feb-II Mar-I Mar-II Apr-I Apr-II Mei-I Mei-II Jun-I Jun-II Jul-I Jul-II Ags-I Ags-II Sep-I Sep-II Okt-I Okt-II Nov-I Nov-II Des-I Des-II TOTAL WS 6 Ci 289 183 201 158 147 146 190 222 282 294 305 316 260 221 185 113 60 30 50 147 257 299 405 348 3 Ci 27 20 29 33 29 25 18 11 8 8 12 14 19 18 22 20 17 13 6 3 7 7 19 20 2 Ci 61 39 41 35 31 20 20 17 31 37 51 52 50 46 47 35 20 8 2 0 20 22 64 61 1 Ci 201 123 131 90 87 101 153 195 243 249 242 250 190 157 116 59 22 9 42 144 231 270 322 268 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 m 3 / d e t i k TOTAL WS 6 Ci 3 Ci 2 Ci 1 Ci
halaman 43 Waduk Saguling (982 juta m 3 ), Waduk Cirata (2.165 juta m 3 ) dan Waduk Djuanda (3.000 juta m 3 ) dengan menghasilkan daya listrik 1.400 MW. Data ketiga waduk untuk PLTA tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Data Waduk Cirata, Waduk Saguling dan Waduk Djuanda (Jatiluhur) Waduk Saguling Waduk Cirata Waduk Djuanda Mulai Operasi 1985 1988 1967 Data Dam Jenis Rock fill dam with clay core Rockfill dam with concrete face Rockfill dam with inclined clay core Tinggi 99 m 125 m 105 m Crest Level 501 m 455,5 m 1220 m Crest Height 650,20 m 225 m 114,5 m Data Pembangkit Listrik tail Level (m) 252 103 27 Head loss (m) 28.4 4 1 Spillway Characteristics Gated spillway Gated spillway Ungated (ogee) spillway Kapasitas Terpasang (max power, M/W) 750 1000 187,5 Jumlah Turbin 4 unit 8 unit 5 unit Jenis Turbin Francis Francis Francis Sumber: Perum Jasa Tirta (PJT) II (2010)
2.3.3.5 Perikanan
Untuk keperluan penyusunan pola PSDA di WS 6 Ci, perikanan yang ditinjau hanya terkait dengan air untuk perikanan tambak. Berdasarkan luasnya, tambak dibagi dalam kategori intensif, semi intensif dan luas tradisional serta pola tanam/musim tanam. Di WS 6 Ci, tambak tersebar di Kota, Jakarta Utara, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Luas tambak keseluruhan (berdasarkan Kabupaten yang masuk ke dalam WS 6 Ci) adalah 50.141 ha, dimana 27% berada di Kabupaten Karawang (Tabel 2.8).
halaman 44 Tabel 2.8. Luas Tambak di WS 6 Ci
No Nama Kabupaten Luas Tambak (ha) Luas Kolam (ha) Luas Total (ha) Provinsi DKI Jakarta (2008) 1 Kota Jakarta Utara 334 3 337 2 Kota Jakarta Selatan 0 5 5 3 Kota Jakarta Barat 0 72 72 4 Kota Jakarta Timur 0 57 57 5 Kota Jakarta Pusat 0 0 0 6 Kepulauan Seribu 1 0 1 Provinsi Jawa Barat (2008) 0 7 Kota Bogor 0 32 32 8 Kabupaten Bogor 0 1.074 1.074 9 Kota Bekasi 0 1.125 1.125 10 Kabupaten Bekasi 10.495 400 10.895 11 Kota Cimahi 0 2 2 12 Kota Bandung 0 51 51 13 Kabupaten Bandung 0 594 594 14 Kabupaten Cianjur 25 1.281 1.306 15 Kabupaten Sumedang 0 494 494 16 Kabupaten Indramayu 8.629 332 8.961 17 Kabupaten Subang 7.009 760 7.769 18 Kabupaten Purwakarta 0 552 552 19 Kabupaten Karawang 13.405 1.899 15.304 20 Kota Depok 0 219 219 21 Kabupaten Bandung Barat 0 1.920 1.920 Provinsi Banten (2007) 0 22 Kota Cilegon 0 0 0 23 Kabupaten Serang 5.642 32 5.674 24 Kota Tangerang 0 220 220 25 Kabupaten Tangerang 4.601 132 4.733 26 Kota Serang 0 0 0 27 Kota Tangerang Selatan 0 0 0 Luas total 50.141 Sumber: Dinas Perikanan Provinsi
Standar kebutuhan air untuk perikanan (tambak) yang digunakan dalam perhitungan DSS-Ribasim untuk WS 6 Ci dapat dilihat pada sub-bab 3.1.3 (Standar). Dengan menggunakan standar kebutuhan untuk pergantian air (flushing) dan salinitas serta luas tambak di WS 6 Ci diperoleh kebutuhan air untuk tambak di WS 6 Ci sebesar 28 m 3 /det (Gambar 2.16) dan Lokasi Tambak dapat dilihat pada Gambar 2.17.
0 5 10 15 20 25 3 Ci 3 2 Ci 3 1 Ci 22 m 3 / d e t i k 3 Ci 2 Ci 1 Ci
Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 2.16. Kebutuhan Air untuk Tambak di WS 6 Ci
halaman 45
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.17. Peta Lokasi Tambak di WS 6 Ci
halaman46 2.4 Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan 2.4.1 Ditinjau dari Hasil Rumusan PKM Dari pembahasan dalam PKM dapat disimpulkan bahwa hal utama yang perlu dilakukan adalah koordinasi antara semua institusi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air. Dalam hal ini BBWS dapat mengambil peran sebagai fasilitator untuk TKPSDA.
Rumusan kondisi lingkungan dan permasalahan yang dirangkum per wilayah dari PKM tersebut sebagai berikut: 1. Kerjasama melalui TKPSDA WS 6 Ci (menjadwalkan pertemuan berkala minimal 4 kali/tahun). 2. Pemerintah, Pemda dan Swasta meningkatkan kegiatan bersama dalam program terpadu dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. 3. Penyuluhan, pendampingan yang bersifat koordinatif kepada masyarakat dan pelatihan bagi petugas secara berkelanjutan. 4. Penyusunan peraturan dan MoU terkait role sharing siapa berbuat apa (pusat, provinsi, kab/kota, swasta). 5. Bantaran Sungai merupakan dataran untuk menampung banjir, tidak boleh ditempati untuk kepentingan/usaha lainnya. 6. Masyarakat berperan dalam mengurangi dampak risiko banjir, baik secara perseorangan maupun kelompok. 7. Tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan secara proporsional, dan memperoleh peluang/kesempatan yang sama dalam proses pengambilan keputusan dan manfaat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air. 8. Upaya perempuan ikut menanam dan memelihara pohon produktif untuk dimanfaatkan buahnya, ternak lebah, dan sebagainya. 9. Upaya penghematan air (air rumah tangga, pengolahan hasil pertanian) dan upaya penjernihan air sehari-hari skala rumah tangga 10. Upaya pengelolaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat dan pengelolaan sampah dan limbah padat dan cair (rumah tangga, pasar, industri kecil, dan lain-lain) mulai dari sumbernya melalui Reuse-Reduce- Recycle serta penerapan eko-teknologi (pengolahan limbah cair berdasarkan ekosisitem dengan tanaman air). 11. Peran dalam penyebarluasan informasi: penghijauan, resapan air, sanitasi lingkungan, teknologi pertanian, air bersih rumah tangga, pengolahan hasil, pemasaran, dan lain-lain.
halaman47 12. Peran perempuan dalam proses pengambilan keputusan, kesepakatan dalam organisasi masyarakat serta peran perempuan dalam pengelolaan organisasi, pelatihan, pengumpulan dan pemanfaatan sumbangan dalam P3A.
2.4.2 Ditinjau dari 5 Aspek Pengelolaan Sumber Daya Air Permasalahan pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) mencakup 5 (lima) aspek, yakni: - Konservasi Sumber Daya Air - Pendayagunaan Sumber Daya Air - Pengendalian Daya Rusak Air - Sistem Informasi Sumber Daya Air - Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.
Selain kelima aspek tersebut, dalam pembahasan dikaitkan pula dengan aspek penataan ruang. Daftar lengkap permasalahan pada masing-masing wilayah disajikan dalam Tabel 2.9.
halaman48 Tabel 2.9. Persandingan Masalah di masing-masing WS 6 Ci 3 Ci 2 Ci 1 Ci 1. KONSERVASI PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (1.024 ha) dan kritis (25.124 ha) pada DAS di wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian Hulu 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (26.437 ha) dan kritis (115.988 ha) pada DAS di wilayah Citarum 2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian Hulu (94.101 ha) 2) Berkurangnya fungsi kawasan hutan dan non hutan DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah Ciliwung - Cisadane 2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (273.880 ha) 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian (219.849 ha) 3) Terancamnya kawasan hutan dan non hutan DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung - Cisadane (244.504 ha) 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (468.255 ha) 4) Jumlah luas hutan belum memenuhi kebutuhan standar lingkungan 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum 5) Terancamnyanya keaneka-ragaman hayati 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum 6) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 6) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis 6) Budi daya pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis 7) Kurang jelasnya batas di lapangan kawasan milik Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN dan lahan masyarakat di hulu, sehingga terjadi perambahan hutan 7) Belum adanya insentif dan dis-intensif pada lahan terlantar dan lahan produktif 7) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) 8) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis 8) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai 8) Masih adanya Kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan 9) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan 9) Adanya sedimentasi di sungai, situ dan muara 9) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 10) Masih adanya kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan 10) Terjadinya Longsoran dan erosi tebing di sungai 10) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai 11) Belum ada penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/ waduk 11) Terjadinya alih fungsi lahan di JABODETABEK 11) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan krikil 12) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan, selain DAS Cidanau 12) Masih adanya kawasan pemukiman baru belum mengikuti kaidah konservasi 12) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat 13) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS 13) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) 13) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai 14) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai 14) Belum optimalnya pelaksanaan PERDA tentang adanya penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk 14) Berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah Citarum 15) Terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan kerikil 15) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan krikil 16) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 16) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat 17) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai 17) Adanya lahan bekas sodetan sungai Ciliwung,S. Angke dan S. Pesanggrahan serta anak sungainya yang dimanfaatkan oleh masyarakat 18) Berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah Ciliwung - Cisadane PENGAWETAN AIR 1) Belum optimalnya pembangunan dan pemeliharaan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) 2) Berkurangnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Bandung-Soreang, Batujajar, Subang dan Bekasi Karawang sehingga terjadi penurunan muka air tanah, penurunan tanah dan/atau instrusi air laut 3) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat 3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan 3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan 4) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian 4) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 4) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum 5) Adanya kerusakan situ dan prasarananya 5) Belum dilaksanakannya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat 5) Meluasnya perambahan daerah retensi dan bantaran sungai untuk hunian dan usaha selain pertanian 6) Masih terjadinya alih fungsi situ menjadi pemukiman atau tempat usaha 6) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane 6) Kurang teridentifikasinya potensi daerah retensi 7) Kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata air dan situ berkaitan dengan pemeliharaan sumber air 7) Belum teridentifikasinya potensi daerah retensi 7) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat 8) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Serang-Tangerang, berakibat terjadinya penurunan muka air tanah, muka tanah dan/ atau intrusi air laut 8) Terjadinya kerusakan sumber air (127 mata air) di wilayah Ciliwung - Cisadane 8) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Citarum 9) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis
halaman49 3 Ci 2 Ci 1 Ci PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah industri 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah industri 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah Industri 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya 3) Limbah cair domestik dan Perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya 6) Pengelolaan limbah/sampah belum optimal 6) Pengolahan limbah sampah belum optimal 6) Pengelolaan limbah sampah belum optimal 2. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air tertentu 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air tertentu 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air tertentu 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan 2) Belum adanya Zona Pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI, karena kurangnya tampungan air/ waduk 1) Kekurangan Air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI 2) Antisipasi peningkatan jumlah penduduk, serta kegiatan industri dan ekonomi berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda penghubung antara P.Jawa dan P.Sumatera 2) Keterbatasan layanan air bersih di Jakarta 2) Adanya potensi waduk-waduk kecil yang perlu dikaji lebih lanjut 3) Perlu tambahan penyediaan pasokan air baku ke Jakarta dari arah barat. Saat ini terdapat air bersih 3 m3/det dari S.Cisadane ke Jakarta 3) Keterbatasan layanan dan jaringan PAM 3) Keterbatasan air permukaan (dari potensi waduk kecil yang ada) untuk penyediaan air bersih di Cekungan Bandung 4) Keterbatasan layanan PDAM Kab./Kota 4) Perimbangan pasokan air baku Jakarta dari arah Timur (Citarum) dan dari Barat (Cisadane) 4) Keterbatasan layanan PDAM di Cekungan Bandung dan Kota/Kabupaten lainnya 5) Keterbatasan layanan air bersih di Kota lain (BODETABEK) 5) Adanya kekurangan air baku untuk kebutuhan DKI Jakarta 6) Keterbatasan layanan PDAM di BODETABEK 7) Menurunnya luas lahan pertanian tanaman pangan (sawah) PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1) Terganggunya fungsi irigasi karena adanya pengambilan air baku RKI di saluran induk irigasi Pamarayan Barat & Timur, Cidurian, sehingga terjadi konflik 1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di sungai Cisadane 1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di wilayah Citarum 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan 4) Belum adanya SOP tampungan/ situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian 4) Belum tersedianya SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci 4) Belum adanya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum 5) Belum mutakhirnya SOP waduk Krenceng 5) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) 5) Tidak/Belum Optimalnya Kinerja Prasarana Irigasi 6) Belum tersusunnya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi 6) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun 6) Belum optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) 7) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat, mengakibatkan kesulitan pelaksanaan OP irigasi. 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) 8) Kurangnya pembinaan masyarakat petani dalam pelaksanaan irigasi partisipatif 8) Belum sadarnya masyarakat dalam pelaksanaan hemat air 8) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun. 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) dgn pemberdayaan petani. 9) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat 10) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat di pantai utara telah menurun. 10) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi 10) Belum sadarnya masyarakat petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi 11) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP)/intensitas tanam dgn pemberdayaan petani. 12) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR 1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air 1) Belum di tingkatkan Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng, Kab Bogor 1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air 2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi 2) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air 2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi 3) Belum ada jaringan irigasi di Cimanceuri dan bendung Cimanceuri. 4) Belum ada jaringan irigasi diCikarang hilir 5) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis
halaman50 3 Ci 2 Ci 1 Ci PENGUSAHAAN 1) Ma s ih t er ba t a s n ya pen gu s a h a a n a ir oleh s wa s t a di wila ya h 3Ci 1) Ku r a n g t er kon t r oln ya Pen gu s a h a a n a ir is i u la n g di wila ya h Bogor 1) Belu m opt ima ln ya pen gu s a a n a ir min u m oleh PJ T 2 2) Ma s ih t er ba t a s n ya pen gu s a h a a n a ir min u m da r i J a t ilu h u r oleh Pemer in t a h a t a u s wa s t a 3 . PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR PENCEGAHAN BENCANA 1) Belu m a da n ya Ma s t er Pla n Sis t em Pen gen da lia n Ba n jir s eca r a men yelu r u h pa da Su n ga i Ciu ju n g da n Cidu r ia n 1) Ma s t er Pla n Sis t em Pen gen da lia n Ba n jir (1996) s eca r a men yelu r u h di wila ya h Ciliwu n g - Cis a da n e s u da h t ida k mema da i 1) Belu m a da n ya Ma s t er Pla n Sis t em Pen gen da lia n Ba n jir s eca r a men yelu r u h pa da Su n ga i Cit a r u m 2) Men u r u n n ya fu n gs i t a n ggu l ba n jir di s u n ga i Ciu ju n g da n Cidu r ia n 2) Pen ggu n a a n da er a h r et en s i/ da t a r a n ba n jir da n r a wa n ba n jir u n t u k pemu kima n 2) Men u r u n n ya fu n gs i pr a s a r a n a pen gen da li ba n jir di s u n ga i Cit a r u m 3) Ber ku r a n gn ya ka pa s it a s a lir a n s u n ga i da n ja r in ga n dr a in a s e (pen yempit a n s u n ga i, pen da n gka la n a lu r , s er t a h a mba t a n oleh ba n gu n a n s u mber da ya a ir ) 3) Pen ggu n a a n ba n t a r a n s u n ga i u n t u k pemu kima n lia r 3) Ber ku r a n gn ya ka pa s it a s a lir a n s u n ga i da n ja r in ga n dr a in a s e (pen yempit a n s u n ga i, pen da n gka la n a lu r , s er t a h a mba t a n oleh ba n gu n a n s u mber da ya a ir ) 4) Pen ggu n a a n da er a h r et en s i/ da t a r a n ba n jir da n r a wa n ba n jir u n t u k pemu kima n da n t empa t u s a h a s ela in per t a n ia n 4) Pembu a n ga n s a mpa h ke s a lu r a n dr a in a s i da n a lu r s u n ga i men gh a mba t a lir a n , men ga kiba t ka n ba n jir 4) Pen ggu n a a n da er a h r et en s i/ da t a r a n ba n jir da n r a wa n ba n jir u n t u k pemu kima n 5) Ku r a n g t er iden t ifika s in ya pot en s i da er a h r et en s i 5) Belu m a da pet a r a wa n gen a n ga n ya n g Mu t a h ir 5) Pen ggu n a a n ba n t a r a n s u n ga i u n t u k pemu kima n da n u s a h a 6) Pen ggu n a a n ba n t a r a n s u n ga i u n t u k pemu kima n da n t empa t u s a h a 6) Belu m a da n ya Per da pembu a t a n det en s i di gedu n g-gedu n g ber t in gka t 6) Pembu a n ga n s a mpa h ke s a lu r a n dr a in a s i da n a lu r s u n ga i men gh a mba t a lir a n , men ga kiba t ka n ba n jir 7) Pembu a n ga n s a mpa h ke s a lu r a n dr a in a s i da n a lu r s u n ga i men gh a mba t a lir a n , men ga kiba t ka n ba n jir 7) Belu m pet a a da ja lu r da n t empa t Eva ku a s i ben ca n a 7) Belu m a da n ya Per da pemba t a s a n KDB (Koefis ien Da s a r Ba n gu n a n ) da n pembu a t a n kola m det en s i pa da komplek per u ma h a n 8) Belu m a da n ya Per da pemba t a s a n Koefis ien da s a r Ba n gu n a n (KDB) da n pembu a t a n kola m det en s i pa da komplek per u ma h a n 8) Belu m s emu a s u n ga i t ela h t er pa s a n g s is t em per in ga t a n din i ba n jir 8) Belu m t er s edia pet a ja lu r da n t empa t eva ku a s i ben ca n a ba n jir 9) Belu m t er s edia pet a ja lu r da n t empa t eva ku a s i ben ca n a ba n jir 9) ku r a n gn ya pemelih a r a a n t er ja din ya pen da n gka la n , s edimen t a s i di a lu r s u n ga i s er t a ja r in ga n dr a in a s i da n lon gs or a n t ebin g 9) Belu m t er pa s a n gn ya s is t em per in ga t a n din i ba n jir pa da s u n ga i u t a ma 10) Belu m t er pa s a n gn ya s is t em per in ga t a n din i ba n jir pa da s u n ga i u t a ma 10) Men in gka t n ya a n ca ma n ba n jir da r i a ir pa s a n g la u t 10) Ku r a n gn ya t er t a t a n ya (s is t em da n ka pa s it a s dr a in a s e mikr o) di per kot a a n men yeba bka n gen a n ga n di ja la n 11) Ku r a n gn ya t er t a t a n ya (s is t em da n ka pa s it a s dr a in a s e mikr o) di per kot a a n men yeba bka n gen a n ga n di ja la n 11) Ku r a n gn ya ka pa s it a s a lir a n s u n ga i (pen yempit a n s u n ga ida n pen da n gka la n s er t a h a mba t a n oleh ba n gu n a n s ila n g) 11) Men in gka t n ya a n ca ma n lu a pa n a ir pa s a n g la u t 12) Men in gka t n ya a n ca ma n lu a pa n a ir pa s a n g la u t 12) Men u r u n n ya fu n gs i t a n ggu l ba n jir di s u n ga i-s u n ga i J ABODETABEK 12) Ba n ya k t er ja din ya ben ca n a lon gs or di beber a pa t empa t 13) Ada n ya pemba n gu n a n s t r u kt u r pa n t a i ya n g t ida k ber ijin , da n men yeba bka n t er ja din ya er os i pa n t a i di loka s i s ekit a r n ya 13) Ku r a n gn ya t er t a t a n ya (s is t em da n ka pa s it a s dr a in a s e mikr o) di J ABODETABEK men yeba bka n gen a n ga n di per mu kima n da n di ja la n 13) Ada n ya ker u s a ka n s it u da n pr a s a r a n a n ya 14) Belu m t er s os ia lis a s in ya pet a ja lu r da n loka s i eva ku a s i ben ca n a t s u n a mi a kiba t a kt ivit a s G.Kr a ka t a u 14) Ter ja din ya ker u gia n a kiba t ben ca n a lon gs or di beber a pa t empa t 14) Belu m opt ima ln ya pela ks a n a a n PERDA t en t a n g a da pen et a pa n ba t a s da n pema n fa a t a n da er a h s empa da n s u n ga i da n s it u / wa du k 15) Ter ja din ya ker u gia n a kiba t ben ca n a lon gs or di beber a pa t empa t 15) Pen u r u n a n mu ka t a n a h di J a ka r t a t ela h men a ikka n t in gka t r es iko ba n jir 16) Keku r a n ga n a ir ir iga s i pa da DI Ciu ju n g da n Cidu r ia n 16) Melu a s n ya per a mba h a n da er a h r et en s i da n ba n t a r a n s u n ga i 17) Keku r a n ga n a ir kebu t u h a n r u ma h t a n gga di wila ya h J a ka r t a Ut a r a , Ta n ger a n g da n Beka s i 18) Ma s ih t er ja din ya pemba n gu n a n pemu kima n di da er a h pa r kir a ir / da t a r a n ba n jir 19) Ma s ih a da n ya h u n ia n da n u s a h a la in di ba n t a r a n s u n ga i PENANGGULANGAN 1) Melu a pn ya a ir s u n ga i Cidu r ia n a t a u Ciu ju n g men ggen a n gi da er a h s ekit a r n ya 1) Melu a pn ya a ir s u n ga i di wila ya h Ciliwu n g- Cis a da n e 1) Pen a n ggu la n ga n da r u r a t a kiba t ben ca n a ba n jir PEMULIHAN AKIBAT BENCANA 1) Belu m opt ima ln ya pemu lih a n kon dis i r u ma h ma s ya r a ka t ya n g men ja di kor ba n s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir 1) Belu m opt ima ln ya pemu lih a n kon dis i r u ma h ma s ya r a ka t s et ia p t er ja din ya ben ca n a ba n jir 1) Belu m opt ima ln ya pemu lih a n kon dis i r u ma h ma s ya r a ka t ya n g men ja di kor ba n s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir 2) Ter ja din ya ker u s a ka n pr a s a r a n a s u mber da ya a ir s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir 2) Ter ja din ya ker u s a ka n pr a s a r a n a s u mber da ya a ir s et ia p t er ja din ya ben ca n a ba n jir 2) Ter ja din ya ker u s a ka n pr a s a r a n a s u mber da ya a ir s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir 3) Belu m ma ks ima ln ya pen yedia a n da n a u n t u k pela ks a n a a n pemu lih a n kon dis i pr a s a r a n a da n s a r a n a u mu m s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir 3) Belu m ma ks ima ln ya pen yedia a n da n a u n t u k pela ks a n a a n pemu lih a n kon dis i pr a s a r a n a da n s a r a n a u mu m s et ia p t er ja din ya ben ca n a ba n jir 3) Belu m ma ks ima ln ya pen yedia a n da n a u n t u k pela ks a n a a n pemu lih a n kon dis i pr a s a r a n a da n s a r a n a u mu m s et ela h t er ja din ya ben ca n a ba n jir 4 . SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR 1) Ku r a n g h a n da ln ya da t a ba s e s u mber da ya a ir (Hidr ologi, Hidr ogeologi & Hidr omet eor ologi, Kebija ka n s u mber da ya a ir , Pr a s a r a n a s u mber da ya a ir , Tekn ologi s u mber da ya a ir , Lin gku n ga n pa da s u mber da ya a ir , Kegia t a n SoSekBu d) 1) Ku r a n g opt ima ln ya da t a ba s e s u mber da ya a ir ya n g r elia ble (Hidr ologi, Hidr ogeologi & Hidr omet eor ologi, Kebija ka n s u mber da ya a ir , Pr a s a r a n a s u mber da ya a ir , Tekn ologi s u mber da ya a ir , Lin gku n ga n pa da s u mber da ya a ir , Kegia t a n SoSekBu d) 1) Ku r a n g h a n da ln ya da t a ba s e s u mber da ya a ir (Hidr ologi, Hidr ogeologi & Hidr omet eor ologi, Kebija ka n s u mber da ya a ir , Pr a s a r a n a s u mber da ya a ir , Tekn ologi s u mber da ya a ir , Lin gku n ga n s u mber da ya a ir , Kegia t a n SoSekBu d) ka r en a da t a ba s e belu m len gka p, SDM da n a la t belu m mema da i, koor din a s i/ t a n ggu n gja wa b u n t u k 2) Belu m mema da in ya SDM ya n g men a n ga n i SISDA 2) Belu m mema da in ya SDM ya n g men a n ga n i SISDA 3) Belu m len gka pn ya per a la t a n (per a n gka t ker a s da n lu n a k) u n t u k ya n g men u n ja n g SISDA 3) Belu m len gka pn ya per a la t a n (per a n gka t ker a s da n lu n a k) u n t u k ya n g men u n ja n g SISDA 4) Belu m t er s edia n ya da n a ya n g mema da i u n t u k mela ks a n a ka n SISDA t er pa du 4) Belu m a da n ya u n it SISDA ya n g men gin t egr a s ika n da t a s u mber da ya a ir ya n g ber a s a l da r i in s t a n s i-in s t a n s i t er ka it 5) Belu m a da n ya pedoma n t en t a n g pen gelola a n SISDA ya n g s is t ema t is da n kompr eh en s if 5) Belu m a da n ya pedoma n t en t a n g pen gelola a n SISDA ya n g s is t ema t is da n kompr eh en s if 6) Belu m a da n ya u n it SISDA ya n g men gin t egr a s ika n da t a s u mber da ya a ir ya n g ber a s a l da r i in s t a n s i-in s t a n s i t er ka it 6) Belu m t er s edia n ya da n a ya n g mema da i u n t u k mela ks a n a ka n SISDA t er pa du As pe k/ Sub As pe k Pe rmas alahan Be rdas arkan Analis is
halaman51 3 Ci 2 Ci 1 Ci 5. PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas antar unit pengelola sumber daya air, antara lain: kewenangan terhadap situ, anak sungai 1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas antar unit pengelola sumber daya air, antara lain: kewenangan terhadap situ, anak sungai 1) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air karena belum memadainya SDM (kuantitas dan kualitas), belum optimalnya pembagian tugas, dan belum menggunakan PAI (Pembiayaan 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air PENDANAAN 1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu 1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu 1) Kurangnya pendanaan karena komitmen pembiayaan pengelolaan sumber daya air masih terbatas/belum ada, terbatasnya sumber dana dan belum adanya struktur utk mengatur cost recovery dari pengguna (air) 2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah layanan PJT 2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah layanan PJT PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1) Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam 1) Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam 1) Belum maksimalnya upaya pengawasan pemerintah terhadap pengambilan air tanah dalam yang dilakukan oleh pihak swasta/perusahaan/industri 2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan 2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan 2) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri Pekerjaan Umum ke Gubernur Prov.Banten 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri Pekerjaan Umum ke Gubernur Prov.Banten 3) Adanya tumpang tindih pelaksanaan OP di Jargasi Jatiluhur 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Ciujung/ Sungai Cidurian ke Jakarta) 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Ciujung/ Sungai Cidurian ke Jakarta) 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Citarum ke Jakarta/antar Propinsi, S. Cibantarua ke S. Cisangkuy/antar Wilayah Sungai dll.) FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota 2) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian 2) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di 2 Ci 2) Belum optimalnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi 1 Ci 3) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di 3 Ci 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 4) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci (3 Ci, 2 Ci & 1 Ci) 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) 5) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di 2 Ci 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di WS 6 Ci 6) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di 3 Ci 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di 1 Ci 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana akibat daya rusak air 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sumber daya air 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air 2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan lingkungan 2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan lingkungan 2) Lunturnya budaya/tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kawasan hutan dan lingkungan 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air 3) Belum maksimalnya masyarakat dalam melaksanakan hemat air 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan 7) Masih terbatasnya peran serta perempuan dalam kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan sumber daya air, pertanian dan keterlibatan dalam organisasi kelompok 7) Belum berkembangnya kerja sama pengelolaan jasa lingkungan 7) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS 8) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan Konservasi DAS 8) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan 9) Belum optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air 9) Belum optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air PENATAAN RUANG 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) 2) 3) Antisipasi rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda Aspek/Sub Aspek Permasalahan Berdasarkan Analisis PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA
halaman52 2.5 Identifikasi Terhadap Potensi yang Bisa Dikembangkan Pada sub-bab ini diuraikan beberapa potensi yang mungkin bisa dikembangkan atau diterapkan pada WS 6 Ci, ditinjau dari hasil rumusan PKM dan 5 (lima) aspek pengelolaan sumber daya air.
2.5.1 Potensi Konservasi Sumber Daya Air 2.5.1.1 Konservasi Lahan Kritis
Secara umum potensi yang dapat dikembangkan dalam konservasi sumber daya air di WS 6 Ci, mencakup: Reboisasi dan penghijauan di lahan kritis (hutan dan non-hutan) Pengembangan wanatani (agro forestry) Pembangunan waduk dan bendung Pengelolaan teknik konservasi tanah dan air terpadu berwawasan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat serta pendampingan pada DAS Hulu dan lahan miring/pegunungan. Pengendalian erosi dengan bangunan teknik sipil berbasis lahan dan alur sungai
Perencanaan program RHL untuk WS 6 Ci sudah lengkap disusun oleh BP DAS Citarum-Ciliwung melalui RTkRHL-DAS dengan jangka waktu 15 tahun (2010-2024), yang dapat ditinjau setiap 5 tahun apabila diperlukan. Dokumen ini disusun oleh BP DAS Citarum-Ciliwung tahun 2009 yang mencakup wilayah kerja 3 (tiga) provinsi (Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta) terdiri dari 3 (tiga) SWP-DAS. Pembagian batas SWP- DAS mengikuti kriteria dari BP DAS, tidak sepenuhnya segaris dengan garis batas WS 6 Ci. WS 6 Ci meliputi SWP DAS Citarum (21 DAS, luas total 3.166.114 ha), SWP DAS Ciliwung- Cisadane-Cimandiri (23 DAS, luas total 988.237 ha), dan SWP DAS Ciujung- Teluklada (47 DAS, luas 774.695 ha). Dokumen tersebut telah disahkan pada bulan Desember 2009 oleh Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial.
Kegiatan yang direncanakan terdiri dari kegiatan Vegetatif dan Sipil Teknik. Kegiatan Vegetatif disusun berupa Matrik Rencana Teknik di setiap DAS disertai luasannya. Lokasinya dicantumkan dalam peta perencanaan skala 1:50.000 dan dapat diidentifikasi sampai tingkat kecamatan. Kegiatan Sipil
halaman53 Teknik berupa gully plug, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan dan biopori, dinyatakan jumlahnya untuk setiap DAS.
2.5.1.2 Koordinasi dan Sinergi Program
Lembaga Pemerintah yang berkaitan dengan kegiatan konservasi sumber daya air terdiri dari lima lembaga pemerintah yang memerlukan koordinasi dan sinergi dalam implementasi program. Kelima lembaga pemerintah tersebut adalah: 1). Kementerian Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Sumber Daya Air), 2). Kementerian Kehutanan (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial), 3). Kementerian Pertanian (Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Produksi Pertanian), 4). Kementerian Lingkungan Hidup (Asisten Deputi Urusan Pengendalian Sungai dan Danau), 5). Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Jendral Pembangunan Daerah, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa).
Diperlukan suatu koordinasi program supaya kegiatan konservasi pada lima instansi tersebut dapat sinergi dengan mengacu pada peta RTkRHL-DAS yang telah disusun oleh BP DAS. Selanjutnya arahan RTkRHL-DAS (program 15 tahun) ini digunakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota untuk penyusunan RPRHL 5 tahunan dan RTn RHL untuk setiap tahun dimulai tahun 2011.
Sinergi program antar lima lembaga pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hulu memerlukan suatu koordinasi oleh TKPSDA tingkat WS. Implementasi program harus dinyatakan dalam bentuk kegiatan, waktu, biaya, pelaksana dan tempat pelaksanaan dengan menggunakan peta yang sama. Pendekatan konservasi tanah dan air berbasis masyarakat akan lebih efektif jika diarahkan ke pemberdayaan masyarakat desa konservasi dalam skala DAS mikro.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh lintas kementerian dalam konservasi sumber daya air dapat dilihat pada Tabel 2.10. Kegiatan tersebut didasarkan pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
halaman54 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, Peraturan Pemerintah Nomor 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan.
Tabel 2.10. Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air dan Institusi Pengelola Kegiatan Konservasi Sumber Daya Air (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004) Institusi Pengelola Kegiatan (Struktural dan Non- Struktural) Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air: a. Pemeliharaan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air. a. Pemerintah Daerah, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian: Zonasi, Vegetatif, Usaha tani Konservasi. b. Pengendalian pemanfaatan sumber air. b. Pemerintah Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum: Perijinan. c. Pengisian air pada sumber air. c. Kementerian Pekerjaan Umum: Jaringan sumber daya air. d. Pengaturan dan sarana sanitasi. d. Kementerian Pekerjaan Umum, Pemda: jaringan Drainase/Limbah. e. Perlindungan sumber air terkait dengan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air. e. Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah: Pengaturan/Ijin, Pertanian di lahan pasang- surut, waduk/situ. f. Pengendalian pengolahan tanah di bagian hulu. f. Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah: Terasering, Guludan, Tanaman Penutup (cover crops), Strip Rumput, Gully Plug, Kompos , usahatani konservasi terpadu. g. Pengaturan daerah sempadan sumber air. g. Pemerintah Daerah, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan: Ploting garis sempadan sumber air (sungai, waduk/situ, mata air, pantai). h. Rehabilitasi hutan dan lahan. h. Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah. i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. i. Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah. Pengawetan Air: Menyimpan air berlebihan dan dimanfaatkan saat dibutuhkan. Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah waduk/situ , embung atau ponds. (perencanaan, pembangunan, OP). Menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif. Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah: SRI, alokasi dan distribusi air, kegiatan untuk reduksi kehilangan air. Mengendalikan penggunaan air tanah. Kementerian ESDM/ Kementerian Pekerjaan Umum- Sumber Daya Air, Pemerintah Daerah. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran: Memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumber daya air. Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah: Waduk, Penggelontoran, Alokasi air/SOP, Penetapan Kelas Sungai, Monitoring dan Evaluasi kualitas air di sumber air dan prasarana sumber daya air. Mencegah masuknya pencemaran air (bahan pencemar) pada sumber air dan prasarana sumber daya air. BLHD/ Kementerian Lingkungan Hidup,: Penerapan IPAL, Monitoring dan Evaluasi kualitas air yang masuk ke sumber air. Sumber: Hasil Analisis 2010
2.5.1.3 Prokasih, Proper dan Superkasih Terkait dengan upaya untuk mengendalikan dampak lingkungan khususnya pencemaran air sungai dan laut, pemerintah telah mencanangkan beberapa
halaman55 program yang potensial digunakan dan dipadukan dalam pengelolaan kualitas air di WS 6 Ci, yakni:
a. Prokasih (Program Kali Bersih). Prokasih dicanangkan pada tahun 1989 di Surabaya dengan sasaran 18 (delapanbelas) sungai utama yang berada di 8 (delapan) provinsi. Prokasih merupakan program pemerintah pusat (Kementerian Lingkungan Hidup) yang dalam pelaksanaannya di daerah didelegasikan kepada pemerintah provinsi. Gubernur sebagai penanggung jawab akan membentuk Tim Pelaksana Prokasih yang anggotanya terdiri dari unsur Pemda, Pemkab/kota, Perguruan Tinggi/PSL, Dinas terkait dan LSM serta media.
b. Proper (Program Penilaian Kinerja Perusahaan). Sebagai tindak lanjut Prokasih pada tahun 1995 dicanangkanlah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan yang disingkat dengan Proper. Proper merupakan pengembangan Prokasih yang diarahkan untuk proses pentaatan industri yang terdiri atas beberapa program yang dikemas dalam Proper. Tiga hal utama yang menjadi dasar pendekatan Proper yang selanjutnya dilaksanakan secara terpadu.
c. Superkasih (Surat Pernyataan Kali Bersih). Untuk semakin meningkatkan efektivitas Prokasih maka pada tahun 2003 Prokasih dikembangkan menjadi Super Kasih (Surat Pernyataan Kali Bersih). Super Kasih merupakan program yang bertujuan untuk mendorong percepatan penaatan industri terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup yang berlaku dengan cara membuat surat pernyataan tertulis untuk melakukan penataan dalam batas waktu tertentu dengan memperhatikan faktor teknis dan administrasi yang disaksikan oleh pejabat tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Superkasih juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan pemerintah daerah dan masyarakat serta pemilik kepentingan lain untuk beperan aktif di dalam pengendalian pencemaran lingkungan khususnya yang terjadi di DAS/perairan sungai maupun pantai/laut.
halaman56 2.5.1.4 Program dan Renstra Provinsi tentang Kualitas Air a. Provinsi Banten Mengacu pada Renstra Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten 2007- 2012 dan terkait dengan konservasi sumber daya air khususnya pengendalian pencemaran air maka disusunlah program sebagai berikut: a) Pemantauan lingkungan hidup: Kegiatan tertuju pada upaya pemantauan kualitas lingkungan hidup (termasuk sumber daya air) yang menerima beban pencemaran. Data hasil pemantauan akan merupakan basis data lingkungan untuk kepentingan pengendalian, pengawasan, penegakan hukum maupun bahan penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup. b) Pengelolaan B3 dan limbah B3: Kegiatan ini terkait dengan upaya pembinaan dan pengawasan pengelolaan B3 dan limbah B3. Pembinaan dapat bersifat teknis maupun administratif. c) Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan: Kegiatan ini meliputi penyusunan kebijakan penetapan baku mutu lingkungan hidup; dan baku mutu limbah berdasarkan daya tampung badan lingkungan tertentu. d) Koordinasi penyusunan AMDAL/UKL-UPL: Kegiatan upaya peningkatan koordinasi dalam penyusunan AMDAL (termasuk UKL-UPL) untuk kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.
b. Provinsi Jawa Barat Untuk menunjang kebijakan khususnya terkait bidang pengendalian pencemaran air, maka disusunlah program jangka pendek/tahunan beserta kegiatannya sebagai berikut: a) Peningkatan kerjasama kabupaten dan kota untuk melaksanakan monitoring kualitas air di aliran sungai di wilayah administrasi masing-masing; b) Sosialisasi tentang hak dan kewajiban bagi masyarakat di sekitar industri; c) Pengurangan limbah domestik sejalan dengan target sasaran MDG dengan cara meningkatkan penggunaan/pembangunan MCK pada masing-masing DAS; d) Penguatan sumber daya manusia industri melalui kegiatan fasilitasi dan pengembangan program EPCM; e) Penegakan hukum bagi para pelanggar/pencemar lingkungan. Penegakan dapat berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana dan perdata; f) Kegiatan sekretariat penegakan hukum lingkungan terpadu;
halaman57 g) Kegiatan fasilitasi pembinaan pengelolaan limbah B3; h) Kegiatan pembinaan dan pengembangan laboratorium Lingkungan; i) Kegiatan fasilitasi pengembangan produksi bersih dan tekhnologi ramah lingkungan; j) Kegiatan pemantauan pencemaran lingkungan;
Secara khusus program pengendalian kualitas air sungai Citarum dapat merujuk pada Roadmap Citarum yang tertuang dalam Rencana Penanganan Terpadu WS Citarum 2010-2025. Roadmap Citarum merupakan sebuah rancangan strategis yang berisi hasil identifikasi program utama untuk meningkatkan sistem pengelolaan sumber daya air terpadu dan memperbaiki kondisi sepanjang sungai Citarum. Penyusunan Roadmap dilakukan dengan pendekatan komprehensif, terpadu dan multi sektor untuk dapat memahami dan memecahkan masalah kompleks seputar pengelolaan air dan lahan sepanjang sungai Citarum.
c. Provinsi DKI Jakarta Sejak tahun 2008 BPLHD DKI Jakarta telah melaksanakan program penataan sungai Ciliwung. Program penataan sungai Ciliwung diharapkan dapat memperkuat Prokasih yang telah dilaksanakan. Adapun tujuan dari penataan sungai Ciliwung adalah untuk mengembalikan fungsi sungai Ciliwung, baik secara ekologis, sosial maupun ekonomi, serta mendorong peningkatan kapasitas lembaga, peningkatan peran masyarakat serta makin tumbuhnya tatakelola lingkungan sungai yang baik atau Good River Environmental Governance.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka diluncurkan 6 (enam) program penataan sungai Ciliwung, terdiri atas: a) Program pengendalian/rehabilitasi pencemaran air; b) Program pengendalian kerusakan lingkungan (banjir dan kekeringan); c) Program penataan ruang; d) Program kebijakan publik; e) Program pemberdayaan masyarakat (peningkatan peran masyarakat); f) Program penguatan kelembagaan.
halaman58 2.5.1.5 Rancangan Peraturan Presiden tentang Penetapan Kelas dan Pengendalian Pencemaran Air Sungai Ciliwung
Kualitas air sungai Ciliwung saat ini telah mengalami pencemaran berat sejak dari hulu sampai muara sebagaimana dilaporkan oleh BPLHD Jawa Barat (2009) dan BPLHD DKI Jakarta (2009) bahwa berdasarkan hasil monitoring tahun 2009, menunjukkan bahwa sebagian besar ruas sungai Ciliwung mengalami cemar berat dari hulu (Attaawun) sampai muara (Pluit), hanya pada bagian kondisi air sungai Ciliwung mengalami cemar sedang. Mengingat bahwa Sungai Ciliwung memiliki peran penting di dalam kehidupan masyarakat khususnya Provinsi DKI Jakarta, maka perlu segera dilakukan upaya keras untuk mengatasi dan mengendalikan pencemaran air sungai Ciliwung, yaitu dengan cara melakukan pemulihan kualitas air melalui program nyata yang terkoordinir dengan baik dan terpadu dengan berbagai sektor terkait, baik secara teknis, administratif maupun financial.
Rancangan Peraturan Presiden merupakan upaya pemerintah untuk memberikan pedoman dan kekuatan hukum dalam upaya untuk mengatasi dan mengendalian pencemaran air sungai Ciliwung yang sedang berlangsung saat ini. Rancangan Peraturan Presiden ini memberikan penetapan pada upaya sebagai berikut: a) Penetapan kelas air sasaran; b) Pengendalian pencemaran; c) Peran masyarakat; d) Pembinaan dan pengawasan; e) Pembiayaan.
2.5.1.6 Pengaturan dan Pembatasan Pengambilan Air Tanah Pengaturan pengambilan air tanah baik untuk keperluan RKI maupun irigasi perlu dilaksanakan untuk menghindari terjadinya penurunan muka air yang berlebihan yang dapat berakibat terjadinya penurunan muka tanah seperti saat ini terjadi di daerah Cekungan Bandung (1 Ci) dan Jakarta (2 Ci) atau penyusupan air laut di daerah dataran pantai.
