Oleh
Sukeksi Setyowardani
NIM: 220109120452
MALANG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan pada hamba-
hambanya untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang memberikan seri tauladan kepada umatnya
Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Bahasa Anak Dengan
PTK ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dari Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Peneliti menyadari bahwa sepenuhnya bahwa dalam penulisan PTK ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran serta bimbingan sangat
Dalam penulisan PTK ini, peneliti banyak menerima bantuan, dorongan dan petunjuk dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih
1. Seluruh Dosen dan staf PPG yang telah sabar dan ikhlas memberikan ilmu serta
memberikan dukungan semangat dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.
3. Para rekan guru TA PKK Al-Fath Pandanwangi yang selalu memberikan dukungan
4. Orang tuaku, adik-adikku dan keponakanku tersayang, yang telah memberikan doa
ii
5. Serta teman-temanku seperjuangan Kelas GKRA-1 Batch 1 PPG yang telah
6. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penulisan PTK ini. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dan
keikhlasan serta senantiasa memberikan rahmat dan karunianya kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya. Peneliti berharap semoga PTK ini dapat
Peneliti
Sukeksi Setyowardani
iii
DAFTAR ISI
D. Kegunaan Penelitian…………………………………………………………………. 4
iv
F. Teknik Analisa ……………………………………………………………………… 19
2. Siklus 1 …………………………………………………………………………. 21
3. Siklus 2 …………………………………………………………………………. 23
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………… 30
B. Saran ………………………………………………………………………………... 30
v
BAB I
PENDAHULUAN
ayat 14 menyatakan bahwa: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih
lanjut (depdiknas, 2010 hlm.1)”. Tugas utama Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal adalah
keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan yang
Keempat pengembangan tersebut memliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang
merupakan satu kesatuan (Dahlan dalam Daroah, 2013, hlm 3). Keempat keterampilan
tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak
akan belajar berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi
seharihari, bahasa yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari adalah bahasa lisan.
Berbicara termasuk pengembangan bahasa yang merupakan salah satu bidang yang
perlu dikuasai anak usia dini. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian
maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain
(depdikbud, 1984, hlm 7). Menurut Suhartono (2005, hlm.20) mengemukakan berbicara
1
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
bagi anak usia dini secara lisan, sehingga kegiatan bercerita (storytelling) dapat memberikan
pengalaman belajar anak untuk berlatih mendengarkan informasi tentang pengetahuan, nilai
dan sikap untuk di hayati dan diterapkan dalm kehidupan sehari-hari (moeslichatoen dalam
yulianti, 2014, hlm 7). Menurut Mustakim (2005, hlm.12) cerita mempunyai makna yang luas
bila ditinjau dari bentuk dan isi cerita. Dari segi bentuk cerita, dimaknai bahwa cerita adalah
cerita fantasi atau hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, cerita benar-benar
terjadi seperti dalam sejarah (history), cerita ini dalam imajinasi penulis atau pengarang
(fiction). Dari segi isi cerita terdapat cerita tentang kepahlawanan, cerita ilmu pengetahuan,
cerita keagamaan, dan cerita suka dan pengarang. Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan, ada berbagai macam permasalahan yang terjadi terkait pembelajaran kemampuan
berbicara. Saat anak diminta untuk menceritakan pengalaman atau kejadian di depan kelas,
ada 13 dari 20 anak yang tidak mampu menceritakan pengalaman atau kejadian itu secara urut
dan runtut. Anak akan menunggu stimulasi berupa pertanyaan dari guru. Selain itu anak juga
belum mampu untuk menjawab dan menceritakan kembali isi cerita yang telah disampaikan
guru. Kemampuan anak dalam menjawab ataupun menceritakan kembali isi cerita yang
dibawakan guru, sebagian besar belum mampu menjabarkannya dengan benar. Anak hanya
akan mengucapkan satu atau dua kata saja, bukan berupa kalimat. Selain itu materi
dan terbatas, sehingga anak kurang rensposif terhadap pembelajaran yang diberikan guru.
