Anda di halaman 1dari 18

Amensalisme: Pengaruh Alelopati Ocimum citriodorum dan Cosmos caudatus

pada Vigna radiata


Titi R. ANTIKA, Rizka R. RAHMAWATI, Kuffah N.AFIFAH,
Khoirun NISAK, Ika P.SARI, Yohanes DANIAR
Ekologi Project 2014, Laboratorium Ekologi
Jurusan Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ABSTRAK
Amensalisme merupakan interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan organisme yang
lainnya tetap stabil atau salah satu organisme dirugikan tapi organisme lainnya tidak
diuntungkan maupun dirugikan. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi alelokemis,
yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui pelepasan produk metabolit
sekunder ke lingkungan. Penelitian terhadap interaksi amensalisme ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh alelopati terhadap biji Vigna radiata. Pada pengamatan laboratorium,
pelepasan produk metabolit sekunder dapat dilakukan dengan pembuatan ekstrak Ocimum
citriodorum dan Cosmos caudatus sebagai tanaman yang diduga mengandung alelokemis
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan biji Vigna radiata dengan berbagai konsentrasi.
Secara keseluruhan, alelokemis dengan konsentrasi tetinggi 20 % dapat mempengaruhi
pertumbuhan biji Vigna radiata.
Kata kunci: amensalisme, alelopati, alelokemis, Cosmos caudatus, Ocimum citriodorum
1. PENDAHULUAN
Pada suatu komunitas, terdapat suatu
keadaan dimana pertumbuhan spesiesnya
dipengaruhi oleh anggota spesies lainnya.
Hal tersebut merupakan salah satu bentuk
interaksi antar organisme dalam suatu
habitat yang disebut amensalisme.
Amensalisme sendiri dapat didefinisikan
sebagai bentuk interaksi antara dua
organisme atau lebih dimana salah satu
organisme
tersebut
akan
tertekan
sedangkan yang lain tetap stabil (sama
sekali tidak berpengaruh). Salah satu
contohnya adalah interaksi alelokemis,
yaitu berupa senyawa yang merupakan
produk metabolisme bersifat racun, di
mana dapat mempengaruhi aktivitas
beberapa spesies tertentu tetapi spesies
yang lain sama sekali tidak terpengaruh
atau yang lainnya sedikit terpengaruh
(Odum, 1995).

Permasalahan yang dibahas dalam


penelitian
ini
adalah
bagaimana
mengetahui pengaruh alelopati pada
Cosmos
caudatus
dan
Ocimum
citriodorum terhadap perkecamahan biji
Vigna radiata.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh senyawa alelopati
pada Cosmos caudatus dan Ocimum
citriodorum terhadap perkecambahan biji
Vigna radiata.
2. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 13
Maret 2014 sampai 27 Maret 2014 dengan
membuat ekstrak alelopati teerlebih dahulu
dari Cosmos caudatus dan Ocimum
citriodorum dengan berbagai macam
konsentrasi, yaitu 0 %, 0,5%, 1 %, 5%,
10%, 12,5%, 15%, dan 20%. Lalu
dilakukan penanaman biji Vigna radiata
pada medium kapas lemak. Penanaman biji

dilakukan pada dua medium dan masingmasing medium berisi 5 biji Vigna radiata
. Setelah itu dilakukan perlakuan
pengamatan setiap hari selama 2 minggu.
Pemberian ekstrak dua kali setiap hari
sebanyak 3 tetes pada pukul 09.00 WIB
dan 15.00 WIB. Selama pengamatan
dicatat pula tinggi tanaman dan jumlah
daun pada tabel pengamatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Fungsi Perlakuan dan Bahan
Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti pengaruh pemberian alelopati
terhadap suatu jenis tumbuhan terhadap
pertumbuhan tumbuhan lain. Sehingga dari
penelitian ini akan diketahui tingkatan
pengaruh alelopati terhadap pertumbuhan
suatu jenis tumbuhan. Pada penelitian ini
yang digunakan sebagai bahan penelitian
adalah pertumbuhan pada tanaman Vigna
radiata.
Sedangkan
alelopati
menggunakan ekstrak dari tanaman
Ocimum
citrodorum
dan
Cosmos
caudatus. Penggunaan Vigna radiata
karena perkecembahannya lebih cepat
dibandingkan dengan biji yang lain.
Penggunaan Ocimum citrodorum dan
Cosmos caudatus karena ekstrak dari
tumbuhan tersebut mengandung senyawa
X yang mampu menggagu metabolisme
tumbuhan lain, sehingga tumbuhan lain
yang berada disekitarnya akan mati.
Perlakuan pertama yang dilakukan
dalam praktikum ini adalah merendam biji
Ocimum citrodorum dengan air sebelum
disemai. Hal tersebut bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan, yakni proses
dormansi pada biji. Perendaman dilakukan
selama
semalam,
bertujuan
utuk
menghindari agar biji tidak mengembang
dan tidak membusuk. Kemudian biji

