Anda di halaman 1dari 177

KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

REPUBLIK INDONESIA

MODUL PEMBEKALAN
PROGRAM
PEMUDA SARJANA PENGGERAK
PEMBANGUNAN PERDESAAN (PSP3)
ANGKATAN 24

Bumi Marinir Cilandak


Jakarta 2014

DAFTAR ISI
Ha l
Ka t a P en ga n ta r

ii i

P en g an ta r P en gg un a a n M o d ul

iv

M o du l 1

P er k en a la n , O ri e nt a si , da n K on tr a k b e l a ja r

M o du l 2

M a sa l ah S ar ja n a d an P e mb a ng un an P e rd e sa an

M o du l 3

P en in g ka t an M o t iv as i B er pr e st a si (S i ap a S a y a)

18

M o du l 4

P er an d an F un g si T e na ga P S P3

43

M o du l 5

Str a t eg i P e mb er d ay a a n M as y ar ak a t P e r de s a a n

52

M o du l 6

T e kn ik B eri n te gr a si d e ng an M a s y a ra k at

65

M o du l 7

T e kn ik I de n tif i ka s i d an P e m e c ah an M a s al a h

67

M o du l 8

K ep e mi m pi n an Ef e kt if da n G a ya K e pe m i m pi n an

76

M o du l 9

P er e nc a na a n P art i si pa t if

85

M o du l 10

P en g e mb an g an D in a mi ka K e lo mp ok

100

M o du l 11

P en g e mb an g an K er ja s a m a

104

M o du l 12

Ko mu ni k a si Ef e k tif

111

M o du l 13

M e ny us un Pro p o s a l

122

M o du l 14

P er si a pa n d a n R ev i ew Ku nj un ga n La pa ng an

127

M o du l 15

Pr a kt e k P e ny u su na n R en c an a K er j a /K e gi at a n PS P 3

134

M o du l 16

T e kn ik F a s il it a si P ar ti s i pa ti f

138

M o du l 17

P en g e mb an g an W ir au s ah a So si al

154

M o d u l 18

Re nc a na Ti nd ak L an ju t

166

M o du l 19

Eva lu a si P el a ks an a an P e mb e k al a n PS P 3

168

Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, pada akhirnya penyusunan Modul
Pembekalan peserta Program Pemuda sarjana Penggerak Perdsaan (PSP3) tahun 2014 telah dapat
diselesaikan.
Pembekalan peserta PSP3 ini dimaksudkan untuk mepersiapkan tenaga PSP3 yang terampil dalam
mengakselerasi pembangunan melalui peran kepeloporan pemuda dalam berbagai aktivitas
masyarakat terutama kaum muda di perdesaan. Aktivitas tersebut secara langsung harus
berpengaruh terhadap dinamisasi kehidupan masyarakat desa, pengembangan potensi sumber daya
kepemudaan, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan pemuda dan masyarakat desa. Hal tersebut
juga sebagai upaya menumbuhkembangkan kepeloporan dan kemandirian para pemuda. Melalui
program PSP3 ini, diharapkan akan dapat memperteguh komitmen para pemuda sarjana untuk
membangun desa.
Modul pembekalan ini dimaksudkan sebagai panduan dalam pelaksanaan pembekalan peserta PSP3,
sehingga mereka siap menjalankan tugasnya menggerakkan dan mendampingi masyarakat
khususnya pemuda, mampu menumbuhkan beragam kegiatan produktif terutama di bidang
ekonomi, bidang pendidikan, kesehatan, dan lingkungan di desa-desa dimana mereka ditempatkan.
Atas partisipasi semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku Modul PSP3 ini
disampaikan terima kasih. Akhirnya masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan sehingga
Modul ini dapat disempurnakan di masa yang akan datang. Semoga hasil Penyusunan Modul
Pembekalan untuk peserta Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (PSP3) ini
bermanfaat.

Jakarta,

September 2014

Deputi Pengembangan Kepemudaan


Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia

iii

Pengantar Penggunaan Modul


Modul-modul dalam pelatihan PSP3 ini merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dan berurutan
pembahasannya. Modul ini penting sekali untuk kelompok masyarakat atau individu yang akan
memulai usaha atau untuk menumbuhkan jiwa pemberdayaan masyarakt. Oeh karena itu pemakaian
modul ini seharusnya berurutan.

Modul Pelatihan PSP3 ini menggunakan sistematika: (i) Tujuan, (ii) Sasaran Pembelajaran, dan (iii)
Langkah-langkah Penyajian. Penjelasan dari masing-masing adalah sebagai berikut :

Tujuan; menerangkan tentang apa yang diharapkan untuk tercapai pada jangka panjang dengan
melakukan pelatihan ini. Tujuan juga menggambarkan latar belakang perlunya modul yang
bersangkutan. Di dalam tujuan juga dilengkapi dengan gambaran umum tentang topik/
pembahasan, metoda penyampaian, alat dan bahan yang diperlukan serta waktu yang
dibutuhkan untuk menyampaikan modul.

Sasaran Pembelajaran; menggambarkan secara lebih konkrit tentang apa yang seharus peserta dapat
capai atau dapat terangkan dan demonstrasikan dengan segera setelah mendapat materi
modul pelatihan.

Langkah-langkah Penyajian; memberika panduan bagi fasilitator bagaimana cara menyampaikan


modul ini secara runtut sesuai dengan alur fikir modul dan dilengkapi dengan petunjuk cara
menggunakan metode dan alat bantunya. Diharapkan dengan adanya petunjuk langkahlangkah penyampaian akan memudahkan peserta dalam memahami dan memfasilitasi
kembali dengan menggunakan modul ini.

MODUL 1

PERKENALAN, ORIENTASI PEMBEKALAN DAN


KONTRAK BELAJAR
Tujuan
Peserta dapat memahami tujuan, alur, dan faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung
pelatihan.
Peserta dapat membuat kesepakatan bersama yang bertujuan untuk kelancaran dan keberhasilan
tujuan pelatihan.

No

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan dan Alat

Waktu

Perkenalan

Permainan

20

Kontrak Belajar

Curah pendapat

Metaplan, kertas plano, spidol

20

Ungkapan Harapan Peserta dan


Kontrak Belajar

Curah pendapat, diskusi

Metaplan, spidol,

20

Total

60

Sasaran Pembelajaran
Setelah berakhirnya sesi ini diharapkan peserta dapat :
1.

Saling mengenal dan meningkatkan kerjasama yang baik dalam kerangka program PSP3

2.

Memahami tujuan, proses/alur dan pembagian tugas selama pelatihan

3.

Menyepakati kontrak belajar

Langkah-langkah Penyajian
Pembahasan I - Perkenalan
1.

Fasilitator menjelaskan pentingnya perkenalan dalam kehidupan sehari-hari.

Fasilitator meminta kepada seluruh peserta, trainer dan panitia untuk maju dan berdiri membenuk
lingkaran, dengan kedua tangan dipinggang.
Fasiltator menjelaskan aturan permainan ZIP-ZAP, yaitu:
a. Bila fasilitator mengatakan ZIP peserta bergeser satu langkah ke kiri sedang bila ZAP peserta
bergeser satu langkah ke kanan. Berikan kesempatan untuk berlatih dengan agar terbiasa
dengan gerakan ke kiri dan ke kanan mengikuti aba-aba ZIP-ZIP-ZIP-ZAP-ZAP dari fasilitator.
Makin cepat aba-aba diberikan makin cepat gerakan peserta bergeser ke kiri atau ke kanan.
Bila fasilitator mengatakan ZIP sambil menunjuk salah seorang peserta, maka dia harus
menyebutkan nama 2 (dua) orang peserta disebelah kirinya. Dan bila fasilitator mengatakan

ZAP maka dia harus menyebutkan nama 2 (dua) orang peserta disebelah kanannya. Berikan
kesempatan untuk latihan beberapa saat.
b. Sepakati yang salah diberikan hukuman.
c.

Lakukan permainan ZIP-ZAP berulang-ulang sehingga sebagian besar peserta mendapat


giliran menyebutkan 2 (dua) nama peserta lain disebelah kiri maupun kanannya.

d. Apabila dirasa sudah cukup hafal dengan menyebutkan 2 (dua) nama, maka dengan aturan
yang sama tingkatkan dengan menyebutkan 3 (tiga) nama peserta disebelah kiri dan kanan
dan seterusnya diulang-ulang dan tingkatkan dengan menyebutkan 4 (empat) nama peserta di
sebelah kiri dan kanan.
e. Apabila dirasakan sudah cukup akrab dan suasana sudah cair akhiri permainan dan pesilakan
kembalike tempat duduk masing-masing.
f.

Minta pendapat beberapa orang peserta, bagaimana kesan dan manfaat permainan ZIP ZAP
yang telah mereka mainkan.

g. Akhiri sesi ini dengan penegasan pentingnya komunikasi dengan saling kenal diantara
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan II
1.

Fasilitator menjelaskan alur pelatihan dari awal sampai akhir (sebaiknya dengan diagram/bagan),
transparan yang telah disiapkan.

2.

Fasilitator menjelaskan, bahwa dalam pelatihan ini akan menggunakan metode partisipatif lalu
sebutkan serta jelaskan beberapa hal yang terkait selama latihan

3.

Mintalah peserta untuk membentuk 5 kelompok dengan cara berhitung secara berurutan 1 s.d 5.
Peserta yang menyebut angka yang sama membentuk satu kelompok, lalu masing-masing
anggota kelompok ditulis pada kertas plano, terus masing-masing kelompok diberikan tugas
sesuai matrik yang telah disiapkan oleh fasilitator.

4.

Gunakanlah matrik pembagian tugas yang telah disiapkan berikut ini, untuk membagi tugas
masing-masing kelompok, sehingga setiap kelompok akan mendapat tugas yang berbeda setiap
hari.
Tugas

Hari I

Hari II

Hari III

Hari IV

Membantu Pelatih

Kel. 1

Kel. 2

Kel. 3

Kel. 4

Penjaga Waktu

Kel. 2

Kel. 3

Kel. 4

Kel. 5

Pencair Suasana

Kel. 3

Kel. 4

Kel. 5

Kel. 1

Membantu Mendokumentasi

Kel. 4

Kel. 5

Kel. 1

Kel. 2

Pengevaluasi Harian

Kel. 5

Kel. 1

Kel. 2

Kel. 3

Pembahasan III - Ungkapan Harapan Peserta dan Kontrak Belajar


1.

Fasilitator menjelaskan alokasi waktu dan tujuan pokok bahasan.

2.

Bagikan tiga kartu yang beda warna kepada setiap peserta. Ajaklah mereka untuk menuliskan tiga
harapan terhadap pelatihan (1 harapan pada 1 kartu) dengan mengacu pada tiga hal :

Harapan terhadap materi latihan pada kartu merah

Harapan terhadap pelatih (fasilitator) pada kartu biru

Harapan terhadap diri mereka sendiri pada kartu hijau

3.

Kumpulkan semua kartu dan tumpuk sesuai warna.

4.

Mintalah 3 orang peserta untuk ke depan (secara bergantian) dan membacakan kartu satu orang
satu kartu/warna. Mintalah peserta yang lain untuk mengomentari harapan-harapan tersebut
apakah sesuai dengan tujuan pelatihan yang telah dirumuskan sebelumnya.

5.

Pelatih memberikan komentar atas harapan-harapan peserta dan komentar peserta atas harapan
mereka. Garis bawahi bahwa pelatihan ini adalah partisipatif dan pencapaian tujuan pelatihan
tergantung pada peran aktif dan kontribusi dari peserta pelatihan.

6.

Selaraskan tujuan pelatihan dengan harapan peserta, rangkum dan tuliskan pada kertas plano
(tempel di depan kelas) untuk dijadikan kontrak belajar yang akan menjadi dasar dan acuan proses
belajar selama pelatihan berlangsung.

MODUL 2
SARJANA DAN PEMBANGUNAN PERDESAAN
Tujuan
1.

Peserta mengetahui berbagai permasalahan pemuda baik dari sisi pendidikan dan
pembangunan

2.

Peserta memahami permasalahan pembangunan di perdesaan

3.

Peserta memahami peran pemuda dalam pembangunan perdesaan

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

1.

Permasalahan sarjana di
Indonesia

Permainan ,curah
pendapat,diskusi kelompok,
ceramah

Kertas plano, spidol,


materi/lcd

30

2.

Potensi dan Masalah


pembangunan Perdesaan ini

Curah pendapat,diskusi
kelompok ,ceramah

Kertas plano, spidol,


materi/lcd

45

Peran Sarjana dalam


pembangunan perdesaan

Diskusi kelompok ceramah

Kertas plano, spidol,


materi/lcd

45

Total waktu

120

Sasaran Pembelajaran
1.

Peserta mampu memahami permasalahan yang dihadapi oleh sarjana di Indonesia

2.

Peserta mampu memahami potensi dan permasalahan pembangunan di perdesaan

3.

Peserta memahami arti dan peran Sarjana dalam pembangunan di perdesaan.

Langkah-langkah Fasilitasi
Pembahasan 1 Permasalahan Sarjana di Indonesia
1.

Buka sesi dengan salam

2.

Peserta diajak curah pendapat, tentang bagaimana dan apa permasalahan sarjana di Indonesia

3.

Variasi jawaban akan muncul sesuai dengan latar belakang masing-masing peserta.

4.

Fasilitator mendiskusikan hasil curah pendapat peserta

5.

Berikan kesempatan untuk mempresenyasikan hasil diskusinya.

Pembahasan 2 Potensi dan hambatan pembangunan Perdesaan

Peserta diajak curah pendapat, tentang bagaimana realita pembangunan perdesaan pada saat
ini.

Peserta akan mengemukakan berbagai realita yang diketahui dan dialami.

Variasi jawaban akan muncul sesuai dengan latar belakang masing-masing peserta.

Fasilitator mendiskusikan hasil curah pendapat peserta

Bagi peserta dalam 5 kelompok, kemudian berikan tugas untuk mendiskusikan : bagaimana
potensi dan masalahan pembangunan perdesaan saat ini.

Mintalah menyusun hasil diksui dalam bentuk tabel yang ditulis dalam kertas plano yang telah
disediakan.

Berikan kesempatan untuk mempresenyasikan hasil diskusinya.

Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok

Pembahasan 3 Peran sarjana dalam pembangunan perdesaan


1.

Peserta diajak curah pendapat, tentang bagaimana seharusnya peran sarjana dalam
pembangunan perdesaan pada saat ini.

2.

Peserta akan mengemukakan berbagai realita yang diketahui dan dialami.

3.

Variasi jawaban akan muncul sesuai dengan latar belakang masing-masing peserta.

4.

Fasilitator mendiskusikan hasil curah pendapat peserta

5.

Bagi peserta dalam 5 kelompok, kemudian berikan tugas untuk mendiskusikan : bagaimana
potensi danperan yang bisa dilakukan oleh Sarjana dalam pembangunan perdesaan

6.

Mintalah menyusun hasil diksui dalam bentuk tabel yang ditulis dalam kertas plano yang telah
disediakan.

7.

Berikan kesempatan untuk mempresenyasikan hasil diskusinya.

Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok

Bahan Bacaan 1
MASALAH DAN REALITAS SARJANA DI INDONESIA
A. Sarjana Indonesia Terbanyak Kelima Di Dunia
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (OECD) menyatakan Indonesia bakal
menjadi negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak kelima di masa depan. Situasi ini
bakal terwujud paling lambat pada 2020 mendatang. BBC melaporkan, Kamis (12/7), data itu
merupakan proyeksi dari upaya Indonesia meningkatkan jumlah lulusan perguruan tinggi.
Dua tahun lalu, Indonesia menyumbang empat persen sarjana berusia 25-34 dari 129 juta
mahasiswa di seluruh negara anggota G-20.
Pada 2020, OECD memperkirakan jumlah itu bakal bertambah menjadi 6 persen.Sehingga,
Indonesia sekaligus mengalahkan Inggris, Jerman, dan Spanyol, sebagai negara penyumbang
sarjana muda terbanyak. Bahkan pada masa-masa itu kemungkinan besar jumlah sarjana
terdidik negara ini tiga kali lebih banyak dibanding Prancis. Selepas Perang Dunia II,
kemajuan sebuah negara diukur dari berapa banyak lulusan perguruan tinggi setiap tahun.
Jumlah mahasiswa S1-S3 yang terserap di pasar kerja menentukan perkembangan ekonomi
bangsa itu pula.
Berdasarkan pengamatan OECD, Amerika Serikat yang selama ini berada di posisi teratas

dengan menyumbang 17 persen sarjana muda ke pasar dunia, kini kalah jauh dibanding
China, dan jatuh ke urutan tiga daftar berisi prediksi ini. Tren negatif itu diikuti universitasuniversitas Eropa yang tidak lagi banyak menghasilkan sarjana. Negeri Tirai Bambu sekarang
hingga 12 tahun lagi digadang-gadang tetap nomor satu dalam urusan menyumbang jumlah
sarjana ke pasar dunia. Perkembangan pengetahuan pun diramal bergeser ke Asia, sebab
setelah China, berturut-turut menguntit India di urutan kedua, Rusia posisi keempat, lalu
Indonesia.Meski demikian penyerapan sarjana Indonesia ke dunia kerja masih terhitung
lambat, di beberapa bidang populer seperti IT tidak sampai 10 persen per tahun. Namun
OECD menganggap kuantitas lulusan perguruan tinggi tetap menguntungkan sebuah
negara. Karena sarjana adalah tenaga terdidik yang bisa menciptakan lapangan kerja.

KategoriDunia

Ini bagan berisi prediksi Lembaga OECD terkait jumlah sarjana Indonesia pada 2020 yang
mengalahkan negara-negara Eropa (c) oecd.org/bbc.co.uk

Kasihan..! Ada 493.000 Sarjana Menganggur di Indonesia.


Lulus dari perguruan tinggi tak ada jaminan seseorang langsung memperoleh pekerjaan.
Kementerian UKM dan Koperasi merilis setidaknya ada 493.000 sarjana lulusan perguruan
tinggi yang mengganggur. "Ada 493 ribu sarjana yang menggangur. Meskipun 6,3 persen
jumlah pengganguran kita masih lebih baik dengan Amerika (US)," ungkap Menteri UKM dan
Koperasi, Syarif Hasan saat Peluncuran Buku Cracking Entrepreneurs di Gedung WTC, Jakarta,
Kamis (5/7/2012).
Syarief menjelaskan, untuk mengurangi jumlah pengangguran khususnya mereka yang
berpendidikan sarjana. Menurutnya, mereka harus merubah pola pikir tidak hanya menjadi
pekerja tetapi menjadi pembuat kerja atau entrepreneur. Syarief juga menjelaskan
pemerintah sangat berkomitmen menciptakan entrepreneur baru di Indonesia. "Sekarang ini
entrepreneur itu adalah strategi prioritas untuk menjadi bangsa yang semakin maju,"
sebutnya. Syarief menilai, dahulu jumlah penduduk yang memilih menjadi pengusaha dan
berhasil sangat rendah. Saat ini menurutnya, jumlah masyarakat yang memilih menjadi
pengusaha dan berhasil meningkat menjadi 1,56 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
"Sebanyak 0,18 persen sangat sekali sedikit karena bagitu banyak peluang yang luar biasa.
Tidak dalam begitu lama rasionya meningkat 1,56 persen," katanya.
Berapa Jumlah Pengangguran Sarjana di Indonesia?
Untuk mencapai gelar sarjana tidak mudah, membutuhkan banyak pengorbanan.
Pengorbanan materi, waktu, serta pikiran. Setelah gelar sarjana diperoleh juga membutuhkan
perjuangan yang berat untuk mendapat pekerjaan yang diinginkan. Saat sekarang ini banyak
sarjana menganggur. Menurut badan pusat statistik (BPS) sarjana menganggur pada agustus
2009 meningkat 0,49% dari agustus tahun lalu, sedangkan pada tahun 2010 meningkat
menjadi 11,92%, dan pada tahun 2011 BPS hanya menyebutkan angka 8.12 juta untuk
pengangguran terbuka, kemungkinan sarjana menganggur di tahun 2011 mengalami
peningkatan yang signifikan.
Terdapat beberapa faktor yang membuat permasalahan ini makin rumit, kualitas pendidikan
yang masih rendah, tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran dari penyedia
lapangan kerja, birokrasi dan aturan dari pemerintah, infrastruktur yang ada dan yang
terakhir faktor kualitas sumber daya manusia. Dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri,
apakah ada yang salah dengan sistem pendidikan tinggi di indonesia saat ini? melihat
problematika pendidikan, output dan pokok permasalahan pendidikan itu sendiri, maka
pendidikan ke depan perlu lebih membumi, artinya ide dan teori yang diupayakan perlu
relevansi dengan kebutuhan dan permasalahan. Contohnya, persoalan keadaan tanah dan
iklim, kemiskinan, potensi kekayaan alam yang diberdayakan agar menjadi kekayaan rill yang
bisa dinikmati banyak kalangan. Teori perlu diimplementasikan dalam tindakan nyata, dalam
konteks ini perlu penyeimbangan antara teori dan praktek kehidupan.
Pemerintah perlu mengubah fokus pendidikan tinggi dari akademis ke vokasi, vokasi itu
sendiri adalah pendidikan tinggi yang arahnya pada penguasaan keahlian terapan tertentu,

tercakup dalam program diploma (I,II,III, dan IV). Untuk pendidikan vokasi seperti politeknik
justru kekurangan lulusan untuk penyaluran ke dunia kerja. Dan pemerintah harus berani
mengeluarkan anggaran yang lebih, mengingat didalam penyelenggaraan pendidikan vokasi
membutuhkan dana yang besar untuk kebutuhan praktikum mahasiswa agar lebih terampil.
dan jumlah sarjana menganggur bisa terminimalisir.

B. Sarjana Indonesia 2020


BADAN Pusat Statistik (BPS), pada 2011 lalu mencatat ada sekitar 492.343 orang sarjana S1
yang belum mendapatkan pekerjaan, ditambah lagi sekitar 244.687 tamatan Diploma yang
menganggur, sehingga jumlah pengangguran intelektual mencapai 737.030. Jumlah
pengangguran intelektual ini diperkirakan akan terus membengkak setiap tahunnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: Pertama, gagalnya pemerintah dalam
mengembangkan jiwa entrepreuner pada mahasiswa yang masih aktif di perguruan tinggi, hal
ini diduga juga karena kurangnya sosialisasi mengenai dana pinjaman bagi mahasiswa untuk
mengembangkan usaha, dan rumitnya proses untuk mendapatkan dana pinjaman tersebut.
Kalaupun tidak, para mahasiswa masih belum terlalu yakin dalam mengemban
jiwaentrepreunership, setelah mendapatkan gelar para mahasiswa menjadi pengangguran
intelektual.
Kedua, dari mahasiswa sendiri, masih sangat kurang dalam melakukan aktifitas-aktifitas
organisasi, padahal manfaat berorganisasi bagi para mahasiswa sangat tinggi dan akan
berdampak ketika mendapatkan gerlar sarjana setelah selesai menjalani perkuliahan.
Misalnya saja dengan aktif diorganisasi kita lebih mudah dalam mengembangkan usaha
bersama yang dibangun, maka tidak perlu ada penambahan pengangguran saat
mendapatkan gelar sarjana.
Sarjana sekarang
Hari ini para insan intelektual, setelah mengikrarkan Sumpah Sarjana sibuk dengan langkahlangkah selanjutnya untuk mensejahterakan hidup. Lamaran dengan legalisir ijazah
dilayangkan di manapun tempat untuk mendapatkan pekerjaan sebagai penopang hidup.
Tapi saat ini sarjana masih belum banyak yang beranggapan kerja apa saja boleh, yang
penting bisa hidup.
Dari sekian banyaknya sarjana yang menjadi pengangguran tidaklah sedikit jika data tahun
lalu mencapai 492.343 belum termasuk yang diploma. Tapi lulusan sarjana saat ini tidak
dengan mudah pasrah akan pekerjaan apapun, karena penilaian terhadap pengorbanan yang
cukup tinggi semasa kuliah. Sebagian dari para sarjana pengangguran mungkin ada yang
seperti anggapann tadi kerja apa saja boleh, yang penting bisa hidup. Tapi hanya sebagian
saja. Hal itu tidak menjadi masalah, karena akan menjadi motivasi bagi para mahasiswa
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak lagi dan kehidupan yang sejahtera. Tapi yang
menjadi masalah adalah kecendrungan para lulusan sarjana ingin menjadi pegawai negri sipil
(PNS). Setelah menuntut ilmu sekian lama, bekerja sebagai PNS yang menjadi favorit para

lulusan sarjana. Bukanlah solusi menjadi PNS, karena penerimaan PNS sangatlah minim,
apalagi akhir-akhir ini. Maka pengembangan ilmu yang telah didapatkan para sarjana akan
stagnan. Seharusnya ilmu yang dimiliki dapat berkembang dan layak dijadikan sebagai alat
dalam menuju Indonesia bebas dari pengangguran. Sarjana sudah saatnya berdikari
mengembangkan keilmuan yang telah dimiliki dan didapat dari perjuangan semasa
perkuliahan.
Kemudian sarjana saat ini, masih mengharapakan pekerjaan dari hasil nepotisme, kalangan
mahasiswa yang memiliki kehidupan layak, kerap kali melakukan nepotisme dalam mencari
pekerjaan. Sarjana yang memiliki orang tua atau keluarga mapan dan mempunya link yang
luas, mejadi prioritas di instansi-instansi milik pemerintah.
Selain nepotisme, praktek gratifikasi juga sering terjadi dalam hal ini, sangat disayangkan hal
ini dilakukan. Mengenai bahaya nepotisme telah diutarakan oleh Bisma Yadhi Putra (Serambi,
22/9/2012), yang memiliki inti, akan semakin miskin sebuah Negara jika praktek nepotisme
ini kerap dilakukan, dan penghalalan segala cara dilakukan untuk memasukkan kerabat yang
telah mendapat gelar darjan di instansi-instansi pemerintahan. Menarik sekali melihat lulusan
sarjana hari ini, ada yang postif dan ada yang negatif, semua bisa kita kaitkan dengan
kegagalan pemerintahan Indonesia dalam memberdayakan para sarjana. Terkait munculnya
praktek negatif ini juga karena tataran pemerintahan yang belum total terbebas dari wabah
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Sarjana 2020
Hari ini sarjana dan diploma yang menganggur berkisar 740.000 jiwa, maka setiap tahun akan
bertambah sarjana yang menganggur kira-kira dapat mencapai delapan ribu jiwa setelah
dikaitkan dengan masuknya jumlah mahasiswa baru tidap tahunnya di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia. Jika setiap tahun meningkat sampai 8.000 jiwa bagaimana pada 2020
nanti, akan bertambah menjadi 64.000 jiwa pengangguran intelektual. Dan, itu berarti akan
ada sekitar 800.000 sarjana yang menganggur pada 2020 nanti.
Menarik melihat hal ini, karena hari ini gelar sarjana, menandakan msayarakat yang
berkehidupan mapan dan mampu dan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik
dikemudian hari, tapi ternyata pada tahun 2020 nanti, sarjana tak ubahnya tamatan SMA
sekarang ini, yang susah mencari kerja dan penghasilan yang belum mumpuni untuk
kehidupan.
Kemudian wujud sarjana yang melakukan tindakan kriminal, juga sulit dielakkan jika kondisi
hari ini dibiarkan sampai 2020 nanti. Para pelaku kriminal ke depan akan berisi orang-orang
yang memiliki gelar, karena jelas ketika pengangguran meningkat tindak kriminal cenderung
terjadi, pencurian, penipuan dan tindakan kriminal lainnya, akan cenderung dilakukan para
pengangguran intelektual. Hari ini saja, misalnya, praktik nepotisme terus dilakukan bagi para
lulusan sarjana yang ingin menjadi PNS, ke depan tingkat nepotisme dan gratifikasi akan
menjadi lebih tinggi lagi. Tentu tidak ada yang mau menjadi pengangguran, maka segala
cara dilakukan untuk mendapatkan kehidupan yang jelas bagi para lulusan sarjana.
Dengan demikian, pada 2020 nanti hanyalah sarjana mapan yang akan mendapatkan
pekerjaan, sarjana yang memiliki link kuat di berbagai intansi, sarjana yang memiliki keluarga

pejabat yang tidak pengangguran, maka dalam artian yang kaya semakinkaya, dan yang
miskin akan semakin miskin. Sarjana yang benar-benar cerdas hanya menjadi menonton jerih
payahnya diambil bagi sarjana-sarjana mapan yang berhasil mendapatkan pekerjaan dengan
praktik nepotisme dan gratifikasi.

C. Pengangguran Indonesia Bertambah 1,3 Juta Orang per Tahun


Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menilai angka pengangguran di Indonesia
sudah cukup tinggi akibat kesenjangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan lapangan
pekerjaan. "Akibat ketimpangan tersebut diperkirakan setiap tahunnya pengangguran
meningkat sebesar 1,3 juta orang. Saat ini, kendala utama pertumbuhan bagi pelaku usaha
adalah krisis ekonomi yang sedang melanda Amerika Serikat dan Eropa," kata Ketua Umum
Kadin Suryo Bambang Sulisto di Jakarta, Selasa (1/5). Menurut Suryo, pengangguran di
Indonesia mencapai 9 juta orang. Hal ini terjadi karena jumlah pertumbuhan angkatan kerja
tidak seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja khususnya di sektor formal.
"Pertumbuhan tenaga kerja setiap tahun mencapai 2,91 juta orang, sedangkan lapangan
pekerjaan hanya 1,6 juta orang. Sehingga ada 'gap' sebesar 1,3 juta orang yang kemungkinan
menjadi pengangguran terbuka di Indonesia," paparnya. Lebih lanjut ia berpendapat bahwa
bukan hanya soal kesenjangan, penggangguran di Indonesia juga terjadi akibat tidak
bertemunya kualitas pencari kerja dengan kebutuhan yang diinginkan perusahaan.
"Berdasarkan tingkat pendidikannya, dari 8,14 juta pengangguran terbuka, 20 persen
berpendidikan SD, 22,6 persen tamatan SMP, 40,07 persen tamatan SLTA, 4 persen tamatan
diploma, sedangkan 5,7 persen tamatan sarjana," ujarnya. Suryo mengatakan para
pengangguran yang mencapai 9 juta orang itu jika tidak mendapat kesempatan kerja, jangan
harap upaya untuk memakmurkan rakyat akan tercapai. "Tapi, untuk penambahan tenaga
kerja dalam jumlah besar di Indonesia, membutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 8
persen per tahun," tandasnya.

Bahan Bacaan 2
PERMASALAHAN DALAM PEMBANGUNAN PERDESAAN
Latar belakang
Berbicara tentang pembangunan desa, selama ini sebagian diantara kita terlalu terpaku pada
pembangunan berskala besar (atau proyek pembangunan) di wilayah pedesaan. Padahal
pembangunan desa yang sesungguhnya tidaklah terbatas pada pembangunan berskala proyek saja,
akan tetapi pembangunan dalam lingkup atau cakupan yang lebih luas. Pembangunan yang
berlangsung di desa dapat saja berupa berbagai proses pembangunan yang dilakukan di wilayah desa
dengan menggunakan sebagian atau seluruh sumber daya (biaya, material, sumber daya manusia)
bersumber dari pemerintah (pusat atau daerah), selain itu dapat pula berupa sebagian atau seluruh
sumber daya pembangunan bersumber dari desa. Apa sesungguhnya pembangunan desa ?
Sesungguhnya, ada atau tidak ada bantuan pemerintah terhadap desa, denyut nadi kehidupan dan
proses pembangunan di desa tetap berjalan. Masyarakat desa memiliki kemandirian yang cukup tinggi
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mengembangkan potensi diri dan keluarganya, serta
membangun sarana dan prasarana di desa. Namun demikian, tanpa perhatian dan bantuan serta
stimulan dari pihak-pihak luar desa dan pemerintah proses pembangunan di desa berjalan dalam
kecepatan yang relatif rendah. Kondisi ini yang menyebabkan pembangunan di desa terkesan lamban
dan cenderung terbelakang.
Jika melihat fenomena pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di era orde baru,
pembangunan desa merupakan cara dan pendekatan pembangunan yang diprogramkan negara
secara sentralistik. Dimana pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah baik dengan kemampuan
sendiri (dalam negeri) maupun dengan dukungan negara-negara maju dan organisasi-organisasi
internasional. Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan Pembangunan
Masyarakat Desa (PMD), dan Pembangunan Desa (Bangdes). Kemudian di era reformasi peristilahan
terkait pembangunan desa lebih menonjol Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD). Dibalik semua
itu, persoalan peristilahan tidaklah penting, yang terpenting adalah substansinya terkait pembangunan
desa.

Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pembangunan Desa


Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Desa umumnya berada pada masalah sturktural
dan sosial budaya. Adapun masalah yang dihadapi dalam upaya pembangunan di Desa yaitu :
A.

Masalah Sosial Budaya

1. Rendahnya tingkat pendidikan


Sarana pendidikan masyarakat di desa cenderung rendah. Masyarakat di desa umumnya hanya
berpendidikan SD, SMP dan SMA. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum mengetahui seberapa
besar pentingnya pendidikan untuk dirinya. Apabila setelah menyelesaikan pendidikan hingga SMA
atau lebih buruk hanya sampai SD saja orang tua akan menikahkan anak-anaknya sehingga masa
depan pendidikan generasi penerus bangsa menjadi terputus dan hal ini menyebabkan mereka hanya
bergelut pada lingkar kemiskinan karena minimnya pendidikan. Rendahnya pendidikan ini juga
menjadi menjadi akar permasalahan bahwa kurangnya inisiatif masyarakat dalam menghadapi
masalah-masalah dalam kehidupan mereka. Mereka hanya memikirkan bagaimana caranya agar tetap
mempertahankan hidup tanpa memikirkan bagaimana nasib generasi penerus bangsa di masa yang
akan mendatang. Karena minimnya pendidikan masyarakat hal ini menyebabkan dari seluruh
penduduk desa hampir 95% penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu masalah

11

rendahnya pendidikan juga menjadikan kendala dalam penerapan inovasi yang dilakukan oleh
penyuluhan. Oleh karena itu masayarakat harus ditingkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan
dengan memperbaiki sarana pendidikan, mengadakan penyuluhan pendidikan terhadap masyarakat
agar tercipta generasi penerus yang memiliki pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.

Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan

Salah satu keterbelakangan yang dialami daerah pedesaan di Indonesia dapat dilihat dari aspek
pembangunan sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana pokok dan penting di daerah
pedesaan, antara lain :
a.

Prasarana dan sarana transportasi

Salah satu prasarana dan sarana pokok dan penting untuk membuka isolasi daerah pedesaan dengan
daerah lainnya adalah prasarana transportasi (seperti jalan raya, jembatan, prasarana transportasi laut,
danau, sungai dan udara), dan sarana transportasi (seperti mobil, sepeda motor, kapal laut, perahu
mesin, pesawat udara dan sebagainya). Ketersediaan parasarana dan sarana transportasi yang
memadai akan mendukung arus orang dan barang yang keluar dan masuk ke daerah pedesaan. Untuk
mendorong peningkatan dinamika masyarakat daerah pedesaan akan arus transportasi orang dan
barang keluar dan masuk dari dan ke daerah pedesaan, diperlukan prasarana dan sarana transportasi
yang memadai.
Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Syaifulah Yusuf, dalam seminar tentang Strategi
Pembangunan Desa di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa 12 September 2006, mengemukakan bahwa
sekitar 45 persen atau sebanyak 32.379 Desa di Indonesia termasuk dalam kategori Desa Tertinggal
(Ken Yunita, 2006).
Salah satu penyebab daerah pedesaan masih terisolasi atau tertinggal adalah masih minimnya
prasarana dan sarana transportasi yang membuka akses daerah pedesaan dengan daerah lainnya.
Kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim berkontribusi terhadap keterbelakangan
ekonomi daerah pedesaan. Secara umum, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan jenis produk
yang relatif sama, sehingga transaksi jual beli barang atau produk antar sesama penduduk di suatu
desa relatif kecil. Dalam kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim, produk yang dihasilkan
masyarakat daerah pedesaan sulit untuk diangkut dan dipasarkan ke daerah lain. Jika dalam kondisi
seperti itu, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan produk pertanian dan non pertanian dalam
skala besar, maka produk tersebut tidak dapat diangkut dan dipasarkan ke luar desa dan akan
menumpuk di desa. Penumpukan dalam waktu yang lama akan menimbulkan kerusakan dan kerugian.
Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi warga masyarakat di daerah pedesaan.
Sebaliknya, hal tersebut akan mendorong sebagian warga masyarakat di daerah pedesaan untuk
merantau atau berpindah ke daerah lain terutama daerah perkotaan yang dianggap lebih menawarkan
masa depan yang lebih baik.

b. Prasarana dan sarana pendidikan yang kurang memadai


Sebagian dari masyarakat di daerah pedesaan telah memiliki kesadaran untuk mendidik anak-anaknya
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan prasarana pendidikan seperti lembaga pendidikan
dan gedung sekolah di daerah pedesaan relatif terbatas. Ketersediaan prasarana pendidikan di daerah
pedesaan yang masih kurang memadai dapat terlihat dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan
serta kondisi fisik bangunan sekolah yang kurang representatif (rusak, tidak terawat dengan baik,
kekurangan jumlah ruang kelas dan sebagainya). Selain itu, sarana pendidikan di daerah pedesaan
juga sangat terbatas seperti kurangnya ketersediaan buku-buku ajar, kondisi kursi dan meja belajar
yang seadanya, tidak tersedianya sarana belajar elektronik, tidak tersedianya alat peraga dan

sebagainya. Keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan di daerah pedesaan mendorong sebagian
masyarakat daerah pedesaan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke luar desa terutama ke daerah
perkotaan. Hal ini turut mendorong laju migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.
c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan
Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang
masih mengandalkan penghasilannya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor
pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat terlihat nyata di
daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi
oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih
sangat terbatas ragam dan jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis).
Aktivitas usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha
pengelolaan/ pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada
kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada,
akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian belum mendapat sentuhan
yang memadai dan belum berkembang dengan baik. Kondisi ini mendorong sebagian penduduk di
daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di luar desanya, sehingga mendorong mereka untuk
berhijrah/migrasi dari daerah pedesaan menuju daerah lain terutama daerah perkotaan. Daerah
perkotaan dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan berusaha.
Upaya untuk mendorong dan melepaskan daerah pedesaan dari berbagai ketertinggalan atau
keterbelakangan, maka pembangunan desa dalam aspek fisik perlu mendapat perhatian serius dari
pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Pembangunan desa dalam aspek fisik, selanjutnya
dalam tulisan ini disebut Pembangunan Desa, merupakan upaya pembangunan sarana, prasarana dan
manusia di daerah pedesaan yang merupakan kebutuhan masyarakat daerah pedesaan dalam
mendukung aktivitas dan kehidupan masyarakat pedesaan.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa betapa daerah pedesaan memerlukan adanya ketersediaan
prasarana dan sarana fisik dalam hidup dan kehidupan masyarakat desa. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak untuk mengurus
kepentingan daerahnya sendiri (dalam istilah modern disebut hak otonomi). Hak otonomi sifatnya
sangat luas. Hampir semua hal yang menyangkut urusan di desa. Hanya saja tingkat materi dan cara
pelaksanaan atau pengerjaannya masih sangat sederhana, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
pembangunan desa.

B.
1.

Masalah ekonomi
Keterbelakangan perekonomian

Jika di daerah perkotaan geliat perekonomian begitu fenomenal dan pantastis. Sebaliknya, hal yang
berbeda terjadi di daerah pedesaan, dimana geliat perekonomian berjalan lamban dan hampir tidak
menggairahkan. Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi oleh aktivitas produksi. Aktivitas
produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada sektor pertanian (dalam arti luas :
perkebunan, perikanan, petanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan
produk turunannya). Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan ragamnya masih relatif
sangat terbatas.

13

Aktivitas perekonomian yang ditekuni masyarakat di daerah pedesaan tersebut sangat rentan terhadap
terjadinya instabilitas harga. Pada waktu dan musim tertentu produk (terutama produk pertanian) yang
berasal dari daerah pedesaan dapat mencapai harga yang begitu tinggi dan pantastik.
Namun pada waktu dan musim yang lain, harga produk pertanian yang berasal dari daerah pedesaan
dapat anjlok ke level harga yang sangat rendah. Begitu rendahnya harga produk pertanian
menyebabkan para petani di daerah pedesaan enggan untuk memanen hasil pertaniannya, karena
biaya panen lebih besar dibandingkan dengan harga jual produknya. Kondisi seperti ini menimbulkan
kerugian yang luar biasa bagi petani.

2.

Tidak tersedianya permodalan untuk petani dan Harga pupuk yang lumayan tinggi

Permodalan untuk kelompok tani Karya Baru belum mendapatkan dana bantuan Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Sebagai contoh penyuluhan yang dilakukan adalah penerapan
pemupukan yang berimbang terhadap tanaman padi. Petani umumnya ingin menerapkan pemupukan
yang berimbang tersebut namun petani terkendala permodalan sehingga dalam mengadopsi suatu
inovasi petani mengalami kesulitan karena harga pupuk mahal. Namun menyikapi hal tersebut
pemerintah menjalankan pupuk bersubsidi untuk anggota kelompok tani. Walaupun pupuk dari
pemerintah telah disubsidi namun tetap saja mereka terkadang ada yang tidak sanggup membeli
pupuk bersubsidi tersebut. Pembelian pupuk bersubsidi oleh anggota kelompok tani tidak dikenakan
batasan jadi petani dapat membeli pupuk berdasarkan kemampuan petani dalam membeli pupuk
tersebut. Hendaknya pupuk dapat diberikan kredit kepada petani berupa dana bantuan seperti
program PUAP agar mereka dapat membeli pupuk sehingga petani dapat melakukan pemupukan
yang berimbang pada tanaman padi mereka.
C.
1.

Masalah Geografis
Prediksi terhadap iklim yang sulit

Varietas tanaman padi yang ditanam merupakan jenis varietas lokal walaupun kadang bisa juga
membudidayakan padi unggul namun bila musim memungkinkan. Masalah geografi yang terjadi
seperti air, banyak para petani yang mengeluh dengan adanya banjir kiriman dari daerah pegunungan
yang menyebabkan petani gagal panen. Banjir yang datang umumnya menggenangi tanaman padi
yang hanya berumur masih muda sehingga tanaman padi muda ini tidak dapat bertahan sehingga
busuk dan mati.
Namun apabila banjir kiriman yang terjadi menggenangi tanaman yang sudah berumur cukup lama
umumnya tanaman padi masih bisa bertahan hidup karena tanaman padi sudah mempunyai anakan
yang cukup banyak serta tanaman padi tersebut sudah cukup tinggi. Pada sawah yang lebih tinggi
umumnya tanaman padi bisa bertahan hidup bila dibandingkan dengan tanaman padi di daerah
sawah bawahan.
2.

Keadaan tanah

Di Indonesia mempunyai tingkat kesuburan tanah yang berbeda disetiap wilayah. Tingkat kesuburan
tanah juga sangat berpengaruh dalam pembangunan desa, desa yang mempunyai keadaan tanah
yang subur cenderung akan mempengaruhi hasil tani yang akan dihasilkan. Semakin baik dan banyak
hasil tani yang dihasilkan oleh desa tersebut maka akan sangat mempengaruhi dari pendapatan
masayarakat itu sendiri. Semakin besar pendapatan masyarakat maka pertumbuhan ekonomi didesa
tersebut akan semakin baik.
3.

Letak wilayah

Letak wilayah desa juga sangat mempengaruhi dari pembangunan desa itu sendiri. Desa yang yang
letak wilayahnya lebih strategis yang dalam hal ini dekat dengan peradaban kota akan berbeda

dengan desa yang letaknya sulit dijangkau. Desa yang letaknya sulit dijangkau akan cenderung akan
mengalami pembangunan ekonomi yang lambat. Hal ini disebabkan karena sulitnya akses pemerintah
dan dunia luar untuk menjangkaunya. Jadi letak desa yang strategis juga sangat berpengaruh dalam
pembangunan desa itu sendiri.

Ciri desa dan beberapa permasalahan (catatan untuk bahan teori tesis)
Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa maka harus
dikenali terlebih dahulu jenis desanya. oleh karena itu, akan dipaparkan desa berdasarkan tahap
pembangunannya sebagai berikut:
Desa primitif
Belum mengalami sentuhan perubahan kebudayaan (sivilisasi) manusia. ciri-ciri desa primitif antara
lain:
1. masyarakat terisoler, belum bersentuhan dengan kehidupan modern atau sangat sedikit
bersentuhan
2. cara bertani sangat primitif, menanam ubi, berburu, bakar hutan, pertanian berpindah-pindah
3. belum ada yang bersekolah atau baru mulai satu-satu.
4. kebanyakan masih memakai alat-alat primitive buatan tangan
5. kepercayaan umumnya belum agama, tetapi masih berupa aliran kepercayaan
Desa tradisonal
beberapa ciri-ciri desa tradisional :
1. sudah mengalami sentuhan dengan kehidupan modern, tetapi adopsi kebudayaan baru lambat,
umumnya terisolir
2. tingkat kemajuan lambat, masih tahap prakapitalis
3. pertumbuhan produksi hamper nol atau stagnan
4. masih kuat memegang tradisi lamat, adat istiadat, ritual yang berakar dalam
5. kehidupan kelompok cukup kuat; masih ada hubungan patron clien alam kepemimpinan desaatau
pemimpin marga, tokoh adat atau pedagang desa dan tuan tanah desa.
6. sudah ada kepala desa diangkat pemerintah atau dipilih maasyrakat, namun kalu tidak sesuai pola
hubungan patron klien kurang berhasil.
7. pendidikan lemah dan adopsi tegnologi baru dan hubungan dengan dunia luar lemah.
8. sebagian besar desa tradisional masyarakatnya bersifat subsistem atau produksi untuk pasaar
belum berkembang.
9. penggunaan uang masih terbatas. alat menabung masih fisik, seperti ternak atau emas. juga
berkeinginan menabung masih rendah.
Desa transisional
ciri-ciri desa transisional :
1. kontak dengan dunia luar sudah cukup besar, seperti ke pasar, ke sekolah bekerja ke kota/ tempat
lain atau melalui perpindahan penduduk, termasuk urbanisasi.
2. banyak mengadopsi tegnologi baru, siap menerima pembaharuan, penyuluhan dan pendidikan

15

3. produktivitas kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan mengalami peningkatan


4. proses produksi sedang mengalami perubahan cukup berat, melalui adopsi tegnologi
5. komersialisasi sudah cukup tinggi, pasar digunakan untuk menjual hasil dan membeli input
produksi
6. penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah tenaga kerja mulai berkembang
7. tabungan berkembang dan sebagian dalam bentuk ruang
Desa maju/modern
ciri-ciri desa maju / modern :
1. memanfaatkan teknlogi baru
2. produksi berorientasi pasar. sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi yang
diproduksi selalu disesuaikan dengan keadaan harga pasar. tujuan produksi adalah untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
3. mulai menerapkan sistem agribisnis paradigma pertanian berubah menjadi agribisnis dan
agroindustri dan perdagangan berkembang.
4. masyarakat sangat menghargai pedidikan, bersedia melakukan human investment
5. masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota. perbedaannya kegiatan ekonominya adalah
berbasis pedesaan seperti pertanian, industry desa, pertambangan, pariwisata dan lain-lain.