menggunakan media yang tepat (Suhartono, 2005, hlm.24). Oleh karena itu, salah satu solusi
yang ditawarkan adalah dengan menggunakan media boneka tangan untuk memberikan
2
pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna. Sebenarnya ada banyak media
antaranya dengan media boneka tangan. Media boneka tangan merupakan media yang
menarik bagi anak. Selain itu boneka tangan ini juga digunakan langsung oleh anak. Boneka
tangan ini dapat digunakan untuk memerankan suatu tokoh dalam cerita (Tadzkiroatun
Musfiroh, 2005, hlm.147) Pada saat anak menceritakan kembali cerita yang dibawakan guru,
boneka tangan ini dapat merangsang dan dapat membantu mengingat kembali isi cerita.
Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Meningkatkan kemampuan bahasa anak melalui Metode bercerita dengan media boneka
tangan pada kelompok A di TA PKK Al-Fath kecamatan Blimbing Kota Malang” dengan
harapan dapat menyajikan bahan belajar yang memberikan pengalaman lebih menyenangkan
1. Pembatasan Masalah
pembatasan masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian mendapatkan hasil yang
fokus. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan berbahasa
anak dengan metode bercerita melalui media boneka tangan di TA PKK Al-Fath
Pandanwangi.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah penggunaan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada
siswa?
3
b. Bagaimana penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara
pada siswa?
C. Tujuan Penelitian
mendeskripsikan:
D. Manfaat Penelitian
menggunakan metode bercerita menggunakan media Boneka Tangan di TA PKK Al-Fath ini
Secara praktis dalam proses penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
semua pihak, seperti peserta didik khususnya, guru, lembaga pendidikan, orang tua, dan bagi
peneliti selanjutnya. Untuk lebih spesifik penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak dan kemampuan bercerita
2. Bagi guru
Guru lebih mudah mengajarkan keterampilan bahasa anak, karena memakai media yang
menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam
4
meningkatkan kemampuan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik,
menyenangkan, dan bermakna agar anak banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas
berbicara.
pada umumnya, dan khususnya bagi TA PKK Al-Fath Pandanwangi dalam rangka
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan menjadi inspirasi
serta motivasi bagi kemajuan pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.
5
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
1. Media Pembelajaran
berbahasa anak, Isah Suryani (2004: 99) memaparkan bahwa kemampuan guru
dalam mendekatkan anak pada bahasa yaitu kemampuan guru dalam mencari cara
atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Biasanya, cara
yang dapat diterima anak, yaitu cara-cara yang paling menyenangkan bagi anak,
belajar mengajar. Kegiatan itu dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh
Media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang menarik perhatian dan untuk
menumbuhkan minat anak berperan serta dalam proses pembelajaran dan media
satu media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
2. Keterampilan Bahasa
a. Pengertian bahasa
6
Mardiningsih (2004:15) menyatakan bahasa adalah suatu alat untuk
dengan sengaja.
bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Yang kedua, bahasa adalah
Unsur-unsur penting dalam bahasa menurut Aida Azizah (2011) yaitu bahasa
merupakan sistem, lambang bunyi yang tutur dan arbiter, khas milik manusia,
kesemestaan bahasa.
berlangsung tiga tahap yaitu (a) Tahap penilaian, (b) Tahap memahami makna
dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh adanya media atau sarana
prasarana.
3. Metode bercerita
Ahmad Tafsir memberikan pengertian metode adalah cara yang paling tepat
7
kejadian, dsb);
belaka);
wayang, dsb);
Sedangkan menurut Sukanto Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
pendengarnya.
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
dalam suatu system, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup
8
komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan
kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada
buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.
komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut
diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai
hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal
media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia
9
dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan
Boneka tangan adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang
sandiwara Boneka tangan. Dengan melalui boneka tangan diharapkan anak akan
langsung dengan jari-jari tangannya. Boneka tangan sangat populer bagi dunia
bermain anak, seperti yang ditampilkan di media elektronik, yaitu boneka si unyil
Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka tangan yang disesuaikan dengan
cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka tangan ini
a. Macam-macam Boneka
Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis Boneka,
antara lain: boneka jari, boneka tangan, boneka tongkat, boneka tali
1) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu
rumit.