Tatakelola pemanfaatan air tanah untuk keperluan industri di WS 6 Ci dapat dilakukan dengan cara pengaturan dan pembatasan pengambilan dan pemanfaatan air tanah sesuai dengan tingkat kerusakan air tanahnya yang
halaman59 dituangkan dalam bentuk peta zona konservasi air tanah (contoh untuk CAT Bandung-Soreang dapat dilihat pada Gambar 2.18
Pengaturan dan pembatasan pengambilan dan pemanfaatan air tanah tersebut meliputi: 1) Pengaturan batasan kedalaman penyadapan air tanah, 2) Pengaturan volume pengambilan air tanah, 3) Pengaturan peruntukan pemanfaatan air tanah, 4) Pengaturan rancang bangun konstruksi sumur.
halaman60
Sumber: Lampiran Daftar CAT di Pulau Jawa dan Madura, Deptartemen ESDM, 2009 (diolah) Gambar 2.18. Peta Konservasi Air Tanah untuk CAT Bandung-Soreang
halaman61 2.5.2 Potensi Pendayagunaan Sumber Daya Air 2.5.2.1 Skematisasi Model Alokasi Air
Skematisasi digunakan untuk keperluan analisis neraca air WS 6 Ci, telah dibuat skematisasi seperti terlihat pada Gambar 2.19. Prasarana yang ada saat ini dan perkiraan/potensi pada masa datang telah digambarkan pada gambar tersebut. Elemen dasar dari skematisasi adalah jaringan yang ada di WS yang mewakili cara pengaliran dan penggunaan air secara menyeluruh, disebut Water District 2 , yang mencakup satuan luas WS sesuai dengan batas hidrologi dan penggunaan air utama serta beberapa pilihan pengendalian sumber daya air. Pada skematisasi tersebut terdapat 123 Water District dan 1100 node (simpul perhitungan) yang dapat dilihat pada Gambar 2.20.
2.5.2.2 Peningkatan Potensi Sumber Daya Air
(1). Pembangunan Waduk Baru Potensi pembangunan waduk besar dan kecil untuk pemenuhan pasokan air baku ke kota dan kabupaten di WS 6 Ci telah dipertimbangkan sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di wilayah tersebut. Beberapa waduk di WS 6 Ci yang potensial untuk pemenuhan air baku RKI dan untuk keperluan lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.11.
Selain potensi waduk tersebut di atas, ada juga potensi air baku di Bogor Barat dari sungai Cikaniki (anak sungai Cisadane). Air yang dapat dimanfaatkan adalah konstan sebesar 2 m 3 /det. Air dalirkan ke Bogor Barat (lokasi Ciburial) melalui saluran yang mengikuti kontur kaki gunung Salak sepanjang 10 km. Potensi air baku tersebut dinamakan Salak Kontur (karena saluran mengikuti kontur lereng gunung Salak). Air baku ini dapat digunakan sebagai tambahan air minum untuk Kota Bogor.
2 Water district adalah: Unit hidrologi terkecil yang mencakupi kebutuhan air dan pasokan air; Mempunyai persamaan sifat dalam merespon hujan dan aliran; Unit yang saling melengkapi dalam pengaturan Sumber Daya Air dan memungkinkan untuk membuat keseimbangan air.
halaman62 Dengan sangat berkurangnya luasan daerah irigasi yang diairi dari Bendung Katulampa (sungai Ciliwung) dan Bendung Empang (sungai Cisadane), air yang dialirkan ke saluran induknya saat ini kurang bermanfaat. Kelebihan air ini berpotensi untuk penyediaan air baku RKI.
(2). Peningkatan pemanfaatan waduk lama Sesuai laporan BTA-155 (1989) dan Studi JWRMS (1994), waduk Cirata yang berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, volume tampungan waduk dapat ditambah dengan meninggikan elevasi puncak bendungan15 m dari elevasi muka air + 220 m menjadi +235 m. Peninggian ini dapat menambah volume waduk + 1 milyar m 3 . Menurut penelitian fondasi dasar bendungan cukup kuat menyangga beban bendungan setelah ditinggikan. Dengan adanya peninggian bendungan untuk menambah luas tampungan waduk, diperlukan pembebasan lahan. Penduduk yang harus dipindahkan sekitar 13.500 jiwa. Setelah dilakukan simulasi, jalan inspeksi keliling waduk yang sudah dibuat, posisinya aman di atas genangan air sesudah waduk Cirata ditinggikan 15 m.
halaman63 Tabel 2.11. Potensi Waduk 6 Ci EIRR (%) Total Efektif A. Wilayah 3 Ci (Cidanau-Ciujung-Cidurian) 1. Karian Ciberang Ciujung Rangkas- bitung Kabupaten Lebak Banten 1. Air baku dan irigasi Serang dan Cilegon : 5,5 m3/det. 314,71 juta 207,48 juta 1.74 Design Report: The Karian Dam Project, Sept. 2006 Telah ganti rugi sebagian lahan 2. Air baku Kab dan Kota Tangerang: 9,1 m3/det. 2. Sindang Heula Cibanten Gelam Pabuaran Kabupaten Serang Banten 1. Air baku Serang dan Cilegon: 0,8 m3/det. 9,25 juta 9,20 juta 150.20 Telah selesai DD 2. Air irigasi Cibanten: 0,8 m3/det. 3. Cidanau Cidanau Kaduperep Cinangka Kabupaten Serang Banten 32,43 juta 24,57 juta 265.00 Laporan Akhir Survey Investigasi Air Baku Cidanau, BBWS 3 Ci, 2008 4. Pasirkopo Cisimeut Ciujung Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten 1. air baku Kab. Serang dan air irigasi DI Ciujung: 3,30 m3/det. 82,50 juta 44,50 juta 920.00 2. Hydropower 10 MW 5. Cilawang Cibeureum Cidurian Kabupaten Lebak Banten 1. Air baku Kab. dan Kota Tangerang: 4,1 m3/det. __ 62 juta Ciujung-Cidurian Integrated Water Resources in Indonesia, 1995 6. Tanjung Cidurian Kabupaten Bogor Jawa Barat dan Banten 2. Irigasi DI. Cidurian dan air baku Kab. dan Kota Tangerang: 9,7 m3/det. __ 280 juta 2,483.00 - - BTA 155,1989 Cisadane river basin, 1986 B. Wilayah 2 Ci (Cisadane-Ciliwung) 1. Genteng Cisadane Genteng Rancamaya Bogor Jawa Barat 1. Air baku Jakarta dan Bogor: .. M3/det. 87 juta 625.00 - - BTA 155,1989 Cisadane river basin, 1986 Pre FS 2. Listrik 5 MW 2. Narogong Cikeas Cibinong Bogor Jawa Barat 42 juta 407.00 BTA 155,1989 3. Pondok Benda Angke Pondok Benda Pamulang Tang-Sel Banten 5 juta 115.32 Review M/P Banjir Jakarta Identifikasi 4. Limo Pesanggarahan Cinere Cinere Depok Jawa Barat 5 juta 289.79 Review M/P Banjir Jakarta Identifikasi C. Wilayah 1 Ci (Citarum) 1. Cikapundung 1. Untuk mengatasi kekurangan air minum (daerah Kab. Bandung/ Lembang dan khususnya kota Bandung 319,000 12-15 2. Untuk mengatasi kekurangan air irigasi sebelah hilir (untuk tanaman sayuran/palawija) 3. Untuk mengurangi banjir di wilayah kota Bandung bagian Selatan. 2. Ciwidey Cikoneng Pasir Jambu Bandung Jawa Barat 1. Air baku 1.148 lt/det. 3,261,328 3,044,720 16.35 - 2. Irigasi: 1.658 ha 3. Pariwisata: 5% nilai total proyek - 4. Banjir sungai Ciwidey terkendali 5. Memberikan tambahan debit (maintenance flow) sungai Citarum 3. Citarik Citarik Cicalengka Bandung Jawa Barat 1. Air bersih: Jatinangor & Rancaekek 307,468 3.80 2. Irigasi setempat Tegal manggung Cimanggung Sumedang Jawa Barat 3. Industri: Kawasan Industri Bandung Timur - untuk menghindari terjadinya penurunan muka air bawah tanah (4 m/thn.: hasil penelitian Dit. Geologi, 1998) 4. Sukawana Cimahi Sukawana Karyawangi Parongpong Bandung Jawa Barat 1. Air bersih: 592 ltr/det. 718,767 4.10 12.78 - 2. Irigasi: 1.717 ha 3. Listrik: 1.630 MW/thn 4. Banjir sungai Cimahi terkendali 5. Memberikan tambahan debit (maintenance flow) sungai Citarum - 5. Cimeta Cimeta Pasirhuni Cimanggu Ngampah Bandung Jawa Barat 1. Air bersih kota Padalarang: 450 ltr/det. 731,251 9.70 15.00 - 2. Irigasi setempat: 825 ha 3. Pariwisata: 20% nilai total proyek - Kajian Teknis Pembangunan Waduk Cimeta di Kabupaten Bandung, TA 2005 No. Nama Sungai Lokasi Perencanaan Detail Waduk Cimeta di Kabupaten Bandung, TA 2006 Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prov. Jawa Barat, 2009- 2020. Nama Potensi Waduk Kampung Desa Kecamatan Kabupaten (M3) Air baku industri dan kota Cilegon: 5,0 m3/det. Pengembangan DAS Cimahi sbg industri wisata Studi Kelayakan Pembangunan Waduk Sukawana di Cimahi dan Sudetan Cibatarua di Kab. Garut dan Bandung (TA 2003) Perencanaan Desain waduk Sukawana Kabupaten Bandung, TA 2004 Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prov. Jawa Barat, 2009- 2020. Pengembangan DAS Ciwidey sbg industri wisata Propinsi Manfaat Volume Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prop. Jabar, 2009-2029 Laporan Akhir Pekerjaan Perencanaan Waduk Cikapundung di Kabupaten Bandung, TA 2004 Catatan Vol. 3 - Supporting, Ciujung- Cidurian Intergrated Water Resources in Indonesia, 1995 Laporan Akhir Detail Desain Bendungan Sindang Heula , BBWS Ci, 2008 Sumber Data Luas Genangan (Ha) Air baku .. Air baku setempat Air baku setempat Jawa Barat Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prop. Jabar, 2009-202 Perencanaan waduk Ciwidey, TA 2005 Studi Kelayakan Pembangunan Waduk Ciwidey di Kabupaten Bandung, TA 2004 <10 (tidak layak) Perencanaan Waduk Citarik 1 (satu) Paket Kabupaten Bandung, TA 2004 Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prop. Jabar, 2009-202. Ada Manfaat lain dari Wdk. Ciarik Langensari/ Cikidang Lembang Bandung Cikukang (anak sungai Cigulung - anak sungai Cikapundung) Damit, Tanjungwangi Hilir pertemuan sungai Ciwidey dan sungai Cicangkorah
halaman64 EIRR (%) Total Efektif C. Wilayah 1 Ci (Citarum) 6. Santosa - Tanpa Sudetan Cibatarua Cilaki Santosa Kertasari Bandung Jawa Barat 21,066,375 71.90 8.64 - Jangka Pendek (2005): 8.539.776 m3 (Sep-Nov) - Jangka Menengah (2015): 27.844.126 m3 (Agust-Nov) - Jangka Panjang (2025): 69.509.644 m3 (Jun-Des) - Dengan Sudetan Cibatarua Cilaki Santosa Kertasari Bandung Jawa Barat 21.066.375 (Kapasitas sudetan Cibatarua: 2.052 3/det.) 71.90 7.15 7. Cibodas Sungai Citarum Hulu Desa Cikoneng Ciparay Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 317,969 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 8. Cikitu Sungai Citarum Hulu Desa Cikitu Pacet Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 51,839 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 9. Wakap Sungai Citarum Hulu Desa Rancakole dan Desa Patrolsari Arjasari Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 94,045 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 10. Cibintinu Sungai Cisangkuy Kampung Sukarasa Desa Arjasari Arjasari Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 210,141 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 11. Cikuda Sungai Cidurian Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 895,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 12. Sekerende Sungai Cidurian Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 288,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 13 Tugu Sungai Cidurian Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 1,850 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 14. Cikalimiring Sungai Cikeruh Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 733,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 15. Cikawari Sungai Cipamokolan Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 593,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 16. Tareptep Sungai Cipamolokan Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 610,000 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 17. Leuwiliang Sungai Citarik Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 10,54 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 18. Cigumentong Sungai Citarik Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 1,65 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 19. Cimulu Sungai Citarik Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 2,31 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 20. Tegal luar Sungai Citarum Desa Tegal luar Bojongsoan g Kab. Bandung Jawa Barat Air baku domestik, pertanian dan irigasi 37,8 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 21. Sadawarna Jawa Barat 1. Air baku RKI, irigasi/pertanian 13,5 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 2. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro 3. Pariwisata 4. Perikanan darat 5. Konservasi 6. Pengendalian banjir 22. Cilame Sungai Cilame - Cipunegara Desa Sadawarna Cibogo Subang Jawa Barat 17,7 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 23. Cibodas Sungai Cibodas Kab. Subang Jawa Barat 71 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 24. Cibeber Anak sungai Cibeber, Sungai Cikandung - Cipunegara Kab. Subang Jawa Barat 53,759,816 Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 25. Pasiranji DAS CItarum Jawa Barat 200 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 26. Nameng DAS Citarum Jawa Barat 9,5 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 27. Pangkalan DAS Citarum Jawa Barat 471 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 28. Maya DAS Citarum Kab. Subang Jawa Barat 71,3 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 29. Telaga Herang Kab. Subang Jawa Barat 97,6 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir 30. Kandung Jawa Barat 72,7 juta Dinas PSDA Prov. Jawa Barat Belum terakomodir No. Nama Sungai Lokasi Nama Potensi Waduk Kampung Desa Kecamatan Kabupaten Untuk menambah debit sungai Cisangkuy, dimana di DPS Cisangkuy pada musim kering terjadi kekurangan air (Studi Pengelolaan Operasi Sungai, Studi Kelayakan Pembangunan Waduk Sukawana di Cimahi dan Sudetan Cibatarua di Kab. Garut dan Bandung (TA 2003) Usulan ini sdh diakomodir juga dlm RTRW Prov. Jawa Barat, 2009-2020. (M3) Propinsi Manfaat Volume Catatan Sumber Data Luas Genangan (Ha) Sungai Cipunegara Kab. Subang
Sumber: Hasil Analisis 2010
halaman65
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.19. Peta Skematisasi Model Alokasi Air WS 6 Ci
halaman66
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.20. Peta Water District
halaman67
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 2.21. Daerah Potensial untuk Pengembangan Waduk
halaman68 2.5.2.3 Peningkatan Potensi Saluran Pembawa Air
(1). Kanal 2 Pembangunan Kanal 2 yang lokasi jalurnya agak jauh di selatan, yaitu di Purwakarta Selatan, Karawang Selatan dan Bekasi Selatan, berpotensi memasok air baku tambahan ke Bogor-Depok. Intake Kanal 2 langsung dari waduk Jatiluhur pada Pasir Gombong menyusur ke barat sampai di Babakan Cileungsi. Di Babakan air baku diolah menjadi air minum, kemudian dibagi ke Bogor Utara, Depok, Bekasi.
Kapasitas Kanal 2 adalah 19 m 3 /det. Saluran dapat berupa saluran terbuka atau tertutup dengan pipa. Keuntungan saluran terbuka, biaya konstruksinya lebih murah, tetapi biaya pembebasan tanah lebih mahal dan harus dilaksanakan sekaligus, dan tidak aman terhadap pencemaran air, serta rawan diambil tanpa ijin oleh petani pada saat musim kemarau panjang. Jika dengan pipa, biaya pembebasan tanah murah, meskipun harga pipa mahal, tapi aman terhadap pencurian dan kualitas air akan lebih baik. Pada masa datang lebih disukai saluran dengan pipa.
(2). Pemisahan Saluran Air Irigasi dan Air Baku Saluran induk irigasi yang berfungsi ganda, seperti Saluran Tarum Barat dan Saluran Ciujung Barat, mengalami kondisi yang terus menurun fungsinya karena kesulitan untuk melaksanakan pengeringan dan perbaikan rutin tahunan. Pemisahan menjadi 2 (dua) saluran yang terpisah, merupakan peningkatan terhadap masing-masing fungsinya sebagai berikut:
Saluran air baku RKI lebih baik jika digunakan saluran tertutup (pipa besi ataupun beton). Dengan demikian air baku tidak mengalami pencemaran (sampah maupun limbah cair) sepanjang perjalanan dari sumber sampai ke instalasi penjernihan. Air baku juga lebih aman dari pencurian air. Saluran irigasi dapat tetap menggunakan saluran terbuka, sehingga dapat dilakukan pengeringan dan perbaikan rutin tahunan.
Dengan adanya rencana peningkatan kapasitas Saluran Tarum Barat untuk air baku ke Jakarta, dapat dipertimbangkan untuk sekaligus memisahkan fungsi tersebut di atas. Saluran Tarum Barat dapat dibagi menjadi dua sisi. Saluran irigasi dapat diperkecil cukup untuk mengalirkan kebutuhan air irigasi,
halaman69 menggunakan sisi kanan pada Saluran Tarum Barat. Saluran pembawa air baku sebaiknya membangun saluran pipa baru, ditempatkan pada satu sisi yang lain (sisi kiri) dalam saluran yang ada. Dengan membangun saluran tertutup/pipa air baku maka pembangunan siphon pada sungai Cikarang, yang direncanakan untuk mencegah pencemaran air baku ke Jakarta dari pencampuran dengan air sungai tersebut, menjadi tidak perlu dilaksanakan.
Pada rencana peningkatan kapasitas air irigasi dan air baku RKI Kota Serang- Cilegon, yang akan dipasok dari Waduk Karian, sebaiknya langsung dipisahkan antara saluran irigasi yang tetap menggunakan Saluran Induk Ciujung Barat, dan membangun saluran pipa baru khusus untuk air baku Kota Serang- Cilegon.
Dengan pemisahan tersebut maka efisiensi saluran pembawa air baku menjadi tinggi, karena menggunakan saluran pipa, sehingga pencemaran dan kehilangan air dapat dikurangi. Jika saluran induk irigasi dapat dikeringkan untuk pelaksanaan perbaikan rutin saluran, maka kondisi saluran irigasi menjadi lebih baik sehingga efisiensi air irigasi juga dapat meningkat.
2.5.2.4 Peningkatan Efisiensi Pengunaan Air untuk mengurangi Kebutuhan
Beberapa potensi terkait dengan pengembangan irigasi pertanian di WS 6 Ci mencakup:
(1). SRI dan Peningkatan produksi pertanian Peningkatan produksi pertanian tidak hanya tergantung pada ketersediaan air semata, tapi juga tergantung pada sistem bercocok tanam.
Kebijakan pembangunan pertanian saat ini bertujuan meningkatkan nilai tambah. Salah satunya melalui diversifikasi tanaman serta upaya penerapan SRI. Upaya ini juga berguna untuk mengurangi penggunaan air, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan luas tanam.
(2). Peningkatan Efisiensi Irigasi Efisiensi irigasi yang dipakai dalam analisis saat ini adalah untuk irigasi semi- teknis 50% dan irigasi teknis 55%. Efisiensi irigasi diharapkan akan meningkat di masa yang akan datang dikarenakan adanya rehabilitasi prasarana irigasi,
halaman70 selain adanya perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat petani.
Dengan adanya rencana rehabilitasi/upgrading fasilitas irigasi yang ada, perbaikan kualitas pengelolaan air irigasi dan juga peran masyarakat, maka effisiensi irigasi diperkirakan akan meningkat 10%, sehingga pada penyusunan pola pengelolaan sumber daya air untuk WS 6 Ci, perhitungan neraca air dipakai angka 60% untuk irigasi semi-teknis dan 65% untuk irigasi teknis.
Dengan meningkatnya efisiensi irigasi tersebut, maka secara langsung dapat mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam dan luas lahan yang terairi.
(3). Pemanfaatan Untuk Perikanan Oleh karena perikanan air tawar volumenya/arealnya tidak terlalu besar, maka yang akan diperhatikan pada pola pengelolaan sumber daya air ini terpusat pada perikanan tambak.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, tambak memerlukan air segar untuk pencampuran/penggelontoran. Oleh karena itu air untuk keperluan tersebut sudah dialokasikan mengingat potensi keuntungan per hektar dari tambak relatif lebih tinggi dibanding dengan tanaman padi atau palawija.
(4). Peningkatan Efisiensi Pelayanan PDAM Efisiensi pelayanan PDAM pada umumnya masih rendah. Sebagai contoh di Jakarta saat ini adalah 53%. Hal tersebut disebabkan oleh sistem perpipaan yang telah tua, cepat rusak, serta alasan manajemen.
Diharapkan pada masa datang efisiensi tersebut dapat ditingkatkan (Jakarta tahun 1990 efisiensi PDAM Jakarta masih 40%, terjadi peningkatan 13% selama 20 tahun).
2.5.3 Potensi Pengendalian Daya Rusak Air 2.5.3.1 Penanganan Banjir Potensi upaya pengelolaan banjir di WS 6 Ci mencakup:
halaman71 (1). Potensi Penanganan Filosofi Potensi filosofi yang dimaksud di sini adalah potensi terkait dengan penanganan revitalisasi kawasan perumahan dan relokasi perumahan daerah rawan banjir
(2). Potensi Penanganan Struktural Potensi penanganan struktural mencakup kegiatan normalisasi, pembuatan waduk, dam pengendali, dam penahan, sumur resapan, dan biopori.
(3). Potensi Penanganan Non-Struktural Potensi penanganan non-struktural meliputi Konservasi dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di DAS, pembelian lahan untuk memperluas lahan konservasi dan hutan koloni (Land Banking), penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan, pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro konservasi lingkungan.
(4). Potensi penanganan Sosial Budaya Potensi penanganan sosial budaya terutama adalah penanganganterhadap penguatan Kelompok dan Kader Masyarakat Peduli Lingkungan termasuk di dalamya pendampingan masyarakat dalam berperilaku pro konservasi lingkungan.
2.5.3.2 Penanganan Krisis Air/Kekeringan Kekurangan air irigasi terutama terjadi pada bagian akhir jaringan irigasi. Potensi untuk mengurangi kekeringan adalah dengan memperbaiki distribusi air irigasi, meningkatkan efisiensi air irigasi, menindak tegas pengambilan air tidak berijin serta meningkatkan kesadaran dan kepatuhan petani terhadap jadwal tanam yang telah ditentukan.
2.5.3.3 Penanganan Kerusakan Pantai Potensi perlindungan secara vegetatif dilakukan dengan mempertahankan hutan bakau dan penanaman kembali tanaman bakau untuk perlindungan pantai. Sedangkan secara struktur dapat dibangun konstruksi perlindungan dan perkuatan pantai antara lain (1) bangunan pemecah gelombang, (2) turap, (3) bronjong, dan lain-lain.
Jenis yang dipilih sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat, yaitu arah dan besarnya gelombang, karakteristik arus, jenis tanah setempat, kelandaian
halaman72 pantai, serta peruntukan dari pantai tersebut. Untuk mendapatkan rencana struktural yang tepat harus dilakukan studi rinci pada masing-masing lokasi.
2.5.3.4 Penanganan Bencana Tsunami Kejadian tsunami tidak dapat dicegah, dan sulit diperkirakan kapan akan terjadinya, maupun seberapa tingkat kedahsyatannya. Sebagai antisipasi untuk mengurangi korban, kerusakan dan kerugian masyarakat akibat tsunami, perlu dibuat pemetaan daerah rawan tsunami, serta sosialisasi kesiagaan terhadap bahaya tsunami, sehingga masyarakat dapat mengetahui tingkat risiko dan jalur evakuasi pada daerah tersebut.
Untuk meredam kecepatan arus tsunami, secara vegetatif perlu dipertahankan keberadaan hutan bakau sepanjang pantainya, Secara teknis sipil perlu dibuat peraturan/pengaturan bangunan yang aman, dan pembuatan jalur evakuasi ke arah tempat pengungsian di daerah yang aman, serta sistem peringatan dini saat kejadian gempa yang dapat memicu tsunami.
2.5.3.5 Penanganan Bencana Longsor Sebagai upaya vegetatif, lokasi ini masih dapat dibudidayakan untuk pertanian lahan kering, penghijauan dengan jenis pepohonan yang menghasilkan dengan akarnya yang dapat memperkuat ketahanan terhadap longsoran, atau penutupan permukaan lereng terbuka dengan rumput. Penebangan pohon pada lokasi ini harus dihindari.
Sebagai upaya teknis sipil, longsor dapat ditanggulangi dengan: a. Pembuatan parit drainase untuk mengurangi resapan air dan penggerusan lereng, b. Perkuatan lereng dengan penutup permukaan lereng dengan lapisan beton atau pasangan batu kali, dan c. Pembuatan teras bangku. Sebagai upaya non-fisik adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang lokasi potensi daerah longsor dan pembatasan bangunan di sekitar daerah rawan longsor.
halaman73 2.5.4 Potensi Sistem Informasi Sumber Daya Air 2.5.4.1 Integrasi Sistem Informasi Agar pengelolaan sumber daya air optimal diperlukan integrasi sistem informasi sumber daya air yang menyangkut database hidrologi yang meliputi curah hujan, kondisi aliran, kandungan sedimen, tingi muka air dan aliran pada kondisi ekstrem seperi banjir dan kekeringan, basis data hidrometeorologi serta basis data dan informasi mengenai potensi air tanah dan kondisi aquifer.
Pengembangan database hidrologi perlu ditingkatkan menjadi real time pada lokasi terpilih yang berpengaruh signifikan dalam pengelolaan sumber daya air dengan menambah jaringan peralatan otomatis seperti AWLL maupun ARL. Pengembangan jaringan sistem informasi geohidrologi pada tiap cekungan air tanah agar dapat diintegrasikan dengan informasi hidrologi air permukaan.
Basis data hidrologi dan geohidrologi akan memudahkan dalam perencanaan pendayagunaan pada tiap water district. Sedangkan informasi sumber daya air melalui sistem yang akan dibangun dapat memberikan peringatan tentang kekeringan maupun banjir dan kecenderungannya.
Sistem informasi sumber daya air yang berpotensi dikembangkan meliputi teknologi dan tambahan peralatan, penyiapan sumber daya manusia pada ketiga unsur serta pengembangan kelembagaan pengelolaan sistem informasi sumber daya air yang terpadu.
2.5.4.2 Sistem Pendukung Keputusan - Ribasim Sistem Pendukung Keputusan atau DSS merupakan suatu alat bantu untuk mendukung kerangka kerja analisis sistem dalam menghasilkan informasi kuantitatif situasi keseimbangan air yang terkait dengan aspek ketersediaan dan kebutuhan air yang berada dalam suatu WS.
Sistem analisa DSS yang pendekatannya tediri dari satu perangkat basis data dan Perangkat lunak ini terdiri atas: basis data (database); dan kumpulan model komputer yang konsisten beberapa model. Kunci dari model DSS tersebut adalah simulasi satuan WS, dimana dalam simulasi tersebut didasarkan pada distribusi air untuk berbagai kebutuhan, potensi air, dan skematisasi sistem tata air. Dalam studi ini alat bantu yang digunakan untuk
halaman74 melakukan analisis sistem DSS adalah program RIBASIM yang dikembangkan oleh Delft Hydraulic (Deltares).
2.5.5 Potensi Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha 2.5.5.1 Kemitraan Desalinasi (PT Jaya Ancol) Sebagai mana diketahui bahwa penurunan tanah di Jakarta sangat tinggi, dari hasil pengamatan oleh Tim Geodesi ITB, di lokasi Muara Baru penurunan tanah 26 cm/tahun dan di Kawasan Berikat Nusantara 18 cm/tahun. Kondisi ini sangat mengkawatirkan, sehingga laju penurunan tanah di Jakarta ini harus dihentikan atau dikurangi, dengan cara penghentian atau pengurangan penggunaan air tanah dalam untuk industri. Kekurangan air harus diganti dengan penyediaan air bersih yang berasal dari air permukaan. Karena air PDAM tidak cukup sementara kebutuhan tidak bisa dikurangi, maka harus ada upaya lain.
Salah satu potensinya adalah dengan menggunakan air laut yang diolah menjadi air bersih. Instansi yang sudah memproduksinya adalah PT Jaya Ancol yang mengolah air laut dengan teknologi desalinasi. Produksi yang telah dihasilkan 5.000 m 3 /hari. Ternyata harga produksi sebesar Rp 9.000/m 3 , masih lebih murah dari pada tarif air PDAM untuk komersial yakni Rp 125.000/m 3 sehingga proses ini cukup menguntungkan.
Teknologi desalinasi, pengolahan air laut untuk air minum dapat menjadi model solusi untuk menghentikan pengambilan air tanah dalam di Jakarta. Teknologi desalinasi ini bisa dipakai sebagai model oleh industri lain yang kekurangan air baku yang berlokasi di dekat pantai. Upaya pengembangan teknologi ini masih terkendala dengan adanya perjanjian kerjasama internasional antara Pemerintah DKI Jakarta dengan Perusahaan Air Minum yang saat ini dikuasai modal asing, yaitu apabila ada pengembangan baru air minum diperlukan adanya ijin dari perusahaan air minum asing tersebut. Monopoli ini sangat tidak sehat. Pemerintah DKI Jakarta perlu meninjau kembali perjanjian tersebut.
2.5.5.2 Air Baku kota Cilegon (PT Krakatau Tirta Industri, Kawasan Industri Krakatau, Cilegon) Peningkatan kebutuhan air bersih yang cukup besar untuk kawasan industri dan Kota Cilegon memerlukan tambahan air baku dari sungai Cidanau.
halaman75 Potensi penyediaan air baku yang dapat dikembangkan adalah dengan membangun Bendungan Cidanau, membangun saluran pipa baru Cidanau- Krenceng, serta peningkatan kapasitas tampung Waduk Krenceng. Pembangunan tersebut membutuhkan dana yang sangat besar. PT KTI mungkin terlalu berat untuk membiayai seluruh investasi baru tersebut secara mandiri. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara Pemerintah (Kementerian PU/Direktorat Jenderal Sumber Daya Air) dengan PT KTI atau perusahaan swasta lainya untuk pembangunan prasarana tersebut. Pembangunan atau peningkatan instalasi penjernihan dan jaringan distribusi air bersihnya dapat dilaksanakan oleh PT KTI atau perusahaan swasta lain, bekerjasama dengan PDAM Kota Cilegon.
2.5.5.3 Pemangku Kepentingan dan Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Untuk melaksanakan koordinasi pengelolaan sumber daya air pada WS lintas provinsi dibentuk TKPSDA WS lintas provinsi sesuai dengan intensitas kebutuhan pengelolaan sumber daya air.
TKPSDA WS 6 Ci telah terbentuk melalui Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 594/KPTS/M/2010. TKPSDA WS 6 Ci mempunyai tugas membantu Menteri Pekerjaan Umum dalam koordinasi pengelolaan sumber daya air pengelolaan sumber daya air Anggota forum koordinasi pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci tersebut tercantum dalam Tabel 2.12 dibawah ini:
Tabel 2.12. Pemangku Kepentingan dan Anggota Wadah Koordinasi TKPSDA WS 6 Ci 1. Wakil dari Provinsi Jawa Barat 5 orang 2. Wakil dari Provinsi DKI Jakarta 5 orang 3. Wakil dari Provinsi Banten 5 orang 4. Wakil dari Kabupaten/Kota 28 orang 5. Wakil dari Balai Besar dan PJT 2 4 orang 6. Wakil dari Dit BPSDA/BP 1 orang + Jumlah anggota dari Pemerintah 48 orang Jumlah anggota dari Non Pemerintah 48 orang + Total 96 orang Sumber: Hasil Analisis 2010
2.5.5.4 BLU dan IJL Potensi lain yang dapat dikembangkan adalah dengan membentuk suatu mekanisme IJL yang bertujuan untuk mengelola dana dari masyarakat penerima manfaat jasa lingkungan (masyarakat hilir) sebagai insentif untuk
halaman76 masyakat hulu yang telah melaksanakan kegiatan dan memelihara lingkungan. Kemungkinan pengelolaan IJL dapat dilakukan melalui BLU. Suatu contoh kasus yang sudah berjalan adalah kegiatan IJL di DAS Cidanau yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) 3 sejak tahun 2002.
Pembayaran jasa lingkungan merupakan salah satu strategi untuk mengatur ekosistem alami dan sistem pertanian di hulu yang dirancang agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat hulu sehingga dapat mengendalikan/mengatasi penebangan hutan. Implementasi jasa lingkungan ini dirancang dalam kurun waktu 5 tahunan, yaitu tahap pertama tahun 2005-2009 dan tahap kedua tahun 2010-2014.
PT Krakatau Tirta Industri, sebuah pemanfaat air Cidanau untuk pemenuhan air baku di Cilegon telah berpartisipasi membayar sebesar Rp. 250.000.000,- per tahun 4 sebagai jasa lingkungan kepada kelompok masyarakat hulu agar mereka berpartispasi menjaga kelestarian tegakan pohon kawasan hulu Cidanau. Diharapkan dengan adanya insentif dari pihak hilir kepada hulu maka terjalin keseimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang akan dapat dinikmati bersama-sama.
2.5.6 Potensi Penataan Ruang 2.5.6.1 Zonasi Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dalam menetapkan zonasi di kawasan WS 6 Ci diserasikan dengan aspek Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yaitu: Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Airdan Pengendalian Daya Rusak. Zonasi merupakan salah satu instrumen yang potensial dalam memadukan antara perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya air.
3 Sumber: Buku Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC), 2007. 4 Tahun 2005-2006 : 175 juta/tahun Tahun 2007-2009 : 200 juta/tahun Tahun 2010 : 250 Juta/tahun
halaman77 Dari perwujudan sistem jaringan sumber daya air di Pulau Jawa yang terkait dengan WS 6 Cis (mengacu pada RTR Pulau Jawa-Bali), indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem sumber daya air adalah:
a. Pengelolaan WS lintas provinsi yaitu Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane- Ciliwung-Citarum (Prov.Banten-Prov.DKI Jakarta-ProvJawa Barat), meliputi DAS Cidanau, DAS Ciujung, DAS Cidurian, DAS Cisadane, DAS Ciliwung dan DAS Citarum.
b. Pengembangan jaringan sumber daya air terdiri atas: 1) Jaringan Irigasi Nasional yaitu: DI Cisadane, DI Ciujung, DI Cipamingkis, DI Cidurian, DI Cipancuh, DI Cihea, DI Jatiluhur dan DI Selatan Jatiluhur. 2) Bendungan dan bendung meliputi: Bendungan Karian, Bendungan Sindangheula, Bendungan Pasirkopo, Bendungan Cilawang, Bendungan Tanjung, Bendungan Krenceng, Bendungan Genteng, Bendungan Ciawi, Bendungan Jatiluhur, Bendungan Cirata, Bendungan Saguling, serta bendung Cisadane, Bendung Pamarayan, Bendung Rancasumur. Sistem jaringan prasarana pada WS lintas Kabupaten/Kota dan WS dalam satu Kabupaten/Kota ditetapkan masing-masing melalui Peraturan Daerah tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
2.5.6.2 Java Spatial Model JSM merupakan model berbasis perubahan pemanfaatan ruang/ penggunaan lahan dengan basis data Pulau Jawa yang potensial dapat digunakan sebagai piranti perkiraan informasi proyeksi masa depan yang konsisten dari: Distribusi spasial dari populasi dan tenaga kerja pada tingkat desa; Perkembangan kawasan perkotaan/permukiman yang dibutuhkan untuk memperkirakan kebutuhan yang terkait kegiatan manusia; Perubahan penggunaan lahan akibat pertumbuhan kawasan perkotaan yang mengambil/menguasai kawasan utama lainnya seperti kawasan irigasi teknis/sawah dan sebagainya. Dalam aplikasinya, hasil JSM dipergunakan untuk proyeksi perkembangan sebaran penduduk masing-masing Kecamatan yang dipergunakan dalam Ribasim.
halaman78 2.5.6.3 Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan Kebijakan pencegahan dan/atau pengendalian konversi lahan pertanian, terutama sawah beririgasi teknis, menjadi sangat mendesak. Instrumen utama dalam pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah terjadinya konversi lahan sawah beririgasi teknis adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), baik RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota melalui mekanisme perijinan lokasi. Penurunan luas lahan sawah ini sangat merugikan investasi yang telah dilakukan Pemerintah untuk pembangunan irigasi. Pada awal tahun 1990-an Pemerintah mengeluarkan peraturan yang melarang konversi dari lahan beririgasi teknis ke penggunaan lainnya, kemudian pada tahun 2009 pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produksi pangan dan menghindari kerugian terhadap investasi yang telah dilakukan pemerintah selama bertahun-tahun.
halaman79 3 BAB III ANALISIS DATA
3.1 Asumsi, Kriteria, dan Standar yang digunakan 3.1.1 Asumsi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan Pola memuat sekurang-kurangnya tiga (3) parameter utama, ditambah satu parameter tambahan untuk dipertimbangkan, yakni: (1) Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik) (2) Pertumbuhan ekonomi (3) Perubahan iklim (4) Pertumbuhan penduduk
Uraian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut:
(1) Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik) Arah politik dapat memberi pengaruh signifikan pada pembangunan. Secara prinsip, telah diidentifikasi kebijakan berikut: Current Trend (CT): Kebijakan yang berorientasi pada masalah yang mendesak dan solusi jangka pendek, mengikuti kecenderungan saat ini dan melanjutkan pembangunan yang sudah berjalan. Good Governance (GG): Pelaksanaan secara proaktif dari kebijakan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan dengan penegakan hukum dan dukungan pemangku kepentingan yang memadai. Peraturan Menteri merupakan produk politik, dan Kementerian Pekerjaan Umum telah menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 44 tahun 2007 tentang Pedoman Umum Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Menerapkan Prinsip-Prinsip Tatakelola Pemerintahan yang Baik dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagaimana dikutip dari Koesnadi Hardjasoemantri, tatakelola pemerintahan yang baik hanya bermakna jika didukung oleh lembaga negara yang menciptakan politik, ekonomi dan sosial, dan iklim yang stabil.
(2) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan variasi pada masa lalu, tapi dengan kecenderungan stabil antara 5% dan 6% per tahun, sehingga dalam skenario ini digunakan 3 (tiga) tingkat pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan ekonomi rendah, jika pertumbuhan ekonominya < 4,5%.
halaman80 Pertumbuhan ekonomi sedang , jika pertumbuhan ekonominya 4,5% - 6,5%. Pertumbuhan ekonomi tinggi, jika pertumbuhan ekonominya > 6,5%.
-15 -10 -5 0 5 10 15 1960 1965 1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 World Bank 50 years Merdeka, BPS
Sumber: http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG/countries/latest?display=default 1960-1994 diolah dari "Statistics 50 years Independent of Indonesia, 1995", BPS 1995-2010 National Income of Indonesia, Statistics Indonesia 2010, BPS Gambar 3.1.Persentase Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 2010-2015 2015-2020 2020-2025 2025-2030 2030-2035 2035-2040 2040-2045 2045-2050 P e r t u m b u h a n
G D P GDP growth % A2 GDP growth % B1 GDP growth % JSM 2.1
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.2. Pertumbuhan GDP Indonesia
(3) Perubahan Iklim Skenario perubahan iklim (berdasarkan analisis dengan menggunakan GCM, yang diakui oleh IPCC yang didukung PBB, terbatas pada perubahan curah hujan rata-rata 0,3 mm/hari (tahun 2030. Taksiran dari perubahan rata-rata
halaman81 curah hujan tidak pasti, yaitu dinyatakan sebagai peningkatan atau penurunan. Sehingga untuk 2030 angka tersebut mungkin sebagai +0,3 mm/hari (pada musim penghujan) atau -0,3 mm/hari (pada musim kemarau).
Dengan menggunakan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 3.000 mm/tahun pada WS 6 Ci (2.000 mm/tahun pada dataran pesisir dan 4.000 mm/tahun pada kawasan pegunungan), perubahan curah hujan ditaksir pada kisaran 3% pada tahun 2030.
Untuk menyusun Skenario dan Strategi untuk perubahan iklim digunakan asumsi berikut:
Tahun 2030 Rata-rata perubahan curah hujan (mm/hari): 0,3 Rata-rata perubahan curah hujan (persentase dari 3000/tahun): 3% Pengurangan air larian (run-off) sungai (%) 3% Peningkatan aliran banjir (%) 3% Dalam keseimbangan dan eksperimen numerik tanggap transien dengan GCM, perubahan curah hujan diproyeksikan meningkat (< 0.5 mm/hari) pada waktu CO2 menjadi dua kali lipat selama musim basah di seluruh daerah tersebut.
(4) Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 laju pertumbuhan penduduk di Jawa saat ini (termasuk transmigrasi dan masuknya penduduk dari pulau- pulau lain) sekitar 1% per tahun, dan menggunakannya sebagai basis pertumbuhan penduduk dalam skenario.
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.3. Pertumbuhan Penduduk Indonesia
halaman82
Dampak nyata pertumbuhan penduduk terhadap pengelolaan sumber daya air tidak terlalu banyak, tapi dampaknya lebih terasa pada cara orang memilih tempat tinggal sehingga menyebabkan pertumbuhan perkotaan. Oleh karena itu kuantifikasi dan lokasi pertumbuhan kota merupakan salah satu alat analisis dari intervensi yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci.
Kecenderungan dalam pemukiman penduduk yang tumbuh dapat disimulasikan, dan faktor yang terkait dimasukkan dalam JSM. Untuk masing- masing desa di Jawa nilai tertentu daya tarik telah ditaksir, dan didasarkan pada peramalan yang dapat dilakukan (dikalibrasi untuk periode 1990 2000 dan diverifikasi untuk 2000 2010) terhadap perubahan tata guna lahan, pertumbuhan kota, dan pengurangan sawah, hutan, dan penggunaan lainnya. Dengan memanipulasi nilai tersebut (seperti zona terbatas untuk pemukiman atau yang didorong menjadi pemukiman pada daerah tertentu) pembangunan dapat berpengaruh positif terhadap pengelolaan sumber daya air.
3.1.2 Kriteria Kriteria yang digunakan dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air WS 6 Ci diuraikan sebagai berikut:.
1) Kinerja DAS
Tabel 3.1. Kriteria Kinerja DAS No. Parameter Kategori/Kriteria DAS Jelek Sedang Baik 1 % Luas Tutupan Lahan Vegetatif Permanen thd Luas DAS < 30 % 30 75 % > 75 % 2 Erosi dan Sedimentasi Besar SDR > 75% Sedang/Normal SDR 50-75% Kecil SDR < 50% 3 Sedimentasi Sungai Besar Jml sedimen > 10 ton/ha/Th Sedang Jml sedimen 5-10 ton/ha/Th Kecil Jml sedimen < 5 ton/ha/Th 4 Qmax/Qmin Besar KRS>120 Sedang/Normal KRS 50-120 Kecil KRS<50 Catatan: SDR = Sediment Delivery Ratio = Rasio Sedimentasi/Erosi lahan KRS = Koefisien Rejim Sungai = Qmax/Qmin Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum - Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS
halaman83 Koefisien Rejim Sungai, Koefisien Ragam, dan Koefisien Limpasan Untuk menentukan kinerja DAS, parameter hidrologi yang dihitung adalah (a) Koefisien rejim sungai (KRS), (b) Koefisien ragam aliran sungai (KR), dan (c) Koefisien limpasan (C).
Debit max Standar deviasi Jumlah runoff (mm/tahun) KRS = Debit min KR = Nilai Rerata C = Jumlah hujan (mm/tahun)
Kriteria yang digunakan adalah kriteria dan indikator kinerja DAS menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS, seperti pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2. Kriteria Keragaan DAS Parameter KRS KR C Nilai <50 50-120 >120 <0.1% >0.1% <0,25 0,25- 0,50 >0,50 Kondisi Baik Sedang Jelek Baik Jelek Baik Sedang Jelek Sumber: Hasil Analisis 2010 Pendugaan erosi lahan dilakukan dengan menggunakan Metoda USLE (Universal Soil Loss Equation):
A = R K LS CP
dimana A: dugaan erosi lahan ton/ha/th, R: Indeks erosivitas hujan (Bols, 1978), K: Faktor erodibilitas tanah, LS: Faktor lereng dan panjang lereng (Wood and Dent), CP: faktor tingkat pengelolaan tanaman dan usaha tani).
Tingkat pengelolaan akan mempengaruhi nilai CP.