Masalah-masalah dalam pembangunan pedesaan


Masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional :
1. masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan tanah semakin
berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (sumber daya alam)
2. tingkat pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi produk juga
masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan, rendahnya produktivitas
kerja dan masalah kepemimpinan desa.
3. keterisolasian desa yang membuat hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak dapat
memanfaatkan keuntungan dengan dunia luar
Masalah-masalah yang terjadi di desa transisional adalah:
1. masalah pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa tradisional)
2. masalah pertanahan timbul, karena hubungan dengan dunia luar
3. tingkat pendidikan rendah (sama dengan desa tradisional)
4. tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik lokal
5. keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan
6. masalah pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase
7. masalah pemasaran hasil-hasil pertanian
8. masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan dan akumulasi
modal)

Pemerintahan desa dalam menyelenggarakan kewenangannya dibidang pemerintahan, pembangunan


dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian serta kesejahteraan masyarakat belum dapat
optimal karena terdapat berbagai permasalahan, seperti;
1. terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan
kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang-undangan yang dibutuhkan
kurang lengkap dan memadai
2. fasilitasi oleh pemerintah dan pemerintah daerah masih sering terlambat;
3. terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran pemerintahan desa;
4. sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam menggalang partisipasi
masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam membangun, memanfaatkan,
memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan;
5. sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa
be lu m t er da p at k ep a st ia n m en g en a i k e w en a n ga n d an s u mb er p en d a pa ta n

17

MODUL 3
PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI (SIAPA SAYA)
Tujuan
1.

Peserta memahami sikap yang diperlukan untuk menjadi insan yang berprestasi

2.

Peserta mengetahui berbagai potensi dirinya

3.

Peserta mengatahui cara meningkatkan motivasi dan prestasi dirinya dengan potensi yang
dimiliki.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Motivasi berprestasi

Curah pendapat dan diskusi


kelompok

Kertas plano, spidol

60

2.

Anaisis Potenis diri :

Permainan,curah pendapat
,diskusi, lembar penugasan
ceramah

Kertas plano, spidol ,


lembar tugas, materi/lcd

30

Curah pendapat, diskusi ,


lembar penugasan, ceramah

Kertas plano, spidol,


lembar tugas ,materi/lcd

30

Pemahaman tentang potensi diri


3.

Analisis Potensi diri :


Cara meningktaan motivasi berprestasi
dengan bekal potensi yang dimiliki

Total waktu

120

Sasaran Pembelajaran
Peserta mampu mengembangkan mengembangkan motivasi untuk berprestasi dan menyadari bahwa
kapanpun dapat dilakukan untuk memulai kegiatan yang berprestasi.

Langkah-langkah Fasilitasi
Pembahasan 1 - Latar Belakang Motivasi Berprestasi
1.

Peserta diajak curah pendapat, kenapa seseorang ingin berprestasi dalam hidupnya?

2.

Peserta akan mengemukakan berbagai alasan yang pada umumnya menyebabkan seseorang
ingin berprestasi.

3.

Variasi jawaban akan muncul sesuai dengan latar belakang masing-masing peserta.

4.

Fasilitator menuliskan hasil jawaban peserta pada kertas plano/ white board

5.

Fasilitator mendiskusikan hasil curah pendapat peserta

6.

Fasilitator menyimpulkan hasil diskusi.

7.

Fasilitator menayangkan materi bahasan dan memberi penegasan dari hasil diskusi.

8.

Bagilah kelas menjadi 5 kelompok, dan masing-masing mendiskusikan apa saja faktor pendorong dan
faktor penghambat motivasi berprestasi serta bagaimana caranya untuk menumbuhkan motivasi
berprestasi

9.

Diksusi kelompok selama 20 menit.

10. Berikan kesempatan masing-masing kelompok menyampaikan hasil diksusinya.


11. Simpulkan secara secara bersama apa yang harus dilakukan oleh PSP3 agar memiliki motivasi
berprestasi.

Pembahasan 2 Analisis Potensi Diri


1.

Fasilitator memberi pertanyaan kunci kepada peserta mengenai potensi masing-masing peserta.

2.

Jawaban peserta ditulis di kertas plano,jawaban peserta akan bervariasi

3.

Fasilitator membahas dan mendiskusikan jawaban-jawaban peserta

4.

Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil diskusi

5.

Bagikan lembar isian Analisis Potensi Diri dan mintalah mereka mengisi sesuai dengan hati nurani
masing-masing.

6.

Berikan kesempatan untuk bertanya.

7.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan nilai-nilai potensi diri untuk berprestasi.,

8.

Simpulkan secara bersama konsep diri PSP3 yang berprestasi

9.

Fasilitator memberikan penegasan dan memperlihatkan tayangan materi.

19

Bahan Bacaan 1 :

KONSEP DIRI PSP3 YANG SUKSES


A. Berani mengambil keputusan yang berisiko
Seorang wirausaha bila memiliki atau dipercayakan uang, maka ia tidak senang menyimpan atau
mengusahakan uang tersebut dalam suatu kegiatan yang aman atau kecil sekali resiko yang
dikandungnya. Ia lebih menyukai mempergunakan uang tersebut untuk suatu kegiatan produktif
untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dijual kepada orang-orang yang membutuhkan. Untuk itu, ia
betul-betul memperhitungkan kemampuannya yang ditunnjukkan dalam suatu rencana yang bukan
terlalu sulit atau tidak mungkin dicapainya. Dalam hal ini ia berani menanggung resiko keuangan
dalam bentuk kerugian-kerugian yang mungkin dideritanya yang telah masuk dalam perhitungannya.
Tetapi dalam kalkulasinya ia akan lebih banyak berhasil dari pada gagal. Disamping itu seorang
wirausaha juga tidak suka menempatkan uangnya pada suatu kegiatan yang mengandung resiko
tinggi atau lebih besar kemungkinan gagalnya dari pada berhasil.
Singkatnya, seorang wirausaha tidak menyukai suatu kegiatan yang hasilnya sudah pasti dan mudah
dicapai, seperti mendepositokan uangnya atau kegiatan yang mengandung resiko rendah. Dipihak lain
seorang wirausaha tidak pula menyukai kegiatan dengan kemungkinan gagal dalam usahanya lebih
besar dari pada berhasilnya. Wirausaha adalah orang yang berani mengambil resiko wajar yang sudah
diperhi-tungkan, ia optimis akan berhasil, tetapi bukan pasti berhasil atau gagal.

B. Kreatif dan Inovatif


Seorang yang sukses tidak menyukai pekerjaan yang mendatar atau yang bersifat rutin. Ia lebih suka
melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah terdapat sebelumnya dan senang menemukan dan
mengusahakan sesuatu yang belum pernah dibuat orang sebelumnya. Ia senang memikirkan dan
menciptakan hal-hal baru. Biasanya, dalam usaha tidak mau ikut-ikutan, ia lebih menyukai penemuan
baru dan kegiatan yang memungkinkan berkembangnya ide/gagasan dan daya ciptanya.
Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang sama dengan orang lain, tapi bukan
karena ikut-ikutan, itu karena ia melihat peluangnya masih besar. Ia akan melakukan modifikasi,
pengembangan dan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen. Ia juga tidak
mudah puas dengan yang telah dicapai, selalu ada ide atau gagasannya untuk mengembangkan usaha
yang telah ada. Dan, ada beberapa cara yang mungkin ditempuh. Satu cara kelihatannya tidak
mungkin, maka dicobanya cara yang lain. Membuka cabang sendiri?, kerjasama dengan mitra bisnis?,
membuat produk baru?, membuka jenis usaha baru?, merubah cara pelayanan?, merubah sistem dan
strategi pemasaran?, memberikan pelayanan purna jual dan seterusnya. Wirausaha adalah orang yang
banyak gagasan, dan banyak akal dalam mewujudkan gagasan-gagasannya.
Salah satu contoh populer wirausaha kreatif adalah keluarga Sosro. Keluarga petani teh dari sebuah
desa di Jawa Timur. Waktu itu umumnya orang menjual teh manis di warung/restoran miliknya sendiri,
di seduh dalam gelas kemudian disajikan kepada pengunjung yang memesannya. Dengan ide
kreatifnya ia mampu melahirkan gagasan bagaima-na agar bisa menjual air teh di semua
warung/restoran. Maka dikemasnya air teh ke dalam botol, jadilah Teh Botol Sosro. Kreatifitas telah
menghantarkan keluarga Sosro menjadi wirausaha sukses.

C. Mempunyai Visi
Wirausaha sukses adalah orang yang visioner, yang memiliki bayangan atau gambaran masa depan
yang akan dicapai. Ia mampu membuat gambaran tentang wujud masa depan yang ingin diraih.
Berdasarkan visi yang telah ditetapkan, ia mampu menyusun rencana dan strategi untuk meraihnya.
Dan, dengan tekun melaksanakannya secara konsisten, meskipun banyak rintangan, kesulitan,
hambatan, ataupun orang lain meragukannya. Sebagai contoh, sebagaimana dikisahkan di muka,
seorang penjaja koran yang ingin punya rumah bagus, mobil, pergi haji bersama istri dan orang
tuanya. Ia sadar betul tidak mungkin dapat dicapai kalau selamanya menjadi penjaja koran eceran,
mau tidak mau ia harus mengembangkan profesi dan usahanya paling tidak menjadi agen koran dan
majalah. Jika tidak maka cita-citanya tak akan pernah terwujud.
Seorang pedagang es campur misalnya, yang tidak memiliki harapan masa depan yang lebih baik,
sepuluh sampai lima belas tahun usahanya tidak berubah hanya itu-itu saja. Ia memang pedagang,
tapi bukan wirausaha karena tidak mempunyai visi. Berbeda dengan Sukiatno Nugroho, awalnya hanya
punya satu outlet Es-Teler 77. Berkat harapan masa depan yang ingin diraihnya, ia konsisten dan
mampu menggerakkan energi kreatifnya untuk mengejar harapan atau visi tersebut. Hasilnya, ratusan
outlet Es-Teler 77 berkembang dan tersebar di berbagai kota.
Keluarga Sosro yang sukses dengan bisnis Teh Botol-nya, Tirto Utomo dengan AQUA-nya, Mas Agung
dengan Gunung Agung-nya, Bob Sadino dengan Kem Chick-nya, Abdul Latif dengan Pasaraya-nya, Ny.
Suharti dengan Ayam Goreng-nya, Purdi E. Chandra dengan Group Primagama-nya, adalah beberapa
contoh wirausaha yang memiliki visi kuat. Mereka umumnya memulai bisnisnya dari kecil, namun
mempunyai harapan masa depan yang besar dan secara konsisten berupaya meraihnya, sehingga
terwujud.

D. Mempunyai Tujuan yang Berkelanjutan


Sebagai bagian dari upaya mencapai harapan masa depan atau visinya, seorang yang sukses mampu
merumuskan tujuan yang jelas, menantang namun realistis. Baik tujuan jangka panjang, menengah
ataupun jangka pendek. Ia juga mampu untuk senantiasa melakukan evaluasi dan penyesuaianpenyesuaian terhadap tujuan yang telah dirumuskan, untuk memastikan bahwa tujuan tersebut
konsisten dengan visi pribadi dan perusahaan yang berkembang. Seorang wirausaha sukses tidak
hanya puas terhadap pencapaian tujuan, lebih dari itu ia senantiasa membuat tujuan baru yang lebih
menantang.
Sebagai contoh, orang yang membuka usaha ayam goreng. Awalnya hanya ingin agar kebutuhan
pokok keluarganya tercukupi, sehingga satu buah warung dengan keuntungan Rp 1.500.000,- per
bulan sudah cukup. Bagi mereka yang tidak memiliki jiwa entrepreneur jika hal itu telah tercapai, ia
akan puas dan tidak merasa perlu mengembangkan usahanya lebih lanjut. Sehingga selama sepuluh
tahun menjalani usahanya warungnya tetap satu dan seperti itu. Bagi wirausaha sukses setelah tujuan
pertama tercapai, ia segera menetapkan tujuan kedua dan berusaha meraihnya, tujuan ketiga dan
seterusnya. Sehingga dari satu warung ayam goreng kecil, dikembangkan menjadi satu restoran ayam
goreng. Dari satu restoran dikembangkan menjadi beberapa buah di kota yang sama. Ketika berhasil
maka ia kembangkan lagi dengan membuka cabang di kota lain, begitu seterusnya.

E. Percaya Diri
Individu yang sukses memiliki rasa percaya diri yang kuat. Ia optimis (percaya dan yakin) bahwa apa
yang dilakukan akan berhasil sesuai dengan harapannya, walaupun banyak orang meragukan. Ketika
memulai bisnis, meskipun awalnya kecil-kecilan, ia percaya bahwa yang dilakukan merupakan sesuatu

21

yang tepat sehingga tanpa ragu berani mewujudkannya dan yakin pada saatnya akan sukses. Ia
merasa yakin bahwa dirinya mampu memenangkan persaingan dengan cara yang sehat.
Sebagai orang yang kuat rasa percaya dirinya, seorang wirausaha setiap menemui kegagalan akan
mengoreksi kesalahan dirinya, tidak mencari kambing hitam atau menyalahkan nasib. Ia akan melihat
apakah ada kesalahan dalam dirinya. Ia akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih
maju, kemudian akan memperbaiki kekurangan-kekurangannya. Ia yakin bahwa dengan memperbaiki
diri persoalan akan dapat diatasi.

F. Mandiri
Seorang yang sukses adalah orang yang mandiri, tidak mau hidupnya tergantung pada orang lain. Ia
mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pemimpin atau boss minimal bagi dirinya sendiri,
terbebas dari perintah atau kontrol orang lain. Ia mampu melaksanakan pekerjaan secara disiplin
dalam kondisi kerja yang terisolasi. Dan memiliki kemampuan mengorganisasi aktivitas untuk
mencapai tujuan pribadi dan usahanya.
Ia juga pantang diberi pertolongan orang lain, kecuali kalau memang dirinya betul-betul sudah tidak
mampu berbuat. Kalaupun minta tolong, maka pertolongan yang diperolehnya itu akan dianggap
sebagai hutang yang nantinya harus dibayar kembali.

G. Aktif, Enerjik dan Menghargai Waktu


Seorang yang sukses biasanya tidak mau diam dan tidak mudah puas dengan yang sudah ada. Apabila
sedang menjalankan usahanya, tidak puas kalau tidak dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya. Ia
bekerja kalau perlu sampai 24 jam sehari dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu sangat
penting dan berharga baginya. Setiap waktu berarti untuk kepentingan usahanya, memikirkan,
merencanakan, mempelajari data, membuat laporan, melakukan negosiasi bisnis membuat kontrak
dan seterusnya. Seorang wirausaha sukses nampak dikejar-kejar sesuatu, dan waktu terasa terlalu
singkat untuk menyelesaikan segalanya. Waktu baginya sangat berharga. Dalam pandangannya, orang
yang menyianyiakan waktu adalah orang yang merugi.

H. Memiliki Konsep Diri Positif


Orang sukses sejati adalah orang yang memiliki konsep diri positif. Ia adalah orang yang terbuka
terhadap kritik, karena kritik sangat berguna bagi diri ataupun usahanya. Berbeda dengan orang yang
memiliki konsep diri negatif, akan sangat peka terhadap kritik, orang ini mudah tersinggung bahkan
marah jika dikritik, karena kritik dianggap menja-tuhkan harga dirinya.
Wirausaha sejati juga tidak bangga terhadap pujian. Keberhasilan adalah sesuatu yang wajar sebagai
hasil kerja keras dan bukan untuk dibangga-banggakan. Meskipun ada perasaan senang bila dipuji
namun ia sadar bahwa keberhasilannya bukan sepenuhnya karena dirinya, tetapi berkat dukungan dan
kerjasama dengan orang lain. Sebaliknya orang yang konsep dirinya negatif sangat senang terhadap
pujian dan suka membangga-banggapan diri dan keluarganya.
Ciri lain orang yang memiliki konsep diri positif adalah, sanggup mengungkapkan penghargaan dan
pengakuan atas kelebihan orang lain. Ia mampu melahirkan kenyamanan, keakraban dan kehangatan
dalam persahabatan. Ia tidak serta-merta atau dengan mudah menilai negatif orang lain.

I. Berpikir Positif
Berpikir positif merupakan bagian dari sikap hidup sehari-hari seorang wirausaha berhasil. Ia
senantiasa membiasakan diri bersikap dan berperilaku positif terhadap konsumen, karyawan, pesaing,
mitra bisnis serta kegagalan yang pernah menimpanya.
Wirausaha sukses selalu menempatkan konsumen dengan cara pandang positif. Konsumen ibaratnya
raja, yang harus dilayani untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ia berusaha untuk selalu
memuaskan konsumen dengan memberikan produk dan pelayanan terbaik. Ia sadar betul bahwa
konsumen yang puas akan kembali membeli, dan konsumen yang kecewa akan lari bahkan
menceritakan kekecewaannya pada orang-orang lain. Wirausaha sukses sadar bahwa dirinya harus
selalu siap melayani banyak orang. Karena, semakin banyak orang yang dilayani maka rejeki yang akan
datang pun juga akan semakin banyak.
Begitupun pandangannya terhadap karyawan. Ia selalu percaya dan berprasangka positif terhadap
pegawainya, bahwa mereka mampu bekerja dengan baik. Sikap tersebut diujudkan dalam bentuk
penciptaan iklim kerja, pemberian kesejahteraan, penghargaan dan jenjang karir yang kondusif. Ia
sadar betul bagaimana membuat karyawan merasa senang, nyaman (tidak tertekan), loyal dan dengan
sepenuh hati melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk kemajuan bersama.
Wirausaha sukses tidak mengedepankan ancaman dan sanksi dalam mencapai tujuan bisnisnya.
Wirausaha sukses juga tidak memandang pesaing sebagai musuh. Pesaing adalah teman
seperjuangan, pesaing adalah teman bergaul. Dengan bergaul ia akan mengetahui apa kelemahankelemahan pesaing dan sekaligus apa keunggulannya. Semuanya dapat digunakan sebagai masukan
untuk lebih menyempurnakan bisnis miliknya. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sikap positif dan
berjiwa kerdil, akan menganggap pesaing sebagai penyakit atau musuh yang mengancam bisnisnya.
Sehingga dalam pikiran negatifnya, bagaimana agar usaha pesaing tidak berkembang, atau kalau
perlu bangkrut. Akibatnya, terjadi persaingan usaha yang tidak masuk akal, seperti sering terjadi
dikalangan pedagang kecil. Orang yang selalu berpikiran negatif tidak akan mendapat kesempatan
belajar atas kesuksesan ataupun kegagalan orang lain. Orang seperti ini meskipun memiliki usaha
sendiri, namun tidak dapat dikatakan sebagai seorang wirausaha.
Walaupun tidak senang ketika menemui kegagalan, seorang wirausaha sejati tidak akan berlama-lama
larut dalam kesedihan. Ia tidak berprasangka negatif terhadap pihak lain, tapi akan merenung mencari
penyebabnya, melakukan introspeksi, apa kekurangan-kekurangan dirinya dan usahanya sehingga
gagal. Ia mengambil hikmah dari sebuah kegagalan untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar
bisa meraih kesuksesan kembali. Kegagalan dipandangnya sebagai sukses yang tertunda, dirinya
meyakini akan menemui kesuksesan di penghujung kegagalan.

J. Bertanggung Jawab Secara Pribadi


Apabila kurang atau belum berhasil mencapai tujuan usahanya, maka ia tidak begitu mudah
menyalahkan faktor-faktor diluar dirinya, seperti orang lain yang bersalah, mesin/ peralatan yang
kurang baik, persaingan yang tidak sehat, krisis ekonomi, kebijakan pemerintah yang kaku dan
sebagainya. Sebaliknya ia akan lebih melihat kekurang berhasilan ini dari sisi kekurang mampuan
dirinya menyesuaikan terhadap perkembangan yang terjadi dan menga-tasi masalah yang dihadapi. Ia
akan konsisten bertanggung jawab ketika keputusan-keputusan yang telah diambilnya ternyata
kurang/ tidak tepat. Sekali berani mengambil keputusan ia akan bertanggung jawab terhadap segala
akibatnya.

23

K. Selalu Belajar dan Menggunakan Umpan Balik


Apabila menghadapi suatu kepahitan dalam usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu
saja meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbeda. Ia akan berusaha mengumpulkan informasi dan
mempelajari faktor-faktor apa saja dari dalam diri dan dari luar diri yang menyebabkan kegagalannya.
Selama faktor-faktor tadi masih dapat diatasinya baik sendiri maupun dengan bantuan orang lain,
maka ia akan melanjutkan usahanya dengan penyesuaian-penyesuaian baru. Ia senang mempelajari
apa saja yang menyebabkan dirinya berhasil atau gagal, dari waktu ke waktu dan hasilnya dapat
dipergunakan untuk lebih menyempurnakan usaha selanjutnya.
Wirausaha sukses umumnya adalah orang yang menyadari akan kelemahan dirinya dan mau selalu
belajar untuk memperbaiki. Belajar merupakan kebutuhannya, baik melalui bahan bacaan seperti buku,
majalah, koran, kursus/pelatihan untuk menambah pengetahuan, wawa-san atau ketrampilan. Dan,
terutama belajar dari pengalaman hidup sehari-hari dalam menjalankan bisnisnya.
Ketika omset penjualannya turun, ia akan mencari tahu penyebabnya. Apakah daya beli masyarakat
turun atau ada pesaing baru. Jika faktor pesaing, maka akan dipelajari apa keunngulannya. Produknya
lebih bagus dan berkualitas, pelayanan lebih baik, harga lebih murah dan sebagainya. Kemudian
memperbaiki kelemahannya, bahkan berupaya mengungguli pesaing agar omsetnya kembali
meningkat.
Atau, saat diketahui ada kecenderungan pegawai yang bekerja di perusahaannya tidak betah. Ia
cenderung introspeksi, dan mencari tahu kenapa bisa terjadi. Apakah karena ia otoriter, keras, tidak
komunikatif, atau pegawai merasa kurang dipercaya, tidak dihargai, gaji terlalu rendah dan sebagainya.
Gambar dibawah menunjukkan sebelas ciri-ciri sikap pribadi wirausaha yang dibahas dalam pelatihan
ini.

11

Menerima
Umpan Balik

Berani
Mengambil
Resiko

1
Kreatif dan
Inovatif

Tanggung
Jawab

10

Memiliki Visi

Wira
Usaha

Berpikir
Positif

4
Memiliki Tujuan
Berkelanjutan

Konsep Diri
Positif

Percaya Diri
Aktif, Enerjik,
dan
Menghargai
Waktu

Mandiri

Gambar 1. Sebelas Ciri-ciri Sikap Pribadi Wirausaha Sukses

Bahan Bacaan 2:

ANALISIS POTENSI DIRI


Pada dasarnya, setiap manusia yang memiliki kemampuan normal memiliki potensi untuk menjadi
wirausaha. Potensi tersebut dapat berupa jiwa entrepreneurship seperti: keberanian mengambil risiko,
kreatifitas, visi, tujuan pribadi, kepercayaan diri, kemandirian, berpikir positif. Ataupun potensi
sumberdaya non jiwa entrepreneursip, seperti: pengetahuan, keterampilan, pengalaman, modal,
tempat usaha, hoby, kemampuan komunikasi, dan sebagainya. Potensi tersebut pada setiap orang
kadarnya berbeda-beda, sebagian masih merupakan potensi yang terpendam. Dan, sebagian
diantaranya dapat diwujudkan sehingga seseorang menjadi wirausaha.
Sebagai seorang penggerak masyarakat, kita perlu mengetahui potensi diri kita masing-masing.
Apakah kita memiliki potensi yang dapat didorong dan dikembangkan untuk memenuhi keinginan kita
sebagai seorang pegawai/karyawan yang sekaligus juga ingin memiliki usaha/bisnis sendiri, ingin
mandiri. Kemandirian ini penting, baik dalam rangka upaya peningkatan pendapatan, menciptakan
kesempatan kerja, persiapan jika sewaktu-waktu terkena PHK ataupun pensiun.
Hasil analisis potensi diri sangat penting, sebagai bahan pertimbangan apakah kita sebenarnya
memenuhi syarat dan cocok untuk berwirausaha, atau sebaliknya. Hasil analisis potensi diri juga sangat
penting sebagai bahan evaluasi guna mengetahui kebutuhan pengembangan diri, menetapkan tujuan
serta program pengembangan diri yang diperlukan

Analisis Potensi Jiwa/Sikap PSP3


Dari pembahasan topik sebelumnya, kita telah memperoleh gambaran tentang ciri-ciri sikap pribadi
wirausaha sukses. Selanjutnya, kita akan melakukan penilaian terhadap diri sendiri. Apakah kita
memiliki ciri-ciri sikap tersebut? Bagai-mana kecenderungannya?: kuat, sedang atau lemah?
Berdasarkan hasil yang diperoleh kita dapat mengenali kebutuhan pengembangan diri, dan kemudian
menetapkan tujuan bagi diri kita masing-masing.
Ada beberapa cara dan instrumen untuk mengenali kebutuhan tersebut. Instrumen yang kita gunakan
dalam kaitan ini adalah kuesioner. Dari hasil pendiagnosisan diri sendiri ini, secara selektif kita dapat
menentukan prioritas sikap pribadi yang mana dalam diri sendiri yang perlu untuk lebih
ditingkatkan/dikembangkan.
Setelah memperoleh gambaran profil sikap kepribadian diri sendiri, kita tidak perlu terlalu gembira jika
hasilnya secara umum kuat, atau sebaliknya kecewa jika hasilnya rata-rata lemah. Karena saat aktivitas
pendiagnosisan diri dilakukan bisa saja dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu sehingga hasilnya tidak
akurat.
Oleh karena itu, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah merenung sejenak dan bertanya pada
diri sendiri: Apakah saya dalam keadaan santai dan emosi seimbang saat menjawab kuesioner? Apakah
saya jujur? Atau, apakah saya mencoba untuk mendapatkan gambaran profil sikap pribadi yang paling
menyenangkan hati saya sendiri sehingga melihat kunci jawaban terlebih dahulu?
Sekali lagi, perlu diingat bahwa, tak ada seorangpun yang kuat dalam semua aspek sifat tersebut. Dan,
bagi orang yang menilai sifat sendiri dengan nilai tinggi tapi tidak realistik, yang bersangkutan dapat
membuat keputusan yang berlebihan/keliru, sehingga sangat rentan terhadap resiko kegagalan saat
menjalankan bisnis.
Jadi yang terpenting adalah kita memperoleh hasil yang realistik dalam pengertian jujur terhadap diri
sendiri. Kita dapat menyempurnakan hal-hal yang masih kurang dengan melakukan program pengembangan diri, yang dapat ditempuh melalui berbagai cara, seperti :

25

Belajar sendiri dengan membaca buku-buku kewirausahaan dan pengembangan kepribadian.


Mengikuti pelatihan pengembangan sikap kewirausahaan atau kursus pengembangan diri.
Belajar usaha/magang pada perusahaan yang maju.
Belajar dan bergaul secara lebih luas dengan pengusaha-pengusaha sukses.
Mengimbangi kekurangan Anda dengan keahlian dari rekan/mitra bisnis atau anggota tim manajemen
Anda.
Belajar dari pengalaman keberhasilan dan kegagalan diri sendiri/ orang lain, dan sebagainya.
Gambar di bawah ini menunjukkan suatu alur proses pengenalan diri dan pengembangan sikap
kewirausahaan.
11 Ciri-ciri Sikap
Pribadi Wirausaha
Sukses

Pendiagnosisan Diri Sendiri

Kuat

Sedang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Lemah

Prioritas
pengembangan
diri

Prioritas
pengembangan
diri

Aktivitas
pengembangan
diri

Aktivitas
pengembangan
diri

Gambar 2.

Berani mengambil resiko


Kreatif dan inovatif
Memiliki visi
Mempunyai tujuan berkelanjutan
Percaya diri
Mandiri
Aktif, enerjik dan menghargai waktu
Memiliki konsep diri positif
Berpikir positif
Bertanggung jawab secara pribadi
Selalu belajar dan menggunakan umpan balik.

Alur proses pengenalan diri dan pengembangan sikap


motivasi berprestasi.

Untuk mengetahui apakah Anda memiliki kecenderungan Ciri-ciri Sikap sebagaimana yang dimiliki
oleh insan yang berprestasi, sebenarnya ada alat berupa kuesioner yang telah teruji. Untuk
kepentingan PSP3 alat tersebut dimodifikasi seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Identifikasi Potensi Diri


SKALA PENILAIAN
NO

CIRI-CIRI PSP3
1

Berani mengambil keputusan

Kreatif & inovatif

Memiliki visi

Memiliki tujuan berkelanjutan

Percaya diri

Mandiri

Aktif, enerjik & menghargai waktu

Berpikir dan Konsep diri positif

Tanggung Jawab

10

Menerima umpan balik

10

TOTAL NILAI

Tabel 2. Panduan utuk mengisi tabel Identifikasi Potensi Diri


NO

CIRI-CIRI PSP3

Berani mengambil
keputusan

Kreatif & inovatif

Memiliki visi

Memiliki tujuan
berkelanjutan

INDIKATOR

BOBOT

Lama mengambil keputusan

05

Sering ragu-ragu

68

Cepat mengambil keputusan

9 10

Bahagia dengan rutinitas

05

Normal-normal saja

68

Menyukai hal yang baru

9 10

Pasrah dengan keadaan

05

Memiliki cita-cita

68

Dapat merumuskan keinginan

9 10

Pasrah dengan keadaan

05

Memiliki target tapi tidak dievaluasi

68

Semangat untuk selalu meningkatkan target

9 10

27

NO

10

CIRI-CIRI PSP3

Percaya diri

Mandiri

Aktif, enerjik &


menghargai waktu

Berpikir dan Konsep diri


positif

Tanggung Jawab

Menerima umpan balik

INDIKATOR

BOBOT

Mudah grogi menghadapi masalah

05

Kadang siap-kadang grogi dalam menghadapi masalah

68

Selalu siap menghadapi masalah

9 10

Selalu mengharapkan bantuan

05

Senang mendapat bantuan

68

Tidak suka dibantu

9 10

Sering terlambat

05

Kadang-kadang tepat waktu

68

Selalu tepat waktu

9 10

Curiga dengan orang baru

05

Hati-hati dengan orang baru

68

Percaya pada orang baru

9 10

Lupa janji, sering menyalahkan orang lain

05

Normal saja

68

Jika ada kesalahan, lebih banyak instrospeksi (tidak


menyalahkan orang lain)

9 10

Merasa selalu benar

05

Normal-normal saja

68

Mau belajar dari kesalahan, mau menerima kekalahan

9 10

TOTAL NILAI

Hasil Akhir Penilaian :


0 60

: lemah (cenderung hati-hati dan tidak berani berwirausaha)

61 80

: sedang

81 100

: kuat (memiliki jiwa wirausaha) yang kuat

Lembar Kerja :
KEBERANIAN MENGAMBIL KEPUTUSAN
Seberapa Besar Keberanian Anda Mengambil Keputusan?
A. Kerjakan soal di bawah ini. Waktu yang tersedia 10 menit!
Tulis di lembar jawaban:
A :
jika Anda setuju
B :
jika Anda tidak setuju dan
C :
jika Anda tidak tahu.

1.

Anda sudah merencanakan perjalanan dengan mobil Anda sendiri pada suatu akhir minggu. Suatu
perubahan cuaca yang tiba-tiba membuat jalan menjadi sangat licin dan berkabut tebal. Apakah Anda
akan meneruskan rencana Anda?

2.

Apakah Anda yakin Anda sanggup menerbangkan pesawat peluncur sendirian, tanpa latihan
pendahuluan, tetapi setelah mendapatkan instruksi yang terperinci?

3.

Apakah Anda akan melangkah keluar dari lantai menara Eiffel jika tidak ada pagar pengaman?

4.

Karena nasib baik Anda memenangkan suatu jumlah uang yang banyak di Kasino. Apakah Anda akan
berusaha menambah keme-nangan Anda?

5.

Apakah benar Anda pernah punya rasa khawatir mempergunakan listrik di kamar mandi?

6.

Apakah Anda masih yakin, dapat mengendarai sepeda dengan baik, dengan alkohol sebesar 1,5 per
seribu darah Anda?

7.

Jika Anda pemilik sebuah mobil, apakah Anda tanyakan perbaikan yang paling perlu saja?

8.

Sebagai pengendara mobil apakah Anda akan mendahului mobil lain di tempat di mana Anda tidak
mempunyai pandangan bebas 100 %?

9.

Apakah Anda tanpa berpikir-pikir ikut dalam perlombaan balon melintasi pegunungan?

10. Apakah Anda mau memegang singa yang telah dibius?


11. Apakah Anda berpendapat bahwa tidak berbahaya merokok di tempat tidur?
12. Kalau Anda bermain kartu, apakah Anda akan lebih menikmatinya bila ada?
13. Apakah Anda pernah mengerjakan sesuatu yang berbahaya karena Anda tertarik dengan kengerian
dan kegembiraannya?
14. Sebagai seorang pengemudi mobil, apakah Anda menggunakan jalan pintas, walaupun Anda tak tahu
pasti keadaan jalannya, karena Anda dapat menyingkat waktu 30 menit?
15. Sebagai seorang bukan perenang, maukah Anda terjun dari ketinggian 3 meter jika seseorang
menawarkan Rp 20.000.000,- pada Anda?
16. Apakah Anda akan membiarkan mesin cuci Anda hidup kalau tak ada orang di rumah?
17. Apakah Anda menganggap pemadam kebakaran tidak perlu di rumah?
18. Apakah Anda menganggap tes ini tidak perlu?

29

19.

Apakah Anda berani melintasi jalan dengan membawa anak kecil kala tanda lalulintas melarang
Anda?

20.

Apakah Anda menentang pemakaian sabuk pengaman dalam mobil?

21.

Apakah suatu keharusan bagi Anda untuk tidak membaca intruksi?

22.

Di jalan raya, apakah Anda bersikap berlainan jika Anda tergesa-gesa?

23.

Anda ingin membeli sehelai baju untuk teman, tapi tak ingat ukuran lehernya. Apakah Anda
tetap akan membelinya?

24.

Disaat sebelum mencapai puncak gunung, Anda melihat bahwa badai akan datang, apakah Anda
akan mencoba mencapai puncak gunung dengan cepat sebelum kembali ke bawah?

B. Penilaian Hasil Test


1.

Nilai jawaban:

Setuju

= 0

Tidak setuju

= 2

Tidak tahu

= 1

2.

Hitunglah hasil test Anda,

Jumlah jawaban tidak

(b) = ........................................................................

Jumlah jawaban tidak tahu

(c) = .........

3.

Nilai test saya

= { jumlah (b) x 2 } + { jumlah (c) }


= { .................... x 2 } + { .................... }
= ............... + .......
= ..........................

Bandingkan nilai Anda dengan tabel standar tingkat keberanian mengambil resiko, sesuai dengan
kelompok umur Anda. Dengan demikian Anda akan mengetahui kecenderungan sikap Anda
dalam pengambilan keputusan yang berisiko.

Kunci Jawaban : Standar Kecenderungan Tingkat Keberanian Mengambil Keputusan


Kelompok Umur (tahun)

Tingkat Keberanian Mengambil Keputusan (Berisiko)

16 21

22 - 30

30 keatas

0 22

0 21

0 27

Sangat kuat

23 30

22 28

28 32

Kuat

31 33

29 32

33 37

Rata-rata sampai kuat

34 39

33 39

38 41

Rata-rata sampai lemah

40 48

40 - 48

42 48

Lemah

Analisa Hasil Test


Sangat kuat: Anda cenderung sangat berani dan tidak hati-hati. Anda cenderung sangat optimis
dalam menghadapi persoalan hidup, apapun resikonya akan Anda hadapi. Anda termasuk orang yang
berani spekulasi.
Kuat: Anda termasuk orang yang berani mengambil resiko. Setiap langkah yang Anda tempuh
cenderung sudah diperhitungkan untuk mengantisipasi kegagalan. Tingkat kehati-hatian Anda berada
dalam batas normal, namun cenderung kurang kuat, sehingga kadang-kadang Anda mau melakukan
spekulasi dalam pengambilan keputusan.
Rata-rata sampai kuat: Tingkat keberanian Anda dalam mengambil resiko berada dalam batas
normal dan cenderung berkembang agak kuat.
Rata-rata sampai lemah: Tingkat keberanian Anda dalam mengambil resiko berada dalam batas
normal dan cenderung kurang kuat. Anda lebih hati-hati dari kebanyakan orang dalam kelompok
umur Anda, oleh karena itu Anda cenderung menghindari resiko.
Lemah: Sikap Anda sangat hati-hati dan Anda tak bersedia mengambil resiko apapun juga. Anda
cenderung mengutamakan sesuatu yang jelas-jelas aman.

31

Lembar Kerja :
ANALISIS POTENSI SUMBER DAYA INTERNAL

Apakah potensi sumberdaya yang Anda miliki cukup mendukung untuk


berwirausaha?
Berikut ini adalah daftar yang perlu ditanyakan pada diri sendiri sejak awal, ketika kita ingin
berwirausaha. Untuk mengidentifikasi sejauhmana Sumberdaya Internal mendukung usaha yang akan
dijalankan dapat mengacu pada Tabel 3. Peserta dapat menilai keadaan SDI-nya masing-masingmasing dengan menjawab Ada ya dan Tidak.

Jika jumlah jawaban Ada dibawah 50% berarti dukungan SDI rendah,

jika jumlah jawaban ada berkisar 50-70% berarti dukungan SDI sedang dan

jika nilainya 80-100 maka keadaan SDI sangat mendukung untuk melakukan wirausaha.

Tabel 3. Sumberdaya Internal (SDI) yang Mendukung Usaha

No

JENIS SDI YANG MENDUKUNG USAHA

Gagasan/ide

Keterampilan

Kejujuran, dapat dipercaya

Pengalaman di bidang usaha

Dukungan keluarga, teman

Modal kerja (uang)

Tempat usaha

Pasokan bahan baku

Waktu

10

Peralatan

ADA

TIDAK

LEMBAR KERJA

SIAPA SAYA
TUJUAN
Maksud dan tujan dari materi SIAPA SAYA adalah membuat seseorang menjadi sadar dan mengerti
siapa dirinya, sehingga akan diketahui tentang kelemahan-kelemahan, kekuatan dan cita-citanya
dimasa yang akan datang.

ALAT-ALAT
1.
2.

Formulir isian
Alat tulis

SITUASI KELAS
Keadaan kelas hendaknya dibuat sedemikian rupa agar tenang, sehingga instruksi yang diberikan
dapat dengan mudah difahami peserta pelatihan. Disamping itu, par a peserta dapat berkonsentrasi
dengan baik.

LANGKAH-LANGKAH :
1.
2.

Pemandu latihan mempersiapkan formulir isian yang akan dibagikan kepada peserta pelatihan.
Formulir isin itu terdiri dari :
a. Siapa saya? Saya ingin jadi siapa?
b. Khasanah diri pribadi
c. Gambaran diri pribadi
d. Perumusan tujuan hidup

3.
4.

Pemandu latihan membagikan formulir isian kepada seluruh peserta.


Kepada seluruh peserta diminta untuk mengisi masing-masing formulir tersebut, secara jujur dan
sesubjektif mungkin.
Hasil dari isian tadi merupakan data untuk pribadi yang boleh diperlihatkan kepada orang lain
ataupun tidak.
Setelah selesai pengisian formulir, bagilah peserta kedalam beberapa kelompok kecil agar peserta
dapat saling membuka diri, mengutarakan apa yang telah ditulisnya (tapi ingat semua itu
didasarkan pada kemauan dan keinginan pribadi peserta).
Pedoman untuk pemandu latihan :
a. Perhatikan bahwa semua peserta mengerjakan yang diminta dengan sebaik-baiknya.
b. Perhatikan bahwa dalam diskusi kelompok, para peserta dapat saling terbuka.
c. Pemandu pelatihan pada akhirnya dapat mengobservasikan hasil kegiatan itu melalui teori
Johari Window.

5.
6.

7.

33

Orang lain

Tahu

Tahu

Tidak tahu

Pribadi
Terbuka

Pribadi
Rahasia/Tertutup

Pribadi
Terlena

Pribadi
Misteri

Saya

Tidak tahu

SIAPA SAYA?
SAYA INGIN MENJADI SIAPA?
PERTANYAAN PRIBADI
Tujuan dari khasanah diri pribadi adalah untuk membantu anda dalam menarik secara serempak
informasi mengenai diri anda sendiri. Anda akan dapat mempergunakan informasi ini sebagai
persiapan untuk perencanaan dan penetapan tujuan secara spesifik (khas).
Anda mungkin ingin menjawab SIAPA SAYA? Seperti hal juga pertanyaan SAYA INGIN MENJADI
SIAPA?. Karena pertanyaan tersebut berkaitan dan kedua-duanya mengundang ide-ide dan perasaan.
Cobalah anda usahakan sejelas mungkin dalam mengorganisasikan pikiran-pikiran anda!. Dengan
jelasnya ide-ide ini, akan membantu anda selama pelatihan. Apa yang anda tuliskan adalah untuk
dipergunakan sendiri, tidak akan disoroti oleh orang lain, kecuali dengan suka rela anda ingin dianalisa
bersama-sama teman anda.
1.

Dari apa yang telah anda kerjakan dalam satu tahun/6 bulan/3 bulan/1 bulan terakhir ini, kejadian
atau apa saja yang telah memberikan kepada anda;
a. Suatu perasaan yang paling menyenangkan/besar/bahagia setelah berhasil baik dalam
menyelesaikannya. (Suatu perasaan yang menimbulkan rasa keberhasilan paling besar).

b. Suatu perasaan yang paling mengecewakan/kecil/perih setelah memperoleh hasilnya. (Suatu


perasaan yang menimbulkan rasa keberhasilan paling kecil/sangat kurang berhasil).

2.

Apa saja kekuatan pribadi yang terdapat dalam diri anda? Hal-hal apa saja yang memerlukan
pengembangan?
a. Kekuatan pribadi :

b. Hal-hal yang memerlukan pengembangan :

3.

Apa saja kelemahan pribadi yang terdapat dalam arti anda? Hal-hal apa saja yang memerlukan
perbaikan?
a. Kelemahan pribadi :

b. Hal-hal yang memerlukan perbaikan :

4.

Banyak orang yang mempunyai suatu gagasan rahasia atau suatu rencana yang sangat pribadi
sifatnya untuk suatu waktu dalam hidup. Apakah tujuan hidup anda yang sesungguhnya dalam
hidup ini?

35

5.

Banyak diantara kita menyukai kebebeasan dalam melakukan sesuatu yang ingin kita lakukan.
Apakah yang akan anda lakukan bila anda mempunyai waktu selama:
a. Satu jam.

b.

Satu hari.

c.

Satu bulan.

6.

Coba pikirkan sebuah percakapan yang terjadi pada suatu waktu dimasa mendatang, setelah anda
tiada lagi. Beberapa sahabat yang mengenal anda dengan baik, berkumpul bersama-sama dan
membicarakan tentang diri anda. Hal-hal apa saja yang anda sukai untuk dikenang mereka
tentang diri anda? Siapa saya (untuk dikenang) :

7.

Garis berikut ini mencoba menggambarkan hidup anda, sahabat-sahabat anda yang
membicarakan tentang anda. Pada halaman terdahulu, mungkin telah membicarakan tentang apa
yang telah anda kerjakan dan siapa diri anda kini. Atau mengetahui sesuatu tentang anda sesudah
titik waktu ini dimasa mendatang.

Garis Hidup Anda


------------------------------------------------- x--------------------------------------------------Anda lahir
hari ini
masa mendatang

Pada ruangan yang disediakan berikut ini, anda mungkin ingin memikirkan SIAPA SAYA dalam dua
cara. Yang pertama SIAPA SAYA sekarang pada titik waktu ini. Yang kedua SAYA INGIN MENJADI
SIAPA dimasa mendatang.

a.

Siapa Saya (sekarang).

b. Saya Ingin Menjadi Siapa (dimasa mendatang)

KHASANAH DIRI PRIBADI


Tentu saja telah banyak yang anda alami dan rasakan selama hidup anda. Sebagai salah satu langkah
pertama dalam memulai program pelatihan. Pedoman sebagai berikut.
1.

Dari apa yang anda telah kerjakan dalam 3 tahun terakhir ini, kejadian atau hal apa yang telah
memberikan kepad anda :
a. Suatu perasaan yang paling menyenangkan/besar/bahgia setelah berhasil baik
menyelesaikannya (suatu perasaan yang menimbulkan rasa keberhasilan paling besar).

b. Suatu perasaan yang paling mengecewakan/kecil/perih setelah memperoleh hasilnya. (Suatu


perasaan yang menimbulkan rasa keberhasilan paling kecil/sangat kurang berhasil).

2.

Apa saja yang dapat anda pelajari tentang diri anda dari hasil-hasil yang telah anda kerjakan
tersebut?

37

3.

Apa saja kekuatan pribadi yang terdapat dalam diri anda? Hal-hal apa saja yang memerlukan
pengembangan?
a. Kekuatan Pribadi

b.

4.

Apa saja kelemahan pribadi yang terdapat dalam diri anda? Hal-hal apa saja yang memerlukan
perbaikan?
a. Kelemahan Pribadi

b.

5.

Hal-hal yang memerlukan pengembangan.

Hal-hal yang memerlukan perbaikan.

Banyak orang mempunyai gagasan rahasia atau suatu rencana yang sangat pribadi sifatnya untuk
suatu waktu dalam hidup. Apakah tujuan hidup anda yang sesungguhnya dalam hidup ini?