disemai di media kapas yang dibasahi


dengan air untuk pertumbuhan biji
tersebut, dibuat 2 kali penguangan.
Dengan masing masing pengulangan berisi
5 biji. Kemudian setiap hari dilakukan
penetesan ekstrak alelopati sebanyak 2 kali
sehari dan disertai dengan menetesi air
pada biji yang dianggap sebagai kontrol.
Pada penelitian ini ada 8 perlakuan yang
diberikan pada biji yaitu pemberian
konsentrasi yang berbeda pada masing
masing perlakuan, yaitu konsentrasi 0%,
0.5%, 1%, 5%, 10%, 12.5%, 15%, dan
20%. Pada saat penetesan diusahakan
kapas sebagai media harus selalu basah
karena pada saat pertumbuhan tumbuhan
butuh kelembapan agar tetap bisa
berkecambah tetapi tidak boleh sampai
menggenangi
biji
karena
daat
menyebabkan biji busuk. Biji ditetesi
setiap hari selama 2 minggu, dan setiap
hari pula dilakukan pengukuran tinggi
batang dan jumlah daun pada pertumbuhan
biji tersebut. Dari hasil pengamatan dan
pengukuran yang dilakukan selama 14
hari, data yang diperoleh kemuadian diolah
di Ms. Excel menjadi grafik. Hal tersebut
bertujuan untuk mengetahui hubungan
pemberian ekstrak alelopati dengan
pertumbuhan biji. Selain di olah di Ms.
Excel, data tersebut juga diolah di SPSS
untuk membuktikan apakah pemberian
ekstrak benar berpengaruh terhadap
pertumbuhan biji.
3.2Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil
penelitian
dengan 2 kali pengulangan (Ekstrak
Ocimum
citrodorum
dan
Cosmos
caudatus) 8 perlakuan selama 14 hari yang
telah diperoleh dan dikonversikan dalam
bentuk grafik dapat diketahui hubungan
antara pemberian ekstrak alelopati

terhadap pertumbuhan biji. Pertumbuhan


biji yang dimaksudkan dalam pnelitian ini
adalah jumlah daun dan tinggi tanaman.
Pembahsan hasil penilitian ini adalah pada
masing masing konsentrasi setiap ekstrak.

Dalam enelitian ini ada 8 konsentrasi yaitu


0%, 0.5%, 1%, 5%, 10%, 12.5%,
15%,20%. Konsentrasi tersebut ada pada
masingmasing ekstrak, baik pada ekstrak
kemangi atupun kenikir.

a) Konsentrasi Ekstrak 0%

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 0% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 0% Kemangi Dan Tinggi Batang Setiap Hari

Pertama, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang tidak diberi ekstrak
alelopati, dugunakan sebagai kontrol. Biji
tersebut hanya ditetesi air setiap hari 2
kali. Berdasarkan grafik tersebut dapat
dilihat bahwa grafik pertumbuhan biji
kacang hijau (Vigna radiata) pada jumlah
daun pengulangan pertama (garis biru)
terus mengalami peningkatan dari hari ke1 samapi hari ke-12 kemudian mengalami
penurunan pada hari ke-13 dan konstan
pada hari ke-14. Sedangkan untuk

pengulangan kedua (garis merah) belum


menunjukkan pertumbuhan sampai hari
ketiga, mulai menunjukkan pertumbuhan
dan peningkatan dari hari ke-3 sampai hari
ke-7. Kemudian konstan sampai hari ke14. Selanjutnya dilihat dari tinggi tanaman,
berdasarkan grafik tersebut menunjukkan
bahwa pada pengulangan pertama dan
kedua sama sama mengalami peningkatan
tinggi tanaman setiap harinya, meskipun
pengulangan kedua mengalami penurunan
pada hari ke-12, ke-13, dan terakhir.