Tingkatan pengelolaan dibuat jadi 3 pilihan yakni (1) pengelolaan jelek (bad management), (2) pengelolaan baik, (good management), dan (3) pengelolaan baik Agroforestry di kawasan non-hutan berlereng >40%. Data tutupan lahan didapat dari Kementerian Lingkungan Hidup (2009). Beberapa tingkatan pengelolaan pada tindakan kultur teknis dan mekanis dinyatakan seperti pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4
halaman84 Tabel 3.3. Tingkatan pengelolaan kultur teknis Kode praktek Tingkatan Contoh kultur teknis 1 Sangat rendah (Jelek) Tak menggunakan mulsa, sisa tanaman dibuang. Tak menggunakan pupuk kandang, kompos, atau pupuk anorganik, Tak ada rotasi tanaman, pada periode bera tanah dibiarkan tidak ditanami. Tanaman semusim mono-cropping. Produksi biomas per satuan luas rendah. Tak ada siklus hara, tak ada keragaman tanaman 3 Sedang (moderate) Mulsa 0.5-1.0 t/ha/th. Menggunakan pupuk kandang dari peternakan lokal atau kompos rumah tangga. Pupuk anorganik seadanya. Rotasi tanaman semusim. Kebun campuran, tanaman sela kerapatan tinggi, tanaman tahunan dengan tanaman sela di bawahnya. Penutupan lahan 40-60%. Produksi biomass medium. Keragaman jenis tanaman sedang. Sirkulasi hara sedang 5 Sangat tinggi (Baik) Mulsa 3-6 t/ha/th, jika perlu pupuk kandang didatangkan dari luar. Pemakaian pupuk anorganik, kombinasi dengan kompos dan pupuk kandang untuk memaksimalkan produksi. Inter-cropping, intensitas tinggi atau poly-cropping. Rotasi dengan tanaman kacang-kacangan (legume) satu tahun dalam 3 tahun. Tutupan tanah >80%. Produksi biomass per luasan sangat tinggi, keragaman tanaman sedang-tinggi. Sirkulasi dan akumulasi hara intensif. Sumber: Hamer, 1981
Tabel 3.4. Praktek pengelolaan mekanik Kode praktek Tingkatan Contoh pengelolaaan mekanik 6 Tak ada (Jelek) Hanya ada batas petakan saja 8 Sedang (moderate) Lereng <5%: strip rumput permanen dengan standar sederhana, rancangan sederhana gali-timbun pada graded atau kontur teras dengan fasilitas saluran pembuang minimal. Jika menggunakan mesin mekanisasi dilakukan tanam sejajar kontur. Lereng >5%: teras gulud sederhana, atau teras bangku standar rendah atau teras miring untuk tanaman pohon permanen (misalnya karet, pinus, dll) 10 Sangat tinggi (Baik) Teras bangku dengan standar tinggi, miring ke arah dalam, galengan stabil dilengkapi dengan Saluran Pembuang Air Sumber: Hamer, 1981
halaman85 2) Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit banjir
Tabel 3.5. Standar dan Kriteria Pencemaran Sungai, Ketersediaan Air Permukaan dan Debit Banjir Kriteria dan Standar Indikator/Parameter Pencemaran Sungai Baku mutu air: Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Status Mutu Air: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air Ketersediaan Air Permukaan Data seri waktu (time series) debit digunakan untuk mengetahui ketersediaan air. Parameter pemodelan Sacramento yang sudah dikalibrasi dalam studi BTA 155 dapat dilihat dibawah ini. Paramater Pemodelan Rainfall Runoff untuk wilayah Jawa Barat bagian utara Reservoir parameters Capacity (mm) Initial Content (mm) Depletion coefficient (1/day) UZTW 50 50 - UZFW 150 50 0,080 LZTW 150 150 - LZFSW 50 50 0,035 LZFPW 300 250 0,005
Remaining parameter Crop=factor (non-irrigated areas): 0,85 Unit hydrograph component: 1,0 Remainder of parameters: 0 Debit banjir Atas dasar: - Jakarta Flood Control Masterplan 1997: - Floodway : 1:100 tahun - Drainase perkotaan lainnya : 1:25 tahun - Drainase perkotaan setempat : 1:5 tahun - Drainase perdesaan: 1:5 tahun - JICA (Upper Citarum) menggunakan tingkat perlindungan 1:20 tahun, sedangkan Paket C menggunakan tingkat perlindungan 1:5 tahun. Sumber: Peraturan-peraturan, BTA-155 dan Jakarta Flood Control Masterplan
3) Kualitas Air Kriteria pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001). Tabel 3.6. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Storet No Nilai Storet Kategori/Kelas Status Mutu Air 1 0 A Memenuhi baku mutu 2 -1 s/d -10 B Cemar ringan 3 -11 s/d -30 C Cemar sedang 4 -31 D Cemar berat Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Tabel 3.7. Klasifikasi Status Mutu Air Menurut Metode Indeks Pencemaran (IP) No Nilai IP Kategori/Kelas Status Mutu Air 1 0 1 - Memenuhi baku mutu 2 1 5 - Cemar ringan 3 5 10 - Cemar sedang 4 >10 - Cemar berat Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
halaman86
3.1.3 Standar 1) Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik dan Non-Domestik
Tabel 3.8. Standar Perhitungan Kebutuhan Air Domestik Kategori Kota Jumlah Penduduk liter/kapita/hari Sistem Kota metropolitan > 1.000.000 190 Non Standar Kota Besar 500.000- 1.000.000 170 Non Standar Kota Sedang 100.000-500.000 150 Non Standar Kota Kecil 20.000-100.000 130 Standar BNA Kota kecamatan <20.000 100 Standar IKK Kota Pusat Pertumbuhan/ Desa 3000 30 Standar DPP Catatan: Untuk kebutuhan air non-domestik berkisar antara 15% sampai 40% dari total kebutuhan domestik (kecuali Kota Cilegon = 75% dari kebutuhan domestik). Tingkat kehilangan di kisaran 25 30% Sumber: Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum-Direktorat Jenderal Cipta Karya, 1989
2) Standar Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi a) Penetapan Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan
Tabel 3.9. Jenis Tanaman dan Periode Pertumbuhan Tanaman Panjang dari periode pertumbuhan tidak termasuk persiapan lahan termasuk masa panen (# langkah waktu bulan) Panjang dari periode tanam (# langkah waktu bulan) Padi SMV 7 2 Padi LMV 9 2 Palawija 7 1 Tebu 23 1 Catatan : SMV = Short Maturing Variety (Varietas berumur pendek/Unggul) LMV = Long Maturing Variety (Varietas berumur panjang/Non-Unggul) Sumber: BTA-155 (1989)
b) Kebutuhan pra-jenuh sama dengan 200 mm untuk tanaman padi pertama (awal musim hujan) dan 150 mm untuk tanaman padi berikutnya.
3) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Tambak Standar kebutuhan air tawar rata-rata (sesuai dengan SNI 19-6728.1-2002) adalah: Tambak sederhana : 0,8 L/det/ha Tambak semi intensif : 3,9 L/det/ha Tambak intensif : 5,9 L/det/ha Dengan penggunaan air diperhitungkan dalam 1 tahun terdiri atas 2 musim maka, konsumsi air untuk tambak diperhitungkan 7 mm/hari.
halaman87 4) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Flushing Kebutuhan flushing di WS 6 Ci dihitung dengan mengacu rumus pendekatan pada laporan studi BTA -155 (tahun 1989), sebagai berikut:
Qf = f.E.D.A/86.400. Cs dimana: Qf : kebutuhan air untuk flushing (m 3 /detik); f : faktor koreksi (%) retensi pollutant di fasilitas sanitasi dan saluran drainase; E : keluaran pollutant (gr BOD/capita/hari); D : kepadatan penduduk di catchment area (capita/km 2 ); A : catchment area (km 2 ); Cs : Baku mutu BOD (mg/l)
5) Standar Perhitungan Kebutuhan Air untuk Perikanan (tambak) Kebutuhan air untuk perikanan (tambak) yang digunakan dalam perhitungan DSS-Ribasim untuk WS 6 Ci sebagai berikut: Tabel 3.10. Kategori Perikanan dan Persyaratan Flushing rate dan Salinitas Jenis Tambak Flushing Rate (mm/hari) Salinitas (mm/hari) Intensif 13 23 Semi-Intensif 7 23 Tradisionil 0 35 Sumber: Hasil Analisis Ribasim
3.1.4 Analisis 3.1.4.1 Analisis Konservasi Sumber Daya Air 1) Analisis Konservasi DAS Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup pada masa sekarang dan akan datang. Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan melalui: (a) pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air, (b) pengendalian pemanfaatan sumber air, (c). pemulihan air pada sumber air, (d) penataan prasarana dan sarana sanitasi, (e) perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air, (f) pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu, (g) penataan daerah sempadan sumber air, (h) rehabilitasi hutan dan lahan, (i) pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam. Kerusakan DAS hulu tercermin dari bertambahnya persentase lahan kritis di suatu DAS. Penyebab utama kerusakan DAS hulu terdiri dari dua faktor utama, yakni pertama masalah kemiskinan akibat dari ketimpangan pembangunan antara Hulu-Hilir,
halaman88 dan kedua masalah okupasi kawasan resapan menjadi kawasan pemukiman dan wisata.
a. DAS Citarum Hulu (di stasion Nanjung) Koefisien Rejim Sungai (KRS) dari tahun 1974-2008 cenderung menaik dari 55- 105 (Sedang), Koefisien Ragam (KR) juga naik dari 0,79-0,90 (Jelek). Sedangkan nilai Koefisien Limpasan (C) relatif konstan pada nilai 0,66 - 0,67 (Jelek).
Sumber: BP DAS (diolah) 2010 Gambar 3.4. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Citarum Hulu
b. DAS Ciliwung Hulu Perubahan KRS, KR, dan C dari tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Gambar 3.5. Berdasarkan kriteria BP DAS, kondisi DAS Ciliwung hulu adalah: Angka KRS cenderung naik dari tahun 2002-2006 mulai dari 10-206 (Baik-Jelek). Nilai Koefisien limpasan (C) juga cenderung naik dari 0,40-0,54 (Sedang-Jelek). Nilai koefisien ragam (KR) naik tajam dari 0,5-1,2 (Jelek).
Peningkatan nilai KRS mencerminkan bertambahnya debit maksimum dan menurunnya debit minimum. Hal ini sejalan dengan naiknya nilai C. Penurunan debit minimum menunjukkan berkurangnya aliran dasar (base flow) karena naiknya C dan berkurangnya fungsi resapan (recharge area) di DAS hulu.
Sumber: BP DAS (diolah) 2010 Gambar 3.5. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Ciliwung Hulu (Katulampa)
halaman89
c. DAS Cidurian di stasion Cikande Pada periode tahun 1997-2008, nilai KRS rerata 282 bervariasi dari 39-601 (baik- jelek), nilai KR rerata 1,40 bervariasi dari 0,7-1,7 (jelek-jelek), nilai C rerata 0,54 bervariasi dari 0,37-0,75 (sedang-jelek).
Sumber: BP DAS (diolah) 2010 Gambar 3.6. Perubahan KSR, KR, dan C di DAS Cidurian-Cikande
Peningkatan frekuensi banjir pada sungai tersebut di atas terjadi akibat adanya perubahan koefisien rejim sungai, koefisien ragam dan koefisien limpasan.
Perubahan areal setiap tingkatan erosi pada ke 3 (tiga) kondisi pengelolaan tersebut digambarkan seperti pada Gambar 3.7. Areal dengan erosi berat-sangat berat (>180 ton/ha/thn) akan menurun dengan adanya perbaikan pengelolaan. Perubahan luas areal dengan tingkat erosi berat-sangat berat (>180 ton/ha/thn) dan total erosinya dinyatakan pada Tabel 3.11. Jika dilakukan pengelolaan baik, maka total erosi akan turun menjadi 16,3% dari kondisi pengelolaan jelek, jika pengelolaan baik + wana-tani lereng >40% non-hutan total erosi turun menjadi 10,7%.
Sumber: BP DAS (diolah) 2010 Gambar 3.7. Perubahan perentase areal setiap tingkatan erosi pada tiga kondisi pengelolaan di WS 6 Ci
halaman90 Tabel 3.11. Perubahan luas dan total erosi untuk tingkat erosi berat-sangat berat Luas dan Total erosi Pengelolaan Jelek Pengelolaan Baik Pengelolaan Baik+Wana-tani lereng >40% non-hutan Areal Erosi Berat Sangat Berat (ha) 390.216 68.646 46.061 Total erosi (juta ton/thn) 152,1 24,7 16,3 % erosi dari kondisi jelek 100% 16,3% 10,7% Sumber: BP DAS (diolah) 2010
halaman91
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.8. Tingkatan erosi (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan jelek di WS 6 Ci
halaman92
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.9. Tingkatan erosi berat (ton/ha/thn) pada kondisi pengelolaan baik di WS 6 Ci
halaman93
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.10. Peta Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) di WS 6 Ci
halaman94 2) Simulasi Sedimentasi di Waduk Saguling Waduk Saguling yang beroperasi pada sejak tahun 1986 dirancang dengan volume dead storage 257,8 juta m 3 pada elevasi air +623 m dpl, spilling volume 886,9 juta m 3 , spillage level +643 m dpl. Dengan laju sedimentasi dugaan awal sebesar 1,5 juta m 3 /tahun maka umur dead storage sekitar 183 tahun, dan reservoir half life sekitar 294 tahun 5 . Pengukuran volume waduk dari data tahun 1986 dan tahun 2004 dengan metoda bathymetri memperlihatkan angka laju sedimentasi di Saguling terjadi sebesar 8,2 juta m 3 /tahun, sehingga dugaan umur dead storage akan menjadi 34 tahun (beroperasi 1986-2020).
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.11. Hasil Simulasi Sedimentasi Daerah Tangkapan Air Saguling
Untuk mengembalikan tingkat sedimentasi 1,5 juta m 3 /tahun, maka dengan asumsi SDR 10%, tingkat erosi lahan maksimal sekitar 15 juta m 3 /tahun (18 juta ton/tahun 6 ), dicoba simulasi besarnya erosi lahan di daerah tangkapan waduk Saguling pada kondisi 3 tingkatan pengelolaan. Hasil simulasi (Gambar 3.12) menunjukkan bahwa pada kondisi pengelolaan jelek, baik, dan baik +agroforestry pada lahan non-hutan lereng >40%, total erosi lahan berturutan sekitar 62,9 juta ton/tahun (52,3 juta m 3 /tahun), 16,9 juta ton/tahun (14,1 juta m 3 /tahun, dan 13,2 juta ton/tahun (11,0 juta m 3 /tahun). Dengan cara pengelolaan baik tanpa harus melaksanakan agro-forestry pada lahan non- hutan lereng >40%, memperlihatkan erosi lahan kurang dari18 juta ton/tahun sehingga sedimentasi di Saguling kembali pada kondisi awal (1,4 juta m 3 /tahun). Dengan tambahan pelaksanaan agro-forestry pada lahan non-hutan lereng >40%, akan menghasilkan sedimentasi yang lebih kecil lagi sekitar 1,1 juta m 3 /tahun.
5 Sumber: Cisadane-Cimanuk Integrated Water Resources Development (BTA-155), Sept 1989 Volume IX: Erosion 6 Berat jenis sedimen 1,2 ton/m3
halaman95
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.12. Peta Potensi Erosi di Wilayah Hulu Waduk Saguling dengan Pengelolaan Jelek
halaman96 3) Analisis Konservasi Kualitas Air a. Waduk Saguling Evaluasi kadar logam berat pada tiga waduk yang berada di sungai Citarum dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan air waduk tersebut bila digunakan sebagai air baku air minum. Keberadaan logam berat di dalam air baku sangat penting diketahui karena selain berbahaya bagi kesehatan juga pengolahannya sulit dilakukan bila kandungannya melebihi batas ambang yang diperkenankan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing operator waduk, yaitu PT Indonesia Power (Saguling), PT Pembangkit Jawa Bali (Cirata) dan PJT II (Jatiluhur) menunjukkan bahwa kadar logam di ke tiga waduk tersebut telah melebihi ambang batas kelas peruntukan air baku air minum (Kelas I /Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001) sehingga air pada ke tiga waduk tersebut tidak layak digunakan sebagai sumber air baku air minum. Parameter logam berat yang menjadi pembatas adalah golongan besi, raksa, nikel, tembaga, seng, krom (IV), kadmium, timbal, arsen, selenium, boron, dan mangan (Tabel 3.12).
Data hasil pengamatan kadar logam berat menunjukkan fluktuasi dengan kecenderungan (trend) meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2010. Fluktuasi dan trend kadar logam berat pembatas disajikan pada Gambar 3.13. Sumber pencemar utama adalah limbah berasal dari industri yang berada di Nanjung dan sekitarnya serta industri yang berada di sekitar kota Bandung. Kecenderungan kadar logam berat yang meningkat dari tahun ke tahun merupakan indikasi adanya peningkatan buangan limbah industri di hulu waduk dan tanpa adanya pengolahan yang memadahi sehingga berdampak pada tingginya kandungan logam berat di waduk Saguling. Tabel 3.12. Kualitas logam berat di titik pengamatan Nanjung - inlet waduk Saguling (2000-2010) No Parameter Satu- an max Level BM kelas 1* 2000 2001 2003 2004 2005 2006 2008 2009 2010 1 Besi (Fe) mg/l 0,98 0,98 2,8 5,6 5,75 3,46 2,5238 5,733 2,9938 0,3 2 Raksa (Hg) ppb 0,005 0,005 0,42 0,98 0,19 0,24 0,42 0.4 0,14 1 3 Nikel (Ni) mg/l 0 0,000 0 0 0 0,05 0 0 0 0,002 4 Tembaga (Cu) mg/l 0,011 0,011 0,06 0,02 0,01 0,06 0,0009 0,092 0,1049 0,002 5 Seng (Zn) mg/l 0,021 0,021 0,098 0,06 0,002 0,291 0,0149 0,156 0,814 0,05 6 Krom hexavalen (iV) mg/l 0,006 0,006 0 0 0 0 0 0 0 0,05 7 Kadmium (Cd) mg/l 0,005 0,008 0,006 0,007 0,006 0,0005 0,0009 0 0,0059 0,01 8 Timbal (Pb) mg/l 0 0,000 0,04 0,023 0 0,07 0 0,035 0,0312 0,03 9 Arsen (As) mg/l 0,01 0,010 0,09 0,01 0,04 0,0027 0,0012 0,011 0,0047 0,05 10 Selenium (Se) mg/l 0,006 0,006 0,098 0,007 0,006 0,006 0 0,002 0 0,01 11 Boron (B) mg/l 0,01 0,010 0,1 0,067 0,07 0,27 0,069 0,055 0 1 12 Mangan (Mn) mg/l 0,3 0,300 0,84 0,53 0,2 0,7 0,5953 1,1918 0,054 0,1 BM: Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001; #: Standar WHO 1993 Sumber: PT Indonesia Power, Saguling
halaman97
Catatan: : memenuhi baku mutu : melebihi baku mutu Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.13. Fluktuasi kadar dan trend logam berat di titik Nanjung (Inlet waduk Saguling)
b. Waduk Cirata Evaluasi kadar logam berat di waduk Cirata dilakukan di titik pengamatan nomor 6, muara Sungai Citarum di Waduk Cirata (Inlet waduk) dari data 2007-2010 (Tabel 3.13). Berdasarkan data maksimum yang terjadi pada sepanjang waktu pengamatan tiap tahun oleh PT PJB menunjukkan bahwa terdapat 6 parameter logam berat di antara 12 parameter logam berat yang dianalisa telah melebihi baku mutu kelas I, yaitu besi, nikel, tembaga, seng, timbal, raksa dan kadmium. Hasil analisa menunjukkan data fluktuatif dengan trend yang berbeda di antara masing- masing parameter pembatas (Gambar 3.14). Besi dan tembaga menunjukkan data yang fluktuatif dengan kecenderungan yang meningkat. Sebaliknya, nikel, seng, timbal dan kadmium menunjukkan trend yang menurun. Raksa terindikasi
halaman98 melebihi baku mutu kelas I sebesar dua kali lipat (2,09 ppb) hanya pada waktu pengamatan tahun 2007, namun pada tahun berikutnya nilainya memenuhi baku mutu kelas I dan menunjukkan trend yang menurun tajam.
Tabel 3.13. Kadar logam berat di titik 6 muara Sungai Citarum di waduk Cirata (2007- 2010) No. Parameter Satuan 2007 2008 2009 2010 BM Kls I 1 Besi (Fe) mg/l 0,561 1,575 0,644 1,534 0,3 2 Raksa (Hg) ppb 2,09 0,337 0,24 0,14 1 3 Nikel (Ni) mg/l 0,0422 0 0,01 0,03 0,02 4 Tembaga (Cu) mg/l 0,0163 0,079 0,064 0,104 0,02 5 Seng (Zn) mg/l 0,1359 0,09 0,264 0,021 0,05 6 Krom hexavalen (iV) mg/l 0 0 0 0 0,05 7 Kadmium (Cd) mg/l 0,0306 0,0232 0,013 0 0,01 8 Timbal (Pb) mg/l 0,0195 0,2649 0,096 0,016 0,03 9 Arsen (As) mg/l 0,0014 0,0022 0,002 0,001 0,05 10 Selenium (Se) mg/l 0,005 0,009 0,007 0,001 0,01 11 Boron (B) mg/l 0,057 0,075 0,059 0,054 1 12 Mangan (Mn) mg/l 0,377 0,371 0,301 0,336 0,1 BM: Baku Mutu Kelas I PP nomor 82 Tahun 2001 Sumber : PT Pembangkit Jawa Bali, Cirata;
Catatan: : memenuhi baku mutu : melebihi baku mutu Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.14. Fluktuasi dan trend kadar logam berat di waduk Cirata (titik 6)
halaman99
c. Waduk Jatiluhur Evaluasi kadar logam berat di waduk Jatiluhur dilakukan berdasarkan 2 (dua) kelompok data maksimum terpilih dari hasil monitoring tahun 2002-2008 dan 2009-2010. Pengelompokan ini dikarenakan adanya perubahan/penambahan lokasi sampling, khususnya di waduk sebanyak 11 (sebelas) lokasi sejak tahun 2009. Evaluasi data 2002-2008 (Tabel 3.14) merupakan hasil monitoring kualitas air di titik pengambilan sampel inlet dan outlet waduk. Sedang tahun 2009-2010 (Tabel 3.15) evaluasi dilakukan berdasarkan data sampling di waduk.
Tabel 3.14. Kadar besi dan mangan di inlet dan outlet waduk Jatiluhur (2002 2008) No. Tahun Inlet Outlet BM Kls I Besi (mg/l) 1 2002 0,33 0,36 0,3 2 2003 0,49 0,53 0,3 3 2004 0,35 0,3 0,3 4 2005 1,23 1,05 0,3 5 2006 1,89 0,43 0,3 6 2007 0,5 1,77 0,3 7 2008 0,92 3,33 0,3 Mangan (mg/l) 1 2002 0,08 0,12 0,1 2 2003 0,08 0,13 0,1 3 2004 0,05 0,08 0,1 4 2005 0,14 0,3 0,1 5 2006 0,27 0,23 0,1 6 2007 0,38 0,41 0,1 7 2008 0,22 0,27 0,1 Sumber: Perum Jasa Tirta II, Jatiluhur; Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001
Tabel 3.15. Kadar logam berat (besi, mangan dan seng) di waduk Jatiluhur (2009-2010) No. Parameter Unit 2009 2010 BM Kls I 1 Besi (Fe) mg/l 0,78 4,56 0,3 2 Mangan (Mn) mg/l 0,25 0,34 0,1 3 Seng (Zn) mg/l 0,52 0,04 0,05 Sumber: Perum Jasa Tirta II, Jatiluhur; Baku Mutu Kelas I PP Nomor 82 Tahun 2001
Secara umum, hasil pengamatan data kadar logam berat di waduk Jatiluhur menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran oleh besi (Fe), Mangan (Mn) dan Seng (Zn). Data tahun 2002-2008 menunjukkan bahwa hanya parameter mangan dan besi di inlet maupun outlet waduk Jatiluhur telah melampaui baku mutu kelas I. Kadar besi maupun mangan berfluktuasi dan mengindikasikan kecenderungan yang meningkat dari tahun 2002 hingga 2008 (Gambar 3.15). Kadar besi di outlet cenderung lebih tinggi dan memiliki kecenderungan meningkat yang lebih tinggi dibanding dengan di inlet. Sedang kadar mangan di outlet juga menunjukkan indikasi yang sama yaitu lebih tinggi dibanding di inlet dengan kecenderungan meningkat yang lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan akibat adanya pembuangan
halaman100 limbah industri yang mengandung logam berat dari inlet waduk lain, yaitu beberapa anak sungai Citarum yang masuk ke waduk Jatiluhur.
Dari data monitoring masing-masing waduk, yaitu Saguling, Cirata dan Jatiluhur menunjukkan bahwa air waduk telah tercemari logam berat dimana kadar logam berat telah melebihi baku mutu kelas I (PP Nomor 82 Tahun 2001) sehingga dapat disimpulkan bahwa air waduk tidak layak untuk memenuhi kebutuhan air baku air minum, kecuali dilaksanakan pengolahan dengan biaya operasional yang relatif mahal.
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.15. Fluktuasi Kadar besi dan mangan di waduk Jatiluhur (2002-2008)
3.1.4.2 Analisis Pendayagunaan Sumber Daya Air
1) Analisis Kebutuhan Air a. Kebutuhan Air untuk RKI (Rumah Tangga, Perkotaan, Industri dan Pariwisata) Dengan menggunakan asumsi kebutuhan air bersih per kapita dan peningkatan standar hidup masyarakat, serta mempertimbangkan akan perkembangan sektor jasa dan industri, maka diperkirakan pada 20 tahun mendatang kebutuhan air bersih akan meningkat lebih 50%.
Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data jumlah penduduk (Podes tahun 2008 dan proyeksi tahun 2030), dan besaran kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, perkotaan dan Industri (RKI) berdasarkan standar Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Pekerjaan Umum - Dirjen Cipta Karya, 1998, maka diperoleh angka kebutuhan air untuk keperluan RKI di WS 6 Ci sebagaimana disajikan pada Tabel 3.16.
halaman101 Tabel 3.16. Kebutuhan Air RKI di WS 6 Ci (termasuk kebutuhan untuk pariwisata) Wilayah Kebutuhan air untuk RKI Jumlah Penduduk*) 2010 2030 2010 2030 m3/det Juta m3 /thn m3/det Juta m3/thn
3 Ci 10,485 333,12 15,83 499,21 4.645.688 7.164.502 2 Ci 73,029 2.303,14 91,42 2.883,19 27.549.884 34.615.024 1 Ci 39,909 1.258,67 47,39 1.494,67 15.970.294 20.548.794 Total 123.423 3.894,93 154,64 4.877,07 48.165.866 62.328.320 Sumber: *) Hasil pengolahan data Podes 2008
b. Kebutuhan Air untuk Irigasi Kebutuhan air untuk irigasi dan pertanian di WS 6 Ci saat ini merupakan kebutuhan yang paling dominan jika dibandingkan dengan kebutuhan air untuk keperluan lainnya misalnya untuk Rumah Tangga, Perkotaan, Industri (RKI) dan tambak. Pada masa akan datang kondisi ini akan terus berlangsung, walaupun terjadi penurunan luas lahan sawah.
Dalam kurun 1989-2010 lahan sawah di WS 6 Ci menunjukkan penyusutan luas sebesar 135.066 ha atau sekitar 6.432 ha per-tahun. Penyusutan lahan ini terutama terjadi dari lahan sawah beririgasi Teknis, yaitu seluas kurang lebih 100 ribu ha, sedangkan dari lahan sawah beririgasi semi-teknis (termasuk sawah irigasi sederhana) seluas kurang lebih 35 ribu ha.
Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data luasan sawah yang ada (2010) dan proyeksi untuk tahun 2030, maka diperoleh angka kebutuhan air untuk irigasi di WS 6 Ci seperti disajikan pada Gambar 3.16 dan Tabel 3.17.
Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 3.16. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci
halaman102 Tabel 3.17. Kebutuhan Air Irigasi di WS 6 Ci Wilayah Luas sawah Irigasi Kebutuhan Air untuk Irigasi 2010 (ha) 2030 (ha) 2010 2030 m 3 /dt juta m 3 /th m 3 /dt juta m 3 /th 3 Ci 45.714 33.311 15,99 504,09 11,59 365,28 2 Ci 99.355 49.525 37,44 1.180,76 18,41 580,62 1 Ci 348.704 268.803 164,12 5.175,51 124,69 3.932,17 Total 493.773 351.639 217,54 6.860,37 154,68 4.878,07 Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010
c. Kebutuhan Air untuk Pemeliharaan Sungai/Penggelontoran Berdasarkan rumus yang tertera di sub-bab 3.1.2 (Kriteria) diperoleh kebutuhan air untuk keperluan penggelontoran setiap tahunnya (pemeliharaan sungai di WS 6 Ci) sebesar kurang lebih 78 m 3 /detik.
Tabel 3.18. Kebutuhan Air untuk Penggelontoran Wilayah Penggelontoran 2010 m 3 /s 3 Ci 9.81 2 Ci 33.02 1 Ci 35.59 Total WS 6 Ci 78.42
Sumber: Hasil Analisis Ribasim, 2010
d. Kebutuhan Air untuk Ketenagaan Pemanfaatan sumber air untuk mendukung ketenagaan telah memanfaatkan 3 waduk di 1 Ci (Waduk Cirata, Saguling dan Djuanda) melalui PLTA. Untuk menambah ketenagaan dapat dilakukan melalui studi identifikasi pada waduk baik di waduk Karian (3 Ci) yang direncanakan pembangunannya dan beberapa waduk berpotensi di 2 Ci dan 1 Ci dengan pengembangan mikro-hidro.
e. Kebutuhan Air untuk Perikanan Berdasarkan hasil perhitungan Ribasim dengan menggunakan data luasan tambak yang ada (2010) dan proyeksi untuk tahun 2030, maka diperoleh angka kebutuhan air untuk perikanan (tambak) di WS 6 Ci pada Tabel 3.19 dan Gambar 3.17.
Tabel 3.19. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci Wilayah Luas Tambak (Ha) Kebutuhan Air untuk Tambak 2010 2030 2010 2030 m3/dt Juta m3/th m3/dt juta m3/th 3Ci 5.463 6.009 3 90 3 99 2Ci 5.386 5.925 3 105 4 116 1 Ci 39.292 43.221 22 701 24 771 Total 50.141 55.155 28 896 31 986 Sumber: Hasil Analisis Ribasim 2010
halaman103
Sumber: Hasil Analisis Ribasim Gambar 3.17. Kebutuhan Air Perikanan (Tambak) di WS 6 Ci
2) Analisis Neraca Air Ketersediaan air di WS 6 Ci bervariasi menurut waktunya (Gambar 3.18). Debit aliran sungai pada suatu bulan sangat dipengaruhi oleh tingginya curah hujan yang terjadi di DAS. Dari bulan Oktober hingga bulan Mei, debit sungai sangat tinggi jika dibandingkan dengan debit pada bulan-bulan lainnya. Hal tersebut terkait dengan kondisi musim yang berlangsung di wilayah ini. Periode tersebut, di WS 6 Ci berlangsung musim hujan, sedangkan pada bulan-bulan lainnya berlangsung musim kemarau.
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 3.18. Neraca Air untuk WS 6 Ci Tahun 2010
Untuk 3 Ci, ketersedian air berlebih jika dibandingkan dengan kebutuhan (Gambar 3.19). Total kebutuhan untuk RKI dan untuk irigasi dapat dipenuhi sepanjang tahun. Kebutuhan air di wilayah ini tidak bervariasi mencolok antara musim hujan dengan musim kemarau.
halaman104
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 3.19. Neraca Air untuk 3 Ci Tahun 2010
Perbandingan ketersediaan air sebagai runoff total terhadap curah hujan untuk wilayah ini sekitar 60%.
Untuk 2 Ci, kondisi ketersedian airnya bersifat tidak mandiri. Artinya, jumlah air tersedia di wilayah ini tidak hanya berasal dari DASnya sendiri tetapi sebagian berasal dari DAS lain. Sistem ketersediaan air di sini bersifat interkoneksi dengan sistem dari DAS tetangga, utamanya dari DAS Citarum dengan waduk Jatiluhur melalui WTC. Dengan interkoneksi tersebut menjadikan pola tersedianya air sepanjang tahun akan lebih datar. Pada musim kemarau ketersediaan air relatif masih tinggi.
Di 2 Ci, kebutuhan air didominasi oleh kebutuhan untuk RKI (Gambar 3.20). Pada pertengahan tahun kekurangan air terjadi, bersamaan pula dengan menurunnya ketersediaan air untuk irigasi di wilayah Citarum. Akan tetapi di sini re-use water belum dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan air.
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 3.20. Neraca Air untuk 2 Ci Tahun 2010
halaman105 Perbandingan ketersediaan air sebagai runoff total terhadap curah hujan tahunan untuk kedua wilayah (1 Ci dan 2 Ci) sekitar 70%.
Di 1 Ci kebutuhan air untuk irigasi mendominasi sangat signifikan dibandingkan dengan kebutuhan RKI karena di wilayah ini terdapat sistem irigasi teknis dengan sawah seluas lebih dari 200.000 ha (Gambar 3.21). Air irigasi mulai dibutuhkan ketika musim taman padi I dimulai yakni pada pertengahan September, sedangkan untuk musim tanam II dimulai sekitar bulan Maret. Ketersedian air menurun menjelang berakhirnya musim tanam terakhir pada musim kemarau. Kekurangan air yang terjadi pada akhir musim tersebut, dalam praktek di lapangan, biasa disiasati petani dengan (1) dengan menggunakan re-use water dan (2) pemberian air secara gilir-giring.
Secara umum sumber air permukaan yang ada di WS 6 Ci relatif cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik untuk irigasi, rumah tangga, perkotaan maupun industri. Akan tetapi pada beberapa lokasi tertentu terjadi kekurangan air irigasi maupun RKI, dan juga kualitas airnya secara umum sudah tercemar selain tersedia atau tidaknya lokasi untuk menampung sumber air tersebut (potensi waduk).
Sumber : Hasil Analisis Ribasim, 2010 Gambar 3.21. Neraca Air untuk 1 Ci Tahun 2010
Berdasarkan neraca air/analisis keseimbangan di WS 6 Ci, ditinjau dari total ketersediaan air (dari curah hujan) dan total kebutuhan air di seluruh WS 6 Ci seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.22, terlihat masih surplus. Namun demikian, jika ditinjau secara ruang dan waktu (dalam hal ini skala distrik air dan waktu perhitungan timestep dua mingguan selama kurun waktu perhitungan) menunjukkan adanya kekurangan air di tempat-tempat tertentu.
halaman106
Sumber: Hasil Analisis Ribasim Gambar 3.22. Perkiraan Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS 6 Ci Tahun 2030
Secara umum kecenderungan tingkat kebutuhan air pada tahun 2010-2030 (Gambar 3.23) menunjukkan penurunan kebutuhan air untuk irigasi, sedangkan tingkat kebutuhan air untuk RKI meningkat. Hal ini terjadi kemungkinan adanya peralihan fungsi lahan pertanian oleh pesatnya pertumbuhan kota terutama terjadi pada wilayah di sekitar pusat pertumbuhan di sekitar Cilegon-Serang, Metropolitan Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung.
Sumber: Hasil Analisis Ribasim Gambar 3.23. Tingkat Kebutuhan Air Irigasi dan RKI di WS 6 Ci (2010-2030)
Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air RKI akan menjadi isu yang penting di masa mendatang. Karena adanya permasalahan pengambilan air tanah yang melampaui batas, terutama terjadi di wilayah Jakarta dan Cekungan Bandung, maka pemakaian air tanah dalam akan dibatasi, yang artinya pemenuhan kebutuhan RKI harus diganti dan dipenuhi dari air permukaan. Gambar 3.24 adalah skema distribusi air rata-rata WS 6 Ci.
217,54 154,68 123,5 154,65 0 50 100 150 200 250 300 350 400 2010 2030 T a h u n Irigasi RKI
halaman107 Lokasi kekurangan air untuk pemenuhan kebutuhan RKI dan kebutuhan irigasi pada tahun 2010 masing-masing diilustrasikan pada Gambar 3.32 dan Gambar 3.34, sedangkan untuk tahun 2030 kekurangan air untuk pemenuhan kebutuhan irigasi dan kebutuhan RKI masing-masing diilustrasikan pada Gambar 3.33 dan Gambar 3.35.
Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut diusulkan adanya pembangunan waduk baru maupun peningkatan dan pemanfaatan waduk yang ada saat ini seperti diusulkan pada Gambar 3.24 sampai dengan Gambar 3.31.
Besarnya kekurangan air pada tahun 2010 sebesar 13,23% dari total kebutuhan air (defisit dibagi kebutuhan) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 19,49% di tahun 2030 jika tidak dilakukan upaya penanganan.
halaman108
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.24. Skema WS 6 Ci
halaman109
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.25. Kebutuhan Air 2010
halaman110
3 1.4 Saguling Cirata Jatiluhur 2 5 Unregulated: Ciujung Cipancuh Pesanggrahan : 0.5 Krukut: 0.9 Unregulated: Cisadane 5.9 Cengkareng Drain: 1 Banjir Kanal Barat: 2 Unregulated: -Katulampa -Empang 4 14.6 9.1 3.2 3 Karian 2 Krenceng 2 Unregulated: Cidanau Bandung 22.5 DKI Jakarta 41.6 Depok 5.7 Bogor (kab.-kota) 18.8 Tangerang 19.7 Bekasi 15.0 Serang, Cilegon 7.97 Lebak, Pandeglang 2.6 Karawang Purwakarta Subang 13.3 DI Cisadane (22.089 ha) DI Ciujung (15.600ha) DI Jatiluhur Timur (83.246 ha) DI Ciujung (21.271 ha) DI Cidurian (10.280 ha) DI Jatiluhur Barat (62.564 ha) DI Jatiluhur Utara (90.504 ha) : Kebutuhan Air : Daerah Irigasi : Reservoir existing : unregulated sumber penyediaan air Keterangan: : Reservoir potensial (RTRW) : Skenario 1 : Skenario 1 (or) Santosa 2
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.26. Skema Strategi A Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 1
halaman111
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.27. Skema Strategi B Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 2
halaman112
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.28. Skema Strategi C Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 3
halaman113
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.29. Skema Strategi D Pemenuhan Kebutuhan Air pada Skenario 4
halaman114 3.1.4.3 Analisis Pengendalian Daya Rusak Air
1) Bencana Banjir Kerusakan akibat banjir tiap tahun meningkat, disebabkan karena nilai investasi pada daerah rawan banjir yang terus bertambah sehingga kerugian akan menjadi lebih besar pada daerah genangan yang sama. Nilai kerusakan adalah hasil dari perkalian tingkat kerawanan dan jumlah peristiwa. Peristiwa banjir pada daerah yang tidak berpenghuni tidak akan menyebabkan kerusakan. Ketika ada penduduk yang tinggal pada tempat tersebut, dan mereka tidak siap (rentan) terhadap banjir, maka akan terjadi kerugian akibat banjir.
Kerawanan terhadap kerugian banjir sebagian besar merupakan akibat dari pilihan dan tindakan manusia sendiri bukan akibat dari bencana alam semata, dan merupakan hasil siklus dari pembangunan-kerusakan-perlindungan. Siklus tersebut dimulai dengan investasi di suatu daerah rawan banjir sehingga terjadi kerusakan saat banjir terjadi, kemudian memicu pembangunan perlindungan banjir; hal ini terus berlanjut dengan investasi baru yang lebih besar, mengakibatkan kerusakan dan memicu perlindungan banjir yang lebih besar lagi, dan seterusnya. Sangat sering strategi pengendalian banjir mengandalkan hampir seluruhnya pada pembangunan infrastruktur, sementara perhatian kepada penyebab banjir dan alternatif terpadu untuk mencegah kerusakan kurang diperhatikan. Hal ini sering menyebabkan biaya yang terlalu besar. Solusi yang lebih berkelanjutan dan lebih murah adalah konservasi daerah tangkapan air di hulu, penyediaan alternatif yang memadai bagi penduduk (yang kebanyakan miskin) yang merambah dataran banjir dan bantaran sungai, atau mengurangi pembangunan yang merugikan di muara sungai. Hal ini tentunya berlaku untuk WS 6 Ci, meskipun banyak upaya yang telah berhasil mengurangi kerusakan pada daerah-daerah tertentu.
Pengendalian banjir biasanya merupakan pendekatan yang paling mahal, dan kebanyakan tidak mengarah ke solusi yang berkelanjutan. Suatu pendekatan yang lebih murah berfokus pada mitigasi kerusakan banjir bukannya perlindungan banjir, dengan mempertimbangkan upaya struktural dan non- struktural. Hal ini disebut sebagai "pengelolaan banjir" dengan menyadari bahwa banjir tidak dapat dicegah sama sekali.
halaman115 Fokus seharusnya diarahkan kepada upaya seperti: Menciptakan kerjasama hulu-hilir dalam pengelolaan DAS, Penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, Bantuan kepada penduduk, industri dan perdagangan dalam membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih lokasi dan penataan rumah dan bisnis mereka untuk menghindari kerawanan terhadap kerugian banjir, Pengendalian penebangan pohon serta melaksanakan konservasi tanah dan penggunaan lahan berkelanjutan pada daerah tangkapan air di hulu, Pengembangan lahan marjinal, Meningkatkan kesiapan terhadap banjir serta menciptakan asuransi kerugian banjir dan sistem kompensasi antar-masyarakat sebagai bagian dari perencanaan pengelolaan banjir.
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.30. Hubungan dan Hierarki Pengelolaan Bencana Banjir
Semua aspek, termasuk permasalahan teknis, kelembagaan, lingkungan, sosial dan finansial harus diperhitungkan. Pengelolaan banjir merupakan strategi untuk mendukung penduduk agar dapat beradaptasi dengan banjir, dan bahkan untuk mendapatkan manfaatnya bila memungkinkan. Dengan demikian tidak hanya berusaha untuk mencegah kejadian banjir, melainkan berusaha untuk mengelola dan menyesuaikan diri dengan banjir, untuk mengurangi dampak negatifnya, serta sekaligus menekankan pembatasan penggunaan lahan.
halaman116
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.31. Peta Kawasan Rawan Banjir
halaman117 2) Kekurangan Air/Kekeringan
Berdasarkan analisis Ribasim, kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan irigasi di 3 Ci terjadi di distrik air (Water District) 109 yang merupakan distrik air DI Ciujung bagian Barat dan distrik air 112 DI Cicinta. Di 2 Ci kekurangan air terjadi di distrik air 213, yang berasal dari Kali Pesanggrahan. Di 1 Ci kekurangan air di distrik 319 terutama terjadi pada saat aliran rendah sungai Cikarang dengan defisit air 1% dari total kebutuhan air irigasi. Defisit juga terjadi pada distrik air 330, WD 406, WD 407, WD 412, WD 422, WD 424, WD 438 disebabkan oleh aliran sungai yang rendah pada musim kemarau, sedangkan defisit yang terjadi pada distrik air 434 disebabkan oleh terbatasnya kapasitas dari waduk Cipancuh.
Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air RKI menjadi isu yang penting di masa mendatang. Karena adanya permasalahan air tanah terutama terjadi di wilayah Jakarta dan Cekungan Bandung, maka pemakaian air tanah dalam akan dibatasi, yang artinya pemenuhan kebutuhan RKI akan dipenuhi dari air permukaan. Hasil simulasi Ribasim, dengan kondisi prasarana air tetap seperti sekarang ini dan tingkat kebutuhan air pada tahun 2030 menunjukkan adanya kekurangan air di distrik air tertentu yang sebarannya terlihat pada Gambar 3.32 dan Gambar 3.33 untuk kekurangan kebutuhan air irigasi tahun 2010 dan tahun 2030, dan pada Gambar 3.34 dan Gambar 3.35 menunjukkan kekurangan kebutuhan air RKI.
Kekurangan air 3 Ci akan terjadi pada distrik air 116, 121 yang merupakan wilayah pusat pertumbuhan Cilegon - Serang, dengan persentase tingkat kekurangannya terhadap kebutuhannya mencapai 18,6 %, kekurangan tersebut disebabkan oleh kurangnya kapasitas air baku. Saat ini pasokan air untuk wilayah tersebut berasal dari sungai Cidanau dan sebagian berasal dari sungai Cibanten. Kekurangan pada distrik air 112 sebesar 11 % yang bersumber pada sungai Cidurian dan distrik air 202 dengan kekurangannya sebesar 21,7% yang dipasok dari sungai Cimanceuri.