GAMBARAN DIRI PRIBADI


Anda kami minta mengingat-ngingat kembali, apa yang telah anda alami dan rasakan pada waktu lalu
sejak anda mulai berusaha dibidang ini.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujurnya sesuai dengan apa yang telah anda alami dan
rasakan. Jawaban anda bersifat rahasia pribadi. Kami tidak akan memintanya, kecuali kalau anda
bersedia untuk membeberikannya kepada teman-teman dalam pelatihan ini.
1.
2.
3.

Anda mulai berusaha dibidang ini tahun.....


Jadi anda telah bergerak dibidang usaha ini selama ...tahun.
Setelah sekian tahun, perkembangan apa yang telah anda capai dalam berusaha, dibandingkan
dengan waktu mulai pertama berusaha?

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Besarnya modal Rp .
Jumlah karyawan yang dipekerjakan
Jumlah alat-alat yang dimiliki
Luas bangunan ..m2
Jumlah hasil produksi /bulan
Jumlah toko langganan

Keadaan pada
Waktu mulai
Rp .
. orang
...buah
......m2
.....unit
...buah

Keadaan
sekarang

. orang
...buah
.....unit
...buah

4.

Tentu saja anda pernah merasa sangat puas tentang keberhasilan yang anda capai dalam
berusaha. Keberhasilan apakah yang menimbulkan perasaan sangan puas tersebut?.

5.

Sebaliknya, pada saat yang lalu, tentu anda pernah juga merasa sangat kecewa, karena kegagalan
atau ketidak berhasilan di dalam berusaha. Kejadian apakah yang sangat mengecewakan anda
tersebut?

6.

Apa saja yang anda ambil menjadi pelajaran dari keberhasilan yang mendatangkan perasaan
sangat puas tersebut?

7.

Apa saja yang sangat dapat anda ambil pelajaran dari ketidak berhasilan (kegagalan) yang sangat
mengecewakan anda tersebut?.

39

8.

Berpijak pengalaman keberhasilan yang telah anda alami dan rasakan di atas, tentu dalam diri
anda ada kekuatan pribadi yang menjadi salah satu penyebab keberhasilan itu. Cobalah anda
sebutkan kekuatan-kekuatan dalam diri pribadi anda tersebut!

9.

Demikian juga dari pengalaman kegagalan/ketidak berhasilan anda di atas, tentu dalam diri anda
masih ada kelemahan-kelemahan dari pribadi anda yang menjadi salah satu penyebab kegagalan
tersebut. Cobalah anda sebutkan kelemahan-kelemahan dalam diri pribadi anda tersebut!

10. Yakinkah anda behwa kelemahan-kelemahan dalam diri anda itu masih dapat diperbaiki, dalam
rangka mencapai tujuan dalam hidup anda 10 tahun mendatang?

11. Kalau anda yakin kelemahan-kelemahan itu dapat diperbaiki, apa usaha-usaha yang akan anda
lakukan untuk memperbaikinya?

RUMUSAN TUJUAN HIDUP


Saudara-saudara yang terhormat!
1.

2.
3.

4.
5.

Setiap hari kita selalu memikirkan diri dan keluarga. Kita berfikir tentang keadaan di masa datang.
Kita menginginkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Tentu saja keadaan di masa datang hendaknya
lebih baik dari keadaan sekarang.
Sebagai seorang pengusaha kita sadar bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan yang diidamkan
dimasa datang itu hanya bisa dicapai kalau perusahaan kita maju dan berkembang. Oleh karena
itulah kita mencurahkan segenap daya dan fikiran untuk kemajuan usaha.
Nasib, keadaan saya dan keluarga, kemajuan usaha dimasa datang yang saya idamkan, itulah
tujuan.
Acara latihan kita sekarang adalah merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dimasa datang.
Caranya begini : Anda mengkhayalkan keadaan diri anda 10 tahun yang akan datang. Coba anda
bayangkan pada tahun 2017, kira-kira sudah bagaimana keadaan diri dan keluarga anda dan
keadaan perusahaan anda.
Setelah selesai kita akan berbincang-bincang sekitar 40 menit.
Selamat bekerja.

SIAPAKAH SAYA?
Marilah Mengkhayal!
Bayangkan keadaan diri anda 10 tahun mendatang (tahun 2020). Bacalah pertanyaan-pertanyaan
dibawah ini dengan baik, dan fahami maksudnya. Kemudian jawablah dengan anggapan bahwa anda
sekarang benar-benar berada pada tahun..
Anda tidak usah khawatir dengan jawaban anda, karena jawaban anda tidak akan diketahui dan dibaca
orang lain, kecuali kalau anda bersedia.
1.
2.
3.
4.

Sekarang tahun ..umur saya adalah .


10 tahun yang lalu umur saya...
Saya adalah orang yang bergerak dibidang.................................................
Jabatan/status saya dalam bidang tersebut adalah sebagai .........................................
.......
5. Organisasi saya memperkejakan buruh/tenaga kerja sebanyak .
.......
6. Alat-alat yang dimiliki organisasi usaha saya adalah .....................................................
.......
7. Hasil usaha saya mempunyai merk atau label ..
.......
8. Daerah pemasaran barang hasil usaha organisasi saya sudah mencapai ...............................
.......
9. Harta kekayaan yang saya miliki meliputi ................................................................................................
.......
10. Diperkirakan, nilai/harga seluruh kekayaan saya sudah mencapai .
.......
11. Penghasilan saya yang dipoeroleh setiap bulan adalah ..

41

12.
13.
14.

15.

16.

.......
Anak saya saat ini berjumlah .
Pendidikan terendah anak saya adalah .................................................
Pendidikan tertinggi anak saya adalah ..................................................
Dari pengalaman saya berusaha selama 10 tahun ini, saya yakin betul bahwa saya berhasil
kerena...............................................................................
.......
.......
.......
.......
Saya bangga dengan hasil yang telah saya capai, karena : ..
.......
.......
.......
.......
Kalau saya meninggal kelak, saya ingin orang, orang lain, atau teman-teman saya berbicara
tentang saya, bahwa saya adalah :
.......
.......
.......
.......

MODUL 4

PERAN DAN FUNGSI PSP3


Tujuan
Maksud dan tujuan dari modul ini adalah
1.

Peserta mengetahui, memahami peran dan fungsi PSP3

2.

Peserta mampu merefleksikan peran dan fungsi dalam masyarakat.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Peran dan Fungsi PSP3

Ceramah dan Curah Pendapat


dan Diskusi Umum

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

30

2.

Menentukan peran dan fungsi


PSP3 serta aplikasi dalam kegiatan
di lapangan

Ceramah dan Diksusi Kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

30

Total

60

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
1.

Merumuskan peran dan fungsi PSP3 dalam masyarakat

2.

Mampu merumuskan peran dan fungsi dalam implementasi kegiatan PSP3 di masyarakat.

Langkah-Langkah Fasilitasi
1.

Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan pokok bahasan yang akan disampaikan.

2.

Minta peserta untuk menjelaskan menurut pandangan mereka apa peran dan fugsi psp3

3.

Rangkum jawaban peserta dan tayangkan materi peran dan fungsi PSP3.

4.

Bagilah peserta dalam 5 kelompok, kemudian mintalah mereka mendiskusikan peran dan fungsi
serta aplikasi dalam kegiatan mereka di masyarakat.

5.

Berikan kesempatan 10 menit untuk menelaah bahan bacaan Peran dan Fungsi PSP3

6.

Waktu diskusi kelompok 40 menit

7.

Berikan kesempatan untuk masing-masing kelompok menyampaikan hasil diksusinya.

8.

Bahas bersama secara mendalam tentang peran, fungsi dan implementasi/aplikasi dalam kegiatan
PSP3 di lapangan.

9.

Buatkan matrik Peran Fungsi Implementasi, sebagai acuan kegiatan mereka di lapangan.

43

TABEL MATRIK PERAN FUNGSI DAN IMPLEMENTASI PSP3


NO

PERAN

FUNGSI

IMPLEMENTASI

10. Buat kesimpulan bersama yang akan menjadi acuan kegiatan mereka di lapangan.
11. Berikan penegasan kembali tentang peran, fungsi dan implementasinya.

Bahan Bacaan 1:

SEMANGAT KEPELOPORAN
Oleh : Daniel Dhakidae
Prasaran di depan Pemuda-Pelopor KEMENPORA
Jakarta, 24 June 2014

Kepeloporan; Apa itu

Pioneering sebenarnya istilah yang dipakai dalam militer yang mengacu kepada
pasukan pendahulu, mirip-mirip voorrijders, untuk membuka jalan, mengamati
medan, dan kalau ada kesulitan mencari jalan pemecahannya demi perjalanan
pasukan sesungguhnya.

Karena itu pekerjaan para pionir melatih ketrampilan praktis, practical skills, kerja tim,
teamwork, and problem solving (Wikipedia).

Kepeloporan di Indonesia;

Bahasa Indonesia, pelopor, sebenarnya pemakaian dengan penyesuaian dari bahasa


Belanda, voorloper, berjalan lebih dahulu, berjalan di muka, di depan, dengan
pemahaman sama seperti di depan.

Para pelopor Indonesia ada berbagai jenis, dalam berbagai bidang, dan semuanya
berlaku dalam berbagai zaman.

Zaman pra-kemerdekaan: dengan jiwa dan suasana berbeda, Soekarno, Hatta, Sjahrir.
Kepeloporannya adalah menanamkan ide merdeka

Zaman kemerdekaan: dengan jiwa dan suasana berbeda dengan semangat mengisi
kemerdekaan.

Dalam arti ini bisa dipakai di bidang apa saja seperti pelopor, voorloper, yang berjalan
di depan, di muka, pembuka jalan, seperti pelopor sastra Angkatan 1945, Khairil
Anwar yang membuka dunia puisi untuk tidak terikat semata-mata kepada pantun
dan lain-lain;

Pelopor lain seperti menjalankan Perang Gerilia di masa perjuangan untuk melawan
sistem ketentaraan reguler (Buku A.H. Nasution menjadi literatur klasik tentang ini.

Zaman reformasi dengan jiwa dan suasana berbeda.


1. Suasana demokratik, ketika kebebasan menjadi ide utama. Pers merdeka; baik
pers cetak apalagi pers di dunia maya. Turki masih jadi soal dengan kebebasan
pers maya, social media.
2. Masuk paham neo-liberalisme dalam ekonomi dan politik. Persaingan menjadi
kata kunci. Bersaing artinya melihat setiap orang lain sebagai lawan. Saya
harus lebih tinggi, besar, kaya, berkuasa, dan lain-lain

Pelopor Menurut Zaman;

Seorang diajak untuk tidak lagi melihat sesama sebagai sesama; kelompok tidak lagi
sebagai kelompok akan tetapi sebagai pesaing.

Terlepas dari dua hal di atas reformasi membuka peluang sangat besar. Belum pernah
terjadi kita mengalami dunia menjadi begitu kecil. Peristiwa apa pun yang terjadi di
mana pun segera diketahui oleh siapa pun di mana pun.

Di mana letak kesempatan itu?


1. Melihat perkembangan yang berlangsung. Desa-desa Indonesia bukan lagi
desa dari tahun 1950, 1960, bahkan 1970. Hampir semua desa sekarang
adalah desa global.
2. Jiwa kepeloporan adalah membalik suasana agar semakin global keadaannya
usaha kita membuatnya semakin lokal: kebudayaan lokal harus semakin hidup

Arti Kongkritnya dalam praktek


1. Kepeloporan di desa yang sudah menjadi desa-global, smart village.
2. Kepeloporan di bidang pertanian yang sudah menjadi smart agriculture;
3. Kepeloporan di bidang ekonomi/bisnis/industri yang sudah menjadi smart
business.
4. Kepeloporan di bidang industri yang sudah menjadi knowledge based
industry.

45

5. Kepeloporan di bidang penelitian yang sudah berkembang untuk menunjang


knowledge based-industry.

Penayangan Video;

Apa yang bisa dipelajari dari dua video ini?

Masril Koto:
1. Mengenal soal lokal; memahami mengapa pertanian tidak bisa berkembang;
kebutuhan dana finansial tidak bisa diharapkan dari institusi keuangan seperti
bank dan lain-lain.
2. Mengenal tokoh lokal di mana persoalan dibicarakan, jalan keluar
didiskusikan.
3. Mulai menggerakkan aksi simpan-pinjam yang pembayarannya dengan
sesuatu yang menjadi milik petani: in kind; pembayaran tidak dengan uang
akan tetapi dengan hasil kebon.
4. Itu yang menjelaskan keberhasilan dengan omzet 1 milyar

Agung Budi Setia


1. Melihat ketimpangan informasi
2. Dengan alat sederhana desa terpencil bisa dihubungkan dengan sumber
informasi global
3. Ketika desa tersebut dihubungkan dengan internet terjadi peningkatan di
berbagai bidang:

Penayangan Video;
1. Pemasaran seperti dalam video pemasaran perternakan lebah. Sekali peternakan
lebah masuk ke dalam internet yang bisa diakses dari mana pun orang mulai
mengukur jarak ke lokasi peternakan. (smart business)
2. Ibu-ibu pun mengakses informasi dari tempat lain seperti bumbu masak. (global
village)

3. Anak sekolah mulai mengakses informasi global untuk kepentingan pekerjaan rumah
(smart learning).

Kesimpulan

Kepeloporan memerlukan sesuatu yang besar dari diri seorang pelopor


1. Jiwa adventurism, bukan dalam arti buruk seperti bertualang tanpa maksud akan
tetapi mencoba sesuatu yang baru dengan pertimbangan matang. Untuk itu kita
kembali kepada apa itu pionir: What is a pioneer? Pioneers are people who
prepare the way for others. This can be in anything--in charting new lands or
developing new inventions. It can be in sports, politics, ideas, or business. Pioneers
don't have to have been first--but they are the ones that others followed.
2. Pionir memiliki vision. Melihat sesuatu melampaui diri kita sendiri mencari
kemungkinan di dunia sekitar; Pionir melihat kesempatan yang orang lain tidak.
Kalau orang lain melihatnya sebagai beban dia melihat sebagai modal They
see promise where others only see confusion or problems.
3. Pionir memiliki courage/keberanian. Mereka mengambil risiko, mereka mengerti
apa itu kegagalan, terapi fokusnya pada potensi yang digali untuk kebehasilan.
4. Pionir murah hati, generous. Pionir percaya pada sesama, pionir adalah pemberi,
bukan penerima.
5. Spirit pionir adalah kerja keras. Keberhasilan menuntut korban, usaha berat.
(www.graceproducts.com/pioneer/intro.html)

47

Bahan Bacaan 2:
PERAN DAN FUNGSI TENAGA PSP3
Dalam melaksanakan Program Pemuda Sarjana Penggerak Perdesaan, masyarakat difasilitasi
atau dipandu oleh Tenaga PSP3. Fasilitasi dalam PSP3 mengandung pengertian membantu
dan menguatkan masyarakat agar dapat dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam
melaksanakan PSP3 diperlukan cara atau teknik fasilitasi.
Fungsi dan Kemampuan Tenaga PSP3
Secara umum pelaku proses fasilitasi sering disebut fasilitator. Dalam PSP3; Tenaga PSP3
berperan sebagai fasilitator dari luar masyarakat, sehingga dalam pemberdayaan masyarakat
dipahami sebagai pendamping. Sedangkan Pendamping Lokal, Kader Pemberdayaan
Masyarakat serta seluruh pelaku PSP3 yang berasal dari masyarakat setempat juga berperan
sebagai fasilitator yang dipahami sebagai Kader Pemberdayaan. Sebagai pendamping
masyarakat, pada waktu tertentu harus siap mundur dari perannya dan memandirikan para
Kader Pemberdayaan.
Fungsi Fasilitator
Agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka seorang Fasilitator perlu
menyadari dan memahami empat fungsi seorang fasilitator di masyarakat yaitu :
(a) Sebagai Narasumber
Artinya seorang fasilitator harus mampu menyediakan dan siap dengan informasiinformasi termasuk pendukungnya yang berkaitan dengan program, dalam hal ini PSP3.
Seorang fasilitator harus mampu menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran
analisis maupun memberikan saran atau nasehat yang kongkrit dan realistis agar mudah
diterapkan.
(b) Sebagai Mediator
(i)

Mediasi potensi

Seorang fasilitator diharapkan dapat membantu masyarakat memediasi sehingga


masyarakat bisa mengakses potensipotensi dan sumber daya yang dapat mendukung
pengembangan dirinya, misalnya: sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, peluang pasar.
(ii)

Mediasi berbagai kepentingan

Seorang fasilitator diharapkan juga dapat berperan sebagai orang yang dapat
menengahi apabila diantara kelompok atau individu di masyarakat terjadi perbedaaan
kepentingan. Perlu diingat fungsi ini bukan berarti fasilitator yang memutuskan tetapi
hanya perlu mengingatkan masyarakat tentang konsistensi terhadap berbagai

kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Arti lain adalah menyesuaikan berbagai
kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Jika diperlukan seorang fasilitator bisa
membantu masyarakat dengan memberikan berbagai alternatif kesepakatan dalam
menyesuaikan berbagai kepentingan demi tercapainya tujuan bersama. Untuk itu
seorang fasilitator harus netral dan tidak memihak kepada salah satu kelompok saja.
(iii) Sebagai Penggerak
Sering ditemui bahwa masyarakat jarang mengetahui dan mengenal potensi dan
kapasitasnya sendiri. Untuk itu seorang fasilitator harus mampu merangsang dan
mendorong masyarakat untuk menemukan dan mengenali potensi dan kapasitasnya
sendiri. Dengan fungsinya tersebut fasilitator mampu mendorong masyarakat sehingga
dapat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan secara mandiri. Tetapi di satu sisi,
seorang fasilitator harus dapat berfungsi sebagai animator yakni ketika masyarakat
sudah secara penuh /mandiri dapat memutuskan segala sesuatu tanpa bayang-bayang
intervensi fasilitatornya.
Kemampuan Fasilitator
Agar dapat menjalankan fungsi-fungsi diatas maka seorang fasilitator perlu dibekali dan
memiliki beberapa kemampuan antara lain :
1.

Kepemimpinan; Seorang fasilitator juga akan menjalankan fungsi kepemimpinan di


masyarakat sehingga seharusnya memiliki kapasitas untuk membuka visi, membimbing,
memberi motivasi, menggerakkan sekaligus berperan sebagai mediator antar warga
masyarakat danpihak lain yang diperlukan. Beberapa upaya yang dapat dilakukanuntuk
meningkatkan kepemimpinan antara lain:
(i)

Dengan menambah pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan.

(ii)

Belajar sendiri dengan banyak membaca buku.

(iii)

Banyak menimba atau mempelajari pengalaman dari luar (studi banding, seminarseminar).

(iv)

Harus tanggap, dapat menjabarkan ide-ide, konsep dan kebijakan.

(v)

Melatih diri dengan berpikir kreatif, berpikir orisinal dan selalu berwawasan masa
depan visionary.

(vi)

Tahan dan berjiwa besar menerima kritik dari luar.

2.

Konseptual; Yang dimaksud kemampuan konseptual adalah kemampuan


menerjemahkan pemikiran dan konsep yang rumit menjadi mudah diterima/dipahami
oleh masyarakat serta merangsang lahirnya ide-ide baru untuk perubahan di masyarakat
yang positif.

3.

Komunikasi;
(i)

Termasuk dalam kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah:

Kemampuan menyampaikan pesan atau informasi


Fasih dan jelas dalam menyampaikan pesan, informasi, ide atau gagasan (intervensi
informasi) kepada masyarakat merupakan syarat mutlak seorang fasilitator dalam

49

menjalankan proses fasilitasi. Dengan kemampuan itulah fasilitator akan dapat


menjelaskan dan memberikan kontribusi kepada anggota dan kelompok
masyarakat.
(ii)

Menjadi pendengar yang aktif


Jika seorang fasilitator mampu menjadi pendengar yang aktif maka sangat
memungkinkan akan tahu apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi
dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat. Dengan mengetahui
apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata
yang disampaikan oleh masyarakat menjadi dasar untuk mengambil sikap dan
tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Untuk menjadi pendengar yang baik dan
aktif diperlukan suatu pengendalian terhadap emosi atau perasaan diri serta bisa
menghargai setiap pendapat dan gagasan yang disampaikan masyarakat.

(iii)

Bertanya efektif dan terarah


Dengan bertanya secara efektif akan memudahkan seorang fasilitator untuk belajar
dan mengerti apa yang terjadi serta sekaligus dapat memberi pemahaman untuk
dapat memilih dan menemukan alternatif tindakan. Bertanya efektif dan terarah
dapat dilakukan jika fasilitator telah menguasai dan memahami program yang
disampaikan.

4. Kemampuan dalam pengembangan masyarakat


Beberapa kemampuan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1)

Mengenal isu-isu lokal; Seorang fasilitator perlu memahami benar serta


menghayati isu-isu yang berkaitan dengan pemberdayaan sehingga mengenal apa
yang harus dan bisa dilakukan oleh masyarakat.

2)

Kemampuan identifikasi; Kemampuan mengidentifikasi potensi, masalah,


hambatan dan fenomena yang terjadi merupakan awal dan bekal seorang
fasilitator dalam melakukan pemberdayaan dan fasilitasi di masyarakat.
Kemampuan ini diperlukan untuk pendekatan kepada masyarakat agar program
(PSP3) berjalan optimal.

3)

Kemampuan analitis;
Melalui proses analitis maka seorang fasilitator akan
dapat mengantisipasi masalah, menemukan berbagai alternatif penyelesaian serta
mampu menjadi prakarsa dalam upaya pemberdayaan.

4)

Adaptasi partisipatif; Menyesuaikan diri dengan kondisi, harapan dan


karakteristik masyarakat dalam PSP3 merupakan bekal yang sangat positif dalam
fasilitasi. Hal tersebut diharapkan dapat memberi manfaat berupa keterlibatan dan
rasa memiliki dari masyarakat terhadap PSP3 serta dapat mendorong keberhasilan
pelaksanaan program. Di sisi lain keberadaan masyarakat sebagai orang dewasa
menuntut fasilitator untuk dapat melibatkan pemikiran dan aksi mereka agar dapat
memberi kontribusi terhadap pelaksanaan program.

5)

Berpandangan positif ke depan (visioner);


Selalu
berpandangan
secara
positif dalam banyak hal sehingga tidak mudah terjebak pada pengambilan posisi
pada setiap masalah secara sebagiansebagian dan hanya didasarkan pada

kepentingan sesaat/jangka pendek saja, tetapi segala sesuatu dipandang secara


utuh didasarkan pada tujuan yang jauh ke depan.
6)

7)

Kemampuan melakukan aksi sebagai akumulasi kemampuan teknis; Seringkali


dengan kata saja dirasa tidak cukup karena di beberapa hal menuntut bukti.
Begitupun dengan masyarakat, seorang fasilitator perlu sesekali melakukan sesuatu
sebagai wujud sebuah pernyataan untuk bukti keberadaan dan kepedulian
terhadap masyarakat. Untuk itu, fasilitator perlu memiliki kemampuan teknis sbb:

Tahu dan mampu bagaimana sesuatu harus dikerjakan

Ahli dalam bidangnya dan berpengalaman

Paham akan ketentuan/peraturan yang berlaku

Mampu mengendalikan proses pelaksanaan pekerjaan

Secara fisik dan mental siap menghadapi tugas operasional

Memiliki daya tahan, ketekunan, keuletan dalam penyelesaian tugas.

Kemampuan hubungan antar manusia (human relationship); Seorang


fasilitator harus memiliki kapasitas untuk membina hubungan yang harmonis
dengan masyarakat. Berkaitan dengan bagaimana memperlakukan dan berinteraksi
dengan mereka serta menempatkan mereka dengan prinsip kesetaraan.

51

MODUL 5

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


PERDESAAN
Tujuan

Peserta memahami konsepsi pemberdayaan masyarakat.

Peserta memahami program-program pemberdayaan yang telah ada di desa, baik program
pemerintah, swasta maupun swadaya masyarakat.

Peserta mampu menyusun strategi pemberdayaan masyarakat di desa penempatan.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Konsepsi pemberdayaan
masyarakat

curah pendapat, diskusi,


ceramah

Materi LCD, kertas plano,


spidol, Media penggerak
diskusi, kertas HVS

40

2.

Program pemberdayaan
masyarakat yang ada

Ceramah,curah pendapat,
diskusi kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol

20

3.

Strategi pemberdayaan
masyarakat (PSP3)

Curah pendapat, diskusi


kelompok ,ceramah

Kertas plano,spidol,kertas
karton, lem, gunting,
sedotan/ pipet plastik,materi

60

Total

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
1.

merumuskan konsep pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada kebutuhan, potensi, dan
kearifan lokal.

2.

mampu mengenal berbagai program pemberdayaan masyarakat yang ada.

3.

mampu merumuskan strategi pemberdayaan masyarakat PSP3.

Langkah-Langkah Fasilitasi
1.

Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan pokok bahasan yang akan disampaikan, serta
memberikan pertanyaan penggerak diskusi pemahaman peserta tentang pemberdayaan
masyarakat .

2.

Simpulkan sementara pemahaman peserta tentang konsep pemberdayaan masyarakat.

3.

Tayangkan Media tayang penggerak diskusi Kisah monyet dengan dua ekor ikan

4.

Ajak peserta mendiskusikan konsep pemberdayaan masyarakat yang bertumpu pada kebutuhan,
potensi, dan kearifan lokal.

52

5.

Simpulkan bersama pendapat peserta.

6.

Rangkum jawaban peserta dan tayangkan materi peran dan fungsi PSP3.

7.

Setelah peserta memahami konsepsi pemberdayaan masyarakat, mintalah mereka untuk


mendiskusikan dalam kelompok tentang :

8.
9.

Tipologi/ciri-ciri Program pemberdayaan masyarakat yang ada di masyarakat, kelebihan


dan kelemahannya.

Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat oleh PSP3

Berikan kesempatan untuk masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.


Simpulkan bersama strategi pemberdayaan masyarakat untuk PSP3.

Media Tayangan Penggerak Diskusi

KISAH MONYET DAN DUA EKOR IKAN

53

Bahan bacaan 1.

STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


PENDAHULUAN
Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu misalnya dari
sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki aspek kehidupan yang sangat luas.
Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang sentralistis,
dalam realitas masyarakat lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini
pemerintahan yang demokratis yang hendak dikembangkan, maka ada perubahan posisi
masyarakat yang semula lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek
pembangunan.
Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan agar bersifat efektif perlu
dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Makalah ini lebih
memfokuskan pada paparan tawaran berbagai strategi pemberdayaan masyarakat.
KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan,
memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan
penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro Eko, 2002). Konsep pemberdayaan
(masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan
dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah
obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar
seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang
bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan,
transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara
secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan
kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya
sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah
negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan
(Sutoro Eko, 2002).
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat, dinyatakan
bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam
pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ). Inti
pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi untuk mewujudkan kemampuan
dan kemandirian masyarakat.

54

TUJUAN DAN STRATEGI CARA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat
terutama dari kemiskinan dan keterbelakangan/kesenjangan/ketidakberdayaan. Kemiskinan
dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum mencukupi/layak.
Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan
transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas yang rendah, sumberdaya
manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah padahal ketergantungan pada sektor
pertanian masih sangat kuat, melemahnya pasar-pasar lokal/tradisional karena dipergunakan
untuk memasok kebutuhan perdagangan internasional. Dengan perkataan lain masalah
keterbelakangan menyangkut structural (kebijakan) dan kultural (Sunyoto Usman, 2004).
Bagaimana strategi atau kegiatan yang dapat diupayakan untuk mencapai tujuan
pemberdayaan masyarakat ?. Ada beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk
dipilih dan kemudian diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat.
Strategi 1 : Menciptakan iklim, memperkuat daya, dan melindungi.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu ;
Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat
kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal teknologi,
informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini menyangkut
pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik, maupun sosial
seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau oleh masyarakat
pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan
pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat
kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena
program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga
pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini.
Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam
kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah
peningkatan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri
dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan
pemantapan, pembudayaan, pengamalan demokrasi.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam
menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah
amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti
mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil

55

dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah
terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati
harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain).
Dengan demikian tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan
membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan.
Strategi 2 : Program Pembangunan Pedesaan
Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah mencanangkan
berbagai macam program pedesaan, yaitu (1) pembangunan pertanian, (2) industrialisasi
pedesaan, (3) pembangunan masyarakat desa terpadu, dan (4) strategi pusat pertumbuhan
(Sunyoto Usman, 2004). Penjelasan macam-macam program sebagai berikut: Program
pembangunan pertanian, merupakan program untuk meningkatkan output dan pendapatan
para petani. Juga untuk menjawab keterbatasan pangan di pedesaan, bahkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar industri kecil dan kerumahtanggaan, serta untuk memenuhi
kebutuhan ekspor produk pertanian bagi negara maju. Program industrialisasi pedesaan,
tujuan utamanya untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Pengembangan
industrialisasi pedesaan merupakan alternative menjawab persoalan semakin sempitnya ratarata pemilikan dan penguasaan lahan dan lapangan kerja dipedesaan. Program
pembangunan masyarakat terpadu, tujuan utamanya untuk meningkatkan produktivitas,
memperbaiki kualitas hidup penduduk dan memperkuat kemandirian.
Ada enam unsur dalam pembangunan masyarakat terpadu, yaitu: pembangunan pertanian
dengan padat karya, memperluas kesempatan kerja, intensifikasi tenaga kerja dengan industri
kecil, mandiri dan meningkatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan, mengembangkan
perkotaan yang dapat mendukung pembangunan pedesaan, membangun kelembagaan yang
dapat melakukan koordinasi proyek multisektor. Selanjutnya program strategi pusat
pertumbuhan, merupakan alternatif untuk menentukan jarak ideal antara pedesaan dengan
kota, sehingga kota benar-benar berfungsi sebagai pasar atau saluran distribusi hasil
produksi. Cara yang ditempuh adalah membangun pasar di dekat desa. Pasar ini difungsikan
sebagai pusat penampungan hasil produksi desa, dan pusat informasi tentang hal-hal
berkaitan dengan kehendak konsumen dan kemampuan produsen. Pusat pertumbuhan
diupayakan agar secara social tetap dekat dengan desa, tetapi secara eknomi mempunyai
fungsi dan sifat-sifat seperti kota.
Senada dengan program pembangunan pedesaan, J. Nasikun (dalam Jefta Leibo, 1995),
mengajukan strategi yang meliputi : (1) Startegi pembangunan gotong royong, (2) Strategi
pembangunan Teknikal Profesional, (3) Strategi Konflik, (4) Strategi pembelotan kultural.
Dalam strategi gotong royong, melihat masyarakat sebagai sistem sosial. Artinya
masyarakat terdiri dari atas bagian-bagian yang saling kerjasama untuk mewujudkan tujuan
bersama. Gotong royong dipercaya bahwa perubahan-perubahan masyarakat, dapat
diwujudkan melalui partisipasi luas dari segenap komponen dalam masyarakat. Prosedur

56

dalam gotong royong bersifat demokratis, dilakukan diatas kekuatan sendiri dan
kesukarelaan.
Strategi pembangunan Teknikal Profesional, dalam memecahkan berbagai masalah
kelompok masyarakat dengan cara mengembangkan norma, peranan, prosedur baru untuk
menghadapi situasi baru yang selalu berubah. Dalam strategi ini peranan agen-agen
pembaharuan sangat penting. Peran yang dilakukan agen pembaharuan terutama dalam
menentukan program pembangunan, menyediakan pelayanan yang diperlukan, dan
menentukan tindakan yang diperlukan dalam merealisasikan program pembangunan
tersebut. Agen pembaharuan merupakan kelompok kerja yang terdiri atas beberapa warga
masyarakat yang terpilih dan dipercaya untuk menemukan cara cara yang lebih kreatif
sehingga hambatan hambatan dalam pelaksanaan program pembangunan dapat
diminimalisir.
Strategi Konflik, melihat dalam kehidupan masyarakat dikuasasi oleh segelintir orang atau
sejumlah kecil kelompok kepentingan tertentu. Oleh karena itu, strategi ini menganjurkan
perlunya mengorganisir lapisan penduduk miskin untuk menyalurkan permintaan mereka
atas sumber daya dan atas perlakuan yang lebih adil dan lebih demokratis. Strategi konflik
menaruh tekanan perhatian pada perubahan oraganisasi dan peraturan (struktur) melalui
distribusi kekuasaan, sumber daya dan keputusan masyarakat.
Strategi pembelotan kultural, menekankan pada perubahan tingkat subyektif individual,
mulai dari perubahan nilai-nilai pribadi menuju gaya hidup baru yang manusiawi. Yaitu gaya
hidup cinta kasih terhadap sesame dan partisipasi penuh komunitas orang lain. Dalam bahasa
Pancasila adalah humanis-relegius. Strategi ini merupakan reaksi (pembelotan) terhadap
kehidupan masyarakat modern industrial yang betrkembang berlawanan dengan
pengembangan potensi kemanusiaan. Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat,dalam konsiderannya menyatakan bahwa dalam rangka
penumbuhkembangan, penggerakan prakarsa dan partisipasi masyarakat serta swadaya
gotong royong dalam pembangunan di desa dan kalurahan perlu dibentuk Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa Kader Pemberdayaan Masyarakat merupakan mitra
Pemerintahan Desa dan Kelurahan yang diperlukan keberadaan dan peranannya dalam
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di Desa dan Kelurahan. Adapun
peran kader masyarakat intinya adalah mempercepat perubahan (enabler), perantara
(mediator), pendidik (educator), perencana (planer), advokasi (advocation), aktivis (activist) dan
pelaksana teknis (technisi roles) (lihat Pasal 10 Permendagri RI No.7 Tahun 2007). Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa Permendagri tersebut, tampaknya dalam strategi
pemberdayaan masyarakat dapat dinyatakan sejalan dengan Strategi pembangunan Teknikal
Profesional.
TUGAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen: pemerintah, perguruan tinggi,
lembaga swadaya masyarakat, pers, partai politik, lembaga donor, aktoraktor masyarakat

57

sipil, atau oleh organisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu saja sangat
strategis karena mempunyai banyak keunggulan dan kekuatan yang luar biasa ketimbang
unsur-unsur lainnya: mempunyai dana, aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat
kerangka legal, kebijakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses
pemberdayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutan bila berbagai
unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yang didasarkan pada prinsip saling
percaya dan menghormati (Sutoro Eko, 2002).

---000--Bahan Bacaan 2

KONSEP DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PM)


dalam bahan bacaan ini anda akan menemukan : landasan, pengertian, falsafah, konsep, pendekatan,
dan sasaran pemberdayaan masyarakat

A. MENGAPA PERLU PM
Meskipun tidak disengaja, model-model pendekatan pembangunan yang sebelumnya sangat
diyakini mampu memecahkan berbagai permasalahan kemiskinan ternyata meninggalkan
berbagai persoalan di masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut menjadi laten dan justru menjadi
beban persoalan pembangunan yang baru karena sulit dipecahkan. Persoalan tersebut tidak
hanya mengurangi asset pembangunan yang memang sangat diperlukan, tetapi justru
menstimulir munculnya persoalan baru.
Model Pendekatan Pertumbuhan misalnya, yang
Model Pertumbuhan berasumsi, untuk
berasumsi bahwa untuk mensejahterakan masyarakat
mensejahterakan masya-rakat perlu dibuat
kue kesejah-teraan yang besar kemudian
perlu dibuat kue kesejahteraan yang besar untuk
dibagi secara luas. yang terjadi sebaliknya,
kemudian nantinya dibagi secara luas ternyata hanya
hanya orang-orang tertentu saja yang bisa
menik-mati hasil pembangunan, seba-gian
sekedar harapan. Yang terjadi justru sebaliknya, hanya
besar tetap hidup melarat.
orang-orang tertentu saja yang bisa menikmati hasil
pembangunan, sebagian besar masyarakat tetap hidup melarat. Selain itu porsi modal
pembangunan banyak dikuasai oleh investor asing yang berakibat menjadi hambatan bagi
berkembangnya pengusaha-pengusaha pribumi. Dengan bahasa lain bisa diungkap bahwa
proses pembangunan sebenarnya lebih banyak dikendalikan oleh hutang luar negeri. Dampaknya
masih kita rasakan sampai sekarang, dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan
hutang terbesar di dunia.
Model Pendekatan kesejahteraan, meskipun berorientasi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang terjadi juga jauh panggang dari api. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin
justru semakin jauh, karena hanya para pemilik modal saja yang mampu memanfaatkan hasil
pembangunan. Sementara si miskin hanya menjadi penonton di daerahnya sendiri. Kekayaan
alam rusak parah karena dieksploitasi untuk membiayai pembangunan.
Dampak paling parah dari model ini adalah munculnya sikap apatis
Dampak paling parah
dari model ini adalah
dan persepsi yang salah dari masyarakat terhadap pembangunan.
munculnya sikap apaBahwa masyarakat tidak bisa membangun, bahwa pembangunan
tis dan persepsi yang
salah masyarakat ter
hadap pembangunan.

58

adalah milik pemerintah. Persepsi demikian muncul sebagai akibat dari model pendekatan
kesejahteraan yang ingin melayani masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya secara
total. Tidak ada ruang lagi bagi masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan.
Dua model pendekatan pembangunan seperti disebut di atas yaitu model pertumbuhan dan
model kesejahteraan ternyata tidak bisa memecahkan permasalahan kemiskinan di Indonesia.
Dari analisis terhadap kedua model diperoleh beberapa kata kunci:
Pertama, proses pembangunan cenderung hanya berorientasi pada permasalahan yang
dihadapi. Potensi pendukung dan potensi penghambat seperti kualitas SDM yang dimiliki kurang
diperhitungkan sehingga kebijakan yang diterapkan tidak sesuai dan cenderung memaksakan
kapabilitas yang ada.
Kedua, proses pembangunan menempatkan manusia sebagai obyek pembangunan, bukan
sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek ia merupakan benda pasif yang tidak memiliki
kemampuan dan kemauan. Segala sesuatunya diatur oleh pihak luar, dalam hal ini pemerintah.
Ketiga, proses pembangunan cenderung menggunakan sumber daya yang sifatnya
irreversible (tidak bisa diperbaharui) misalnya sumber daya alam. Ketika sumber daya habis atau
tidak berharga lagi maka proses pembangunan akan terhambat.
Dari tiga kata kunci tersebut nampak bahwa kedua model
pembangunan yang ada belum menyentuh atau menggunakan
manusia sebagai bagian penting dalam proses pembangunan.
Memang model pendekatan kesejahteraa mulai menyentuh
manusia, akan tetapi ia ditempatkan sebagai obyek, baru
sebatas pada orientasi pada manusia, bukan berpusat pada
manusia. Demikian pula pada dekade delapanpuluhan muncul
model yang dikenal dengan local community. Suatu model yang
mengharapkan masyarakat lokal untuk mengambil inisiatif dalam kegiatan pembangunan dengan
memanfaatkan mekanisme nasional yang ada. Mereka menyerahkan urusan pembangunan
kepada masyarakat untuk disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi.
Menjadi
permasalahan karena masyarakat belum siap.
Model pendeketan pembangunan
yang ada gagal mengurangi
kemiskinan
karena
proses
pembangunan,
menempatkan
manusia sebagai obyek pembangunan, menggunakan sumber
daya yang sifatnya irreversible
misal sumber alam.

Oleh karena itu yang menjadi masalah adalah bagaimana


melakukan pembangunan yang berpusat atau bertumpu pada
manusia. Manusialah sebagai modal utama pembangunan, bukan
sumber daya alam, dana, atau kekuasaan pemerintah. Kita bisa
melihat fakta di sekitar kita keberhasilan pembangunan yang
bertumpu pada manusia. Negara Singapura yang demikian kecil
dan tidak memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan
ternyata mampu menjadi negara maju dan menjadi salah satu
pusat bisnis dunia. Malaysia dengan kekayaan alam tidak sehebat Indonesia dengan menekankan
pembangunan manusia, dalam dua dasa warsa terakhir mampu melesat meninggalkan jauh
Indonesia menjadi negara maju. Jepang yang diperkirakan membutuhkan waktu minimal tiga
dasa warsa karena dihancurkan oleh bom atom ternyata bisa lebih cepat dan menjadi salah satu
negara Industri karena menekankan pembangunan manusianya.
Oleh karena itu yang menjadi
masalah adalah bagaimana
melakukan pembangunan yang
berpusat atau bertumpu pada
manusia. Manusialah sebagai
modal utama pembangunan,
bukan sumber daya alam, dana,
atau kekuasaan pemerintah.

Melihat kebutuhan akan peran manusia yang sangat strategis dan menentukan, maka hampir
semua kebijakan pembangunan diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat. Suatu
masyarakat yang mampu menentukan sendiri arah hidupnya tanpa harus tergantung faktor luar.
Di sinilah kekuatan pembangunan yang bertumpu dan berpusat pada manusia, bu-kan kepada
modal, keka-yaan alam maupun kekuasaan semata. Ala-san-alasan inilah yang mendasari
mengapa perlu dilakukan upaya atau gerakan nasional pengembangan masyarakat.

59

B. LANDASAN DASAR PM
Pengembangan Masyarakat bersifat universal, dilaksanakan di manapun manusia berada. Namun
demikian perlu kontekstual, artinya harus, perlu dan dapat menjawab persoalan sesuai dengan
kondisi dan situasi setempat. Dengan demikian Pengembangan Masyarakat harus berpikir dan
berkonsep global tetapi penerapan dan penjabarannya dalam tindakan berupa kegiatan bersifat
lokal. Pengembangan Masyarakat harus bersifat praktis dan lokal dan mengikut-sertakan seluruh
lapisan masyarakat. Anggapan pikiran yang dipakai sebagai landasan Pengembangan Masyarakat
adalah:
Manusia asal ada kemauan, selama hidupnya pasti mempunyai kesanggupan belajar, mengubah sikap
dan mengubah pola peri lakunya.

Untuk mencapai keadaan seperti tingkat sekarang, manusia harus melalui proses-proses
penyesuaian diri, dengan melalui percobaan-percobaan bahkan melalui kesalahan-kesalahan dan
kegagalan. Karena itu untuk mencapai penyelesaiannya harus menentukan kebijakan-kebijakan.

Manusia itu sendiri yang harus menentukan kehidupan yang diinginkannya.

C.

PENGERTIAN PM
Pemberdayaan Masyarakat atau Community Development merupakan proses kegiatan dalam
program pembangunan. Proses tersebut adalah dalam rangka mewujudkan suatu kondisi
masyarakat yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengidentifikasi permasalahan,
merencanakan pemecahan permasalahan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan
hal yang berkaitan dengan diri dan lingkungannya.
Untuk mewujudkan kondisi seperti yang telah ditetapkan tersebut, kemudian banyak orang
memahami pengembangan masyarakat dari berbagai segi misalnya sebagai proses, metode,
gerakan, dan lain-lain. Karena itu ada banyak sudut pandang untuk memahami pengertian
tentang pengembangan masyarakat.

D. PENDEKATAN PM
Pengembangan Masyarakat dapat ditinjau dari empat aspek yaitu sebagai proses, sebagai metode,
sebagai program dan sebagai gerakan.
1.

Pengembangan Masyarakat sebagai Proses


Pengembangan Masyarakat
dapat ditinjau dari empat
aspek yaitu sebagai proses,
sebagai metode, sebagai
program dan sebagai gerakan.

2.

Dalam hal ini Pengembangan Masyarakat lebih disoroti dari


segi adanya perubahan pada manusianya, yang saling
berinteraksi dan terlibat dalam kegiatan baik perubahan
sosial, psikologis dan sebagainya.

Pengembangan Masyarakat sebagai Metode


Dalam hal ini, penekanan pada cara atau metode untuk mencapai tujuan. Yang membedakan
Pengembangan Masyarakat dengan pembangunan yang lain, karena cara yang dipakai dalam
Pengembangan Masyarakat adalah cara-cara yang khusus. Penekanan disini adalah
pencapaian tujuan dengan memakai cara khusus tersebut.

3.

Pengembangan Masyarakat sebagai Program

60

Pengembangan Masyarakat sebagai program menekankan terjalinnya cara kerja dalam suatu
rentetan dan pentahapan pekerjaan. Metode yang ditetapkan harus sudah disusun dalam
suatu urutan kegiatan yang rapi menjadi suatu Rencana Kerja. Tekanan utama pada adanya
Rencana Kerja.
4.

Pengembangan Masyarakat sebagai Gerakan


Untuk pengertian ini, yang dipentingkan adalah adanya dinamika, adanya kegiatan. Kegiatan
itu harus dilaksanakan sesuai dengan gagasan yang muncul, bukan dalam suatu rencana
kegiatan yang sudah tersusun rapi. Yang sangat dipentingkan disini adalah adanya gagasan
dan pelaksanaan gagasan tersebut, sehingga merupakan suatu yang dinamis bukan organisasi
tetapi organisme.

Dalam kenyataan operasional, jarang dijumpai Pengembangan Masyarakat diterima dan diartikan
secara terpisah seperti pengertian tersebut di atas. Dalam pelaksanaan dilapangan,
Pengembangan Masyarakat beralih dari suatu pengertian ke pengertian yang lain, atau malah
mempunyai pengertian secara bersama.

E.

FALSAFAH PM
Falsafah lembaga dalam pengembangan masyarakat diwujudkan dalam bentuk pendekatan yang
digunakan. Secara garis besar bentuk-bentuk pendekatan yang digunakan LSM dalam
pengembangan masyarakat ada empat (4), yaitu:
1.

Sosio Karitatif
Suatu bentuk pendekatan yang didasari oleh pandangan bahwa masyarakat itu miskin,
menderita dan tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya. Oleh karena itu
untuk menolongnya maka kepada masyarakat diberi sumbangan dan dikasihani.

2.

Sosio Ekonomis
Adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada pandangan bahwa seluruh permasalahan
yang dihadapi masyarakat berpangkal dari masalah ekonomi. Oleh karena itu untuk
menolongnya maka aspek ekonominya harus iperbaiki terlebih dahulu, misalnya dengan
meningkatkan pendapatan masyarakat.

3.

Sosio Reformis
Adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada kebutuhan kenyataan untuk segera
mengembalikan masyarakat pada kondisi semula supaya tidak muncul masalah baru.
Pendekatan ini biasanya bersifat eksidental dan spesifik. Misalnya kepada korban bencana
alam seperti kebanjiran, gempa, gunung meletus, dan lain-lain.

4.

Sosio Transformis
Adalah suatu pendekatan yang mendasarkan diri pada keyakinan bahwa pengembangan dan
pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah upaya perubahan pengetahuan, sikap, dan
peri laku yang mengarah pada keswadayaan dan kemandirian. Jika hal tersebut bisa tercapai
diharapkan masyarakat mampu mengenali sendiri masalahnya, merencanakan sendiri
pemecahannya, melaksanakan pemecahannya maupun sampai pada pengembangannya.