Sehingga dari kedua grafik tersebut


dapat menunjukkan bahwa sebagian biji
yang tidak diberi ekstrak alelopati tumbuh
dengan baik. Untuk grafik yang
meunjukkan penurunan jumlah daun
ataupun tinggi batang, hal tersebut dapat

disebabkan karena beberapa hal, yaitu


kemampuan dari tumbuhan itu sendiri
untuk membentuk daun kurang. Dapat
disebabkan pula karena kesalahan
praktikan pada saat pengukuran, misalnya
pengukuran pada tinggi batang.

b) Konsentrasi Ekstrak 0.5%

Gambar 3. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 0.5% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 0.5% Kemangi Dan Tinggi Batang Setiap Hari

Ketiga, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati
dengan konsentrasi 0.5%. Biji tersebut
ditetesi ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang
hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun
baik pengulangan pertama (garis biru/
ekstrak kemangi) maupun pengulangan
kedua (garis merah/ekstrak kenikir) belum
menunjukkan adanya pertumbuhan pada
hari pertama sampai hari ketiga. Grafik

mengalami peningkatan yang berarti biji


mulai tumbuh pada hari ke-4 sampai hari
ke-14. Untuk biji pada pengulangan
pertama
(garis
merah)
mengalami
penurunan pada hari ketuju. Kemudian,
untuk hari selanjutnya grafik menunjukkan
jumlah daun yang konstan dari hari ke-8
sampai hari ke-14, yang menunjukkan
bahwa tumbuhan tidak mengalami
pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena
banyak biji yang sudah terganggu dengan
penetesan ektrak alelopati akan layu.

Grafik tinggi tanaman menunjukkan


bahwa tinggi tanaman yang diberi ekstrak
kemangi
dan
kenikir
mengalami
peningkatan pertumbuhan dari minggu ke1 sampai 6 untuk pengulangan kedua
(garis merah/ ekstrak kenikir), sedangkan
untuk pengulangan pertama (garis biru/
ekstrak kemangi) masih terus meningkat
sampai minggu ke sepuluh. Setelah itu
grafik dari jumlah daun dan tinggi tanaman
menunjukkan garus lurus atau konstan
yang artinya tidak ada pertumbuhan. Hal
tersebut disebabkan karena efek dari
pemberian
alelopati
sudah
dapat
mempengaruhi pertumbuhan.
Sehingga dari kedua grafik tersebut
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan biji
yang ditetesi dengan ekstrak kemangi dan
c) Konsentrasi Ekstrak 1%

ekstrak kenikir mengalami peningkatan


pada 3-6 hari masa awal pertumbuhan,
setelah itu tumbuhan akan memberikan
respon terhadap adanya alelopati, salah
satunya layu. Hal tersebut seuai dengan
literatur
yang
menyatakan
bahwa
Kandungan kimia yang terdapat pada
kemangi diantaranya yaitu 1,8 sineol
,anthol, apigenin, stigmaasterol, triptofan,
tannin,sterol, dan boron ( Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 1% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 1% Kemangi Dan Tinggi Daun Setiap Hari

Kedua, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati
dengan konsentrasi 1%. Biji tersebut
ditetesi ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang
hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun
pengulangan pertama (garis biru/ ekstrak
kemangi) mengalami peningkatan dari
minggu ke-1 samapai minggu ke-8,
kemudian mengalami penurunan sedikit
demi sedikit. Sama halnya pada
pengulangan kedua (garis merah/ekstrak
kenikir)
menunjukkan
adanya
pertumbuhan pada sampai hari ke-8.
Kemudian mengalami penururnan sedikit
demi sedikit. Hal ini disebabkan karena
efek dari penetesan ektrak alelopati yang
salah satunya adalah layu. Grafik tinggi
tanaman menunjukkan bahwa tinggi
tanaman yang diberi ekstrak kemangi dan
kenikir
mengalami
peningkatan
pertumbuhan dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-14 untuk pengulangan pertama
(garis biru/ ekstrak kemangi sedangkan
untuk pengulangan kedua (garis merah/
ekstrak kenikir) masih terus meningkat
sampai minggu k-11, setelah itu konstan
atau tidak tumbuh. Hal tersebut disebabkan

karena efek dari pemberian alelopati sudah


dapat
mempengaruhi
pertumbuhan.
Adanya perbedaan efek yang ditimbulkan
dari penetesan ekstrak alelopati kemangi
dan kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa Kandungan kimia yang terdapat
pada kemangi diantaranya yaitu 1,8 sineol
,anthol ,apigenin, stigmaasterol, triptofan,
tannin,sterol, dan boron (Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).
Sehingga dari kedua grafik tersebut
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan biji
yang ditetesi dengan ekstrak kemangi dan
ekstrak kenikir mengalami peningkatan
pada 1-11 hari masa awal pertumbuhan,
setelah itu tumbuhan akan memberikan
respon terhadap adanya alelopati, salah
satunya layu. Hal tersebut seuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa Dalam
interaksi alelokemis, tumbuhan bersaing

secara interaksi biokimia, yaitu salah satu


tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan
senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dari tumbuhan yang lain yang berbeda di
c)

lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan


tersebut antara lain adalah gangguan
perkecambahan biji, kecambah menjadi
abnormal, pertumbuhan memanjang akan
terhambat, perubahan susunan sel-sel akar
dan lain sebagainya. (Molles, 1999).