Kekurangan air di 2 Ci terjadi di distrik air 202 (Tenjo, Tigaraksa, Cikupa, Balaraja), distrik air 230 (Bojong Gede, Pancoran Mas, Beji, Sukmajaya, Cibinong) yang merupakan pusat pertumbuhan di wilayah Tangerang, yang sumber airnya diambil dari sungai Cisadane. Pada wilayah DKI Jakarta (distrk
halaman118 air 217, WD 219, WD 220, WD 232, WD 221, WD 228) kekurangan air karena kurangnya kapasitas pembawa WTC untuk pasokan air Jakarta. Kekurangan air juga akan terjadi di distrik air di Cekungan Bandung (distrik air 306, WD 328, WD 329, WD 422, WD 321, WD 323, WD 324).
Perhitungan neraca air dilaksanakan dengan menggunakan piranti lunak Ribasim. Perhitungan kebutuhan air RKI menghasilkan besaran kebutuhan air pada tahun 2030 untuk berbagai lokasi pusat kegiatan sebagai berikut:
Daerah kekurangan air RKI berdasarkan Kelompok kota untuk tahun 2030 dapat diringkas sebagai berikut: Kabupaten dan kota Serang-Cilegon sebesar 7,97 m 3 /det, sebagian Kabupaten Pandeglang dan Lebak memerlukan air RKI sebesar 2,60 m 3 /det, sehingga jumlah seluruhnya adalah sebesar 10,57 m 3 /det. Kabupaten dan kota Tangerang sebesar 19,70 m 3 /det DKI Jakarta sebesar 41, 60 m 3 /det Kota Depok sebesar 5,70 m 3 /det Kabupaten dan kota Bogor sebesar 18,80 m 3 /det Kabupaten dan kota Bekasi sebesar 15,00 m 3 /det Kota Karawang-Purwakarta-Subang sebesar 13,3 m 3 /det Kota Bandung dan sekitarnya sebesar 22,50 m 3 /det
halaman119
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.32. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2010
halaman120
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.33. Peta Kekurangan Air Irigasi tahun 2030
halaman121
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.34. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2010
halaman122
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.35. Peta Kekurangan Air RKI tahun 2030
halaman123 Kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI pada WS 6 Ci terjadi pada water district seperti terlihat pada Tabel 3.20, dengan asumsi bahwa penggunaan air untuk RKI seluruh sumber airnya berasal dari air permukaan.
Tabel 3.20. Kekurangan Air Irigasi dan RKI Pada Water District (WD) Wilayah Water District ID Kekurangan Air untuk Irigasi Kekurangan Air untuk RKI 2010 2030 2010 2030 1 Ci 319 319 306 306 330 330 324 321 406 406 422 323 407 407 324 412 412 328 421 422 329 422 424 422 424 434 426 438 434 438 2 Ci 213 213 220 217 227 221 219 232 222 220 228 221 230 228 232 230 232 3 Ci 109 109 202 116 112 112 121 202 Sumber: Hasil Analisis 2010
Selain karena belum dimanfatkannya sumber air yang ada secara optimal, penyebab utama terjadinya kekurangan air irigasi di wilayah tersebut juga karena masih rendahnya efisiensi penggunaan air, terjadi pemborosan air dan pengambilan air yang tidak berijin. Hal ini juga disebabkan oleh adanya kerusakan pada bangunan pengatur dan pengukur air, sehingga sering terjadi pemberian air yang tidak terukur dan cenderung berlebihan pada bagian awal jaringan. Akibatnya pada bagian akhir dari jaringan irigasi sering mengalami kekurangan air.
Namun demikian, di lapangan kekurangan air RKI tersebut di atas relatif tidak terlalu signifikan, karena sebagian besar penduduk masih memanfaatkan air tanah (sumur dangkal). Apabila tidak dilakukan tindakan apapun, maka krisis/kekurangan air pada masa datang akan semakin mengkhawatirkan, terutama pada pusat-pusat pertumbuhan, antara lain Wilayah Metropolitan Jabodetabek dan Wilayah Metropolitan Bandung.
halaman124
Pada tahun 2030, secara umum kebutuhan air untuk keperluan irigasi cenderung menurun, sedangkan tingkat kebutuhan air untuk keperluan RKI cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena adanya peralihan fungsi lahan pertanian seiring dengan pesatnya pertumbuhan kota, terutama terjadi pada wilayah di sekitar pusat pertumbuhan CilegonSerang, Metropolitan Jabodetabek dan Metropolitan Cekungan Bandung.
Untuk mengatasi krisis air tersebut di atas, maka diperlukan upaya pembangunan waduk potensial dan rehabilitasi jaringan distribusi guna menaikan effisiensi pengaliran dan upaya lainnya perlu dipertimbangkan.
3) Bencana Lainnya
Selain bencana yang disebutkan di atas, Gambar 3.36 memperlihatkan peta kawasan rawan bencana lain di WS 6 Ci seperti longsor, gempa, bahaya gunung api dan gerakan tanah.
halaman125
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.36. Peta Kawasan Rawan Bencana di WS 6 Ci
halaman126 3.1.4.4 Analisis Sistem Informasi Sumber Daya Air Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, BBWS Cidanau-Ciujung- Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat harus menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumber daya air yang terintegrasi sesuai dengan kewenanganannya.
Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi sumber daya air (hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana, teknologi, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air) di WS 6 Ci.
Jaringan informasi sumber daya air yang tersebar dan dikelola berbagai instansi dapat diteruskan pengelolaannya, namun perlu dibangun sistem pengelolaan sumber daya air yang terpadu oleh Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Sumber Daya Air dalam hal ini Balai Besar di WS 6 Ci dan Dinas yang membidang sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Masing- masing instansi berkaitan dengan data tetap menjalankan tugas dan fungsinya yaitu mengelola data secara berkelanjutan dan menyampaikannya ke Pusat Data yang rencananya dibangun oleh BBWS.
Jaringan informasi sumber daya air harus dapat diakses dengan mudah oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air. Dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pasal 66 ayat 3, mengamanatkan Pemerintah dan pemerintah daerah membentuk unit pelaksana teknis untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber daya air.
Mekanisme penyelenggaraan informasi sumber daya air dilakukan sebagai berikut : BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan kewenangannya menyediakan informasi sumber daya air bagi semua pihak yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air.
halaman127 BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, badan hukum, organisasi dan lembaga serta perseorangan yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan sumber daya air menyampaikan informasi hasil kegiatannya kepada unit kerja yang bertanggung jawab di bidang informasi sumber daya air. BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, badan hukum, organisasi dan lembaga serta perseorangan, bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran dan ketepatan waktu atas informasi yang disampaikan.
Untuk mendukung pengelolaan sistem informasi sumber daya air di WS 6 Ci yang berkaitan dengan data sumber daya air (hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana, teknologi, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial, ekonomi, budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air) diperlukan pada BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian, BBWS Cisadane-Ciliwung, BBWS Citarum, Dinas yang membidangi sumber daya air di Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat harus membentuk Unit Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA). Selanjutnya yang perlu ditindak lanjuti adalah meningkatkan kerjasama antar instansi dalam pengelolaan sumber daya air.
3.1.4.5 Analisis Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
1) Peraturan dan Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antarwilayah, antar sektor, dan antar generasi; sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air.
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengamanatkan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan perlu disusun pola pengelolaan
halaman128 sumber daya air. Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya.
Sudah banyak peraturan perundangan, maupun peraturan daerah yang disusun dalam rangka pengelolaan sumber daya air. Karena penerapannya menyangkut berbagai pihak terkait, sehingga perlu adanya koordinasi antar institusi.
Pengelolaan sumber daya air terpadu mempunyai ciri utama terlibatnya seluruh unsur di dalam WS dengan pendekatan manajemen risiko dengan terus. Pengelolaan sumber daya air terpadu memerlukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan semua institusi/pihak terkait, dan perlu didukung peran aktif TKPSDA WS 6 Ci yang telah dibentuk Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal 16 Desember 2010. TKPSDA WS 6 Ci ini akan dapat berperan aktif bila mendapat dukungan kuat dari BBWS secara berkelanjutan, melalui perkuatan Sekretariat TKPSDA WS 6 Ci serta dukungan dana dan operasionalnya.
2) Aspirasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan IWRM merupakan suatu proses koordinasi dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air dan lahan serta sumberdaya lainnya dalam suatu WS, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan kesejahteraan sosial yang seimbang tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem.
Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air perlu melibatkan seluas luasnya peran serta masyakat dan dunia usaha. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat diberikan peran dalam penyusunan dan pembahasan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS. Karena itu, perlu mengidentifikasi isu- isu strategis, potensi sumber daya air, dan upaya penanganannya, melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) sebanyak 2 (dua) kali.
PKM 1 dan 2 telah dilaksanakan di ke-3 wilayah (3 Ci, 2 Ci, dan 1 Ci). Peserta yang diundang terdiri dari pejabat struktural dari unsur pemerintah dan masyarakat/organisasi/asosiasi yang berperan aktif di bidang sumber daya air, termasuk para calon anggota TKPSDA WS 6 Ci.
halaman129 3.1.4.6 Analisis Perencanaan dan Penataan Ruang
1) Integrasi Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Rencana Tata Ruang Sampai saat ini berdasarkan RTRW yang telah disusun, baik pada RTRW Provinsi maupun pada RTRW Kabupaten/Kota yang telah ada, diperoleh gambaran antara lain sebagai berikut:
a. Dalam rencana pola ruang pada RTRW yang telah disusun (RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota) yang seharusnya telah memuat/menampilkan lokasi (zoning) seperti halnya antara lain: kawasan resapan air, kawasan tangkapan air, kawasan retensi airyang termasuk dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (dapat dilihat pada pedoman penyusunan RTRW), ternyata belum ada/belum tercantum dalam RTRW.
Begitu pula halnya dengan dengan kawasan lindung setempat seperti halnya: sempadan sungai, sempadan danau, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air serta kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
b. Dalam rencana struktur ruang pada RTRW yang telah disusun (RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota) yang seharusnya sudah menampilkan/mengemukakan gambaran mengenai rencana kawasan tangkapan air (berupa waduk/reservoir) untuk setiap rencana lokasi waduk, ternyata dalam RTRW yang telah disusun belum tercantum/belum ada. Begitu pula halnya dengan sistem jaringan prasarana sumber daya air dan sistem jaringan saluran primer dari intake (bendung) sampai ke lokasi pasokan (Daerah Irigasi, instalasi pernjernihan air untuk perkotaan), serta sistem jaringan sekundernya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa aspek sumber daya air belum tercantum/terintegrasi secara jelas dalam RTRW yang telah disusun, bahkan juga dalam RTRW yang telah ditetapkan sebagai Perda.
halaman130 2) Konflik Lintas Wilayah dan Lintas Sektor
a. Lintas Wilayah dan Lintas Sektoral Dalam pemanfaatan lahan tersebut sering ditemui adanya konflik pemanfaatan lahan pada kawasan perbatasan antara wilayah kota (wilayah administrasi kota) dengan wilayah admistrasi kabupaten, terutama pada kawasan yang seharusnya dialokasikan sebagai kawasan konservasi dijadikan sebagai kawasan budidaya. Konflik seperti ini ditemui dalam perkebangan pemanfaatan lahan di Jabodetabek Punjur dan Cekungan Bandung, antara lain dimanfaatkannya kawasan badan air (daerah sumber mata air, resapan air dan bantaran sungai serta situ) sebagai kawasan budidaya. Sebagai contoh pada kawasan Puncrut yang masuk dalam wilayah kabupaten Bandung Barat yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung yang direncanakan sebagai kawasan konservasi telah dimanfaatkan sebagai lahan usaha budidaya (permukiman dan pertanian holtikultura/sayuran).
Dikaitkan dengan lintas sektor, dari hasil ploting RTRW pada WS 6 Ci ditemui adanya beberapa konflik baik dalam pemanfaatanlahan maupun dalam penyediaan infrastruktur, antara lain lahan (kawasan) yang dalam RTRW dialokasikan sebagai calon lokasi waduk Limo di wilayah Kota Depok, saat ini lokasi tersebut telah berkembang menjadi kawasanbudidaya (pemukiman dan budidaya lainnya). Begitu juga dengan rencana lokasi waduk Sodong di wilayah Kabupaten Bogor, saat ini lokasinya telah berkembang menjadi kawasan perkotaan (Kota Kecamatan Leuwiliang), dan waduk yang direncanakan tersebut juga akan merendam jalur jalan nasional yang menghubungkan Bogor dengan Rangkasbitung. Rencana lokasi waduk Genteng di wilayah kabupaten Bogor yang berbatasan dengan wilayah kota Bogor, saat ini tumpang tindih dengan rencana jalan toll lingkar luar kota Bogor, pengembangan permukiman perkotaan, serta budidaya lainnya.
Pada kawasan Cekungan Bandung lokasi yang direncanakan dalam penyusunan Pola dan Rencana sumber daya air sebagai lokasi Waduk Ciwidey dikaitkan dengan penggunaan lahan pada saat ini pada lokasi tersebut telah dimanfaatkan sebagai lokasi permukiman dan kegiatan usaha lainnya. Sedangkan di dalam rencana (RTR Kawasan Cekungan Bandung/Raperpres dan RTRW Kabupaten Bandung/Perda) kawasan yang direncanakan sebagai lokasi Waduk Ciwidey ini telah direncanakan sebagai lokasi pengembangan permukiman. Hal ini perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan lokasi Waduk Ciwidey ini dalam perencanaan dan pelaksanaannya nanti.
halaman131
b. Alih Fungsi Lahan Sawah Terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis yang dalam rencana pola ruang (RTRW Provinsi Banten dan RTRW Jawa Barat) telah direncanakan dan ditetapkan peruntukannya sebagai lokasi pengembangan pertanian lahan basah (persawahan), ternyata telah berkembang menjadi kawasan permukiman dan kegiatan usaha lainnya. Hal ini ditemui antara lain pada kawasan sawah berigasi teknis di wilayah kabupaten Serang (bagian Utara) ,kabupaten Tangerang (bagian Utara), kabupaten Karawang (bagian Utara) dan Cekungan Bandung (terutama dibagian selatan Kota Bandung). Apabila dikaitkan dengan kebijakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan menggunakan dasar pertimbangan: kesesuain lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi teknis lahan dan luasan kesatuan hamparan lahan, maka kawasan pertanian lahan basah tersebut di atas dapat dijadikan sebagai kawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (yang harus dilindungi).
halaman132
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.37. Alih Fungsi Lahan Sawah di Indonesia (1994 2004)
0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% Cibungur Cidanau Cipaseh Cibanten Ciujung Cimanedu Cisadane Ciliwung Bekasi Cikarang Citarum Hilir Citarum Tengah Citarum Hulu Hulu Waduk Jatiluhur Sawah area by DAS as percentage of total DAS area Loss of sawah 2000-2025 by DAS 40% is lost! 2000 2025
halaman133 3.2 Skenario Kondisi Ekonomi, Politik dan Perubahan Iklim pada Wilayah Sungai 3.2.1 Skenario Berdasarkan asumsi di atas telah dibuat skenario yang mungkin, seperti disajikan dalam Tabel 3.21 di bawah ini.
Tabel 3.21. Skenario Berdasarkan Tatakelola Pemerintahan dan Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Rendah Sedang Tinggi Tatakelola pemerintahan CT 1a 1 X GG 2a 2 dan 3 4
Catatan : x = dapat diabaikan, CT = Current Trend, GG = Good Governance Skenario tersebut mengasumsikan bahwa pada tata kelola pemerintahan sesuai kecenderungan saat ini (Current Trend) untuk kasus pertumbuhan ekonomi rendah dan tinggi tidak realistik. Oleh karena itu, kedua skenario tersebut (1a dan 2a) dapat diabaikan dan hanya digunakan untuk Sensitivity Analysis.
Asumsi untuk masing-masing parameter dirangkum dalam tabel berikut Parameter Penjelasan Tatakelola Pemerintahan (Perubahan Politik) Current Trend (CT); Mengasumsikan bahwa situasi tatakelola pemerintahan saat ini kurang lebih sama atau status quo. Good Governance (GG); Tatakelola pemerintahan dan pengelola PSDA WS 6 Ci mampu melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik dan mampu meyakinkan semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan rencana yang telah diberikan. Pertumbuhan ekonomi
Paling mungkin sekitar 5% 6% (Medium), dengan memperhatikan sensitivitas apakah pertumbuhan tersebut RENDAH, atau apakah TINGGI Perubahan iklim Bersiap untuk kondisi terburuk (kenaikan dan/atau penurunan curah hujan 0.3 mm/hari). Pertumbuhan penduduk Diasumsikan pertumbuhan penduduk stabil pada kisaran 1% per tahun dan menurun.
halaman134
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.38. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 1
halaman135
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.39. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 2
halaman136 Sumbe r: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.40. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 3
halaman137
Sumber: Hasil Analisis 2010 Gambar 3.41. Strategi Struktural Neraca Air Pemenuhan Air Baku di WS 6 Ci Skenario 4
halaman138 3.3 Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air Terhadap skenario dari kondisi WS 6 Ci telah dibuat beberapa alternatif strategi untuk masing-masing skenario untuk mencapai tujuan dari pengelolaan sumber daya air. Penyusunan konsep tersebut dibuat untuk masing-masing aspek pengelolaan sumber daya air, dan mencakup strategi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Hubungan antara asumsi, skenario, dan strategi ditunjukkan dalam Tabel 3.22 di bawah ini.
Tabel 3.22. Hubungan Skenario, Asumsi dan Strategi
S K E N A R I O
ASUMSI STRATEGI Tatakelola Pemerintahan Perubahan Iklim Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Penduduk Identifier/ Judul Penjelasan 1 CT B e r s i a p
u n t u k
s k e n a r i o
t e r b u r u k
( k e n a i k a n
d a n
a t a u
p e n u r u n a n
c u r a h
h u j a n
k u r a n g
l e b i h
0 , 3
m m / h a r i )
MEDIUM (5%) K i r a - k i r a
1 %
d a n
m e n u r u n
A. Current Trend Compliance Hanya upaya minimum, termasuk air bersih RKI, dengan fokus pada kuantitas air. 1a CT RENDAH A. Current Trend Compliance Hanya untuk Sensitivity Analysis. 2a GG RENDAH B. Proactive Management Hanya untuk Sensitivity Analysis. 2
----
3
GG
MEDIUM (5%)
B. Proactive Management Seperti Strategi A, ditambah dengan kelembagaan yang kuat untuk PSDA terpadu. C. Optimum Management Proactive Management ditambah dengan perlindungan pertanian dan zonasi sumber daya air (water zoning) 4 GG TINGGI (7%) D. Maximum Management Upaya maksimum, dimaksudkan untuk meningkatkan semua upaya dari aspek PSDA dan berasumsi adanya cost recovery. Sumber: Hasil Analisis 2010
Di bawah ini dijelaskan fitur dari masing-masing strategi dan konteksnya dalam perencanaan strategis (Pola) WS 6 Ci.
halaman139
a. Alternatif Strategi A: Current Trend Compliance
Tujuan dari strategi A adalah untuk memenuhi kebutuhan air pada masa datang dengan biaya serendah mungkin. Upaya yang akan dilakukan pada strategi A ini hanya berupa upaya minimum termasuk upaya pemenuhan air baku untuk keperluan RKI secara terbatas tanpa melakukan upaya optimal terhadap penanganan kualitas air, akibat dari terbatasnya dana. Ini berimplikasi bahwa opsi kebijakan lain tidak akan digabungkan, seperti langkah-langkah yang lebih murah yang dirancang untuk mendorong kesinambungan jangka panjang dari sistem sumber daya air.
Strategi A mencakup langkah-langkah JWRMS untuk pengaliran air dari waduk Jatiluhur ke wilayah Jabodetabek, Karawang dan Purwakarta, pengaliran air dari Barat dan Selatan ke Tangerang, Serang/Cilegon dan Jabodetabek. Strategi A berdampak tidak ada pengelolaan air tanah secara aktif, sehingga penurunan tanah akan berlanjut pada tingkat yang membahayakan seperti sekarang ini, tapi ketergantungan pada air permukaan di daerah Jakarta dan Bandung akan terbatas selama periode air tanah masih tersedia. Ketika air tanah telah hampir habis digunakan, keperluan beralih ke air permukaan dengan tingkat biaya yang diperkirakan telah menjadi jauh lebih tinggi. Strategi A berdampak pada rendahnya keterlibatan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi operasi sehingga menghalangi pelaksanaaan upaya non-struktural yang pada jangka panjang diperlukan untuk mengoptimalkan secara penuh potensi air bersih WS 6 Ci. Selain itu, strategi A mengasumsikan bahwa tidak ada investasi besar terkait dengan konservasi atau restorasi DAS, dan terkait dengan perbaikan kualitas air. Dilihat dari perspektif jangka panjang, strategi ini tidak diinginkan dan di sini hanya digunakan sebagai pembanding dengan strategi yang lainnya.
b. Alternatif Strategi B: Pro-active Management Strategi B sama dengan Strategi A, dengan upaya tambahan dalam keseriusan peningkatan kelembagaan untuk mengelola sumberdaya air secara proaktif, dan dengan penegakan hukum yang lebih kuat dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air. Namun, dalam strategi ini dana yang tersedia belum/tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan yang optimal, termasuk belum ada pembangunan bendungan baru, tapi sudah ada sedikit upaya peningkatan kualitas air.
halaman140
c. Alternatif Strategi C: Optimum Management Strategi C bertumpu pada pemenuhan kebutuhan air, didasarkan pada IWRM yang aktif dan berkelanjutan, termasuk pengelolaan air tanah, serta serangkaian upaya dan kebijakan aktif yang dimaksudkan untuk pengendalian pencemaran, serta konservasi dan restorasi DAS. Strategi C melakukan upaya optimum dalam pengelolaan sumber daya air, melalui pelaksanaan sebagian besar upaya penanganan secara bertahap termasuk penanganan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, sistem informasi sumber daya air serta pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan demikian strategi ini hanya akan mungkin dengan sumber dana yang memadai dan peningkatan efisiensi. Strategi C menuntut otoritas untuk mengambil tindakan tepat untuk menanggulangi dan secara bertahap menghentikan pengambilan air tanah di kawasan pesisir Jakarta dan Cekungan Bandung. Setelah transisi ini, pengambilan air tanah hanya diizinkan untuk air baku PDAM dan sumur penduduk.
d. Alternatif Strategi D: Maximum Management Strategi D melaksanakan semua upaya pengelolaan sumber daya air secara maksimum. Oleh karena itu strategi D ini mempunyai target yang sangat tinggi, dengan konsekuensi semua upaya stuktural harus dilaksanakan segera (lebih awal dibandingkan dengan strategi C) sementara dari segi finansial untuk pelaksanaan upaya struktural ini kelihatannya sangat tinggi, kurang realistik. Selain kurangnya kesiapan dari upaya struktural seperti segi studi kelayakan dan detail desainnya. Strategi D mencakup opsi yang direkomendasikan kajian JWRMS untuk memasok air Jabodetabek dari Timur dan Barat. Untuk hulu wilayah Saguling, serangkaian upaya lebih lanjut dipadukan dengan komponen untuk memenuhi kebutuhan di daerah tersebut (pasokan air ke Kota Bandung). Strategi ini menuntut pengelolaan air tanah yang aktif, dimana pasokan air permukaan di Jakarta dan Bandung akan ditingkatkan secara signifikan untuk menggantikan penggunaan air tanah dalam. Akhirnya, Strategi D memuat upaya pengembangan sumber daya air, seperti menaikkan bendungan Cirata sebesar 15 m (untuk meningkatkan volume tampungannya) dan pengembangan pembangkit listrik tenaga air antara Saguling dan Cirata (yaitu Rajamandala).
halaman141
4 BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) mencakup 5 (lima) aspek, yakni:
Konservasi Sumber Daya Air Pendayagunaan Sumber Daya Air Pengendalian Daya Rusak Air Sistem Informasi Sumber Daya Air Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.
Selain kelima aspek tersebut, dalam pembahasannya dikaitkan pula dengan aspek penataan ruang dan kelembagaan. Uraian lengkap kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air pada masing-masing wilayah disajikan pada:
Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (BBWS 1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4
halaman142 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.1 PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (1.024 ha) dan kritis (25.124 ha) pada DAS di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Hulu Terlaksananya konservasi lahan sangat Kritis dan kritis pada DAS di wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian Hulu Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013 melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 100% dan lahan kritis 10% area (2014-2015) Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 30% area, kumulatif menjadi 40% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 60% area, kumulatif menjadi 100% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksanakan RTkRHL di kawasan prioritas pada hulu DAS dan hulu waduk/ rencana waduk, disertai insentif bagi kelompok masyarakat yang melaksanakannya Dinas Kehutanan, Pertanian & Perkebunan (di luar Kawasan Hutan), PU/SDA Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung & Produksi), PT. Bakti Usaha Menanam Nusantara Hijau P P P 2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian Hulu (94.101 ha) Terlaksananya konservasi lahan agak kritis pada DAS di wilayah Cidurian-Ciujung-Cidurian Hulu Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan agak kritis pada seluruh DAS dan melaksanakan RTkRHL 20% area agak kritis Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 50% area, kumulatif menjadi 70% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 30% area, kumulatif menjadi 100% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan agak kritis pada seluruh DAS disertai insentif bagi kelompok masyarakat yang melaksanakannya P P 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian (219.849 ha) Terlaksananya konservasi lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan potensial kritis pada seluruh DAS di wilayah dan melaksanakan RTkRHL 20% area Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 50% area, kumulatif menjadi 70% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 30% area, kumulatif menjadi 100% serta memantau dan mempertahankan kondisi yang sudah di rehabilitasi Menyadarkan masyarakat untuk melindungi dan memperbaiki lahan potensial kritis P P P 4) Jumlah luas hutan belum memenuhi kebutuhan standar lingkungan Terwujudnya luas kawasan hutan sebesar 30% di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Menambah luas hutan lindung dengan tidak memperpanjang ijin hutan produksi yang sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara selektif Menambah luas hutan lindung dengan tidak memperpanjang ijin hutan produksi yang sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara selektif Menambah luas hutan lindung dengan tidak memperpanjang ijin hutan produksi yang sudah habis masa ijin pengelolaannya, secara selektif Secara selektif tidak memperpanjang ijin hutan produksi, merubah status menjadi hutan lindung, sampai tercapai jumlah 30% wilayah 3 Ci Bappeda, Dinas Kehutanan Prov, Perum Perhutani, Kelompok Masyarakat P P P 5) Terancamnyanya keaneka-ragaman hayati Terlindunginya keaneka- ragaman hayati pada kawasan lindung, a.l Cagar Alam Rawa Danau Identifikasi flora-fauna pada habitat kunci, melaksanakan pelestarian keaneka-ragaman hayati Melaksanakan perlindungan dan pelestarian keaneka-ragaman hayati pada kawasan lindung, secara berkelanjutan Melaksanakan perlindungan dan pelestarian keaneka-ragaman hayati pada kawasan lindung, secara berkelanjutan Melestarikan keaneka-ragaman hayati pada kawasan lindung, a.l Rawa Dano BLHD Prov, KLH, Kelompok Masyarakat P P P P 6) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian Melakukan evaluasi dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau-Ciujung-Cidurian (25%) Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau-Ciujung- Cidurian (25%), kumulatif (50 %) Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau-Ciujung- Cidurian (50%), kumulatif (100%) Melaksanakan sinkronisasi Gerhan dan GNKPA pada wilayah di Cidanau- Ciujung-Cidurian Dinas Kehutanan, BBWS, Dinas/Badan PU/SDA, BLHD, Bappeda, Perkebunan, dll yang terkait di tk. Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 7) Kurang jelasnya batas di lapangan kawasan milik Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN dan lahan masyarakat di hulu, sehingga terjadi perambahan hutan Terciptanya batas kawasan hutan yang jelas antara Perum Perhutani, BBKsumber daya air, PTPN, dan lahan masyarakat hulu Melakukan pemetaan detail dan memasang tanda batas yang jelas pada kawasan hutan. Mengawasi dan mengendalikan pengunaan lahan sesuai batas yang telah ditetapkan. Mengawasi dan mengendalikan pengunaan lahan sesuai batas yang telah ditetapkan, serta menegakkan peraturan yang berlaku, secara berkelanjutan Mengawasi dan mengendalikan pengunaan lahan sesuai batas yang telah ditetapkan, serta menegakkan peraturan yang berlaku, secara berkelanjutan Memasang tanda batas kawasan hutan, dan mengamankannya secara berkelanjutan Dinas Kehutanan Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBKSDA, Perum Perhutani, Kelompok Masyarakat P P P 8) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis Terlaksananya PerMenTan No. 47/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No. 47/2006, melaksanakan pelatihan dan melaksanakan gerakan budidaya pertanian di lahan pegunungan melalui pendekatan sekolah lapang, (10% area) Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap II (40% area), kumulatif (50% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap III (50% area), kumulatif (100% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Menyelenggarakan budidaya pertanian lahan pegunungan yang sesuai dengan kaidah konservasi berpedoman kepada PerMenTan No. 47/2006 Dinas Perkebunan, Pertanian tk Prov/Kab/Kota terkait, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P Terlaksananya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, contoh kopi Melaksanakan percontohan dan pendampingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, disertai pemberdayaan pananaman sistem tumpangsari untuk pendapatan sehari-hari, target 15% area Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 25%, kumulatif 40% Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 60%, kumulatif 100% Membimbing masyarakat di kawasan berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, dan memberdayakan agar tetap mendapat penghasilan untuk kehidupan hariannya Dinas Perkebunan, Pertanian tk Prov/Kab/Kota terkait, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P 9) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan sebesar 30% atau sesuai dengan peraturan Menyusun sistem pemberian Insentif bagi yang menambah dan disinsentif bagi pengembang yang mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda (2011-2013). Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (2014-2015) Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan Menambah luas RTH sehingga tercapai standar sesuai peraturan (30% luas) Dinas Tata Ruang/ Tata Kota, PU, Bappeda, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat P P P 10) Masih adanya kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan Terwujudnya kawasan pemukiman yang memenuhi daya dukung lingkungan Menyusun Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mensyaratkan untuk memenuhi daya dukung lingkungan, mensosialisasikan, menegakkannya, serta menerapkan sanksinya. Memantau secara berkelanjutan pembangunan kawasan pemukiman untuk memenuhi daya dukung lingkungan, serta menerapkan sanksi pelanggarannya Memantau secara berkelanjutan pembangunan kawasan pemukiman untuk memenuhi daya dukung lingkungan, serta menerapkan sanksi pelanggarannya Menyusun dan menerapkan Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Dinas Perumahan/ Tata Kota, PU, Bappeda, DPRD, BPN, Developer dan Kelompok Masyarakat P P P 11) Belum ada penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/ waduk Terwujudnya Perda tentang sempadan pada sungai dan situ/ waduk Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya Menerapkan Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan dan sungai situ/waduk Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat P P P P 12) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan, selain DAS Cidanau Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan Menginvetarisasi dan mengkaji potensi obyek dan subyek kerjasama pengelolan jasa lingkungan dengan referensi DAS Cidanau (2011-2013),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2014-2015) Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan) BLHD Dinas Kehutanan, Perkebunan tk Prov/kab/kota, BBWS, Dinas SDA Prov, Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman143 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 dan 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D P P P 13) Belum optimalnya kerjasama hulu- hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS Terlaksananya konservasi DAS dg prinsip kerjasama hulu-hilir, antar Provinsi, antar Kab/Kota, antara swasta-masyarakat Menginvetarisasi potensi kerjasama hulu-hilir pada masing-masing DAS. Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada DAS Ciujung, dengan referensi DAS Cidanau Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciujung. Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir untuk DAS Cidurian (antar kab./kota, Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Cidurian (Prov. Jabar dan Banten) dan DAS lainnya (antar kab./kota) Mengembangkan, melaksanakan dan memantau kerjasama hulu-hilir setiap DAS dalam pelaksanaan konservasi Bappeda, Dinas Kehutanan, Perkebunan, PU/SDA, Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat, Swasta P P P P 14) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai Melaksanakan penyadaran masyarakat tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai. Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai Melaksanakan penyadaran masyarakat tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai. Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai Melaksanakan penyadaran masyarakat tentang fungsi lahan bekas sudetan sungai. Menertibkan dan mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sebagai bagian dari daerah milik sungai BBWS, Dinas PU/SDA, BPN, tk Prov/Kab/Kota, masyarakat P P P P 15) Terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan kerikil Terlindunginya dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan kerikil Melakukan inventarisasi lokasi penambangan, memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan, serta kaji ulang dan pengaturan terhadap ijin penambangan, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan, disertai penegakan hukum Dinas Pertambangan/ ESDM, BLHD, Dinas PU/SDA Kab./Kota/Prov, BBWS P P P 16) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian Terwujudnya perlindungan yang optimal pada alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan melaksanakan (2014-2015 = 10%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai- sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif = 35%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif = 100%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Melaksanakan perlindungan alur dan tebing sungai yang optimal BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 17) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai Terlindunginya kawasan muara dan pantai khususnya di 30 lokasi erosi pantai Menyusun perencanaan dan melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (10%) Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (30%), kumulatif (40%) Melaksanakan perencanaan pembangunan muara dan erosi pantai (60%), kumulatif (100%) Melindungi muara dan pantai dengan struktur Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman144 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.2 PENGAWETAN AIR P P P 1) Belum optimalnya pembangunan dan pemeliharaan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) Bertambah dan terpeliharanya waduk, situ dan kolam retensi Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah ada, serta melaksanakan pemeliharaannya Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah ada, serta melaksanakan pemeliharaannya Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan, melindungi yang sudah ada, serta melaksanakan pemeliharaannya Menampung air hujan untuk mengurangi aliran permukaan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat P P P 2) Berkurangnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Terlindunginya dan meningkatnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilatyah Cidanau- Ciujung-Cidurian Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh DAS secara berkelanjutan melalui kampanye penyadaran masyarakat, peraturan standar bangunan dan pengendalian IMB Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh DAS secara berkelanjutan melalui kampanye penyadaran masyarakat, peraturan standar bangunan dan pengendalian IMB Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah di seluruh DAS secara berkelanjutan melalui kampanye penyadaran masyarakat, peraturan standar bangunan dan pengendalian IMB Menyadarkan masyarakat untuk meningkatkan fungsi daerah resapan dan mengendalikan IMB Dinas Tata Ruang, Permukiman, PU/SDA , BLHD, Kehutanan Prov/Kab/Kota Terkait, BBWS, BPDAS, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2011-2013) dan melaksanakan pembuatan biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20% area Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2016- 2020) = 30% area, kumulatif 50% area Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2021- 2030) = 50 % area, kumulatif 100% area Meningkatkan jumlah air yang meresap dan menurunkan angka pengaliran Dinas Permukiman/Tata Kota, PU/SDA , BLHD Prov/Kab./Kota Terkait, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Terlindunginya mata air di wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian secara berkelanjutan Mensosialisasikan peraturan tentang sempadan sumber air. Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%) Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%, kumulatif 100%). Mengawasi dan memelihara sempadan sumber air di sekitar mata air Mengawasi dan memelihara sempadan sumber air di sekitar mata air Melindungi keberadaan lingkungan sumber air dengan memasang patok batas sempadan yang jelas BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan inventarisasi kerusakan mata air. Merehabilitasi dan OP mata air (25%) Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air (25%), kumulatif (50%) Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air (50%), kumulatif (100%) Melakukan perbaikan dan pemeliharaan mata air secara berkelanjutan BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Adanya kerusakan situ dan prasarananya Terlindunginya situ di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian secara berkelanjutan Mensosialisasikan peraturan tentang sempadan situ. Menetapkan dan mematok sempadan situ (jumlah 50%) Menetapkan dan mematok sempadan situ (jumlah 50%, kumulatif 100%). Mengawasi dan memelihara sempadan situ Mengawasi dan memelihara sempadan situ Melindungi keberadaan lingkungan situ dengan memasang patok batas sempadan secara jelas BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk mengembalikan kapasitas dan fungsinya sesuai rencana Menginventarisasi kerusakan situ dan prasarananya. Melaksanakan rehabilitasi situ melalui perencanaan partisipatif masyarakat setempat, pada Wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian (15%) Melaksanakan rehabilitasi situ melalui perencanaan partisipatif masyarakat setempat, pada Wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian (25%), kumulatif (40%) Melaksanakan rehabilitasi situ melalui perencanaan partisipatif masyarakat setempat, pada Wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian (60%), kumulatif (100%) Melindungi dan memulihkan kapasitas dan fungsi situ di Wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian BBWS, Dinas PU/SDA Prov./Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 6) Masih terjadinya alih fungsi situ menjadi pemukiman atau tempat usaha Terlindunginya situ secara berkelanjutan Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya Menerapkan Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Dinas PU/SDA, DPRD, BPN Prov/Kab/Kota, Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat P P P 7) Kurangnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata air dan situ berkaitan dengan pemeliharaan sumber air Terwujudnya pemberdayaan masyarakat sekitar mata air dan situ, untuk ikut memelihara sumber air Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ (jumlah 25%) Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ (jumlah 25%, kumulatif 50%) Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ (jumlah 50%, kumulatif (100%) Melakukan pemberdayaan masyarakat di sekitar mata air dan situ untuk ikut berperan melindungi lingkungan sumber air Dinas PU/SDA, Kehutanan Prov/Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P P 8) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Serang-Tangerang, berakibat terjadinya penurunan muka air tanah, muka tanah dan/ atau intrusi air laut Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah, serta menindak pengambilan yang melampaui ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah, serta menindak pengambilan yang melampaui ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah, serta menindak pengambilan yang melampaui ijin atau tidak berijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan Melaksanakan pemantauan dan penertiban pengambilan air tanah, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan, secara berkelanjutan Dinas ESDM/Pertambangan, PU/CK/SDA, BLHD, PDAM, Badan Regulator, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 9) Tercapainya efisiensi pemakaian air irigasi lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 P P P P Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 P P Berkurangnya kebocoran distribusi air minum Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Melaksanakan efisiensi dan hemat air keperluan rumah tangga dan industri PDAM, Badan Regulator, Dinas PU/CK/SDA Kab/Kota, Kelompok Masyarakat iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman145 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.3 P P P P 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) Peningkatan kualitas air sungai, situ dan waduk (min. Kelas II menurut PP no 82/2001) Melaksanakan program kali bersih secara terpadu (Prokasih, Superkasih) dan program penilaian kinerja perusahaan (Proper), secara rutin Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran Meningkatkan kualitas air sungai sesuai atau lebih baik dari standar baku mutu Dinas Kebersihan, BLHD, Dinas PU, BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat P P P Merencanakan dan mengalokasi air penggelontoran melalui kesepakatan dalam TKPsumber daya air, serta melaksanakan penggelontoran sungai Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai Mengalokasikan air untuk penggelontoran sungai BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, TKPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P Mendorong terbitnya penetapan kelas air sungai dan waduk oleh Gubernur Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk * Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk Menetapkan kelas air sungai dan waduk BLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian, PU/SDA tk Prov/kab/kota, TKPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin. serta menegakkan peraturan. Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan. Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan Melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA, Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P Merencanakan sistem monitoring kualitas air real time Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time Mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA, Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) Meningkatkan SDM petugas terkait pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) BBWS, BLHD, Dinas PU/SDA, Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Belum opmimalnya pengelolaan limbah industri Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah industri Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah (terutama logam berat), dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah (terutama logam berat), dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah (terutama logam berat), dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL Memasyarakatkan Perda tentang pengolahan limbah industri dan kualitas limbah yang dapat dibuang ke perairan umum, terutama berkaitan logam berat, secara berkelanjutan BPHD, Dinas Perindustrian, PU/SDA Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Memberikan teguran dan penindakan (penegakan hukum) bagi industri yang membuang limbah tidak melalui IPAL Memberikan teguran dan penindakan (penegakan hukum) bagi industri yang membuang limbah tidak melalui IPAL Memberikan teguran dan penindakan (penegakan hukum) bagi industri yang membuang limbah tidak melalui IPAL Melaksanakan pengawasan ketat kualitas limbah industri sesuai baku mutu limbah cair (terutama logam berat) disertai penegakan hukum bagi pelanggar; BLHD, Dinas Perindustrian, PU/SDA Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Kelompok Masyarakat P P Menyusun perencanaan pembangunan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, beserta penyiapan organisasi pengelolanya Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Mengembangkan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Swasta, BLHD, Dinas Perindustrian, Dinas PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. BLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda PU/SDA Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan identifikasi, penyusunan, updating data base: lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah 3 Ci Menyusun data base industri, serta terintegrasi dalam sistim informasi kualitas air Dinas PU/SDA, BBWS, BLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait di Prov/Kab/kota, Kelompok Masyarakat P P 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah cair domestik dan perkotaan; Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (5% area kota), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (10% area kota, kumulatif 15%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (35% area kota, kumulatif 50%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Merencanakan dan membangun sistem sanitasi perkotaan dengan memisahkan saluran pembuangan air limbah perkotaan dari saluran drainasi kota, secara bertahap Dinas PU/CK, BLHD Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair individu, perdesaan & komunal (terutama daerah berpenduduk padat & sekitar sumber air); Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair individu, perdesaan & komunal (terutama daerah berpenduduk padat & sekitar sumber air); Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair individu, perdesaan & komunal (terutama daerah berpenduduk padat & sekitar sumber air); Melaksanakan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan pengolahan limbah cair rumah tangga BLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA, Bappeda Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian Terwujudnya pengendalian limbah pertanian; Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai anjuran Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai anjuran, serta monitoring kepatuhan petani di lapangan Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk secara benar dan sesuai anjuran, serta monitoring kepatuhan petani di lapangan Melaksanakan penyadaran masyarakat tani tentang penggunaan pestisida dan pupuk sesuai anjuran BLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. Melaksanakan monitoring kualitas air saluran irigasi, sungai, situ dan waduk, terhadap sisa/ limbah pestisida dan pupuk BLHD, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya Terwujudnya pengendalian limbah peternakan; Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah peternakan (untuk pupuk organik, biogas), disertai percontohan dan pemberdayaan peternak Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak (pupuk organik, biogas), disertai percontohan dan pemberdayaan petani Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak (pupuk organik, biogas), disertai percontohan dan pemberdayaan petani Melaksanakan pemanfaatan limbah ternak; Dinas Peternakan, BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat, swasta P P P Melaksanakan sosialisasi penggunaan IPAL peternakan, disertai pembangunan IPAL percontohan dan pemberdayaan peternak Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemberdayaan peternak Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemberdayaan peternak Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan iii + ii + i PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman146 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci ( 3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D P P P P 6) Pengelolaan limbah/sampah belum optimal Terwujudnya pengelolaan limbah sampah Meningkatkan layanan pengambilan sampah perkotaan dan perdesaan dan penambahan tempat pembuangan sampah sementara maupun pembuangan akhir. Meningkatkan layanan pengambilan sampah perkotaan dan perdesaan dan penambahan tempat pembuangan sampah sementara maupun pembuangan akhir. Meningkatkan layanan pengambilan sampah perkotaan dan perdesaan dan penambahan tempat pembuangan sampah sementara maupun pembuangan akhir. Merencanakan dan melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu dan berkelanjutan Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas PU/CK kab/kota, BLHD, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Melaksanakan pengelolaan sampah melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle) Bappeda, Dinas Kebersihan, PU/CK, BLHDkab/kota, Kelompok Masyarakat P P Memperkenalkan, sosialisasi dan percontohan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh Pemda Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh swasta dan masyarakat Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif pada tahap awal Bappeda, Dinas Kebersihan, PU/CK, BLHD kab/kota, Kelompok Masyarakat, swasta P P P P Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. Melarang membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya. Dinas Kebersihan, Dinas PU/CK/SDA, BLHD kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman147 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci ( 3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D 2.1 PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu Terbitnya Pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu, termasuk penetapan kelas air sungai Menyusun, merumuskan Pergub melalui Dewan sumber daya air prov. dan mensosialisasikan peruntukan air dari sumber air (termasuk klas air sungai), secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan merumuskan kembali, Pergub peruntukan air dari sumber air (termasuk klas air sungai), melalui Dewan sumber daya air. Menerapkan Pergub Mengkaji ulang dan merumuskan kembali Pergub peruntukan air dari sumber air (termasuk klas air sungai), melalui Dewan sumber daya air. Menerapkan Pergub Menyusun, merumuskan, menetapkan, mensosialisasikan dan menerapkan Pergub peruntukan air dari sumber air termasuk klas air sungai Dinas PU/SDA, Bappeda, BBWS, Dewan SDA prov, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan Terbitnya penetapan zona pemanfaatan sumber air dan terintegrasinya pada peta RTRW Prov. Banten Menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan Kabupaten /Kota Mengkaji ulang dan menetapkan kembali zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan kab/Kota Memantau pelaksanaan zona pemanfaatan air dan melakukan revisi jika diperlukan Mengkaji menetapkan zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov, kab/kota Dinas Tata Ruang, Tata Kota, PU/SDA Prov, BBWS, Kelompok masyarakat 2.2 PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan RKI, karena kurangnya tampungan air/ waduk Tercukupinya kebutuhan air irgasi desa dan air rumahtangga pedesaan Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Memanfaatkan panen air hujan/ tampungan lokal untuk kebutuhan setempat Dinas PU/SDA/CK Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Meningkatnya efisiensi penggunaan air RKI utk mengurangi kebutuhan air lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan pengambilan air baku RKI dan irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air Mengendalikan pengambilan air pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan air irigasi sesuia kebutuhan, serta melaksanakan penegakan hukum bagi pelanggarnya BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok Masyarakat P P P P Terlaksananya penyediaan lahan untuk program pembangunan waduk, saluran pembawa, dan prasarana sumber daya air lainnya melalui pembebasan lahan yang adil dan menguntungkan masyarakat yang terkena dampak Mengkaji kembali kebijakan Resettlement (dan ganti rugi, dalam rangka pembebasan lahan sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan setempat. Menerapkan hasil kajian untuk pembebasan lahan selanjutnya --- --- Melaksanakan pembebasan lahan untuk keperluan program pembangunan melalui resttlement dan ganti rugi kepada masyarakat terdampak, secara adil dan dapat bermanfaat untuk penghidupan selanjutnya Pemda, Bappeda, Dinas Sosial, Pertanian/ Perkebunan, PU/SDA, BPN Prov, Kab/Kota, Kemdagri, Ditjen SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Terbangunnya waduk dan tampungan air untuk penyediaan air irigasi, air baku RKI termasuk suplai air baku ke ibukota Jakarta Melaksanakan konstruksi bendungan Karian (2014-2017), melaksanakan perencanaan detail, pembebasan lahan untuk Saluran Pembawa Karian Serpong Conveyance System (2013-2014), membangun KSCS tahap I dan WTP (2015-2017) Melanjutkan pembangunan Bendungan Karian dan KSCS. Mengoperasikan Bendungan Karian (2018): air baku ke Tangerang & Jakarta 9,1 m3/det melalui KSCS, serta air baku dan irigasi ke Serang 5,5 m3/det melalui S.Ciberang Melaksanakan Operasi dan Pemeliharaan Bendungan Karian, serta saluran pembawa KSCS Menyimpan air pada waduk-waduk dan long storage untuk memenuhi penyedian air irigasi dan RKI wilayah 3 Ci, termasuk untuk pengembangan Pelabuhan Bojonegara dan suplai air baku ke ibukota Jakarta BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan pembebasan lahan lokasi genangan waduk Sindang Heula (2015-2016) Melaksanakan konstruksi bendungan Sindang Heula, saluran pembawa dan WTP (2018-2021) Mengoperasikan Bendungan Sindang Heula (2022): air baku Serang 0,8 m3/det, serta air irigasi Cibanten 0,8 m3/det P P Melaksanakan studi kelayakan Bendungan Pasirkopo (2015). Menyusun perencanaan detail Bendungan Pasirkopo (2016-2017), dan pembebasan lahan (2019-2020) Melaksanakan konstruksi (2021-2024) dan mengoperasikan Bendungan Pasirkopo (2025), manfaat air irigasi dan air baku 7 m3/det P P P Menyusun studi kelayakan dan perencanaan detail Long Storage Ciujung Lama (2013- 2015) Melaksanakan konstruksi termasuk WTP (2016-2017) dan mengoperasikan Long Storage Ciujung Lama (2018) Mengoperasikan Long Storage Ciujung Lama P P P P Menyusun perencanaan detail Bendung Karet Citawing (2013), serta melaksanakan pembangunannya (2015-2017) Melaksanakan pembangunan Bendung Karet Citawing termasuk WTP (2015- 2017). Mengoperasikan (2018) Mengoperasikan Bendung Karet Citawing P P P P Menyusun perencanaan detail peningkatan Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa Cidanau (2011-2013). Melaksanakan konstruksi peningkatan Bendungan Krenceng dan Sta.Pompa (2014-2015) Mengoperasikan Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa Cidanau dan pipa pembawa, secara berkelanjutan Mengoperasikan Bendungan Krenceng, Stasiun Pompa Cidanau dan pipa pembawa, secara berkelanjutan Menyimpan air pada waduk-waduk untuk memenuhi penyedian air RKI kota dan kawasan industri Cilegon PT.KTI, BBWS, Kelompok Masyarakat P P Menyusun studi kelayakan Bendungan Cidanau (2013-2014), dan Perencanaan Detail (2015) Menyusun perencanaan detail Bendungan Cidanau, dan pembebasan lahan (2016- 2018), serta konstruksi Bendungan Cidanau (2019) Melanjutkan pelaksanaan konstruksi, dan mengoperasikan Bendungan Cidanau (2022). Direncanakan tambahan debit 2 m3/det (total menjadi 4 m3/det) ke waduk Krenceng BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota, PT.KTI, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P 2) Antisipasi peningkatan jumlah penduduk, serta kegiatan industri dan ekonomi berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda penghubung antara P.Jawa dan P.Sumatera Terlaksananya penyediaan air irigasi dan air baku RKI, mendukung pemenuhan kebutuhan air sesuai pertumbuhan jumlah penduduk, kegiatan industri dan kegiatan ekonomi yang tinggi --- Melaksanakan studi kelayakan Bendungan Tanjung dan Cilawang (2018-2020) Menyusun perencanaan detail Bendungan Tanjung atau Cilawang, dan pembebasan lahan (2021-2025). Melaksanakan pembangunan Bendungan Tanjung atau Cilawang (2026-2030), manfaat 7 m3/det air irigasi dan air baku RKI Menyediakan air irigasi dan air baku RKI untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk, kegiatan industri dan kegiatan ekonomi yang tinggi berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda, serta mendukung kebutuhan air baku Jakarta Barat BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab./kota, PT.KTI, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Perlu tambahan penyediaan pasokan air baku ke Jakarta dari arah barat. Saat ini terdapat air bersih 3 m3/det dari S.Cisadane ke Jakarta Penyediaan tambahan suplai air baku/ air bersih ke Jakarta Melaksanakan pembangunan Karian Serpong Conveyance System (KSCS) tahap I, serta Water Treatment Plan, debit rencana air bersih ke Jakarta 3,2 m3/det Mengoperasikan KSCS tahap I setelah bendungan Karian terbangun, debit 3,2 m3/det ke Jakarta Merencanakan dan membangun KSCS tahap II setelah bendungan Pasirkopo/ Tanjung/ Cilawang terbangun Menyediakan pasokan air ibukota Jakarta dengan membangun waduk- waduk di S.Ciujung dan S.Cidurian BBWS, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Banten, Kelompok Masyarakat P P P 4) Keterbatasan layanan PDAM Kab./Kota Meningkatnya cakupan layanan PAM Kab./Kota sesuai target MDG's Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi (50% jml penduduk) Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi (60% jml penduduk) Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi (70% jml penduduk) Meningkatkan jumlah sambungan rumah tangga mencapai 70% jml penduduk PDAM Prov/Kab/Kota, Dinas PU/CK Kab.Kota, Kelompok Masyarakat No. Kebijakan operasional Jangka Panjang (2011-2030) Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait iii + ii + i Jangka Pendek (2011-2015) Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) Permasalahan Berdasarkan Analisis