10
4) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan
tangan dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu kita perhatikan
b. Buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci.
Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, sekalipun
c. Permainan boneka tangan mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu
anak usia balita, sebaiknya permainan boneka tangan dirancang untuk banyak
menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada anak dalam permainan
sandiwara boneka tangan tersebut dapat ditangkap atau dimengerti oleh anak-
anak.
bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau diskusi dengan anak-anak
f. Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi
11
g. Selesai permainan sandiwara, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya-
jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan.
B. Penelitian Terdahulu
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini dengan bermain peran
penelitian ini adalah guru dan anak TK Aisyiyah II Kecamatan Sragen, Kabupaten
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu,
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi,
setiap anak dengan persentase keberhasilan yang telah ditentukan peneliti pada
pra siklus mencapai 11,11%, siklus pertama 61,11%, dan siklus kedua menjadi
12
83,33%. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa variasi dalam pembelajaran
anak. Dengan demikian, dapat terbukti bahwa penerapan bermain peran dapat meni
ajaran 2013/2014.
Ngemplak Boyolali Tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian
meningkat menjadi 60% dan pada siklus III meningkat hingga mencapai 80%.
13
Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui penggunaan metode bercerita dengan
boneka, panggung boneka, dan alat peraga lain yang di gunakan dalam bercerita.
membuat lingkaran sambil menyanyi, supaya anak merasa senang dan gembira.
dengan boneka. Dalam hal ini peneliti memberikan apersepsi dahulu dengan
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode PTK. PTK merupakan satu upaya guru
atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki
keadaan yang tidak atau kurang memuaskan dan atau untuk meningkatkan mutu
tugas guru atau praktisi di lapangan. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis
Penelitian Tindakan Kelas adalah proses investigasi terkendali untuk merumuskan dan
Penggunaan metode PTK pada penelitian ini agar peneliti bisa merefleksikan diri
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasul belajar
B. Variabel Penelitian
Variable bebas adalah variabel yang dipilh untuk dicari pengaruh terhadap
variabel terikat atau variabel yang digunakan untuk mengatasi masalah. Variabel
15
Variabel terikat adalah variabel yang kehadiran dipengaruhi oleh variabel lain atau
variabel yang akan diatasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Malang, dengan alasan untuk memudahkan penelitian karena peneliti adalah pendidik
Pandanwangi masih sangat kurang, oleh sebab itu peneliti memanfaatkan penelitian
ini di RA tersebut.
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Juli 2023 sampai dengan
Agustus 2023.
Subjek penelitian ini adalah siswa TA PKK Al-Fath Kelas A2 pada tahun
pelajaran 2023/2024. Jumlah keseluruhan murid adalah 20 anak, dengan jumlah murid
laki-laki sebanyak 9 anak, dan murid perempuan 11 anak Penelitian ini untuk anak
Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang
16
tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Hubungan
a. Perencanaan Tindakan
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru melaksanakan desain model pemberian tugas mandiri
yaitu dengan meminta anak untuk bercerita lewat boneka tangan. Dalam usaha
c. Observasi
peneliti.
d. Refleksi
17
Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil pengamatan
Data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari
a. Siswa
Sumber data siswa berasal dari siswa TA PKK Al-Fath terdiri dari 9 siswa
b. Guru
Dari guru akan diambil data berupa data hasil pengamatan terhadap performasi
jari tangan.
c. Dokumen
Sumber data dokumen berasal dari data nama siswa, catatan lapangan, hasil
lembar observasi
a. Metode Observasi
menggunakan media kartu angka dalam peningkatan kognitif anak usia dini
b. Metode Wawancara
18
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
c. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan berupa daftar kelompok siswa, daftar nilai siswa,
F. Teknik Analisa
Metode analisis data adalah menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil observasi dan catatan lapangan sehingga dapat mudah dipahami dan
tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh kepastian apakah terjadi perbaikan,
Pada penelitian ini teknik analisa data dilakukan secara kualitatif. Teknik
Tes unjuk kerja dilakukan untuk mengukur hasil keterampilan berbicara siswa dalam
berbicara siswa dilakukan dengan membandingkan hasil tes yang dilakukan diakhir
setiap siklus.