Konsentrasi Ekstrak 5%

Gambar 7. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 5% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 8. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 5% Kemangi Dan Tinggi Batang Setiap Hari

Keempat, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati
dengan konsentrasi 5%. Biji tersebut
ditetesi ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang
hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun
baik pengulangan pertama (garis biru/

ekstrak kemangi) maupun pengulangan


kedua (garis merah/ekstrak kenikir) belum
menunjukkan adanya pertumbuhan pada
hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu
pada ulangan kedua (garis merah) tidak
mengalami pertumbuhan pada jumlah daun
atau konstan. Sedangkan pengulangan
pertama mengalami peningktan sampai

minggu ke-8 kemudian mengalami


penurunan sampai hari ke-14. Adanya
perbedaan efek yang ditimbulkan dari
penetesan ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang mnyatakan
bahwa kandungan kimia didalamnya
berbeda yaitu Kandungan kimia yang
terdapat pada kemangi diantaranya yaitu
1,8 sineol, anthol, apigenin, stigmaasterol,
triptofan,
tannin,sterol,
dan
boron
(Hariana,2007;Dharmayanti,2007).
Sedangkan kimia yang terkandung dalam
kenikir di antaranya adalah saponin,
azadirachtin, flavanoid, polifenol, dan
minyak atsiri. Sedangkan kandungan yang
terdapat pada bunga kenikir adalah
mengandung tagetiin 0,1%, terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin
(Utami,2008).
Grafik
tinggi
tanaman
menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang
diberi ekstrak kemangi dan kenikir
mengalami peningkatan pertumbuhan dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-14 untuk
pengulangan kedua (garis merah/ ekstrak
kenikir) sedangkan untuk pengulangan
pertama (garis biru/ ekstrak kemangi/0
masih terus meningkat sampai minggu k12, setelah itu konstan atau tidak tumbuh.
Hal tersebut disebabkan karena efek dari
pemberian
alelopati
sudah
dapat
mempengaruhi pertumbuhan. Adanya
perbedaan efek yang ditimbulkan dari
penetesan ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang mnyatakan
bahwa Kandungan kimia yang terdapat
pada kemangi diantaranya yaitu 1,8
e) Konsentrasi Ekstrak 10%

sineol,anthol,apigenin,stigmaasterol,triptof
an,tannin,sterol, dan boron ( Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).
Sehingga dari kedua grafik tersebut
dapat dikatakan bahwa pertumbuhan biji
yang ditetesi dengan ekstrak kemangi dan
ekstrak kenikir mengalami peningkatan
pada 1-11 hari masa awal pertumbuhan,
setelah itu tumbuhan akan memberikan
respon terhadap adanya alelopati, salah
satunya layu. Hal tersebut seuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa Dalam
interaksi alelokemis, tumbuhan bersaing
secara interaksi biokimia, yaitu salah satu
tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan
senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dari tumbuhan yang lain yang berbeda di
lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan
tersebut antara lain adalah gangguan
perkecambahan biji, kecambah menjadi
abnormal, pertumbuhan memanjang akan
terhambat, perubahan susunan sel-sel akar
dan lain sebagainya. (Molles, 1999).
Namun
dari
hasil
grafik
konsentrasi 5% persen ini tidak sesuai
dengan hasi praktikum yang seharusnya
berdasarkan
teori
dampak
yang
diakibatkan oleh konsentrasi ekstrak
alelopati 5% legih tinggi dari pada 1%.
sedangakan hasil dalam penelitian ini
adalah kebalikannya.

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 10% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 10. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 10% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Kelima, grafik pertumbuhan biji kacang


hijau yang diberi ekstrak alelopati dengan
konsentrasi 10%. Biji tersebut ditetesi
ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang
hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun
baik pengulangan pertama (garis biru/
ekstrak kemangi) maupun pengulangan
kedua (garis merah/ekstrak kenikir) belum
menunjukkan adanya pertumbuhan pada
hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu
sama sama mengalami peningkatan
pertumbuhan pada jumlah daun. Namun,
pada hari ke-10 pengulangan pertama
mengalami
penurunan
sedangkan
pengulangan ke-2 mengalami konstan,
yang berarti tidak tumbuh. Adanya

perbedaan efek yang ditimbulkan dari


penetesan ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang mnyatakan
bahwa Kandungan kimia yang terdapat
pada kemangi diantaranya yaitu 1,8
sineol,anthol,apigenin,stigmaasterol,triptof
an,tannin,sterol, dan boron ( Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).