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman148 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 1 2 3 4 A B C D 2.3 PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Terganggunya fungsi irigasi karena adanya pengambilan air baku RKI di saluran induk irigasi Pamarayan Barat & Timur, Cidurian, sehingga terjadi konflik Terwujudnya harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di saluaran Induk Pamarayan Barat dan Timur, Cidurian Mereview dan menyepakati alokasi air melalui Komisi Irigasi, serta melaksanakan alokasi air pada Saluran Induk Pamarayan Barat dan Timur, Cidurian, sesuai kesepakatan Melaksanakan alokasi air pada Saluran Induk Pamarayan Barat dan Timur, Cidurian, sesuai kesepakatan Melaksanakan pemisahan saluran pembawa air baku dari saluran induk irigasi Pamarayan Barat, Timur, dan Cidurian Melaksanakan alokasi air baku RKI dan air irigasi sesuai kebutuhan, untuk jangka panjang melakukan pemisahan fungsi saluran Irigasi dan saluran air baku RKI P P P P 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Pusat di wilayah 6 Ci, 31.592 ha (DI.Cidurian, DI.Ciujung), terutama yang rusak berat Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian, DI Ciujung), serta menambah bangunan/ alat pengukur debit, seluas 30% area Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian, DI.Ciujung), serta menambah bangunan/ alat pengukur debit, seluas 30% area, kumulatif 60% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi (DI Cidurian, DI.Ciujung), serta menambah bangunan/ alat pengukur debit, seluas 40% area, kumulatif 100% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi mencapai 100% Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Provinsi dan Kab/Kota, terutama irigasi teknis dan semi teknis Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi kewenangan Provinsi, Kab/Kota, seluas 30% area Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi kewenangan Provinsi, Kab/Kota, seluas 30% area. Kumulatif 60% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi kewenangan Provinsi, Kab/Kota, seluas 40% area. Kumulatif 100% P P P P Mendukung pengembangan irigasi Prov.Banten bagian selatan, dengan melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat 9.711 ha (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung) Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 30% area Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 30% area, kumulatif 60% Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan DI kewenangan Pusat (DI.Ciliman dan DI.Cibaliung), seluas 40% area, kumulatif 100% P P P P 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan Terlaksananya OP prasarana sungai sesuai standar Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat Pelayanan 50%) Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat Pelayanan 75%) Melaksanaan OP prasarana sungai (Tingkat Pelayanan 100%) Melaksanaan OP prasarana sungai untuk mempertahahan tingkat layanan P P P Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya, kumulatif (100%) Melaksanakan OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya secara berkelanjutan Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual P P P Meningkatnya efisiensi air irigasi lihat (5.5) Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Swasta, butir 3 P P P 4) Belum adanya SOP tampungan/ situ di Wilayah Cidanau-Ciujung- Cidurian Tersedianya SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Melaksanakan kajian SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (2011- 2013) memformulasikan dan mengujicoba (2014-2015) Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian (2016-2020) Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau- Ciujung-Cidurian (2021-2030) Menyiapkan SOP tampungan/situ di Wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian P P P P 5) Belum mutakhirnya SOP waduk Krenceng Mutakhirnya SOP waduk Krenceng sesuai peraturan, PP 37 tahun 2010 tentang Bendungan Melaksanakan kaji ulang (2012-2013) SOP waduk Krenceng dan legalisasi (2014) Melaksanakan SOP di waduk Krenceng secara berkelanjutan Melaksanakan SOP di waduk Krenceng secara berkelanjutan Memutakhirkan SOP waduk Krenceng P P P P 6) Belum tersusunnya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh DI 3 Ci (2011-2013) dan menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI (2013-2014). Melegalisasi AKNOP Irigasi (2015) Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah 3 Ci (2016-2020) pada total area 50% Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah 3 Ci (2016-2020) pada total area menjadi 100% Mereview AKNOP Saluran Irigasi dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan bangunan (rp/ha), serta bangunan utama P P P P 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan dalam rangka aset manajemen irigasi (25% area) Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan dalam rangka aset manajemen irigasi (25% area, kumulatif 50%) Melaksanakan inventarisasi kondisi jaringan dalam rangka aset manajemen irigasi (50% area, kumulatif 100%) Menyusun prioritas OP dan rehab jaringan dengan berdasarkan PAI. P P P P 8) Kurangnya pembinaan masyarakat petani dalam pelaksanaan irigasi partisipatif Terlaksananya irigasi partisipatif dan peningkatan kemampuan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier (30% area) dan pembinaan perannya dalam irigasi partisipatif Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier (60% area, kumulatif 60%) dan pembinaan perannya dalam irigasi partisipatif Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tingkat tersier (40% area, kumulatif 100%) dan pembinaan perannya dalam irigasi partisipatif Memberdayakan petani/ P3A dalam pengelolan jaringan irigasi tingkat tersier dan perannya dalam irigasi partisipatif P P 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) Meningkatnya IP mencapai 280% pada 2030, seiring dengan pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan efisiensi dan penambahan penyediaan air irigasi Peningkatan IP dari 210% ke 250% Peningkatan IP dari 250% ke 265% Peningkatan IP dari 265% ke 280% Menaikkan IP dg pemberdayaan petani (dari 210% ke 280%), seiring dengan pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi, peningkatan efisiensi dan peningkatan penyediaan air irigasi P P P P 10) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat di pantai utara telah menurun. Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat, seluas 10.243 ha Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (25% area) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (50% area, kumulatif 75%) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (25% area. Kumulatif 100%) Merehabilitasi jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat. iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman149 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 1 2 3 4 A B C D 2.4 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air Terlaksananya pengembangan potensi tenaga air Melaksanakan inventarisasi potensi dan perencanaan pemanfaatan tenaga air (2011- 2013), melaksanakan konstruksi mini-mikro hydro power (2014-2015 = 30%) Melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik di bendungan Karian dan mini-mikro hydropower 30% , kumulatif = 60% Membangun pembangkit tenaga listrik pada bendungan-bendungan dan mini- mikro hydropower 40%, kumulatif = 100% Membangun pembangkit listrik tenaga air pada bendungan dan pengembangan potensi mini dan mikro hydropower ESDM, PLN, BBWS, Dinas PU/ SDA prov, Kelompok Masyarakat P P 2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi Terlaksananya pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi, khususnya untuk air industri di kawasan perkotaan dan pantai utara Melakukan kajian pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi dan mendorong peran industri/ swasta untuk menerapkannya Mendorong pelaksanaan pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh industri/ swasta, dengan pemberian insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh industri/ swasta, terutama di perkotaan dan pantai utara Mendorong pengembangan penerapan teknologi ultra filtrasi dan desalinasi oleh industri/swasta, dengan pemberian insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah Pemda kab/kota Tanggerang, Serang, Cilegon, PDAM, industri/ swasta, Kelompok Masyarakat 2.5 PENGUSAHAAN P P P P 1) Masih terbatasnya pengusahaan air oleh swasta di wilayah 3Ci Terlaksananya pengembangan pengusahaan air oleh swasta, contoh PT.KTI, air kemasan Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI, terutama dengan air baku dari Waduk Karian, serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI, terutama dengan air baku dari Waduk Karian, serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pelayanan air bersih untuk RKI, dari sumber air lainnya, serta meningkatkan kapasitas layanan PDAM Mendorong pihak swasta untuk mengembangkan pengusahaan air baik untuk air bersih maupun tenaga air Pemda prov.Banten, BKPMD, Dinas Perdagangan, Perindustrian, PU/SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pengembangan pembangkit tenaga listrik mini hidro Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pengembangan pembangkit tenaga listrik mini hidro Mendorong pihak swasta untuk investasi dalam pengembangan pembangkit tenaga listrik mini hidro iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman150 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D 3.1 PENCEGAHAN BENCANA P P P P 1) Belum adanya Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan Cidurian Terlaksananya master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan Cidurian Menyusun master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir rencana untuk kawasan: pertanian Q5, perkotaan Q25 Melaksanakan program-program prioritas pada master plan sistem pengendalian banjir pada S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir rencana kawasan pertanian Q5, kawasan perkotaan sementara dengan Q10 Melaksanakan program berikutnya, dan OP pada sistem pengendalian banjir pada S.Ciujung dan Cidurian, dengan banjir rencana kawasan pertanian Q5, perkotaan ditingkatkan Q25 Mengurangi korban/ kerugian akibat banjir dan mengurangi frekuensi kejadian banjir dengan banjir rencana untuk kawasan: pertanian Q5, perkotaan Q25 BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Menurunnya fungsi tanggul banjir di sungai Ciujung dan Cidurian Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir pada sungai Ciujung dan Cidurian Melaksanakan perencanaan detail dan pelaksanaan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir secara bertahap Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan tanggul banjir secara berkelanjutan Memelihara fungsi tanggul banjir secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P 3) Tercapainya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase mampu menyalurkan banjir dengan debit tertentu Melaksanakan perencanaan normalisasi sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, dan melaksanakannya secara bertahap (15%) Melaksanakan normalisasi sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, secara bertahap (25%), kumulatif (40%) Melaksanakan normalisasi sungai Ciujung dan Cidurian dengan Q25, secara bertahap (60%), kumulatif (100%) Meningkatkan kapasitas aliran sungaai dan jaringan drainase untuk aliran Q25 BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan Drainase 25% Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan Drainasi 25%, kumulatif (50%) Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan Drainasi 50%, kumulatif (100%) Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi saluran drainasi secara berkelanjutan P P P Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainasi secara berkelanjutan P P P P 4) Penggunaan daerah retensi/ dataran banjir dan rawan banjir untuk pemukiman dan tempat usaha selain pertanian Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan di daerah retensi Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air Relokasi penduduk Menerbitkan penetapan daerah retensi dan perda mengenai daerah retensi termasuk larangan membangun BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat P P P Terciptanya solusi dan terlaksananya ketetapan upaya bagi kawasan retensi yang telah terbangun Merencanakan solusi dan menerapkan pengaturan bagi kawasan retensi yang telah terbangun Merencanakan solusi dan menerapkan pengaturan bagi kawasan retensi yang telah terbangun __ Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P Terwujudnya peta rawan banjir, serta meningkatnya pemahaman masyarakat tentang risiko di daerah rawan banjir Menyusun peta rawan banjir, mensosialisasikannya kepada masyarakat, disertai penjelasan tentang risiko yang dihadapi. Menyusun Perda yang membatasi pembangunan di daerah rawan banjir Mensosialisasikan risiko daerah rawan banjir. Membatasi pembangunan di daerah rawan banjir Mensosialisasikan risiko daerah rawan banjir. Membatasi pembangunan di daerah rawan banjir Mensosialisasikan resiko daerah rawan banjir. Membatasi pembangunan di daerah rawan banjir BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Kurang teridentifikasinya potensi daerah retensi Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian Mengidentifikasi potensi daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (2011- 2013) dan membuat perencanaan daerah retensi (2014-2015) Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan dan pembangunan daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (30% area) Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan dan pembangunan daerah retensi di wilayah Cidanau-Ciujung-Cidurian (70% area), kumulatif menjadi 100% Mengidentifikasi potensi, merencanakan dan membuat daerah/kolam retensi Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P P P 6) Penggunaan bantaran sungai untuk pemukiman dan tempat usaha Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan, timbunan material galian (pasir, kerikil) dan tanaman keras yang menghambat arus banjir Menerbitkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas, serta sosialisasi Perda Menerapkan perda sempadan sungai dan melaksanakan pengawasannya Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum Menertibkan sempadan sungai dan mencegah terhadap penggunaan yang dapat menghambat aliran banjir, diserati pemasangan patok batas yang jelas BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, kelompok masyarakat P P P Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai secara berkelanjutan Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat P P P P 7) Pembuangan sampah ke saluran drainasi dan alur sungai menghambat aliran, mengakibatkan banjir Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat secara berkelanjutan untuk tidak membuang sampah ke sungai Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat secara berkelanjutan untuk tidak membuang sampah ke sungai Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, serta pemberian sanksi bagi pelanggar Melaksanakan penyadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 8) Belum adanya Perda pembatasan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan Terbitnya Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan Menyusun Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan, serta sosialisasi kepada para pengembang dan masyarakat Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan Membatasi KDB dan pembuatan kolam detensi pada pembangunan komplek perumahan untuk mengurangi aliran permukaan akibat hujan Dinas PU/SDA, BBWS, DPRD, Badan Perijinan, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat P P P P 9) Belum tersedia peta jalur dan tempat evakuasi bencana banjir Tersedianya peta jalur evakuasi dan tempat pengungsian Merencanakan dan menetapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat pengungsian __ Menetapkan lokasi pengungsian oleh Pemda BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, kelompok masyarakat/swasta P P 10) Belum terpasangnya sistem peringatan dini banjir pada sungai utama Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai utama Merencanakan pengembangan dan pemasangan sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan pemasangan dan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BMKG, kelompok masyarakat/swasta P P 11) Kurangnya tertatanya (sistem dan kapasitas drainase mikro) di perkotaan menyebabkan genangan di jalan Terwujudnya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di perkotaan Melaksanakan perencanaan sistem drainase dan kapasitasnya di perkotaan (2011-2013), melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan (2014-2015) Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan secara berkelanjutan Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan secara berkelanjutan Menata dan membangun sistem jaringan drainasi mikro perkotaan yang terhubung dengan sistem drainasi utama/ sungai BBWS, Dinas PU/ SDA/CK Provinsi, Kab./Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P 12) Meningkatnya ancaman luapan air pasang laut Teratasinya ancaman luapan air pasang laut Merencanakan dan membangun tanggul laut untuk melindungi water front city / kota Banten Lama Memelihara tanggul laut untuk melindungi water front city/ kota Banten Lama Memelihara tanggul laut untuk melindungi water front city/ kota Banten Lama, serta melakukan rehabilitasi jika diperlukan Melindungi water front city/ kota Banten Lama dari ancaman pasang air laut Dinas PU/SDA provinsi, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 13) Adanya pembangunan struktur pantai yang tidak berijin, dan menyebabkan terjadinya erosi pantai di lokasi sekitarnya Stabilnya garis pantai, terlindungi terhadap erosi akibat gangguan oleh bangunan/ struktur di pantai Menyusun, menetapkan dan memasyarakatkan Perda tentang aturan pembangunan struktur di pantai dan kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS Memasyarakatkan, melaksanakan dan mengawasi Perda tentang aturan pembangunan struktur di pantai dan kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS, serta menerapkan sanksi bagi pelanggarnya Memasyarakatkan, melaksanakan dan mengawasi Perda tentang aturan pembangunan struktur di pantai dan kewajiban menyusun AMDAL/ KLHS, serta menerapkan sanksi bagi pelanggarnya Mensyaratkan adanya Amdal/ KLHS dalam pembangunan struktur pantai, untuk mencegah kerusakan pantai BLHD, Dinas PU-SDA Provinsi, Kab./Kota, BBWS, BPSDA, kelompok masyarakat Berkurangnya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase (penyempitan sungai, pendangkalan alur, serta hambatan oleh bangunan sumber daya air) No. Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman151 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D P P P P 14) Belum tersosialisasinya peta jalur evakuasi dan lokasi pengungsian bencana tsunami akibat aktivitas G. Krakatau Melaksanakan review dan penetapan peta jalur dan tempat evakuasi bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, serta sosialisasi ke masyarakat tentang jalur evakuasi Membangun jalur evakuasi dan penyiapan lokasi pengungsian bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi ke masyarakat dan pemasangan papan petunjuk Memelihara jalur evakuasi dan lokasi pengungsian bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi berkala ke masyarakat dan pemeliharaan papan petunjuk Mengantisipasi bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau, disertai sosialisasi ke masyarakat tentang jalur evakuasi Dinas Sosial, PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Pendidikan kepada masyarakat terkena dampak tentang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Sosialisasi berkala tentang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Sosialisasi berkala tentang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Pendidikan kepada masyarakat dan sosialisasi berkala tettang tindak darurat terhadap bahaya tsunami Dinas Sosial, Kominfo kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P 15) Berkurangnya kerugian akibat longsoran Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota Melaksanakan sosialisasi peta rawan longsor __ Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota BBWS, PJT II, Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor BBWS, Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Dinas P2B, Dinas Taru, Kelompok Masyarakat P P Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis). Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis) Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis) Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif & sipil teknis) BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat P P P 16) Kekurangan air irigasi pada DI Ciujung dan Cidurian Tercukupinya kebutuhan air irigasi Membina petani tentang budidaya padi sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan tentang pola tanam, secara berkelanjurtan Membina petani tentang budidaya padi sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan tentang pola tanam, secara berkelanjurtan Membina petani tentang budidaya padi sistem SRI, dan himbauan untuk mentaati peraturan tentang pola tanam, secara berkelanjurtan Mengurangi kebutuhan air irigasi dengan cara budidaya sistem SRI, serta mematuhi pola tanam Dinas Petanian, PU/SDA Prov, Dinas TanHutBun, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat 3.2 PENANGGUL- ANGAN P P P P 1) Meluapnya air sungai Cidurian atau Ciujung menggenangi daerah sekitarnya Teratasinya luapan air sungai Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Meminimalisasi luapan air banjir yang menggenangi daerah sekitarnya P P P P Melaksanakan pemantapan organisasi, penyediaan peralatan dan pelatihan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir Melaksanakan penyiagaan peralatan dan pelatihan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan penyiagaan peralatan dan pelatihan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir secara berkelanjutan Meningktakan kesiagaan peralatan dan SDM dalam rangka tanggap darurat banjir di daerah rawan banjir P P P P Terlaksananya evakuasi korban pada saat kejadian banjir Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan Mengantisipasi penanggulangan darurat berupa evakuasi korban dan dana operasionalnya BBWS, Dinas PU prov/kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, kelompok masyarakat 3.3 PEMULIHAN AKIBAT BENCANA P P P P 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi rumah masyarakat yang menjadi korban setelah terjadinya bencana banjir dan longsor Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Memulihkan kondisi rumah korban pasca bencana dengan penyedian cadangan dana dari pemerintah, dan swasta serta melibatkan masyarakat Dinas PU/Permukiman, BBWS, Dinas PU/CK kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Swasta, kelompok masyarakat P P P 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir dan longsor Terwujudnya perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak, memulihkan fungsinya Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor Memulihkan kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air pasca banjir dan longsor BBWS, Dinas PU/SDA Prov.,kab/kota, swasta, kelompok masyarakat P P P 3) Belum maksimalnya penyediaan dana untuk pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setelah terjadinya bencana banjir dan longsor Tersedianya dana yang memadai untuk pemulihan kondisi dan fungsi prasarana dan sarana umum Menyediakan cadangan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan peran masyarakat dan swasta Menyediakan cadangan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan peran masyarakat dan swasta Menyediakan cadangan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan peran masyarakat dan swasta Memulihkan kondisi prasarana dan sarana umum pasca bencana dengan penyedian dana dari pemerintah serta melibatkan peran masyarakat dan swasta Dinas PU/Bina Marga, Bappeda Prov.,kab/kota, kelompok masyarakat BBWS, Dinas PU Prov/kab/kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), PMI, kelompok masyarakat iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i Pemahaman masyarakat tentang peta jalur evakuasi dan lokasi pengungsian, serta tindak darurat manakala ada ancaman bencana tsunami akibat aktivitas G.Krakatau No. Terjadinya kerugian akibat bencana longsor di beberapa tempat Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman152 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D P P P P 1) Kurang handalnya database sumber daya air (Hidrologi, Hidrogeologi & Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya air, Prasarana sumber daya air, Teknologi sumber daya air, Lingkungan pada sumber daya air, Kegiatan SoSekBud) Terwujudnya database sumber daya air yang lengkap dan terpercaya Mengevaluasi tingkat kehandalan data saat ini. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan penyajian data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan Meningkatkan kualitas data dan tingkat kehandalan database sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum memadainya SDM yang menangani SISDA Tersedianya SDM yang menangani SISDA secara memadai Melaksanakan pengadaan pegawai dan meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan Mengembangkan SDM secara berkelanjutan Mengembangkan SDM secara berkelanjutan Menyediakan SDM yang profesional untuk menangani SISDA Ditjen SDA, Biro Kepeg & Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P 3) Belum lengkapnya peralatan (perangkat keras dan lunak) untuk yang menunjang SISDA Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu Menginventarisasi peralatan, mengevaluasi jaringan, melaksanakan rasionalisasi peralatan dan pengadaan peralatan baru untuk menunjang SISDA terpadu Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan Melaksanakan evaluasi, rasionalisasi, penyediaan, operasi dan pemeliharaan peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 4) Belum tersedianya dana yang memadai untuk melaksanakan SISDA terpadu Terwujudnya komitmen penyediaan dana untuk SISDA terpadu Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, perbaikan peralatan dan peningkatan SDM Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan Menyediakan dana SISDA terpadu yang memadai Bappenas, Ditjen SDA, BBWS, Bappeda prov., Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Belum adanya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Menyediakan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Menerbitkan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., dan instansi lain sesuai kebutuhan, Kelompok Masyarakat P P P 6) Belum adanya unit SISDA yang mengintegrasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi- instansi terkait Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Mengintegrasikan data SISDA yang mudah diakses secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Ditjen SDA, Bappeda prov.kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P Menyeragamkan peta dasar dan data spatial, antar berbagai instansi terkait Menyeragamkan peta dasar dan data spatial, antar berbagai instansi terkait Menyeragamkan peta dasar dan data spatial, antar berbagai instansi terkait No. Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman153 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D 5.1 LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas antar unit pengelola sumber daya air, al.: kewenangan terhadap situ, anak sungai Terbitnya peraturan, pedoman atau MOU antar unit/ instansi tentang pembagian perannya dalam pengelola sumber daya air Menyusun, membahas dan menyepakati pembagian peran dan wewenang antar institusi terkait bidang sumber daya air dalam bentuk pedoman, atau MOU kerjasama pengelolaan antar instansi Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menerbitkan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama antar instansi dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya, sesuai dengan kompetensinya Menambah jumlah pegawai sesuai analisis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) Menambah jumlah pegawai sesuai analisis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) Menjaga kesesuaian antara jumlah yang purna tugas dengan pengadaan pegawai baru sesuai analisis beban kerja Memenuhi kebutuhan jumlah dan kapasitas pegawai sesuai analisis beban kerja Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%) Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%), kumulatif 100% Menjaga kesesusaian penempatan pegawai sesuai kompetensinya Memperbaiki pelaksanaan menejemen kepegawaian Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota P P P P 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air Menyusun dan menetapkan pedoman menajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menajemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menajemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menyusun, menetapkan dan menerapkan pedoman manajemen asset dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA 5.2 PENDANAAN P P P 1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu Terwujudnya keterpaduan dalam penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air Membangun komitmen di antara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Membangun komitmen di antara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Membangun komitmen di antara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci, BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota P P P 2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah layanan PJT Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Melakukan kajian dan penetapan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Mengkaji, menetapkan dan menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU P P Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air sebagai pemungut jasa pengelolaan sumber daya air Melakukan kajian, pembahasan dan penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air Mengoperasikan, memantau dan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi operasional BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menetapkan BLU Pengelolaan sumber daya air dan memantau operasionalnya secara berkelanjutan Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU 5.3 PENGATURAN PENGELOAAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam Terkendalinya pengambilan air tanah dalam Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur pengambilan air tanah dalam, dan membangun sumur pantau pada lokasi yang rawan Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Melaksanakan inventarisasi, dan memantau pengambilan air tanah dalam sesuai ijin yang telah diberikan BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri P P P P 2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan Meningkatnya kesadaran masyarakat/ swasta dalam pengambilan air tanah dalam Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang pengambilan air tanah dalam BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS P P P 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Menyusun dan menerbitkan dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Melaksanakan pendelegasian perizinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Men. PU kapada Gubernur Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., BBWS, BPSDA P P P 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan pasokan air antar wilayah (S. Ciujung/ S.Cidurian ke Jakarta) Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai suplai air antar wilayah provinsi Menetapkan kebijakan tentang pasokan air antar wilayah Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang pasokan air antar wilayah secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang pasokan air antar wilayah secara berkelanjutan Menetapkan kebijakan tentang suplai air antar wilayah provinsi Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta 5.4 P P P P 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Membentuk, mengaktifkan dan memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota & BBWS, BPSDA P P P 2) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Meningkatkan Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian Kabupaten P P P P 3) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci Mengaktifkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 3Ci secara berkelanjutan Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 3Ci secara berkelanjutan Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 3Ci secara berkelanjutan Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 3Ci Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek. Dewan SDA Prov. P P P 4) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota Terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota P P P P 5) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) Optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci & 1 Ci) BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci, Dinas PU DKI P P P 6) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di wilayah 3Ci Peningkatan kinerja forum komunikasi DAS Membentuk forum komunikasi DAS dan mengaktifkan forum yang sudah ada Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi konservasi Membentuk dan mengaktifkan forum DAS BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota, Bappeda, BBWS P P P 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana akibat daya rusak air Optimalnya koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir, bencana akibat daya rusak air lainnya, dan pemulihan prasarana yang rusak oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir dan bencana akibat daya rusak air lainnya (termasuk tanah longsor) Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir dan bencana akibat daya rusak air lainnya (termasuk tanah longsor) Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir dan bencana akibat daya rusak air lainnya (termasuk tanah longsor) Meningkatkanerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan akibat daya rusak air Bappeda prov, Dinas PU DKI, BBWS, BPPD, Kecamatan, Kelurahan, kelompok masyarakat FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR No. Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman154 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D 5.5 P P P P 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sumber daya air Meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan pembinaan masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran dalam pengelolan sumber daya air TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas PU/SDA, pemuka agama, tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat P P P P Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (30% area) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (20% area, total menjadi 50%) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (50% area, total menjadi 100%) Meningkatkan pembinaan kesadaran dan kemampuan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier P P P Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air (mata air, situ, waduk, sungai), sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air, melalui pembinaan dan pendampingan Bapedda, Dinas Sosial, Dinas TanHutBun Kab../Kota, Kelompok Masyarakat, Swasta P P P Terwujudnya insentif kepada kelompok masyarakat yang telah mulai menyelenggarakan kegiatan secara swadaya Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaan sumber daya air secara swadaya Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaan sumber daya air secara swadaya Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaan sumber daya air secara swadaya Melaksanakan prinsip insentif dan desinsentif dalam pemberdayaan masyarakat P P P P 2) Lunturnya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air Terlindungnya/ terjaganya budaya/ tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air Melakukan inventarisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan dan pemberdayaan dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut, secara berkelanjutan Melakukan inventarisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan dan pemberdayaan dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut, secara berkelanjutan Melakukan inventarisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya/ tradisi menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan dan pemberdayaan dalam melestarikan budaya/ tradisi tersebut, secara berkelanjutan Melaksanakan bimbingan dan pemberdayaan masyarakat untuk melestarikan budaya/ tradisi setempat dalam menjaga kelestarian hutan, lingkungan dan sumber daya air Dinas Sosial, Kehutanan, Pertanian, BPLHD Kab/Kota, Prov., Dinas Pu/SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta bimbingan tentang hemat air irigasi, efisiensi menjadi 58% Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta bimbingan tentang hemat air irigasi, efisiensi menjadi 61% Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta bimbingan tentang hemat air irigasi, efisiensi menjadi 65% Meningkatkan pmbinaan petani utk hemat air irigasi. Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, IP3A/GP3A/P3A, petani P P P Terlaksananya pembinaan petani berhemat air irigasi dengan sistem SRI atau metoda lainnya Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI atau metoda lainnya secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI atau metoda lainnya secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI atau metoda lainnya secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan hemat air melalui demplot sistem SRI atau metoda lainnya Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani P P P Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area) Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area), kumulatif (10%) Membina petani melaksanakan sistem SRI (10% area), kumulatif (20%) P P P P Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan edukasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan rumah tangga dan perkotaan Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok masyarakat perkotaan P P P Terlaksananya penerapan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle Melaksanakan sosialisasi hemat air industri melalui 3R Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat Industri P P Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi desalinisasi air laut atau ultra filtrasi, untuk industri Lihat (2.4) Pengembangan sumber daya air butir 2 P P P 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengendalian sampah di saluran, sungai Lihat (1.3) Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran butir 6 P P P 6) Terlaksananya peningkatan pengembangan dan penerapan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR dan IJL untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Meningkatkan peran swasta dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan melalui dana CSR dan IJL Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat, Kadinda P P P Terlaksananya peningkatan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan, termasuk MCK, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan penggunaan MCK Dinas CK, Dinas PerKim prov., kab/kota, BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, BPSDA, swasta dan kelompok masyarakat P P P P 7) Masih terbatasnya peran serta perempuan dalam kegiatan masyarakat di bidang pengelolaan sumber daya air, pertanian dan keterlibatan dalam organisasi kelompok masyarakat Terlaksananya peningkatan peran serta perempuan dalam bidang pengelolaan sumber daya air, pertanian dan keterlibatan dalam organisasi kelompok masyarakat Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, termasuk kegiatan konservasi sumber daya air (a.l penanaman pohon, mencegah pencemaran air, MCK, pengelolaan sampah), pendaya-g Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan, termasuk kegiatan konservasi sumber daya air, pendaya- gunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air, penyebar-luasan informasi, s Dinas Sosial Prop/Kab/Kota, Badan Pemberdayaan Masyarakat Prov/Kab/Kota, Bappeda Prop/Kab/Kota, Dinas Pertanian Prop/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Pembayaran Jasa Lingkungan (IJL), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i No. Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman155 Tabel 4.1. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (3 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 PENATAAN RUANG 1 2 3 4 A B C D P P P P 1) Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang Dinas Tata Ruang, PU/CK/SDA, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan P P P Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Dinas Tata Ruang , Tata Kota, PU/CK/SDA, Bappeda Prov/Kab/Kota , BBWS, PPNS, Polisi, Kelompok Masyarakat P P P Menetapkan zonasi pemanfaatan sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota Mengendalikan pembangunan sesuai RTRW, dengan pengendalian perijinan Dinas Tata Ruang, PU/PSDA, Bappeda, Badan Perijinan tk Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Menetapkan zona daerah rawan bencana tsunami, rawan banjir, rawan longsor, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota P P P P Menetapkan kawasan yang harus diproteksi dari pembangunan perumahan/ perkotaan, antara lain lokasi calon genangan waduk/ tampungan air, kawasan retensi banjir, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota, serta melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahannya P P P P Mencantumkan struktur bangunan utama sumber daya air dalam RDTR Kab/Kota P P P Mencantumkan kawasan rehabilitasi hutan dan lahan sesuai RTkRHL dalam RTRW Kab/Kota P P P Terwujudnya insentif dan disinsentif terhadap kondisi pengelolaan lahan yang berbeda (tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Menyusun Perda, mensosialisasikan dan menerapkan insentif dan disinsentif (tarif PBB yang berbeda untuk tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Menerapkan insentive dan disinsentive, pembedaan tarif PBB (tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Dispenda, Dinas Pertanian, Perkebunan, BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) Terlaksananya UU 41/2009 ttg Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PP 1 tahun 2011 Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan berkelanjutan (2011-2013) Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan Dinas Pertanian, PU/SDA, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (2011-2013) P P P Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin lokasi dan IMB Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, secara berkelanjutan Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, secara berkelanjutan Mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan, melalui pengendalian perijinan bangunan Badan Perijinan, Dinas Pertanian, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat P P P Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan (2014-2015) Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Penegakan hulum pelaksanaan UU 41/2009 Badan Perijinan, Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, PPNS, Polisi, BBWS, Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat P 3) Antisipasi rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda Terlaksananya pembangunan permukiman, perkotaan, kawasan industri, dengan tetap melindungi zona konservasi sumber daya air, daerah resapan air, dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan --- Mereview RTRW Prov, Kab/Kota berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda, dengan tetap memperhatikan perlindungan zona konservasi sumber daya air, daerah resapan air, dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum terhadap penerapan RTRW Mendukung pembangunan wilayah berkaitan dengan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda dengan tetap melindungi zona konservasi sumber daya air, daerah resapan air, dan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan Dinas Tata Ruang, PU/CK/SDA, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat No. Jangka Menengah (2011-2020) Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Sasaran/Target yang diinginkan STRATEGI i ii + i iii + ii + i Permasalahan Berdasarkan Analisis Lembaga/Instansi/Kelompok Masyarakat/Dunia Usaha Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Mensosialisasikan, memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan Per-UU- an tentang penataan ruang dan RTRW Prov, Kab/Kota Terlaksananya UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP 26 Thn 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan Membatasi peruntukan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, building code, melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan yang terkena genangan, melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW Terlaksananya UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Membatasi peruntukan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, building code, melaksanakan yang terkena genagan, kepemilikan lahan melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman156 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.1 PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu Terlaksananya konservasi DAS sangat kritis ( 802 ha) dan kritis (17.219 ha) pada wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013, melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 40% dan lahan kritis 25% area (2014-2015) * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 60% area, kumulatif menjadi 100%, dan lahan kritis 50% area, kumulatif menjadi 75%. Serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 50% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi Melaksanakan rekomendasi RTkRHL di kawasan prioritas DAS sangat Kritis dan kritis di hulu waduk/rencana waduk (18.021 ha) Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt P P P 2) Berkurangnya fungsi kawasan hutan dan non hutan DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah Ciliwung - Cisadane Terlaksananya konservasi DAS agak kritis (81.407 ha) pada wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan agak kritis pada DAS di wilayah wilayah Ciliwung - Cisadane, dan melaksanakan RTkRHL 20% area * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 50% area, kumulatif menjadi 70%. Serta memantau danmempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 30% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan agak kritis pada DAS di wilayah wilayah Ciliwung - Cisadane Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt P P 3) Terancamnya kawasan hutan dan non hutan DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung - Cisadane (244.504 ha) Terlaksananya konservasi DAS potensial Kritis pada wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu (244.504 ha) Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Ciliwung - Cisadane Hulu dan melaksanakan RTkRHL 25% area * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 40% area, kumulatif menjadi 65%,serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 35% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi Mengajak masyarakat memperbaiki DAS potensial kritis menjadi tidak kritis (244.504 ha) Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane (25%) Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane (25%), kumulatif 50% Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane (50%), kumulatif 100% Melaksanakan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat P P P 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane Terwujudnya perlindungan yang optimal alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan melaksanakan (2014-2015 = 10%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif = 35%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif = 100%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan perlindungan alur dan tebing sungai yang optimal BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat * Melakukan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi- lokasi sungai Cisadane * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Cisadane dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Cisadane dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan * Melaksanakan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi- lokasi sungai Cisadane Dinas ESDM, BPLHD, Bappeda, BBWS dan Dinas PU/PSDA, Kelompok Masyarakat P P P 6) Budi daya pertanian di kawasan non hutan yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis Terlaksananya PerMenTan No. 47/2006 tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No. 47/2006, melaksanakan pelatihan dan melaksanakan gerakan budidaya pertanian di lahan pegunungan melalui pendekatan sekolah lapang, (10% area) Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap II (40% area), kumulatif (50% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. Menerapkan PerMenTan No. 47/2006 tahap III (50% area), kumulatif (100% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya Menyelenggarakan budidaya pertanian lahan pegunungan yang sesuai dengan kaidah konservasi berpedoman kepada PerMenTan No. 47/2006 Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Dinas Pertanian Prov., PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P Terlaksananya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, contoh kopi Melaksanakan percontohan dan pendampingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, disertai pemberdayaan pananaman sistem tumpangsari untuk pendapatan sehari-hari, target 15% area Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 25%, kumulatif 40% Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tanaman jangka panjang, mulai dari pratanam sampai pasca tanam, disertai penanaman secara tumpang sari secara berkelanjutan, target 60%, kumulatif 100% Membimbing masyarakat di kawasan berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi, dan memberdayakan agar tetap mendapat penghasilan untuk kehidupan hariannya Dinas TanHutBun, Kab/Kota terkait, Dinas Pertanian Prov., Kelompok Masyarakat P P 7) Belum adanya insentif dan dis- intensif pada lahan terlantar dan lahan produktif Terwujudnya insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Menyusun Perda, mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Dispenda, Dinas TanHutBun Kab/Kota, BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 8) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai *Terlindunginya kawasan muara dan pantai * Menyusun perencanaan bangunan pengamanan muara dan erosi pantai, dan melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (100%) * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (30%), kumulatif 40% * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (60%), kumulatif (100%) * Melindungi muara dan pantai dengan struktur Dinas PU/SDA Kab/Kota dan Prov, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P *Terlindungnya kawasan pantai secara alami dengan hutan bakau * Merehabiltasi hutan bakau sepanjang pantai secara berkelanjutan (25%) * Merehabiltasi hutan bakau sepanjang pantai secara berkelanjutan (25%), kumulatif (50%) * Merehabiltasi hutan bakau sepanjang pantai secara berkelanjutan (50%), kumulatif (100%) * Melindungi muara dan pantai secara vegetatif Dinas PU/SDA Prov, Kab/Kota, BBWS, Dinas Kehutanan Prov, Dinas TanHutBun kab/kota , Kelompok Masyarakat P P P 9) Adanya sedimentasi di sungai, situ dan muara Melaksanakan OP Situ sesuai kebutuhan Melaksanakan 60% OP waduk/situ oleh Dinas PU DKI (waduk/situ yang telah di kelola daerah) Melaksanakan 80% OP waduk/situ oleh Dinas PU DKI (waduk/situ yang telah di kelola daerah) Melaksanakan 100% OP waduk/situ oleh Dinas PU DKI (waduk dan situ yang telah di kelola daerah) Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan 60% OP waduk/situ oleh BBWS (bagi waduk/situ yang masih di kelola oleh pusat) Melaksanakan 80% OP waduk/situ oleh BBWS (bagi waduk/situ yang masih di kelola oleh pusat) Melaksanakan 100% OP waduk/situ oleh BBWS (bagi waduk dan situ yang masih di kelola oleh pusat) Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual BBWS, Dinas PU DKI, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman157 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D P P 11) Terjadinya alih fungsi lahan di JABODETABEK Perubahan tata guna lahan di JABODETABEK mengikuti ketentuan yang berlaku Menyusun PERDA dan menerapkan pengendalian alih fungsi lahan secara berkelanjutan di Jabodetabek Mengendalikan dan mengawasi alih fungsi lahan secara berkelanjutan di Jabodetabek Mengendalikan dan mengawasi alih fungsi lahan secara berkelanjutan di Jabodetabek Menyusun dan menerapkan Perda tentang pengendalian alih fungsi lahan di Jabodetabek Bappeda, Dinas PU DKI, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, BPN, Kelompok Masyarakat P P Penerapan aturan Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menyusun Perda pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menerapkan dan memantau pelaksanaan pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menerapkan dan memantau pelaksanaan pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Menyusun dan menerapkan Perda pemberian Insentif bagi Pengembang yang menambah RTH Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat P P P 12) Masih adanya kawasan pemukiman baru belum mengikuti kaidah konservasi Terwujudnya kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Menyusun Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Menyusun dan menerapkan Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Dinas Perumahan, Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, BPN, Developer dan Kelompok Masyarakat P 13) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan Menyusun sistem pemberian Insentif bagi yang mengembangkan dan disinsentif bagi pengembang yang mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda (2011-2013). Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (2014- 2015) Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan Menambah luas RTH sehingga tercapai standar sesuai peraturan (30% luas) Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat P P P 14) Belum optimalnya pelaksanaan PERDA tentang adanya penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk Terwujudnya Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya Menerapkan Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan sungai dan situ/waduk Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang sempadan dan sungai situ/waduk Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Developer dan kelompok masyarakat Terlaksananya pelaksanaan PERDA tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk * Menyusun Pergub tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk sebagai turunan dari Perda, dan melaksanakan, memantau serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan Pergub tentang penetapan batas dan pemanfaata * Memantau serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan Pergub tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk secara berkelanjutan * Memantau serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan Pergub tentang penetapan batas dan pemanfaatan daerah sempadan sungai dan situ/waduk secara berkelanjutan * Menyusun Pergub, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Pergub tentang sempadan dan sungai situ/waduk Gubernur Prov. Jabar dan DKI Jakarta, Dinas PU Prov., BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Developer dan kelompok masyarakat P P P 15) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan krikil *Terlindungnya dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan krikil * Meninventarisasi lokasi penambangan, memberikan arahan lokasi yang sesuai, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai penegakan hukum. * Monitoring dan sangsi * Monitoring dan sangsi * Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan pasir dan krikil, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai penegakan hukum. Dinas ESDM/Pertambangan, BPLHD, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P 16) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat *Terciptanya batas pemilikan lahan yang jelas di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat * Menginvenatrisasi pemilikan lahan Perum Perhutani, PTPN dan Nasyarakat, melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat * Pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan * Pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan * Melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat serta pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional, Perum Perhutani, PTPN dan Masyarakat P P 17) Adanya lahan bekas sodetan sungai Ciliwung,S. Angke dan S. Pesanggrahan serta anak sungainya yang dimanfaatkan oleh masyarakat *Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahan dan anak-anak sungainya * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahan dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahan dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahandan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Ciliwung, S. Angke dan S. Pesanggrahan dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai BBWS, Dinas PU/PSDA Prop./Kab/Kota dan Masyarakat P 18) Berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah Ciliwung - Cisadane *Terlindunginya keanekaragaman hayati pada kawasan lindung * Mengidentifikasi flora dan fauna penting pada habitat kunci di kawasan lindung, mengidentifikasi kebutuhan restorasi habitat untuk mengoptimalkan fungsi ekologis zona riparian wilayah Ciliwung - Cisadane, mengembangkan flora dan fauna sesuai kebutuhan * Memantau serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran terhadap kelestarian keanekaragaman hayati secara berkelanjutan * Memantau serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran terhadap kelestarian keanekaragaman hayati secara berkelanjutan Melakukan perlindungan terhadap kekelestarian keanekaragaman hayati di wilayah Ciliwung - Cisadane Dinas Kehutanan, KLH, dan Kelompok masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman158 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.2 PENGAWETAN AIR P P 1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) Bertambahnya waduk, situ dan kolam retensi Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan jangka panjang BBWS, Dinas PU DKI, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat P P P 2) Masih kurangnya badan air(wd retensi,situ dan lain-lain) di JABODETABEK Terlaksananya Rehabilitasi Situ,sumur resapan ,biopori Melaksanakan perencanaan / DED untuk Revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung. Melaksanakan revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung Melaksanakan revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung. Melaksanakan revitalisasi situ, sumur resapan, DAM Parit dan Penghijauan di bagian tengah dan hulu DAS Ciliwung. BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) BPLHD, PDAM, Badan Regulator, Bappeda, Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 4) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan Tercapainya effisiensi pemakaian air irigasi Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI berkelanjutan Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI berkelanjutan Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI berkelanjutan Dinas TanHutBun, PU/SDA kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat P P Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Dinas Perindustrian, PDAM, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat P P P P Berkurangnya kebocoran distribusi air minum Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air Melaksanakan efisiensi dan hemat air keperluan rumah tangga dan industri PDAM, Badan Regulator, Dinas PU DKI, Dinas PSDA kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 5) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha Terlindunginya situ secara berkelanjutan Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya Menerapkan Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat P P P P 6) Belum dilaksanakannya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2011-2013) dan melaksanakan pembuatan biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20% area Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2016-2020) = 30% area, kumulatif 50% area Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2021- 2030) = 50 % area, kumulatif 100% area Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat P P P 7) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Terlindunginya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melindungi dan mempertahankan daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melindungi dan mempertahankan daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melindungi dan mempertahankan daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Ciliwung - Cisadane Melindungi dan meningkatkan daerah resapan Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P P P 8) Belum teridentifikasinya potensi daerah retensi Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Ciliwung - Cisadane Mengidentifikasi potensi daerah retensi di wilayah Ciliwung - Cisadane (2011-2013) dan merencanakan (2014-2015) Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi dan pembangunan daerah retensi di wilayah Ciliwung - Cisadane (30% area) Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi dan pembangunan daerah retensi di wilayah Ciliwung - Cisadane (70% area), kumulatif 100% area Mengidentifikasi potensi daerah/kolam retensi dan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P P P 9) Terjadinya kerusakan sumber air (127 mata air) di wilayah Ciliwung - Cisadane Terlindunginya sumber air (127 mata air) di wilayah Ciliwung - Cisadane secara berkelanjutan Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar 27 mata air Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar 43 mata air, kumulatif 70 mata air Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar 57 mata air, kumulatif 127 mata air Melakukan sosialisasi peraturan per- Undang-Undangan tentang sempadan sumber air bersama masyarakat menetapkan dan mematok sempadan sumber air BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Melaksanakan rehabilitasi dan OP 27 mata air Melaksanakan rehabilitasi dan OP 43 mata air, kumulatif 70 mata air Melaksanakan rehabilitasi dan OP 57 mata air, kumulatif 127 mata air Melakukan rehabilitasi dan OP secara berkelanjutan BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di 27 mata air pada wilayah Ciliwung- Cisadane Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di 43 mata air pada wilayah Ciliwung-Cisadane Melaksanakan pemberdayaan masyarakat di 127mata air pada wilayah Ciliwung- Cisadane Melakukan pemberdayaan masyarakat di 127 mata air pada wilayah Ciliwung- Cisadane Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman159 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.3 P P P P 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) *Peningkatan kualitas air sungai, situ dan waduk (min. Kelas II PP no 82/2001) * Melaksanakan gerakan Sungai bersih secara terpadu (Prokasih), secara rutin * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran * Meningkatkan kualitas air sungai sesuai atau lebih baik dari standar baku mutu Dinas Kebersihan, BPLHD, Dinas PU, BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat P P P P * Merencanakan dan mengalokasi air penggelontoran melalui kesepakatan dalam TKPsumber daya air, serta melaksanakan penggelontoran sungai * Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai * Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai * Mengalokasikan air untuk penggelontoran sungai BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, TKPSDA, Kelompok Masyarakat P P P * Mendorong terbitnya penetapan kelas sungai oleh Gubernur * Menegakkan peraturan tentang kelas sungai * Menegakkan peraturan tentang kelas sungai * Menetapkan kelas air sungai BPLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Dinas PU, TKPSDA, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin. serta menegakkan peraturan. * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan. * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan * Melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P * Merencanakan sistem monitoring kualitas air real time * Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time * Mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time * Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) * Meningkatkan SDM petugas terkait pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum Optimalnya pengelolaan limbah industri *Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah industri * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Menegakkan Perda tentang pengolahan limbah industri dan melaksanakan pengawasan kualitas limbah, terutama logam berat, secara berkelanjutan BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P Mendorong pembangunan IPAL Industri Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar Mendorong pembangunan IPAL Industri BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P P * Memberikan teguran dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P * Menyusun perencanaan pembangunan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, beserta penyiapan organisasi pengelolanya * Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya * Mengembangkan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya * Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Swasta, BPLHD, Dinas Perindustrian, Dinas PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan pengawasan ketat kualitas limbah industri sesuai baku mutu limbah cair (terutama logam berat) disertai penegakan hukum bagi pelanggar; BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P P P * Melaksanakan identifikasi/updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi dan jenis industri di wilayah Ciliwung - Cisadane * Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah 2 Ci * Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah 2 Ci * Menyusun data base industri, serta terintegrasi dalam sistim informasi kualitas air Dinas PU/SDA, BBWS, BPLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait diKab/kota, Kelompok Masyarakat P P 3) Limbah cair domestik dan Perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya *Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah domestik dan perkotaan; * Peningkatan kapasitas IPAL Setiabudi dan Perencanaan IPAL dilokasi lain di Jakarta * Pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan dan pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta * Pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan dan pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta * Peningkatan kapasitas IPAL Setiabudi dan pembangunan IPAL dilokasi lain di Jakarta dan pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota., Kelompok Masyarakat P P Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (5% area kota), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru * Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (10% area kota, kumulatif 15%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru * Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainasi, secara bertahap (35% area kota, kumulatif 50%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Merencanakan dan membangun sistem sanitasi perkotaan dengan memisahkan saluran pembuangan air limbah perkotaan dari saluran drainasi kota, secara bertahap Dinas CK, BPLHD, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat terhadap penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber air) * Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat terhadap penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber air) * Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat terhadap penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber air) Melaksanakan pemberdayaan masyarakat terhadap penggunaan sanitasi lingkungan BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian *Terwujudnya pengendalian limbah pertanian Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis * Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan monitoring kepatuhan petani di lapangan * Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan monitoring di lapangan Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis BPLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. * Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk. * Melaksanakan monitoring kandungan pestisida dan pupuk di saluran irigasi, sungai, situ dan waduk Melaksanakan monitoring kualitas air saluran irigasi, sungai, situ dan waduk, terhadap sisa/ limbah pestisida dan pupuk BPLHD/BLHD, BBWS, Dinas Pertanian, Dinas PU/SDA Prov./kab/kota, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman160 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D P P P 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya *Terwujudnya pengendalian limbah peternakan Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah ternak dan kewajiban menggunakan IPAL peternakan, disertai pembangunan IPAL percontohan dan pemberdayaan peternak * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.) * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.) Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak BPLHD, BBWS, Dinas Peternakan, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat, swasta P P P 6) Pongolahan limbah sampah belum potimal *Terwujudnya pengelolaan limbah sampah Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan * Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan * Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Melaksanakan pengelolaan sampah melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle) Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya Melarang membuang sampah ke sungai/badan air lainnya Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat P P P Memperkenalkan, sosialisasi dan percontohan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh Pemda * Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif * Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem daur ulang dan bank sampah oleh swasta dan masyarakat Mengembangkan pengelolaan sampah melalui sistem bank sampah oleh swasta dan masyarakat, dengan menerapkan insentif pada tahap awal Bappeda, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat, swasta Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman161 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D 2.1 PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu Terbitnya Pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu Menyusun, merumuskan Pergub melalui Dewan sumber daya air prov. dan mensosialisasikan peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan Menyusun, merumuskan, menetapkan, mensosialisasikan dan menerapkan Pergub peruntukan air dari sumber air Dinas PU DKI, Bappeda, BBWS, Dewan SDA prov, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum adanya Zona Pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan Terbitnya Penetapan Zona Pemanfaatan Sumber air pada peta TARU Prov DKI Jakarta dan BODETABEK Menetapkan Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah Kabupaten/Kota di WS tertentu secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan menetapkan kembali Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah kab/kota di WS tertentu secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan menetapkan kembali Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah kab/kota di WS tertentu secara berkelanjutan Mengkaji ulang dan menetapkan kembali Zona pemanfaatan sumber daya air pada peta TARU wilayah kab/kota di WS setiap 5 tahun Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Dinas PU DKI, BBWS, Kelompok Masyarakat 2.2 PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR P P 1) Kekurangan Air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI Meningkatnya ketersediaan air irgasi dan RKI Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Membangun kolam-kolam tampungan air setempat sesuai kebutuhan Melaksanakan panen air hujan/ tampungan lokal Dinas PU/SDA/CK Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat * Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan pengambilan air baku RKI dan irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air * Mengendalikan pengambilan air pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan air irigasi sesuia kebutuhan, serta melaksanakan penegakan hukum bagi pelanggarnya BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok Masyarakat P P P Tercapainya efisiensi penggunaan air Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) Melaksanakan hemat air/ efisiensi air RKI (190l/or/hr ---> 150l/or/hr) dan irigasi (3R) Pengguna Air di Prov Banten, DKI Jkt, Jabar dan BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 2) Keterbatasan layanan air bersih di Jakarta Meningkatnya ketersediaan air baku di Jakarta : P P P P Tersedianya tambahan air minum 9 m3/detik dari Jatiluhur yang dialirkan dengan pipa melalui tanggul kanan Tarum barat ke Jakarta Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaan produksi air minum 4 m3/det dikirim ke Jakarta. Produksi air minum tambahan 5 m3/det dikirim ke Jakarta,total volume air minum 9 m3/det.OP instalasi air air minum dan pipa OP instalasi air air minum dan pipa kapasitas 9 m3/det Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaannya PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok Masyarakat Tersedianya tambahan air Baku 15 m3/detik dari Jatiluhur ke Jakarta,yang dialirkan melalui Tarum barat dengan kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det Perencanaan dan pelaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det Pelaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det Operasi dan Pemeliharaan Tarum Barat kapasitas 31 m3/det Merencanaan dan Melaksanaan Rehabilitasi Tarum Barat dari kapasitas semula 16m3/det menjadi 31 m3/det PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok Masyarakat P P Tersedianya saluran/pipa air baku Kanal 2 dari waduk Jatiluhur ke Jakarta setelah peninggian waduk Cirata (bagian dari kaskade waduk) __ Melaksanakan studi kelayakan perencanaan jalur pipa Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa Melaksanakan pembangunan jalur pipa Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa Melaksanakan studi kelayakan perencanaan dan pelaksanaan jalur pipa Kanal 2 dari Jatiluhur ke Jakarta dan diameter pipa BBWS, PJT II, PDAM, PU/SDA prov., kab/kota, Bappeda, Kelompok Masyarakat P P Tersedianya tambahan air baku melalui kanal 2 sebesar 19 m3/detik dari bendungan Jatiluhur/Cirata untuk Depok dan Bogor,dan Industri Cikarang __ Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Sungai Citarum Melaksanakan peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Sungai Citarum Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Sungai Citarum PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Kelompok Masyarakat P P P Tersedianya air baku 5 m3/detik dari bendungan Long Storage untuk Jakarta Merencanakan Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng drain (DKI Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk tidak memguang sampah dan limbah ke sungai Melaksanakan Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng drain (DKI Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk tidak memguang sampah dan limbah ke sungai Melaksanakan OP Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng drain (DKI Jakarta).Sosialisasi ke masyarakat untuk tidak memguang sampah dan limbah ke sungai Merencanakan, melaksanakan dan OP Long Storage BKB dan BKT dan Cengkareng Drain(DKI Jakarta) BBWS, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Kelompok Masyarakat P P P P Terlaksananya kepastian pengiriman air baku 16 m3/det di ruas saluran Tarum barat dari Bekasi sampai Jakarta Melaksanakan Rehabilitasi Saluran Tarum barat di ruas Bekasi sampai Jakarta,di 17 titik lokasi yang rawan bocor dan longsor. __ __ Terlaksananya kepastian pengiriman air baku 16 m3/det di ruas saluran Tarum barat dari Bekasi sampai Jakarta,dangan rehabilitasi di 17 lokasi BBWS, PJT II,Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt,PDAM, Kelompok Masyarakat P P P 3) Keterbatasan layanan dan jaringan PAM Meningkatnya layanan jaringan PAM Meningkatkan jumlah sambungan rumah tangga 50% (MDGS) Meningkatkan tkt layanan PAM mjd 75% standar metropolitan Meningkatkan tkt layanan PAM menjadi 100% standar metropolitan Membangun pipa Kanal 2-Jakarta paralel waduk Cirata dinaikkan. PLN, PJT II, Dinas PU/SDA Prov Jabar, DKI Jkt, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat Menyusun Perencanaan pasokan dan perbaikan kualitas air dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Melaksanakan perbaikan kualitas air dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Memanfaatkan pasokan air dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain Menambah pasokan dari long storage BKB+BKT dan Cengkareng Drain BBWS, PDAM, Dinas PU DKI, BPLHD/BLHD Terlaksananya penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (100%) Melaksanakan penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (10%) Melaksanakan penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (25%) Melaksanakan penggantian Pemakaian Kebutuhan Industri dari air tanah ke air permukaan (65%) Membangun pipa Kanal 2 ke Jakarta, paralel waduk Cirata dinaikkan. PLN, PJT II, Dinas PU/SDA Prov Jabar, DKI Jkt, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat P P 4) Perimbangan pasokan air baku Jakarta dari arah Timur (Citarum) dan dari Barat (Cisadane) Meningkatnya perimbangan suplai air di wilayah Ciliwung-Cisadane dari barat (Banten) Merencanakan Karian Serpong Conveyance System (KSCS) tahap I Merencanakan dan Membangun KSCS tahap I setelah bendungan Karian terbangun Merencanakan dan Membangun KSCS tahap II Menambah pasokan dari Cisadane dan Banten. BBWS 3C, BBWS Cil-Cis, Dinas PU/SDA Prov DKI Jkt, Banten, Kelompok Masyarakat Merencanakan alokasi pasokan air dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok Merencanakan alokasi pasokan air dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok Merencanakan alokasi pasokan air dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok Menambah pasokan dari long storage BKB+BKT+Cascade Depok. BBWS Cil-Cis, Dinas PU Prov DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman162 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D P P 5) Keterbatasan layanan air bersih di Kota lain (BODETABEK) Meningkatnya penyediaan air baku Kota- kota lainnya (BODETABEK) Menyusun Perencanaan pasokan dari long storage Cascade Depok dan review alokasi air irigasi bendung katulampa dan bendung empang yang areanya berkurang Melaksanakan penggunaan pasokan air dari long storage Cascade Depok dan review alokasi air irigasi bendung katulampa dan bendung empang yang areanya berkurang Melaksanakan penggunaan pasokan air dari long storage Cascade Depok dan review alokasi air irigasi bendung katulampa dan bendung empang yang areanya berkurang Menyediakan air baku Kota-kota lainnya (BODETABEK) BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, PDAM, Bappeda, BPLHD/BLHD, Kelompok Masyarakat P P Tersedianya air baku 2 m3/detik dari Salak Contour Canal untuk daerah Kota Bogor Mengkaji ulang perencanaan Salak Contour Canal (2011-2012) dan membangun Tahap I (2013-2015) = 50% Membangun Salak Contour Canal Tahap II = 50%, kumulatif 100% Melaksanakan operasional dan pemeliharaan di Salak Contour Canal Melaksanakan pembangunan, operasi dan pemeliharaan Salak Contour Canal BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Bappeda, Kelompok Masyarakat P Tersedianya air baku 0,5 m3/detik dari waduk Pondok Benda untuk daerah Pamulang Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Pondok Benda, Sungai Angke di Pamulang Melaksanakan pembangunan Waduk Waduk Pondok Benda dan membangun jaringan distribusi air baku Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Waduk Pondok Benda dan jaringan distribusinya Bendungan lain di Limo-C (Pesanggrahan), Pondok Benda (Angke), Narogong (Citeureup) BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat P Tersedianya air baku 0,5 m3/detik dari waduk Limo untuk Kota Depok Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Limo, Sungai Pesanggrahan di Cinere Depok Melaksanakan pembangunan Waduk Limo dan membangun jaringan distribusi air baku Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Limo dan jaringan distribusinya Bendungan lain di Limo-C (Pesanggrahan), Pondok Benda (Angke), Narogong (Citeureup) BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat P Tersedianya air baku 2 m3/detik dari waduk Genteng untuk Kota dan Kab. Bogor Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Genteng di Sungai Cisadane, Rancamaya Bogor Melaksanakan pembangunan Waduk Genteng dan membangun jaringan distribusi air baku Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Genteng dan jaringan distribusinya Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi dan OP Waduk Genteng di Sungai Cisadane, Rancamaya Bogor BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat P Tersedianya air baku 1 m3/detik dari waduk Narogong untuk Bekasi dan Jakarta Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Waduk Narogong di Sungai Citeureup/Cileungsi-Cibinong Melaksanakan pembangunan Waduk Narogong dan membangun jaringan distribusi air baku Menyusun SOP dan melaksanakan OP Waduk Narogong dan jaringan distribusinya Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi dan OP Waduk Narogong di Sungai Citeureup/Cileungsi-Cibinong BBWS, Dinas PU/SDA Prov. Kab/kota, Bappeda prov., kab/kota, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, Kelompok Masyarakat P P Tersedianya air baku 4 m3/detik untuk daerah Depok dan Bogor Melaksanakan studi pemanfaatan sisa air irigasi bendung Katulampa dan bendung Empang (2011-2013) dan mengalokasikan air ke saluran PDAM untuk kepentingan air baku Depok dan Bogor (2014) PDAM membangun kolam penjernihan dan saluran distribusi PDAM mengoperasikan dan menjaga kualitas penyaluran air minum ke konsumen Memanfaatkan sisa air irigasi bendung Katulampa dan bendung Empang BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P Tersedianya air baku 1 m3/detik untuk daerah Depok Merencanakan Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Melaksanakan Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Melaksanakan dan mengoperasikan Kaskade Sungai Ciliwung di Depok Merencanakan, melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara Kaskade Sungai Ciliwung di Depok BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov./ kab/kota, Kelompok Masyarakat P P 6) Keterbatasan layanan PDAM di BODETABEK Tercapainya cakupan layanan PAM BODETABEK Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK (50%) Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK (75%) Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK (100%) Meningkatkan cakupan layanan PAM BODETABEK PDAM Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P 7) Menurunnya luas lahan pertanian tanaman pangan (sawah) Terkendalinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan Menetapkan Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan Mengawasi Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan Mengawasi Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan Melindungi Lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman163 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D 2.3 PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di sungai Cisadane Terwujudnya harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di sungai Cisadane Mereview dan melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai kesepakatan Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai kesepakatan secara berkelanjutan Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai kesepakatan secara berkelanjutan Melaksanakan alokasi air sungai Cisadane sesuai prinsip-prinsip penggunaan sumber daya air TKPSDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov./kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi Terlaksananya rehabilitasi jaringan irigasi terutama yang rusak berat Merehabilitasi jaringan dan peningkatan irigasi mencapai 50% Merehabilitasi jaringan dan peningkatan irigasi mencapai 100% Melaksanakan OP jaringan irigasi Melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi mencapai 100% BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dan lain-lain) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan Terlaksananya OP prasarana sumber daya air sesuai standar Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 50%) Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 75%) Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 100%) Melaksanaan OP prasarana sumber daya air untuk mempertahahan tingkat layanan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 4) Belum tersedianya SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci Tersedianya SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci Melaksanakan kajian SOP waduk/ tampungan/situ di WS 6 Ci (2011-2013) memformulasikan dan mengujicoba (2014- 2015) Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci (2016-2020) Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci (2021- 2030) Menyiapkan SOP waduk/tampungan/situ di WS 6 Ci BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat Meningkatnya kinerja irigasi dlm rangka ketahanan pangan Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi (keandalan 50%) Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi (keandalan 75%) Melaksanakan Peningkatan Kinerja Irigasi (keandalan 100%) Meningkatkan dan mempertahankan keandalan irigasi maksimal BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 5) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan Melaksanakan aset manajemen irigasi (50% area) Melaksanakan aset manajemen irigasi (75% area) Melaksanakan aset manajemen irigasi (100% area) Menyusun prioritas OP, rehab jaringan dg berdasarkan PAI. Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat P P 6) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (50% area) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (75% area) Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (100% area) Merehabilitasi jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat. Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat P P 7) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat, mengakibatkan kesulitan pelaksanaan OP irigasi. Terwujudnya pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat Merencanakan dan melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Cantek 100% dalam 2 thn, Pelaksanaan 30% dalam 3 thn) Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 50% dalam 5 thn, kumulatif pelaksanaan 80%) Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 20% dalam 2 thn, kumulatif pelaksanaan 100%) Memisahkan fungsi sal.air baku dan irigasi PJT II, PDAM prov/Kota Jakarta, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat P P P 8) Belum sadarnya masyarakat dalam pelaksanaan hemat air Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan hemat air Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air (50% area) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air (75% area) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air (100% area) Membina petani utk hemat air irigasi. Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 9) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP) dgn pemberdayaan petani. Meningkatnya IP secara maksimal Peningkatan IP dari 214% ke 250% Peningkatan IP dari 250% ke 265% Peningkatan IP dari 265% ke 280% Menaikkan IP dg pemberdayaan petani (dari 214% ke 280%) Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat P P 10) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh DI Cilicis (2011-2013) dan menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI (2013-2014) Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah Cilicis (2016-2020) pada area 50% Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI wilayah Cilicis (2016-2020) pada area 100% Mereview AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan bangunandikaitkan dengan areal(rp/ha) dan bangunan utama (bh) utama (Bh). Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota di seluruh Wil 6 Ci, BBWS, Kelompok Masyarakat Memformulasi dan melegalisasi AKNOP Irigasi (2015) __ __ 2.4 PENGEMBANG- AN SUMBER DAYA AIR P P 1) Belum di tingkatkan Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng, Kab Bogor Terlaksananya peningkatan Klasifikasi Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan Melaksanakan (2014-2015 = 50%) Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. Melaksanakan (2016-2020 = 100%) Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. Melaksanakan OP irigasi DI Sibanteng secara berkelanjutan Meningkatkan Irigasi sederhana ke irigasi teknis DI. Sibanteng pada S. Citempuandi Ds. Sibanteng, Kec. Leuwisadeng,Kab Bogor. BBWS,Balai PSDA Prov.Jabar,Dinas PU Pengairan Kab. Bogor, Dinas Pertanian Kab.Bogor, Kelompok Masyarakat P 2) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air Terlaksananya pengembangan Potensi tenaga air di Katulampa/Sungai Baru Timur dan Bendung Masyono/Sungai Angke Merencanakan (2011-2013 = 100%) pemanfaatan tenaga air, melaksanakan (2014-2015 = 40%) Melaksanakan (2016-2020 = 60%) pemanfaatan tenaga air , kumulatif = 100% Mengoperasikan tenaga air di Katulampa dan Bendung Masyono Membangun Microhydro di Sungai Baru Timur dan Sungai Angke (Bendung Masyono). ESDM, PLN, PJT II, BBWS Citarum, Kelompok Masyarakat 3) Belum ada jaringan irigasi di Cimanceuri dan bendung Cimanceuri. Terlaksananya pengembangan Potensi irigasi Cimanceuri dan terbangunnya bendung Cimanceuri Melakukan studi dan detail desain irigasi Cimanceuri dan bendung Cimanceuri Melaksanakan pembangunan jaringan irigasi Cimanceuri dan bendung Cimanceuri _ Melaksanakan studi/detail desain pembangunan jaringan irigasi Cimanceuri dan bendung Cimanceuri BBWS 2 C , Pemda kab Tanggerang, Kelompok Masyarakat 4) Belum ada jaringan irigasi diCikarang hilir Terlaksananya pengembangan Potensi irigasi Cikarang hilir Melakukan studi dan detail desain irigasi Cikarang hilir Melaksanakan pembangunan jaringan irigasi Ckarang hilir _ Melaksanakan stud,detail desain dan pembangunan irigasi Cikarang hilir BBWS 2 C, , Pemda Kab Bekasi, Kelompok Masyarakat P P 5) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi Terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi Melakukan kajian pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, serta mendorong peran industri/swasta untuk menerapkannya Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/swasta Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/swasta Melakukan kajian pengembangan dan mendorong peran industri/swasta dalam penerapan desalinasi Pemda DKI, Pemda kab/kota Tanggerang, Pemda Kab/kota Bekasi, PDAM, Kelompok Masyarakat, industri/swasta 2.5 PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Kurang terkontrolnya Pengusahaan air isi ulang di wilayah Bogor Terkontrolnya Pengusahaan air isi ulang Menginventarisasi potensi dan mengkaji permasalahan pengambilan air tanah dalam oleh pengusaha air isi ulang (2011- 2012) serta menata ulang pengambilan air tanah Mengawasi dan melakukan penegakkan hukum berdasarkan azas keadilan dan keseimbangan Mengawasi dan melakukan penegakkan hukum berdasarkan azas keadilan dan keseimbangan Menata ulang dan menertibkan pengambilan air tanah dalam oleh pengusaha air minum isi ulang BPLHD, Dinas SDA dan Pertambangan Kab/kota, Balai PSDA, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 2) Masih terbatasnya pengusahaan air minum dari Jatiluhur oleh Pemerintah atau swasta Terjadinya pengembangan usaha air minum berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta Melakukan studi dan pelaksanaan pengusahaan air minum 4 m3/detik berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta Melakukan studi dan pelaksanaan pengusahaan air minum 5 m3/detik berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta PDAM melaksanakan menejemen distribusi air minum dengan menjaga kualitas dan keberlanjutannya sebesar 9 m3/detik Melakukan studi dan pelaksanaan pengusahaan air minum 9 m3/detik berdasarkan kerjasama Pemda DKI Jakarta, Pemda Jabar, PJT II dan investor/swasta Pemda DKI, Pemda Jabar, PJT II, PDAM, BBWS, Kelompok Masyarakat, Investor/swasta Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman164 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D 3.1 PENCEGAHAN BENCANA P P P P 1) Master Plan Sistem Pengendalian Banjir (1996) secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane sudah tidak memadai Tersusunnya review master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane Menyusun Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane selesai tahun 2015,,debit banjir rencana Sungai utama 1:100, 1:50 sungai dalam kota 1:25, saluran Drainasi 1:5 Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain sistem pengendalian bajir di wilayah Ciliwung - Cisadane Melaksanakan sistem pengendalian banjir di wilayah Ciliwung - Cisadane Menyusun Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh di wilayah Ciliwung - Cisadane, debit banjir rencana Sungai utama 1:100, 1:50 sungai dalam kota 1:25, saluran Drainasi 1:5 BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P 2) Penggunaan daerah retensi/dataran banjir dan rawan banjir untuk pemukiman Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan didaerah retensi Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air Relokasi Penduduk Menerbitkan penetapan daerah retensi dan Perwa/Perbup mengenai daerah retensi termasuk larangan membangun BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat P P P Terlaksananya ketetapan kawasan retensi yang telah terbangun termasuk upaya dan solusinya Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun __ Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P 3) Penggunaan bantaran sungai untuk pemukiman liar Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan permanen dan tanaman keras yang menghambat arus banjir Menetapkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas dan pengawasannya Menetapkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas dan pengawasannya Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum Menetapkan perda sempadan sungai dan memasang patok batas dan pengawasannya BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, kelompok masyarakat, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Pembuangan sampah ke saluran drainasi dan alur sungai menghambat aliran, mengakibatkan banjir Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan membuat TPS untuk di olah Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, kelompok masyarakat, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Belum ada peta rawan genangan yang Mutahir Tersedianya review peta rawan genangan Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat Melaksanakan review peta rawan genangan dan sosialisasi ke masyarakat BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P 6) Belum adanya Pergub pembuatan detensi di gedung-gedung bertingkat dan komplek Perumahan Tersusunnya Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedung-gedung bertingkat dan komplek Perumahan Menyusun Pergub dan mensosialisasikan pengaturan pembuatan detensi di gedung- gedung bertingkat dan komplek Perumahan Menerapkan dan mengawasi Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedung-gedung bertingkat dan komplek Perumahan Menerapkan dan mengawasi Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedung- gedung bertingkat dan komplek Perumahan Menerbitkan dan menerapkan Pergub pengaturan pembuatan detensi di gedung- gedung bertingkat dan komplek Perumahan Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, Dinas P2B, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat P P P P 7) Belum ada peta jalur dan tempat Evakuasi bencana Tersedianya jalur evakuasi dan tempat pengungsian Merencanakan dan menetapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat pengungsian Merview dan mensosialisasikan peta jalur evakuasi bencanca banjir Menetapkan lokasi pengungsian oleh Pemda DKI Jakarta BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta P P 8) Belum semua sungai telah dipasang sistem peringatan dini banjir Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai Merencanakan pengembangan dan pemasangan sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan pemasangan dan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan operasional sistem peringatan dini di semua sungai Melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, BMKG, Kelompok Masyarakat, swasta P P P 9) kurangnya pemeliharaan, terjadinya pendangkalan, sedimentasi di alur sungai serta jaringan drainasi dan longsoran tebing Terwujudnya alur sungai dan jaringan drainasi aman dan terpelihara Merencanakan dan melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi Melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi sepanjang tahun Melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi sepanjang tahun Melaksanakan OP Sungai dan saluran Drainasi sepanjang tahun P P P P 10) Meningkatnya ancaman banjir dari air pasang laut Teratasinya ancaman bencana dari laut Merencanakan dan Membangun tanggul laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan Marunda Membangun tanggul laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan Marunda Melakukan pengamanan terhadap kerusakan pantai dan memelihara tanggul laut di Cilincing, Pluit, Pasar Ikan, Kamal muara dan Marunda Membangun tanggul laut di cilincing, Pluit dan pasar ikan Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov DKI Jakarta, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat P P Menghentikan pengambilan air tanah dalam yang menyebabkan penurunan tanah, khususnya di lokasi Jakarta Utara, dengan menggantikan pemakaian Air Tanah dengan Air Permukaan Menghentikan pengambilan air tanah dalam yang menyebabkan penurunan tanah,Jakarta Utara dengan menggantikan pemakaian Air Tanah dengan Air Permukaan Menghentikan pengambilan air tanah yang menyebabkan penurunan tanah, khususnya di lokasi Jakarta Utara dengan menggantikan pemakaian Air Tanah dengan Air Permukaan Menghentikan penurunan tanah Jakarta Utara dengan menggantikan penggunaan Air Tanah dengan Air Permukaan BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Badan Regulator, BBWS, Kelompok Masyarakat P P Merencanakan dan Meningkatkan tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi Meningkatkan tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi Melakukan pengamanan terhadap kerusakan pantai dan memelihara tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi Meningkatkan tanggul laut di pantai Tangerang dan Bekasi Dinas PU/SDA Prov DKI Jakarta, BBWS Cil- Cis, Kelompok Masyarakat P P Melaksanakan FS dan Perencanaan JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Melaksanakan DED JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Melaksanakan JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Melaksanakan JCDS/Jakarta Coastal Defence Strategy Dinas PU/SDA Prov DKI Jakarta, BBWS Cil- Cis, Kelompok Masyarakat Penanaman mangrove di pantai wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan Tangerang (Pantura Banten) Penanaman mangrove di pantai wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan Tangerang (Pantura Banten) Pelaksanaan OP mangrove di pantai wilayah Bekasi (Pantura Jawa Barat) dan Tangerang (Pantura Banten) Membangun hutan tanaman pesisir, Melindungi water front city dari ancaman pasang air laut P P P P 11) Kurangnya kapasitas aliran sungai (penyempitan sungaidan pendangkalan serta hambatan oleh bangunan silang) Tercapainya kapasitas aliran sungai mampu menyalurkan banjir/genangan dengan debit tertentu Melaksanakan penyelesaian pembangunan Banjir Kanal Timur (23.5 km) __ __ Menyelesaikan pembangunan BKT BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS) Konstruksi untuk normalisasi Sungai Pesanggrahan, Angke, Sunter (PAS) BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan untuk penataan Sungai Ciliwung : P P P P - Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung dari TB. Simatupang sampai dengan Manggarai Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung dari Kalibata sampai dengan Manggarai BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P - Melaksanakan pelaksanaan sodetan Sungai Ciliwung di llokasi Kalibata dan Kebun Baru __ __ Melakukan sodetan di Sungai Ciliwung - BKT. BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P P P - Melaksanakan penambahan 1 Pintu Air Manggarai dan penambahan 1 Pintu Air Karet __ __ Melaksanakan penambahan 1 Pintu Air Manggarai dan1 Pintu Air Karet BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman165 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D P P - Melaksanakan Revitalisasi Pintu Air Ciliwung Lama __ __ Melaksanakan Revitalisasi Pintu Air Ciliwung Lama BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P - Melaksanakan perencanaan dan normalisasi Sungai Ciliwung Lama. __ __ Melaksanakan normalisasi Sungai Ciliwung Lama BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta
P P P P Melaksanakan Pengerukan 13 Sungai dan 5 Waduk di Jakarta,Program JEDI (Jakarta Emergency Dredging Initiative) __ __ Melaksanakan pengerukan sungai dan Waduk di Jakarta BBWS Ciliwung - Cisadane, Dinas PU/SDA Prov. DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat P P Melaksanakan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas, C Melaksanakan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas, C Melaksanakan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekasi, Cikeas, C Melaksanakan Perencanaan normalisasi sungai diperkotaan (sungai Cimanceuri, Cirarap, Cisadane, Cengkareng Drain, Kali Sabi dan Kali Dadap, Grogol, Krukut, Banjir Kanal Barat, Mampang, Cideng, Cipinang, Buaran, Jatikramat dan Cakung, Kali Blencong, Bekas BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat P P Melaksanakan perencanaan Cengkareng Flood way II Melaksanakan Perencanaan Cengkareng Flood way II Melaksanakan Konstrusi Cengkareng Flood way II Perencanaan dan pelaksanaan penambahan Flood way Cengkareng Flood way II di Jakarta barat BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat P P P P 12) Masih kurangnya polder di Jakarta Terbangunnya Polder-polder di Jakrta Melaksanakan Perencanaan dan Pelaksanaan 30 polder-polder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Melaksanakan Perencanaan dan Pelaksanaan 30 polder-polder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Melaksanakan pembangunan 30 polder- polder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. Melaksanakan pembangunan 30 polder- polder antara lain Sunter timur 2, Marunda, dan lain-lain. BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, Kelompok Masyarakat P P P P 13) Menurunnya fungsi tanggul banjir di sungai-sungai JABODETABEK Terlaksananya rehabilitasi dan pembangunan tanggul banjir pada sungai- sungai di JABODETABEK Merencanakan dan melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi tanggul banjir secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 14) Kurangnya tertatanya (sistem dan kapasitas drainase mikro) di JABODETABEK menyebabkan genangan di permukiman dan di jalan Tercapainya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di JABODETABEK Melaksanakan perencanaan sistem drainase dan kapasitasnya di JABODETABEK (2011-2013), melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di JABODETABEK (2014-2015) dan berkelanjutan Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di JABODETABEK secara berkelanjutan Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di JABODETABEK secara berkelanjutan Melaksanakan perencanaan normalisasi saluran drainase di perkotaan JABODETABEK dan pelaksanaannya untuk mengurangi genangan utamanya di jalan jalan Jakarta BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 15) Berkurangnya kerugian akibat longsoran Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota Melaksanakan sosialisasi peta rawan longsor __ Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Dinas P2B, Dinas Tarung, Kelompok Masyarakat Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis). Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat P P P 16) Penurunan muka tanah di Jakarta telah menaikkan tingkat resiko banjir Pengaturan bangunan (rumah panggung), pembangunan polder dan tanggul Menerbitkan Perda pengurangan pengambilan air tanah dalam dan penerapan rumah panggung Penerbitan Perda pengurangan pengambilanair tanah dalam dan penerapan rumah panggung Penerbitan Perda pengurangan air tanah dalam dan penerapan rumah panggung Mengurangi penurunan muka tanah dg mengendalikan pengambilan air tanah (non- domestik). Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P Melaksanakan perencanaan pengelolaan sistem polder dengan sistem biaya pemulihan Melaksanakan uji coba sistem pengelolaan polder dengan biaya pemulihan Mengembangkan sistem pengelolaan polder dengan biaya pemulihan untuk polder lainnya Melaksanakan pengelolaan polder dengan menerapkan sistem biaya pemulihan kota Jakarta, Bandung) Dinas PU DKI Jakarta, Dinas PSDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P P P 17) Meluasnya perambahan daerah retensi dan bantaran sungai Terlindunginya daerah retensi dan bantaran sungai terhadap perambahan masyarakar Mengurangi luas perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (30%) Mengurangi luas perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (30%), kumulatif menjadi 60% Mengurangi luas perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (40%), kumulatif menjadi 100% Mengurangi perambahan daerah retensi, bantaran sungai Dinas Tata Ruang/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P 18) Kekurangan air kebutuhan rumah tangga di wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi Terpenuhinya kebutuhan air rumah tangga di wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi Menyediakan kebutuhan air rumah tangga menggunakan mobil tangki untuk Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi Menyediakan kebutuhan air rumah tangga menggunakan mobil tangki untuk Tangerang dan Bekasi dan menambah supply kebutuhan air rumah tangga untuk wilayah Jakarta Utara dari PDAM Menambah supply kebutuhan air rumah tangga untuk wilayah Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi dari PDAM Memenuhi kebutuhan air rumah tangga di Jakarta Utara, Tangerang dan Bekasi Dinas PU/SDA Prov, Dinas PU/SDA Kab/Kota, BBWS, PDAM, Kelompok Masyarakat P P 19) Masih terjadinya pembangunan pemukiman di daerah parkir air/dataran banjir Terwujudnya daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Menyusun Perda tentang daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Menerapkan dan memantau pelaksanaan daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Menerapkan dan memantau pelaksanaan daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Menyusun dan menerapkan Perda tentang daerah parkir air/dataran banjir bebas dari pemukiman dan usaha lain. Dinas PU DKI, Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Tata Kota, DPRD, BPN, Developer dan Kelompok Masyarakat P P P 20) Masih adanya hunian dan usaha lain di bantaran sungai Terlindunginya Bantaran sungai dari hunian dan usaha lainnya Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai Mengawasi dan menertibkan hunian dan usaha lainnya di bantaran sungai secara berkelanjutan Dinas PU DKI, BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) Terjadinya kerugian akibat bencana longsor di beberapa tempat ii + i iii + ii + i BBWS, PJT II, Dinas PU/SDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Mengurangi kerugian akibat longsor dan memperkuat daerah rawan longsor dengan vegetatif dan sipil teknis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman166 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D 3.2 PENANGGUL- ANGAN P P P P 1) Meluapnya air sungai di wilayah Ciliwung-Cisadane Berkurangnya luapan air sungai Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan Meminimalisasi kerugian akibat banjir Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat P P P P Pelaksanaan evakuasi korban pada saat kejadian banjir Menyiapkan rencana evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K secara berkelanjutan Menyiapkan rencana evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K secara berkelanjutan Menyiapkan rencana evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K secara berkelanjutan Menyiapkan rencana evakuasi dan dana operasionalnya Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat 3.3 PEMULIHAN AKIBAT BENCANA P P P P 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi rumah masyarakat setiap terjadinya bencana banjir Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat Menyediakan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Menyediakan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta Memulihkan kondisi rumah masrakat pasca bencana dengan penyedian dana dari pemerintah dan swasta serta melibatkan masyarakat Dinas PU/Permukiman DKI, BBWS, Dinas PU/CK kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat, Swasta P P P P 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setiap terjadinya bencana banjir Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir dan longsor Menyediakan dana tahunan untuk perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak Menyediakan dana tahunan untuk perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak Menyediakan dana tahunan untuk perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak Memulihkan kondisi prasarana sumber daya air BBWS, Dinas PU/SDA Prov/kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum maksimalnya penyediaan dana untuk pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setiap terjadinya bencana banjir Belum maksimalnya penyediaan dana untuk pelaksanaan pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum setelah terjadinya bencana banjir dan longsor Menyediakan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan masyarakat dan swasta Menyediakan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan masyarakat dan swasta Menyediakan dana pemulihan tahunan (APBN/APBD) dengan melibatkan masyarakat dan swasta Menyediakan dana pemulihan kondisi prasarana dan sarana umum pasca bencana dengan penyedian dana dari pemerintah serta melibatkan masyarakat dan swasta Dinas PU DKI, BBWS, Dinas PU kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Kelompok Masyarakat, swasta Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman167 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D P P P P 1) Kurang optimalnya database sumber daya air yang reliable (Hidrologi, Hidrogeologi dan Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya air, Prasarana sumber daya air, Teknologi sumber daya air, Lingkungan pada sumber daya air, Kegiatan SoSekBud) Terwujudnya database sumber daya air yang lengkap dan akurat Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan Menyediakan database sumber daya air yang lengkap dan akurat secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Belum memadainya SDM yang menangani SISDA Tersedianya SDM yang menangani SISDA secara memadai Melaksanakan pengadaan pegawai dan meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan Mengembangkan SDM secara berkelanjutan Mengembangkan SDM secara berkelanjutan Menyediakan SDM yang profesional untuk menangani SISDA Ditjen SDA, Biro Kepeg dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II P P P 3) Belum lengkapnya peralatan (perangkat keras dan lunak) untuk yang menunjang SISDA Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu Menginventarisasi kebutuhan dan melaksanakan pengadaan peralatan untuk menunjang SISDA terpadu Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan Menyediakan, mengoperasikan dan memelihara peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat P P P 4) Belum adanya unit SISDA yang mengintegrasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi- instansi terkait Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan Mengintegrasikan data SISDA yang mudah diakses secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Belum adanya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Menyediakan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Menerbitkan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda Prov., Dinas ESDM prov., BMKG Prov., Dipertan Prov., dan instansi lain sesuai kebutuhan, Kelompok Masyarakat P P P 6) Belum tersedianya dana yang memadai untuk melaksanakan SISDA terpadu Terwujudnya komitmen penyediaan dana untuk SISDA terpadu Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, perbaikan peralatan dan peningkatan SDM Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan Menyediakan dana SISDA terpadu untuk operasional, pemeliharaan dan pengadaan peralatan serta pengembangan SDM dan koordinasi secara berkelanjutan Menyediakan dana SISDA terpadu yang memadai Bappenas, Ditjen SDA, BBWS, Bappeda prov., Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman168 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D 5.1 LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Belum efektifnya pembagian peran yang jelas antar unit pengelola sumber daya air, al.: kewenangan terhadap situ, anak sungai Terbitnya peraturan, pedoman atau MOU antar unit/ instansi tentang pembagian perannya dalam pengelola sumber daya air Menyusun, membahas dan menyepakati pembagian peran dan wewenang antar institusi terkait bidang sumber daya air dalam bentuk pedoman, atau MOU kerjasama pengelolaan antar instansi Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi penerapan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menerbitkan pedoman atau MOU tentang pembagian peran dan kerjasama antar instansi dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum memadai jumlah dan kapasitas pegawai Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya, sesuai dengan kompetensinya Menambah jumlah pegawai sesuai analis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) Menambah jumlah pegawai sesuai analis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) Menjaga kesesuaian antara jumlah yang purna tugas dengan pengadaan pegawai baru sesuai analisis beban kerja Memenuhi kebutuhan jumlah dan kapasitas pegawai sesuai analisis beban kerja Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%) Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%), kumulatif 100% Menjaga kesesusaian penempatan pegawai sesuai kompetensinya Memperbaiki pelaksanaan menejemen kepegawaian Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Belum diterapkannya manajemen aset dalam penyusunan anggaran rehabilitasi dan OP sumber daya air Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air Menyusun dan menetapkan pedoman menejemen aset dalam pengelolaan sumber daya air Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menejemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menejemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menyusun, menetapkan dan menerapkan pedoman manajemen asset dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat 5.2 PENDANAAN P P P 1) Belum adanya komitmen setiap instansi dalam pembiayaan pengelolaan sumber daya air terpadu Terwujudnya keterpaduan dalam penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci, BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum diterapkannya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air diluar wilayah layanan PJT Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Melakukan kajian dan penetapan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Mengkaji, menetapkan dan menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat P P P Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air sebagai pemungut jasa pengelolaan sumber daya air Melakukan kajian, pembahasan dan penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air Mengoperasikan, memantau dan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi operasional BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Menetapkan BLU Pengelolaan sumber daya air dan memantau operasionalnya secara berkelanjutan Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat 5.3 PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Belum maksimalnya pengawasan pengambilan air tanah dalam Terkendalinya pengambilan air tanah dalam Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur pengambilan air tanah dalam, dan membangun sumur pantau pada lokasi yang rawan Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) Melaksanakan inventarisasi, dan memantau pengambilan air tanah dalam sesuai ijin yang telah diberikan BPLHD Prov/Kab/Kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Kurangnya kesadaran masyarakat/swasta tentang bahaya pengambilan air tanah dalam secara berlebihan Meningkatnya kesadaran masyarakat/ swasta dalam pengambilan air tanah dalam Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang pengambilan air tanah dalam BPLHD Prov/Kab/Kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur Prov. Banten Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Menyusun dan menerbitkan dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan Melaksanakan pendelegasian perizinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Men. PU kapada Gub. Banten Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (S. Ciujung/ S.Cidurian ke Jakarta) Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai transfer air antar wilayah provinsi Menetapkan kebijakan tentang transfer air antar wilayah Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan Menetapkan kebijakan tentang transfer air antar wilayah provinsi Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat 5.4 P P P P 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota Membentuk, mengaktifkan dan memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota dan BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Belum aktifnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci Mengaktifkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 2Ci secara berkelanjutan Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 2Ci secara berkelanjutan Mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 2Ci secara berkelanjutan Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 2Ci Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek. Dewan SDA Prov., Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota Terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) Optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (3 Ci, 2 Ci dan 1 Ci) BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci, Dinas PU DKI, Kelompok Masyarakat P P P 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di wilayah 2Ci Peningkatan kinerja forum komunikasi DAS Membentuk forum komunikasi DAS dan mengaktifkan forum Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi konservasi Membentuk dan mengaktifkan forum DAS BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota, Bappeda, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait DI Ciujung, DI Cidurian Meningkatkan Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi DI Ciujung, DI Cidurian BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian Kabupaten, Kelompok Masyarakat P P P 7) Belum optimalnya koordinasi penanggulangan bencana Optimalnya koordinasi dalam penanggulangan bencana banjir penanggulangan bencana, dan pemulihan prasarana yang rusak oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir Meningkatkanerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan banjir Bappeda prov, Dinas PU DKI, BBWS, BPPD, Kecamatan, Keluraha, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman169 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D 5.5 P P P P 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air Meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air * Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan, Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU * Melaksanakan penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU * Melaksanakan penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU Melaksanakan pembinaan masyarakat, sehingga meningkatkan kesadaran dalam pengelolan sumber daya air TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas PU/SDA, pemuka agama, tokoh masyarakat , Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (30% area) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (20% area, total menjadi 50%) Melaksanakan pemberdayaan petani/ P3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan irigasi tersier (50% area, total menjadi 100%) Meningkatkan pembinaan kesadaran dan kemampuan petani/ P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, BBWS, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani, Kelompok Masyarakat P P P Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat DAS hulu, sekitar hutan dan sekitar sumber air, melalui pembinaan dan pendampingan Bapedda, Dinas Sosial, Dinas TanHutBun Kab../Kota, Kelompok Masyarakat, Kelompok Masyarakat, Swasta P P P Terwujudnya insentif kepada kelompok masyarakat telah mulai menyelenggarakan kegiatan secara swadaya Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaab sumber daya air secara swadaya Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaab sumber daya air secara swadaya Memberikan bantuan pemberdayaan dan percontohan dengan diutamakan kepada kelompok masyarakat yang telah merintis kegiatan pengelolaab sumber daya air secara swadaya P P P 2) Lunturnya budaya/tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air *Terlindungnya/terjaganya budaya/tradisi masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan Dinas Sosial, Kehutanan, Pertanian, BPLHD Kab/Kota, Prov., Dinas Pu/SDA, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Belum maksimalnya pembinaan masyarakat dalam melaksanakan hemat air Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (50% area) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (75% area) Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (100% area) Meningkatkan pmbinaan petani utk hemat air irigasi. Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, IP3A/GP3A/P3A, petani, Kelompok Masyarakat P P P Terlaksananya pembinaan petani berhemat air irigasi dengan sistem SRI Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan hemat air melalui demplot Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani, Kelompok Masyarakat P P P Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area) Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area), kumulatif (10%) Membina petani melaksanakan sistem SRI (10% area), kumulatif (20%) P P P P Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hemat air untuk kebutuhan perkotaan Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok masyarakat perkotaan P P Terlaksananya penerapan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle Melaksanakan sosialisasi hemat air industri melalui 3R Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan hemat air industri melalui Reduce-Reuse- Recycle Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat Industri, Kelompok Masyarakat P P Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut untuk industri * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Mengembangkan dan menerapkan teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut menjadi air bersih/tawar untuk industri Dinas Perindustrian prov., PDAM, Dinas PU/SDA prov., BPLHD/BLHD, Kelompok Masyarakat P P P 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) Dinas Kebersihan Prov./Kab/Kota, Dinas PU/SDA Prov./Kab/ Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 6) Terlaksananya peningkatan pengembangan dan penerapan Dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan Meningkatkan peran swasta dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan melalui dana CSR Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat, Kadinda P P P Terlaksananya peningkatan pemberdayaan masyarakat tentang kebersihan lingkungan, termasuk MCK Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan penggunaan MCK Dinas CK, Dinas PerKim Prov/Kab/Kota, BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman170 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D P P 7) Belum berkembangnya kerja sama pengelolaan jasa lingkungan Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan Melaksanakan kajian (2011- 2012),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2013-2015) Melaksanakan kajian (2011- 2012),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2013-2015) Melaksanakan kerjasama Jasa lingkungan Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan) BBWS,BPLHD Prov/kab/kota, Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat P P P 8) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan Konservasi DAS Terlaksananya konservasi DAS dengan prinsip hubungan hulu-hilir Menyiapkan MOU and melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada DAS Ciliwung Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciliwung Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciliwung dan mengembangkan ke DAS lain Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Ciliwung dan DAS lainnya (dalam bentuk bantuan dana dan lain-lain) Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat, PPNS, Polri, Satpol PP, Kelompok Masyarakat 9) Belum optimalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air *Optmalnya peran serta perempuan dalam pengelolaan Sumber Daya Air termasuk dalam kegiatan konservasi, pendayagunaan dan daya rusak air, penyebarluasan informasi dan keterlibatan dalam organisasi kemasyarakatan. * Membentuk kelompok gerakan peduli air , peduli sampah. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Membentuk kelompok gerakan peduli air , peduli sampah. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Membentuk kelompok gerakan peduli air , peduli sampah. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan peningkatan peran serta perempuan dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan Dinas Sosial Prop/Kab/Kota, Badan Pemberdayaan Masyarakat Prov/Kab/Kota, Bappeda Prop/Kab/Kota, Dinas Pertanian Prop/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman171 Tabel 4.2. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (2 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 PENATAAN RUANG 1 2 3 4 A B C D P P P 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan Terlaksananya : Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang (2011-2013) ___ ___ Mensosialisasikan, memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan Per-UU-an tentang penataan ruang Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP 26 Thn 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Menetapkan zonasi sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air kedalam RTRW Prov/Kab/Kota Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P PERPRES 54/08,Tentang Penataan Ruang JABODETABEKPUNJUR Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Menetapkan zonasi sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air kedalam RTRW Prov/Kab/Kota Dinas Tata Ruang dan Tata Kota prov., Bappeda prov , Dinas PU/SDA prov, kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Perda Jabar No. 22/2010 tentang RTRW Prov. Jawa Barat Memonitor dan mengawasi pelaksanaan RTRW Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menerapkan sanksi pelanggaran Dinas Tarung Prov/ Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) Terlaksananya UU 41/2009 ttg Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PP 1 tahun 2011 Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan berkelanjutan (2011-2013) Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (2011-2013) Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Mensosialisasikan, memonitor, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin lokasi dan IMB Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas Tata Ruang, Kelompok Masyarakat P P Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan (2014-2015) Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, Polda/Polres, BBWS, Kelompok Masyarakat Kebijakan operasional STRATEGI Jangka Menengah (2011-2020) i No. Aspek/Sub Aspek Jangka Pendek (2011-2015) ii + i iii + ii + i Jangka Panjang (2011-2030) Lembaga/Instansi/Kelompok Masyakat/Swasta Terkait Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman172 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1,2,3,4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.1 PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Berkurangnya fungsi konservasi kawasan hutan dan non hutan pada lahan sangat kritis (26.437 ha) dan kritis (115.988 ha) pada DAS di wilayah Citarum * Terlaksananya konservasi lahan sangat Kritis dan kritis pada DAS di wilayah Citarum * Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTkRHL) = 2011-2013, melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 40% dan lahan kritis 15% area (2014-2015) * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan sangat kritis 60% area, kumulatif menjadi 100%, dan lahan kritis 35% area, kumulatif menjadi 50%. * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan kritis 50% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Melaksanakan RTkRHL di kawasan prioritas pada hulu DAS dan hulu waduk/ rencana waduk Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt P P P 2) Terancamnya lahan agak kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (273.880 ha) * Terlaksananya konservasi lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum * Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum, dan melaksanakan RTkRHL 20% area * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 50% area, kumulatif menjadi 70% * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan agak kritis 30% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Melaksanakan RTkRHL di kawasan lahan agak kritis pada DAS di wilayah Citarum Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) di luar Kawasan Hutan, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Kelompok Masyarakat, Dinas Kehutanan Prov., BB Konservasi SD Alam (Hutan Konservasi), Perum Perhutani (Hutan Lindung dan Produksi), PT. Bakt P P 3) Terancamnya lahan potensial kritis pada kawasan hutan dan non hutan pada DAS di wilayah Citarum (468.255 ha) * Terlaksananya konservasi lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Citarum * Mensosialisasikan upaya konservasi dan perlindungan lahan potensial kritis pada DAS di wilayah Citarum dan melaksanakan RTkRHL 25% area * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 40% area, kumulatif menjadi 65% * Melaksakan kegiatan RTkRHL pada lahan potensial kritis 35% area, kumulatif menjadi 100%, serta memantau dan mempertahankan kondisi hutan yang sudah di rehabilitasi * Menyadarkan masyarakat untuk melindungi dan memperbaiki lahan potensial kritis Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Belum optimalnya pelaksanaan Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum * Terlaksananya Gerhan dan GNKPA di dalam dan di luar kawasan hutan pada DAS hulu dan tengah wilayah Citarum * Melakukan evaluasi dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di wilayah Citarum (25%) * Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di wilayah Citarum (25%), kumulatif (50 %) * Melakukan evaluasi ulang dan sinkronisasi terhadap pelaksanaan Gerhan dan GNKPA, serta melaksanakan Gerhan dan GNKPA di wilayah Citarum (50%), kumulatif (100%) * Melaksanakan sinkronisasi Gerhan dan GNKPA di wilayah Citarum Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat P P P 5) Belum optimalnya perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum * Terwujudnya perlindungan yang optimal pada alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum * Merencanakan (2011-2013 = 100%) dan melaksanakan (2014-2015 = 10%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum * Melaksanakan (2016-2020 = 25%, kumulatif = 35%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum * Melaksanakan (2021-2030 = 65%, kumulatif = 100%) perlindungan alur dan tebing sungai di sungai-sungai utama pada wilayah Citarum * Melaksanakan perlindungan alur dan tebing sungai yang optimal BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat * Melakukan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi- lokasi sungai Citarum * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Citarum dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan * Membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi-lokasi sungai Citarum dan melakukan operasi dan pemeliharaan laboratorium yang terbangun secara berkelanjutan * Melaksanakan inventarisasi untuk cagar alam dan budaya melalui pembuatan perlindungan alam , membangun laborotarium geologi (geo park) di lokasi- lokasi sungai Citarum Dinas ESDM, BPLHD, Bappeda, BBWS dan Dinas PU/PSDA, Kelompok Masyarakat P P P 6) Budi daya pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi yang menyebabkan banyaknya lahan kritis * Terlaksananya PerMenTan No. 47/PerMenTan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Umum Budi daya Pertanian pada lahan Pegunungan * Melaksanakan sosialisasi PerMenTan No. 47/PerMenTan/OT.140/10/2006, melaksanakan pelatihan bagi Good Agriculture Practice (GAP), melaksanakan gerakan budidaya sayuran/buah berbasis GAP melalui pendekatan sekolah lapang, dan menerapkan PerMenTan No. 48/Per * Menerapkan PerMenTan No. 48/PerMenTan/OT.140/10/2009 tahap II (40% area), kumulatif (50% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. * Menerapkan PerMenTan No. 48/PerMenTan/OT.140/10/2009 tahap III (50% area), kumulatif (100% area), memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya. * Menyelenggarakan budidaya pertanian yang sesuai dengan kaidah konservasi berpedoman kepada PerMenTan No. 48/PerMenTan/OT.140/10/2009 Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, Dinas Pertanian Prov., PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P * Terlaksananaya penanaman kawasan non hutan yang berlereng dengan tanaman jangka panjang bernilai ekonomi tinggi (contoh tanaman kopi) * Melaksanakan percontohan, pendampingan dan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tananam jangka panjang, disertai pemberdayaan melalui penanaman sistim tumpang sari secara berkelanjutan (target 15% area) * Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tananam jangka panjang, disertai pemberdayaan melalui penanaman sistim tumpang sari secara berkelanjutan (target 25% area, kumulatif 40%) * Melaksanakan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tananam jangka panjang, disertai pemberdayaan melalui penanaman sistim tumpang sari secara berkelanjutan (target 60% area, kumulatif 100%) * Melaksanakan percontohan, pendampingan dan bimbingan kepada masyarakat tani di kawasan non hutan yang berlereng untuk menanam tananam jangka panjang, disertai pemberdayaan melalui penanaman sistim tumpang sari secara berkelanjutan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (TanHutBun) serta kelompok masyarakat P 7) Masih terbatasnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) * Tercapainya standar luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) sesuai dengan peraturan * Menyusun sistem pemberian insentif bagi pengembang yang menambah dan disinsentif bagi pengembang yang mengurangi RTH, dituangkan dalam Perda (2011-2013). Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaannya (2014-2015) * Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan * Menerapkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pemberian Insentif/disinseftif secara berkelanjutan * Menambah luas RTH sehingga tercapai standar sesuai peraturan (30% luas) Dinas PU Prov, Bappeda, Dinas Kimrum, DPRD, Developer dan Kelompok Masyarakat P P P 8) Masih adanya Kawasan pemukiman baru yang belum memenuhi daya dukung lingkungan * Terwujudnya kawasan pemukiman baru yang memenuhi daya dukung lingkungan * Menyusun Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi * Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi * Menerapkan dan memantau pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi * Menyusun dan menerapkan Perda tentang pembangunan kawasan pemukiman baru yang mengikuti kaidah konservasi Dinas Kimrum, Dinas PU Prov, Bappeda, DPRD, BPN, Developer, Kelompok Masyarakat P P P 9) Masih adanya alih fungsi Situ menjadi pemukiman atau tempat usaha * Terlindunginya situ secara berkelanjutan * Menyusun Perda tentang perlindungan dan fungsi situ serta mensosialisasikannya * Menerapkan Perda tentang perlindungan dan fungsi situ * Menerapkan, mengawasi dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ * Menyusun Perda, mensosialisasikan, menegakkan dan menindak bagi pelanggar Perda tentang perlindungan dan fungsi situ Dinas PU Pov., BBWS, DPRD, BPN, Satpol PP, Polri, Developer, Kelompok Masyarakat P P P 10) Terjadinya abrasi/ erosi muara dan pantai * Terlindunginya kawasan muara dan pantai * Menyusun perencanaan bangunan pengamanan muara dan erosi pantai, dan melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (100%) * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (30%), kumulatif 40% * Melaksanakan pembangunan pengamanan muara dan erosi pantai (60%), kumulatif (100%) * Melindungi muara dan pantai dengan struktur Dinas PU/SDA Kab/Kota dan Prov, BBWS, Kelompok Masyarakat i ii + i iii + ii + i Sasaran/Target yang diinginkan No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Jangka Pendek (2011-2015)
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman173 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D P P P P 11) terjadinya kerusakan dasar dan alur sungai karena penambangan pasir dan kerikil * Terlindungnya dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan pasir dan krikil * Meninventarisasi lokasi penambangan, memberikan arahan lokasi yang sesuai, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai penegakan hukum. * Memantau, menerapkan dan melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggaran penambangan pasir dan krikil secara berkelanjutan * Memantau, menerapkan dan melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggaran penambangan pasir dan krikil secara berkelanjutan * Memberikan arahan lokasi yang sesuai untuk penambangan pasir dan krikil, mengkaji ulang terhadap ijin yang sudah dikeluarkan serta pengaturan ijin dengan memperhatikan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan disertai pemantauan dan penegakan hukum. Dinas ESDM/Pertambangan, BPLHD, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 12) Kurang jelasnya batas pemilikan lahan di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat * Terciptanya batas pemilikan lahan yang jelas di hulu antara milik PERUM PERHUTANI, PTPN dan Masyarakat * Menginventarisir pemilikan lahan Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat, melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat * Pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan * Pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan * Melakukan pemetaan detail dan pemasangan tanda batas yang jelas antara lahan milik Perum Perhutani, PTPN dan masyarakat serta pengawasan terhadap penggunaan lahan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan secara berkelanjutan Dinas Kehutanan, Badan Pertanahan Nasional, Perum Perhutani, PTPN, Kelompok Masyarakat P P P P 13) Kurang terkendalinya penggunaan lahan bekas sudetan sungai * Terlindunginya lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai melalui kegiatan sosialisasi, penertiban dan pemantauan secara berkelanjutan * Mengembalikan fungsi lahan bekas sudetan sungai Citarum dan anak-anak sungainya sebagai bagian dari daerah milik sungai BBWS, Dinas PU/PSDA Prop./Kab/Kota, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman174 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.2 PENGAWETAN AIR P P 1) Belum optimalnya pembangunan tampungan air (masih banyak air terbuang pada musim hujan) * Bertambahnya waduk, situ dan kolam retensi * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan * Membangun waduk, situ dan kolam retensi sesuai kebutuhan jangka panjang BBWS, Dinas PU/PSDA Prov., Balai PSDA P P P 2) Terjadinya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas dan pemantauan yang lemah, pada CAT Bandung-Soreang, Batujajar, Subang dan Bekasi Karawang sehingga terjadi penurunan muka air tanah, penurunan tanah dan/atau instrusi air laut * Terlaksananya pengendalian pengambilan air tanah * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah baik yang mempunyai ijin maupun yang tidak mempunyai ijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah baik yang mempunyai ijin maupun yang tidak mempunyai ijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah baik yang mempunyai ijin maupun yang tidak mempunyai ijin, disertai penyediaan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan * Melaksanakan pengendalian dan pemantauan pengambilan air tanah (menyediakan kebutuhan air permukaan secara berkelanjutan) BPLHD, PDAM, Badan Regulator, Bappeda, Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 3) Masih rendahnya effisiensi pemakaian air oleh berbagai kepentingan * Tercapainya effisiensi pemakaian air irigasi * Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI * Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI secara berkelanjutan * Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI secara berkelanjutan * Melaksanakan effisiensi pemakaian air di setiap DI dan melaksanakan metode SRI secara berkelanjutan Dinas TanHutBun, PU/PSDA kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat P P P P * Tercapainya efisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri * Mensosialisasikan dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri * Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan * Melaksanakan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan effisiensi pemakaian air rumah tangga dan industri Dinas Perindustrian, PDAM, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat P P * Berkurangnya kebocoran distribusi air minum * Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air * Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air * Mengganti pipa-pipa distribusi air minum yang lama, mensosialisasikan, mengawasi dan menindak terhadap pencurian air serta menerapkan hemat air * Melaksanakan efisiensi dan hemat air keperluan rumah tangga dan industri PDAM, Badan Regulator, Dinas PU/PSDA Prov., Dinas PSDA kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 4) Berkurangnya daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum * Terlindunginya dan meningkatnya luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilatyah Citarum * Melindungi dan mempertahankan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum secara berkelanjutan melalui pengendalian IMB * Melindungi dan mempertahankan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum secara berkelanjutan melalui pengendalian IMB * Melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah wilayah Citarum secara berkelanjutan melalui pengendalian IMB * Melindungi dan meningkatkan daerah resapan Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P P 5) Meluasnya perambahan daerah retensi dan bantaran sungai untuk hunian dan usaha selain pertanian * Terlindunginya daerah retensi dan bantaran sungai terhadap perambahan oleh masyarakat * Mengurangi laju perambahan daerah retensi dan bantaran sungai (menjadi 70% nya) * Mengurangi laju perambahan daerah retensi dan bantaran sungai kumulatif menjadi 40% * Mengurangi laju perambahan daerah retensi dan bantaran sungai kumulatif menjadi 0% * Mengendalikan perambahan daerah retensi dan bantaran sungai Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P P P 6) Kurang teridentifikasinya potensi daerah retensi * Teridentifikasinya potensi daerah retensi di wilayah Citarum * Mengidentifikasi potensi daerah retensi di wilayah Citarum (2011-2013) dan membuat perencanaan daerah retensi (2014-2015) * Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan daerah retensi dan pembangunan daerah retensi di wilayah Citarum (30% area) * Melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahan dan pembangunan daerah retensi di wilayah Citarum (70% area), kumulatif menjadi 100% * Mengidentifikasi potensi, merencanakan, melaksanakan konsolidasi kepemilikan lahannya, dan membuat daerah/kolam retensi Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Dinas TanHutBun Kab./Kota Terkait, BBWS, BPN, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov., Kelompok Masyarakat P P P P 7) Belum memasyarakatnya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat * Terlaksananya pembuatan sumur resapan dan biopori oleh seluruh masyarakat * Melaksanakan sosialisasi pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2011-2013) dan melaksanakan pembuatan biopori oleh masyarakat (2011-2015) = 20% area * Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2016- 2020) = 30% area, kumulatif 50% area * Melaksanakan pembuatan sumur resapan dan biopori kepada masyarakat (2021-2030) = 50 % area, kumulatif 100% area * Meningkatkan jumlah air yang meresap dan menurunkan angka pengaliran Dinas Kimrum/Tata Kota, PU/SDA , BPLHD/BLHD, Kehutanan Kab./Kota Terkait, BBWS, Dinas/Badan Terkait di Tk. Prov. Kelompok Masyarakat P P P P 8) Terjadinya kerusakan mata air di wilayah Citarum * Terlindunginya mata air di wilayah Citarum secara berkelanjutan * Mensosialisasikan peraturan tentang sempadan sumber air. Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%) * Menetapkan dan mematok sempadan sumber air di sekitar mata air (jumlah 50%), kumulatif (100%) * Mengawasi dan memelihara sempadan sumber air di sekitar mata air * Melindungi keberadaan lingkungan sumber air dengan memasang patok batas sempadan yang jelas BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan inventarisasi kerusakan mata air. Merehabilitasi dan OP mata air (25%) * Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air (25%), kumulatif (50%) * Melaksanakan rehabilitasi dan OP mata air (50%), kumulatif (100%) * Melakukan perbaikan dan pemeliharaan mata air secara berkelanjutan BBWS, Balai PSDA, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota dan kelompok masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman175 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D 1.3 P P P P 1) Menurunnya kualitas air dibandingkan dengan standar baku/ kelas peruntukan sungai (tercemar ringan sampai sedang) * Peningkatan kualitas air sungai, situ dan waduk (min. Kelas II PP no 82/2001) * Melaksanakan program kali bersih (Prokasih) secara terpadu , Program Penilaian Kinerja Perusahaan (Proper) dan Surat Pernyataan Kali Bersih (Super Kasih) * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran * Melakukan pemantauan, evaluasi melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggar yang melakukan pencemaran * Meningkatkan kualitas air sungai sesuai atau lebih baik dari standar baku mutu Dinas Kebersihan, BPLHD, Dinas PU, BBWS, Dinas Perindustrian, Kelompok Masyarakat P P P P * Merencanakan dan mengalokasi air penggelontoran melalui kesepakatan dalam TKPsumber daya air, serta melaksanakan penggelontoran sungai * Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai * Melaksanakan alokasi air penggelontoran sungai * Mengalokasikan air untuk penggelontoran sungai BBWS, Dinas PU/SDA, Balai PSDA, TKPSDA, Kelompok Masyarakat P P P * Mendorong terbitnya penetapan kelas air sungai dan waduk oleh Gubernur * Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk * Menegakkan peraturan tentang kelas air sungai dan waduk * Menetapkan kelas air sungai dan waduk BPLHD, BBWS, Bappeda, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Dinas PU, TKPSDA, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin. serta menegakkan peraturan. * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan. * Melaksanakan monitoring kualitas air, terutama terhadap limbah industri secara rutin, serta menegakkan peraturan * Melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian, Bappeda Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P * Merencanakan sistem monitoring kualitas air real time * Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time * Mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time * Membangun dan mengoperasikan sistem monitoring kualitas air real time BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) * Meningkatkan SDM petugas monitoring, pengawas dan penegak hukum (PPNS) melalui fasilitasi training tentang pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) * Meningkatkan SDM petugas terkait pengelolaan lingkungan (khususnya kualitas air) BBWS, BPLHD, Dinas PU/SDA, Dinas Perindustrian Prov/ Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum optimalnya pengelolaan limbah Industri * Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah industri * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri, * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Melaksanakan sosialisasi peraturan tentang syarat kualitas air limbah, dan kewajiban penggunaan IPAL industri, serta mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Menegakkan Perda tentang pengolahan limbah industri dan melaksanakan pengawasan kualitas limbah, terutama logam berat, secara berkelanjutan BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P * Mendorong pembangunan IPAL * Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar * Mendorong pembangunan IPAL dan penegakan hukum bagi pelanggar P P P * Memberikan teguran dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya * Melaksanakan pengawasan dan penindakan bagi industri yang tidak mengoperasikan IPAL miliknya BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P * Menyusun perencanaan pembangunan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, beserta penyiapan organisasi pengelolanya * Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya * Mengembangkan IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya * Membangun IPAL industri terpadu pada kawasan industri, dan mengoperasikannya Swasta, BPLHD, Dinas Perindustrian, Dinas PU Prov/kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan evaluasi Perda terkait dengan limbah industri dan lingkungan, bila perlu memperbaharui Perda mengacu pada peraturan pemerintah terbaru. * Melaksanakan pengawasan ketat kualitas limbah industri sesuai baku mutu limbah cair (terutama logam berat) disertai penegakan hukum bagi pelanggar; BPLHD, Dinas Perindustrian Prov/kab/kota, Kepolisian, PPNS, BBWS, Dinas PU, Kelompok Masyarakat P P P P * Melaksanakan identifikasi/ updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta pemetaan lokasi dan jenis industri di wilayah Citarum * Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah Wilayah Citarum * Melaksanakan updating data base lokasi dan jenis industri, potensi pencemar, IPAL, serta updating peta lokasi dan jenis industri di wilayah Wilayah Citarum * Menyusun data base industri, serta terintegrasi dalam sistim informasi kualitas air Dinas PU/SDA, BBWS, BPLHD, Dinas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait diKab/kota, Kelompok Masyarakat P P * Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi/optimalisasi IPAL terpadu Cisirung * Melaksanakan rehabilitasi/optimalisasi, pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terpadu Cisirung serta melakukan pengawasan operasional IPAL dan kualitas limbah (khususnya logam berat) secara ketat sesuai baku mutu limbah * Melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terpadu Cisirung serta melakukan pengawasan operasional IPAL dan kualitas limbah (khususnya logam berat) secara ketat sesuai baku mutu limbah * Melaksanakan rehabilitasi/optimalisasi, pengoperasian dan pemeliharaan IPAL terpadu Cisirung serta melakukan pengawasan operasional IPAL dan kualitas limbah BPLHD, Dinas PU/SDA, BBWS, Dinas Perindustrian, Bappeda, instansi terkait diKab/kota, Kelompok Masyarakat P P 3) Limbah cair domestik dan perkotaan belum diolah sebagaimana mestinya * Terwujudnya pengendalian pencemaran dari limbah domestik dan perkotaan; * Peningkatan kapasitas /penyelesaian pembangunan IPAL Bojongsoang; * Pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan; * Melanjutkan pembangunan sistim sanitasi perkotaan dan perdesaan; * Peningkatan kapasitas /penyelesaian pembangunan IPAL Bojongsoang dan perencanaan dan pembangunan sistem sanitasi perkotaan dan perdesaan; BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok Masyarakat P P Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainase, secara bertahap (5% area kota), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru * Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainase, secara bertahap (10% area kota, kumulatif 15%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru * Merencanakan dan membangun saluran pembuangan air limbah perkotaan terpisah dari saluran drainase, secara bertahap (35% area kota, kumulatif 50%), terutama pada kawasan pengembangan perumahan atau perkotaan baru Merencanakan dan membangun sistem sanitase perkotaan dengan memisahkan saluran pembuangan air limbah perkotaan dari saluran drainase kota, secara bertahap Dinas CK, BPLHD, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber air); * Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber air); * Melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan sanitasi individu, perdesaan dan komunal (terutama daerah berpenduduk padat dan sekitar sumber air); Melaksanakan pemberdayaan masyarakat thd penggunaan sanitasi lingkungan BPLHD, Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, Dewan SDA Prov., Dinas PU/SDA kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 4) Masih adanya bahaya dari sisa penggunaan pupuk dan obat-obatan pertanian * Terwujudnya pengendalian limbah pertanian; Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis * Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan monitoring kepatuhan petani di lapangan * Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis, dan monitoring di lapangan Melaksanakan sosialisasi penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dosis BPLHD, Dinas Pertanian, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman176 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 1 KONSERVASI 1 2 3 4 A B C D P P P 5) Limbah peternakan belum diolah sebagaimana mestinya * Terwujudnya pengendalian limbah peternakan; Melaksanakan sosialisasi pemanfaatan limbah ternak dan kewajiban menggunakan IPAL peternakan, disertai pembangunan IPAL percontohan dan pemberdayaan peternak * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.); * Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak (mis. biogas, kompos dsb.); Melaksanakan pembangunan IPAL peternakan dan pemanfaatan limbah ternak; BPLHD, BBWS, Dinas Peternakan, Dinas PU Prov., Kelompok Masyarakat, swasta P P P 6) Pengelolaan limbah sampah belum optimal * Terwujudnya pengelolaan limbah sampah Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan * Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan * Melaksanakan pengelolaan sampah perkotaan dan pedesaan secara terpadu melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle), dan berkelanjutan Melaksanakan pengelolaan sampah melalui sistem 3R (reduce, reuse, recycle) Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat P P P P Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. * Melaksanakan sosialisasi pelarangan membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya disertai tindakan hukum bagi pelanggarnya. Melarang membuang sampah ke sungai/ badan air lainnya. Bappeda, BBWS, Dinas Kebersihan, Dinas PU kab/kota, BPLHD, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman177 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D 2.1 PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Belum adanya peraturan peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu * Terbitnya Pergub peruntukan air pada sumber air pada ruas/ lokasi tertentu, termasuk penetapan klas air sungai * Menyusun, merumuskan Pergub melalui Dewan sumber daya air prov. dan mensosialisasikan peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan * Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan * Mengkaji ulang dan merumuskan kembali melalui Dewan sumber daya air peruntukan air dari sumber air secara berkelanjutan * Menyusun, merumuskan, menetapkan, mensosialisasikan dan menerapkan Pergub peruntukan air dari sumber air Dinas PU/PSDA Prov., Bappeda, BBWS, Dewan SDA Prov, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum adanya zona pemanfaatan sumber air yg memperhatikan berbagai macam pemanfaatan * Terbitnya penetapan zona pemanfaatan sumber air dan terintegrasinya pada peta RTRW Prov. Jawa Barat * Menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan Kabupaten /Kota * Mengkaji ulang dan menetapkan kembali zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov dan kab/Kota * Memantau pelaksanaan zona pemanfaatan air dan melakukan revisi jika diperlukan * Mengkaji menetapkan zona pemanfaatan air dan memadukan pada peta RTRW Prov, kab/kota Bappeda, Dinas Kimrum, Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Kelompok Masyarakat 2.2 PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Adanya kekurangan air untuk kebutuhan irigasi dan/atau RKI * Meningkatnya efisiensi penggunaan air * Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) * Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) * Melaksanakan kampanye dan edukasi hemat air RKI dan efisiensi air irigasi (3R) * Mengurangi kebutuhan air melalui penghematan air RKI dan efisiensi air irigasi Dinas PU/PSDA dan Kimrum Prov/Kota/Kab, Pengguna Air di Prov Jabar dan DKI Jakarta, BBWS, Kelompok Masyarakat * Mengurangi pencurian air atau pemborosan air RKI dan irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan pengambilan air baku RKI dan irigasi Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air Melaksanakan kampanye dan edukasi Hak Guna Air. Melaksanakan pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran pengambilan air * Mengendalikan pengambilan air pernukaan untuk RKI sesuai SIPA, dan air irigasi sesuia kebutuhan, serta melaksanakan penegakan hukum bagi pelanggarnya BBWS, Dinas Perindustrian, Dinas PU/SDA Prov Jabar,Kepolisian, P3A, Kelompok Masyarakat P P P * Bertambahnya debit sungai Cisangkuy 2 m3/detik dari waduk Santosa * Mengkaji ulang Studi Kelayakan Pembangunan waduk Sukawana di Cimahi dan Sudetan Cibantarua di Kab. Garut dan Bandung (2011-2013), dan melaksanakan perencanaan detail pembangunan waduk Santosa (2014-2015) * Melaksanakan pembangunan waduk Santosa, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Santosa * Melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Santosa * Melaksanakan kaji ulang Studi Kelayakan, perencanaan detail, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Santosa BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P P * Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum kota Bandung dari Waduk Saguling sekitar 4 m3/detik (/) * Melaksanakan studi kelayakan pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk Saguling (2012-2013) dan melaksanakan perencanaan detail pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk saguling (2014-2015) * Melaksanakan pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk Saguling tahap I (1,3 m3/detik) dan tahap II (1,3 m3/detik) * Melaksanakan pembangunan sistem jaringan air minum dari waduk Saguling tahap III (1,4 m3/detik), dan melaksanakan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan air minum dari waduk Saguling * Melaksanakan studi kelayakan, perencanaan detail, pembangunan sistem jaringan air minum dan operasi serta pemeliharaan sistem jaringan air minum waduk Saguling Dinas PU/SDA/Kimrum Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P * Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Bandung (dan juga mengairi lahan irigasi di bagian hilir waduk) sebesar 1,23 m3/detik dari Waduk Cikapundung (termasuk wadukCikukang Ciawiruka, Cipanegah 1, Cipanegah 2 dan Cipanegah 3) * Mengkaji ulang Perencanaan waduk Cikapundung di Kab. Bandung (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya (2014-2015) * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Cikapundung tahap I * Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Cikapundung * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Cikapundung BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P * Tersedianya air bersih/minum utk Jatinangor dan Rancaekek 0,5 m3/detik dari waduk Citarik * Mengkaji ulang Perencanaan waduk Citarik (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya (2014-2015) * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Citarik tahap I * Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Citarik * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Citarik BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P P * Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Cimahi 0.60 m3/detik (dan juga mengairi lahan irigasi seluas 1.717 ha di sekitar lokasi) serta produksi listrik 1.630 MWh dari waduk Sukawana * Mengkaji ulang Perencanaan desain waduk Sukawana (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya (2014- 2015) * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Sukawana tahap I * Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Sukawana * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Sukawana BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P * Tersedianya air bersih/minum untuk Kota Padalarang 0,45 m3/detik (dan mengairi lahan irigasi seluas 825 ha di sekitar lokasi) dari waduk Cimeta * Mengkaji ulang Perencanaan detail waduk Cimeta (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya (2014- 2015) * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Cimeta tahap I * Melaksanakan pembangunan waduk tahap II, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Cimeta * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Cimeta BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P * Meningkatnya ketersediaan air dari peninggian waduk Cirata (15 m) untuk keperluan air minum (Jakarta, Depok dan Bogor) dan meningkatnya produksi listrik ___ * Melaksanakan studi kelayakan dan detail desain Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Kali Citarum * Melaksanakan peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Kali Citarum * Melaksanakan studi kelayakan, detail desain, pelaksanaan konstruksi Peninggian Bendungan Cirata (15 m) di Kali Citarum BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Kelompok Masyarakat 2) Adanya