Hasil nilai akhir tes dikonfersikan ke dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
S = ×100
Keterangan:
19
S = nilai yang diharapkan (dicari)
pemanfaatan media boneka tangan dikatakan berhasil apabila nilai ketuntasan seluruh
kelas mencapai ≥75% atau lebih.Apabila hasil observasi tinadakan tiap siklus telah
kegiatan bercerita setiap siklus. Pada saat siswa maju ke depan kelas untuk bercerita, guru
digunakan untuk bukti pelaksanaan pengambilan data digunakan untuk melengkapi hasil
observasi penelitian.
Tabel 1.
No Nilai Kategori
1 BB (Belum Berkembang)
2 MB (Mulai Berkembang)
20
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Hasil observasi dinyatakan bahwa hasil ketuntasan hasil belajar siswa pada saat
pratindakan mencapai 36%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar
mencapai 64%. Nilai rata-rata pada saat pratindakan adalah 69,28. Berdasarkan data yang
telah dinyatakan di atas, kemampuan berbicara siswa kelas A TA PKK Al-Fath tahun ajaran
2023/2024 masuk dalam kategori cukup terampil karena nilai rata-rata siswa baru mencapai
69,28.
berikut. Aspek lafal sebesar 71,89%, Aspek intonasi sebesar 71,83%, Aspek pilihan kata
sebesar 73.17% , Aspek keruntutan sebesar 72,57%, Aspek keberanian sebesar 69,69%,
Aspek kelancaran sebesar 62,52%, Aspek sikap sebesar 62,57%, Aspek penguasaan tema
sebesar 69,39%.
Berdasarkan hasil data tersebut disimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran
pada tahap pratindakan masih memiliki kekurangan dan perlu ditingkatkan lagi menjadi lebih
baik.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan, yaitu
sebagai berikut.
menggunakan media boneka tangan kemudian mendiskusikan dengan guru kelas A yang lain.
21
2) Menyiapkan media berupa boneka tangan yang akan digunakan dalam pembelajaran
keterampilan bercerita.
3) Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman observasi guru dan siswa
4) Melatih guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.
Evaluasi siswa pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 yang diikuti oleh 20 siswa,
diketahui bahwa dicapai rata-rata kelas 74,25. Hal ini dapat diketahui bahwa terjadi
yang terjadi dari pratindakan (prasiklus) ke siklus I pertemuan 1 setelah dikenai tindakan
yaitu meningkatnya 1 siswa lagi yang sudah mencapai keterampilan berbicara dan nilai rata-
rata kelas mengalami peningkatan sebanyak 11.02. Walaupun terjadi peningkatan hasil
belajar pada pertemuan 1 dianggap belum memenuhi target dan ada 15 siswa yang belum
mencapai keterampilan bercerita. Kemudian tindakan pada pertemuan 1 diulangi lagi dalam
yang terjadi dari siklus I pertemuan 1 ke pertemuan 2 setelah dikenai tindakan yaitu
meningkatnya 2 siswa lagi yang sudah mencapai keterampilan bercerita dan nilai rata-rata
kelas meningkat menjadi 75.2. Walaupun terjadi peningkatan hasil belajar pada pertemuan 2
dianggap belum memenuhi target dan ada 13 siswa yang belum mencapai keterampilan
bercerita.
sebagai berikut. Aspek lafal sebesar 78,29%, Aspek intonasi sebesar 76,66%, Aspek pilihan
22
kata sebesar 77,04%, Aspek keruntutan sebesar 76,88%, Aspek keberanian sebesar 74,38%,
Aspek kelancaran sebesar 64,74%, Aspek sikap sebesar 69,53%, Aspek penguasaan tema
sebesar 79,08%. .