Grafik
tinggi
tanaman
menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang
diberi ekstrak kemangi dan kenikir
mengalami peningkatan pertumbuhan dari
minggu ke-3 sampai minggu ke-14 untuk
pengulangan kedua (garis merah/ ekstrak
kenikir) sedangkan untuk pengulangan
pertama (garis biru/ ekstrak kemangi/0
masih mengalami peningjkatan dari
minggi ke-3 sampai minggu k-12. Hal
tersebut disebabkan karena efek dari
pemberian
alelopati
sudah
dapat
mempengaruhi pertumbuhan. Adanya
perbedaan efek yang ditimbulkan dari
penetesan ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang mnyatakan
bahwa Kandungan kimia yang terdapat
pada kemangi diantaranya yaitu 1,8
sineol,anthol,apigenin,stigmaasterol,triptof
an,tannin,sterol, dan boron ( Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,

flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.


Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).
Dari kedua grafik tersebut belum
dapat dilihat, karena pengaruhnya berbeda,
pada jumlah daun pengaruhnya menurun
sedangkan pada tinggi batang tinggi
tanamannya meningkat. Hal tersebut tidak
seuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa Dalam interaksi alelokemis,
tumbuhan bersaing secara interaksi
biokimia, yaitu salah satu tumbuhan
engeluarkan/mengekskresikan
senyawa
beracun ke lingkungan sekitarnya dan pada
akhirnya dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dari
tumbuhan yang lain yang berbeda di
lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan
tersebut antara lain adalah gangguan
perkecambahan biji, kecambah menjadi
abnormal, pertumbuhan memanjang akan
terhambat, perubahan susunan sel-sel akar
dan lain sebagainya. (Oyun, 2006).

f) Konsentrasi ekstrak 12.5%

Gambar 11. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 12,5% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 12. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 12,5% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Keenam, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati
dengan konsentrasi 12.5%. Biji tersebut
ditetesi ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang
hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun
baik pengulangan pertama (garis biru/
ekstrak kemangi) maupun pengulangan
kedua (garis merah/ekstrak kenikir) belum
menunjukkan adanya pertumbuhan pada
hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu
sama sama mengalami peningkatan
pertumbuhan pada jumlah daun. Namun,
pada hari ke-9 pengulangan pertama
mengalami
penurunan
sedangkan
pengulangan
kedua
mengalami
peningkatan sampai mnggu ke-8, dan
mengalami penurunan dari minggu ke-11
ke minggu ke-14. Adanya perbedaan efek
yang ditimbulkan dari penetesan ekstrak
alelopati kemangi dan kenikir karena
kandungan senyawa didalam keduanya
berbeda. Hal tersebut sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa Kandungan kimia
yang terdapat pada kemangi diantaranya
yaitu1,8sineol,anthol,apigenin,stigmaaster
ol,triptofan,tannin,sterol, dan boron (
Hariana,2007;
Dharmayanti,2007).
Sedangkan kimia yang terkandung dalam

kenikir di antaranya adalah saponin,


azadirachtin, flavanoid, polifenol, dan
minyak atsiri. Sedangkan kandungan yang
terdapat pada bunga kenikir adalah
mengandung tagetiin 0,1%, terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin
(Utami,2008).
Grafik
tinggi
tanaman
menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang
diberi ekstrak kemangi dan kenikir
mengalami peningkatan pertumbuhan dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-13untuk
pengulangan kedua (garis merah/ ekstrak
kenikir) sedangkan untuk pengulangan
pertama (garis biru/ ekstrak kemangi/0
masih mengalami peningkatan dari minggu
ke-1 sampai minggu k-11. Hal tersebut
disebabkan karena efek dari pemberian
alelopati sudah dapat mempengaruhi
pertumbuhan. Adanya perbedaan efek
yang ditimbulkan dari penetesan ekstrak
alelopati kemangi dan kenikir karena
kandungan senyawa didalam keduanya
berbeda.
Dari kedua grafik tersebut belum
dapat dilihat, dapat dikatakan bahwa grafik
tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
ekstrak aleloati yang diberikan. Hal

tersebut sesuai dengan literatur yang


meyatakan bahwa Hal tersebut sesuai
dengan teori yang mnyatakan bahwa
Dalam interaksi alelokemis, tumbuhan
bersaing secara interaksi biokimia, yaitu
salahsatutumbuhanmengeluarkan/mengeks
kresikan senyawa beracun ke lingkungan
sekitarnya dan pada akhirnya dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan
g) Konsentrasi Ekstrak 15%

dan perkembangan dari tumbuhan yang


lain yang berbeda di lingkungan tersebut.
Gangguan-gangguan tersebut antara lain
adalah gangguan perkecambahan biji,
kecambah menjadi abnormal, pertumbuhan
memanjang akan terhambat, perubahan
susunan sel-sel akar dan lain sebagainya.
(Molles, 1999).