potensi waduk-waduk kecil yang perlu dikaji lebih lanjut : Citarum Hulu : P P * Tersedianya air bersih/minum (Kab.Bandung, Kota Bandung dan Cimahi) 1,15 m3/detik dari waduk Ciwidey ___ * Mengkaji ulang Perencanaan waduk Ciwidey (2011-2013), dan melaksanakan persiapan pembangunan waduknya apabila layak untuk dibangun (2014-2015) * Melaksanakan persiapan dan melaksanakan pembangunan waduk Ciwidey tahap I (apabila layak untuk dibangun) * Melaksanakan kaji ulang Perencanaan, persiapan pembangunan, pembangunan, dan melaksanakan operasi serta pemeliharaan waduk Ciwidey (apabila layak untuk dibangun) BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) Citarum Tengah/Hilir : No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Terbangunnya waduk dan tampungan air Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Citarum Hulu : Diperolehnya tingkat kelayakan (layak atau tidaknya) potensi waduk-waduk i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman178 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D P P * Tersedianya air untuk keperluan air bersih/minum dan irigasi dari potensi waduk yang ada di Citarum Hilir (waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung) * Melaksanakan studi kelayakan untuk waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung * Melaksanakan perencanaan detail untuk waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung * Melaksanakan persiapan dan pembangunan waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung * Melaksanakan Studi Kelayakan, perencanaan detail, persiapan pembangunan dan pembangunan waduk Sadawarna, Cilame, Cibeber, Pasiranji, Nameng, Pangkalan, Maya, Telagaherang, dan waduk Kandung BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Keterbatasan air permukaan (dari potensi waduk kecil yang ada) untuk penyediaan air bersih di Cekungan Bandung * Tersedianya air tanah khususnya untuk air bersih rumah tangga dengan memperhatikan keseimbangan antara potensi dan kebutuhan * Melaksanakan kajian terhadap pemakaian air tanah di Cekungan Bandung saat ini, merencanakan dan melaksanakan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan dan potensi yang ada. * Melaksanakan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan, dan melakukan pemantauan serta evaluasi penggunaan (sesuai perencanaan) * Melaksanakan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan, dan melakukan pemantauan serta evaluasi penggunaan (sesuai perencanaan) * Melaksanakan kajian terhadap pemakaian air tanah di Cekungan Bandung, merencanakan dan melaksanakan pengembangan air tanah untuk kebutuhan air bersih rumah tangga sesuai kebutuhan dan potensi yang ada. Dinas ESDM, Dinas PU/SDA/Kimrum Prov/Kab/Kota, PDAM, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 4) Keterbatasan layanan PDAM di Cekungan Bandung dan Kota/Kabupaten lainnya * Meningkatnya cakupan layanan PAM Cekungan Bandung dan Kab./Kota lainnya sesuai target MDG's * Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi 50% * Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi 60% * Meningkatkan cakupan layanan PAM dengan menambah sambungan rumah tangga menjadi 70% * Meningkatkan jumlah sambungan rumah tangga mencapai 70% penduduk PDAM Prov/Kab/Kota, Dinas Kimrum, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Adanya kekurangan air baku untuk kebutuhan DKI Jakarta * Meningkatnya penyediaan air dari Citarum ke Jakarta dari 16 m3/dtk menjadi 31 m3/dtk (melalui normalisasi Saluran Tarum Barat) * Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan normalisasi Saluran Tarum Barat Melaksanaan kegiatan normalisasi Saluran Tarum Barat dan pemeliharaan secara berkelanjutan Melaksanaan pemeliharaan Saluran Tarum Barat secara berkelanjutan Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan Saluran Tarum Barat secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov Jabar, PJT 2, Pemda DKI Jakarta, PDAM, Kelompok Masyarakat P P P Tersedianya tambahan air minum 9 m3/detik dari Jatiluhur yang dialirkan dengan pipa melalui tanggul kanan Tarum barat ke Jakarta Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaan produksi air minum 4 m3/det dikirim ke Jakarta. Pelaksanaan produksi air minum tambahan 5 m3/det dikirim ke Jakarta (total volume air minum 9 m3/det), OP instalasi air air minum dan pipa OP instalasi air air minum dan pipa kapasitas 9 m3/det Merencanakan instalasi Penjernihan kapasitas 9 m3/det di Curug dan perencanaan trase jalur pipa dari Curug ke Jakarta serta pelaksanaannya PJT II, PJB, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., PDAM, Bappeda, Investor, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Citarum Tengah/Hilir : i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman179 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 2 PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D 2.3 PENGGUNAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Konflik penggunaan air irigasi dan air baku di wilayah Citarum * Harmonisasi penggunaan air irigasi dan air baku di wilayah Citarum * Mereview dan melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan * Melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan secara berkelanjutan * Melaksanakan alokasi air sesuai kesepakatan secara berkelanjutan * Melaksanakan alokasi air sesuai prinsip- prinsip penggunaan sumber daya air TKPSDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, PJT II, Kelompok Masyarakat P P 2) Kerusakan prasarana jaringan irigasi mengakibatkan tidak efektif dan tidak efisiennya distribusi air irigasi * Pelaksanaan rehabilitasi jaringan irigasi terutama yang rusak berat * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai 50% * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai 100% * Melaksanakan OP jaringan irigasi * Merehabilitasi jaringan irigasi mencapai 100% BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P 3) OP prasarana sumber daya air (Irigasi,sungai, situ, dll) belum memadai, berakibat menurunnya fungsi layanan * Terlaksananya OP prasarana sumber daya air sesuai standar * Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 50%) * Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 75%) * Melaksanaan OP prasarana sumber daya air (Tingkat Pelayanan 100%) * Melaksanaan OP prasarana sumber daya air untuk mempertahahan tingkat layanan BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat * Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya (kumulatif 100%) Melaksanakan OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya secara berkelanjutan Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual Dinas PU/PSDA, BBWS, Balai PSDA, Kelompok Masyarakat, Swasta * Meningkatnya efisiensi air irigasi * Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi menjadi 60% * Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi menjadi 63% * Melaksanakan peningkatan efisiensi air Irigasi menjadi 65% * Meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dalam rangka mengurangi debit puncak kebutuhan irigasi BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, Dinas TanHutBun Kab./Kota, Kelompok Masyarakat P P P 4) Belum adanya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum * Tersedianya SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum * Melaksanakan kajian SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum (2011-2013) memformulasikan dan mengujicoba (2014- 2015) * Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum (2016- 2020) * Melegalisasi dan mendesiminasikan SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum (2021- 2030) * Menyiapkan SOP tampungan/situ di Wilayah Citarum BBWS, Dinas PU/SDA Prov., Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P 5) Tidak/Belum Optimalnya Kinerja Prasarana Irigasi * Peningkatan irigasi dlm rangka ketahanan pangan * Melaksanakan kajian terhadap kinerja dan fungsi daerah irigasi yang ada di wilayah Citarum , Melaksanakan Peningkatan Irigasi (keandalan 50%) * Melaksanakan Peningkatan Irigasi (keandalan 75%) * Melaksanakan Peningkatan Irigasi (keandalan 100%) * Mempertahanakan keandalan irigasi maksimal BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, PJT II, Kelompok Masyarakat P P P P 6) Belum optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) Optimalnya integrasi SOP Kaskade 3 Waduk Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) Melakukan kaji ulang SOP Kaskade 3 Waduk di Citarum, mengintegrasikan dan menetapkan SOP waduk termasuk untuk kondisi ekstrim Melaksanakan SOP Kaskade 3 waduk, memonitor dan mengevaluasi secara berkelanjutan Melaksanakan SOP Kaskade 3 waduk, memonitor dan mengevaluasi secara berkelanjutan Melakukan kaji ulang, mengintegrasikan, menetapkan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi SOP Kaskade 3 waduk di Sungai Citarum. BBWS, PJT II, Indo Power, Pembangkit Jawa Bali, Dinas PSDA Propinsi, Bappeda Prop dan Gubernur, Kelompok Masyarakat P P P 7) Belum terlaksananya aset manajemen irigasi (OP, Rehabilitasi) * Terlaksananya penerapan Pengelolaan Aset Irigasi (PAI) secara berkelanjutan * Melaksanakan aset manajemen irigasi (50% area) * Melaksanakan aset manajemen irigasi (75% area) * Melaksanakan aset manajemen irigasi (100% area) * Menyusun prioritas OP, rehab jaringan dg berdasarkan PAI. Dinas PU/PSDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat P P 8) Kondisi layanan jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat telah menurun. * Terlaksananya rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat * Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (50% area) * Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (75% area) * Melaksanakan rehabilitasi jaringan perikanan dan tambak rakyat (100% area) * Merehabilitasi jaringan pengairan perikanan dan tambak rakyat. Dinas PU/SDA Prov/Kab, BBWS, Kelompok Masyarakat P P 9) Belum terpisahnya fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat * Terwujudnya pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat * Merencanakan dan melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Cantek 100% dalam 2 thn, Pelaksanaan 30% dalam 3 thn). * Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 50% dalam 5 thn, kumulatif pelaksanaan 80%). * Melaksanakan pemisahaan fungsi saluran air baku dan air irigasi di Saluran Induk Tarum Barat (Pelaksanaan 20% dalam 2 thn, kumulatif pelaksanaan 100%). * Memisahkan fungsi sal.air baku dan irigasi. PJT II, PDAM prov/Kota Jakarta, BBWS Citarum, BBWS Cil-Cis, Kelompok Masyarakat P P P 10) Belum sadarnya masyarakat petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi * Meningkatnya kesadaran petani dalam pelaksanaan hemat air irigasi * Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (50% area) * Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (75% area) * Mensosialisasikan dan melaksanakan penyuluhan serta penyadaran publik tentang hemat air irigasi (100% area) * Membina petani utk hemat air irigasi. Dinas Pertanian, PU/PSDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 11) Masih rendahnya Indeks Pertanaman (IP)/intensitas tanam dgn pemberdayaan petani. * Meningkatnya IP secara maksimal * Peningkatan IP dari 215% ke 250% * Peningkatan IP dari 250% ke 265% * Peningkatan IP dari 265% ke 280% * Menaikkan IP dg pemberdayaan petani (dari 215% ke 280%) Dinas Pertanian, PU/PSDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 12) Belum tersusunya pedoman Operasional penyusunan AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi * Tersedianya pedoman operasional AKNOP irigasi * Melakukan kajian AKNOP irigasi di Seluruh DI di wilayah Citarum (2011-2013) dan menguji coba pelaksanaan AKNOP irigasi di beberapa DI (2013-2014) * Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI di wilayah Citarum (2016-2020) pada area 50% * Melaksanakan AKNOP irigasi di seluruh DI di wilayah Citarum (2016-2020) pada area 100% * * Memformulasi dan melegalisasi AKNOP Irigasi (2015) __ __ 2.4 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) Belum optimalnya pemanfaatan potensi tenaga air * Terlaksananya pengembangan potensi tenaga air * Melaksanakan inventarisasi potensi dan perencanaan pemanfaatan tenaga air (2011- 2013), melaksanakan konstruksi mini-mikro hydro power (2014-2015 = 20%) * Melaksanakan pembangunan pembangkit tenaga listrik dan mini-mikro hydropower 30% , kumulatif = 60% * Membangun pembangkit tenaga listrik pada bendungan dan mini-mikro hydropower 40%, kumulatif = 100% * Membangun pembangkit listrik tenaga air pada bendungan dan pengembangan potensi mini dan mikro hydropower ESDM, PLN, BBWS, Dinas PU/ PSDA prov, Kelompok Masyarakat, PJT II P P 2) Masih terbatasnya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi * Terlaksananya pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, khususnya untuk air industri di kawasan pantai utara dan Bandung * Melakukan kajian pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi, serta mendorong peran industri/ swasta untuk menerapkannya * Mendorong pelaksanaan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/ swasta, dengan pemberian insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah * Melaksanakan pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/ swasta * Mendorong pengembangan penerapan teknologi desalinasi dan ultra filtrasi oleh industri/swasta, dengan pemberian insentif bagi yang mengurangi pengambilan air tanah Pemda Prov., Pemda kab/kota Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu, PDAM, Industri/Swasta, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) Mereview AKNOP (analisa kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan) Irigasi dikaitkan dengan areal (Rp/Ha) dan bangunan dikaitkan dengan areal (rp/ha) dan bangunan utama No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Dinas Pertanian, PU/SDA Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman180 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D 3.1 PENCEGAHAN BENCANA P P P P 1) Belum adanya Master Plan Sistem Pengendalian Banjir secara menyeluruh pada S.Citarum * Tersusunnya master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum * Menyusun master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum * Melaksanakan program-program pada master plan sistem pengendalian banjir secara menyeluruh pada S.Citarum * Melaksanakan program dan OP pada sistem pengendalian banjir menyeluruh pada Sungai Citarum * Mengurangi korban/ kerugian akibat banjir dan mengurangi frekuensi kejadian banjir dengan banjir rencana untuk kawasan pertanian Q5, perkotaan Q25 BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Menurunnya fungsi prasarana pengendali banjir di sungai Citarum * Terlaksananya perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir pada sungai Citarum * Melaksanakan pemeliharaan prasarana pengendali banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan perbaikan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pengendali banjir secara berkelanjutan * Memelihara fungsi prasarana pengendali banjir secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/ SDA Provinsi, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun * Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun * Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase sepanjang tahun * Melaksanakan OP Sungai dan saluran drainase secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/ PSDA Provinsi, Kelompok Masyarakat P P P * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan drainase 25% * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan drainase 25%, kumulatif (50%) * Melaksanakan perbaikan dan rehabilitasi Jaringan drainase 50%, kumulatif (100%) P P P * Melaksanakan perencanaan normalisasi sungai Citarum beserta anak sungainya dengan Q25, dan melaksanakannya secara bertahap (35%), serta melaksanakan pemeliharaan secara berkelanjutan * Melaksanakan normalisasi sungai Citarum bersama anak sungainya dengan Q25, secara bertahap (40%), kumulatif (75%), dan melaksanakan pemeliharaan secara berkelanjutan * Melaksanakan normalisasi sungai Citarum beserta anak sungainya dengan Q25, secara bertahap (25%), kumulatif (100%), dan melaksanakan pemeliharaan secara berkelanjutan * Meningkatkan kapasitas aliran sungaai dan jaringan drainase untuk aliran Q25 BBWS, Dinas PU/ PSDA Provinsi, Kelompok Masyarakat P P P 4) Penggunaan daerah retensi/ dataran banjir dan rawan banjir untuk pemukiman * Tercapainya penetapan dan pemasangan patok batas kawasan retensi banjir serta melarang pembangunan di daerah retensi (Cieunteng dan Cikapundung) * Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air * Menetapkan peruntukan dan melindungi daerah retensi, untuk tampungan air Relokasi pendududk * Menerbitkan penetapan daerah retensi dan perda mengenai daerah retensi termasuk larangan membangun BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, Kelompok Masyarakat P P P * Terlaksananya ketetapan kawasan retensi yang telah terbangun termasuk upaya dan solusinya * Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun * Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun __ * Menetapkan pengaturan kawasan retensi yang telah terbangun BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P 5) Penggunaan bantaran sungai untuk pemukiman dan usaha * Terwujudnya bantaran sungai bersih dari bangunan, timbunan material galian (pasir, kerikil) dan tanaman keras yang menghambat arus banjir * Sosialisasi perda No 8 thn 2005 sempadan sungai dan memasang patok batas * Menerapkan perda sempadan sungai dan melaksanakan pengawasannya * Melaksanakan pengawasan dan penegakan hukum * Menertibkan sempadan sungai dan mencegah terhadap penggunaan yang dapat menghambat aliran banjir, diserati pemasangan patok batas yang jelas BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 6) Pembuangan sampah ke saluran drainase dan alur sungai menghambat aliran, mengakibatkan banjir * Terwujudnya sungai dan saluran drainase bersih dari sampah * Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai secara berkelanjutan dan membuat TPS untuk di olah * Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai secara berkelanjutan Melaksanakan sosialisasi ke masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai, serta pemberian sanksi bagi pelanggar * Melaksanakan penyadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 7) Belum adanya Perda pembatasan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan * Terbitnya Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan * Menyusun Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan, serta sosialisasi kepada para pengembang dan masyarakat * Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan * Menerapkan dan mengawasi pelaksanaan Perda pembatasan KDB dan pembuatan kolam detensi pada komplek perumahan * Membatasi KDB dan pembuatan kolam detensi pada pembangunan komplek perumahan untuk mengurangi aliran permukaan akibat hujan Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, DPRD, Dinas P2B, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat P P P P 8) Belum tersedia peta jalur dan tempat evakuasi bencana banjir * Tersedianya jalur evakuasi dan tempat pengungsian * Merencanakan dan menetapkan jalur evakuasi dan tempat pengungsian * Melaksanakan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat pengungsian * Merview dan mensosialisasikan peta jalur evakuasi bencanca banjir * Menetapkan lokasi pengungsian oleh Pemda Jabar BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat, swasta P P P P 9) Belum terpasangnya sistem peringatan dini banjir dan kearifan lokal pada sungai utama * Terpasangnya sistem peringatan dini di semua sungai utama * Merencanakan pengembangan dan pemasangan sistem peringatan dini di semua sungai * Melaksanakan pemasangan dan operasional sistem peringatan dini di semua sungai * __ * Melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini BBWS, Dinas PU/PSDA prov., kab/kota, BPSDA, BMKG, Kelompok Masyarakat, swasta P P P 10) Kurangnya tertatanya (sistem dan kapasitas drainase mikro) di perkotaan menyebabkan genangan di jalan * Terwujudnya sistem dan kapasitas aliran saluran drainase mikro yang memadai di perkotaan * Melaksanakan perencanaan sistem drainase dan kapasitasnya di perkotaan (2011-2013), melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan (2014-2015) * Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan secara berkelanjutan * Melaksanakan penataan sistem dan menormalisasi drainase mikro di perkotaan secara berkelanjutan * Menata dan membangun sistem jaringan drainase mikro perkotaan yang terhubung dengan sistem drainase utama/ sungai BBWS, Dinas PU/ PSDA/Kimrum Provinsi, Kab./Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P 11) Meningkatnya ancaman luapan air pasang laut * Teratasinya ancaman luapan air pasang laut * Tanggul tanah dan penanaman mangrove * Penanaman mangrove dan merawat * Penanaman mangrove dan merawat * Membangun hutan tanaman pesisir, Melindungi water front city dari ancaman pasang air laut Dinas PU/PSDA provinsi, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P 12) Banyak terjadinya bencana longsor di beberapa tempat * Berkurangnya kerugian akibat longsoran * Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota * Melaksanakan sosialisasi peta rawan longsor __ * Melakukan inventarisasi dan pemetaan daerah rawan longsor di tingkat Kab/Kota BBWS, PJT II, Dinas PU/PSDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P * Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor * Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor * Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor * Melaksanakan penyadaran publik terhadap bahaya tanah longsor BBWS, Dinas PU/PSDA, Pertambangan Prov/Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor * Menerapkan perijinan bangunan (IMB) dan building code di daerah rawan longsor Dinas P2B, Dinas Kimrum, Kelompok Masyarakat P P * Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis). * Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) * Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) * Melaksanakan upaya perkuatan daerah kritis (vegetatif dan sipil teknis) BBWS, Dinas Kehutanan, Pertanian Prov/Kab, BP DAS, Kelompok Masyarakat P P P 13) Adanya kerusakan situ dan prasarananya * Terlaksananya rehabilitasi situ, untuk mengembalikan kapasitas dan fungsinya sesuai rencana * Menginventarisasi kerusakan situ dan prasarananya. Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah Citarum (15%) * Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah Citarum (25%), kumulatif 40% * Melaksanakan rehabilitasi situ pada Wilayah Citarum (60%), kumulatif (100%) * Melindungi dan memulihkan kapasitas dan fungsi situ di Wilayah Citarum BBWS, Dinas PU/SDA Prov./Kab/Kota, Kelompok Masyarakat * Melaksanakan OP Waduk/Situ sesuai kebutuhan * Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya * Melaksanakan (50%) OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya, kumulatif (100%) * Melaksanakan OP waduk/situ oleh BBWS/Dinas PU/swasta sesuai kewenangannya secara berkelanjutan * Penganggaran OP sesuai kebutuhan nyata pengelolaan situ-situ, baik secara swakelola maupun kontraktual Dinas PU ProvI, BBWS, Balai PSDA, Swasta, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) 3) Merencanakan dan melaksanakan perbaikan tanggul bobol sepanjang 965 m dan tanggul kritis sepanjang 16.600 m di Citarum hilir (penanganan darurat), dan rehabilitasi tanggul No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Berkurangnya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase (penyempitan sungai, pendangkalan alur, serta hambatan oleh bangunan sumber daya air) Tercapainya kapasitas aliran sungai dan jaringan drainase mampu menyalurkan banjir dengan debit tertentu * i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman181 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 3 PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR 1 2 3 4 A B C D 3.2 PENANGGUL- ANGAN P P P P 1) Penanggulangan darurat akibat bencana banjir * Kerugian akibat banjir dapat diminimalisasikan * Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan * Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan * Menyediakan bahan banjiran setiap tahun dan dana operasional secara berkelanjutan * Meminimalisasi kerugian akibat banjir BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) , BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Dinas PU/PSDA kab/kota, PMI, Kelompok Masyarakat P P P P * Terlaksananya evakuasi korban pada saat kejadian banjir * Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan * Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan * Menyiapkan rencana tindak evakuasi, dapur umum, tenda, perahu karet, MCK, P3K pada daerah rawan banjir secara berkelanjutan * Mengantisipasi penanggulangan darurat berupa evakuasi korban dan dana operasionalnya BPBD, BNPB,Dinas PU/PSDA Prov., BBWS, Dinas PU/PSDA kab/kota, PMI, Kelompok Masyarakat 3.3 PEMULIHAN AKIBAT BENCANA P P P P 1) Belum optimalnya pemulihan kondisi rumah masyarakat yang menjadi korban setelah terjadinya bencana banjir dan longsor * Tercapainya pemulihan kondisi rumah masyarakat * Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta * Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta * Menyediakan cadangan dana bantuan pemulihan tahunan (APBN/APBD) dan menggalang dana dari swasta * Memulihkan kondisi rumah korban pasca bencana dengan penyedian cadangan dana dari pemerintah, dan swasta serta melibatkan masyarakat Dinas PU/Kimrum Prov., BBWS, Dinas PU/Kimrum kab/kota, BPBD, BNPB, PMI, Swasta, Kelompok Masyarakat P P P 2) Terjadinya kerusakan prasarana sumber daya air setelah terjadinya bencana banjir dan longsor * Terwujudnya perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak, memulihkan fungsinya * Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor * Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor * Menyediakan dana tahunan untuk cadangan perbaikan prasarana sumber daya air yang rusak akibat banjir dan longsor * Memulihkan kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air pasca bencana BBWS, Dinas PU/PSDA Prov.,kab/kota, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman182 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 4 SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR 1 2 3 4 A B C D P P P P 1) * Terwujudnya database sumber daya air yang lengkap dan terpercaya * Mengevaluasi tingkat kehandalan data saat ini. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan penyajian data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan * Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan * Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data sumber daya air secara handal, terpadu dan berkelanjutan * Meningkatkan kualitas data dan tingkat kehandalan database sumber daya air secara terpadu dan berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P P * Tersedianya SDM yang menangani SISDA secara memadai * Melaksanakan pengadaan pegawai dan meningkatkan kapasitasnya sesuai kebutuhan * Mengembangkan SDM secara berkelanjutan * Mengembangkan SDM secara berkelanjutan * Menyediakan SDM yang profesional untuk menangani SISDA Ditjen SDA, Biro Kepeg dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P * Tersedianya peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA terpadu * Menginventarisasi peralatan, mengevaluasi jaringan, melaksanakan rasionalisasi peralatan dan pengadaan peralatan baru untuk menunjang SISDA terpadu * Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan * Mengoperasikan dan memelihara peralatan yang menunjang SISDA secara berkelanjutan * Melaksanakan evaluasi, rasionalisasi, penyediaan, operasi dan pemeliharaan peralatan yang memadai untuk menunjang SISDA Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, PJT II, Bappeda prov.kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P * Terintegrasinya data SISDA secara berkelanjutan * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengkoordinasikan data sumber daya air yang berasal dari instansi-instansi terkait dan menerbitkan buku data tahunan serta menyediakan data berbasis web yang mudah diakses secara berkelanjutan * Mengintegrasikan data SISDA yang mudah diakses secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Ditjen SDA, PJT II, Bappeda prov.,kab/kota, Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Dinas TanHutBun kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P * Tersedianya pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Menyediakan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Mengkaji ulang pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif * Menerbitkan pedoman tentang pengelolaan SISDA yang sistematis dan komprehensif Ditjen SDA, Dinas PU/SDA prov., Bappeda prov., Dinas ESDM prov., BMKG prov., Dipertan prov., Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Kurang handalnya database sumber daya air (Hidrologi, Hidrogeologi dan Hidrometeorologi, Kebijakan sumber daya air, Prasarana sumber daya air, Teknologi sumber daya air, Lingkungan sumber daya air, Kegiatan SoSekBud) karena database belum lengkap, SDM dan Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman183 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D 5.1 LEMBAGA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR P P P 1) * * Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan * Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan * Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air dengan menggunakan pengukuran kinerja (Performance Benchmarking = 14 indikator) secara berkelanjutan * Meningkatkan kapasitas masing-masing unit kerja Psumber daya air secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja Psumber daya air melalui MoU secara berkelanjutan * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja Psumber daya air melalui MoU secara berkelanjutan * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja Psumber daya air melalui MoU secara berkelanjutan * Meningkatkan kerjasama antar unit kerja Psumber daya air melalui MoU secara berkelanjutan BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Ditjen SDA, Kelompok Masyarakat P P P * Terpenuhinya jumlah pegawai dan peningkatan kapasitasnya * Menambah jumlah pegawai sesuai analis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) * Menambah jumlah pegawai sesuai analis beban kerja (50% kekurangan terpenuhi) * Menjaga kesesuaian antara jumlah yang purna tugas dengan pengadaan pegawai baru sesuai analisis beban kerja * Memenuhi kebutuhan jumlah dan kapasitas pegawai sesuai analisis beban kerja Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P * Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%) * Menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensinya (50%), kumulatif 100% * Menjaga kesesusaian penempatan pegawai sesuai kompetensinya * Memperbaiki pelaksanaan menejemen kepegawaian Ditjen SDA, Biro Kepeg. Dan Ortala, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P * Terbitnya pedoman atau MoU tentang pembagian peran antar unit pengelola sumber daya air antara lain kewenangan terhadap situ dan anak sungai * Menyusun, membahas dan menyepakati pembagian peran dan wewenang antar institusi terkait bidang sumber daya air dalam bentuk pedoman atau MoU pengelolaan antara lain kewenangan terhadap situ dan anak sungai * Memantau dan mengawasi penerapan pedoman pembagian peran dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Memantau dan mengawasi penerapan pedoman pembagian peran dalam pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Menerbitkan pedoman pembagian peran dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov., kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P P * Terbitnya pedoman manajemen aset dalam pengelolaan sumber daya air * Menyusun dan menetapkan pedoman menejemen aset dalam pengelolaan sumber daya air * Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menejemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Melaksanakan monitoring dan pengawasan dalam penerapan pedoman menejemen aset pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Menyusun, menetapkan dan menerapkan pedoman manajemen asset dalam pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov/Kab/Kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat 5.2 PENDANAAN P P P P 1) * Terwujudnya keterpaduan dalam penyusunan program dan anggaran pengelolaan sumber daya air * Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan * Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan * Membangun komitmen diantara instansi terkait bidang sumber daya air dalam pengalokasian anggaran pengelolaan sumber daya air melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci secara berkelanjutan * Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam pengelolaan sumber daya air terpadu melalui TKPsumber daya air WS 6 Ci Bappeda, Bappenas, TKPSDA WS 6 Ci, BBWS, Dinas/SDA Prov, kab/kota, Kelompok Masyarakat P P P * Terwujudnya pungutan jasa pengelolaan sumber daya air * Melakukan kajian dan penetapan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air * Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Mengkaji, menetapkan dan menerapkan pungutan jasa pengelolaan sumber daya air BLU, Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat P P * Terbentuknya BLU Pengelolaan sumber daya air * Melakukan kajian, pembahasan dan penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air * Mengoperasikan, memantau dan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Mengoperasikan, memantau dan mengawasi pelaksanaan BLU Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan * Mengkaji, menetapkan, mengoperasikan dan memantau penetapan BLU Pengelolaan sumber daya air Ditjen SDA, BBWS, Dinas PU/SDA Prov, kab/kota, Dit BLU, MenKeu, Men PU, Kelompok Masyarakat 5.3 PENGATURAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR P P P P 1) Belum maksimalnya upaya pengawasan pemerintah terhadap pengambilan air tanah dalam yang dilakukan oleh pihak swasta/perusahaan/industri * Terkendalinya pengambilan air tanah dalam * Melaksanakan inventarisasi seluruh sumur pengambilan air tanah dalam, dan membangun sumur pantau pada lokasi yang rawan * Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) * Memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap para pelanggar penggunaan air tanah dalam secara berkelanjutan (pengambilan tidak berijin, atau melebihi volume ijin) * Melaksanakan inventarisasi, dan memantau pengambilan air tanah dalam sesuai ijin yang telah diberikan BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Satpol PP, Polri, Kelompok Masyarakat P P P * Meningkatnya kesadaran swasta/perusahaan/industri dalam pengambilan air tanah dalam * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang bahaya pengambilan air tanah dalam yang melampaui batas aman, secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi dan penyadaran publik tentang pengambilan air tanah dalam BPLHD prov., kab/kota, Dinas ESDM Prov., Dinas SDA dan Pertambangan Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 2) Belum adanya pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Menteri PU ke Gubernur * Terbitnya dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Menyusun dan menerbitkan dokumen pendelegasian perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Melaksanakan pengaturan perijinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan * Melaksanakan pendelegasian perizinan penggunaan dan pengusahaan air permukaan dari Men. PU kapada Gubernur Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Adanya tumpang tindih pelaksanaan OP di Jargasi Jatiluhur * Terbitnya dokumen pembagian peran kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur * Menerbitkan aturan pelaksanaan PP 7 tahun 2010 secara jelas (yang belum jelas di PP 7, diatur kembali/diperjelas melalui peraturan tingkat Menteri) * Melaksanakan pendelegasian kegiatan OP jargasi Jatiluhur kepada Provinsi * Melaksanakan pendelegasian kegiatan OP jargasi Jatiluhur kepada Provinsi * Terbitnya dokumen pembagian peran kegiatan OP di Jargasi Jatiluhur Menteri PU, gubernur, Dinas PSDA prov., PJT, BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat * Mengatur pendelegasian kegiatan OP jaringan Jatiluhur kepada Provinsi P P P P 4) Belum adanya kebijakan yang jelas mengenai kesepakatan transfer air antar wilayah (Sungai Citarum ke Jakarta/antar Propinsi, S. Cibantarua ke S. Cisangkuy/antar Wilayah Sungai dll.) * Terwujudnya kebijakan yang jelas mengenai transfer air antar wilayah provinsi * Menetapkan kebijakan tentang transfer air antar wilayah * Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan * Memantau dan mengawasi pelaksanaan kebijakan tentang transfer air antar wilayah secara berkelanjutan * Menetapkan kebijakan tentang transfer air antar wilayah provinsi Menteri PU, Ditjen SDA, gubernur, TKPSDA WS 6 Ci, Pemda Banten, DKI Jakarta, Kelompok Masyarakat 5.4 FORUM KOORDINASI PENGELOLAAN P P P P 1) Belum optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota * Optimalnya kinerja Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif * Membentuk dan Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota * Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota * Mengaktifkan Komisi Irigasi Provinsi, Kabupaten/Kota * Membentuk, mengaktifkan dan memfasilitasi Komisi Irigasi Provinsi, Kabupate/Kota yang aktif Dinas PU/SDA, Bappeda, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota dan BBWS, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Belum optimalnya Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci * Optimalnya kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci * Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci secara berkelanjutan * Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci secara berkelanjutan * Mengaktifkan/mengoptimalkan Dewan sumber daya air Provinsi di wilayah 6 Ci secara berkelanjutan * Mengoptimalkan kinerja Dewan Sumber Daya Air Provinsi di wilayah 6 Ci Dinas PU/SDA prov, Bappeda prov, Sek. Dewan SDA Prov., Kelompok Masyarakat P P P 3) Belum terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota * Terbentuknya Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan * - * - * Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan secara berkelanjutan * Membentuk dan Mengaktifkan Dewan sumber daya air Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan Dinas PU/SDA kab/kota, Bappeda kab/kota, Sek. Dewan SDA Kab./Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 4) Belum optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) * Optimalnya kinerja Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci, 1 Ci) * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) secara berkelanjutan * Mengaktifkan Sekretariat TKPsumber daya air 6 Ci (2 Ci, 3 Ci dan 1 Ci) BBWS, Bappeda, Sek. TKPSDA WS 6 Ci, Dinas PU DKI, Kelompok Masyarakat P P P 5) Belum maksimalnya forum komunikasi DAS di WS 6 Ci * Peningkatan kinerja forum komunikasi DAS * Membentuk forum komunikasi DAS dan mengaktifkan forum * Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan * Mengaktifkan forum komunikasi DAS secara berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi konservasi * Membentuk dan mengaktifkan forum DAS BP DAS, Dinas TanHutBun Kab/Kota, Bappeda, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 6) Belum Optimalnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di wilayah Citarum * Meningkatnya Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi di wilayah Citarum * Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait secara berkelanjutan * Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait secara berkelanjutan * Melaksanakan koordinasi antar instansi terkait secara berkelanjutan * Meningkatkan Koordinasi antar Instansi terkait pengelolaan Irigasi BBWS,Balai PSDA,Dinas Pertanian Kabupaten, Kelompok Masyarakat Jangka Pendek (2011-2015) Belum efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air karena belum memadainya SDM (kuantitas dan kualitas), belum optimalnya pembagian tugas, dan belum menggunakan PAI (Pembiayaan Aset Irigasi) secara o No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Sasaran/Target yang diinginkan Efektifnya pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja pengelolaan sumber daya air Kurangnya pendanaan karena komitmen pembiayaan pengelolaan sumber daya air masih terbatas/belum ada, terbatasnya sumber dana dan belum adanya struktur utk mengatur cost recovery dari pengguna (air) i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman184 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 5 PEMBERDAYAAN & PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA DAN PEMERINTAH 1 2 3 4 A B C D 5.5 P P P P 1) Lemahnya pembinaan dan pemberdayaan masyarakat dlm pengelelolaan sumber daya air * Meningkatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam Psumber daya air * Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan, Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU * Melaksanakan penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU * Melaksanakan penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air secara berkelanjutan. Menambahkan pendidikan Pengelolaan sumber daya air dalam muatan lokal tingkat PAUD,SD,SMP,SMU * Melaksanakan sosialisasi, penyadaran masyarakat dalam Pengelolan sumber daya air TKPSDA, Forum DAS, BP DAS, BBWS, Dinas PU/SDA dan Pemuka agama/tokoh masyarakat, Kelompok Masyarakat,Diknas P P P P * Melaksanakan pemberdayaan petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan tersier (30% area) * Melaksanakan pemberdayaan petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan tersier (20% area, kumulatif 50% area) * Melaksanakan pemberdayaan petani/P3A/GP3A dalam irigasi partisipatif, termasuk pemeliharaan dan peningkatan jaringan tersier (50% area, kumulatif 100% area) Meningkatkan pembinaan kesadaran dan kemampuan petani/P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi tersier Dinas Pertanian, BBWS, Dinas PU/PSDA, P3A, GP3A, IP3A dan Kelompok Tani, Kelompok Masyarakat P P P * Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berpperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan * Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berpperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat DAS hulu sekitar hutan dan sekitar sumber air, sehingga aktif berpperan ikut menjaga kelestarian hutan dan sumber air secara berkelanjutan Meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat DAS hulu sekitar hutan dan sekitar sumber air melalui pembinaan dan pendampingan Bappeda, Dinas Sosial, Dinas Pertanian, Kelompok Masyarakat dan swasta, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Lunturnya budaya/tradisi masyarakat setempat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air * Terlindungnya/terjaganya budaya/tradisi masyarakat dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan dan sumber daya air * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan * Menginvenatrisasi kelompok masyarakat yang mempunyai budaya dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, lingkungan, dan sumber daya air, serta memberikan bimbingan, arahan dan pemberdayaan untuk menjaga kelestariannya secara berkelanjutan Dinas Sosial, Dinas Kehutanan, BPLHD, Dinas PU/PSDA, Dinas Pertanian, BBWS, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Kelompok Masyarakat P P P P 3) Belum maksimalnya masyarakat dalam melaksanakan hemat air * Terlaksananya pemasyarakatan hemat air untuk kebutuhan perkotaan * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air untuk kebutuhan perkotaan dan rumah tangga Dinas PU/SDA kab/kota, kelompok masyarakat perkotaan P P P * Terlaksananya pembinaan petani berhemat air irigasi dengan sistem SRI * Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi hemat air irigasi, dengan demplot sistem SRI secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi dan pelaksanaan hemat air melalui demplot Dinas TanHutBun kab/kota, Dinas PU/SDA kab/kota, P3A/GP3A/IP3A, kelompok tani, Kelompok Masyarakat P P P * Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area) * Membina petani melaksanakan sistem SRI (5% area), kumulatif (10%) * Membina petani melaksanakan sistem SRI (10% area), kumulatif (20%) P P * Terlaksananya penerapan hemat air industri melalui Reduce-Reuse- Recycle * Melaksanakan sosialisasi hemat air industri melalui 3R * Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan * Menerapkan hemat air industri melalui 3R secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi dan menerapkan hemat air industri melalui Reduce-Reuse-Recycle Kadinda, Dinas Perindustrian kab/kota, dinas PU/SDA kab/kota, Asosiasi/masyarakat Industri, Kelompok Masyarakat P P * Terlaksananya pengembangan dan Penerapan Teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut untuk industri * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Mendorong kelompok industri mengolah air kotor dan air laut menjadi air bersih/tawar secara berkelanjutan * Mengembangkan dan menerapkan teknologi ultra filtrasi dan desalinisasi air laut menjadi air bersih/tawar untuk industri Dinas Perindustrian prov., PDAM, Dinas PU/SDA prov., BPLHD/BLHD , Kelompok Masyarakat P P P 4) Kurangnya pemahaman masyarakat tentang manajemen banjir * Meningkatnya kesiapan masyarakat menghadapi banjir * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir secara berkelanjutan * Melaksanakan sosialisasi tentang pengurangan resiko akibat banjir BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, Kelompok Masyarakat P P P P 5) Kurangnya peran masyarakat dlm pengelolaan sampah * Meningkatnya kesadaran masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) secara berkelanjutan * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat dlm pengelolaan sampah (di saluran, sungai) Dinas Kebersihan Prov./Kab/Kota, Dinas PU/SDA Prov./Kab/ Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P 6) Masih terbatasnya penggunaan dana Corporate Social Responsibility (CSR), Payment Enviroment Service (PES), untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan * Terlaksananya peningkatan pengembangan dan penerapan Dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan * Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan * Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan * Mendorong terwujudnya komitmen penyediaan dana CSR untuk konservasi sumber daya air dan lingkungan secara berkelanjutan * Meningkatkan peran swasta dalam konservasi sumber daya air dan lingkungan melalui dana CSR Swasta, BBWS, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BPSDA, BPDAS, kelompok masyarakat, Kadinda P P P * Terlaksananya peningkatan pemberdayaan masyarakat tentang kebersihan lingkungan, termasuk jamban keluarga * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR * Melaksanakan pemberdayaan masyarakat tentang sanitasi lingkungan sumber air secara berkelanjutan, dengan memanfaatkan CSR * Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan penggunaan jamban keluarga Dinas CK, Dinas PerKim prov., kab/kota, BPLHD/BLHD, Dinas PU/SDA prov., kab/kota, BBWS, BPSDA, swasta dan kelompok masyarakat P P P 7) Belum optimalnya kerjasama hulu_hilir dalam pelaksanaan konservasi DAS * Terlaksananya konservasi DAS dg prinsip kerjasama hulu-hilir * Menginvetarisasi potensi kerjasama hulu- hilir pada masing-masing DAS. Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir pada DAS Citarum (Prov. Jabar dan DKI Jakarta) * Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Citarum. Menyiapkan MOU dan melaksanakan uji coba kesepakatan kerjasama hulu-hilir untuk DAS lainnya (antar kab./kota) * Melaksanakan dan memantau kesepakatan kerjasama hulu-hilir DAS Citarum (Prov. Jabar dan DKI Jakarta) dan DAS lainnya (antar kab./kota) * Mengembangkan, melaksanakan dan memantau kerjasama hulu-hilir setiap DAS dalam pelaksanaan konservasi Dinas TanHutBun, PU/SDA, Kab/Kota terkait, BPDAS, BBWS, BBKSDA, Dinas Kehutanan Prov. Perum Perhutani, PT. BUMN-HL, Kelompok Masyarakat P P P P 8) Belum berkembangnya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan * Terlaksananya kerjasama pengelolaan jasa lingkungan * Menginvetarisasi dan mengkaji potensi obyek dan subyek kerjasama pengelolan jasa lingkungan dengan referensi DAS Cikapundung (Desa Cikole dan Suntenjaya (2011-2013),menyusun dokumen kerjasama dan melaksanakan uji coba (2014-2015) * Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya * Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama pengelolaan jasa lingkungan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaannya * Melaksanakan dan mengembangkan kerjasama (pengelolaan jasa lingkungan) BPLHD Prov/kab/kota, BBWS, Dinas PSDA Prov.Sektor Swasta, Kelompok Masyarakat, Dinas TanHutBun kab/kota Jangka Pendek (2011-2015) No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA Sasaran/Target yang diinginkan i ii + i iii + ii + i
Catatan: P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
halaman185 Tabel 4.3. Kebijakan Operasional Pengelolaan Pengelolaan Sumber Daya Air di WS 6 Ci (1 Ci) pada Skenario 1, 2, 3 dan 4 PENATAAN RUANG 1 2 3 4 A B C D P P P P 1) Adanya pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan * Terlaksananya UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor 26 Tahun 2008, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional * Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang * Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang * Melaksanakan sosialisasi peraturan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang * Mensosialisasikan, memantau, mengawasi dan melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan Per-UU- an tentang penataan ruang dan RTRW Prov, Kab/Kota Dinas Tata Ruang Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P * Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) * Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang- undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan * Melaksanakan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan per undang-undangan terkait dengan penataan ruang secara berkelanjutan Dinas Kimrum Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan (2014-2015) * Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan * Melaksanakan penindakan terhadap pelanggar penataan ruang secara berkelanjutan Dinas Kimrum prov., Bappeda prov , Dinas PU/SDA prov, kab/kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P * Terlaksananya UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup * Menetapkan zonasi pemanfaatan sumber air termasuk kawasan resapan, tangkapan air, sumber air, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota * Melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW, membatasi peruntukan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, building code, serta konsolidasi kepemilikan lahan retensi banjir * Melaksanakan pemantauan dan mengawasi pelaksanaan RTRW, membatasi peruntukan kawasan melalui pembatasan ijin lokasi, IMB, building code, serta konsolidasi kepemilikan lahan retensi banjir Dinas Kimrum Prov/ Kab/Kota, Dinas PU/PSDA Prov./Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BPN, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P * Menetapkan zona daerah rawan bencana tsunami, rawan banjir, rawan longsor, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota P P P P * Menetapkan kawasan yang harus diproteksi dari pembangunan perumahan/ perkotaan, antara lain lokasi calon genangan waduk/ tampungan air, kawasan retensi banjir, ke dalam RTRW Prov/Kab/Kota P P P P * Mencantumkan struktur bangunan utama sumber daya air dalam RDTR Kab/Kota P P P P * Mencantumkan kawasan rehabilitasi hutan dan lahan sesuai RTkRHL dalam RTRW Kab/Kota P P P * Terwujudnya insentive dan disinsentive (tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Menyusun Perda, mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Mensosialisasikan dan menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) * Menerapkan insentive dan disinsentive (PBB tanah terlantar/produktif, tanah produktif tanpa/dengan konservasi) Dispenda, Dinas TanHutBun Kab/Kota, BPN Kab/Kota, Kelompok Masyarakat P P P P 2) Terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan (sawah) * Terlaksananya UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan PP Nomor 1 Ttahun 2011 * Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan berkelanjutan (2011-2013) * Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan * Memonitor dan mengawasi pelaksanaan perlindungan lahan pertanian pangan, secara berkelanjutan * Menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan dalam RTRW untuk mendapatkan perlindungan khusus sesuai peraturan Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Kelompok Masyarakat P P P P * Mensosialisasikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (2011-2013) * * * P P P P * Memonitor dan mengawasi pelaksanaan secara berkelanjutan (2014-2015) melalui ijin lokasi dan IMB P P P * Menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan (2014-2015) Catatan : 1). Strategi A dan B = 16 m3/dtk (sama seperti kondisi saat ini). 2). Strategi C = 30 m3/dtk {(kondisi saat ini = 16 m3/dtk + 5 m3/dtk (normalisasi Tarum Barat/BBWSC) + 9 m3/dtk(studi Mot Mac Donal, 2010. i ii + i iii + ii + i Sasaran/Target yang diinginkan No. Lembaga/Instansi Terkait Aspek/Sub Aspek Jangka Menengah (2011-2020) STRATEGI Jangka Panjang (2011-2030) Kebijakan operasional Permasalahan Berdasarkan Analisis Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota, Bappeda Prov/Kab/Kota, BBWS, Dinas Tata Ruang, PPNS, Polres/Polda, BBWS, Dinas PU/SDA, Kelompok Masyarakat Mencegah terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan Jangka Pendek (2011-2015) Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan Mengendalikan ijin lokasi dan ijin bangunan, serta menerapkan sanksi terhadap pelanggaran pelaksanaan alih fungsi lahan secara berkelanjutan
P = Menandakan Upaya tersebut telah termasuk kedalam strategi A, B, C atau D
Peta Tematik Pengelolaan Sumber Daya Air WS 6 Ci
halaman186 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA AIR)
halaman187 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGAWETAN AIR)
halaman188 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN)
halaman189 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENATAGUNAAN SUMBER DAYA AIR & PENYEDIAAN SUMBER DAYA AIR)
halaman190 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PEYEDIAAN SUMBER DAYA AIR)
halaman191 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGUNAAN SUMBER DAYA AIR)
halaman192 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR)
halaman193 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR (SUB ASPEK PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR)
halaman194 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENCEGAHAN BENCANA)
halaman195 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENCEGAHAN BENCANA DI BBWS 2 CI)
halaman196 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (SUB ASPEK PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN AKIBAT BENCANA)
halaman197 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR
halaman198 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK LEMBAGA PSUMBER DAYA AIR DAN PENDANAAN)
halaman199 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK PENGATURAN)
halaman200 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK FORUM KOORDINASI PSUMBER DAYA AIR)
halaman201 PETA TEMATIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS 6 CI PADA SKENARIO 4 ASPEK PEMBERDAYAAN/PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, SWASTA & PEMERINTAH (SUB ASPEK PEMBERDAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT DAN SWASTA)