c. Refleksi
Berdasarkan penilaian tes praktik bercerita yang telah diperoleh, hasil keterampilan
bercerita siswa kurang maksimal. Ada 13 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan,
sehingga masih perlu ditingkatkan lagi. Belum tercapainya target tindakan pada pelaksanaan
siklus I dikarenakan masih banyak siswa yang masih malu untuk bercerita, siswa dalam
berecrita masih menunduk dan kurang berinteraksi dengan anggota kelompoknya saat
menggunakan media boneka tangan. Oleh sebab itu, rencana kegiatan diulangi lagi pada
Media boneka tangan dibuat lebih menarik lagi dengan karakter yang berbeda untuk
memberikan rangsangan visual siswa lebih baik. Siswa dibuat berhadapan saat bercerita
menggunakan media boneka tangan agar interaksi siswa semakin aktif. Guru perlu lebih kritis
dan interaktif ketika melakukan tanya jawab menggali pengetahuan siswa menggunakan
media boneka tangan. Pembagian kelompok ditingkatkan menjadi 4 siswa per kelompok agar
siswa lebih berani dan lebih banyak berinteraksi menggunakan media boneka tangan. Cerita
3. Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini yaitu media boneka tangan dibuat
berbeda dengan tujuan menarik antusias siswa. Guru diberi masukan agar lebih kritis dan
interaktif ketika bertanya jawab dengan siswa menggunakan media boneka tangan.
Pembagian kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Cerita lebih jelas
23
dan sederhana untuk memudahkan pemahaman siswa dan efisiensi waktu.Siswa bercerita
ditentukan oleh guru. Setelah semuanya sudah siap untuk dilakukan penilaian bercerita.
Dalam hal ini, siswa terlihat lebih berani dan percaya diri bercerita secara individu. Keaktifan
siswa dalam berinteraksi menggunakan media boneka tangan di siklus II ini juga semakin
Pilihan kata yang digunakan sudah baik. Siswa melafalkan kata-kata dengan tepat
sehingga terdengar jelas. Siswa juga sudah memberikan tekanan/intonasi saat bercerita. Sikap
siswa juga terlihat semakin ekspresif, siswa tidak malu-malu lagi bercerita di depan teman-
temannya.
Evaluasi dalam bentuk tes praktik bercerita siswa pada siklus II pertemuan 1 dan
pertemuan 2 yang diikuti oleh 20 siswa, diketahui bahwa dicapai rata-rata kelas 79,32. Pada
siklus II pertemuan 1 ketuntasan individu meningkat menjadi 69,9%, peningkatan terjadi dari
siklus I ke siklus II pertemuan 1 setelah dikenai tindakan yaitu meningkatnya 6 siswa lagi
yang sudah mencapai keterampilan berbicara dan nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan
sebesar 3,65. Pada siklus II pertemuan 2, ketuntasan individu meningkat menjadi 96,9%,
peningkatan yang terjadi dari siklus II pertemuan 1 ke pertemuan 2 setelah dikenai tindakan
yaitu meningkatnya 6 siswa lagi yang sudah mencapai keterampilan berbicara dan nilai rata-
Berdasarkan data tersebut, hasil belajar keterampilan bercerita siswa telah mencapai
angka keberhasilan seperti yang telah ditetapkan di awal. Ketuntasan individu pada siklus II
yaitu sebesar 84,85% dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan
rata-rata kelas pada siklus II mencapai angka KKM 79.32. Angka yang diharapkan adalah
24
80% dari jumlah siswa mencapai batas ketuntasan keterampilan bercerita dan rata-rata kelas
minimal bintang 2.
sebagai berikut. Aspek lafal sebesar 81,93%, Aspek intonasi sebesar 82,07%, Aspek pilihan
kata sebesar 80,82%, Aspek keruntutan sebesar 79,99%, Aspek keberanian sebesar 78,17%,
Aspek kelancaran sebesar 70,6%, Aspek sikap sebesar 76,81%, Aspek penguasaan tema
setelah dilakukan perbaikan tindakan (siklus II) menunjukkan adanya peningkatan pada aspek
tema.