Gambar 13. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 15% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 14. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 15% Kemangi Dan Tinggi Batang Setiap Hari

Ketujuh, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati
dengan konsentrasi 15%. Biji tersebut
ditetesi ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang

hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun


baik pengulangan pertama (garis biru/
ekstrak kemangi) maupun pengulangan
kedua (garis merah/ekstrak kenikir) belum
menunjukkan adanya pertumbuhan pada
hari ke-1 sampai hari ke-2 atau ke-3.

Setelah itu sama sama mengalami


peningkatan pertumbuhan pada jumlah
daun.
Namun,
pada
hari
ke-13
pengulangan
pertama
mengalami
penurunan sedangkan pengulangan ke-2
mengalami konstan mulai minggu ke-5,
yang berarti tidak tumbuh. Adanya
perbedaan efek yang ditimbulkan dari
penetesan ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang mnyatakan
bahwa Kandungan kimia yang terdapat
pada
kemangidiantaranyayaitu1,8sineol,anthol,a
pigenin,stigmaasterol,triptofan,tannin,stero
l,
dan
boron
(
Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,
flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).
Grafik
tinggi
tanaman
menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang
diberi ekstrak kemangi dan kenikir
mengalami peningkatan pertumbuhan dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-14 untuk
pengulangan kedua (garis merah/ ekstrak
kenikir) sedangkan untuk pengulangan
pertama (garis biru/ ekstrak kemangi/0
masih mengalami peningkatan dari minggi
ke-3 sampai minggu k-13, kemudian turun.
Hal tersebut karena efek dari pemberian
alelopati sudah dapat mempengaruhi
pertumbuhan. Adanya perbedaan efek
h) Konsentrasi Ekstrak 20%

yang ditimbulkan dari penetesan ekstrak


alelopati kemangi dan kenikir karena
kandungan senyawa didalam keduanya
berbeda. Hal tersebut sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa Kandungan kimia
yang terdapat pada kemangi diantaranya
yaitu1,8sineol,anthol,apigenin,stigmaaster
ol,triptofan,tannin,sterol, dan boron (
Hariana,2007;
Dharmayanti,2007).
Sedangkan kimia yang terkandung dalam
kenikir di antaranya adalah saponin,
azadirachtin, flavanoid, polifenol, dan
minyak atsiri. Sedangkan kandungan yang
terdapat pada bunga kenikir adalah
mengandung tagetiin 0,1%, terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin
(Utami,2008).
Dari kedua grafik tersebut belum
dapat dilihat, karena pengaruhnya berbeda,
pada jumlah daun pengaruhnya menurun
sedangkan pada tinggi batang tinggi
tanamannya meningkat. Hal tersebut seuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa
Hal tersebut sesuai dengan teori yang
mnyatakan bahwa Dalam interaksi
alelokemis, tumbuhan bersaing secara
interaksi biokimia, yaitu salah satu
tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan
senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dari tumbuhan yang lain yang berbeda di
lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan
tersebut antara lain adalah gangguan
perkecambahan biji, kecambah menjadi
abnormal, pertumbuhan memanjang akan
terhambat, perubahan susunan sel-sel akar
dan lain sebagainya. (Oyun, 2006).

Gambar 15. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 20% Kemangi Dan Jumlah Daun Setiap Hari

Gambar 16. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi 20% Kemangi Dan Tinggi Batang Setiap Hari

Kedelapan, grafik pertumbuhan biji


kacang hijau yang diberi ekstrak alelopati
dengan konsentrasi 10%. Biji tersebut
ditetesi ekstrak alelopati setiap hari 2 kali
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat
bahwa grafik pertumbuhan biji kacang
hijau (Vigna radiata) pada jumlah daun
baik pengulangan pertama (garis biru/
ekstrak kemangi) maupun pengulangan
kedua (garis merah/ekstrak kenikir) belum
menunjukkan adanya pertumbuhan pada
hari ke-1 sampai hari ke-2 atau ke-3.
Setelah itu sama sama mengalami
peningkatan pertumbuhan pada jumlah
daun.
Namun,
pada
hari
ke-11
pengulangan pertama mengalami kematian
sedangkan pengulangan ke-2 mengalami
konstan sampai minggu ke-14, yang berarti

tidak tumbuh. Adanya perbedaan efek


yang ditimbulkan dari penetesan ekstrak
alelopati kemangi dan kenikir karena
kandungan senyawa didalam keduanya
berbeda. Hal tersebut sesuai dengan teori
yang mnyatakan bahwa Kandungan kimia
yang terdapat pada kemangi diantaranya
yaitu1,8
sineol,
anthol,
apigenin,
stigmaasterol, triptofan, tannin, sterol, dan
boron(Hariana,2007; Dharmayanti,2007).
Sedangkan kimia yang terkandung dalam
kenikir di antaranya adalah saponin,
azadirachtin, flavanoid, polifenol, dan
minyak atsiri. Sedangkan kandungan yang
terdapat pada bunga kenikir adalah
mengandung tagetiin 0,1%, terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin
(Utami,2008).