61

F.

SASARAN PM
Pengembangan Masyarakat merupakan suatu proses, suatu usaha yang berkesinambungan.
Proses itu sendiri menuntut adanya pentahapan sasaran yang merupakan prasyarat bagi
tercapainya tujuan Pengembangan Masyarakat. Adapun sasaran dari Pengembangan Masyarakat
adalah :
1.

Menciptakan kondisi dan mempersatukan kemampuan setempat sebagai suatu sarana untuk
dapat menggerakkan dan mengarahkan potensi masyarakat.

2.

Mempertinggi mutu potensi masyarakat. Upaya ini bisa dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya; pelatihan, studi banding, pendampingan, diskusi, pertemuan-pertemuan serta yang
tidak kalah adalah menciptakan kondisi yang merangsang.

3.

Melestarikan Kemampuan. Berbagai kegiatan bisa dlakukan untuk meles-tarikan kemampuan


yang telah dibangun, antara lain pengkaderan, pembentukan kelompok, membentuk jaringan
dan lain-lain. Institusi-institusi atau pihak yang telah dibentuk berfungsi sebagai wadah
tempat masyarakat beraktivitas.

4.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Inila salah satu sasaran kunci
untuk melestarikan kegiatan pengembangan masyara-kat. Semua upaya memberdayakan
masyarakat hanya omong kosong belaka jika kesejateraan masyarakat tidak pernah berubah
naik.

Untuk mencapai sasaran yang diinginkan dalam Pengembangan Masyarakat ada beberapa prinsip
yang harus diterapkan, diantaranya :
Kegiatan harus ditentukan oleh masyarakat atau masyarakat bersama lembaga yang akan
melaksanakan kegiatan tersebut.
Kegiatan yang akan dilaksanakan harus disesuaikan dengan kemampuan setempat.
Selama pelaksanaan kegiatan, hendaknya selalu diberikan bimbingan, pengarahan dan
dorongan sehingga dari satu kegiatan dapat timbul kegiatan lain.
Para ahli harus bersedia mendampingi masyarakat bila diperlukan baik dalam persiapan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dengan tidak bersikap memaksa atau memerintah.

62

PELAJARAN DARI PENGALAMAN


Untuk membantu pelaksanaan di lapangan, berikut disampaikan beberapa catatan hasil
interaksi sejumlah LSM bersama-sama masyarakat:
1.

Temukan dan tetapkan orang setempat yang sesuai untuk menangani program tersebut.
Serahi orang tersebut untuk membuat desain program.
2. Tetapkan pola dan cara pembinaan yang sederhana tetapi mengena.
3. Kaitkan program tersebut dengan struktur dan administrasi setempat yang sudah ada.
4. Untuk mendapatkan dampak yang luas dan besar, sediakan kemudahan untuk jangka
panjang.
5. Gunakan momentum yang tepat sehingga bisa menimbulkan multiplier effects bagi
program yang dikembangkan.
6. Ciptakan fleksibilitas yang longgar, baik dalam penetapan tujuan maupun pengerahan
sumber.
7. Ciptakan hubungan yang baik secara pribadi dengan masyarakat lokasi program.
8. Pilih kegiatan yang cepat memberi hasil yang dapat dirasakan oleh masyarakat, terutama
pada permulaan program.
9. Mulailah dengan yang kecil tetapi menyeluruh.
10. Batasi jumlah inovasi yang akan diperkenalkan untuk tidak membingungkan masyarakat.
11. Sederhanakan sistem sehingga tidak terlalu berbeda dengan kemampuan setempat.

G. KOMPONEN PM
Operasionalisasi kegiatan pengembangan masyarakat memerlukan beberapa komponen, dimana
masing-masing komponen saling berinteraksi satu dengan yang lain. Komponen-komponen
tersebut adalah:
1.

Pelaku
Para pelaku atau aktor pembangun-an terbuka untuk
seluruh komponen masyarakat. Mereka memiliki
karak-teristik dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya. Mereka ini misalnya masyarakat
umum, LSM, pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
dan lain-lain. Namun demikian tekanan utama adalah
masyarakat

2.

Institusi
Institusi atau kelembagaan diperlu-kan selain untuk
mewadahi para aktor yang terlibat dalam pembangunan, secara strategis kelembaga-an juga
diperlukan untuk legitimasi. Selain sebagai media
untuk membuat kebijakan, institusi juga bisa dijadikan
alat bagi berkembangnya nilai-nilai sosial dan nilainilai budaya yang ada di masyarakat.

3.

Sumber Daya

KARAKTERISTIK PM
Setiap model memiliki karakteristik
sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.
Demikian pula dengan pengembangan
masyarakat yang menekankan pada
manusia memiliki karakteristik yang
berbeda dengan model yang lain:

63

Bersifat lokal dan mengandalkan


prakarsa setempat,
Dilaksanakan
untuk mengatasi
suatu masalah
khas yang
dirasakan
oleh
masyarakat
setempat,
Mengandalkan pada swadaya dan
peran serta masyarakat setempat,
Sangat memperhatikan unsurunsur kemanusiaan.
Menempatkan manusia sebagai
subyek pembangunan.
Berpusat pada manusia.

Dengan pelaku yang berkualitas serta institusi yang kuat, maka proses pembangunan akan
dengan mudah menggali dan memanfaatkan sumber daya baik yang dari luar maupun dari
dalam.
4.

Katalis
Ada tiga fungsi yang bisa dilakukan oleh katalis pembangunan yaitu; memberdayakan
masyarakat, menjembatani kelompok masyarakat dengan sumber daya pembangunan, dan
menghubungkan antara kegiatan-kegiatan mikro dengan kebijakan-kebijakan makro.

PENUTUP
Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa untuk membangun masyarakat maka modal utama adalah
manusia itu sendiri. Bukan uang, atau kekuasaan. Dengan sumber daya manusia yang memiliki
kapabilitas baik, semua masalah bisa dipecahkan Oleh karena itu pembangunan harus ditekankan
pada membangun kualitas manusia. Proses pembangunan dengan menekankan pada pengadaan
sarana dan prasarana sudah lewat dan bukan jamannya lagi. Membangun manusia adalah
menciptakan manusia yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk membangun dirinya sendiri dan
lingkungannya, dan itu sebenarnya hakekat dari pemberdayaan masyarakat.
Terima kasih.

64

MODUL 6
TEKNIK BERINTEGRASI DENGAN MASYARAKAT
Tujuan
Maksud dan tujuan dari modul ini adalah
1.

Peserta memahami kondisi mayarakat yang sangat plural dan berakena macam budaya, agama,
suku, adat istiadat, dan lain-lain .

2.

Peserta memiliki ketahanan dan strategi dalam berintegrasi dengan masyarakat.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Memahami ragam budaya


masyarakat lokasi penempatan

Ceramah dan Curah Pendapat


dan Diskusi Kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

60

2.

Strategi dan teknik berintegrasi


dengan masyarakat.

Ceramah dan Diksusi Kelompok

Materi LCD, kertas


plano,spidol, lembar analisis

60

Total

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
1.

memahami karakter masyarakat dimana mereka ditempatkan.

2.

merumuskan strategi integrasi dengan masyarakat melalui pengembangan kegiatan yang


bertumpu pada potensi, kebutuhan, dan kearifan lokal.

Langkah-Langkah Fasilitasi

65

1.

buka sesi dengan salam dan menjelaskan maksud dan tujuan pokok bahasan yang akan
disampaikan.

2.

Ajaklah peserta berdiskusi tentang proses integrasi dalam masyarakat .Tanyakan apakah
semua bentuk inetrasi diterima oleh masyarakat, mengapa ?

3.

Variasi jawaban memberikan infiormasi yang kompleks dan luas sehingga bisa
disimpulkan untuk dijadikan pengalaman bersama

4.

Tayangkan media penggeraka diskusi Wortel, - Telur Bubuk Kopi

5.

Mintalah peserta mendiskusi media tayangan tersebut.

6.

Simpulkan bersama bagaiman seharusnya kita berinetrgasi dengan masyarakat.

7.

Minta peserta untuk mendiskusikan dalam kelompok. bagilah peserta dalam kelompok
provinsi penempatan (jumlah kelompok tergantung jumlah provinsi penempatan)

8.

Kemudian mintalah masing-masing kelompok mendiskusikan tipolog dan ciri khas budaya
masyarakat di beberapa provinsi penempatan, temukan hal-hal yang penting seperti
pantangan dan lain sebagainya..

9.

Berdasarkan tipologi budaya masyarakat tersebut, mintalah mereka menyusun strategi


berintegrasi dengan masyaakat.

10. Mintalah setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.


11. Simpulkan bersama strategi PSP3 berintegrasi dengan masyarakat.

Media Penggerak Diskusi

TELUR - WORTEL - BIJI KOPI


Panaskan 3 buah panci berisi air diatas api
Pada panci yang pertama, masukkan beberapa buah wortel
Pada panci yang kedua, masukkan beberapa buah telur
Pada panci yang ketiga, masukkan beberapa sendok bubuk kopi
Panaskan ketiga panci tersebut selama 15 menit,
Keluarkan isi dari ketiga panci tersebut.
Wortel yang sebelumnya keras, Sekarang berubah jadi empuk.
Telur yang sebelumnya lunak di bagian dalamnya, sekarang menjadi keras
Bubuk kopi sudah menghilang, Tapi, air panas sudah berubah warnanya dan mempunyai bau
kopi yang sangat harum
Sekarang pikirkan tentang kehidupan Anda
Pekerjaan itu tidak selamanya mudah
Pekerjaan itu tidak selamanya nyaman
Bahkan kadang-kadang pekerjaan menjadi sangat susah
Keadaan tidak berubah seperti yang kita inginkan
Orang-orang tidak memperlakukan kita seperti yang kita harapkan
Kita bekerja & belajar sangat keras, tapi kadang-kadang tidak mendapatkan hasil yang
memuaskan
Apa yang terjadi pada saat kita menghadapi kesulitan?
Ambil Hikmahnya
Kita dapat menjadi seperti Bubuk Kopi
Kita membuat sesuatu yang baik dari tantangan yang kita hadapi.
Kita belajar hal-hal baru
Kita mempunyai pengetahuan baru, ilmu baru dan skill baru
Kita tumbuh bersama masyarakat dengan pengalaman-pengalaman baru.

66

MODUL 7
TEKNIK IDENTIFIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH
Tujuan
Maksud dan tujuan dari modul ini adalah
1.

Peserta mengetahui dan memahami teknik identifikasi masalah di desa penempatan

2.

Peserta mampu menyusun rencana pemecahan masalah.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Identifikasi Masalah

Ceramah dan Curah Pendapat


dan Diskusi Umum

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

60

2.

Pemecahan Masalah

Ceramah dan Diksusi Kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

60

Total

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :

melakukan identifikasi masalah di desa penempatan.

merumuskan teknik pemecahan masalah di desa penempatan.

Langkah-Langkah Fasilitasi
1.

Fasilitator membuka sesi dengan salam dan menjelaskan maksud dan tujuan pokok bahasan yang
akan disampaikan.

2.

Minta peserta untuk menjelaskan teknik-teknik identifkasi masalah menurut pandangan mereka.

3.

Rangkum jawaban peserta dan tayangkan materi identifikasi masalah.

4.

Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan teknik identfikasi masalah
dengan Pohon Masalah.

5.

Berikan kesempatan mereka mempresentasikan hasil diskusinya.

6.

Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya untuk menanggapi atau memberikan saran dan
masukan.

7.

Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok.

8.

Selanjutnya untuk pemecahan masalah, ajak peserta mendiskusikan kembali pokok-pokok


permasalahan yang telah ditemukan untuk dicari pemecahan masalahnya.

67

9.

Diskusi dilakukan dalam kelompok dengan menggunakan analisis swot sederhana.

10. Presentasikan hasil diskusi


11. Berikan kesempatan untuk saling memberikan tanggapan.
12. Tayangakan materi analisis pemecahan masalah (analisis swot)
13. Tutup sesi dengan applaus bersama
Bahan Bacaan 1

TEKNIK IDENTIFIKASI MASALAH


Kajian terhadap identifikasi masalah dimaksudkan untuk menggambarkan secara keseluruhan tentang
pola kekuatan hubungan antarkelompok, kerentanan sosial, kohesivitas kelompok, serta faktor-faktor
pendorong dan penghambat pembangunan masyarakat, sebagai masukan dalam merumuskan
kebijakan dan strategi program. Secara khusus kegiatan ini bertujuan:
1.

Mengidentifikasi kekuatan hubungan antarpemangku kepentingan yang terlibat dalam


program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat

2.

Mengidentifikasi kondisi sosial yang menyebabkan kesenjangan diantara kelompok atau


antarpemangku kepentingan.

3.

Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong dan penghambat pemberdayaan masyarakat

4.

Merumuskan strategi pemberdayaan masyarakat secara terpadu.

Teknik Sosiogram
Teknik
sosiogram
digunakan
untuk
membantu dalam memetakan kekuatan
hubungan
pemangku
kepentingan
(stakeholders analysis) dapat menggunakan
teknik visual bagan kelembagaan dan
sosiogram
untuk
menunjukkan
pola
koordinasi, perintah dan tingkat pengaruh
(tinggi, sedang, rendah).
Hubungan tersebut dijelaskan dengan
menggunakan simbol dan garis antar
kelompok/ lembaga. Jika pengumpulan
informasi/ data menunjukkan beberapa
ketidak-harmonisan diantara kelompok/lembaga, maka Tim bersama masyarakat dapat menggambar
keseluruhan hubungan tersebut, kemudian menentukan kelompok mana saja yang memiliki peran dan
pengaruh cukup besar terhadap pemberdayaan masyarakat. konflik.
Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:

68

1.

Mengidentifikasi keseluruhan kelompok atau lembaga terlibat dalam pemberdayaan


masyarakat..

2.

Mengidentifikasi kelompok atau lembaga utama yang secara langsung terlibat dalam
pemberdayaan masyarakat.

3.

Mengindentifikasi kelompok (sekunder) yang tidak secara langsung berperan dalam


pemerdayaan masyarakat.

Gambarkan bentuk dan pola hubungan tersebut secara menyeluruh dengan menunjukkan intensitas
pengaruh dalam bentuk garis-garis tebal, tidak beraturan atau putus-putus.

Teknik Pohon Masalah


Teknik pohon masalah (problems tree) yang
cukup
dikenal
dalam
penelitian
dan
pemograman. Cara ini cukup popular dalam
menggali akar permasalahan yang dihadapi oleh
organisasi, komunitas atau masyarakat. analisis
apa merupakan alat untuk mengenal akar
masalah yang dihadapi oleh masyarakat di
wilayah perencanaan. Kajian ini dibuat dengan
menggunakan teknik pohon masalah yang
langsung dapat dikoreksi oleh tim perencana.
Misalnya menggambar pohon masalah di tanah
dengan tongkat atau papan tulis dengan kapur
(atau whiteboard dengan spidol) dengan kartu yang berisi pokok-pokok persoalan yang dipahami oleh
warga. Tim dapat melibatkan kelompok yang terlibat dalam konflik atau penduduk yang memahami
peristiwa yang terjadi dan secara bersama-sama mendiskusikan temuan yang dihasilkan. Setelah
diskusi, tim menyusun catatan dan mendokumentasikan gambar yang telah dibuat dengan
menggunakan foto atau digambar ulang di atas kertas.
Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:
Langkah 1 Lakukan kajian mendalam menyangkut berbagai isu, keluhan, keberatan dan masalah yang
paling mendasar dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut;

Apa yang menimbulkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan
oleh para pihak?

Apa masalah utama yang menimbulkan kemiskinan dalam masyarakat.?

Langkah 2 Jawab pertanyaan tersebut akan menentukan jenis masalah utama (inti) yang akan
diletakkan sebagai batang. Misalnya perebutan lahan parkir, produksi pertanian tidak bisa
laku di pasaran, perkelahian antarpemuda, tingginya pengangguran, tidaknya adanya bak
sampah. dsb.

69

Langkah

3 Jika terdapat lebih dari satu masalah maka


kepentingan/prioritas dan cakupan yang lebih luas.

pilih

yang

memiliki

tingkat

Langkah 4 Berdasarkan masalah tersebut ajukan pertanyaan faktor-faktor penyebab masalah itu
muncul. Dengan menempelkannya di bawah masalah inti sebagai akar. Setiap jawaban
kemudian diajukan pertanyaan yang sama untuk masing-masing jawaban hingga
ditemukan jawaban akhirnya.
Langkah 5 Setelah faktor penyebab masalah telah teridentifikasi secara lengkap, selanjutnya dari
masalah tersebut diajukan pertanyaan akibat apa saja yang ditimbulnya dari masalah
tersebut?. Tuliskan semua jawab dari masalah tersebut dalam bagian daun dan ranting
pohon dan buahnya.

Bahan bacaan 2

PEMECAHAN MASALAH
Gagasan dan Prioritas Pembangunan Desa
1.

Mengidentifikasi pokok-pokok pikiran, fokus tema, dan isu strategis berdasarkan pokok masalah..

2.

Merumuskan fokus gagasan dan prioritas pembangunan desa untuk 5 (lima) tahun rencana di bidang
yang berkaitan dengan pokok masalah.

3.

Lakukan pengelompokkan masalah dengan menggunakan tabel sebagai berikut;

70

Tabel 1. Pengelompokan Masalah


No
1
2
3
4
5

MASALAH
Warga Kp. Naga rawan gizi buruk
Saluran air tidak lancer
Saluran limbah rumah tangga menimbulkan
penyakit
Warga Kp. Naga menolak relokasi karena
tidak sesuai ganti rugi
Dst

POTENSI
Tersedia Posyandu dan makanan tambahan
Lahan sawah luas
Lokasi dan bahan tersedia
Tersedia lahan relokasi yang cukup luas

Keterangan:
Kolom (1)
: Cukup jelas.
Kolom (2)
: Tuliskan seluruh daftar masalah di desa berdasarkan hasil kajian profil desa
dan analisis dinamika konflik.
Kolom (3)
: Tuliskan potensi yang tersedia di desa.
4.

Berdasarkan hasil pengelompokan masalah tersebut, lakukan pemeringkatan dengan membuat daftar
urutan atau peringkat masalah sebagai berikut;

Tabel 2. Penentuan Peringkat Masalah


N
o

Masalah

Dirasakan
Orang
Banyak

Sangat
Parah

Menghambat
Peningkatan
Pendapatan

Sering
Terjadi

Tersedia
Potensi
Pemecahan
Masalah

Jumlah
Nilai

Urutan
Peringka
t

1
1

2
3
4
5
6
7
8
9
Warga Kp. Naga
3
4
3
2
2
14
14
rawan gizi buruk
2 Saluran air tidak
5
4
4
4
2
19
7
lancer
3 Saluran limbah
4
5
5
5
3
22
4
rumah tangga
menimbulkan
penyakit
4 Warga Kp. Naga
5
5
4
5
4
23
3
menolak relokasi
karena tidak sesuai
ganti rugi
5 Dst
Keterangan:
Kolom (1) : Cukup Jelas.
Kolom (2) : Tuliskan daftar masalah yang telah diinventarisir dalam kegiatan penyusunan profil desa dan kajian
terhadap dinamika konflik.
Kolom (3) s/d (7) : T uliskan skor 1 5 (skor 1 sangat rendah hingga skor 5 = sangat tinggi).
Kolom (8) : Tuliskan jumlah skor dari kolom (3) s/d (7)
Kolom (9) : Tuliskan urutan atau peringkat masalah berdasarkan jumlah skor.

5.

71

Hasil pemeringkatan masalah dijadikan acuan dalam menentukan prioritas masalah yang akan ditangani
sesuai dengan kepentingannya, kemudian tim melakukan kajian tindakan pemecahan masalah berupa
alternatif tindakan yang dibutuhkan. Hasilnya dituliskan dalam tabel berikut;

Tabel 3. Pengkajian Tindakan Pemecahan Masalah


No
1

Masalah
2

Warga Kp. Naga


rawan gizi buruk

Penyebab

Potensi

Tidak mampu
membeli makanan
yang bergizi
Tidak tersedia
saluran tertier
Buang sampah dan
hajat di saluran
limbah rumah
tangga
Tempatnya tidak
sesuai dengan
matapencaharian
mereka

Alternatif
Pemecahan
Masalah
5

Tersedia Posyandu
dan makanan
tambahan
Lahan sawah luas

Meningkatkan
gizi ibu dan
anak
Meningkatkan
produksi padi
Pengerasan
saluran
pembuangan

Tindakan Yang
layak
6

Pengobatan
Pemberian makanan
tambahan
Pembangunan saluran
irigasi
Desain dan RAB
untuk saluran pem
buangan

Saluran air tidak


lancer
3
Saluran limbah
Lokasi dan bahan
rumah tangga
tersedia
menimbulkan
penyakit
4
Warga Kp. Naga
Tersedia lahan
Sosialisasi dan
Penataan lahan
menolak relokasi
relokasi yang cukup mediasi dengan relokasi bersama
karena tidak sesuai
luas
warga Kp. Naga warga
ganti rugi
5
Dst
Keterangan:
Kolom (1) : Cukup Jelas.
Kolom (2) : Tuliskan daftar masalah yang telah diinventarisir dalam kegiatan penyusunan profil desa dan
kajian terhadap dinamika konflik.
Kolom (3) : Tuliskan penyebab terjadinya masalah.
Kolom (4) : Tuliskan potensi di desa terkait dengan masalah yang akan ditangani.
Kolom (5) : Tuliskan alternatif tindakan pemecahan masalah berdasarkan analisis terhadap penyebab dan
potensi yang dimiliki desa.
Kolom (6) : Tuliskan tindakan atau kegiatan yang dianggap layak dan dapat dilaksanakan.

Analisis SWOT
Berdasarkan kajian sebelumnya, lakukan analisis kapasitas organisasi pelaksana di tingkat desa atau kecamatan
dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Treath) untuk menilai sejauh mana
capaian target kinerja berdasarkan kemampuan lembaga atau unit tersebut dalam menghadapi perubahan baik
lingkungan internal maupun eksternal.
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
KEKUATAN (S)
Personal:
Kemampuan petugas lapangan dalam bimbingan dan
pendekatan terhadap masyarakat.
Terbuka dalam memberikan informasi kesehatan
kepada masyarakat khususnya keluarga miskin.

Relasional
Menjalin kemitraan dengan berbagai kalangan
perguruan tinggi, swsta dan LSM.
Membuka jalinan kerjasama dengan lembaga asuransi
kesehatan dan pengadaan obat.
Kemitraan dengan unit pelaksana kegiatan di desa
Konsultasi kesehatan

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL


PELUANG (O)
Personal:
Kesempatan studi dan pelatihan dalam dan luar
negeri
Permintaan informasi layanan dan jaminan
kesehatan dari pemerintah pusat dan lembaga
lainnya.
Insentif dan pengembangan bidan desa.
Relasional
Kerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten
dalam layanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Kerjasama penerapan hasil kajian lembaga riset
dan lembaga swadaya masyarakat di bidang
kesehatan.

72

Struktural
Koordinasi antar stakeholder

Kultural
Berhasil mengembangkan sistem pelayanan kesehatan
terpadu
Melakukan pembinaan secara rutin dalam setiap
kegatan penting di masyarakat

Struktural
Koordinasi dengan pemerintah daerah
Program pemberdayaan masyarakat dari
kementerian dan
Sistem manajemen informasi berbasis IT
Sistem dan prosedur kerja standar untuk
pelayanan kesehatan masyarakat.
Kultural
Kebijakan dan sistem jaringan informasi
kesehatan
Knowledge sharing kesehatan masyarakat antar
kecamatan.

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

KELEMAHAN (W)

TANTANGAN (T)

Personal:
Ketidakpuasan terhadap insentif yang diberikan.
Kebingungan terhadap perubahan kebijakan internal
organisasi.
Relasional
Sering terjadi complain akibat keterlambatan
distribusi bahan makanan dan obat untuk balta, ibu
hamil dan menyusui.
Bantuan hanya dapat diberikan pada saat ada instruksi
dari dinas kesehatan.
Struktural
Lemahnya kontrol internal
Koordinasi lintas sektor tidak berjalan dengan baik
Kultural
Birokratis dan dipengaruhi pemegang kekuasaan
Masih terjadi kesalahan dalam pendataan keluarga
penerima manfaat.

Personal:
Ketidakpuasan publik terhadap kualitas
pelayanan
Rendahnya upah karena efisiensi.
Relasional
Pembatalan kerjasama dari investor.
Ketidakharmonisan antarpelaku usaha dan
koperasi.

Struktural
Konflik antara pengusaha dan buruh.
Persaingan usaha yang tidak sehat.
Kultural
Gerakan buruh akibat iklim investasi dan usaha
yang buruk.
Ketidakstabilan ekonomi dan tingginya jumlah
pengangguran.

Langkah-langkah
Langkah 1 Lakukan review terhadap seluruh kondisi organisasi baik internal maupun eksternal.
Langkah 2 Identifikasikan elemen-elemen utama yang akan menjadi kerangka analisis lingkungan
eksternal dan eksternal (misalnya setiap lingkungan internal dan eksternal dianalisis berdasarkan
katagori personal, relasional, struktural dan kultural)
Langkah 3 Identifikasikan kekuatan dan kelemahan internal maupun eksternal sesuai dengan aspekaspek analisis dan isi kolom secara lengkap didukung fakta dan data.
Langkah 4 Identifikasikan peluang dan tantangan internal dan eksternal sesuai dengan aspek-aspek
analisis dan isi kolom secara lengkap didukung fakta dan data.
Langkah 5 Analisis masing-masing katagori secara mendalam, kemudian lakukan pemilahan
berdasarkan tingkat kepentingannya isu yang mendesak.
Buatlah konsensus untuk menentukan 3-5 isu penting dengan urutan prioritasnya setiap katagori
Langkah 6 Rumuskan isu-isu tersebut sesuai dengan kebutuhan (tidak terlalu sempit atau terlalu luas).
Misalnya:
Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi korban konflik melalui Jaminan Kesehatan
(JKA)
Meningkatkan partisipasi pendidikan dasar dan menengah bagi mantan kombatan dan
korban konflik.
Penyediaan lapangan kerja bagi mantan kombatan dan korban konflik melalui
pemberdayaan penyediaan lahan pertanian.
Langkah 7 Tangani isu-isu tersebut sesuai dengan kemampuan untuk menyelesaikannya.

73

Langkah 8 Tetapkan pilihan program strategis untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya adalah mengkaji kondisi dan masalah pendidikan dan kesehatan berkaitan dengan target dan
hambatan akibat perubahan masyarakat, konteks program dan hubungan pemangku kepentingan yang terjadi
atau bidang kerja serta tantangan yang diperkirakan dihadapi pada 5 (lima) tahun rencana. Kemudian
dimasukkan dlam tabel berikut :

Tabel 4 Rumusan Kegiatan dan Target Capaian dalam Penyelesaian Masalah

No

Nama Program /
Kegiatan

Target Kinerja
(Tahun)
1

3
3

Personal

Target Capaian untuk


Perdamaian Tahun ke
Relasiona Struktura
l
l

Kultur
al

Ket.

Keterangan
Kolom 1 Cukup jelas
Kolom 2 Tuliskan rumusan rencana program atau kegiatan yang akan dilaksanakan selama 5 (lima)
tahun berdasarkan hasil review kinerja dan analisis kebutuhan masyarakat. Mengacu pada isu
strategis yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya
Isu Strategis: (Kesehatan) :
- Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan korban konflik melalui
Jaminan Kesehatan.
Program/Kegiatan:
- Pendataan calon penerima jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin dan korban konflik
- Sosialisasi program jaminan kesehatan masyarakat
- Pengobatan dan perawatan gratis bagi masyarakat miskin dan korban konflik.
Isu strategis: (Pendidikan)
- Meningkatkan partisipasi pendidikan dasar dan menengah bagi keluarga muskin dan korban
konflik.
Program/Kegiatan:
- Pendataan tingkat partisipasi pendidikan dasar dan menengah keluarga miskin dan korban
konflik.
- Beasiswa biaya pendidikan bagi keluarga miskin dan korban konflik.
- Program belajar jarak jauh untuk bagi keluarga miskin dan korban konflik.
Isu Strategis: (Ekonomi)
- Penyediaan lapangan kerja bagi mantan kombatan dan korban konflik melalui pemberdayaan
usaha mikro.
Program/kegiatan:
- Kajian peluang dan lapangan kerja bagi keluarga miskin dan korban konflik.
- Pemberdayaan usaha mikro melalui penyaluran Kredit Usaha Tani.
- Pelatihan kewirausahaan.
Kolom 3 Tuliskan periode pelaksanaannya selama 1-5 tahun ke depan dengan target capaian berupa
perkiraan angka dan cakupan.
Kolom 4 Tuliskan tolak ukur kinerja program/kegiatan dalam mendorong perdamaian yang diharapkan
oleh masyarakat. Misalnya;
Personal (P);
- Keluarga miskin dan korban konflik memiliki pekerjaan yang cukup untuk kehidupannya.

74

Relasional (R);
- Terbangunnya kepercayaan antarpemerintah daerah dengan pemangku kepentingan di tingkat
desa.
- Kemitraan usaha antarpelaku usaha.
Struktural (S);
- Terbangunnya jaringan pelayanan kesehatan terpadu bersama baik l okal maupun nasional.
- Mekanisme penyelesaian sengketa secara terbuka dan berkeadilan.
Kultural (K);
- Terbangunnya sistem dan mekanisme pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan yang
berkeadilan.
- Ikilm birokrasi dan pelayanan masyarakat yang memberikan kenyamanan dan kemudahan.
Kolom 5 Tuliskan keterangan lain sebagai penjelasan tambahan yang dianggap perlu

75

MODUL 8
KEPEMIMPINAN EFEKTIF DAN TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Tujuan

Peserta memahami ciri khas seorang pemimpin masyarakat manusia.

Peserta menyadari bahwa pemimpin masyarakat manusia haruslah seorang manusia


sejati sesuai dengan martabatnya sebagai mahluk ciptaan yang paling luhur.

Mengenal dan memahami tipologi kepemimpinan dalam masyarakat.

Memiliki kemampuan ketrampilan kepemimpinan efektif dalam masyarakat

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Pemimpin versus
pemimpin

Permainan, curah pendapat,


diskusi, ceramah

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar gambar,
kertas HVS

40

2.

Menggambar bersama
pemimpin masyarakat
manusia

Ceramah,curah pendapat,
diskusi

Materi LCD, kertas plano,


spidol

20

3.

Tipologi kepemimpinan
dan pengaruhnya
terhadap pemberdayaan
masyarakat

Permainan,curah
pendapat,diskusi,ceramah

Kertas plano,spidol,kertas
karton, lem, gunting,
sedotan/ pipet plastik,materi

60

Total

120

Pembahasan 1. Diskusi Pemimpin versus Pemimpin

Inti Pokok Bahasan


Perbedaan yang hakiki antara kepemimpinan masyarakat manusia dan masyarakat
binatang, dalam hal kriteria seorang pemimpin, cara pemilihan, perilakunya dalam
memimpin, sikapnya terhadap bibit unggul dan sikap masyarakat yg dipimpinnya.

Langkah-langkah Fasilitasi
1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan secara singkat tujuan
pembahasan ini.

76

2) Uraikan dua kasus yg telah disiapkan dan mulailah dgn ucapan maaf bukan dengan
maksud merendahkan tetapi lebih dalam rangka membangun pemahaman kritis
mengenai kepemimpinan masyarakat manusia.
3) Kasus yang pertama terjadi dalam masyarakat kera yang kehilangan pemimpimnya dan
sedang berupaya memilih pemimpin. Kasus yang kedua terjadi pada masyarakat manusia
yang juga kehilangan pemimpinnya dan sedang berupaya memilih pemimpin juga.
Gunakan LK Kepemimpinan 1.
4) Kemudian bagilah peserta dalam beberapa kelompok 5-7 orang dan mintalah tiap
kelompok merumuskan bagaimana kedua masyarakat tersebut akan memilih pemimpin
dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
5) Untuk masyarakat kera

Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat kera tersebut ?

Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain
memenuhi kriteria tersebut

Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin kera tsb setelah terpilih.

Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul.

Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat kera tsb terhadap pemimpinnya

6) Kemudian tanyakan hal yang sama untuk masyarakat manusia:


Untuk masyarakat manusia

Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat manusia tersebut ?

Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain
memenuhi kriteria tersebut

Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin manusia tsb setelah terpilih

Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul

Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat manusia tsb terhadap pemimpinnya

7) Ajak peserta menyimpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan
binatang (kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit
unggul, sikap masyarakat yang dipimpinnya) ?

77

Lembar Kerja

LK Kepemimpinan 1
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Diskusi Pemimpin versus Pemimpin
1) Disuatu bukit dimana ada hutan yang lebat hiduplah suatu masyarakat kera. Pada saat itu
mereka kehilangan pemimpin mereka karena tertempak oleh seorang pemburu, maka
berkumpullah kera-kera dewasa untuk memperebutkan kedudukan pemimpin tersebut.
Di tempat yang terpisah di balik bukit tersebut juga hiduplah masyarakat manusia di
suatu desa yang asri, tetapi penduduknya tampak sedang bersedih karena mereka juga
kehilangan pemimpin yang sangat mereka cintai karena sakit. Pada saat itu mereka
sedang bermusyawarah menentukan siapakah kira-kira yang pantas menggantikan
pemimpin mereka
Nah pertanyaannya : Kira-kira apakah yang akan terjadi, coba diskusi dalam kelompok
masing-masing dengan menjawab pertanyaan pemandu di bawah ini :
Untuk masyarakat kera:

Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat kera tersebut?

Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain
memenuhi kriteria tersebut?

Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin kera tsb setelah terpilih?

Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul?

Bagaimana sikap masyarakat kera tsb terhadap pemimpinnya?

Untuk masyarakat manusia:

Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat manusia tersebut ?

Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain
memenuhi kriteria tersebut?

Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin manusia tsb setelah terpilih?

Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul?

Bagaimana sikap masyarakat manusia tersebut terhadap pemimpinnya?

Tulislah jawaban masing-masing kelompok di atas kertas plano yang telah disediakan
panitia.

78

2) Coba simpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan binatang
(kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul, sikap
masyarakat yang dipimpinnya)?
JAWABAN 1
Masyarakat binatang:

Memilih pemimpin berdasarkan kriteria kekuatan fisik dan mental (lebih besar, lebih
kuat, lebih tangkas, lebih buas, lebih licik, lebih pandai berkelahi, dsb.

Untuk menentukan mana yang sesuai dgn kriteria tersebut mereka adu kekuatan,
ketangkasan dan kepandaian yang diwujudkan dalam berkelahi.

Setelah menjadi pemimpin sangat otoriter, menegakkan disiplin dgn kekerasan dan
sangat protektif thp kumpulannya, dia berkuasa atas segala yang ada dilingkung
wilayahnya. Dia mendapatkan keutamaan dalam banyak hal terutama dalam hal
pelayanan.

Sedangkan imbalannya masyarakat binatang melayani dengan memberikan yang


terbaik untuk pemimpin mereka.

Masyarakat manusia:

memilih pemimpin berdasarkan keluhuran budinya yg tercermin dalam perilakunya


sehari-hari, yg mampu membangun kebajikan bagi masyarakatnya karena hidupnya
sendiri memang dikendalikan oleh nilai-nilai luhur, jujur, adil, rendah hati, tulus/tanpa
pamrih, mengutamakan orang lain, dsb.

Untuk menentukan siapa yang sesuai dengan kriteria tersebut hanya dapat dilakukan
dengan membandingkan perbuatannya sehari-hari.

Setelah menjadi pemimpin dia siap untuk melakukan apapun demi kepentingan
masyarakat yang dipimpin, sangat bijaksana dan melayani yang dipimpinnya (abdi
masyarakat manusia).

Sedangkan masyarakatnya justeru diperhatikan dan dilayani. Sebagai akibat sebagian


besar masyarakat akan mencintainya dan taat karena cinta dan hormat pada
pengabdiannya dan bukan karena keterpaksaan.

JAWABAN 2
BINATANG

MANUSIA

Kriteria

penekanan pada kemampuan fisik dan


mental

penekanan pada kemampuan bertindak


sesuai moral dan pengabdian dalam arti
yang luas

Cara Mendapatkan
Pemimpin

adu kekuatan dan kepandaian

adu perbuatan baik yg


tulus/kebajikan/kearifan

79

Cara Memimpin

otoriter, orientasi kekepentingan diri


sendiri, mempertahankan kekuatannya
dengan membuat yang lain tidak
berkembang (mendapat sisa-sisa) dan
tetap tergantung, melindungi
kumpulannya dengan kekuatan fisik
dan mentalnya

mendengarkan, orientasi kepentingan


masyarakat, melayani,
mengembangkan/mendorong kemajuan
bagi masyarakat yang dipimpinnya,
memberi perlindungan kpd yg lemah

Sikap terhadap
Bibit Unggul

Dibunuh/dimusnakan untuk
mempertahankan kedudukan bukan
kemajuan masyarakatnya

Dipelihara dan dipersiapkan menjadi


penggantinya agar bermanfaat bagi
kemajuan masyarakatnya

Sikap Masyarakat
yang Dipimpinnya

takut dan melayani pemimpin mereka

mencintai/menyegani, menghormati,
merdeka dan terinspirasi mengikuti
tauladannya

Pembahasan 2 : Menggambar Bersama Pemimpin Masyarakat Manusia


Langkah-Langkah Fasilitasi
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita masih di Topik
Kepemimpinan Masyarakat Manusia dengan Pembahasan 2 : Menggambar bersama
pemimpin masyarakat. Uraikan secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan
belajar ini, yaitu : Peserta mampu memadukan persepsi mengenai pemimpin masyarakat
manusia, antara lain dapat menyebutkan dgn kata-kata sendiri :

rumusan (ciri-ciri utama) seorang pemimpin masyarakat manusia,

peran utama seorang pemimpin masyarakat manusia.

2) Bagi kertas setengah folio seorang peserta satu dan ajukan pertanyaan: Jadi apakah yang
dimaksud dengan pemimpin masyarakat (manusia) dan minta tiap peserta menulis
jawabannya secara singkat dan padat tanpa diskusi dgn temannya. Waktu 2 menit.
3) Setelah selesai menulis jawaban masing-masing, mintalah tiap kelompok menggambar
atau membuat simbol yang menggambarkan pengertian kelompok mengenai seorang
pemimpin masyarakat (manusia) dan secara singkat merumuskan kesimpulan kelompok
mengenai peran utama seorang pemimpin. Tulislah jawaban kelompok dalam kertas flip
yang telah disediakan. Gunakan lembar kerja LK Kepemimpinan 2 dengan beberapa
pertanyaan pemandu. Waktu 10 menit.
4) Mintalah tiap kielompok untuk menempel hasil masing-masing di dinding dan satu
wakilnya menyajikan hasil rumusan kelompok masing-masing 2 menit.
5) Ajak diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil masing-masing mengenai :
a) Pengertian umum seorang pemimpin masyarakat (ciri utama).
b) Peran utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin masyarakat .
6) Berilah masukan tentang pengertian (ciri utama) dan peran utama seorang pemimpin
masyarakat sebagai pelopor pembaharuan, apa dan mengapa begitu?

80

Lembar Kerja

Kepemimpinan 2
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Menggambar bersama pemimpin
masyarakat manusia
1) Belajar dari kegiatan belajar terdahulu, coba tulislah diatas kertas folio yang telah
dibagikan panitia pemahaman masing-masing mengenai seorang pemimpin masyarakat
manusia (definisi) tanpa berbicara atau diskusi dengan yang lain.
2) Setelah tiap peserta menulis rumusan masing-masing, coba diskusikan bersama dalam
kelompok dan sepakati rumusan bersama dalam bentuk tulisan singkat apakah pemimpin
masyarakat manusia itu.
Untuk itu gunakan pendapat masing-masing yang telah ditulis di kertas folio dan
padukan dengan pendapat yang lain untuk kemudian disimpulkan sebagai pendapat
kelompok.
3) Buatlah gambar bersama atau simbol-simbol yang dapat memberikan ilustrasi apa itu
seorang pemimpin masyarakat menurut kelompok.
Setelah rumusan bersama/kelompok mengenai pemimpin masyarakat dihasilkan, cobalah
mengilustrasikan dengan sebuah gambar atau simbol yang merefleksikan rumusan
kelompok tersebut mengenai pemimpin masyarakat. Ini adalah murni gambar/simbol dan
tidak boleh ada tulisan.
4) Rumuskan bersama apakah peran utama seorang pemimpin masyarakat. Setelah
rumusan kelompok mengenai pemimpin masyarakat baik berupa teks maupun gambar
dibuat, coba rumuskan bersama (masih dalam kelompok) apakah peran utama yang
harus dilakukan oleh seorang pemimpim masyarakat ?

JAWABAN 1 DAN 2
Pemimpin masyarakat manusia adalah seorang manusia sejati yang mampu menerapkan
nilai-nilai luhur dalam hidupnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk
ciptaan Allah yang tertinggi sehingga mampu menjadi tauladan bagi pengikutnya. Oleh sebab
itu seorang pemimpin hanya akan melakukan hal yang baik dan benar sehingga mampu
mengilhami dan menunjukkan arah menuju ke perbaikan/kemajuan, selalu melayani
pengikutnya demi kepentingan yang dipimpinnya. Tidak mencari kesalahan orang lain tetapi
dengan arif menunjukkan apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Dia berupaya
dengan segala daya untuk menggunakan semua bakat dan kemampuan, dengan
memfasilitasi, setiap anggota untuk tujuan perbaikan kehidupan barsama.

81

JAWABAN 3 DAN 4
Oleh sebab itu pemimpin sering diilustrasikan sebagai :
a) Matahari yang memberikan sinar dan kehangatannya tanpa membeda-bedakan yang
baik, yang buruk, yang kaya yang miskin, suku, keyakinan, ras, dan mampu
memancarkan cahaya untuk menyingkirkan kegelapan sebagai sumber kejahatan.
Seorang pemimpin harus mampu memberi kehangatan, kejelasan, berlaku adil tanpa
membeda-bedakan dan mampu menumbuhkan kebaikan dan mengubah lingkungan
menjadi lebih baik.
b) Air yang siap memberi kehidupan dan kesuburan, jernih, transparan dan selalu siap
dibersihkan kalau kotor tetapi mampu juga menghukum bila manusia salah, tanpa
pandang bulu. Seorang pemimpin juga harus mampu memberi kehidupan kepada para
pengikutnya, transparan dan siap dikoreksi/mengkoreksi diri bila bersalah dan berani
menghukum bila ada yang salah tanpa membeda-bedakan.
c) Bintang yang memberi arah kepada siapa saja yang sedang dalam kegelapan dan
membutuhkan tuntunan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi penuntun dan
penerang dalam kegelapan melalui keteladanan hidup.
d) Angin yang selalu dirindukan karena mampu memberi kesejukan kepada siapa saja
yang kegerahan dan membutuhkan kesegaran. Seorang pemimpin harus selalu
dirindukan bila tidak ada karena mampu memberi kesejukan dan kesegaran waktu
hadir.
e) Bumi yang siap diinjak, dikotori tetapi tetap setia memberi kehidupan bagi para
penghuninya dan mampu memendam segala keburukan atau hal-hal yang kurang
bermanfaat lagi dan selalu siap menerima siapa saja yang datang kepadanya. Seorang
pemimpin harus juga mampu memberi maaf, tidak pendendam, tetap setia, akomodatif
dan mengayomi
f)

Api yang mampu mengubah segala sesuatu sehingga bermanfaat bagi manusia,
mampu mengubah yang keras menjadi lunak, memberi terang dan kehangatan.
Seorang pemimpin juga harus mampu mengubah suatu yang tidak/kurang bermanfaat
menjadi bermanfaat untuk kehidupan pengikutnya

g) Kemudi karena seorang pemimpin harus mampu membawa pengikutnya menuju


tujuan yang dicita-citakan.
h) Rem karena seorang pemimpin juga harus mampu berfungsi mencegah hal-hal yang
buruk terjadi.
Simpulkan diakhirnya bahwa ciri utama seorang pemimpin masyarakat justeru tidak langsung
dikaitkan dengan keterampilan, kecakapan, dsb tetapi lebih dikaitkan dengan sifat-sifat luhur
manusia yang diperankannya; jujur, adil, transparan, kerendahan hati, setia dan kearifan selalu
mampu berperan dalam memberi penerangan dlm kegelapan, penunjuk arah melalui
keteladanan, kesejukan dalam kegelisahan, mencegah hal-hal yang buruk terjadi, akomodatif
dan mengayomi, dsb yang secara keseluruhan menunjukkan keluhuran budi seorang manusia
sejati.

82

Pembahasan 3 : Diskusi Tipologi Kepemimpinan dan Pengaruhnya Terhadap


Pemberdayaan Masyarakat

Pokok Materi

Tipe-tipe kepemimpinan masyarakat dan mental dasar yg melandasinya.

Kecenderungan masyarakat yang dipimpinannya


kepemimpinan dari pemimpin mereka.

Dampak tiap tipe kepemimpinan terhadap upaya pemberdayaan masyarakat.

dalam

menanggapi

tipe

Langkah Langkah Fasilitasi


1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Kegiatan 3:
Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat,
dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu :
Peserta dapat menguraikan dgn kata-kata sendiri :

Berbagai tipe kepemimpinan yang lazim di masyarakat.

Pengaruh tiap tipe kepemimpinan tersebut terhadap pemberdayaan masyarakat yang


dipimpinnya.

2). Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5-7 orang dan bagikan kepada
setiap kelompok LK Matrik Kepemimpinan yang telah disiapkan dan mintalah tiap
kelompok membahas tipologi kepemimpinan yang paling lazim ditemukan saat ini, yaitu
kepemimpinan otoriter, paternalistik, demokratik dan manipulatif, untuk merumuskan :

Mental dasar yang melandasi tiap tipe kepemimpinan tersebut.

Contoh-contoh perilaku menonjol dari tiap tipe kepemimpinan dalam kenyataan


sehari-hari.

Tanggapan dari warga masyarakat terhadap tiap tipe kepemimpinan tersebut.

Dampaknya terhadap pemberdayaan dan pertumbuhan kelompok yang dipimpinnya.