Berdasarkan keterangan di atas, persentase kelulusan siswa dapat dilihat pada diagram
Gambar 1.
Perbandingan Keterampilan Bercerita Siswa dari Prasiklus (Pratindakan), Siklus I, dan Siklus
II
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Prasiklus Siklus I Siklus II
25
Dari data yang telah disajikan di atas, kemampuan berbicara siswa kelas A TA PKK
Al-Fath tahun ajaran 2023/2024 masuk dalam kategori terampil. Nilai rata-rata siswa dalam
satu kelas telah mencapai 79,32 dan telah mencapai keterampilan bercerita yang menetapkan
nilai bintang 2 sebagai batas ketuntasan. Pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan
yang telah ditetapkan oleh guru dan peneliti. Dari hasil ketuntasan individu telah mencapai
persentase 84,85%. Dengan demikian, 80% dari jumlah siswa telah mencapai batas
B.PEMBAHASAN
keterampilan bercerita sudah menggunakan media boneka tangan. Hasil akhirnya didapat
nilai siswa sudah bagus hanya ada satu siswa yang belum mencapai target. Meningkatnya
hasil keterampilan bercerita karena siswa sudah memperhatikan aspek kebahasaan dan non
kebahasaan, yaitu aspek lafal intonasi, pemilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran,
sikap dan penguasaan tema. Hal ini dikarenakan siswa bercerita dengan media boneka tangan
sehingga siswa tertarik dan mudah memahami apa yang di ajarkan guru mengenai aspek
Dengan menggunakan media boneka tangan pelafalan siswa meningkat karena siswa
bercerita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga kata-kata yang
diucapkan terdengar dengan jelas hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti
(1991: 17) bahwa pelafalan yang baik yaitu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar Penggunaan media boneka tangan juga meningkatkan intonasi siswa yaitu siswa
mampu menggunakan intonasi berdasarkan tanda baca dengan tepat, hal tersebut sesuai
dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 18) intonasi yang sesuai ketika bercerita
26
Pemilihan katanya juga sudah sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
siswa sudah tepat dalam mengucapkan kosa kata, hal ini seauai dengan pendapat Maidar G.
Arsjad dan Mukti (1991: 18) keterampilan bercerita perlu memperhatikan kosa kata yang
tepat . Siswa juga menjadi runtut dalam bercerita siswa mengucapkan kalimat dengan runtut
karena siswa bercerita menggunakan beberapa tokoh boneka tangan sehingga mereka
bercerita dengan urut dan runtut, hal ini sesuai dengn pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti
(1991: 19) keruntutan struktur kalimat yang baik perlu diperhatikan saat mengkomunikasikan
Dengan bercerita menggunakan media boneka tangan siswa menjadi berani bercerita
di depan kelas, siswa memperagakan boneka tangan sehingga dalam bercerita mereka rileks
dan suara siswa sudah sesuai irama dan enak untuk didengar, hal ini sesuai dengan pendapat
Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 19) bahwa siswa berani bercerita di depan kelas dengan
percaya diri dan semangat. Kelancaran siswa dalam bercerita juga meningkat karena dengan
bercerita menggunakan media boneka tangan siswa mempersiapkan apa yang ingin
diungkapkan sebelum becerita di depan kelas, hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G.
Arsjad dan Mukti (1991: 20) bahwa seseorang dapat lancar berbicara jika seseorang tersebut
mengerti apa yang akan dikatakan, untuk itu pentingnya persiapan yang matang dalam
Sikap siswa juga meningkat karena yang tadinya malu-malu dan cenderung tidak siap
menjadi tegak dalam berbicara dan mampu berinteraksi dengan temannya menggunakan
media boneka tangan siswa sudah mampu bersikap sangat ekspresif, gerak-gerik wajar,
sangat tenag dan tidak grogi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan
Mukti (1991: 21) siswa yang berbicara di depan umum dengan sikaptegak dan pandangan
mata menyebar (tidak menunduk atau pandangan keatas) berarti siswa tersebut telah memiliki
sikap percaya diri yang baik. Penguasaan tema siswa meningkat karena dala bercerita
27
menggunakan media boneka tangan siswa sudah menumbuhkan sikap keberanian, percaya
diri, dan kelancaran dalam bercerita siswa sudah bercerita sangat sesuai dengan tema, dan
rangkaian cerita sangat berhubungan, halini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan
Mukti (1991: 22) penguasaan tema pembicaraan yang baik akan menumbuhkan keberanian,
Hasil observasi juga menunjukan bahwa aktivitas siswa termasuk dalam kategori baik
sekali. Saat guru memperlihatkan media boneka tangan, para siswa terlihat antusias dan
memperhatikan guru saat menjelaskan, bahkan ada beberapa siswa yang sampai maju ke
barisan depan. Sambil melihat dan mendengarkan penjelasan guru tentang media boneka
tangan banyak siswa yang ikut mengerakkan tangannya seolah-olah sedang menggunakan
boneka tangan. Bahkan ada siswa yang maju kedepan dan memegang boneka tangan yang
Dari data tersebut, dapat diuraikan jika dengan penggunaan media boneka tangan
dalam keterampilan bercerita dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi senang
dan mudah memahami apa yang diajarkan. Hal demikian sesuai dengan pendapat Suwarna
pembelajaran yaitu dapat menarik perhatian siswa dan aktivitas siswa menjadi tinggi.
Menarik perhatian penting dalam proses belajar, dengan membuat siswa tertarik
dengan pembelajaran akan membuat siswa senang dan antusias. Ketertarikan dan antusias
siswa dalam pembelajaran, akan meningkatkan minat siswa untuk belajar dan lebih
berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Temuan tersebut didukung oleh pendapat dari
Azhar Arsyad (2006: 26) bahwa penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan
Penggunaan media boneka tangan juga membuat siswa lebih terampil dalam bercerita.
Terbukti dengan peningkatan nilai rata-rata hasil tes bercerita sebelum menggunakan media
28
boneka tangan dan sesudah menggunakan media boneka tangan. Hal ini karena dengan
menggunakan media boneka tangan siswa dapat mengkongkretkan tokoh-tokoh yang ada
dalam bercerita hasil penelitian tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Azhar Arsyad
(2006: 24) yaitu media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dapat membuat bahan
pembelajaran menjadi lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa
dan memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Smaldino, Lowther, & Russel (Yanuarita Widi Astuti dan Ali Mustadi, 2014: 254) yang
mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan
penerima informasi.
membuat pesan atau isi cerita yang ada pada cerita dapat mudah dimengerti karena pada saat
guru membimbing siswa mencari pesan moral siswa sangat antusias dalam menjawab.
Dengan demikian, media boneka tangan ini memberikan pengaruh lebih baik terhadap
29
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
meningkat dengan menggunakan media boneka tangan. Hal tersebut ditandai dengan
berbanding lurus dengan peningkatan proses dan nilai rata-rata yang dicapai siswa.
Pada tahap prasiklus hasil belajar yang diperoleh adalah 69,28 dengan persentase
ketuntasan siswa 36% serta meningkat menjadi 74.25 dengan persentase ketuntasan
siswa 42,4% pada siklus I dan 79,32 pada siklus II dengan persentase ketuntasan
84,85%.
B. SARAN
Guru dapat menggunakan media boneka tangan untuk melatih keterampilan bercerita
30
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi (2010). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arsyad, Azhar, (2016). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dhieni, Nurbiana, Lara Fridani, Gusti Yarmi, & Nany Kusniaty (2005). Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah (2006). Strategi belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Eliyawati, Cucu (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Hana, J, (2011). Terapi Kecerdasan Anak dengan Dongeng. Yogyakarta: Berlian.
Hurlock, E. B (2008). Perkembangan Anak. Alih bahasa: Agus Dharma). Jakarta:
Erlangga.
31