Grafik
tinggi
tanaman
menunjukkan bahwa tinggi tanaman yang
diberi ekstrak kemangi dan kenikir
mengalami peningkatan pertumbuhan dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-14 untuk
pengulangan kedua (garis merah/ ekstrak
kenikir) sedangkan untuk pengulangan
pertama (garis biru/ ekstrak kemangi/0
masih mengalami peningkatan dari minggu
ke-1 sampai minggu k-11 kemudian mati.
Hal tersebut disebabkan karena efek dari
pemberian
alelopati
sudah
dapat
mempengaruhi pertumbuhan. Adanya
perbedaan efek yang ditimbulkan dari
penetesan ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir karena kandungan senyawa
didalam keduanya berbeda. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang mnyatakan
bahwa Kandungan kimia yang terdapat
pada
kemangidiantaranyayaitu1,8sineol,anthol,a
pigenin,stigmaasterol,triptofan,tannin,stero
l,
dan
boron
(Hariana,2007;
Dharmayanti,2007). Sedangkan kimia
yang terkandung dalam kenikir di
antaranya adalah saponin, azadirachtin,

flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri.


Sedangkan kandungan yang terdapat pada
bunga kenikir adalah mengandung tagetiin
0,1%,
terthienyl,
helenian
0,74%,
flavoxanthin (Utami,2008).
Dari kedua grafik tersebut belum
dapat dilihat, karena pengaruhnya berbeda,
pada jumlah daun pengaruhnya menurun
sedangkan pada tinggi batang tinggi
tanamannya meningkat. Hal tersebut seuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa
Hal tersebut sesuai dengan teori yang
mnyatakan bahwa Dalam interaksi
alelokemis, tumbuhan bersaing secara
interaksi biokimia, yaitu salah satu
tumbuhan mengeluarkan/mengekskresikan
senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dari tumbuhan yang lain yang berbeda di
lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan
tersebut antara lain adalah gangguan
perkecambahan biji, kecambah menjadi
abnormal, pertumbuhan memanjang akan
terhambat, perubahan susunan sel-sel akar
dan lain sebagainya. (Molles, 1999).

h) Hasil One-way Anova


Ekstrak Kemangi dan Kenikir dengan Jumlah Daun

Ekstrak Kemangi dan Kenikir dengan Tinggi Batang

Berdasarkan data yang diperoleh


selama penelitian ini yang dikonversikan
menjadi grafik, ada hubungan antra
pemberian ekstrak alelopati terhadap
perkembangan tumbuhan. Hal tersebut uga
telah sesuai dengan teori bahwa Alelopati
merupakan interaksi antar populasi, bila
populasi yang satu menghasilkan zat yang
dapat menghalangi tumbuhnya populasi
lain(Einhelig,1995). Untuk memperkuat
hasil penelitian maka pengaruh pemberian
ekstrak terhadap perkembangan tumbuhan
dapat dibuktikan melalui software statistik

yang disebut dengan SPSS, dengan metode


one way anova. Dari metode tersebut
ditunjukkan bahwa untuk jumlah daun dan
tinggi batang baik jika dihubungkan
dengan Konsentrasi ekstrak kemangi
ataupun ekstrak kenikir memilki nilai
signifikan yang lebih kecil dari 0.05
sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
pemberian ekstrak alelopati kemangi dan
kenikir berpengaruh terhadap petumbuhan
biji.
3.3 Amensalisme