3). Mintalah kepada tiap kelompok untuk menyajikan atau membagikan hasil temuan
kelompok masing-masing dan simpulkan dalam diskusi kelas dengan menyempurnakan
pendapat-pendapat yang kurang tepat dan tanyakan kepada peserta mana tipe
kepemimpinan yang paling cocok dengan konsep pemberdayaan yang intinya; melayani
warganya agar mampu memulihkan dirinya sebagai manusia sejati. Gunakan LK
Kepemimpinan 3 Matriks Kepemimpinan yang telah diisi sebagai masukan ke peserta,
yaitu kecenderungan-kecenderungan yang lazim terjadi dari tiap tipe kepemimpinan
tersebut.

83

Lembar Kerja

Matrik Kepemimpinan
Tipe
kepemimpinan

OTORITER

PATERNALISTIK

Contoh perilaku
menonjol

Tanggapan
warga yg
dipimpin

Anda atau saya yang


memimpin

Terserah Bapak,
pendapatnya
dilakukan tanpa
kesadaran kritis.

Terjadi proses
pembodohan dan
dehumanisasi

Tenang saja nanti


saya selesaikan,
berupaya selalu
dibutuhkan
masyarakat

Baik Pak dan


hati tenteram
karena semua
persoalan
sudah diambil
alih oleh
pemimpin

Terjadi proses
menina bobokkan
dan senang bila
masyarakat terus
tergantung

Bagaimana pendapat yg
lain dulu (populis) dan
tidak berani
mempertahankan
kebenaran bila kalah suara.
Kebenaran=mayoritas

Menampung
pendapat orang dan
bersikap lebih
sebagai koordinator
katimbang
pemimpin. Orientasi
mayoritas bukan
kebenaran

Senang tetapi
bingung mana
yang
merupakan
kebenaran

Memberi
kesempatan tetapi
tidak/ terkadang
kurang menunjukkan
arah yang tepat

Keuntungan apa yang


dapat saya peroleh

Tidak
memperjuangkan
kelompoknya malah
sering
mengorbankan atau
menjual

Kesal, merasa
tertipu dan
akhirnya
anarkis

Terjadi proses
pembodohan dan
dehumanisasi

Mental dasar yang


melandasi
Saya yg paling kuasa dan
yang paling berhak
mengeluarkan pendapat.
Menerima pendapat =
kalah kuasa
Saya yang paling mampu
menyelesaikan, kalian
semua percaya sajalah.
Saya spt orang tua dan
mereka anak-anak

DEMOKRATIK

MANIPULATIF

Kecenderungan dlm
pemberdayaan
masyarakat

Kesimpulan/Catatan
Meskipun seseorang pemimpin termasuk dalam kategori suatu tipe kepemimpinan tsa dapat
saja bersikap dan bereaksi berbeda tetapi tetap perlu diwaspadai adanya kecenderung tersebut

84

MODUL 9

PERENCANAAN PARTISIPATIF
Tujuan
Maksud dan tujuan dari modul ini adalah
1.

Peserta mampu melakukan Kajian Keadaan Pedesaan secara apartisipatif.

2.

Peserta mampu Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan

3.

Peserta mampu melakukan Monitoring dan Evaluasi kegiatan.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Teknik Kajian desa secara


partisipatif

Ceramah dan Curah Pendapat


dan Diskusi Umum

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

30

2.

Penyusunan Rencana Program


kerja

Ceramah dan Diksusi Kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

60

Rencana Monitoring dan Evaluasi

Ceramah Diskusi kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

30

Total

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
1.

merumuskan kajian desa secara partisipatif

2.

merumuskan rencana program kerja berdasarkan kajian partisipatif.

Langkah-Langkah Fasilitasi
1.

Fasilitator membuka sesi dengan salam dan menjelaskan maksud dan tujuan pokok bahasan yang
akan disampaikan.

2.

Minta peserta untuk menjelaskan teknik-teknik kajian desa secara pertisispatif.

3.

Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan teknik kajian desa secara
partisipatif.

4.

Berikan kesempatan mereka mempresentasikan hasil diskusinya.

5.

Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya untuk menanggapi atau memberikan saran dan
masukan.

85

6.

Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok.

7.

Selanjutnya untuk perencanana program kerja ajak peserta mendiskusikan kembali pokok-pokok
permasalahan hasil kajian desa yang telah dilakukan sebelumnya.

8.

Diskusi dilakukan dalam kelompok tentang perencanaan program kerja., serta perencanaan
monitoring dan evaluasinya.

9.

Presentasikan hasil diskusi

10. Berikan kesempatan untuk saling memberikan tanggapan.


11. Tayangkan materi perencanaan program kerja secara partisipatif.
12. Tutup sesi dengan applaus bersama

86

BAHAN BACAAN

PRA SEBAGAI PERENCANAAN PARTISIPATIF


Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah salah satu tahap dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian atau
Pemberdayaan Masyarakat (PM) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a) Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat
b) Pengembangan Kelompok
c) Penyusunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan
d) Monitoring dan Evaluasi
Kajian PRA dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dan percaya diri masyarakat
dalam mengidentifikasi serta menganalisa
situasinya,
baik
potensi
maupun
permasalahannya. Ini sangat berbeda
dengan pendekatan 'top-down' yang
sering dipakai oleh lembaga-lembaga
yang mengumpulkan informasi untuk
kelancaran program mereka. Dalam
program begitu, lembaga menentukan apa
akan dikerjakan dalam suatu wilayah.
Masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan apapun. Dalam Kajian Keadaan
Pedesaan Partisipatif justru masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil analisa
sendiri untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan mandiri.
Dalam hal ini juga diharapkan masyarakat mampu menyampaikan hasil
perencanaannya kepada instansi terkait yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif (PRA) adalah tahap pertama dalam siklus
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kajian, masyarakat akan masuk
tahap perencanaan kemudian pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi. Setelah itu, mereka
lanjutkan dengan ulang mengkaji sebagai dasar untuk rencana baru.
Keluaran Kajian PRA adalah gambaran tentang:

potensi sumber daya alam yang dimiliki masyarakat, termasuk sistem usaha tani

potensi sosial masyarakat;

potensi perekonomian masyarakat;

87

potensi lembaga atau kelompok kegiatan yang ada, latar belakangnya, strukturnya,
kegiatannya dan lain-lain (termasuk lembaga pelayanan, baik pemerintah maupun
non-pemerintah);

masalah-masalah masyarakat;

prioritas dan penyebab masalah;

peluang-peluang pengembangan.
Hasil ini merupakan dasar untuk tahapan
proses Pemberdayaan Masyarakat berikut yaitu
pembentukan dan pengembangan kelompok
dan penyusunan dan pelaksanaan rencana
kegiatan oleh masyarakat.

Selain
sebagai
dasar
pemberdayaan
masyarakat, hasil Kajian PRA, khususnya
masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat dapat digunakan oleh Dinas serta instansi lain untuk mengembangkan pelayanan
serta program yang lebih tanggap kebutuhan masyarakat.
Sebenarnya sudah banyak lembaga atau instansi yang menggunakan teknik PRA dalam
rangka penyusunan rencananya karena ditunjuk dalam Juklak. Namun kenyataannya PRA
tersebut hanya dijadikan 'alat' untuk menyiapkan suatu proyek dengan tujuan-tujuan
tertentu. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip PRA dalam rangka pemberdayaan
masyarakat. PRA harus diterapkan sesuai dengan prinsip-prinsip pemberdayaan.
Dalam hal ini Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif berfungsi sebagai tahap Identifikasi
Kebutuhan Masyarakat dalam proses Perencanaan dalam instansi, baik pemerintah maupun
non pemerintah. Tim Fasilitator, Instansi-instansi Pemerintah dan pihak lain, perlu memikirkan
tentang alur informasi agar permasalahan dan kebutuhan masyarakat dapat disampaikan ke
Instansi. Kalau informasi tersebut tidak disampaikan ke instansi, pelayanan tidak dapat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Konsep Dasar PRA
Kajian PRA dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi atau didampingi oleh Tim PM. Dalam
Kajian PRA diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berdiskusi dan berbagi
pengalaman dan pengetahuannya.
Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan secara partisipatif, adalah
'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik dan alat yang
mendorong masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisa
pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat
rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar
memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan
program pengembangan.
PRA terdiri dari sekumpulan teknik atau alat yang dapat dipakai untuk mengkaji keadaan
pedesaan. Teknik ini berupa visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh masyarakat

88

sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan mereka sendiri
serta lingkungannya. Beberapa teknik yang terkenal meliputi:

Pemetaan desa

Kalender musim

Transek (penelusuran desa)

Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan)

Bagan perubahan dan kecenderungan

Diagram alur
Teknik-teknik PRA sudah lebih
banyak dari pada yang disebut di
atas. PRA biasanya sudah diawali
dengan
proses
sosialisasi
Pemberdayaan Masyarakat. Penting
sekali bahwa masyarakat serta aparat
desa telah memiliki pengertian yang
baik terhadap pendekatan partisipatif
ini.

Kualitas informasi yang digali dengan


PRA
biasanya
tinggi,
namun
kuantitatif kadang-kadang kurang
tepat. Walaupun kita tidak tahu
apakah informasi seratus persen benar, yang penting bahwa informasi itu cenderung
mendekati kebenaran. Untuk itu, dimanfaatkan prinsip triangulasi atau pengecekan kembali
dan pemeriksaan ulang.
TRIANGULASI
Dalam kajian informasi tidak semua sumber informasi senantiasa bisa dipercaya
ketepatannya. Untuk mendapatkan informasi yang benar bisa diandalkan dengan
menggunakan prinsip 'triangulasi' informasi, yaitu pemeriksaan dan periksa ulang, melalui:
a. Keragaman Teknik PRA
Setiap teknik PRA punya kelebihan dan kekurangan. Tidak semua informasi yang
dikumpulkan dan dikaji dalam satu teknik PRA dapat dipercaya. Melalui teknik-teknik
lain, informasi tersebut dapat dikaji ulang untuk melihat apakah benar dan tepat.
Karenanya kami perlu melihat bagaimana teknik-teknik PRA dapat saling melengkapi,
sesuai proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan.

89

b. Keragaman Sumber Informasi


Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang
kompleks dan memiliki berbagai kepentingan yang
sering berbeda bahkan bertentangan. Informasi yang
berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang
diwarnai oleh kepentingan pribadi. Karena itu sangat
perlu mengkaji silang informasi dari sumber informasi
yang berbeda. Dalam melaksanakan PRA perlu
diperhatikan bahwa tidak didominasi oleh beberapa orang atau elit desa saja tetapi
melibatkan semua pihak, termasuk yang termiskin dan wanita. Sumber Informasi lain
juga dapat dimanfaatkan seperti sumber sekunder yang berada di desa.
c. Keragaman Latar belakang Tim Fasilitator
Fasilitator PRA biasanya punya latar belakang atau
keahlian khusus. Selalu ada resiko bahwa dia
mengutamakan 'keahlian' dia sendiri (bias), walaupun
sering kali kami tidak sadar. Untuk menghindari
bahwa kepentingan fasilitator akan menentukan
temuan PRA, lebih baik membentuk Tim 'multidisiplin' atau 'Polivalen', yaitu suatu tim yang terdiri
dari orang dengan latar belakang, keahlian, jenis
kelamin yang berbeda.
Prinsip-prinsip PRA
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
5. Prinsip santai dan informal
6. Prinsip triangulasi
7. Prinsip mengoptimalkan hasil
8. Prinsip orientasi praktis
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
10. Prinsip belajar dari kesalahan
11. Prinsip terbuka
Peran orang atau tim luar, yang berasal dari lembaga atau instansi, terbatas sebagai fasilitator
proses PRA. Hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena masih sering ada anggapan bahwa

90

masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu perlu sikap rendah hati serta kesediaan
untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai pelaksana dan
nara sumber utama dalam memahami keadaannya.

Kelemahan dalam penerapan PRA


1. Sangat tergantung ketrampilan dan sikap fasilitator
2. Keterpakuan pada kegiatan menerapkan teknik dan lupa bahwa sebenarnya teknik
PRA hanyalah alat dalam proses pengalihan ketrampilan analisis kepada masyarakat
3. Kehilangan arah dan dangkal (banjir informasi)
4. Kembali melakukan penyuluhan satu arah (kebiasaan dahulu)
5. Karena sifat PRA terbuka, muncul beda pendapat dan bisa menyebabkan konflik
6. Menanggpa PRA sebagai 'resep' (pendekatan fleksibel dan terbuka)
7. Terpatok pada waktu (perlu waktu, jangan berburu-buru)
8. Merancang PRA dengan biaya mahal (walaupun teknik-teknik sederhana)
9. Masih mengutamakan target
10. PRA menjadi rutinitas
11. Masyarakat masih sebagai obyek
12. Mengatasnamakan PRA (walaupun melakukan RRA)
13. Mengecewakan Masyarakat

91

Tahapan dalam proses kajian PRA meliputi:


Persiapan desa bersama wakil masyarakat (pimpinan, tokoh-tokoh dan / atau koordinator
setempat):

Menentukan tempat;

Menentukan waktu;

Mengumumkan kepada masyarakat;

Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang diperlu;

Persiapan dalam tim:

Menentukan informasi yang akan dikaji;

Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai;

Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media;

Membagi peran dalam Tim PM;

Melakukan kajian keadaan: Kegiatan PRA:

Ulang menjelaskan maksud dan tujuan PRA

Menyepakati waktu dan kegiatan / teknik yang akan dilakukan

Membina suasana

Menjelaskan teknik PRA dalam sub kelompok

Melalukan teknik PRA

Diskusi umum (pembahasan keadaan)

Pembuatan gambar (visualisasi)

Diskusi lebih lanjut (analisa masalah dan potensi)

Presentasi dan diskusi

Perumusan hasil PRA


Lokakarya / Musyawarah Masyarakat:

Mempresentasi semua hasil PRA;

Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk mempertajam temuan;

Penyusunan hasil akhir analisa kajian potensi, kesempatan, masalah dan kemungkinan
pengembangan program oleh masyarakat
Persiapan Desa
Persiapan desa adalah tahap yang sangat penting untuk kelancaran proses pelaksanaan
kajian. Persiapan sebenarnya sudah diawali dengan proses sosialisasi. Diharapkan bahwa
masyarakat sudah memahami maksud dan tujuan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat.
Juga diharapkan bahwa ada kepercayaan, keterbukaan dan suasana yang akrab di antara

92

masyarakat dan Tim PM. Salah satu tahap dalam sosialisasi adalah penyusunan rencana
kegiatan PRA. Dalam rencana tersebut sudah tercapai kesepakatan tentang:
Tempat
Biasanya masyarakat sendiri mengatur penyediaan
tempat tersebut.
Yang perlu diperhatikan meliputi:
a. Luasnya tempat cukup untuk semua peserta
b. Tempat sesuai kondisi cuaca
c. Tempat mudah dicapai
d. Tempat cocok untuk teknik PRA yang dipakai.
Waktu
Waktu pelaksanaan Kajian Keadaan Pedesaan disepakati bersama masyarakat. Biasanya
masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan sepanjang hari karena harus kerja kebun atau
kerja lain.
Pelaksanaan PRA makan cukup banyak waktu dan perlu kesabaran masyarakat dan fasilitator.
Kajian Keadaan Pedesaan terdiri dari lebih dari pada satu kegiatan dan perlu beberapa
pertemuan dengan masyarakat. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan keadaan setempat
dan keinginan masyarakat.
Dua kemungkinan untuk melakukan PRA meliputi:
a. Dalam bentuk 'Lokakarya': selama beberapa hari (misalnya 3-5), kegiatan PRA
dilaksanakan
b. Sesuai kesepakatan, kegiatan PRA dilaksanakan satu kali seminggu selama beberapa
minggu (misalnya selama 5 minggu setiap hari Jum'at)
Yang penting adalah kontinuitas supaya kebosanan tidak akan muncul. Kalau dilakukan
sebagai Lokakarya, kontinuitas baik, namun biasanya suatu beban yang cukup besar untuk
hadir terus menerus. Dengan cara ini cepat
didapat hasil yang konkrit yang dapat dilanjutkan
dengan proses pengembangan kelompok serta
perencanaan kegiatan.
Kalau dilakukan bertahap, hasil agak lama. Ada
kemungkinan, muncul 'kebosanan' masyarakat
karena kegiatan tidak berguna langsung.
Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat yang baik
bisa menghindari kebosanan ini. Kalau dilakukan
bertahap harus diperhatikan bahwa kegiatan
tidak ditunda-tunda.

93

Di desa di mana kondisi sosial-budaya masyarakatnya masih kuat, tiba-tiba muncul hal-hal
yang tidak dapat direncanakan terlebih dahulu, sehingga dapat menunda jadwal kesepakatan
sehingga proses lebih lama.
Pengumuman / Undangan
Rencana pelaksanaan perlu diingatkan kepada masyarakat supaya masyarakat, termasuk
yang tidak sempat hadir pada saat sosialisasi, akan mengikuti kegiatan PRA. Perlu diingatkan
bahwa perempuan juga perlu terlibat dalam kegiatan kajian. Sering kali masalah-masalah
yang diangkat kurang peka terhadap kebutuhan perempuan dan terlalu memperhatikan pria.
Ingat bahwa dalam pengembangan masyarakat perempuan punya peran penting!
Akomodasi dan konsumsi
Karena tim fasilitator sering kali terdiri dari 'orang luar', perlu dipikirkan ketersediaan
konsumsi dan akomodasi serta biayanya.
Persiapan dalam Tim
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif seringkali difasilitasi oleh Tim Fasilitator yang dibentuk
oleh lembaga pengembang. Anggota Tim Fasilitator dapat terdiri dari orang luar (dari
lembaga pengembang) maupun orang dalam (wakil-wakil masyarakat), pria dan wanita dan
dari macam-macam disiplin/sektor. Tim Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif terdiri dari
beberapa (minimal 3) orang. Yang penting di sini adalah kekompakan Tim PM yang
merupakan penentu dari kelancaran proses kajian.
Persiapan tim tersebut sangat penting untuk kelancaran
pelaksanaan di Pedesaan. Persiapan yang baik tidak
menimbulkan kebosanan masyarakat, konflik di antara
fasilitator dan kebingungan masyarakat. Isu-isu penting
yang dibahas pada persiapan tim meliputi:

Menentukan informasi yang akan dikaji

Informasi yang akan dikaji tergantung tujuan PRA. Tujuan bisa sangat umum
(pemberdayaan masyarakat) atau bisa terkait dengan suatu isu (misalnya
pengembangan peternakan atau perlindungan lahan kritis). Sesuai tujuan tersebut,
yang telah disepakati dengan masyarakat, diputuskan informasi apa akan dikaji. Tim
PM harus memperhatikan bahwa informasi yang akan dikumpul relevan dan tidak
terlalu banyak ; yang penting kualitasnya!

Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai


Berdasarkan informasi yang perlu dikaji, diputuskan teknik apa akan dipakai. Dari
pengalaman dalam pelaksanaan PRA, teknik yang seringkali digunakan untuk mulai
proses kajian meliputi pemetaan desa, kalender musim dan alur sejarah desa.

Menentukan dan menyediakan bahan pendukung dan media;


Media dan bahan pendukung tergantung teknik PRA yang dipilih. Bahan pendukung
yang bisa dimanfaatkan terdiri dari 'bahan dari luar' seperti kertas, spidol, kapur tulis
dan lain-lain. Bahan lokal yang sering dipakai merupakan batu-batuan, daun-daunan,

94

biji-bijian dan lain-lain. Pilihan bahan dan media yang cocok dan bervariasi sangat
penting untuk mengatasi kebosanan masyarakat dan fasilitator.

Pembagian Tugas dalam tim kajian kedaan pedesaan partisipatif


Untuk menerapkan PRA perlu diadakan pembagian tugas dalam tim untuk masingmasing anggota. Tugas yang biasanya perlu meliputi:
a. Pemandu diskusi / fasilitator utama membangun proses diskusi,
mendorong masyarakat untuk berdiskusi di antara mereka sendiri serta
berbagi pengalaman;
b. Pemerhati proses mendampingi dan membantu fasilitator utama dalam
memperlancar kegiatan serta menjaga proses agar tujuan akan tercapai. Dia
melibatkan peserta pasif dan mengatasi peserta yang terlalu dominan (dengan
cara yang halus!!)
c. Pencatat melakukan pencatatan sebagai dokumentasi proses dan hasil diskusi
secara lengkap dan obyektif;

Kegiatan PRA
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif melalui PRA adalah pendekatan di mana masyarakat
berbagi pengetahuan dan pengalamannya serta menganalisa. Oleh karena itu, PRA
membutuhkan lebih dari pada satu orang dan merupakan 'pendekatan kelompok'. Sering kali
10 sampai 50 orang dapat hadir pada kegiatan. Hal ini sesuai prinsip 'triangulasi'. Setelah
masyarakat sudah dikumpul kegiatan PRA dapat dimulai. Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan sebelum mulai, meliputi:

Masyarakat memahami maksud dan tujuan kegiatan

Suasana akrab dan terbuka

Adanya kesepakatan tentang waktu pelaksanaan kegiatan

Masyarakat memahami teknik PRA (bagaimana melakukan)

Adanya kesempatan untuk diskusi lebih dalam dan memberi umpan balik

Oleh karena itu, proses kegiatan-kegiatan yang berikut dapat dilakukan:

Menjelaskan kembali maksud dan tujuan PRA


Pelaksanaan PRA sesuai rencana yang telah disepakati mulai dengan ulang
menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kepada anggota masyarakat yang sempat
hadir.

Menyepakati waktu dan kegiatan / teknik yang akan dilakukan


Kemudian fasilitator bersama masyarakat menyepakati waktu dan kegiatan yang akan
dilakukan. Suatu teknik biasanya makan waktu 2 sampai 3 jam. Sesuai jumlah peserta
masyarakat dan jumlah teknik yang akan dilakukan, dibentuk sub-kelompok kerja.
Kalau lebih dari pada 25 orang hadir, sebaiknya dibagi sub-kelompok yang
menggunakan teknik yang beda.

95

Membina suasana
Untuk membina suasana yang terbuka, santai dan akrab, fasilitator dapat
menggunakan permainan atau 'icebreaker' sebelum mulai.

Menjelaskan teknik PRA dalam sub kelompok


Dalam kelompok fasilitator menjelaskan maksud, tujuan serta bagaimana pelaksanaan
eknik / kegiatan.

Melalukan teknik PRA


Masyarakat diskusi dan mengkaji keadaan mereka dengan bantuan teknik PRA yang
sudah ditentukan dan dijelaskan. Teknik adalah alat bantu, namun informasi yang
muncul dalam diskusi adalah lebih penting. Seringkali informasi diskusi kurang
terdokumentasi. Tugas pencatat dalam hal ini sangat penting. Jangan lupa mencatat
nama-nama peserta, tempat dan tanggal
pelaksanaan.
Kajian keadaan pedesaan secara partisipatif pada
umumnya mendukung masyarakat untuk
berbagi dan menganalisa pengetahuan dan
pengalamannya. Diharapkan melalui teknikteknik PRA, masing-masing anggota masyarakat
dapat
mengemukakan
pendapatnya.
Berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan
pendapat masyarakat diharapkan akan muncul suatu proses analisa keadaan. Pada
saat pelaksanaan kegiatan PRA masyarakat bersama-sama membuat teknik tertentu
dan membahas keadaannya. Pada proses ini diharapkan bahwa semua yang hadir
berperan aktif dan tidak ada dominasi oleh beberapa orang.

Tahapan pada pelaksanaan meliputi:

Diskusi umum (pembahasan keadaan)


Sebelum mulai membuat teknik PRA, suatu diskusi umum dilakukan untuk
mengarahkan kegiatan. Dalam diskusi ini dapat disepakati informasi apa yang akan
dibahas (buat daftar).

Pembuatan gambar (visualisasi)


Kalau sudah disepakati informasi apa yang perlu dibahas, masyarakat akan mulai
dengan teknik. Seringkali dipakai simbol atau tanda (misalnya batu adalah sebagai
tanda untuk rumah, biji untuk jumlah sapi dan lain-lain). Perlu ada kesepakatan
tentang simbol dulu, kemudian masyarakat sendiri menggambar atau melakukan
teknik.

Diskusi lebih lanjut (analisa masalah, potensi dan peluang)


Kalau sudah ada gambar, masyarakat mendiskusikan hasilnya dan menambah atau
merubah gambar tersebut sampai ada kesepakatan di antara anggota masyarakat.

96

BAGAIMANA MENGATASI DOMINASI?


Dominasi oleh beberapa orang sering terjadi pada saat
pelaksanaan PRA. Sering kali orang dominan ini (tokohtokoh masyarakat, aparat desa, orang yang mampu, lakilaki) tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan pendapatnya.
Demikian anggota masyarakat lain tidak dapat
kesempatan untuk ikutserta secara aktif. Untuk
menghindari dominasi, 'Pemerhati Proses' dapat mengundang orang dominan untuk
membahas beberapa aspek dalam kelompok kecil supaya masyarakat lain lebih berperan.
Informasi yang didapat dari orang tersebut biasanya sangat berguna.
Dengan demikian orang dominan tidak merasa tertinggal dan prinsip triangulasi (sumber
informasi bervariasi) tetap berlaku.

Presentasi dan diskusi


Presentasi dan diskusi merupakan tahap yang sangat penting. Setelah selesai
pelaksanaan teknik PRA, hasilnya dipresentasikan secara pleno (kepada sub-kelompok
lain). Pada tahap ini masyarakat diberikan kesempatan untuk menganalisa
keadaannya lebih dalam. Peran fasilitator dalam diskusi ini sangat penting dalam
mendorong masyarakat untuk menganalisa hasil dan mengemukakan pendapatnya.
Fasilitator dapat mengarahkan diskusi melalui pertanyaan.
Ingat enam kata bantu:
o

Apa ?

Mengapa ?

Siapa?

Kapan ?

Di mana ?

Bagaimana ?

Berdasarkan hasil pembahasan akan dibuat rencana untuk melanjutkan PRA. Yang perlu
dibahas dalam hal ini adalah informasi apa masih diperlukan. Kalau gambaran dan
pengertian tentang desa sudah cukup untuk memasukkan tahap perencanaan, akan
disepakati tentang Pengumpulan dan Perumusan Hasil PRA serta Pembahasan Ulang hasil
PRA secara menyeluruh dalam suatu seminar/musyawarah.

97

Perumusan Hasil PRA


Sebelum hasil PRA dapat disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh, semua hasil
PRA perlu dirumuskan pada suatu laporan. Kemudian suatu presentasi perlu disiapkan.
Pengumpulan dan persiapan ini biasanya dilakukan oleh Tim Fasilitator bersama beberapa
wakil masyarakat, misalnya yang aktif dalam pelaksanaan PRA. Data yang sudah terkumpul
dapat dikumpul dalam bentuk laporan atau di atas kertas besar sebagai bahan presentasi
yang dapat ditempel di desa supaya masyarakat memiliki informasi tersebut.
Isu-isu yang penting dalam laporan dan presentasi meliputi:

Gambaran umum keadaan desa (Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia, Fisik
maupun sosial)

Masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat

Potensi yang ada di desa serta peluang pembangunan

Lokakarya Musyawarah Masyarakat


Kalau masyarakat dan fasilitator sudah menyepakati
bahwa jumlah dan mutu informasi yang dikaji cukup,
hasil seluruh kegiatan Kajian Keadaan Pedesaan
dapat disampaikan kepada masyarakat dan
didiskusikan. Tujuan sesi ini adalah untuk
memberikan suatu gambaran yang lengkap tentang
hasil PRA agar masyarakat lebih mampu untuk
mengambil keputusan tentang tindak lanjut, yaitu
pembentukan kelompok dan perencanaan kegiatan.

Mempresentasi semua hasil PRA


Semua hasil masing-masing kegiatan PRA dikumpul dan dipresentasikan kepada
masyarakat. Presentasi ini disiapkan oleh wakil-wakil masyarakat dengan bantuan Tim
PM.

Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk mempertajam temuan;


Hasil didiskusikan dan dikaji ulang secara pleno atau dalam kelompok. Diskusi
difasilitasi oleh Tim PM

Penyusunan hasil akhir dan tindak lanjut


Hasil akhir analisa kajian masalah, potensi dan peluang pengembangan program oleh
masyarakat disusun bersama masyarakat. Kemudian fasilitator serta masyarakat perlu
memikirkan bagaimana kegiatan akan dilanjutkan.

Tindak Lanjut

98

Kegiatan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah dasar untuk Pembentukan Kelompok
serta Penyusunan Rencana Kegiatan Kelompok. Berdasarkan masalah dan kebutuhan yang
dihadapi oleh masyarakat, dapat dikembangkan kegiatan untuk memecahkan masalah
tersebut. Sering kali, dibentuk kelompok untuk memudahkan pencapaian tujuan bersama.
Dari Kajian Keadaan Pedesaan sering kali muncul kebutuhan pelayanan tertentu. Temuantemuan tersebut dapat memberi masukan-masukan bermutu ke instansi pemerintah maupun
non pemerintah untuk menyesuaikan atau meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.

99

MODUL10

PENGEMBANGAN DINAMIKA KELOMPOK


Tujuan
Maksud dan tujuan dari modul ini adalah
1.

Peserta mengetahui, mengenal dan memahami kelompok-kelompok yang berpengaruh di


masyarakat.

2.

Peserta mampu membangun dinamika kelompok-kelompok yang ada di masyarakat untuk


memberdayakan masyarakat.

3.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

Waktu

1.

Mengenali kelembagaan yang ada


di dalam masyarakat

Ceramah dan Curah Pendapat


dan Diskusi Umum

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

60

2.

Menentukan peran dan fungsi


kelembagaan masyarakat.

Ceramah dan Diksusi Kelompok

Materi LCD, kertas


plano,spidol, lembar analisis

60

Total

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :
1.

mengenali kelompok-kelompok yang berpengaruh pada masyarakat

2.

membangun dinamika kelompok dalam masyarakat sesuai dengan peran dan pengaruh kelompok
yang ada di masyarakat.

Langkah-Langkah Fasilitasi
1.

Fasilitator membuka sesi dengan salam dan menjelaskan maksud dan tujuan pokok bahasan yang
akan disampaikan.

2.

Tanyakan kelompok/ kelembagaan apa saja yang ada di desa yang berpengaruh dalam
pemberdayaan masyarakat.

3.

Hasil jawaban akan bervariasi sesuai pengalaman peserta, Rangkum jawaban peserta

4.

Jelaskan eknik-teknik pengkajian kelompok/ kelembagaan masyarakat dengan Diagram Venn.

5.

Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan peran dan pengaruh
kelembagaan masyarakat dengan Diagram Venn.

6.

Berikan kesempatan mereka mempresentasikan hasil diskusinya.

100

7.

Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya untuk menanggapi atau memberikan saran dan
masukan.

8.

selanjutnya Rumuskan bersama dinamika yang mendukung peran kelembagaan untuk


pemberdayaan masyarakat.

9.

Tutup sesi dengan applaus bersama

Bahan bacaan

KAJIAN KELEMBAGAAN DESA


Sadar atau tidak, selama ini dalam masyarakat banyak lembaga lembaga lokal yang
dibentuk oleh pemerintah, bukan atas kehendak warga.Walaupun di beberapa tempat
terdapat lembaga tradisional yang tumbuh atas inistaif warga.
Pertanyaannya

: lembaga seperti apakah yang dapat efektif memberikan kontribusi


untuk

pengambilan

keputusan

dalam

upaya

penanggulangan

kemiskinan ? .
Berdasarkan kepada permasalahan kemiskinan yang dibahas dalam refleksi kemiskinan
lembaga lembaga yang diharapkan adalah yang mampu menerapkan nilai nilai luhur
kamnusiaan dan kemasyarakatan. Artinya keputusan yang diambil haruslah keputusan yang
adil, dan pengambilan keputusannya dilandasi prinsip prinsip partisipasi, demokrasi,
transparan dan akuntabel.
Kajian bagan lembaga pengambil keputusan dilakukan untuk kepentingan di atas dalam
keseluruhan proses Pemetaan Swadaya.
Jenis Informasi yang dikaji
Informasi yang dikaji yaitu jenis-jenis Lembaga yang merupakan lembaga pengambil
keputusan di Kelurahan/Desa dampingan
Aspek aspek kajian meliputi, antara lain :

Jenis jenis Lembaga pengambil keputusan

Manfaatnya bagi masyarakat

Proses pembentukannya

Proses pengambilan keputusan (kebijakan)

Cara cara pemilihan pemimpinnya

Tipe kepemimpinan

101

Sumber informasi :
Informasi tentang berbagai lembaga yang ada didapat dari warga masyarakat dan aparat
kelurahan
Tujuan kajian :

Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai berbagai lembaga yang ada dalam


pengambilan keputusan khususnya yang menyangkut penaggulangan kemiskinan.

Mendapatkan pemikiran tentang jenis kegiatan yang layak dan dapat dikembangkan
di masa yang akan datang.

Langkah langkah
Persiapan :
Pengetahuan awal pemandu mengenai lembaga lembaga masyarakat dan organisasi
masyarakat warga , serta prinsip prinsip good governance akan sangat membantu dalam
mengajukan pertanyaan pertanyaan kritis yang tepat untuk memandu diskusi. Karenanya
sebaiknya data sekunder tentang mata pencaharian dikaji, juga akan membantu apabila
pemandu telah mengamati lingkungan dan kegiatan kegiatannya.
Pelaksanaan

Terangkan maksud dan proses pelaksanaan kegiatan

Ajak masyarakat untuk mendiskusikan jenis jenis lembaga yang ada di wilayahnya.
Mintalah peserta untuk menuliskan semuanya di dalam kertas besar (plano) yang
ditempel di dinding. Bisa juga dengan menuliskan setiap jenis pekerjaan ke dalam
kartu kartu. Apabila ada peserta yang buta huruf, maka pengembangan media
dengan gambar bisa dilakukan.

Bahas, berbagai keadaan lembaga tersebut, antara lain :


Bagaimana proses pembentukannya
Bagaimana proses pemilihan pemimpinnya
Keputusan (aturan) apa yang dikeluarkan ?
Bagaimana proses pengambilan keputusan (pembuatan kebijakan) nya?
Bagaimana tipe kepemimpinannya ?
Bagaimana manfaatnya bagi masyarakat ?.

102

Setelah cukup tergambarkan, sepakatilah bersama peserta :


Jenis-jenis lembaga yang akan dicantumkan ke dalam bagan serta diskusikan
lebih lanjut.
Simbol topik topik bahasan yang dicantumkan ke dalam bagan
Simbol untuk memberi nilai.

Mintalah masyarakat untuk membuatkan bagan di atas kertas besar yang


ditempelkan di dinding beserta topik-topik informasi sesuai dengan hasil diskusi.

Cantumkan simbol dan artinya di sudut kertas, serta keterangan lain untuk memahami
bagan

Jika bagan lembaga selesai hasilnya dibahas kembali untuk melihat kemungkinan
terjadi koreksi atau penyempurnaan. Diskusikan lebih lanjut bagan tersebut, terutama
mengenai masalah masalah yang dihadapi termasuk potensi potensi
pengembangan

Catatlah seluruh masalah, potensi dan informasi yang muncul dalam diskusi dengan
cermat (tugas Tim PS yang menjadi pencatat proses dan hasil diskusi)

Cantumkan nama nama atau jumlah peserta, nama pemandu, tempat dan tanggal
pelaksanaan.

Contoh Diagram Venn :

103

MODUL 11

PENGEMBANGAN KERJASAMA
Tujuan
Peserta memahami konsep kerjasama dalam masyarakat
Peserra mampu membangun kerjasama dengan masyarakat

Ringkasan Modul
No

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Konsep kerjasama

Curah pendapat, diskusi

Paparan

30

Game kerjasama

Permainan dan diskusi

Alat permaianan, Lembara


RTL, hand out RTL.

60

Total

120

Langkah langkah Fasilitasi


1. Fasilitator memperkenalkan diri kepada peserta dengan menyebutkan nama, alamat,
dan pekerjaan.
2. Tanyakan kepada peserta apakah ada yang ingin diketahui lagi dari fasilitator.
3. Fasilitator mencoba menyebut beberapa nama peserta untuk menghidupkan suasana
saling mengenal dan terbuka.
4. Fasilitator memperkenalkan materi yang akan disampaikan dengan menyebutkan
judul pokok bahasan, tujuan, metode, dan waktu.
5. Tanyakan kepada peserta apakah sudah memahami profil pokok bahasan yang akan
disampaikan
6. Fasilitator menyampaikan pengantar materi dengan mensitir materi sebelumnya
untuk menyimpulkan bahwa dalam kehidupans sehari-hari masyarakat diperlukan
kerja sama
7. Fasilitator menanyakan perbedaan kerja sama dengan sama-sama kerja untuk
memancing pemahaman awal peserta tentang kerja sama. Pertanyaan ini bisa
diperkaya oleh fasilitator dengan memberikan contoh-contoh kegiatan yang
menunjukkan kerja sama dan sama-sama kerja.
8. Fasilitator menjelaskan aturan Permainan Segitiga Berantakan. Hal yang perlu
ditekankan adalah: Pertama, keterkaitan rencana permainan dengan materi yang
dibahas. Kedua, aturan permainan. Fasilitator meminta bantuan ketua kelas membagi

104

peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil sesuai kebutuhan.


peserta untuk menjadi pengamat permainan.

Sisakan beberapa

9. Peserta melakukan permainan Bujur Sangkar Berantakan dengan diamati oleh


fasilitator dan beberapa peserta yang menjadi pengamat.
10. Fasilitator memfasilitasi proses curah pendapat dari peserta tentang permainan yang
baru saja dilakukan. Pertama minta dulu komentar peserta, baru kemudian komentar
para pengamat.
11. Fasilitator menstrukturkan isi curah pendapat dengan melemparkan pertanyaan yang
berkaitan dengan tujuan materi
12. Fasilitator melakukan evaluasi dengan melempar pertanyaan kepada beberapa
peserta untuk menjawab pertanyaan seperti tercantum pada tujuan materi.

Aturan Permainan
1.

Setiap kelompok akan menerima 5 sampul tertutup, Masing-masing amplop berisi


potongan-potongan berbagai bentuk.

2.

Menyusun lima buah bujur sangkar sama besar yang masing-masing bujur sangkar
dihasilkan oleh masing-masing anggota.

3.

Tidak boleh berbicara.

4.

Tidak boleh minta kepingan temannya, baik dengan berbicara maupun dengan isyarat
(tanda).

5.

Tidak boleh mengambil kepingan temannya.

6.

Tidak boleh membantu menyusunkan bujur sangkar temannya.

7.

Boleh memberi kepada temannya, dan yang diberi harus menerima.

8.

Kalau memberi harus jelas, kepada siapa, jangan hanya diletakkan di tengah-tengah.

9.

Mulai bekerja kalau sudah diberi tanda.

10.

Setelah selesai sempurna, tepuk tangan, berteriak Hidup PSP3!!!

TUGAS PENGAMAT
Amatilah, catatlah dan laporkan apa yang terjadi dalam kelompok yang anda amati selama
permainan berlangsung :
1. Adakah anggota kelompok yang melanggar peraturan ? Peraturan mana yang
dilanggar ? Menurut saudara kenapa peraturan itu dilanggar ?
2. Adakah yang suka memberikan kepingannya kepada teman lain ?
3. Adakah yang telah selesai membentuk bujur
memperdulikan kesibukan dan kesulitan orang lain ?

sangkarnya,

lalu

tidak

105

4. Adakah yang sulit membentuk bujur sangkarnya sehingga menjadi gelisah,


bingung, putus asa ?
5. Adakah anggota yang menumpuk banyak potongan dan tidak mau memberi
kepada teman lain lagi ?
6. Adakah anggota yang tidak mempunyai potongan sama sekali sehingga
menganggur ?

Bahan Bacaan 1:

TUJUH CARA MEMBANGUN KERJASAMA


oleh Dwi Wahyu Arif Nugroho
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri. Kita membutuhkan
orang lain. Orang lain akan menutupi kelemahan atau menambah
kekuatan kita. Namun untuk membangun hubungan kerjasama dengan
pihak lain bukanlah perkara mudah. Tidak jarang kita gagal
membangun hubungan karena kita tidak siap.
Ini mungkin beberapa cara membangun hubungan kerjasama dengan
pihak lain :
1. Tentukan tujuan; Tentukan dengan jelas mengapa Anda harus bekerjasama. Apa
yang Anda dapatkan? Apa yang bisa Anda berikan? Saat Anda bisa menjawab
pertanyaan ini Anda bisa mencari pihak yang tepat untuk diajak kerjasama. Hal ini
akan membuat Anda lebih efeketif dan focus pada tujuan Anda.
2. Siapakan profil; Siapkan beberapa materi tentang Anda. gali latar belakang Anda
buat menjadi sebuah cerita tentanga Anda (atau organisasi Anda). temukan hal-hal
menarik. Orang biasanya menyukai cerita. Hal ini cukup menarik ketika Anda mulai
menceritakan Anda itu siapa.
3. Buat kesan positif; Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda
begitu kiranya sebuah tagline sebuah brand terkenal. Kesan pertama memang sangat
penting. Banyak orang tidak punya banyak waktu. Berikan kesan positif yang apa
adanya. Jangan berlebih-lebihan. Hal ini bisa merusak hubungan dikemudian hari.
4. Fokus pada kualitas bukan kuantitas; Anda bileh membuat sebanyak mungkin
jaringan kerjasama. Namun anda harus bisa memlih prioritas mana yang bisa anda
bangun kualitas hubungannya. Cari yang benar-benar Anda butuhkan dan
memberikan manfaat lebih banyak. Sesuaikan juga dengan kondisi Anda.
5. Hargai pendapat dan kebiasaan mereka; Setiap orang (atau organisasi) mempunyai
kebiasaan dan budaya sendiri. Hargai pendapat atau kebiasaan mereka. Jangan
pernah membandingkan dengan orang atau organisasi lain yang Anda anggap lebih
baik. Sadarilah setiap orang atau organisasi mempunyai keunikan sendiri.

106

6. Tunjukan antusiasme; Tunjukan bahwa anda sangat senang bisa mengenal orang
atau organisasi tersebut. Lakukan dengan tulus. Cobalah untuk memahami dan
mengenal mereka secara mendalam lebih dahulu. Orang akan lebih senang bila orang
lain mengenal dan mau memahami mereka.
7. Tawarkan bantuan; Jangan ragu untuk menawarkan bantuan. Jika Anda memang
merasa sanggup untuk membantu, mengapa Anda menunggu mereka meminta?
Bersikaplah proaktif. Bantuan yang Anda berikan pasti kembali pada Anda suatu saat
nanti.

Bahan Bacaan 2 :
TEORI KERJASAMA DAN PERSAINGAN KELOMPOK
Oleh: Lukita
KONSEP KELOMPOK SOSIAL
Kelompok sosial menurut pengertian sosiologis adalah kumpulan individu-individu yang
mempunyai hubungan dan saling berinte-raksi satu sama lain, dimana didalamnya terdapat
ikatan perasaan yang relatif sama. Sedangkan dalam pengertian umum kelompok merupakan
golongan, kelas, lapisan atau kumpulan manusia yang dibatasi oleh ciri, kondisi dan
kesamaan kepentingan tertentu. Soedjono Dirdjosisworo (1985) menyebutnya sebagai
kesatuan-kesatuan yang menunjukkan satu kumpulan manusia (a human agregate), yaitu
sejumlah orang yang mempunyai kepentingan yang sama. Pengertian semacam ini tidak
menjadi masalah jika digunakan untuk percakapan sehari-hari, sepanjang masing-masing
pihak dapat memahami pokok percakapan itu. Akan tetapi pengertian terakhir ini bisa
menimbulkan kesulitan jika percakapan dimaksudkan menelaah seluk beluk kelompok
manusia itu sendiri secara lebih luas.
Dalam mempelajari kelompok manusia secara sosiologis tentu banyak variasi yang perlu
diperhitungkan, seperti kuantitas keanggotaan, aktivitas anggota kelompok, hubunganhubungan antar individu, faktor pengikat para anggotanya, kepentingan-kepentingan, saling
ketergantungan, dan ukuran-ukuran perilaku atau normanorma yang sama-sama dipatuhi.
Mayor Polak (1979) mendefenisikan kelompok sebagai Group atau kelompok, yaitu
sejumlah orang yang ada antar hubungan satu sama lain dan antar hubungan itu bersifat
sebagai sebuah struktur. Pendapat tersebut pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa betapa
penting faktor hubungan atau interaksi dalam suatu kelompok sosial, karena sekumpulan
orang tanpa ikatan hubungan satu sama lain belum dapat disebut sebagai kelompok. Begitu
juga dengan terbentuknya suatu kelompok sangat tergantung pada perkembangan jalinan
hubungan antara individuindividu sebagai anggotanya. Dalam dunia sosiologi kelompok
merupakan organisasi dari dua atau lebih individu yang bersatu atas dasar ikatan-ikatan
ketergantungan masing-masing dengan standar ukuran perilaku yang relatif sama.
Tipe kelompok yang termasuk dalam kajian kelompok sosial murni, misalnya Keluarga, orang
Indonesia, kelompok-kelompok etnis, kelompok profesi, dan lain-lain perkumpulan yang
pada hakekatnya mengandung hubungan sosial primer, dimana didalamnya terdapat

107

ketergantungan atas kepentingan bersama. Ciri yang paling penting di sini adalah sifat
hubungannya yang intim dan terdapat ikatan yang disadari sebagai satu perasaan pemilikan
bersama yang kuat.
PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam
memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah
kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota
(siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan
(konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti
pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri
demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam
kelompok mudah terjadi.
KERJASAMA
Sargent dalam Santosa (1992:29) menyatakan bahwa kerjasama merupakan usaha
terkoordinasi di antara anggota kelompok atau masyarakat yang diarahkan untuk mencapai
tujuan bersama. Lebih lanjut Santosa (1992: 29-30) menyatakan bahwa kerjasama adalah
suatu bentuk interaksi sosial di mana tujuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat
dengan tujuan anggota kelompok yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan
sehingga seseorang individu hanya dapat mencapai tujuan bila individu lain juga mencapai
tujuan.
Bila tipe interaksi ini berkembang di antara anggota tani maka kelompok dapat diduga
bahwa para petani akan saling membantu, saling mendukung, saling memberi/menerima,
saling bergantung, dan saling memotivasi satu sama lain untuk maju. Inovasi yang ada
dengan mudah menyebar di antara mereka, karena para petani mempunyai kepentingan
yang sama yaitu ingin maju, sehingga mereka akan berupaya untuk saling berkoordinasi dan
saling berkomunikasi dalam rangka lebih mengenal, memahami dan menguasai inovasi yang
diperkenalkan pada mereka. Dalam setiap atau kelompok masyarakat selalu saja ada orang
yang lebih dahulu memiliki informasi teknologi baru dan lebih maju (perintis, pelopor)
(Arintadisastra, 1997: 118). Dengan pola interaksi kerjasama yang berkembang dalam
masyarakat, mereka ini secara sadar atau tidak dapat memajukan anggota lainnya. Pada
umumnya, tipe interaksi ini yang paling banyak dijumpai pada masyarakat petani di
Indonesia, karena masyarakat petani Indonesia secara kultural dan historis memiliki jiwa
gotong royong dan kerjasama.
Sikap kerjasama dalam kelompok merupakan perpaduan dari sikap individu yang terbentuk
berdasarkan komitmen bersama yang diwujudkan berupa satu sikap dan perilaku kelompok
sesuai dengan karakteristik dari pada sikap dan perilaku individu. Sikap dan perilaku
kelompok ini akan baik dan mendukung jalannya adalah :

108

Ada kejelasan visi dan misi kelompok yang dilahirkan secara bersama.

Ada Partisipasi individu dalam kelompok.

Ada pengaruh dalam pembuatan keputusan.

Ada berbagi informasi.

Seringnya terjadi interaksi antar anggota kelompok.

Sikap kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting bagi para wirausaha untuk
menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif. Karakteristik-karakteristik pribadi dari anggota
kelompok yang baik meliputi:
1. Kesetiaan
2. Kesopanan
3. Kesabaran
4. Semangat
5. Optimis
6. Komunikasi
7. Kemampuan untuk menyetujui
8. Dapat diandalkan
9. Ketepatan waktu
10. Keberhati-hatian
11. Humoris
Agar mekanisme kerja kelompok menjadi lancar dan terarah, masing-masing kelompok
hendaknya mempunyai pengurus kelompok yang terdiri atas: ketua kelompok, sekretaris
kelompok dan kalau perlu bendahara kelompok. Dalam mengembangkan sikap kerjasama
kelompok yang kreatif dan inovatif seorang pengusaha perlu mengkaji secara komprehensif
tujuan kerjasama kelompok yang dibentuk agar sesuai dengan visi dan misi pengusaha.
Dengan demikian, kelompok harus mempunyai satu visi untuk memberikan fokus dan
pengarahan pada energi kreatif. Contoh, kelompok penilaian (evaluation team) di tingkat
pengusaha harus memiliki visi yang jelas, dianut bersama, dirundingkan, bisa dicapai dan
melibatkan personil yang profesional dalam bidangnya. Kelompok tersebut harus dapat
memberikan inspirasi bagi anggota kelompok untuk menyumbangkan hasil pemikirannya
bagi kepentingan pengusaha.
Bekerja sama dalam satu tim memang membutuhkan kekompakan dan kerja sama yang
solid. Tapi meski demikian, anda juga dituntut untuk mandiri di dalam kelompok. Artinya,
walau kerja tim, anda tidak boleh hanya mengandalkan bantuan dan pertolongan rekan satu
tim. Anda tetap harus memberikan kontribusi pribadi bagi kepentingan kelompok. Menjadi
mandiri dalam kelompok kerja sama, dapat diupayakan dengan berbagai cara:
1. Inisiatif. Bekerja sama bukan berarti anda cukup menunggu perintah ketua
kelompok. Kalau perlu lakukan apa saja yang dapat anda perbuat untuk kelompok
tanpa menanti perintah. Tentu saja asal anda tahu batas inisiatif yang jelas. Selain itu,

109

jangan ragu untuk menawarkan bantuan pada rekan yang membutuhkan bantuan
anda. Jangan lupa, inisiatif juga merupakan bagian dari kontribusi pada kelompok.
2. Jangan tergantung. Jangan biasakan sifat ketergantungan di dalam kelompok.
Tanamkan bahwa anda juga harus berbuat sesuatu untuk kelompok. Nggak perlu
cemas dan takut jika salah satu anggota tim tidak hadir. Bahkan seandainya ketua tim
berhalangan, anda tidak boleh kehilangan semangat untuk bekerja sama.
3. Kembangkan diri. Jangan menganggap bahwa nama anda akan ikut terangkat meski
anda malas-malasan dalam kelompok, sementara yang lain bekerja keras. Jangan
lupa, walau kerja tim, masing-masing anggota kelompok juga memiliki nilai tersendiri.
Karena itu jangan mengandalkan kerja keras rekan lain. Sadarlah bahwa anda juga
perlu mengembangkan diri di dalam kelompok. Buka mata dan telinga anda terhadap
segala bentuk informasi yang bersifat membangun. Perkaya wawasan dan
pengetahuan anda, ini berguna untuk kontribusi bagi kelompok.
4. Kesempatan berharga. Tanamkan pada diri anda bahwa bekerja dalam tim
merupakan kesempatan berharga untuk banyak belajar. Pelajari hal-hal baru di dalam
kelompok, yang tak anda temui jika anda bekerja sendiri. Dengan demikian anda
dapat lebih mandiri untuk melakukan sesuatu di dalam tim.
Walau masing-masing anggota kelompok merupakan pribadi yang mandiri dalam kelompok
kerja sama, iklim saling menjatuhkan harus dibuang jauh-jauh. Dan, anda juga perlu
menyadari bahwa antara anda dan rekan lain adalah mitra sejajar yang memiliki tanggung
jawab bersama di dalam satu tim. Tentu tujuan kelompok akan tercapai dengan baik jika
komunikasi antar individu berlangsung lancar.

110

MODUL 12

KOMUNIKASI EFEKTIF
Tujuan

Peseta mengetahui unsur unsur komunikasi


Peserta memahami faktor penghambat komunikasi
Peserta memiliki ketrampilan dalam membangun komunikasi efektif
melaksanakan tugasnya sebagai PSP3

dalam

Ringkasan Modul
No

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Unsur-unsur Komunikasi

Curah pendapat, diskusi kelompok,


paparan

Kertas plano, metaplan,


spidol

30

Faktor penghambat Komunikasi

Curah pendapat, diskusi kelompok,


paparan

Kertas plano, metaplan,


spidol

30

Praktek komunikasi

Simulasi dan diskusi kelompok

Lembar kerja komunikasi

60

Total

120

Langkah-Langkah Penyampaian
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki Tema Dasar
Dasar Komunikasi Efektif. Uraikan apa yang akan dicapai dengan modul ini, yaitu :

Peseta mengetahui unsur unsur komunikasi


Peserta memahami faktor penghambat komunikasi
Peserta memahami tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PSP3

2) Ajak peserta berdiskusi untuk memahami kenapa peserta sebagai fasilitator perlu
mengetahui dasardasar komunikasi. Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata
sendiri :
a. Unsur unsur komunikasi
b. Faktor-faktor penghambat dalam berkomunikasi
3) Beri pengantar bahwa proses komunikasi adalah proses yang biasa kita lakukan sehari hari jadi seharusnya komunikasi bukanlah hal yang sulit . Tanyakan kepada peserta,
berdasarkan pengalaman mereka betulkah komunikasi itu mudah ?
4) Ajak peserta untuk membuktikan mudah tidaknya berkomunikasi melalui permainan Mari
Menggambar. Gunakan Panduan Permainan Mari Menggambar di bawah ini

111

5) Setelah selesai permainan, ajak peserta untuk membuat menganalisis dari ketiga
permainan tersebut mana yang paling berhasil ? Tanyakan kenapa ? minta peserta untuk
menuliskan alasannya di kartu metaplan.
6) Kelompokkan kartu kartu berdasarkan gagasan yang sejenis , kemudian bahas bersama
unsurunsur komunikasi (sumber, pesan, saluran, penerima, dampak) sampai
mendapatkan pemahaman
bahwa
ada berbagai faktor penghambat dalam
berkomunikasi, dan komunikasi multi arah lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi
satu arah.
7) Berikan pencerahan sebagai berikut
Unsur-unsur komunikasi pada dasarnya adalah 5, yaitu: sumber atau pemberi pesan, pesan
yang ingin disampaikan, saluran untuk menyelurkan, penerima pesan dan dampak atau
apa yang terjadi setelah pesan diterima.
Seringkali proses komunikasi dianggap mudah, tetapi dengan pengalaman berkomunikasi
yang dilakukan lewat permainan tadi ternyata proses komunikasi tidaklah sesederhana
yang kita bayangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan PSP3 di lapangan, seringkali para
fasilitator mengalami berbagai hambatan dalam berkomunikasi, sehingga komunikasi
yang dilakukan rusak atau macet. Misalnya pada saat kita mengajak masyarakat untuk
terlibat dalam kegiatan musyawarah warga, seringkali yang kita terima adalah tatapan
mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut
memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam
berkomunikasi.
Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi terjadi karena :

Terjadi kegagalan proses decoding (pengkodean), yaitu proses menerjemahkan gagasan


ke dalam symbol symbol yang umum ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ).
Pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik penerima.
Saluran atau media yang digunakan kurang tepat.
Kegagalan penerima pesan dalam menafsirkan pesan pesan yang diterima
(encoding).

8) Ajak peserta untuk refleksi dan menganalisis hambatanhambatan komunikasi yang


mereka alami sehari hari, berdasarkan pengalaman mereka dan bagikan dengan peserta
lain.
Lampiran : Panduan

Mari Menggambar
Komunikasi Satu dan Dua Arah
Permainan ini untuk menggambarkan kepada peserta efektifitas komunikasi dua arah dan mengawali
diskusi agar peserta memahami prinsip prinsip dasar komunikasi.

112

Langkah langkah

Siapkan 3 lembar gambar bentukbentuk lingkaran, segitiga, kotak yang saling bertumpuk
(lihat gambar) dan tersimpan dalam amplop besar.

Mintalah 3 orang peserta sebagai relawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta lain diminta
menyiapkan kertas kosong dan pensil. Kumpulkan relawan secara terpisah dan berikan
penjelasan kepada ketiga relawan tersebut mengenai peran masing-masing.
- Relawan 1 : Sebagai penyiar TV dalam acara Mari Menggambar sehingga instruksinya
satu arah, pemirsa tidak dapat bertanya dan contoh gambar juga tidak ditnjukkan.
Hasilnya tentu saja pemirsa membuat gambar yang macam-macam dan tidak sama
dengan contoh.
- Relawan 2 : Sebagai guru yang otoriter dalam acara Pelajaran Menggambar yang
memberi instruksi apa yang harus digambar, memberi kesempatan bertanya tetapi tanpa
memberikan contoh-contoh, sehingga tentu saja gambar murid macam-macam dan tidak
sama dengan yang diharapkan
- Relawan 3 : Sebagai agen pembaruan dalam acara Pelajaran Menggambar yang tidak
hanya memberikan instruksi tetapi juga mendiskusikan dan memberikan contoh-contoh
sehingga hasilnya akan sama/mirip dengan yang diharapkan.

Contoh informasi dasar yang diberikan kepada peserta oleh Penyiar TV, Guru dan Agen
Pembaruan adalah :
-

Buat gambar segi-3 sama kaki di tengah kertas


Bersinggungan dengan titik sudut kiri segi tiga tersebut buatlah gambar segi-4 dalam
posisi miring ke kiri
Di atas segi-3 dan bersinggungan dgn titik sudut atas segi-3 tersebut buatlah gambar
lingkaran.
Bersinggungan dgn gambar lingkaran tersebut dibagian atas buatlah gambar segi-4
Di bawah segi-4 miring yang di bawah segi-3 buatlah gambar segi-4 dalam posisi datar
dengan ujung segi-4 miring memotong salah satu sisinya
Buatlah bayangan pada 2 sisi dari segi-4 miring dan datar yang paling bawah.

Jelaskan kepada peserta bahwa 3 orang relawan tadi adalah penyiar TV, guru dan agen
pembaruan ,

Permainan pertama seorang penyiar TV untuk acara mari menggambar, dan para peserta
adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus belajar menggambar sesuai dengan
keterangan penyiar. Karena ini acara TV, maka peserta tentu tidak dapat bertanya sementara
sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang penyiar mulai
melaksanakan acaranya.

Permainan kedua seorang guru untuk acara belajar menggambar, peserta lain adalah murid
dan diminta menyiapkan kertas kosong baru. Saat ini adalah acara pelajaran menggambar
di kelas dan relawan tadi sebagai gurunya sedangkan peserta lain sebagai murid. Caranya
sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini murid boleh bertanya, tetapi guru tetap tidak
memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang guru segera memulai pelajarannya.

Permainan ketiga tetap belajar menggambar untuk peserta pelatihan dan gurunya adalah
seorang agen pembaruan. Jelaskan bahwa relawan baru ini adalah seorang agen

113

pembaruan yang akan mengajar peserta pelatihan menggambar, dan minta peserta
menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini caranya bebas sama sekali ( boleh bertanya, boleh apa
saja, boleh juga menunjukkan contoh, terserah sang relawan dan peserta ). Kemudian minta
sang agen pembaruan mulai acaranya.

Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dan mana yang paling sesuai
dengan harapan (gambar yang telah disiapkan sebelumnya)

Ajaklah seluruh peserta kemudian mendiskusikan : mengapa hasilnya demikian. Minta mereka
mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan gambar yang dibuat lebih mendekati
harapan atau sama dengan harapan dan apa hambatannya yang menyebabkan tidak tercapai
harapan. Untuk ini dapat digunakan juga metoda Metaplan

Simpulkan bersama hasil diskusi sesuai dengan ungkapan dan analisis peserta.

Bahan Bacaan :
DASAR DASAR KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui
sebuah saluran untuk menghasilkan dampak yang diinginkan dengan menggunakan
symbol/lambing yang umum. Symbol yang digunakan bisa berupa bahasa tulisan, gambar,
musik dan sebagainya.
Unsur Unsur Komunikasi; Dalam proses komunikasi ada 5 unsur dasar yaitu : sumber
informasi (komunikator); pesan ; saluran komunikasi (media); penerima informasi
(komunikan), dampak atau akibat dan umpan balik.
1. Sumber; Adalah orang yang mula mula memberikan aksi komunikasi atau
memberikan

pesan

kepada

penerima,

pengirim

pesan

biasa

juga

disebut

komunikator. Dalam membuat pesan kepada penerima terjadi proses encoding


(pengkodean) yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol symbol yang
umum atau sudah dikenal (kata, bahasa, gambar dan sebagainya) menjadi pesan yang
mudah dipahami. Sumber informasi bisa individu/perorangan atau lembaga yang
memulai proses komunikasi.
2. Pesan; Pesan adalah informasi yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada
penerima. Pesan yang disampaikan bisa berupa pesan verbal yaitu semua jenis
komunikasi lisan yang menggunakan kata-kata, bisa juga berupa pesan non verbal
seperti bahasa tubuh (ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara
berpakaian dan sebagainya), musik tarian atau bahasa isyarat.

114

3. Saluran; Unsur ini merupakan media atau sarana yang digunakan supaya pesan
dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Saluran seringkali disebut
dengan metode komunikasi. Saluran komunikasi bisa saja sederhana, misalnya
mengunakan kata-kata/suara, tetapi juga prosesnya bisa tidak sederhana. Misalnya
kita bisa menggunakan radio untuk kampanye tingkat kota, bisa menggunakan arisan
warga untuk kampanye di tingkat RW dengan menggunakan berbagai media seperti
leaflet, kartu bergambar dan sebagainya.
4. Penerima; Adalah orang orang yang menerima pesan dari komunikator, biasa juga
disebut komunikan. Saat menerima pesan dari pengirim, terjadi proses penafsiran
kembali pesan pesan yang diterimanya yang disebut encoding. Proses decoding
sangat dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang sosial budaya dari komunikan.
5. Dampak/akibat; Dampak apa yang kita inginkan dari pesan yang disampaikan.
Apakah kita ingin meningkatkan kesadaran kelompok sasaran. Apakah kita ingin
mengubah sikap mereka. Apakah ingin meningkatkan keterampilan mereka, atau
Apakah ingin mengubah perilaku mereka ?
Umpan Balik; Umpan balik mengacu pada segala informasi yang diperoleh kembali
si pengirim pesan dari si penerima. Kegunaan umpan balik : Dapat membantu sumber
dalam menentukan keberhasilan usaha komunikasinya. Sumber dapat memperkuat
pesan atau mengubah strateginya berdasarkan umpan balik yang diterima. Dapat
digunakan untuk merencanakan program komunikasi yang lebih berhasil untuk masa
datang.
Pada saat memberikan umpan balik komunikan juga akhirnya bertindak sebagai komunikator
yang memberikan pesan kepada komunikator pertama. Sehingga komunikator dan
komunikan sebetulnya keduanya merupakan sumber informasi dan masing masing
memberi dan menerima pesan secara serentak dan pada saat yang bersamaan terjadi proses
saling mempengaruhi.

Membangun Komunikasi Yang Efektif


Banyak di antara kita menganggap bahwa komunikasi itu mudah, tetapi apakah betul
demikian ?. Hanya bila kita memasuki suatu pengalaman di mana proses komunikasi yang
kita lakukan rusak atau macet, kita baru menyadari bahwa komunikasi itu ternyata tidak
mudah. Misalnya pada saat kita mengajak tetangga kita untuk ikut dalam kegiatan rembug
warga, seringkali yang kita terima hanyalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau

115

bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan
penerima pesan dalam berkomunikasi.
Untuk mengurangi kegagalan komunikasi diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif.
Meskipun berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain cukup mudah, tetapi ada
perbedaan yang besar antara pembicaraan yang normal dan komunikasi yang terampil.
Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya dapat kita
lakukan setelah mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan perilaku orang lain dan
perilaku kita pada saat sedang berkomunikasi. Pada dasarnya bila kita menginginkan
komunikasi yang efektif kita harus memahami apa yang menjadi penyebab perilaku orang
lain. Semakin besar tanggapan positif terhadap pesan yang kita sampaikan artinya semakin
efektif komunikasi yang kita lakukan.
Cara Berkomunikasi yang Efektif ?
a) Pesanpesan akan mudah diterima apabila pesanpesan tersebut memiliki sifat sifat
atau prasyarat sebagai berikut :

Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat

Informasi yang tepat dengan keadaan mereka

Dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran

Informasi yang benar secara teknis/ilmiah

Sederhana dan mudah dimengerti

Murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya.

Yang paling penting, pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan
menekankan hal hal penting bagi mereka., bukan hal penting bagi lembaga
penyelenggara program yang menyampaikan pesan. Setiap hari, masyarakat dibanjiri
banyak pesan yang beranbekaragam. Agar pesan-pesan kita dapat menarik perhatian atau
menggugah minat kelompok sasaran kita harus mengemasnya dengan baik. Informasi yang
berguna dan sesuai terkadang tidak diperhatikan oleh masyarakat, karena disampaikan
dengan cara yang kurang tepat (misalnya terlalu menantang situasi yang berlaku ),
membosankan, atau terlalu banyak muatan teknis.
b) Memilih saluran yang tepat, dalam memilih saluran yang akan dipergunakan untuk
program komunikasi, tidaklah sesederhana memilih saluran yang satu atau yang lain. Kita
dapat mempergunakan satu atau kombinasi dari keduanya, tergantung

pada tujuan

komunikasi dengan memperhitungkan pula keunggulan dan kelemahan setiap media.

116

c) Dalam setiap komunikasi,

paling baik bila perhatian diawali dari unsur penerima

(biasanya disebut Khalayak atau Kelompok Sasaran). Kenali khalayak anda , merupakan
prinsip dasar dalam komunikasi. Pertanyaan pertama yang harus kita ajukan adalah,
siapakah khalayak kita ?. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi secara khusus dengan
siapa kita akan berkomunikasi selain dengan seseorang atau masyarakat umum, kita
sebaiknya tidak melanjutkan proses komunikasi sebelum kita memperjelas hal tersebut.
Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan
yang sesuai, memilih media yang sesuai dan menentukan saluran yang paling mungkin untuk
menjangkau mereka. Sebaiknya, kita menemukan beberapa karakteristik khalayak yang relevan
seperti data kependudukan, termasuk karakteristik mereka yang berhubungan dengan media
serta tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan topic yang ingin kita
komunikasikan.

Tahapan Komunikasi
Bagi kita yang bekerja dalam pengembangan masyarakat, kita berkomunikasi dengan tujuan
yang khusus yaitu untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
perubahan manusia, serta faktor sosial dan politik yang mempengaruhi sikap mereka. Untuk
mencapai tujuan tujuan tersebut, komunikasi yang berhasil harus melewati beberapa
tahapan. Karenanya, penting untuk mempelajari apa yang terjadi dalam setiap tahap untuk
mencegah kegagalan dalam proses komunikasi.
Menjangkau khalayak
Komunikasi tidak akan efektif kalau khalayak tidak dapat menjangkau atau mendengarnya.
Hal ini nampak sangat jelas dan masuk akal, namun banyak program gagal pada tahap
pertama tersebut. Contoh contoh pesan yang tidak menjangkau khalayak adalah :
Siaran radio yangmengudara pada waktu yang tidak tepat setiap harinya
Brosur penyuluhan yang hanya dibiarkan berdebu di sudut kantor atau diberikan pada orang
yang tidak tepat.
Mengajari orang yang sudah memahami , misalnya poster yang ditempatkan di kantor
Desa yang dibaca oleh aparat desa sudah yang paham isu yang bersangkutan, namun justru
khalayak yang ingin kita jangkau tidak pernah mengunjungi kantor Desa.

117

Menarik perhatian khalayak


Setiap komunikasi harus menarik perhatian dahulu sehingga masyarakat akan berusaha
untuk mendengarkan atau membacanya. Banyak contoh kegagalan dalam hal ini :
Masyarakat hanya melewati poster tanpa membacanya karena sebagian besar terdiri dari
tulisan (tidak ada gambar)
Di dalam kelas, ibu-ibu tidak memperhatikan karena materi yang diberikan oleh fasilitator
membosankan
Kader memindahkan atau mengganti saluran radio ke saluran lain karena materi yang
dibahas hanya berbicara tentang hal hal teknis saja
Karena penyampaian materi (isu yang controversial) kurang tepat, beberapa peserta tidak
mau mendengar lagi, Daripada kita pusing dengan konflik yang akan terjadi, lebih baik kit
tidak ikut-ikutan.

Pemahaman pesan
Masyarakat mencoba mengartikan apa yang mereka lihat atau dengan. Dalam hal ini
penafsiran setiap orang dalam komunikasi tergantung pada banyak hal. Kesalahfahaman
dapat terjadi bila :
Materi merupakan hal yang asing atau sangat baru bagi khalayak
Bahasa terlalu rumit dan istilsh istilah yang digunakan tidak biasa didengar
Gambar memuat diagram yang rumit dengan detail yang membingungkan
Informasi yang disajikan terlalu banyak/berat sehingga sulit untuk diserap
Kalimat/gambar

yang

digunakan

mempunyai

arti

luas

sehingga

dapat

memberikan/memungkinkan penafsiran lain.

Penerimaan atau penolakan pesan


Setelah proses pengolahan pesan, si penerima mungkin menerima atau menolak informasi
berdasarkan tingkat keuntungan yang disajikan atau ketidaktepatan informasi tersebut

118

dengan situasi mereka. Biasanya lebih mudah mempromosikan sesuatu karena hasilnya
mudah atau cepat untuk dilihat dampaknya, misalnya penggunaan urea agar padi atau
jagung tumbuh lebih cepat. Namun penerimaan pesan akan lebih sulit bila kita berusaha
mengubah suatu kepercayaan atau kebiasaan yang telah lama mereka anut di dalam
kehidupan mereka. Jika suatu kepercayaan telah dianut oleh seluruh masyarakat atau
merupakan bagian dari kepercayaan yang lebih mendasar seperti agama, kita dapat
memperkirakan betapa sulitnya mengubahnya, apalagi kalau kita hanya mempergunakan
metode komunikasi atau pendekatan yang tidak tepat.

Perubahan sikap/perilaku
Jika khalayak menerima informasi, penerimaan mereka dapat menjadi perubahan sikap ( yang
nantinya dapat menuju pada perubahan perilaku) sesuai dengan tujuan komunikasi kita.
Namun, meskipun telah terjadi perubahan kepercayaan atau sikap, tidak selalu otomatis
perilaku mereka berubah. Komunikator perlu mengetahui faktor penghalang yang mungkin
ada dalam perubahan perilaku, dan mencoba mengatasinya dengan baik. Tekanan yang
berasal dari orang lain dalam sebuah keluarga, masyarakat atau lingkungan dapat mencegah
seseorang untuk mengubah perilakunya.
Ada banyak contoh penerimaan pesan yang tidak dapat mengubah sikap atau perilaku
kelompok sasaran, misalnya :
Seorang pedagang setuju bahwa trotoar tidak bisa dipergunakan sebagai tempat berjualan,
karena trotoar tersebut bukan tempatnya berjualan.
Seorang bapak sadar bahwa pekerjaan di rumah (seperti mengasuh anak, memasak, dll)
memakan banyak waktu dan tenaga, namun dia tidak mau membantu isterinya karena jenis
jenis pekerjaan tersebut dianggap pekerjaan perempuan di daerahnya.

Mempertahankan atau tidak mempertahankan sikap/perilaku


baru
Jika perubahan sikap atau perilaku berpengaruh positif, seseorang mungkin akan
mempertahankan sikap atau perilaku baru tersebut. Namun jika pengalamannya negative,
mungkin perubahan sikap/perilaku tersebut tidak akan dipertahankan.

119

LEMBAR KERJA 1 :
Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan Permainan Mari Menggambar
Tugas
Peserta mengikuti Permainan Mari Menggambar
1) Permainan pertama seorang penyiar TV dalam acara mari menggambar, dan para
peserta adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus belajar menggambar
sesuai dengan instruksi penyiar. Karena ini acara TV, maka pemirsa (peserta) tentu tidak
dapat bertanya sementara sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya.
2) Permainan kedua seorang guru dalam acara belajar menggambar, peserta adalah murid
dan diminta menyiapkan kertas kosong baru. Saat ini adalah acara pelajaran
menggambar di kelas dan relawan sebagai gurunya sedangkan peserta lain sebagai
murid. Caranya sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini murid boleh bertanya, tetapi
guru tetap tidak memperlihatkan gambarnya.
3) Permainan ketiga tetap belajar menggambar untuk peserta pelatihan dan gurunya
adalah seorang agen pembaruan. Seorang agen pembaruan (relawan) akan mengajar
peserta pelatihan menggambar, dan peserta diminta menyiapkan kertas kosong baru. Kali
ini caranya bebas; boleh bertanya, boleh apa saja, boleh juga memberi contoh atau
menunjukkan contoh, terserah sang relawan dan peserta.
4) Informasi dasar yang diberikan kepada peserta oleh Penyiar TV, Guru dan Agen
Pembaruan adalah :
Buat gambar segi-3 sama kaki di tengah kertas
Bersinggungan dengan titik sudut kiri segi tiga tersebut buatlah gambar segi-4 dalam
posisi miring ke kiri
Di atas segi-3 dan bersinggungan dgn titik sudut atas segi-3 tersebut buatlah gambar
lingkaran.
Bersinggungan dgn gambar lingkaran tersebut dibagian atas buatlah gambar segi-4
Di bawah segi-4 miring yang di bawah segi-3 buatlah gambar segi-4 dalam posisi
datar dengan ujung segi-4 miring memotong salah satu sisinya
Buatlah bayangan pada 2 sisi dari segi-4 miring dan datar yang paling bawah.
5) Peserta menganalisis dari ketiga permainan tersebut mana yang paling berhasil/sesuai
dengan harapan ? Mengapa ? Apakah faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan dari
ketiga proses tersebut ? Tuliskan di kartu metaplan dgn hurup cetak.
6) Kartu metaplan yang sudah selesai ditempel di papan yang tersedia di depan. Satu atau
dua relawan maju untuk mengelompokkan kartukartu berdasarkan gagasan yang
sejenis, kemudian bahas bersama unsurunsur komunikasi (sumber, pesan, saluran,
penerima, dampak) sampai mendapatkan pemahaman bahwa ada berbagai faktor
penghambat dalam berkomunikasi, dan komunikasi multi arah lebih efektif dibandingkan
dengan komunikasi satu arah.

120

LEMBAR KERJA 2 :
Pertanyaan dan Tugas yang terkait dengan Diskusi Tata Cara Membangun
Komunikasi Yeng Efektif
Tugas
1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian tiap
kelompok melakukan pembahasan, berdasarkan pengalaman permainan tadi yang
ternyata komunikasi tidaklah mudah, bagaimana caranya membangun komunikasi yang
efektif dalam pelaksanaan PSP3 ? Tuliskan jawaban kelompok pada kertas plano.
2) Untuk pendalaman, lakukan diskusi kelompok dengan cara berputar dimana tiap peserta
menanya pertanyaan yang sama kesebelahnya dan mencatat jawaban sebelahnya.
Kemudian semua catatan tersebut di bahas dalam diskusi kelompok. Pertanyaan diskusi
adalah: Apa yang harus dipertimbangkan agar komunikasi yang kita bangun efektif ?.
Lakukan satu putaran dan bahas bersama, amati penyimpangan informasi yang terjadi
saat tiap orang menjelaskan pendapat rekan sebelahnya.
3) Kemudian tiap kelompok menyajikan hasilnya untuk dibahas dalam diskusi kelas dan
dibuat kesimpulan bersama.

121

MODUL 13

MENYUSUN PROPOSAL
Tujuan
Setelah pembahasan sesi penyusunan proposal diharapkan peserta :
1. Memahami arti penting proposal dalam kegiatan usaha atau program.
2. Mampu menyusun unsur-unsur proposal
3. Mampu menyusun proposa usaha atau proposal kegiatan.

Ringkasan Modul
No

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Pengertian dan Unsur-unsur


proposal kegiatan

Curah pendapat, diskusi kelompok,


paparan

Kertas plano, metaplan,


spidol

30

Praktek penyusunan proposal


kegiatan

Praktek penyusnan proposal

Lembar kerja

90

Total

120

Langkah-Langkah Penyampaian
1. Fasilitator mengawali sesi dengan mengajak peserta untuk curah pendapat tentang
penyusunan program/rencana kegiatan, dengan kata kunci : apa penting proposal dalam
suatu program
2. Fasilitator menyimpulkan hasil curah pendapat., dan selanjutnya buka kembali curah
pendapat tentang unsur-unsur yang harus ada di dalam sebuah proposal.
3. Fasilitator menjelaskan teknik menyusun proposal dengan menggunakan bahan
tayangan. Berikan kesempatan untuk tanya jawab agar peserta memahami konsep
tersebut.
4. Selanjutnya Fasilitator memberikan penugasan kelompok kepada peserta untuk
menyusun proposal.
5. Berikan kesempatan peserta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan
kelompok lain menanggapi presentasi tersebut. Presentasi bisa dipanelkan sesuai
dengan kesamaan topik diskusi kelompok.
6. Simpulkan hasil presentasi
7. Berikan kesempatan kembali apabila ada peserta yang ingin klarifikasi.
8.

Fasilitator menutup seluruh rangkaian sesi dengan penegasan dari hasil diskusi kelompok.

122

Bahan Bacaan

PROPOSAL USAHA
A. PENGANTAR
Penyusunan proposal adalah langkah awal keberhasilan sebuah usaha. Pada umumnya
permasalahan dan risiko yang terjadi dalam pelaksanaan suatu usaha disebabkan oleh
persiapan yang kurang matang. Sehubungan dengan hal itu maka penyusunan studi
kelayakan dianggap sangat penting. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap studi
kelayakan pada umumnya adalah :
1. Pengusaha dan investor :
a. Agar pengusaha dapat mengetahui dan meyakini kemungkinan kelayakan
rencana usahanya, sebelum dimulai pelaksanaannya.
b. Agar perusahaan mempunyai pedoman/acuan dalam menjalankan roda
usahanya,

seperti

alokasi

dana

sendiri

atau

pinjaman

dan

jadwal

pengembaliannya; komponen biaya dan penerimaan yang akan diperoleh.


c. Agar perusahaan dapat mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan merugikan
atau mengganggu jalannya perusahaan sehingga akan dapat mempersiapkan
alternatif pemecahannya.
d. Dapat menyusun usulan proyek untuk mendapatkan bantuan dana dari
partner usaha atau lembaga keuangan.
e. Bagi investor pemegang saham dapat memilih alternatif investasi dananya
pada usaha-usaha yang lebih menguntungkan.
2. Lembaga keuangan (bank, perusahaan leasing) :
a. Untuk menentukan jumlah pinjaman yang akan diberikan
b. Untuk mengetahui likuiditas dari proyek tsb, terutama dalam hubungannya
dengan kemampuan membayar kembali hutang sesuai jangka waktu yang
telah ditentukan dalam perjanjian.
3. Pemerintah :
a. Untuk mengetahui sumbangan proyek tsb terhadap ekonomi nasional dan
regional, perolehan devisa bagi negara, peningkatan penerimaan pajak,
perluasan

lapangan

kerja,

peningkatan

dan

distribusi

pendapatan.-

Mengetahui dampak proyek terhadap sumber daya alam atau lingkungan


hidup (pelestarian atau pengrusakan).
b. Mendukung kebijakan pemerintah yang dapat membantu kelancaran
pelaksanaan pembangunan proyek, pemberian subsidi, dan keringanan
lainnya serta bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan.
Proposal suatu usaha adalah suatu kegiatan analisis yang cermat,

sistematis dan

menyeluruh mengenai faktor-faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi kemungkinan

123

berhasilnya (layaknya) pelaksana gagasan suatu usaha. Dari batasan tersebut di atas,
dapat dimengerti bahwa studi tersebut harus membahas semua aspek yang dapat
menentukan layak tidaknya gagasan usaha.
B. PENGERTIAN PROPOSAL USAHA
Proposal

usaha

ialah

dokumen

tertulis

yang

disiapkan

wirausahawan

yang

menggambarkan semua unsur yang relevan, baik internal maupun eksternal, mengenai
usaha atau proyek baru, atau dapat dikatakan proposal usaha ialah dokumen tertulis
tentang rencana / proyek baru yang sedang direncanakan. Proposal usaha pada intinya
mencakup sasaran dan strategi. Sasaran adalah apa yang ingin dicapai perusahaan
sedangkan strategi adalah arah, tindakan untuk mencapai sasaran. Faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam penyusunan proposal :
a. Tujuan yang realistis; Tujuan yang hendak dicapai hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan, spesifik dan dapat diukur.
b. Fleksibilitas; Harus mudah disesuaikan dengan perkembangan usaha dan
memungkinkan munculnya alternatifstrategi yang dapat diformulasikan.
c. Batasan waktu; Sub-sub tujuan proposal usaha dibuat secara berkesinambungan
dan adanya evaluasi waktu atau kemajuan yang akan dicapai didalam usaha.
d. Komitmen; Usaha yang kita lakukan perlu mendapat dukungan dari seluruh pihak
yang terlibat.
C. MANFAAT PROPOSAL USAHA :
a. Berguna untuk membandingkan antara perkiraan dan hasil yang nyata.
b. Membantu wirausahawan untuk mengembangkan dan menguji strategi dan hasil
yang diharapkan dari sudut pandang pihak lain.
c. Sebagai alat komunikasi bagi wirausahawan untuk memaparkan dan meyakinkan
gagasannya pada pihak lain secara menyeluruh.
d. Membantu wirausahawan untuk dapat berfikir kritis dan obyektif atas bidang
usaha yang akan dimasukinya.
e. Persaingan factor ekonomi dan analisis financial yang masuk dalam subyek
proposal usaha dapat mendekati asumsi secara cermat, mengenai seberapa besar
tingkat keberhasilan dalam usaha.
Manfaat lain proposal usaha :
a. Proposal usaha dapat menjadi sebuah gambaran awal dan seberapa jauh
kemampuan managerial seorang wirausahawan
b. Dapat mengidentifikasi adanya resiko, sehingga memudahkan untuk penentuan
langkah antisipasi
c. Memberikan informasi potensi pasar
d. Memberikan sumber-sumber informasi yang jelas

124

e. Memberikan gambaran tentang kemampuan wirausahawan untuk memenuhi


kewajibannya.
Pentingnya penyusunan proposal usaha : Ada beberapa alasan penting mengapa
wirausahawan perlu menyusun proposal usaha:
a. Merupakan pernyataan calon wirausahawan sebagai pemilik dan pemegang
inisiatif dalam membuka usaha.
b. Mengundang orang-orang tertentu yang potensi untuk bergabung dan bekerja
sama.
c. Mengatur pembentukan kerja sama dengan perusahaan lain yang sudah ada dan
saling menguntungkan.
d. Bertujuan untuk menjamin adanya focus tujuan dari berbagai personil yang dalam
perusahaan.
e. Berguna untuk melakukan merger dengan perusahaan lain.
Oleh karena proposal usaha dibuat bukan untuk digunakan sendiri melainkan juga untuk
pihak lain yang tertarik, diantaranya para investor, supplier, pengacara, konsultan
perbankan dan lain-lain. Sehingga sebaiknya wirausahawan saat menyusun proposal
usaha harus memiliki :
a. Pengetahuan, teknologi daya kreatifitas, inisiatif, dan inovatif
b. Kemampuan membuat proyeksi keuangan
c. Kemampuan dalam bidan pemasaran
d. Pengalaman dalam bidang usaha yang digelutinya.
Para calon pemodal / investor mereka akan membaca, mempelajari proposal yang
wirausahawan tawarkan dan sebelum mereka memutuskan untuk ikut serta terlibat dalam
usaha yang ditawarkan diantaranya mereka akan :
a. Membaca keseluruhan proposal usaha dengan lebih teliti
b. Mengamati kualitas spekulasi proposal usaha
c. Mengidentifikasi karakteristik perusahaan dan tingkat resikonya
d. Melihat struktur finansial usaha dari proposal yang diberikan wirausaha
Setelah proposal dipelajari para calon investor tantangan wirausahawan selanjutnya
adalah bagaimana mempresentasikan dihadapan para pemodal / investor. Presentasi
secara lisan merupakan kunci utama dan sangat penting dalam menjual proposal usaha
kepada calon investor.
D. UNSUR-UNSUR PROPOSAL KEGIATAN
Proposal kegiatan pada umumnya terdiri dari :
1. Latar belakang dan Dasar Pemikiran

125

2. Tema Kegiatan
3. Tujuan Kegiatan
4. Konsep Program dan Materi Kegiatan
5. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan
6. Peserta Kegiatan
7. Sumber Dana dan Rencana Anggaran Pengeluaran
8. Penyelenggara Kegiatan
9. Penutup
10. Lampiran:
a. Perincian Rencana Anggaran Biaya
b. Time schedule & job description
E. RANGKUMAN
Proposal

usaha

ialah

dokumen

tertulis

yang

disiapkan

wirausahawan

yang

menggambarkan semua unsur yang relevan, baik internal maupun eksternal, mengenai
usaha atau proyek baru, atau dapat dikatakan proposal usaha ialah dokumen tertulis
tentang rencana / proyek baru yang sedang direncanakan.

126

MODUL 14

PERSIAPAN DAN REVIEW KUNJUNGAN LAPANGAN


Tujuan
Setelah pembahasan sesi penyusunan proposal diharapkan peserta :

Mampu menyusun persiapan kunjungan lapangan.


Mampu menentukan hal-hal penting yang perlu diobseravasi dalam kunjungan
lapangan.
Mampu mengambil kesimpulan tentang hal-hal penting (keberhasilan dan kegagalan)
dari hasil kunjungan lapangan.

Ringkasan Modul
No

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Menyusun indikator observasi dari


4 Topik observasi dalam
kunjungan lapangan

Curah pendapat, diskusi kelompok,


paparan

Kertas plano, metaplan,


spidol

120

Menemukan faktor penting


tentang keberhasilan dan
kegagalan dari hasil observasi
kunjungan lapangan.

Kunjungan lapangan dan Diskusi


Kelompok

Kertas plano, metaplan,


spidol

1 hari

Review hasil observasi kunjungan


lapangan

Diskusi kelompok

Kertas plano, metaplan,


spidol

120

Total

Langkah-Langkah Penyampaian
A. Menyusun Persiapan Kunjungan Lapangan
1. Fasilitator mengawali sesi dengan mengajak peserta untuk curah pendapat tentang
hal-hal penting yang perlu dipelajari dalam studi lapangan.
2. Fasilitator menjelaskan 4 Topik Observasi dalam studi lapangan.
3. Fasilitator membagi peserta 4 Kelompok Observer yang masing-masing akan
bertugas untuk melakukan pengamatan terhadap topik observasi tertentu.
4. Fasilitator meminta setiap kelompok untuk mendiskusi dan menyusun point-point
penting yang akan diamati oleh masing-masing kelompok.
5. Fasilitator memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskuso kelompok,
dan kelompok lain dapat memberikan saran perbaikan.
6. Sepakati hasil diskusi dan perbaikan sebagai bahan untuk observasi pda kunjungan
lapangan.

127

7. Pastikan semua peserta memiliki catatan materi observasi tersebut.


8. Akhiri sesi dengan applaus bersama
B. REVIEW HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN.
1. Awali sesi dengan mengucapkan salam
2. Tanyakan kepada peserta bagaimana kesan-kesan selama kunjungan berlangsung.
3. Catat kesan-kesan dari peserta, dan berikan ulasan terhadap kesan-kesan peserta.
4. Sesuai dengan penugasan pada setiap kelompok observer, mintalah masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kunjungan.
5. Berikan catatan terhadap hasil observasi peserta/kelompok.
6. Berikan kesempatan kelompok lain untuk menanggapi dan memberikan pengkayaan
terhadap hasil observasi masing-masing kelompok.
7. Berikan kesempatan diskusi terbuka apabila ada hal-hal yang belum dipahami oleh
peserta.
8. Simpulkan bersama hasil pengamatan terhadap 4 TOPIK OBSERVASI sebagai
pembelajaran dan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh PSP3 dalam melakukan
tugas dan fungsinya.
9. Akhiri sesi dengan applaus bersama.

LEMBAR PENUGASAN

KUNJUNGAN LAPANGAN
Observasi adalah suatu teknik mengumpulkan informasi dari masyarakat dengan cara
mengamati dan menanyakan sejumlah pertanyaan terstruktur kepada responden. Dalam hal
ini, kunci sukses dari pengumpulan informasi adalah pada proses wawancara. Di samping itu,
kecakapan pewawancara dalam berinteraksi dengan responden ikut menentukan kualitas
informasi yang dikumpulkan. Pewawancara memiliki tugas pokok untuk membuat responden
dapat berpartisipasi dalam observasi dan mencatat informasi dari responden.
Keberhasilan observasi ditentukan oleh ketelitian pengamatan setiap objek kegiatan serta
kemampuan menggali informasi dari responden. kemampuan menggali informasi responden
dapat dilihat dalam tiga kondisi, yaitu: Pertama, pewawancara memerankan suatu peranan
yang utama di dalam tingkat jawaban (response rate) yang diperoleh. Kedua, pewawancara
bertanggungjawab untuk menginisiasi (initation) dan memotivasi responden. Ketiga,
pewawancara seyogyanya menangani bagian-bagian interaksi wawancara dan proses tanya
jawab yang baku (tidak bias). Kunci sukses menggali informasi adalah pewawancara mampu

128

mengajak berpartisipasi responden untuk diwawancarai, menjamin kerahasiaan serta berhasil


untuk menerangkan secara baik tujuan dari survei yang sedang dilakukan.
Hal utama yang harus diperhatikan oleh pewawancara adalah teknis penyampaian
persetujuan informasi. Beberapa wawancara dapat dilakukan dengan "mudah" dan yang
lainnya "tidak mudah" bahkan "sangat sulit" untuk meyakinkan responden agar berperan
serta.

Situasi yang baik dan sangat dianjurkan adalah pewawancara mendahulukan

penjelasan konteks wawancara/observasi/survai, Kualitas dasar yang harus dimiliki oleh


seorang pewawancara adalah:
1. Memiliki dedikasi dan integritas serta tulus ikhlas.
2. Memiliki kesabaran, kejujuran, dan penuh taktik yang bersifat positif.
3. Luangkan perhatian guna akurasi dan lebih rinci
4. Jadilah seorang pendengar yang baik dan budiman.
5. Mampu menjaga kerahasiaan jawaban dari responden.
6. Respek terhadap hak-hak responden.
Kualitas dari wawancara tergantung pada atau sangat ditentukan oleh kemampuan
pewawancara berkomunikasi dan kritis. Salah satu aspek yang menarik dan penting dari
tugas wawancara adalah probing. Probing adalah seni dalam mencari informasi tambahan ini
dengan cara menggali informasi lebih mendalam. Probing juga dapat digunakan sebagai cara
untuk melakukan cross check jawaban. Dalam satu kuesioner seringkali ada pertanyaan yang
saling berhubungan. Pewawancara hendaknya memahami betul isi kuesioner sehingga dapat
secara kritis menilai ketidakkonsistenan jawaban responden. Jika responden memberikan
jawaban yang tidak konsisten maka perlu dilakukan probing (untuk konfirmasi) pada
pertanyaan yang telah lebih dulu dijawab.
Harus diingat bahwa dalam melakukan probing hindari kesan yang memojokkan responden
dan jangan bernada interogasi seperti polisi menginterogasi pencuri. Usahakan situasi
probing berlangsung secara rileks, interaktif, komunikatif, dan akrab sehingga responden
tidak merasa dicerca pertanyaan yang bertubi-tubi. Probing Mempunyai Dua Fungsi Utama:
1. Probing memotivasi responden untuk memberi keterangan secara lebih mendalam,
lebih rinci dan lebih jelas mengenai apa yang ia telah katakan, atau memperjelas apa
yang

telah

diceritakan,

maupun

menguraikan

alasan-alasan

apa

yang

telah

disebutkannya.
2. Probing memusatkan pembicaraan pada isi pertanyaan tertentu sehingga informasi
yang disampaikan responden dapat terarah dan sesuai dengan maksud dan tujuan
pertanyaan yang diajukan.

129

Jenis-Jenis Probing
1. Suatu sikap diam mengharap. Cara yang paling sederhana untuk menunjukkan kepada
responden bahwa anda tahu ia telah mulai menjawab pertanyaan, tetapi bahwa anda
merasa ia harus mengatakan lebih banyak lagi, adalah dengan berdiam diri. Diam dan
disertai dengan pandangan mengharap atau anggukan kepala, memungkinkan
responden mengumpulkan fikiran-fikirannya.
2. Mengulangi pertanyaan. Responden bisa jadi tidak mendengar pertanyaan secara utuh
pada saat pertama, atau kehilangan titik penting dari pertanyaan.
3. Mengulangi jawaban responden. Mengulangi jawaban seringkali merangsang pemikiran
lebih jauh pada responden.
4. Dengan menggunakan pertanyaan pancingan yang netral seperti "Mengapa anda
mempunyai fikiran demikian?", "Bagaimana", "Apa yang anda maksudkan:", "Apa yang
ada dalam fikiran saudara" dan pertanyaan lain.
5. Mohon penjelasan. Misalnya dengan "Apakah hal itu berarti ..", "Maaf, bisakah bapak
menjelaskan lebih jauh .." Pewawancara boleh mengatakan, "Maaf, tapi saya belum
faham .". Adalah sangat penting bahwa anda menanyakan pertanyaan tersebut
karena anda tidak tahu; jangan coba untuk mempertentangkan atau "menguji-silang"
jawaban responden.
6. Jangan tergesa-gesa pindah ke pertanyaan yang lain, tetapi berusaha memperoleh
jawaban yang sedetil mungkin dan mendekati kebenaran/kenyataan. Sikap ketergesagesaan pewawancara dalam melakukan wawancara akan menyebabkan responden
bingung dan sukar mengingat kembali informasi yang akan diberikan.
Menghadapi Jawaban "Saya Tidak Tahu"
Salah satu jawaban yang menggambarkan tanggapan responden yang meragukan ialah
jawaban tidak tahu. Jawaban "Saya tidak tahu" dapat berarti salah satu dari berikut ini:
1. Responden tidak mengerti apa yang ditanyakan. Mungkin ini karena cara pewawancara
membaca pertanyaan (terlalu pelan atau tidak lancar) atau kalimat pertanyaan memang
tidak jelas sukar dimengerti bagi responden sehingga dia menjawab "saya tidak tahu".
Pewawancara dalam hal ini harus menanyakan pertanyaan sekali lagi tetapi dengan
lebih lambat dan dengan tekanan yang benar bila diperlukan. Atau jika mungkin
mengubah kalimat pertanyaan yang dapat dimengerti responden sepanjang tidak
mengubah maksud dan tujuan pokok pertanyaan tersebut.
2. Responden sedang memikirkan pertanyaan itu dan mengatakan "Saya tidak tahu" untuk
mengisi kesunyian dan guna memperoleh waktu untuk berfikir. Pewawancara harus

130

sensitif terhadap kemampuan responden dan mengubah teknik bertanya sesuai dengan
kemampuannya. Pewawancara harus sabar dan memberi cukup waktu, mungkin
responden seorang pemikir yang lambat.
3. Responden mungkin berusaha menghindari pertanyaan karena ia takut salah menjawab
atau ragu, atau karena pertanyaan itu menyinggung perasaannya, maka dia menjawab
"tidak tahu".
Dalam kasus demikian atau bila responden merasa ragu, suatu penjelasan dari
pewawancara bahwa seluruh keterangan akan dijaga kerahasiaannya bisa memulihkan
dan memelihara kepercayaannya. Pewawancara yang bijaksana selalu meyakinkan
responden akan kerahasiaan setiap jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.
4. Responden bisa jadi sungguh tidak tahu, atau ia tidak mempunyai pendapat atau sikap
tertentu terhadap hal tersebut. Penggunaan beberapa teknik mungkin membantu
pewawancara untuk menentukan kenyataan dan kesungguhan bahwa ia tidak tahu.
Dalam kerangka tugas, peran dan fungsi PSP3, hal-hal penting yang menjadi tujuan
observasi digolongkakan dalam 4 Topik Observasi yaitu :
1. Komuniaksi dengan Pemerintah Desa; yaitu komunikasi pendamping masyarakat
(PSP3) kepada aparat pemerintah desa, baik di tingkat RT, RW maupun Desa.
2. Komunikasi dengan Masyarakat; yaitu komunikasi pendamping masyarakat (PSP3)
dengan masyarakat baik tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, anak-anak
sampai dengan masyarakat yang terabaikan (seperti masyarakat miskin, preman desa,
dll).
3. Perencanaan Partisipatif; yaitu perencanaan kegiatan yang dilakukan masyarakat
bersama pendamping, mulai dari indentifikasi potensi, perumusan masalah, penentuan
kegiatan, penyusunan proposal.
4. Pengembangan kegiatan/usaha produktif; yaitu kunjungan pada kegiatan/usaha
produktif yang melibatkan masyarakat/kelompok mulai dari pelaksanaan, monitoring,
evaluasi, pelaporan dan publikasi.

131

DISKUSI KELOMPOK :

TABEL OBSERVASI KUNJUNGAN LAPANGAN


No

TOP IK O BS ER V AS I

Ko mu ni k a si d en ga n
P e m er in t ah D e sa

Ko mu ni k a s i d en ga n
m a sy ar a ka t

Perencanaan partisipatif

P en g e mb an g an k eg i at an /
us ah a pro du kt if

IN DI K ATO R O BS ER V A S I

KET E R AN G A N

ap a
m e ng ap a
bagaimana
dimana
kapan
siapa
ap a
m e ng ap a
bagaimana
dimana
kapan
siapa
ap a
m e ng ap a
bagaimana
dimana
kapan
siapa
ap a
m e ng ap a
bagaimana
dimana
kapan
siapa
berapa

132

TUGAS KELOMPOK

TABEL LAPORAN HASIL OBSERVASI KUNJUNGAN LAPANGAN


Nama Kelompok
Topik Observasi
Tanggal
Lokasi Observasi
No

: .
: .
: .
: .

IN DI K AT O R O BS ER V A S I

HAS I L OB S E R V AS I

KET E R AN G A N

1
2
3
4
5

Ds t

KESIMPULAN : KEBERHASILAN DAN ATAU KEGAGALAN


1. terangkan faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan
atau kegagalan fasilitator pendamping dalam melaksanakan tugasnya
2. terangkan kesulitan apa yang dialami fasilitator pend amping masuarakat
dalam melakukan tugasnya dan bagaimana cara mengatasiny a.
3. terangkan faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan atau
kegagalan kegiatan / usaha produktif masyarakat.

133

MODUL 15

PRAKTEK PENYUSUNAN RENCANA KERJA/


KEGIATAN PSP3
Maksud dan tujuan dari modul ini adalah

Peserta mampu menentukan langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan selama


bertugas di desa penempatan.

Peserta mampu menyusun rencana kegiatan berbasis potensi dan kearifan lokal.

Ringkasan Modul
No.

Pembahasan

Metode

Bahan/alat

1.

Review tentang materi Identifikasi


dan Pemecahan Masalah

Ceramah dan Curah Pendapat


dan Diskusi Umum

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

15

2.

Praktek Penyusunan Rencana


Kegiatan

Praktek dan Diksusi Kelompok

Materi LCD, kertas plano,


spidol, lembar analisis

105

Total

Waktu

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu :

melakukan identifikasi masalah di desa penempatan.

merumuskan teknik pemecahan masalah di desa penempatan.

menyusun rencana kegiatan PSP3

Langkah-Langkah Fasilitasi
1. Fasilitator membuka sesi dengan salam dan menjelaskan maksud dan tujuan pokok
bahasan yang akan disampaikan.
2. Review kembali pemahaman peserta tentang identifikasi masalah dan pemecahan
masalah.
3. Pastikan peserta memahami langkah-langkah identifikasi masalah, pengorganisasian dan
pemecahan masalah.
4. Simpulkan bersama langkah-langkah identifikasi dan pemecahan masalah
5. Bagilah peserta dalam 4 kelompok untuk menyusun rencana kerja/kegiatan PSP3mulai
dari penempatan sampai 3 bulan pertama, dengan model Tabel seperti berikut ini :

134

Lembar Penugasan Kelompok :


TABEL : RENCANA KEGIATAN PSP3 SELAMA 3 BULAN PERTAMA
No

Kegiatan dan
Tujuan

Uraian Kegiatan
dan Metoda

Pihak Yang
Terlibat

Hasil yang
Diharapkan

Waktu
Pelaksanaan

6. Berikan kesempatan kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.


7. Berikan kesempatan kepada kelompok lainnya untuk menanggapi atau memberikan
saran dan masukan.
8. Simpulkan bersama hasil diskusi kelompok.
9. Berikan kesempatan untuk saling memberikan tanggapan.
10. Tayangkan dan jelaskan Tabel Contoh Rencana Kegiatan PSP3 pada 3 Bulan Pertama
11. Berikan kesempatan tanyajwab dengan peserta
12. Tutup sesi dengan applaus bersama

135

TABEL : CONTOH RENCANA KERJA PSP3 UNTUK MASA PENUGASAN 3 BULAN PERTAMA
KEGIATAN DAN TUJUAN
KEGIATAN
1.

ORIENTASI DAN PEMETAAN


SOSIAL
Mengetahui dan kenal dengan
tokoh-tokoh kunci tingkat
kecamatan
Mengetahui dan kenal dengan tokoh-tokoh kunci
tingkat desa, dusun,RW, RT.

URAIAN KEGIATAN
DAN METODE

HASIL YANG
DIHARAPKAN

WAKTU
PELAKSANAAN

Silaturahmi ke kantor atau rumah


Camat, Komandan Koramil dan Kapolsek

PSP3

Kenal dan diperoleh


gambaran awal tentang
wilayah dampingan

Mg ke 1

Dari hasil pertemuan dengan Camat,


Danramil, Kapolsek, dan Kepala Desa
(Kades), dikembangkan ke tokoh-tokoh
Formal.
Dikembangkan lagi silaturahmi ke okohtokoh informal sepert:tokoh agama,
tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh
petani/ nelayan,dan tokoh masyarakat
lainnya.

PSP3

Kenal dan diperoleh


gambaran awal tentang
wilayah dampingan

Mg ke 1 - 2

PSP3

Kenal dan diperoleh


gambaran awal tentang
wilayah dampingan

Mg ke 1-4

2.

FIHAK YANG
TERLIBAT

PENGENALAN WILAYAH DESA

Mengetahui secara sekilas kondisi


fisik dan social (kehidupan
masyarakat) di wilayah dampingan

Keliling ke seluruh pelosok desa dari


kampung ke kampong sambil
berbincang-bincang secara informal
dengan penduduk

PSP3

Diperoleh gambaran awal


tentang wilayah dampingan

Mg ke 1-4

Memperoleh data kuntitatif tentang


desa dampingan

Mencermati data monografi


Desa

PSP3

Diperoleh data awal


desa dampingan

Mg ke 1-4

3.

MENCARI RELAWAN/ KADER

Mendapatkan relawan yang bisa


(mau dan mampu) untuk FGD
perencanaan

Dari hasil pemetaan sosial dan lobi-lobi


diketahui orang-orang yang potensial,
kemudian ditawari/diajak untuk diskusi
terarah/ terfokus sesuai bidangnya
masing-masing.

PSP3

Diperoleh para relawan


yang bersedia diajak FGD
perencanaan

Mg ke 5-6

4.

FOKUS GROUP DISCUSSION (FGD)

136

KEGIATAN DAN TUJUAN


KEGIATAN

Memperoleh draft kasar


tentang:
- Potensi-potensi
- Masalah-masalah
- Pemanfaatan potensi untuk
pemecahan masalah (untuk semua
aspek, seperti Pendidikan,
Kesehatan, Ekonomi, Pertanian,
Perkebunanan, kehutanan,
peternakan,perikanan, sosial,
budaya,agama, kepemudaan dll.)

5.

PENELUSURAN LAPANGAN

Memperoleh data lapangan yang


akurat, untuk menyempurnakan
draft hasil FGD

Memperoleh data potensi tentang


fihak-fihak yang bisa bersinergi

6.

PENYUSUNANA RENCANA
KEGIATAN BULAN KE-4 dst
Tersusunnya Rencana Kerja PSP3
yang sesuai dengan Rencana
Program JangkaMenengah Desa
(RPJM-Desa)

URAIAN KEGIATAN
DAN METODE

FIHAK YANG
TERLIBAT

HASIL YANG
DIHARAPKAN

WAKTU
PELAKSANAAN

Diskusi kecil (5 - 9 orang) yang


kompeten sesuai bidangnya
masing-masing. PSP3 bertindak
sebagai moderator atau pemerhati atau
pencatat.Masing-masing aspek/bidang
dilakukan minimal 1 kali.

PSP3
Relawan

Diperoleh draft kasar


tentang:
- Potensi-potensi
- Masalah-masalah
- Pemanfaatan potensi un
tuk pemecahan masalah

Mg ke 6-7

Penelaahan lebih mendalam tentang


potensi-potensi, masalah dan rencana
pemanfaatan potensi untuk pemecahan
masalah.

PSP3
Relawan

Diperoleh data lapangan


yang akurat

Mg ke 6-7

Pengukuran-pengukuran, bertanya
(wawancara) dengan masyarakat yang
berkepentingan (stakeholders).

PSP3
Relawan

Diperoleh data lapangan


yang akurat

Mg ke 6-7

Konsultasi dengan fihak-fihak yang


mungkin bisa membantu atau bisa
bersinergi (dinas instansi, programprogram pemerintah, BUMN, Bank,
Pengusaha,LSM dll.

PSP3
Pihak yang
kompeten

Diperoleh data potensi


tentang fihak-fihak yang
bisa bersinergi

Mg ke 1-7

Dari dokumen RPJM-Desa yang telah


disahkan, diambil bebera pa kegiatan
yang sesuai dengan tujuan penugasan
PSP3 dan memungkinkan dilakukan
selama 21 bulan

PSP3

Tersusunnya Rencana Kerja


PSP3 yang sesuai dengan
Rencana Program Jangka
Menengah Desa (RPJM-Desa)

Mg ke 11-12

137

MODUL 16

TEKNIK FASILITASI PARTISIPATIF


Tujuan
Peserta mampu memfasilitasi kegiatan di tingkat masyarakat dengan menggunakan teknik-teknik
partisipatif.

Ringkasan Modul
No

Pembahasan/Topik

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Pengantar Dasar Fasilitasi


Partisipatif

Paparan, Curah Pendapat

Bahan tayangan

30

Teknik dan Strategi Fasilitasi


Partisipatif

Disskusi Kelompok, Presentasi,


Paparan

Kertas plano, spidol,


bahan tayangan

90

Total

120

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir pelatihan modul ini peserta diharapkan mampu menerapkan teknik dasar faslitasi
partisipatif dalam kegiatan bersama masyarakat di desa penempatan

Langkah-Langkah Penyampaian
1.

Buka sesi dengan salam

2.

Tanyakan kembali kepada peserta sejauh mana pengetahuna mereka tentang fasilitasi secara
partisipatif

3.

Paparkan pengantar fasilitasi partisipatif

4.

Mintalah peserta dalam kelompok mediskusikan teknik apa saja yang diperlu dimilki oleh PSP3
dalam memfasilitasi kegiatan masyarakat secara partisipatif, beserta penjelasannya

5.

Masing-masing kelompok berikan kesempatan untuk presentasi dan kelompok lainnya dapat
memberikan masukan dan saran untuk perbaik.

6.

Paparkan bahan tayangan teknis dasar faslitasi dan strategi fasilitasi

7.

Berikan kesempatan pada peserta untuk klarifikasi padahal-hal yang belum jelas

8.

Tutup sesi dengan menyanyi bersama

138

Bahan Bacaan
FASILITASI PARTISIPATIF
Pendahuluan
Bertitik tolak dari UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dimana masyarakat diberi
kesempatan untuk ikut mengelola kawasan hutan sebagai alternatif bentuk pengelolaan
hutan oleh masyarakat adalah merupakan inti dari konsep Social Forestry yang sekarang ini
menjadi paradigma baru dalam pembangunan sektor kehutanan. Menindaklanjuti hal itu oleh
Pemerintah c.q Departemen Kehutanan pada bulan Juli 2003 dicanangkanlah program Social
Forestry sebagai upaya perbaikan kondisi hutan di Indonesia sekaligus dapat meningkatkan
kesejahterakan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan. Inti dari program Social Forestry
adalah masyarakat terlibatkan aktif secara langsung dalam pengelolaan hutan dengan tujuan
masyarakat bisa sejahtera dan kondisi hutan bisa lebih baik.
Berdasarkan paradigma Social forestry tersebut maka keberhasilan pembangunan kehutanan
sangat ditentukan oleh sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat dalam berkontribusi
terhadap upaya pengelolaan hutan dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya.
Dalam upaya pengembangan kualitas masyarakat khususnya yang bermukim di dalam dan
sekitar hutan agar maju dan mandiri sebagai pelaku pembangunan kehutanan, maka strategi
pemberdayaan masyarakat dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan mutlak dilaksanakan.
Pada kenyatannya dilapangan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kehutanan
masih lemah karena belum didukung oleh kelembagaan masyarakat yang kuat antara lain
pengetahuan dan ketrampilan yang rendah, sistem pengorganisasian yang belum sempurna,
kesulitan memperoleh modal dan akses pemasaran yang belum memadai. Padahal aspek
kelembagaan mempunyai peranan sangat besar bagi kesuksesan pembangunan hingga
dapat dikatakan bahwa kegagalan pembangunan umumnya dikarenakan lemahnya
kelembagaan yang ada termasuk sektor kehutanan.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri sebagai pelaku pembangunan kehutanan
dimasa yang akan datang sebagaimana semangat dalam program Social Forestry maka hal
yang sangat urgen dilakukan adalah membangun, memperkuat dan mengembangkan
kelembagaan masyarakat yang terkait dengan pembangunan kehutanan.
Proses pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan upaya bagaiman masyarakat itu
dapat mengenal dan merefleksikan permasalahannya sendiri, potensi diri dan lingkungannya
serta memotivasi dalam mengembangkan potensi tersebut secara proporsional dengan
cara/metode partisipatif.
Pemberdayaan Masyarakat Dimasa Lalu
Sesungguhnya proses pemberdayan masyarakat di sekitar hutan dalam rangka pengelolaan
hutan dan lahan di Indonesia sudah dimulai sejak lama yang implementasinya dalam bentuk
penghijauan, reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis diberbagai DAS sejak tahun PELITA I (1970an). Semua program tersebut dimaksudkan supaya nilai-nilai pengelolaan hutan dan lahan
dapat melembaga di masyarakat. Dari segi keproyekan sudah ribuan ha lahan yang sudah

139

direboisasi, dihijaukan dan direhabilitasi. Demikian juga pembinaan masyarakat, sudah ribuan
orang dilatih dan disuluhkan nilai-nilai pengelolaanhutan dan lahan. Namun demikian issu
dan permasalahan yang berkaitan dengan kelestarian hutan dan lahan masih saja menjadi
issu atau problematik yang menarik untuk dibicarakan dan memerlukan penanganan
tersendiri. Fenomena kerusakan hutan dan lahan dalam satuan DAS seperti kekeringan,
banjir, erosi dan sedimentasi masih saja terjadi bahkan kecenderungannya meningkat. Data
terakhir menunjukkan bahwa laju kerusakan hutan sebesar 1,6 juta ha/tahun jauh melebihi
kemampuan untuk merehabilitasinya yang hanya sekitar 900.000 s/d 1,2 juta ha/tahun. Dari
beberapa laporan menunjukkan bahwa:
c) tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolan DAS masih rendah
d) banyak proyek-proyek yang keberhasilannya sulit dipertahankan
e) kebijakan antar pemerintah atau NGO sering tidak sejalan (conflik of interest)
f)

intervensi masyarakat terhadap lahan semakin ganas karena telah mamasuki zona
lindung. Padahal undang-undang telah menegaskan bahwa setiap masyarakat atau
lembaga yang mengelolah atau memanfaatkan sumberdaya alam diwajibkan untuk
memelihara dan melakukan kegiatan konservasi tanah dan air.

Dari fenomena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan hutan dan lahan Indonesia
belum melembaga dalam kehidupan masyarakat. Masih banyak pemanfatan sumberdaya
alam yang tidak menerapkan konsep-konsep pengelolaan hutan lestari . Indikasi ini
menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai pengelolan hutan lestari masih rendah, belum
diikuti oleh partisipasi masyarakat.
Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah strategi yang dilaksanakan selama ini
kurang melibatkan masyarakat. Keterlibatan mereka dalam pengelolaan hutan menjadi
terbatas bahkan di berbagai lokasi menjadi hilang. Hal ini membuat masyarakat merasa asing
terhadap lingkungan yang selama puluhan tahun digelutinya, bahkan di beberapa tempat
kegiatan mereka di hutan dianggap illegal. Lebih jauh lagi, rasa memiliki mereka terhadap
hutan di sekelilingnya menghilang. Di berbagai daerah di Indonesia banyak terjadi konflik
antara masyarakat dengan pihak swasta (HPH) dan BUMN (Perhutani, Inhutani), dan antara
masyarakat dengan pemerintah berkaitan dengan pemanfaatan dan pemilikan hutan.
Dampak dari keadaan ini adalah kerusakan hutan yang tak terkendali disamping itu
kesejahteraan masyarakat juga tidak kunjung membaik.
Disamping itu paradigma yang berkembang dimasa lalu adalah bahwa problema
pengelolaan hutan dan lahan bukanlah problema masyarakat akan tetapi merupakan
problema pemerintah. Karena kegiatan yang dilakukan bersifat top down dan instruksional
serta kurang memperhatikan faktor-faktor yang mendorong terjadinya proses pelembagaan
baik dari aspek teknologi maupun dari aspek organisasi dan nilai yang menyertainya.
Teknologi yang diintrodusir biasanya merupakan paket yang ditentukan dari pusat, demikian
juga dalam penentuan organisasi kelompok tani peserta kegiatan proyek tertentu.
Untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat sekaligus melindungi dan atau
memperbaiki kondisi hutan yang telah rusak, oleh pemerintah sekarang ini lebih menekankan

140

bentuk keterlibatan masyarakat secara luas dalam pengelolaan hutan dengan menjadikan
mereka sebagai partner. Sehingga pada tahun 2003, berlokasi di Kalimantan Tengah,
Pemerintah Indonesia c.q Departemen Kehutanan mencanangkan program nasional Social
Forestry. Program ini diharapkan dapat mengurangi kerusakan hutan dan menjaga
kelestarian hutan itu sendiri serta memberikan penghasilan dan sumber pangan bagi
masyarakat setempat. Sebagai pilot percontohan telah dipilih 11 lokasi Social Forestry di
seluruh Indonesia. Kesebelas lokasi tersebut mewakili berbagai type peruntukan hutan.
Social Forestry atau Perhutanan Sosial dapat didefinisikan sebagai suatu sistem pengelolaan
hutan dimana masyarakat lokal berpartisipasi aktif didalamnya untuk mensejahterakan
mereka dan sekaligus melestarikan atau memperbaiki hutan di sekelilingnya.
Dalam program Social Forestry ini, masyarakat akan dilibatkan dalam pengelolaan hutan dari
perencanaan, pemanfaatan, dan pemasarannya. Masyarakat juga diberi hak untuk mengelola
kawasan hutan dengan batasan-batasan tertentu. Menurut versi Departemen Kehutanan,
Social Forestry meliputi 3 aspek, yaitu aspek kelola kawasan, kelola kelembagaan dan kelola
usaha/bisnis. Adanya aspek kelola kelembagaan menunjukkan bahwa kelembagaan
merupakan salah satu kunci penting keberhasilan pengelolaan hutan. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa kelembagaan di tingkat masyarakat sangat lemah karena banyak
kelembagaan yang merupakan bentukan dari luar untuk penyaluran atau mendapatkan
proyek. Karenanya banyak program, proyek ataupun bantuan dari luar yang bermaksud
untuk membangun masyarakat desa berakhir dengan kegagalan. Sebagai contoh, IDT (Inpres
Desa Tertinggal), PPPK (Proyek Pembangunan Kecamatan), Program Pembangunan
Masyarakat Desa Hutan, dan sebagainya.
Dengan pengalaman tersebut, dalam pelaksanaan Social Forestry, perencanaan yang matang
dan keterlibatan berbagai pihak sejak awal merupakan bagian penting dalam mengawali
program ini. Pemerintah pusat menyediakan banyak dana untuk pembuatan perencanaan
teknis (RTSF). Dalam pembuatan RTSF, pemerintah pusat tidak lagi memakai jasa konsultan
namun dilakukan oleh masyarakat sendiri bersama instansi pemerintah daerah terkait,
Perguruan Tinggi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Mereka diberi pelatihan oleh tenaga
ahli dari pusat dan didampingi dalam pelaksanaan pembuatan RTSF. Kelompok-kelompok
dibentuk, merencanakan kegiatan yang mereka minati sesuai dengan kemampuan mereka
dan nantinya akan melaksanakan kegiatan yang mereka rencanakan tersebut. Dikarenakan
keterbatasan tenaga dari Pemerintah Pusat maka dipersiapkan tenaga-tenaga pendamping
lokal untuk melanjutkan kegiatan lapangan.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
1. Proses Pemberdayaan.
Paradigma pemberdayaan (empowerment) adalah pemberian kesempatan kerja kelompok
untuk merencanakan kemudian melaksanakan program pembangunan tersebut yang mereka
pilih sendiri. Maksud dari pemberdayaan itu adalah meningkatkan kemampuan dan
kemandirian kelompok. Keberdayaan masyarakat merupakan unsur utama/dasar yang
memungkinkan suatu masyarakat itu dapat bertahan dan mengembangkan diri dalam
mencapai tujuan.

141

Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dengan orientasi pembangunan yang


berpusat pada masyarakat antara lain dapat dilkukan melalui pendekatan kelembagaan.
Dengan pendekatan pembangunan seperti ini maka pembangunan diartikan sebagai
peningkatan kemampuan orang untuk mempengaruhi masa depannya dengan implikasi
capacity, empowerment, dan sustanable (Brynt & White, 1987).
Pembangunan haruslah memiliki visi pemberdayaan manusia dan masyarakat dalam arti yang
seluas-luasnya, sebab sepanjang jaman keswadayaan merupakan sumber daya kehidupan
yang abadi dan manusia menjadi intinya atau fokusnya dan partisipasi merupakan
perwujudan optimalnya. Keberdayaan merupakan modal utama masyarakat untuk
mengembangkan dirinya serta mempertahankan keberadaannya ditengah masyarakat
lainnya.
Proses Pemberdayaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Secara individual 2. Secara
kolektif/kelompok.
Proses pemberdayan dengan pendekatan individual akan lebih lambat berkembang dan
cakupannya lebih sempit dibanding dengan pendekatan secara kolektif dan kelompok. Hal ini
disebabkan karena didalam kelompok terjadi proses interaksi yang menumbuhkan dan
memperkuat kesadaran dan solidaritas.
Disamping itu pula perubahan pola pikir petani melalui aktifitas individu biasanya lebih
lambat dibanding dengan petani yang aktif dalam kegiatan kelompok. Demikian pula
penerapan inovasi baru melalui aktifitas kelompok akan lebih cepat dan lebih meluas
dibanding jika disampaikan melalui pendekatan individu. Ikatan dalam kelompok terbentuk
karena adanya pandangan dan kebutuhan yang sama yang hendak dicapai.
Untuk memperkuat kesadaran dan solidaritas maka kelompok harus menumbuhkan identitas
seragam dalam mengenali kepentingan dan tujuan mereka bersama. Bila anggota kelompok
belum seragam mengenali kepentingan dan tujuan bersama yang hendak dicapai bahkan
sering samar, tidak jelas atau tidak diketahui maka kelompok itu tidak dinamis bahkan lambat
laun akan bubar dengan sendirinya.

Ada lima misi utama program pemberdayaan masyarakat yang menjamin tercapainya hasil
yang baik adalah sebagai berikut:
1. Penyadaran.
Dalam banyak kasus di pedesaaan masyarakatnya sulit dan bahkan tidak mampu mengenali
potensi diri dan potensi SDA yang sebenarnya banyak mereka miliki. Akibatnya banyak
potensi yang tak termanfaatkan atau mubasir, sementara kehidupan masyarakatnya
memprihatinkan. Oleh karena itu sering kita jumpai ironi dalam masyarakat ibarat ayam
lapar di lumbung padi atau itik kehausan ditengah sungai. Oleh karena itu penyadaaran
ini penting agar masyarakat desa tahu potensi, peluang, ancaman dan tantangan di masa
depan.
2. Pengorganisasian.

142

Satu sumber kesalahan yang paling mendasar dalam pengembangan organisasi komunitas
lokal adalah paternalisme.dari para perencana. Ketika para perencana menemukan keadaan
kelembagaan tradisional yang lemah maka mereka secara refleksi memperkenalkan
organisasi modern dengan bentuk dan pola yang serba seragam dengan daerah lain. Padahal
organisasi modern tersebut belum tentu sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat.
Alhasil banyak organisasi introduksi tersebut tidak melembaga dalam masyarakat. Mungkin
organisasi tersebut berhasil di suatu tempat tetapi belum tentu berhasil di tempat lain.
Kelembagaan yang hakiki haruslah berawal dari prakarsa masyarkat secara sukarela agar
memudahkan mereka mengelola potensi sosial ekonomi yang dimiliki. Kinerja kelembagaan
lokal itu perlu dinilai kembali, disempurnakan dan terus dimotivasi agar nilai-nilai dan norma
yang terkandung didalamnya dapat lebih hidup dan menjiwai kelembagan itu. Seperti
semangat Mapalus dimasyarakat Minahasa, Sisaro di Tana Toraja, dll. Dengan demikian
kelembagaan itu dapat berkembang menjadi biduk bagi masyarakat menyongsong masa
depan yang kina terbuka dan kompetitif.
3. Kaderisasi pendampingan.
Setiap program pembangunan ada jangka waktu pelaksanaannya. Selama progrma tersebut
berjalam masyarakat berpartisipasi aktif karena ada tujuan yang didapat didalamnya,
misalnya gaji/upah, kesempatan kerja yang bersifat jangka pendek. Namun setelah
pembanguna itu berakhir maka partisipasi masyarakatnya menurun bahkan berangsurangsur hilang karena tujuan semula sudah tidak ada lagi.
Oleh sebab itu sebelum pembangunan tersebut berkahir seharusnya masyarakat
dipersiapkan untuk melanjutkan memelihara dan mengembangkan sendiri secara swadaya
karena selama pelaksanan pembangunan tersebut itu merupakan kegaitan investasi awal dari
pemerintah atau swasta. Jadi setiap pembangunan penting mempersiapkan kader-kader
pengembangan keswadayaan lokal yang akan mengambil alih tugas pendampingan setelah
program berakhir. Ukuran keberhasilan kaderisasi adalah kemampuan kader lokal untuk
memerankan diri sebagai pendamping bagi masyarakat. Disinilah peran strategis LSM lokal
untuk melakukan pendampingan agar partisipasi masyarakat terus tumbuh berkembang
dalam mendukung setiap pembangunan.
4. Dukungan teknis.
Pembaharuan dalam suatu masyarakat umumnya memerlukan bantuan teknis dari suatu
lembaga dari luar yang menguasai sumberdaya, informasi dan teknologi yang dapat
membantu mempercepat perubahan itu menjadi kenyataan. Organisasi pendukung teknis
sebaiknya dari insitusi yang berkompten untuk itu seperti peneliti atau penyuluh atau aparat
dinas terkait atau juga tenaga profesional lainnya dari perusahaan swasta.
5. Pengelolaan Sistem.
Keterpaduan antar lembaga terkait sangat penting baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi kegiatan maupun dalam hal pendanaannya. Disamping itu
pengelolaan sistem dimaksudkan untuk mensinergikan kepentingan antar lembaga yang
terkait untuk itu diperlukan korrdinasi yang baik agar tercipta sistem pengelolaan yang baik.

143

2. Teknik Pemberdayaan Masyarakat


Menurut pengalaman pendampingan masyarakat seperti yang dilakukan oleh P3AE-UI dkk. di
sekitar kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Gunung Betung Propinsi Lampung,
pada tahap awal yang terpenting dilakukan adalah membangun fondasi sosial karena fondasi
sosial merupakan kunci utama terhadap penumbuhan dan pembinaan masyarakat terhadap
aspek-aspek yang lain. Oleh karena itu pendampingan sosial sebaiknya lebih dahulu
dilakukan sebelum kegiatan pendampingan yang lain dalam rangka pemberdayan kelompok
yang mandiri dalam mengelolah sumberdaya hutan.
Dalam proses pemberdayaan juga terjadi proses belajar bersama dan berusaha bersama
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Berikut ini adalah proses
pendampingan yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang mandiri:
a. Membangun kedekatan
Kedekatan antara pendamping dengan masyarakat sangat diperlukan dalam melakukan
pendampingan. Hal ini dapat dipelajari dari pengalaman kegagalan dalam pembinaan
masyarakat pedesaan yang pada umumnya gagal karena petugas hanya berkunjung
beberapa saat saja bilamana ada kepentingan kemudian meninggalkan desa dan
masyarakatnya. Oleh karena itu membangun kedekatan adalah sangat penting, dan berarti
para pendamping harus tinggal bersama-sama masyarakat.
b. Membangun pertemanan
Dalam tahap ini terjadi proses keakraban antara masyarakat dengan pemdamping. Hal ini
bisa terjadi karena pendamping hidup bersama-sama masyarakat. Mewujudkan pertemanan
bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu baik pendamping maupun masyarakat harus
memahami prinsip-prinsip pertemanan. Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh P3AE-UI
dkk. dalam pendampingan masyarakat antara lain adalah kesetaraan, demokrasi dan
keadilan. Kesetaraan artinya semua individu mempunyai status atau derajat yang sama, tidak
membeda-bedakan antara pendamping dengan masyarakat maupun antar individu di dalam
masyarakat. Demokrasi artinya semua mempunyai hak yang sama, hak untuk mengemukanan
pendapat, mengungkapkan permasalahan dan menyampaikan keinginan. Sedangkan
keadilan artinya mereka mempunyai kewajiban dan hak yang sama dalam memecahkan
masalah dan mewujudkan keinginan bersama.
Suatu hal yang sangat perlu ditumbuh kembangkan dalam pertemanan adalah rasa saling
senasib sepenanggungan, saling menjaga antara sesama teman, saling menghormati dan
saling memberi toleransi. Senasib sepenanggungan karena mereka mempunyai
permasalahan dan keinginan yang sama. Saling menjaga, saling menghormati dan saling
memberi toleransi kerena pada dasarnya mereka terdiri dari individu-individu yang berbeda.
c. Membangun kepercayaan
Kepercayaan tidak dapat dibangun hanya dengan janji-janji belaka. Akan tetapi kepercayaan
dapat dibangun dengan cara menunjukan kenyataan bahwa apa yang diucapkan itulah yang
kemudian dilakukan. Untuk itu dalam melakukan pendampingan hendaknya menghindari

144

ucapan janji-janji, dan mengutamakan upaya berbuat bersama antara pendamping dan
masyarakat. Membangun kepercayaan adalah sangat penting karena rasa saling percaya
merupakan pilar utama dari semua interaksi antar individu maupun kelompok dalam
masyarakat. Dengan rasa saling percaya kita dapat menciptakan kedekatan, keterbukaan,
kerjasama, kelompok dan kelembagaan.
d. Membangun keterbukaan.
Keterbukaan diperlukan dalam mengungkapkan masalah yang dihadapi, keinginan yang
diharapkan, potensi yang dimiliki dan kelemahan serta kekurangan yang ada. Keterbukaan ini
tidak akan dapat dilakukan apabila sebelumnya tidak ada kedekatan dan rasa saling percaya.
Perlu disadari bahwa di dalam pendampingan terkandung kegiatan identifikasi masalah dan
potensi yang terdapat di dalam masyarakat. Melalui membangun keterbukaan inilah
sebenarnya proses identifikasi tersebut berjalan dan mengalir dengan sendirinya.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan potensi yang diungkapkan oleh masyarakat
dengan cara keterbukaan tadi, kemudian pendamping bersama-sama masyarakat dapat
menarik kesimpulan bahwa sebenarnya mereka memiliki masalah yang sama, keinginan yang
sama pula, dan juga memiliki potensi yang dapat diberdayakan untuk mencapai keinginan
bersama tersebut.
e. Membangun kerjasama
Masing-masing individu dalam masyarakat pada tahap ini sudah mengetahui bahwa mereka
memiliki masalah yang sama, keinginan yang sama pula, dan juga memiliki potensi yang
dapat diberdayakan untuk mencapai keinginan bersama tersebut. Akan tetapi potensi yang
mereka miliki tidak mungkin dapat diberdayakan untuk memecahkan masalah dan mencapai
keinginan apabila potensi tersebut masih terpecah-pecah pada masing-masing individu.
Pada tahap inilah saatnya seluruh masyarakat bersama-sama pendamping memikirkan
perlunya membangun kerjasama. Dalam membangun kerjasama ini mereka secara lebih
nyata dituntut memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip kesetaraan, demokrasi, keadilan,
dan pertemanan yang meliputi rasa saling senasib sepenanggungan, saling menjaga antara
sesama teman, saling menghormati dan saling memberi toleransi.
Setelah masyarakat memahami, mau dan mampu bekerjasama, maka kegiatan-kegiatan
bermusyawarah mulai dapat dilakukan. Pertemuan-pertemuan untuk membahas masalah dan
keinginan dalam pengelolaan kebun garapan di kawasan hutan dapat dijadwalkan secara
berkala. Kemudian bagaimana melakukan kerjasama menggarap kebun dan bagaimana
melakukan langkah-langkah untuk mendapatkan kepastian jaminan atas status pengelolaan
lahan garapannya tersebut.
f. Membangun kelompok
Kerjasama dengan berbagai aktivitasnya merupakan proses yang dinamis, oleh karena itu
diperlukan wadah yang dapat menampung dinamika kerjasama tersebut. Pada status yang
demikian perlu dibentuk kelompok sebagai wujud atau wadah dari interaksi atau kerjasama
yang sudah dan sedang dibangun. Pembentukan kelompok-kelompok tersebut dimaksudkan

145

agar kerjasama diantara anggota kelompok akan menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam
pembentukan kelompok di samping mempertimbangkan prinsip-prinsip yang telah
disebutkan di atas, juga mempertimbangkan kesatuan lokasi garapan dan kesatuan lokasi
tempat tinggal.
g. Membangun kelembagaan
Kelembagaan merupakan kelanjutan dari kelompok yang telah dilengkapi dengan pranatapranata atau aturan-aturan yang dibuat dan disepakati oleh anggota kelompok. Di samping
itu kelompok yang sudah melembaga juga memiliki struktur kepengurusan sesuai dengan
aturan-aturan yang telah disepakati para anggotanya. Dengan demikian mekanisme kerja
kelompok menjadi lebih sistematis dan terpimpin. Suatu hal yang perlu dipahami dan
ditekankan bahwa peran kepengurusan di dalam membangun kelembagaan adalah mewakili,
memfasilitasi dan melaksanakan kesepakatan atau kerjasama yang diputuskan oleh seluruh
anggota kelompok.
Kelembagaan masyarakat dalam kaitannya dengan upaya pengelolaan lahan garapan di
dalam kawasan hutan di Sumber Agung, Gunung Betung, bukan hanya sekedar bertujuan
memenuhi persyaratan untuk mendapatkan kepastian jaminan dari pemerintah. Akan tetapi
dalam membangun kelembagaan yang lebih penting adalah bagaimana mencapai
kemandirian masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan secara lestari dan menjadikan
masyarakat lebih sejahtera.
Seluruh proses pemdampingan masyarakat seperti telah diuraikan di atas sebaiknya
dilakukan dengan konsep belajar bersama dan mengikuti arus perkembangan yang
diinginkan masyarakat. Belajar bersama artinya baik pendamping maupun masyarakat dalam
kegiatan ini tidak ada yang merasa lebih pintar, lebih tahu atau lebih mampu dari pada yang
lain. Akan tetapi mereka sama-sama menyadari bahwa pendamping harus belajar dari
masyarakat karena kenyataannya masyarakatlah yang lebih tahu tentang diri mereka sendiri,
demikian juga masyarakat belajar dari pendamping karena kenyataannya pendamping lebih
banyak mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah tentang ketentuan-ketentuan
pengelolaan hutan oleh masyarakat. Demikian juga tentang hal-hal yang lain menyangkut
pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan, mereka saling belajar. Sedangkan mengikuti arus
keinginan masyarakat pengertiannya adalah bahwa proses pendampingan yang dilakukan
tidak membuat target-target tertentu yang dibatasi oleh waktu ataupun hasil yang harus
dicapai dengan cara setengah dipaksakan. Karena praktek pendampingan yang dibatasi oleh
waktu dan setengah dipaksakan banyak mengalami kegagalan, sebagaimana kebiasaan yang
terjadi pada berbagai proyek pada masa lalu.
3. Strategi Pengembangan
Kelembagaan Masyarakat Dalam pengembangan kelembagaan, Jefta Leibo dalam Sudibyo
dan Sudayatna (2004) mengemukakan beberapa strategi sebagai berikut:
a. Strategi gotong royong
Mendasarkan pada asumsi-asumsi paradigma struktural-fungsional kelembagaan, strategi
gotong royong melihat masyarakat sebagai suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-

146

bagian yang terintegrasi secara normatif, yang mana tiap-tiap bagian memberikan
sumbangan fungsional masing-masing bagi pencapaian tujuan masyarakat sebagai
keseluruhan. Strategi ini menganjurkan perubahan/pengembangan dilakukan atas dasar
partisipasi luas seluruh lapisan masyarakat didalam proses pengambilan keputusankeputusan dan tindakan-tindakan masyarakat.
b. Strategi teknikal-profesional
Pada dasarnya strategi ini tidak banyak berbeda dengan strategi gotong royong. Yang
membedakan pada pokoknya adalah strategi ini memberikan peranan yang lebih kritikal
pada agen-agen pembaharuan didalam menetukan program-program pembengunan,
menyediakan pelayanan-pelayanan yang diperlukan, dan menentukan tindakan-tindakan
yang harus dilakukan untuk merealisasikan program-program yang ditentukan. Strategi
teknikal-profesional hanya memberikan kepada kelompok-keompok kerja dan organisasi
yang terdiri dari atas sejumlah kecil warga masyarakat terpilih yang dimobilisasi untuk
mengorganisasikan informasi-informasi mengurangi rasa takut masyarakat terhadap resiko
yang berhubungan dengan adopsi inovasi baru, menemukan cara-cara yang lebih kreatif
untuk menyesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi.
c. Strategi konflik
Strategi konflik melihat masyarakat melalui suatu diskriminasi yang sangat tajam tentang
perbedaan antara dua macam citra tentang struktur sosial dan perubahan kemasyarakat.
Strategi konflik mengnggap bahwa paksaan atau kekuasaan adalah merupakan landasan
yang lebih realistik bagi tertib sosial setiap masyarakat. Strategi konflik menyatakan bahwa
sebagai suatu sistem kemasyarakat, masyarakat memelihara dan menyesuaikan dirinya
terhadap lingkungan yang terus-menerus berubah melalaui alokasi dan penggunaan
kekuasaan. Dari beberapa strategi di atas, mana yang sesuai untuk diterapkan dalam
pengembangan kelembagaan masyarakat pedesaan yang kita hadapi, tentunya perlu dikaji
lebih lanjut sesuai dengan karakteristik masyarakat yang bersangkutan dan perkembangan
sosial masyarakat yang ada. Kombinasi dari beberapa strategi juga memungkinkan untuk
diadopsi aspek-aspek positipnya.
Teknik-Teknik Kajian Partisipatif (PRA)
Sebenarnya banyak teknik kajian partisipatif dalam PRA, namun pada bahan ini hanya akan
disampaikan beberapa teknik saja yang sangat relevan untuk penerapan pemberdayaan
masyarakat dalam basis pengelolaan hutan rakyat. Sehingga yang menjadi unit pengkajian
dalam kegiatan ini adalah hutan hutan rakyat dan masyarakat yang memanfaatkannya.
Berikut kita bahas secara singkat beberapa teknik kajian dimaksud.
1. Identifikasi masyarakat desa dan stratifikasi pemanfaatan hutan rakyat
a. Tujuan Secara umum masayarakat desa tidak mempunyai peran dan ketergantungan yang
sama terhadap hutan rakyat di sekitar desa tempat tinggalnya. Tujuan kegiatan ini adalah
mengetahui nama dan asal kampung orang-orang yang aktivitas kehidupannya terjadi
interaksi dengan hutan rakyat, kemudian menyusun stratifikasi berdasarkan jenis kegiatan
dan tingkat intensitasnya dalam memanfaatkan hutan rakyat tersebut.

147

b. Langkah-langkah
4. gunakan metode diskusi kelompok dengan masyarakat untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan;
5. rumuskan bersama kriteria aktivitas kehidupan masyarakat yang berinteraksi dengan
hutan rakyat;
6. kelompok masyarakat diminta untuk menyebutkan nama asal anggota masyarakat yang
aktivitas kehidupannya berinteraksi dengan hutan rakyat.
c. Hasil kegiatan yang diharapkan
h. daftar nama serta asal orang-orang yang memanfaatkan hutan rakyat;
i.

jenis-jenis kegiatan dan tingkat intensitas interaksi masyarakat dalam hutan rakyat.

2. Peta mobilitas penduduk di hutan rakyat


a. Pengertian. Peta mobilitas penduduk di hutan rakyat adalah suatu bagan yang
menggambarkan suasana lalulintas dan intensitas serta aktivitas penduduk di tersebut.
Aktivitas penduduk di dalam hutan rakyat dapat berupa kegiatan mencari ikan, mencari
udang, mencari kayu bakar, bercocok tanam dan sebagainya. Aktivitas penduduk tersebut
sangat berpengaruh terhadap pengelolaan dan perkembangan kondisi hutan hutan rakyat,
sehingga perlu dikaji bagaimana gambaran keadaan interaksinya dengan teknik pemetaan
mobilitas penduduk di dalam hutan rakyat tersebut.
b. Informasi yang dikumpulkan

jalur-jalur yang digunakan sebagai lalulintas penduduk masuk dan keluar ;

lokasi-lokasi dimana penduduk melakukan kegiatan;

jenis kegiatan apa saja dan dimana dilakaukan;

intensitas aktivitas penduduk pada setiap jenis dan lokasi kegiatan.

c. Langkah-langkah
12. gunakan sket hutan rakyat yang dibuat pada teknik pertama, atau bisa juga membuat

sket yang baru;


13. tandai dan gambarkan jalur-jalur yang digunakan sebagai lalulintas penduduk masuk dan

keluar hutan rakyat;


14. tandai lokasi-lokasi tempat penduduk melakukan aktivitas, kemudian gambarkan dengan

simbol-simbol untuk menunjukkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh penduduk;


15. tunjukkan

intensitas atau frekuensi setiap jenis aktivitas penduduk dengan


menggambarkan simbol-simbol tersebut dalam jumlah sedikit, sedang atau banyak, atau
banyak sekali.

148

d. Hasil kegiatan yang diharapkan


16. peta mobilitas penduduk di hutan rakyat;
17. peta ini bermanfaat sebagai bahan diskusi dengan masyarakat dalam rangka mengkaji

interaksi penduduk dengan hutan hutan rakyat.


3. Sket hutan rakyat
a. Pengertian. Sket merupakan alat untuk menggambarakan keadaan biofisik dan
karakteristik suatu wilayah secara menyeluruh. Yang dimaksud sket adalah gambaran
sederhana yang menyerupai peta tetapi tidak dibuat berdasarkan skala dan ukuran yang
sebenarnya.
b. Informasi yang dikumpulkan
18. batas-batas, jalan, sungai yang terdapat pada areal hutan rakyat yang menjadi obyek

kegiatan pengkajian;
19. penggunaan lahan, tumbuhan hutan rakyat, tambak, sawah, ladang, kebun, dan status

pemilikannya;
20. Lokasi-lokasi penting yang menjadi sumber aktivitas masyarakat.

c. Langkah-langkah
21. gunakan metode diskusi kelompok dengan masyarakat untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan;


22. mintalah salah seorang untuk menggambarkan sket hutan rakyat dimaksud;
23. secara bertahap, satu-persatu mintalah mereka melengkapi informasi-informasi yang

perlu, seperti disebutkan di atas;


24. lengkapi sket tersebut dengan keterangan (berupa simbul atau tulisan) yang jelas.

d. Hasil kegiatan yang diharapkan


25. daftar nama-nama serta asal orang-orang dimaksud berdasarkan jenis kegiatan dan

tingkat intensitas interaksinya.


26. Peta/sket mobilitas masyarakat dalam hutan rakyat tersebut.

4. Transek
a. Pengertian: Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu
wilayah. Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi kondisi
biofisik suatu wilayah kajian.
b. Informasi yang dikumpulkan

149

27. penggunaan lahan, seperti tumbuhan hutan rakyat, tambak, sawah, ladang, kebun, dan

status pemilikannya;
28. permasalah dan potensi sumberdaya alam pada masing-masing segment wilayah.

c. Langkah-langkah
1.

lebih dahulu tentukan anggota tim dan pemandu yang akan ikut dalam kegiatan ini;

2.

menentukan/menyepakati titik awal serta rute perjalanan penelusuran transek;

3.

pembagian tugas dalam pengumpulan data sepanjang penerusuran transek;

4.

memulai perjalanan penelusuran transek, dan mencatat segala data dan informasi yang
diperoleh di lapangan;

5.

setelah pulang dari lapangan, semua catatan dari setiap anggota tim dikumpulkan
kemudian dirangkum dan digambarkan menggunakan skala jarak yang ditempuh;

6.

Hasil gambar transek tersebut dipergunakan untuk mendiskusikan permasalahan dan


potensi sertaharapan-harapan bersama masyarakat.

d. Hasil kegiatan yang diharapkan


1.

transek hutan rakyat yang menggambarkan keadaan/kondisi lapangan serta informasi


mengenai potensi dan permasalah di wilayah tersebut.

5. Kalender musim
a. Pengertian Kalender musim merupakan teknik yang dapt digunakan untuk mengkaji
kegiatan kehidupan masyarakat desa dan keadaan yang terjadi secara berulang dalam satu
kurun waktu tertentu (musiman atau tahunan). Kalender musim sangat bermanfaat untuk
menganalisa hubungan kegiatan masyarakat dengan sumberdaya alam ( hutan rakyat)
disekitarnya, dari waktu ke waktu.
b. Informasi yang dikumpulkan
1.

Kegiatan kehidupan masyarakat dalam waktu tertentu, yang meliputi pola iklim, pola
musim berladang; musim mencari ikan, dan musim-musim lainnya dalam kehidupan
masyarakat.

c. Langkah-langkah
2.

Siapkan kerangka bagan kalender musim yang dibagi dalam bulanan;

3.

Tanyakan kepada masyarakat kegiatan apa saja yang biasa terjadi atau umum dilakukan
oleh masyarakat pada bulan-bulan tersebut;

4.

Diskuskan dengan masyarakat hasil penyusunan kalender musim tersebut untuk


mendapatkan konfirmasi lebih lanjut;

150

5.

Lakukan analisis kalender musim untuk mengetahui hubungan sebab akibat keadaan
kehidupan masyarakat dengan musim dan keadaan alam lingkungannya.

d. Hasil kegiatan yang diharapkan


6) Bagan kalender musim yang menggambarkan pola kebiasaan kehidupan masyarakat
berhubungan dengan musim dan keadaan lingkungan.
6. Penelusuran sejarah kehidupan penduduk dan pemanfaatan hutan rakyat
a. Pengertian

Teknik penelusuran sejarah kehidupan penduduk dan pemanfaatan hutan rakyat


digunakan untuk menggali informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam pola
kehidupan masyarakat dan lingkungannya, yaitu pemanfaat hutan rakyat. Dengan
mengamati perubahan dan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu dapat
digunakan untuk memperoleh gambaran adanya kecenderungan umum yang dapat
terjadi di masa yang akan datang.

b. Informasi yang dikumpulkan

Informasi yang sering dikumpulkan melalui teknik ini antara lain perubahan dan
perkembangan pola kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar hutan
rakyat. Pola kehidupan sosial dapat ditelusuri melalui sejarah mengenai tradisi, tata
kehidupan, tata pemukiman penduduk dsb. Sedangkan pola kehidupan ekonomi
dapat diamati melalui menelusuri kebiasaan mereka mencari nafkah (seperti
kebiasaan bertani, berburu, mencari ikan, mengambil hasil hutan dsb).

c. Langkah-langkah

Sepakati lebih dahulu kurun waktu yang dijadikan periode pengkajian;

Siapkan kerangka matrik untuk menuliskan alur perubahan dan perkembangan yang
terjadi dalam kurun waktu tertentu;

Tanyakan kepada masyarakat perubahan dan perkembangan apa saja yang terjadi
dalam pola kehidupan penduduk dan pemanfaatan hutan rakyat; Diskuskan hasilnya
dengan masyarakat terutama untuk mendapatkan konfirmasi lebih lanjut;

Lakukan analisis perubahan dan perkembangan pola kehidupan penduduk dan


pemanfaatan hutan rakyat untuk mengetahui kecenderungan yang harus diantisipasi
dalam kehidupan masyarakat di masa mendatang.

d. Hasil kegiatan yang diharapkan


2) Matrik alur sejarah kehidupan penduduk dan pemanfaatan hutan rakyat yang
menggambarkan pola perkembangan kehidupan masyarakat dan alam lingkungannya.
7. Kajian mata pencaharian
a. Pengertian

151

3) Teknik kajian mata pencaharian digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai


berbagai kajian mata pencaharian masyarakat.
4) Jenis-jenis mata pencaharian beserta aspek-aspeknya digambarkan dalam sebuah bagan.
b. Informasi yang dikumpulkan

Jenis/macam mata pencaharian masyarakat;

Penyebaran penduduk berdasarkan mata pencahariannya.

c. Langkah-langkah

Siapkan data sekunder mengenai mata pencaharian masyarakat;

Lakukan wawancara dengan masyarakat untuk mengidentifikasi jenis/macam mata


pencaharian serta urutan dari yang paling utama hingga yang sifatnya sampingan.

d. Hasil kegiatan yang diharapkan


2) Menghasilkan bahan untuk mengkaji alternatif-alternatif pengelolaan sumberdaya alam
berkaitan dengan kebiasaan dan ketrampilan masyarakat.
Penutup

Keterlibatan masyarakat sebagai pelaku pembangunan dalam pengelolaan hutan dalam


setiap tahapan kegiatan merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang sudah saatnya
untuk dilembagakan dengan pendekatan partisipatif.

Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secara komprehensif tidak hanya berupa


peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan namun juga disertai fasilitasi dan
pengembangan peluang dan kebijakan agar masyarakat lebih terakselerasi untuk
berpartisipasi.

Partisipasi masyarakat perlu ditumbuhkembangkan sedemikian rupa sehingga yang


terbangun bukan lagi pola mobilisasi masyarakat berdasarkan insentif material tetapi
partisipasi interaktif yang menempatkan kehendak dan pertimbangan masyarakat sebagai
pendorong utama

Untuk mewujudkan pemberdayaan dan partisipasi tersebut maka perlu ditempu dengan
pendekatan pendayagunaan potensi masyarakat lokal. Dengan demikian kegiatan
apapun yang dikembangkan akan memiliki kesesuain (compatibility) yang tinggi dengan
kondisi masyarakat setempat sehingga memungkinkan berkembangnya partisipasi
masyarakat dengan kualifikasi objektif (reliable), didukung semua pihak (acceptable), bisa
dilaksanakan dengan sumberdaya yang tersedia (axecutable) terukur (measurable) dan
berkelanjutan (sustanble)

Upaya-upaya yang urgen dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong masyarakat


dalam rangka pelestarian hutan dan lahan adalah melakukan pembinaan dan bimbingan
serta penyediaan teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan penggunaan hasil

152

hutan. Disamping itu menyediakan bibit yang memadai baik kualitas maupun
kuantitasnya melalui pembangunan persemaian sebagai sumber bibit bagi masyarakat
pada setiap dusun di desa-desa supaya petani bisa menjangkaunya. Selain itu bagi
mereka secara perorangan atau pun secara kelompok masyarakat adat yang mempunyai
hutan rakyat atau hutan adat terbaik diberi penghargaan pada forum lomba penilaian
hutan rakyat/adat. Peranan penyuluhan, sarana-prasarana dan lembaga kredit, juga lebih
diberdayakan seoptimal mungkin untuk mendukung pengembangan dan pengelolaan
hutan lestari.

153

MODUL 17

Pengembangan Wirausaha Sosial


Di Indonesia saat ini ada sekitar 55 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terutama yang
berada di sektor informal. Sektor UMKM ini mampu menampung sekitar 100 juta tenaga kerja. Jika
UMKM ini dapat mengembangkan volume dan luasan usahanya, maka diperkirakan angkatan kerja
yang dapat ditampung menjadi lebih banyak. Namun sayang sekali sebagian besar usaha kecil dan
mikro ini tidak berkembang baik dari segi volume maupun perluasan usaha. Hal ini disebabkan
bukan hanya masalah pasar, teknologi dan permodalan yang selama ini diyakini banyak pihak,
melainkan justru pada pola pikir dan sikap dan pola tindak para pelaku usaha kecil dan mikro. Usaha
kecil dan mikro sering tidak bisa berkembang karena beberapa hal antara lain:

Tidak ada visi ke depan yang jelas;


Kurang memiliki kecerdasan kreatif dan inovasi;
Kurang adanya passion terhadap bidang usahanya;
Kurang memiliki kemampuan people skills, yang diperlukan untuk mengelola
pelanggan maupun mitra usaha;
Tidak memiliki tim yang kokoh;
Belum ada budaya kedisiplinan dalam usaha;
Tidak ada akumulasi aset.

Inilah yang dikenal sebagai kecerdasan wirausaha sosial (Social Entrepreneur Intelligence) yang
perlu menjadi perhatian pihak-pihak yang melakukan pembinaan UMKM. Oleh karena itu diperlukan
suatu pendekatan baru dalam pendidikan dan pelatihan usaha kecil dan mikro, yang tidak hanya
sekedar berorientasi pada hardskills ataupun AMT (Achievement Motivation Training) semata, tetapi
justru lebih pada perubahan pola pikir dan sikap para pelaku UMKM, serta penguasaan people skills
yang justru merupakan faktor penentu kesuksesan usaha.

MODEL PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MIKRO


INOVASI
HABITS

LEVERAGE
RESOURCES
COACHING/
MENTORSHIP

PURPOSE

SOCIAL
ENTRE Q
BUSINESS
MANAGEMENT

TECHNICAL
SKILLS

Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta diharapkan:
Mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan diri untuk kemudian mengembangkan
kecerdasan entreprenur sosial melalui transformasi sikap, pola pikir dan perilaku menjadi
wirausaha sosial yang mandiri dan tangguh;

154

Mampu menumbuhkan perilaku inovatif serta mampu mengidentifikasi dan mengkaji berbagai
peluang pengembangan usaha;
Memahami, menguasai kiat ketrampilan berbisnis dan manajemen sebagai bekal dalam mendampingi
komunitas entreprenur dalam menyelenggarakan usahanya.
Mampu menyusun rencana pengembangan (business plan) Usaha Simpan Pinjam (LKM/USP).

METODA PELATIHAN
Pelatihan Kewirausahaan Sosial bagi pelaku UMKM pendekatannya dirancang khusus bagi peserta
orang dewasa, agar efektif dan tidak mengalami kejenuhan selama mengikuti pelatihan.
Pendekatan yang digunakan adalah metode andragogi (pelatihan untuk orang dewasa) yang
digabung dengan metode Experience Learning Cycle (ELC) dalam rangka mengembangkan
ketrampilan dan kemampuan peserta berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki, dan diperkaya oleh
pengetahuan dan ketrampilan terkait yang baru diperoleh dari pelatihan. Secara rinci metoda
pelatihan terdiri dari:
-

Proses Pendalaman
- Kunjungan Lapangan
Simulasi
- Olah Peran
Ceramah tentang Pengalaman
Bedah Kasus Pengusaha Kecil yang berhasil
Diskusi Kelompok

MATERI PELATIHAN
Pelatihan ini dirancang dan dikemas untuk para pendamping ataupun pengusaha kecil dan mikro yang
akan memperoleh pembinaan dan pembiyaan usaha dari pihak perbankan maupun usaha swasta dan
BUMN yang peduli pada pengembangan UKM.

Ringkasan Modul
No.

1.

2.

Pembahasan/Topik
KONSEP KERJA-UNTUNG-TABUNG
Membahas konsep ekonomi
employment, income, growth dalam
membangun UMKM serta berbagai
program pengembangan UMKM di
Indonesia dalam payung PNPM
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
DAN TRANSFORMASI DIRI
Membahas serta menghayati perlunya
suatu perubahan sikap dan pola pikir
serta kebiasaan dari seorang
pengusaha kecil dan mikro menjadi
seorang wirausaha sosial (social
entrepreneur) yang mandiri dan
tangguh. Memiliki sikap berani
bertindak dan mengambil keputusan
dari berbagai peluang yang ada dengan
pertimbangan resiko.

3.
Total waktu

DISKUSI KELOMPOK

Metode

Bahan/Alat

Waktu

Permainan,curah
pendapat,diskusi, ceramah

Kertas
plano,spidol,materi/lcd

45

Curah
pendapat,diskusi,ceramah

Kertas
plano,spidol,materi/lcd

45

Diskusi per 5-10 orang

Kertas
plano,spidol,materi/lcd

30
120

155

Sasaran Pembelajaran
Setelah mengikuti pelatihan, peserta diharapkan memiliki wawasan bisnis yang cukup luas, motivasi
kuat untuk maju, serta mengembangkan usahanya berlandaskan pada jiwa dan semangat wirausaha.
Besarnya manfaat yang diperoleh para peserta ditentukan oleh partisipasi dan keikutsertaannya dalam
pelatihan ini secara disiplin, tekun, dan penuh waktu.

Langkah-langkah Fasilitasi
Pembahasan 1 Konsep Kerja Untung Tabung dan PNPM
Peserta diajak curah pendapat, kenapa program pembinaan UMKM dan masyarakat miskin belum
berhasil mensejahterakan masyarakat?
Peserta akan mengemukakan berbagai alasan yang pada umumnya menyebabkan gagalnya program
pemerintah tersebut.
Variasi jawaban akan muncul sesuai dengan latar belakang masing-masing peserta.
Fasilitator menuliskan hasil jawaban peserta pada kertas plano/ white board
Fasilitator mendiskusikan hasil curah pendapat peserta
Fasilitator menyimpulkan hasil diskusi.
Fasilitator menayangkan materi bahasan dan memberi penegasan dari hasil diskusi.
Bagilah kelas menjadi 5 kelompok, dan masing-masing mendiskusikan apa saja faktor pendorong dan
faktor penghambat keberhasillan program pembinaan UMKM serta bagaimana caranya untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan sosial melalui prinsip employment, income, growth (kerjauntung-tabung).
Diksusi kelompok selama 20 menit.
Berikan kesempatan masing-masing kelompok menyampaikan hasil diksusinya.
Simpulkan secara secara bersama apa yang harus dilakukan oleh PSP3 agar memiliki tingkat
keberhasilan dalam membina wirausaha sosial.

Pembahasan/Sesi 2 Kewirausahaan Sosial dan Transformasi Diri


Fasilitator memberi pertanyaan kunci kepada peserta mengenai potensi masing-masing peserta.
Jawaban peserta ditulis di kertas plano,jawaban peserta akan bervariasi
Fasilitator membahas dan mendiskusikan jawaban-jawaban peserta
Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil diskusi
Bagikan lembar isian Analisis Potensi Diri dan mintalah mereka mengisi sesuai dengan hati nurani
masing-masing.
Berikan kesempatan untuk bertanya.

156

Jelaskan apa yang dimaksud dengan nilai-nilai potensi diri untuk menjadi wirausaha sosial,
Simpulkan secara bersama konsep diri PSP3 yang berprestasi
Fasilitator memberikan penegasan dan memperlihatkan tayangan materi.

157

Bahan Bacaan

Strategi Pengembangan LKM di


Indonesia:
Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Oleh:
Ir. Aribowo Prijosaksono (Konsultan LKM - OJK)
Sejalan dengan disahkannya UU No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM), banyak
pelaku dan para pemangku kepentingan Keuangan Mikro di Indonesia masih menunggu strategi dan
langkah implementasi undang-undang tersebut. Hal ini mengingat praktek keuangan mikro telah
berlangsung lama di Indonesia dan dengan berbagai pola sesuai dengan kearifan lokal dan budaya
setempat. Munculnya UU ini di satu sisi menimbulkan harapan akan perkembangan LKM di Indonesia
dalam menumbuhkembangkan perekonomian rakyat menjadi tangguh, berdaya dan mandiri yang
berdampak pada peningkatan perekonomian nasional. Namun di sisi lain juga menimbulkan
kekhawatiran para pelaku dan pemangku kepentingan Keuangan Mikro bahwa nantinya UU ini akan
mempersempit ruang gerak dan fleksibilitas yang selama ini justru merupakan kekuatan LKM.
Menurut Todaro dan Smith (2003) praktek keuangan mikro telah memainkan peranan yang penting
dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan merupakan proses
perbaikan kondisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat secara terus menerus. Perbaikan kondisi
sosial terutama diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, sedangkan
perbaikan kondisi ekonomi ditujukan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan
masyarakat. Kedua aspek pembangunan tersebut saling terkait erat, karena pembangunan sosial
dipengaruhi oleh pembangunan ekonomi dan demikian pula sebaliknya. Ukuran yang lazim
digunakan untuk menggambarkan keberhasilan pembangunan suatu negara adalah tingkat
pengangguran, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi.
Paling tidak ada dua alasan kuat munculnya Undang Undang LKM ini, yaitu pertama masih tingginya
angka pengangguran di Indonesia yaitu sebesar 6,6 persen pada tahun 2013 naik dari 6,1 persen pada
tahun 2012 dan Indonesia masih menempati peringkat 70 di antara negara-negara di dunia (CIA
World Factbook 2014). Kedua adalah kemiskinan, yang berdasarkan data BPS menunjukkan bahwa
penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 37,2 juta jiwa atau setara 16,6 persen dari
total penduduk dan pada tahun 2012 telah turun menjadi 11,7 persen atau setara dengan 29.7 juta
jiwa, namun angka tersebut masih sangat besar. Sebagian penduduk miskin diketahui bermukim di
Jawa dan Bali, meskipun dari segi persentase yang tertinggi adalah di wilayah Indonesia Timur.
Pemerintah merupakan lembaga yang dipandang paling bertanggung jawab untuk menangani
penduduk miskin, sehingga tingginya jumlah dan persentase penduduk miskin sering dikaitkan
dengan kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Pemerintahan sejak jaman Suharto dan
SBY memang telah menempuh berbagai upaya menanggulangi kemiskinan melalui program-program
sejak Inpres Desa Tertinggal (IDT) hingga Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Sebenarnya pemerintah telah pula mengupayakan penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan
pemenuhan kebutuhan dasar dan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang cukup besar.

158

Berdasarkan informasi dari Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), beberapa program
yang dilaksanakan diantaranya adalah Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal
(P3DT) oleh Bappenas, Program Pengembangan Kecamatan (PPK) oleh Kemendagri, Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) oleh Kementerian Pekerjaan Umum, Program Keluarga
Harapan (PKH) dan Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) oleh Kemensos, Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, Program Peningkatan
Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) oleh Kementan, dan program-program lainnya yang
dilaksanakan di berbagai instansi. Di samping itu, terdapat pula program-program sejenis yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang dibiayai melalui APBD.
Untuk mensinkronkan segenap upaya penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan
masyarakat, pada tahun 2007 pemerintahan SBY meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM). Pelaksanaan PNPM dikoordinasikan oleh TKPK yang beranggotakan lintas
instansi pemerintah. Jumlah penduduk miskin yang ditangani PNPM pada tahun 2007 mencapai 21,9
juta jiwa atau 5,5 juta KK di perdesaan dan 10 juta jiwa atau 2,5 juta KK di perkotaan.
Sehingga munculnya UU LKM ini harus dipandang bukan untuk meregulasi kiprah dan keberadaan
LKM, namun lebih kepada upaya melindungi masyarakat dan juga memperkuat peranan LKM dalam
mendorong tumbuhnya wirausaha dan kelas menengah baru yang pada gilirannya akan mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu UU LKM ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian
hukum dan memenuhi kebutuhan layanan keuangan terhadap masyarakat miskin dan/atau
berpenghasilan rendah.
Fungsi OJK dalam pengembangan LKM
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 21 Tahun 2011 dengan
tujuan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan
dan stabil, yang terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak
lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan terhadap seluruh kegiatan keuangan di Indonesia.
Sesuai amanat UU no.1 Tahun 2013 tersebut, maka fungsi Otoritas Jasa Keuangan dalam
pengembangan LKM antara lain adalah:

1. Fungsi Pembinaan
(1)

Inventarisasi dan pendataan


Salah satu langkah strategis yang harus dilakukan OJK dalam menjalankan fungsinya sesuai UU
no.1/2013 dalam pengembangan LKM adalah melakukan inventarisasi seluruh lembaga
keuangan mikro baik yang belum berbadan hukum maupun yang sudah berbadan hukum
yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Selain itu berbagai program pemerintah juga
telah menumbuhkan LKM baik yang sifatnya sangat informal, maupun yang akhirnya
berkembang menjadi Bank Perkreditan Rakyat.

159

Seusai peraturan UU no.1/2013, BPR tidak termasuk LKM yang menjadi cakupan UU tersebut.
LKM yang dimaksud berbadan hukum koperasi atau PT yang bukan berbentuk lembaga
keuangan bank. LKM menurut UU no.1/2013 adalah lembaga keuangan non bank yang
khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota
dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan
usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan Pasal 1 UU no.1/2013).
Inventarisasi LKM yang belum berbadan hukum dan LKM berbadan hukum harus dilakukan
dalam waktu 2 tahun setelah UU tersebut disahkan pada tahun 2013. Inventarisasi tersebut
juga sekaligus pendataan (data base LKM Indonesia) yang dapat berbasis GIS (sistem informasi
geografis) seperti yang sedang dilaksanakan oleh OJK saat ini.
(2)

Capacity Building
Penguatan kapasitas LKM dalam memberikan pelayanan jasa keuangan kepada usaha kecil
dan mikro adalah strategi yang sangat penting untuk dilakukan oleh OJK. Penguatan
kapasitas ini meliputi; peningkatan sumberdaya manusia, sistem pengelolaan LKM,
permodalan, dan juga infrastruktur keuangan mikro di Indonesia sehingga dapat menjangkau
pelosok tanah air dan masyarakat miskin yang selama ini tidak memiliki akses kepada lembaga
keuangan.

2. Fungsi Pengaturan dan pengawasan LKM yang meliputi:


a.

perizinan untuk pendirian LKM, pembukaan kantor LKM, anggaran


dasar, rencana kerja, permodalan LKM, kepemilikan, kepengurusan dan
sumber daya manusia, serta pencabutan izin usaha LKM;
b.
pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan LKM yang
meliputi: aspek-aspek PEARLS (Protections, Earnings, Asset Qualitiy, Rates of
Return and cost, Liquidity, dan Signs of growth);
c.
laporan LKM yang terkait dengan kesehatan dan kinerja LKM, sistem
informasi debitur, dan standar akuntansi LKM;
d.
pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian LKM,
meliputi: manajemen risiko, tata kelola LKM, prinsip mengenal nasabah dan
anti pencucian uang, dan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
keuangan.
3. Advokasi dan promosi
Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang melakukan
tindakan
pencegahan
kerugian Konsumen dan masyarakat, yang meliputi:
memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor
jasa keuangan mikro, layanan, dan produknya. Kegiatan untuk mempromosikan
fungsi dan peranan LKM dalam menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat kecil
dan usaha mikro harus dilaksanakan secara sistematis, terprogram dan menggunakan
berbagai media komunikasi, baik media cetak, elektronik, maupun media sosial.
4. Penjaminan

160

Untuk perlindungan para penyimpan, yaitu pihak yang menempatkan dananya pada LKM,
OJK perlu mendorong, memfasilitasi dan memberikan dukungan bagi terbentuknya Lembaga
Penjamin Simpanan Keuangan Mikro (LPSKM), dengan fungsi dan mekanisme seperti LPS
perbankan.

STRATEGI PENGEMBANGAN LKM


Strategi pengembangan LKM terdiri atas 3 bagian penting, yaitu: pertama bagian penyediaan dana
yang cukup dan murah untuk pengembangan LKM, yang kita sebut sebagai receiving mechanism.
Mekanisme ini dapat ditempuh dengan cara memanfaatkan berbagai program pemerintah yang
dibiayai APBN yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan
(PNPM dan sebagainya), dana kegiatan sosial perusahaan CSR (corporate social responsibility), maupun
dana PKBL BUMN. Bagian Kedua managing mechanism yaitu mekanisme pengelolaan dana
keuangan mikro. Langkah awal adalah membentuk sebuah lembaga pooling fund yang dapat
mengumpulkan seluruh pendanaan yang ada termasuk dana simpanan masyarakat dalam bentuk
tabungan ataupun deposito. Selain itu juga dana dari luar negeri maupun dari lembaga venture
capital.
Bagian Ketiga adalah delivery mechanism yaitu mekanisme penyaluran dana mulai dari bank sentral
LKM sampai kepada nasabah atau anggota LKM dengan sistem yang cepat dan efektif.
Gambar 1. Strategi Pengembangan LKM

Selanjutnya strategi pengembangan LKM ini dapat diringkas dalam sebuah skema Arsitektur LKM
Indonesia, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2. Arsitektur Lembaga Keuangan Mikro
Arsitektur LK

161

Pelaku utama sebagai pemangku Kepentingan LKM:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pelaku Usaha Kecil dan Mikro (nasabah atau anggota)


LKM di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota
Induk LKM di tingkat kabupaten/kota dan provinsi
Apcx (lembaga pengayom LKM) di tingkat pusat
Otoritas Jasa Keuangan
Lembaga Penjamin Simpanan
Bank Sentral LKM

Apex LKM
Apex-LKM sering didefinisikan secara sederhana sebagai lembaga pengayom yang memberikan
layanan khusus bagi LKM.
Ada 2 jenis Apex LKM. Jenis pertama adalah lembaga keuangan berbasis koperasi yang dimiliki oleh
anggotanya, yaitu koperasi pertanian, koperasi perikanan, koperasi kehutanan, dan koperasi-koperasi
lain yang terkait dengan pertanian, perikanan dan kehutanan. Kegiatan utamanya hanya melayani jasa
financial bagi anggotanya.
Jenis Kedua adalah bank sentral bagi koperasi simpan pinjam yang beroperasi secara regional dan
khusus melayani usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di wilayah tertentu. Bank sentral ini juga
dimiliki oleh anggotanya dan kegiatan utamanya hanya memberikan layanan finansial kepada
anggotanya.
Apex LKM di Indonesia
Belum terwujudnya Apex LKM di Indonesia lebih dikarenakan belum adanya sinkronisasi antara
kebutuhan kepentingan dan regulasi. Sebagai contoh, Bank Indonesia telah mengeluarkan Generic
Model Apex BPR (yang bersifat tidak mengikat) dan telah mendorong BPD-BPD untuk menjadi
Regional Champion Bank sekaligus menjadi apex bagi BPR-BPR yang berada di dalam satu propinsi.
Namun dalam implementasinya belum menunjukan hasil yang maksimal sesuai dengan harapan
Generic Model nya,
Lembaga Apex diharapkan dapat melakukan 3 fungsi utama: 1) pooled of funds; 2) penyedia likuiditas
dan kredit linkagebagi BPR; dan 3) bantuan teknis (technical assistance). Apex BPR yang diinisiasi
sendiri oleh BPR-BPR dengan bekerjasama dengan Bank Andara atau disebut sebagai ABB (Andara
Bersama BPR) yang kini berada di DKI Jakarta, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB) masih lebih fokus
pada pengelolaan dana pooled of funds dan penyediaan dana likuiditas. Technical assistance masih
lebih banyak berbentuk pelatihan BPR, daripada penyelenggaraan pengembangan dan pemasaran
produk bersama, dan ataupun pemanfaatan infrastruktur bersama untuk mencapai tingkat efisiensi
yang lebih baik bagi seluruh anggotanya.

162

Lambatnya implementasi Apex BPR yang mendekati ideal, dimana lembaga apex dapat dimiliki oleh
BPR dan kegiatan usahanya lebih banyak melayani BPR karena belum adanya regulasi yang menjadi
landasan. Secara regulasi BPR hingga saat ini hanya diperbolehkan menghimpun dana dan
menyalurkannya dalam bentuk pemberian kredit, sehingga tidak dimungkinkan BPR memiliki saham di
lembaga lain, termasuk apex bank untuk BPR.
Padahal, jika BPR dapat memiliki Bank Apex BPR sendiri, dan lembaga tersebut beroperasi seperti
Norinchunkin Bank atau Sinkin Central Bank seperti di Jepang, maka dengan asumsi seluruh BPR
anggota hanya diperbolehkan menempatkan dan menerima dana pinjaman dari Bank Apex terserbut
setidaknya Bank Apex BPR dapat mengelola dana simpanan dari BPR sebesar Rp. 15,2 triliun (per
Januari 2014) yang selama ini disimpan berpencar-pencar di banyak bank umum dalam bentuk
(Aktiva Antar Bank). Di sisi lain, Bank Apex tersebut juga berpotensi dapat menyalurkan kredit kepada
BPR mencapai Rp. 12,76 triliun (per Jan 2014), yang pada akhirnya keuntungannya akan kembali
kepada BPR lagi dalam bentuk dividen ataubenefit lainnya. Lebih dari itu, dengan bergabungnya BPR
kedalam satu lembaga apex tentu penghimpunan dana pihak ketiga juga akan lebih dahsyat lagi
melalui penyediaan fasilitas teknologi dan pemasaran bersama.
Untuk merealisasikan Bank Apex BPR yang ideal tersebut tentu ada sejumlah pekerjaan rumah yag
harus dibereskan terlebih dahulu, seperti regulasi, infrastruktur sebuah lembaga apex, serta semangat
kebersamaan antar pelaku industri BPR sebagaimana yang menjadi slogan Norinchunkin Bank one
for all, all for one.
Apex Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
IKSP (Induk Koperasi Simpan Pinjam) yang dimiliki oleh anggotanya (KSP-KSP) sudah mendekati ideal.
Namun, IKSP justru kehilangan prinsip one for all, all for one dari sebuah lembaga apex. IKSP tidak
mampu mewajibkan seluruh KSP anggotanya untuk menempatkanexcess liquidity di IKSP, dan
sebaliknya IKSP juga tidak selalu mampu menyediakan dana likuiditas bagi setiap KSP anggota yang
memerlukannya. Mengapa hal ini terjadi?
KSP anggota pada umumnya lebih membutuhkan likuiditas dari IKSP mengingat kemampuan KSP
dalam memobilisasi dana dari anggotanya sangat terbatas. Maklum, anggota KSP masih lebih suka
menempatkan dananya di bank umum (karena lebih aman dan banyak fasilitasnya) sedangkan untuk
mendapatkan pinjaman lebih suka ke KSP (karena lebih longgar persyaratannya). Di sisi lain, IKSP tidak
memiliki kecukupan dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas KSP anggotanya. Walhasil, KSP
mencari sendiri sumber pendanaan sendiri, baik dari bank umum ataupun lembaga keuangan lainnya.
Ketika IKSP juga mendapatkan sumber dana dari bank umum atau lembaga keuangan lainnya, maka
sudah dipastikan pinjaman yang akan diberikan kepada KSP anggota akan jauh lebih mahal ketimbang
KSP mengakses langsung ke bank umum atau lembaga keuangan lainnya tersebut.
Kini, IKSP akan terus kehilangan arah (disorientasi) dan cenderung akan mati suri, terlebih ketika IKSP
harus bersaing dengan badan layanan umum (BLU) LPDB (Lembaga Pengeloloa Dana Bergulir)
Kementerian Koperasi & UKM. LPDB ssebagai penyalur dana bersubsidi banyak memberikan
pinjaman kepada KSP-KSP, baik anggota IKSP maupun bukan anggota dengan suku bunga subsidi
yang pasti jauh lebih murah dari pinjaman IKSP. Sekali lagi, keberadaan Apex KSP seperti halnya
Shinkin Central Bank di Jepang seharusnya mendapat dukungan dari Pemerintah alias harus
ada political will yang kuat. Keberadaan Shinkin Central Bank bahkan diregulasi dengan undangundang tersendiri sejak tahun 1950 dan diawasi oleh Financial Services Authority (semacam OJK di
Indonesia).

163

Sebenarnya belum ada kata terlambat bagi Pemerintah untuk membenahi sistem Apex KSP.
Katakanlah IKSP ditunjuk oleh Pemerintah sebagai Apex KSP dengan regulasi khusus. Untuk
memperoleh sumber pendanaan yang murah, IKSP dapat menerbitkan obligasi dengan stanby
buyer LPDB. Melalui penerbitan obligasi itulah, IKSP juga dituntut professional dengan harus menjaga
kinerjanya minimal pada posisi investment grade.
Dengan demikian, IKSP tidak lagi harus bersaing tidak sehat dengan LPDB. Sedangkan LPDB
seharusnya tidak lagi diperkenankan membiayai KSP secara langsung, tetapi difokuskan untuk
membiayai koperasi Non KSP.
Semoga Pemerintahan baru yang dihasilkan Pemilu tahun 2014 ini memiliki political will yang kuat
untuk memajukan industri lembaga keuangan mikro (LKM) guna memberikan akses yang lebih luas
lagi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Lembaga Penjamin Simpanan Keuangan Mikro
LPS berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem
perbankan sesuai kewenangannya.

BANK SENTRAL LKM


Fungsi dan Peran Bank Sentral Secara Umum
Bank Sentral adalah bank yang merupakan pusat struktur moneter dan perbankan di negara yang
bersangkutan dan yang melaksanakan (sejauh dapat dilaksanakan dan untuk kepentingan ekonomi
nasional) fungsi-fungsi sebagai berikut:
1.

Memperlancar lalu lintas pembayaran


a. menciptakan uang kartal
b. menyelenggarakan kliring antar bank umum.

2.

Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah.


a.

Bank Sentral sebagai bankir :


i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.

memelihara rekening pemerintah


memberikan pinjaman sementara
memberikan pinjaman khusus
melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas)
menerima pembayaran pajak
membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah,
membantu pengedaran surat berharga pemerintah
mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi

b. Bank sentral sebagai agen dan penasehat pemerintah :


i.
ii.
iii.

mengadministrasi dan mengelola hutang nasional


memberikan jasa pembayaran bunga atas hutang
memberikan saran dan informasi mengenai keadaan pasar uang dan modal.

3.

Memelihara cadangan/cash reserve bank umum

4.

Memelihara cadangan devisa negara:

164

a.

internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredarb. eksternal reserve, untuk alat
pernbayaran internasional
b. Sebagai bankers bank dan lender of last resort,
5.

Mengawasi kredit

6.

Mengawasi bank (bank supervision):


a.

Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarahkan agar individual bank dapat
dijaga kelangsungan hidupnya sehingga kepentingan masyarakat dapat dilindungi.

b. Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang negara yang bersangkutan sehingga
bank tersebut dapat menjadi penyangga kebijakan moneter maupun kebijakan
ekonomi pemerintah lainnya.
Fungsi:
1.
Lembaga kliring antar Apex LKM
2.

Pooling fund

3.

Pengendali suku bunga dan moneter

Sumber dana:
1.

APBN (program PNPM dan sejenis)

2.

CSR dan PKBL

3.

Dana Luar Negeri (penempatan pemegang saham)

4.

Dana Masyarakat (pemegang saham publik)

5.

Dana Anggota (apex LKM)

165

MODUL 18

RENCANA TINDAK LANJUT


Tujuan
Peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut pelatihan dan mengaplikasikan hasil pelatihan di
lapangan sesuai dengan kondisi riil di lokasi desa penempatan.

Ringkasan Modul
No
1

Pembahasan/Topik
Rencana Tindak Lanut

Metode
Penjelasan, diskusi dan praktek

Bahan/Alat
Lembara RTL, hand out
RTL.

Total

Waktu
60
60

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir pelatihan modul ini peserta diharapkan mampu :
1.

Menyusun rencana kerja kegiatan PSP3 di desa penempatan

2.

Menentukan target pendampingan dengan skala waktu

3.

Menentukan indikator keberhasilan PSP3

Langkah-Langkah Penyampaian
1.

Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan RTL serta cara pengisian tabel.

2.

Berikan kesempatan tanya jawab/diskusi, agar semua peserta memahami alur penyusunan RTL

3.

Minta kepada masing-masing peserta menyusun RTL.

4.

Selama penyusunan dampingi dan berikan arahan agar RTL dapat dikembangkan menjadi rencana
kerja bagi peserta.

5.

Ingatkan bahwa RTL harus mengacu pada peran dan fungsi PSP3

6.

Evaluasi hasil RTL dari masing-masing peserta, berikan masukan jika belum sesuai dengan konsep
PSP3

7.

Akhiri sesi dengan aplaus bersama.

Rencana Tindak Lanjut (RTL) Pelatihan


A. Pertimbangan RTL
Dalam penyusunan RTL perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
6.

Kebijakan nasional yang terkait

166

7.

Kebijakan daerah yang terkait

8.

Ketersediaan waktu

9.

Ketersediaan dana

10. Ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM)


11. RTL disusun minimal untuk jangka waktu 1 tahun mendatang

B. Format RTL (bisa dimodifikasi)


12. Ringkasan RTL
RINGKASAN RTL PASCA PELATIHAN
No

Jenis Kegiatan

Lokasi

Sasaran

Target

Biaya

Waktu

Nilai

PJ

Sumber

1
2
3
Dst

Maksud & Tujuan,


Maksud dan tujuan menyusun RTL apa, uraikan secara singkat.

Metode,
Uraikan strategi, taktik dan trik-trik agar RTL dapat dijalankan sesuai dengan rencana. Demikian
juga diuraikan bagaimana prosedur untuk menjalankan RTL yang disusun.

Jadwal Kegiatan (Time Schedule)


JADWAL KEGIATAN TINDAK LANJUT PELATIHAN
Bulan
No

Jenis Kegiatan

10

11

12

1
2
3
4

167

MODUL 19

EVALUASI PELAKSANAAN PEMBEKALAN PSP3


Tujuan
Peserta mampu melakukan evaluasi tehadap jalannya pelatihan sesuai dengan pencapaian tujuan
pealtihan pembekalan PSP3.

Ringkasan Modul
No
1

Pembahasan/Topik
Evaluasi Pelatihan Tindak Lanut

Metode
Penjelasan, dan praktek

Bahan/Alat
Lembara Evaluasi.

Total

Waktu
60
60

Sasaran Pembelajaran
Pada akhir pelatihan modul ini peserta diharapkan mampu :

memberikan umpan balik terhadap jalannya pelatihan sesuai dengan tujuan yang akan dihasilkan
dalam pelatihan ini.

mampu memberikan saran dan perbaikan untuk pelatihan yang akan datang sehingga tercapai
tujuan pelatihan.,

Langkah-Langkah Penyampaian
1.

Fasilitator menjelaskan maksud dan tujuan evaluasi serta cara pengisian tabel.

2.

bagikan Lembar Evaluasi dan berikan kesempatan tanya jawab/diskusi, agar semua peserta
memahami cara melakukan evaluasi

3.

Minta kepada masing-masing peserta untuk mengisi lembar Evaluasi

4.

Akhiri sesi dengan applaus bersama

168

LEMBAR EVALUASI PEMBEKALAN PSP3 TAHUN 2014

Nama

..

Propinsi asal

..

Propinsi penempatan

..

Kelas

....

A. Tujuan Pelatihan
Bahwa Pelatihan Pengembangan PSP3 pada akhir pelatihan, sampai dimana tingkat ketercapaian tujuan
yang saudara peroleh, berikan tanda pada skala 0 sampai dengan 5 untuk menentukan posisi tingkat
pencapaian tujuan saudara dalam pelatihan ini.
Lingkari salah satu angka pada skala :
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak tercapai
tercapai

1.

Meningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep pembangunan yang terpusat pada
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (people centered development).
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak tercapai
tercapai

2.

Meningkatkan keterampilan teknis dan metodologis dalam mendorong dan memfasilitasi partisipasi dan
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak tercapai
tercapai

3.

Meningkatkan kemampuan dalam bidang manajemen program-program pembangunan, mulai dari


penyusunan desain, perencanaan hingga penulisan laporan.
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak tercapai
tercapai

4.

Megembangkan etika profesi Konsultan Pembangunan (Social Enterpreneurships) Pedesaan yang menjadi
dasar dalam perilaku sebagai Konsultan Pembangunan
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak tercapai
tercapai

B. Materi
Bahwa guna mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, diselenggarakan pelatihan dengan rancangan
materi yang dilaksanakan di dalam kelas Sejauhmana keterkaitan materi-materi tersebut dengan
pelaksanan tugas Saudara sebagai Konsultan Pembangunan di desa kelak ? Berikan penilaian pada skala 0
sampai dengan 5 yang menandakan tingkat keperluan materi untuk pelaksanaan tugas Saudara,
Lingkari salah satu angka pada skala :
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak diperlukan
sangat diperlukan

1. Materi Pengantar :

169

a. Perkenalan dan Kontrak Belajar


b. Saran

0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

..

2. Materi Pengetahuan & Wawasan :


a. Arah Kebijakan PSP3
b. Social Enterpreneurship
c. Masalah Sarjana dan Pembangunan

0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Perdesaan

d. Peningkatan Motivasi Berprestasi


e. Peran dan Fungsi PSP3
f.

0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Saran

3. Materi Keterampilan Teknis & Metodologis


a. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
b. Teknik Berintegrasi Masyarakat
c. Identifikasi dan Pemecahan Masalah
d. Teknik Perencanaan Partisipasi
e. Kepemimpinan Efektif
f. Pengembangan Dinamika Kelompok
g. Pengembangan Kerjasama
h. Saran

0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

4. Materi Manajerial :
a. Penyusunan Program Kerja
b. Teknik Penulisan Laporan
c. Rencana Tindak Lanjut

0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

d. Saran

C.

Metoda dan Media

Untuk melaksanakan pembelajaran materi-materi di atas, dipergunakan metoda, teknik dan


media pembelajaran untuk orang dewasa. Berikan penilaian Saudara pada skala 0 sampai
dengan 5 tentang metoda, teknik dan media berikut ini :
1. Secara umum, apakah metode pembekalan ini menurut Saudara menarik ?
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak menarik
sangat menarik

170

2. Media penyajian yang pergunakan di setiap


tempat pembekalan tersebut menurut Saudara
apakah menarik bagi anda ?
0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
tidak menarik
sangat menarik

D. Fasilitator/Narasumber/Pelatih
1. Fasilitator adalah mereka yang yang mendampingi peserta pembekalan di kelas. Bagaimana penilaian
Saudara terhadap Fasilitator di kelas saudara ? Beri tanda pada skala 0 sampai dengan 5 yang Saudara
maksud untuk setiap Fasilitator di kelas Saudara.
Fasilitator Kelas . adalah :
1.

Nama Fasilitator : ...


Jelek sekali

a.
b.
c.
d.
e.
2.

Penguasaan Materi .......................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ...... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Nama Fasilitator : ...


Jelek sekali

a.
b.
c.
d.
e.
3.

Baik sekali

Baik sekali

Penguasaan Materi .......................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ...... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Nama Fasilitator : ...


Jelek sekali

a.
b.
c.
d.
e.

Baik sekali

Penguasaan Materi .......................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ...... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

2. Nara sumber adalah mereka yang memberikan materi-materi yang bersifat kebijakan guna
pengembangan wawasan peserta. Berikan penilaian terhadap para narasumber berikut :
1.

Nama Narasumber :.
Jelek sekali

a.
b.
c.
d.
e.

2.

Baik sekali

Penguasaan Materi .......................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ...... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Nama Narasumber : .
Jelek sekali

a.

Baik sekali

Penguasaan Materi .......................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

171

b.
c.
d.
e.

3.

Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ....... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

nama Narasumber : .
Jelek sekali

a.
b.
c.
d.
e.

4.

Nama Narasumber : ..
Jelek sekali

a.
b.
c.
d.
e.

E.

Baik sekali

Penguasaan Materi ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ....... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Waktu
Waktu pelatihan

F.

Baik sekali

Penguasaan Materi ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


Penguasaan Metodologi .................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Gaya/Penampilan ............................. : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Bahasa & kemudahan dipahami ....... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
Penggunaan media ........................... : 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Terlalu cepat
Terlalu lama
:0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

Penyelenggaraan
Jelek sekali

1.
2.
3.

Pelayanan penginapan
Pelayanan konsumsi
Pelayanan administrasi

Baik sekali

: 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5


: 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5
: 0 ------------ 1 ------------ 2 ------------ 3 ------------ 4 ------------ 5

G. Peserta
Pilihlah satu diantara teman terbaik, yang menurut Saudara aktif dalam kelas dalam arti :
1. Aktif bicara bermutu
2. Aktif bertanya terkait dengan materi
3. Memberikan solusi atas permasalahan yang sedang dibahas
4. Memimpin (kelas, kelompok kecil, kelompok besar)
H. Komitmen Diri
Bahwa setelah mengikuti Pembekalan Program Pemuda sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan,
dengan ini saya menyatakan, bahwa tingkat komitmen saya terhadap program ini pada posisi sebagai
berikut :
I.

Kesan - kesan

172

a.

b.

c.

d.

Jakarta,

September 2014

(.)

173

Anda mungkin juga menyukai