Amensalisme adalah interaksi yang


menekan satu organisme, sedangkan yang
lain tetap stabil atau salah satu organisme
yang lain dirugikan tapi organisme yang
lain tidak diuntungkan maupun dirugikan.
Bagian
interaksi
alelokemis
yang
melibatkan hanya tumbuhan saja disebut
alelopati. Alelopati merupakan interaksi
antar populasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi
tumbuhnya populasi lain. Alelokimia pada
beberapa organ, diakar, batang, daun,
bunga dan atau biji. Organ pembentuk dan
jenis alelokimia bersifat spesifik pada
setiap spesies. Pada umumnya alelokimia
berasal dari metabolit sekunder, pelepasan
alelokimia pada umumnya terjadi pada
stadium perkembangan tertentu dan
kadarnya dipengaruhi stres biotik maupun
abiotik. Alelokimia pada tumbuhan dilepas
ke lingkungan dan mencapai organisme
sasaran melalui penguapan, eksudasi akar,
pelindian,
dan
atau
dekomposisi
(Einhelig,1995).
Mekanisme alelokimia (khususnya
yang menghambat) terhadap pertumbuhan
dan perkembangan organisme (khususnya
tumbuhan) sasaran melalui serangkaian
proses yang kompleks yaitu diawali dari
membran plasma yang mengalami
kekacauan struktur, modifikasi saluran
membran, atau hilang fungsi enzim ATPase (Inderjit, 1999). Hal ini berpengaruh
terhadap penyerapan dan konsentrasi ion
dan air yang kemudian mempengaruhi
pembukaan
stomata
dan
proses
fotosintesis. Hambatan berikutnya terjadi
dalam proses sintesis protein, pigmen dan
senyawa karbon lain, serta aktivitas
beberapa fitohormon. Sebagian atau
seluruh hambatan tersebut kemudia
bermuara pada terganggunya pembelahan
dan pembesaran sel yang akhirnya

menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan tumbuhan sasaran (Rice,
1984).
3.4 Alelopati pada Tumbuhan Ocimum
citrodorum dan Cosmos caudatus
Kandungan yang terdapat pada
kemangi dan kenikir berbeda, yaitu
Kandungan kimia yang terdapat pada
kemangi diantaranya yaitu 1,8 sineol
,anthol,apigenin,stigmaasterol,triptofan,tan
nin,sterol, dan boron (Hariana,2007;
harmayanti,2007). Kandungan lainnya
pada tanaman kemangi ini adalah asam
askorbat,asam kafeat, iskulin, histidin,
magnesium,
dan
betasitosterol
(Avianto,2007). Daun kemangi memiliki
kandungan utama berupa minyak atsiri
dengan eugenol. Sealin itu juga
mengandung flavon apigenin,luteolin,
flavon
O-glikosida
apigenin
7-O
glukorondia, luteolin 7-O glukoronida,
flavon C-glukosida orientin, molludistin
dan asam ursolat (Sudarsono dkk, 2002).
Penelitian secara fitokimia yang telah
dilakukan dapat dibuktikan adanya
flavonoid,glikosid,asam
gallic
dan
esternya, asam caffeic, dan minyak atsiri.
Minyak atsiri pada kemangi memiliki
kandungan utama eugenol sebesar 70,5%
Beberapa bahan kimia yang
terkandung dalam kenikir di antaranya
adalah saponin, azadirachtin, flavanoid,
polifenol, dan minyak atsiri. Sedangkan
kandungan yang terdapat pada bunga
kenikir adalah mengandung tagetiin 0,1%,
terthienyl, helenian 0,74%, flavoxanthin
(Utami,2008).
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak

alelopati tumbuhan Ocimum citrodorum


dan Cosmos caudatus berpengaruh
terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman
Vigna radiata. Pengaruh yang ditimbulkan
dari pemberian ekstrak ini bergantung
pada konsentrasi masing masing ekstrak.
Selain itu dampak yang ditimbulkan dari
pemberian ekstrak kemangi dan kenikir
brbeda karena kandungan kimianya
berbeda.
5. DAFTAR PUSTAKA
Einhellig FA. 1995a. Allelopathy: Current
status and future goals. Dalam
Inderjit, DakhsiniKMM, Einhellig
FA (Eds). Allelopathy. Organism,
Processes
and
Applications.Washington
DC:
American Chemical Society. Hal. 1
24.
Hariana, A. H. 2007. Tumbuhan Obat dan
Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Swadaya.
.

Inderjit, Keating KI. 1999. Allelopathy:


principles, procedures, processes,
and promises for biological control.
Di dalam: Sparks DL (ed).
AdvAgronVol 67. San Diego: Acad
Pr. hlm 141-231.
Odum, E. 1995. Dasar-Dasar Ekologi,
Edisi
Ketiga.
UGM
Press:
Yogyakarta.
Oyun,
M.B.,
2006.
Allelopathic
Potentialities of Gliricidia sepium
and Acacia auriculiformes on the
Germination and Seedling Vigour of
Maize ( Zea mays L. ). Biological
Science 3 : 44 - 47
Rice EL. 1984. Allelopathy. Second
Edition. Orlando FL: Academic
Press
Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar
Tanaman Obat. Jakarta : PT Agromedia
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai