Anda di halaman 1dari 36

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BAHASA ANAK DENGAN METODE

BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN

DI TA PKK AL-FATH BLIMBING MALANG

Oleh

Sukeksi Setyowardani

NIM: 220109120452

LPTK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan pada hamba-

hambanya untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Shalawat serta salam

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang memberikan seri tauladan kepada umatnya

sampai akhir zaman. Alhamdulillah peneliti ucapkan dengan terselesainya Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Meningkatkan Keterampilan Bahasa Anak Dengan

Metode Bercerita Menggunaka Media Boneka Tangan Di TA PKK Al-Fath Pandanwangi

Blimbing Malang”, sebagai persyaratan tugas PPG (Pendidikan Profesi Gur)

PTK ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dari Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Peneliti menyadari bahwa sepenuhnya bahwa dalam penulisan PTK ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran serta bimbingan sangat

diharapkan demi kesempurnannya..

Dalam penulisan PTK ini, peneliti banyak menerima bantuan, dorongan dan petunjuk dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih

sebesar-besarnya, masing-masing kepada:

1. Seluruh Dosen dan staf PPG yang telah sabar dan ikhlas memberikan ilmu serta

bimbingannya selama perkuliahan hingga terselesainya PTK ini.

2. Ibu Mardiana, selaku Kepala Madrasah TA PKK Al-Fath Pandanwangi yang

memberikan dukungan semangat dan izin kepada penulis untuk melalukan penelitian.

3. Para rekan guru TA PKK Al-Fath Pandanwangi yang selalu memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis.

4. Orang tuaku, adik-adikku dan keponakanku tersayang, yang telah memberikan doa

dan dukungan yang sangat baik.

ii
5. Serta teman-temanku seperjuangan Kelas GKRA-1 Batch 1 PPG yang telah

memberikan semangat dan dukungan sehingga terselesainya PTK ini.

6. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

penulisan PTK ini. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dan

keikhlasan serta senantiasa memberikan rahmat dan karunianya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuannya. Peneliti berharap semoga PTK ini dapat

bermanfaat bagi semua orang. Amiin.

Malang, 15 Agustus 2023

Peneliti

Sukeksi Setyowardani

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………... iv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………… 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ………………………………………………… 3

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………………. 4

D. Kegunaan Penelitian…………………………………………………………………. 4

BAB II KERANGKA TEORI ……………………………………………………………… 6

A. Landasan Teori ………………………………………………………………………. 6

1. Media Pembelajaran ……………………………………………………………... 6

2. Keterampilan Bahasa ……………………………………………………………. 6

3. Metode Bercerita ………………………………………………………………… 7

4. Media Boneka Tangan …………………………………………………………… 8

B. Penelitian Terdahulu ………………………………………………………………... 12

BAB III Metode Penelitian ………………………………………………………………….15

A. Jenis Penelitian ……………………………………………………………………... 15

B. Variabel Penelitian …………………………………………………………………. 15

C. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………………… 15

D. Populasi dan Sampel ……………………………………………………………….. 15

E. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 16

1. Jenis Pengumpulan Data ……………………………………………………….. 16

2. Sumber Pengumpulan Data ……………………………………………………. 18

3. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………….. 18

iv
F. Teknik Analisa ……………………………………………………………………… 19

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan …………………………………………………. 21

A. Hasil Penelitian ………………………………………………………………………21

1. Kondisi Awal (Pratindakan) ……………………………………………………. 21

2. Siklus 1 …………………………………………………………………………. 21

3. Siklus 2 …………………………………………………………………………. 23

BAB V Penutup ……………………………………………………………………………. 30

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………… 30

B. Saran ………………………………………………………………………………... 30

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

ayat 14 menyatakan bahwa: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya

pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih

lanjut (depdiknas, 2010 hlm.1)”. Tugas utama Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal adalah

mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku,

keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan yang

sesungguhnya di Sekolah Dasar (depdiknas, 2005, hlm 6).

Pengembangan berbahasa mempunyai empat komponen yang terdiri dari pemahaman,

pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan katakata menjadi kalimat dan ucapan.

Keempat pengembangan tersebut memliki hubungan yang saling terkait satu sama lain, yang

merupakan satu kesatuan (Dahlan dalam Daroah, 2013, hlm 3). Keempat keterampilan

tersebut perlu dilatih pada anak usia dini karena dengan kemampuan berbahasa tersebut anak

akan belajar berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi

seharihari, bahasa yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari adalah bahasa lisan.

Berbicara termasuk pengembangan bahasa yang merupakan salah satu bidang yang

perlu dikuasai anak usia dini. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian

maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain

(depdikbud, 1984, hlm 7). Menurut Suhartono (2005, hlm.20) mengemukakan berbicara

1
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Metode bercerita (storytelling) merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar

bagi anak usia dini secara lisan, sehingga kegiatan bercerita (storytelling) dapat memberikan

pengalaman belajar anak untuk berlatih mendengarkan informasi tentang pengetahuan, nilai

dan sikap untuk di hayati dan diterapkan dalm kehidupan sehari-hari (moeslichatoen dalam

yulianti, 2014, hlm 7). Menurut Mustakim (2005, hlm.12) cerita mempunyai makna yang luas

bila ditinjau dari bentuk dan isi cerita. Dari segi bentuk cerita, dimaknai bahwa cerita adalah

cerita fantasi atau hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, cerita benar-benar

terjadi seperti dalam sejarah (history), cerita ini dalam imajinasi penulis atau pengarang

(fiction). Dari segi isi cerita terdapat cerita tentang kepahlawanan, cerita ilmu pengetahuan,

cerita keagamaan, dan cerita suka dan pengarang. Berdasarkan observasi yang telah

dilakukan, ada berbagai macam permasalahan yang terjadi terkait pembelajaran kemampuan

berbicara. Saat anak diminta untuk menceritakan pengalaman atau kejadian di depan kelas,

ada 13 dari 20 anak yang tidak mampu menceritakan pengalaman atau kejadian itu secara urut

dan runtut. Anak akan menunggu stimulasi berupa pertanyaan dari guru. Selain itu anak juga

belum mampu untuk menjawab dan menceritakan kembali isi cerita yang telah disampaikan

guru. Kemampuan anak dalam menjawab ataupun menceritakan kembali isi cerita yang

dibawakan guru, sebagian besar belum mampu menjabarkannya dengan benar. Anak hanya

akan mengucapkan satu atau dua kata saja, bukan berupa kalimat. Selain itu materi

kemampuan berbicara disajikan kurang menarik dalam pembelajaran, cenderung monoton

dan terbatas, sehingga anak kurang rensposif terhadap pembelajaran yang diberikan guru.

Dalam mengembangkan keterampilan bicara anak akan lebih efektif jika

menggunakan media yang tepat (Suhartono, 2005, hlm.24). Oleh karena itu, salah satu solusi

yang ditawarkan adalah dengan menggunakan media boneka tangan untuk memberikan

2
pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna. Sebenarnya ada banyak media

yang dapat digunakan dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak/ Raudhatul Athfal di

antaranya dengan media boneka tangan. Media boneka tangan merupakan media yang

menarik bagi anak. Selain itu boneka tangan ini juga digunakan langsung oleh anak. Boneka

tangan ini dapat digunakan untuk memerankan suatu tokoh dalam cerita (Tadzkiroatun

Musfiroh, 2005, hlm.147) Pada saat anak menceritakan kembali cerita yang dibawakan guru,

boneka tangan ini dapat merangsang dan dapat membantu mengingat kembali isi cerita.

Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai kemampuan berbicara.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“Meningkatkan kemampuan bahasa anak melalui Metode bercerita dengan media boneka

tangan pada kelompok A di TA PKK Al-Fath kecamatan Blimbing Kota Malang” dengan

harapan dapat menyajikan bahan belajar yang memberikan pengalaman lebih menyenangkan

dan bermakna untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perlu dilaksanakan

pembatasan masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian mendapatkan hasil yang

fokus. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan berbahasa

anak dengan metode bercerita melalui media boneka tangan di TA PKK Al-Fath

Pandanwangi.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah penggunaan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada

siswa?

3
b. Bagaimana penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan kemampuan berbicara

pada siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk

mendeskripsikan:

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan media boneka tangan

dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak melalui penggunaan

media boneka tangan di TA PKK Al-Fath.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan bahasa anak

menggunakan metode bercerita menggunakan media Boneka Tangan di TA PKK Al-Fath ini

akan memberikan sumbangan pada khasanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran di

Taman Kanak-kanak/Raudhotul Athfal.

Secara praktis dalam proses penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

semua pihak, seperti peserta didik khususnya, guru, lembaga pendidikan, orang tua, dan bagi

peneliti selanjutnya. Untuk lebih spesifik penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

Peserta didik dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak dan kemampuan bercerita

serta menambah kosa kata anak.

2. Bagi guru

Guru lebih mudah mengajarkan keterampilan bahasa anak, karena memakai media yang

menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Memotivasi peranan guru dalam

4
meningkatkan kemampuan berbicara anak untuk menciptakan media yang menarik,

menyenangkan, dan bermakna agar anak banyak terlibat dalam kegiatan aktivitas

berbicara.

3. Bagi lembaga pendidikan

Hasil penelitian diharapkan maenjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan

pada umumnya, dan khususnya bagi TA PKK Al-Fath Pandanwangi dalam rangka

meningkatkan kualitas belajar, terutama keterampilan bahasa anak TK/RA.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan menjadi inspirasi

serta motivasi bagi kemajuan pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.

5
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori

1. Media Pembelajaran

Berkaitan dengan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan

berbahasa anak, Isah Suryani (2004: 99) memaparkan bahwa kemampuan guru

dalam mendekatkan anak pada bahasa yaitu kemampuan guru dalam mencari cara

atau media komunikasi yang sesuai dengan karakteristik anak. Biasanya, cara

yang dapat diterima anak, yaitu cara-cara yang paling menyenangkan bagi anak,

alamiah, dan tidak banyak intervensi orang dewasa.

Dengan cara-cara tersebut di samping pembelajaran yang tampak alamiah dan

merangsang minat anak, juga keterlibatan anak dalam pembelajaran bahasa

semakin tinggi. Demikian pula menurut Suhartono, (2005: 43), kegiatan

pengembangan berbicara anak pada umumnya dilakukan dalam bentuk interaksi

belajar mengajar. Kegiatan itu dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh

adanya media atau sarana prasarana.

Media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang menarik perhatian dan untuk

menumbuhkan minat anak berperan serta dalam proses pembelajaran dan media

pembelajaran juga berfungsi sebagai alat untuk menghindari verbalisme. Salah

satu media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

media boneka tanga.

2. Keterampilan Bahasa

a. Pengertian bahasa

6
Mardiningsih (2004:15) menyatakan bahasa adalah suatu alat untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan dan kemauan yang murni manusiawi yang

tidak intuitif dengan pertolongan system lambang-lambang yang diciptakan

dengan sengaja.

Menurut Keraf (2005:1) dua pengertian bahasa, yang pertama menyatakan

bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Yang kedua, bahasa adalah

system komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vocal (bunyi ujaran)

yang bersifat arbiter.

b. Faktor-faktor penting bahasa

Unsur-unsur penting dalam bahasa menurut Aida Azizah (2011) yaitu bahasa

merupakan sistem, lambang bunyi yang tutur dan arbiter, khas milik manusia,

kesemestaan bahasa.

Menurut Sri Hastuti (1996) bahwa proses pemerolehan bahasa anak

berlangsung tiga tahap yaitu (a) Tahap penilaian, (b) Tahap memahami makna

dan (c) Tahap menggunakan kata dalam komunikasi.

Menurut Suhartono (2005:143), kegiatan pengembangan berbicara anak pada

umumnya dilakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Kegiatan itu

dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh adanya media atau sarana

prasarana.

3. Metode bercerita

Ahmad Tafsir memberikan pengertian metode adalah cara yang paling tepat

dan cepat dalam melakukan sesuatu. Menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia (Purwadarminta, 1976), cerita adalah:

a. tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa,

7
kejadian, dsb);

b. karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang;

kejadian dsb(baik yang sungguhsungguh terjadi maupun yang hanya rekaan

belaka);

c. lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup (sandiwara,

wayang, dsb);

d. omong kosong; dongengan (yang tidak benar).

Sedangkan menurut Sukanto Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada

pendengarnya.

4. Media Boneka Tangan

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.

Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam

mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang

dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/ pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk

menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.

Kemudian menurut National Education Associaton (1969) mengungkapkan

bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Oleh karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung

dalam suatu system, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup

penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,

8
komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses

komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran

adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan

kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada

diri peserta didik.

Menurut Edgar Dale, dalam penggunaan media pembelajaran seringkali

menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media seperti

buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru dan “audio-visual”.

Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu:

mempermudah proses belajar-mengajar, meningkatkan efisiensi belajar-

mengajar, menjaga relevansi dengan tujuan belajar, membantu konsentrasi siswa.

Menurut Gagne tujuan menggunakan media pembelajaran adalah sebagai

komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut

Briggs media pembelajaran adalah wahana fisik yang mengandung materi

instruksional. Menurut Schramm media pembelajaran adalah teknologi pembawa

informasi atau pesan instruksional. Menurut Y. Miarso, media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa.Tidak

diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai

hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal

yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan

dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain,

media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia

9
dapat mengembangkannya secara tepat dilihat dari isi, penjelasan pesan dan

karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

Boneka tangan adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang

termasuk tiruan dari bentuk binatang. Dalam penggunaan Boneka tangan

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam

sandiwara Boneka tangan. Dengan melalui boneka tangan diharapkan anak akan

lebih tertarik untuk mencoba menggunakan dan senang memainkannya secara

langsung dengan jari-jari tangannya. Boneka tangan sangat populer bagi dunia

bermain anak, seperti yang ditampilkan di media elektronik, yaitu boneka si unyil

pada acara "Laptop si Unyil".

Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka tangan yang disesuaikan dengan

cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan boneka tangan ini

disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing.

a. Macam-macam Boneka

Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis Boneka,

antara lain: boneka jari, boneka tangan, boneka tongkat, boneka tali

(marionette), boneka bayang-bayang (sadhow puppet).

b. Keuntungan penggunaan boneka tangan

Beberapa keuntungan penggunaan boneka tangan untuk sandiwara adalah:

1) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu

rumit.

2) Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka tangan dapat

dibuat cukup kecil dan sederhana.

3) Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya.

10
4) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan

menambah suasana gembira.

Petunjuk penggunaan boneka tangan sebagai media pembelajaran agar boneka

tangan dapat menjadi media instruksional yang efektif, maka perlu kita perhatikan

beberapa hal yang antara lain adalah:

a. Rumusan tujuan pembelajaran dengan jelas.

Dengan demikian akan dapat diketahui, apakah tepat digunakan permainan

sandiwara boneka tangan atau sandiwara yang lain.

b. Buatlah naskah atau skenario sandiwara yang akan dimainkan secara terperinci.

Baik dialognya, settingnya dan adegannya harus disusun secara cermat, sekalipun

dalangnya dimungkinkan untuk berimprovisasi saat ia mendalang atau memainkan

boneka tangan tersebut.

c. Permainan boneka tangan mementingkan gerak dari pada kata. Karena itu

pembicaraan jangan terlalu panjang, dapat menjemukan penonton. Untuk anak-

anak usia balita, sebaiknya permainan boneka tangan dirancang untuk banyak

melibatkan dialog dengan anak pada saat permainan.

d. Permainan sandiwara boneka tangan jangan terlalu lama, kira-kira 10 sampai 15

menit. Agar pesan khusus yang disampaikan kepada anak dalam permainan

sandiwara boneka tangan tersebut dapat ditangkap atau dimengerti oleh anak-

anak.

e. Hendaknya diselingi dengan nyanyian, kalau perlu penonton diajak nyanyi

bersama. Bila perlu dilanjutkan dengan dialog atau diskusi dengan anak-anak

untuk memantapkan pesan nilai yang diajarkan.

f. Isi cerita hendaknya sesuai dengan umur dan kemampuan serta daya imajinasi

anak-anak yang menonton.

11
g. Selesai permainan sandiwara, hendaknya diadakan kegiatan lanjutan seperti tanya-

jawab, diskusi atau menceritakan kembali tentang isi cerita yang disajikan.

h. Jika memungkinkan, berilah kesempatan kepada anak-anak untuk memainkannya.

B. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian dilakukan oleh Rukmini (2014) Universitas MuhammadiyahSurakarta,

yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Bermain

Peran Dengan Media Boneka Tangan pada Anak Kelompok A TK Aisyiyah II

Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen”. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini dengan bermain peran

di TK Aisyiyah II Sragen tahun ajaran 2013/2014. Subyek pelaksanaan tindakan ini

adalah anak kelompok A di TK Aisyiyah II yang berjumlah 18 anak. Objek

penelitian ini adalah guru dan anak TK Aisyiyah II Kecamatan Sragen, Kabupaten

Sragen, Propinsi Jawa Tengah Tahun Ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

dalam dua siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu,

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi,

wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan

analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil persentase pencapaian

setiap anak dengan persentase keberhasilan yang telah ditentukan peneliti pada

setiap siklusnya, analisa data pembelajaran bermain peran dilakukan dengan

analisis interaktif. Hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan kemampuan

berbahasa anak melalui bermain peran. Kemampuan berbahasa anak pada

pra siklus mencapai 11,11%, siklus pertama 61,11%, dan siklus kedua menjadi

12
83,33%. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa variasi dalam pembelajaran

mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kemampuan

berbahasa melalui bermain peran, karena pembelajaran dilakukan dengan media

boneka tangan yang sangat dekat dengan dunia anak-

anak. Dengan demikian, dapat terbukti bahwa penerapan bermain peran dapat meni

ngkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A di TK Aisyiyah II Sragen tahun

ajaran 2013/2014.

2. Penelitian dilakukan oleh Ariyani (2013) Universitas Muhammadiyah Surakarta,

yang berjudul “Pengembangan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode Bercerita

dengan Sandiwara Boneka pada Anak Kelompok A di TK Aisyiyah Kismoyoso

Ngemplak BoyolaliTahun Ajaran 2012/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengembangan kemampuan berbahasa melalui metode bercerita

dengan sandiwara boneka pada anak kelpmpok A TK Aisiyah Kismoyoso

Ngemplak Boyolali Tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Subjek penelitian tindakan ini adalah anak kelompok

A TK Aisyiyah Kismoyosoyang berjumlah 26 anak. Penelitian ini bersifat

kolaboratif antara peneliti,guru kelas dan kepala sekolah. Data dikumpulkan

melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data diperiksa dengan

trianggulasi. Data dianalisis dengan tehnik koparasi/perbandingan, yaitu

membandingkan hasil yang dicapai oleh anak dengan indikator kinerja.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak mengalami

perkembangan pada setiap siklusnya. Kemampuan berbahasa anak berkembang

dari prasiklus 50% menjadi 51% pada siklus I. Padasiklus II kemampuannya

meningkat menjadi 60% dan pada siklus III meningkat hingga mencapai 80%.

13
Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui penggunaan metode bercerita dengan

sandiwara boneka dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Adapun

langkah-langkah yang membuat metode bercerita dengan sandiwara boneka dapat

mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan alat yang diperlukan, yang diantaranya adalah beberapa

boneka, panggung boneka, dan alat peraga lain yang di gunakan dalam bercerita.

2. Guru mengatur tempat duduk anak-anak, yaitu guru mengajak anak-anak

membuat lingkaran sambil menyanyi, supaya anak merasa senang dan gembira.

3. Guru memberi rangsangan agar anak mau mendengarkan dan bercakapcakap

dengan boneka. Dalam hal ini peneliti memberikan apersepsi dahulu dengan

memperkenalkan tokoh-tokoh dalamcerita.

4. Peneliti melaksanakan percakapan antar boneka. Peneliti mulai bercerita.

5. Setelah peneliti selaesai bercerita, peneliti memberi kesempatan kepada anak-

anak untuk menceritakan kembali cerita tersebut.

6. Bagi anak-anak yang mampu bercerita kembali, peneliti memberikan reward

kepada anak tersebut.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode PTK. PTK merupakan satu upaya guru

atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki

keadaan yang tidak atau kurang memuaskan dan atau untuk meningkatkan mutu

pembelajaran di kelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan

tugas guru atau praktisi di lapangan. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis

yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada.

Penelitian Tindakan Kelas adalah proses investigasi terkendali untuk merumuskan dan

memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Proses pemecahan masalah tersebut

dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

dan hasil pembelajaran di kelas tertentu (Arikunto, 2008).

Penggunaan metode PTK pada penelitian ini agar peneliti bisa merefleksikan diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasul belajar

anak didiknya menjadi meningkat.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (variabel X)

Variable bebas adalah variabel yang dipilh untuk dicari pengaruh terhadap

variabel terikat atau variabel yang digunakan untuk mengatasi masalah. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan media boneka tangan.

2. Variabel terikat (variabel Y)

15
Variabel terikat adalah variabel yang kehadiran dipengaruhi oleh variabel lain atau

variabel yang akan diatasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

peningkatan kemampuan Bahasa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TA PKK Al-Fath pada tahun pelajaran

2023/2024 yang berlokasi di Jalan Simpang Grajakan No.6 Pandanwangi Blimbing

Malang, dengan alasan untuk memudahkan penelitian karena peneliti adalah pendidik

di RA tersebut. Selain itu, tingkat keterampilan bahasa anak di TA PKK Al-Fath

Pandanwangi masih sangat kurang, oleh sebab itu peneliti memanfaatkan penelitian

ini di RA tersebut.

Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada bulan Juli 2023 sampai dengan

Agustus 2023.

D. Populasi dan Sampel

Subjek penelitian ini adalah siswa TA PKK Al-Fath Kelas A2 pada tahun

pelajaran 2023/2024. Jumlah keseluruhan murid adalah 20 anak, dengan jumlah murid

laki-laki sebanyak 9 anak, dan murid perempuan 11 anak Penelitian ini untuk anak

dengan usia 4-5 tahun

E. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

Model siklus yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang

dikembangkan Arikunto (2008:3) yang terdiri dari: 1) perencanaan (planning), 2)

16
tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Hubungan

keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

PTK yang dilaksanakan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bahasa

anak TA PKK Al-Fath pada tahun pelaajaran 2023/2024 melalui penerapan

metode bercerita menggunakan media Boneka Tangan. Secara rinci prosedur

penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan adalah

menyusun rancangan yang akan dilaksanakan, sesuai dengan temuan masalah

dan gagasan awal. Dalam perencanaan ini peneliti mengembangkan rencana

pembelajaran, lembar observasi. Pembuatan rencana pembelajaran

dikonsultasikan dengan guru.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, guru melaksanakan desain model pemberian tugas mandiri

yaitu dengan meminta anak untuk bercerita lewat boneka tangan. Dalam usaha

kearah perbaikan suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan

perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksaan di lapangan.

c. Observasi

Observasi yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung ini sebagai upaya

dalam mengamati pelaksanaan tindakan. Dalam melakukan observasi, peneliti

dibantu pengamat lain yang turut dalam mengamati jalannya pembelajaran

berdasarkan lembar observasi keaktifan siswa yang telah disiapkan oleh

peneliti.

d. Refleksi

17
Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan guru mengenai hasil pengamatan

yang dilakukan selama pembelajaran. Refleksi bertujuan untuk mengetahui

kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung.

2. Sumber Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari

beberapa sumber seperti siswa, guru, dan dokumen.

a. Siswa

Sumber data siswa berasal dari siswa TA PKK Al-Fath terdiri dari 9 siswa

laki-laki dan 11 siswa perempuan.

b. Guru

Dari guru akan diambil data berupa data hasil pengamatan terhadap performasi

guru selama proses penelitian, yaitu pembelajaran menggunakan media boneka

jari tangan.

c. Dokumen

Sumber data dokumen berasal dari data nama siswa, catatan lapangan, hasil

lembar observasi

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran dengan

menggunakan media kartu angka dalam peningkatan kognitif anak usia dini

pada pembelajaran tersebut.

b. Metode Wawancara

Denzim (Goetz dan LeCompte, 1984) dalam Rochiati Wiriaatmadja (2005:

117) menjelaskan bahwa wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang

18
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan

informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.

c. Dokumentasi

Dokumen yang digunakan berupa daftar kelompok siswa, daftar nilai siswa,

dan foto kegiatan pembelajaran. Dokumentasi foto untuk memberikan

gambaran secara lebih nyata mengenai kegiatan kelompok siswa dan

menggambarkan suasanan kelas ketika aktivitas belajar berlangsung.

F. Teknik Analisa

Metode analisis data adalah menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil observasi dan catatan lapangan sehingga dapat mudah dipahami dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.Tujuan analisis dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh kepastian apakah terjadi perbaikan,

peningkatan, atau perubahan sebagaimana yang diharapkan bukan untuk membuat

generalisasi atau pengujian teori.

Pada penelitian ini teknik analisa data dilakukan secara kualitatif. Teknik

analisa data kualitatif didasarkan pada data observasi.

Tes unjuk kerja dilakukan untuk mengukur hasil keterampilan berbicara siswa dalam

pelajaran Bahasa. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil keterampilan

berbicara siswa dilakukan dengan membandingkan hasil tes yang dilakukan diakhir

setiap siklus.

Hasil nilai akhir tes dikonfersikan ke dalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

S = ×100

Keterangan:

19
S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor di item (skor yang didapat)

N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2010: 112)

Persentase ketuntasan kelas dilakukan dengan mencari rerata kelas.Sedangkan

pemanfaatan media boneka tangan dikatakan berhasil apabila nilai ketuntasan seluruh

kelas mencapai ≥75% atau lebih.Apabila hasil observasi tinadakan tiap siklus telah

mencapai nilai ketuntasan maka penelitian tindakan dihentikan.

Analisis dokumentasi berupa gambar foto, video, catatan pembelajaran melalui

kegiatan bercerita setiap siklus. Pada saat siswa maju ke depan kelas untuk bercerita, guru

dan pengamat mendokumentasikan dalam bentuk foto/ gambar menggunakan kamera

digital. Hasil foto digunakan untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran sekaligus

digunakan untuk bukti pelaksanaan pengambilan data digunakan untuk melengkapi hasil

observasi penelitian.

Tabel 1.

Dasar Penentuan Kategori dari Rentang Nilai Tes Bercerita

No Nilai Kategori

1 BB (Belum Berkembang)

2 MB (Mulai Berkembang)

3 BSH (Berkembang Sesuai Harapan)

4 BSB (Berkembang Sangat Baik)

20
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Kondisi Awal (Pratindakan)

Hasil observasi dinyatakan bahwa hasil ketuntasan hasil belajar siswa pada saat

pratindakan mencapai 36%, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar

mencapai 64%. Nilai rata-rata pada saat pratindakan adalah 69,28. Berdasarkan data yang

telah dinyatakan di atas, kemampuan berbicara siswa kelas A TA PKK Al-Fath tahun ajaran

2023/2024 masuk dalam kategori cukup terampil karena nilai rata-rata siswa baru mencapai

69,28.

Adapun persentase setiap aspek penilaian keterampilan berbicara adalah sebagai

berikut. Aspek lafal sebesar 71,89%, Aspek intonasi sebesar 71,83%, Aspek pilihan kata

sebesar 73.17% , Aspek keruntutan sebesar 72,57%, Aspek keberanian sebesar 69,69%,

Aspek kelancaran sebesar 62,52%, Aspek sikap sebesar 62,57%, Aspek penguasaan tema

sebesar 69,39%.

Berdasarkan hasil data tersebut disimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran

pada tahap pratindakan masih memiliki kekurangan dan perlu ditingkatkan lagi menjadi lebih

baik.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan, yaitu

sebagai berikut.

1) Membuat desain pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

menggunakan media boneka tangan kemudian mendiskusikan dengan guru kelas A yang lain.

21
2) Menyiapkan media berupa boneka tangan yang akan digunakan dalam pembelajaran

keterampilan bercerita.

3) Menyiapkan instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman observasi guru dan siswa

serta pedoman penilaian tes unjuk kerja bercerita.

4) Melatih guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun.

b. Pelaksanaan dan Pengamatan

Siswa secara bergiliran bercerita di depan kelas dengan anggota kelompoknya.

Evaluasi siswa pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 yang diikuti oleh 20 siswa,

diketahui bahwa dicapai rata-rata kelas 74,25. Hal ini dapat diketahui bahwa terjadi

peningkatan pada pertemuan 1 dan 2 yaitu sebesar 1.9.

Pada siklus I pertemuan 1 ketuntasan individu meningkat menjadi 39,4%, peningkatan

yang terjadi dari pratindakan (prasiklus) ke siklus I pertemuan 1 setelah dikenai tindakan

yaitu meningkatnya 1 siswa lagi yang sudah mencapai keterampilan berbicara dan nilai rata-

rata kelas mengalami peningkatan sebanyak 11.02. Walaupun terjadi peningkatan hasil

belajar pada pertemuan 1 dianggap belum memenuhi target dan ada 15 siswa yang belum

mencapai keterampilan bercerita. Kemudian tindakan pada pertemuan 1 diulangi lagi dalam

pertemuan 2 pada siklus I.

Pada siklus I pertemuan 2 ketuntasan individu meningkat menjadi 45,5%, peningkatan

yang terjadi dari siklus I pertemuan 1 ke pertemuan 2 setelah dikenai tindakan yaitu

meningkatnya 2 siswa lagi yang sudah mencapai keterampilan bercerita dan nilai rata-rata

kelas meningkat menjadi 75.2. Walaupun terjadi peningkatan hasil belajar pada pertemuan 2

dianggap belum memenuhi target dan ada 13 siswa yang belum mencapai keterampilan

bercerita.

Adapun persentase setiap aspek penilaian keterampilan bercerita siklus I adalah

sebagai berikut. Aspek lafal sebesar 78,29%, Aspek intonasi sebesar 76,66%, Aspek pilihan

22
kata sebesar 77,04%, Aspek keruntutan sebesar 76,88%, Aspek keberanian sebesar 74,38%,

Aspek kelancaran sebesar 64,74%, Aspek sikap sebesar 69,53%, Aspek penguasaan tema

sebesar 79,08%. .

c. Refleksi

Berdasarkan penilaian tes praktik bercerita yang telah diperoleh, hasil keterampilan

bercerita siswa kurang maksimal. Ada 13 siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan,

sehingga masih perlu ditingkatkan lagi. Belum tercapainya target tindakan pada pelaksanaan

siklus I dikarenakan masih banyak siswa yang masih malu untuk bercerita, siswa dalam

berecrita masih menunduk dan kurang berinteraksi dengan anggota kelompoknya saat

menggunakan media boneka tangan. Oleh sebab itu, rencana kegiatan diulangi lagi pada

siklus II, namun dengan beberapa perbaikan dan variasi.

Media boneka tangan dibuat lebih menarik lagi dengan karakter yang berbeda untuk

memberikan rangsangan visual siswa lebih baik. Siswa dibuat berhadapan saat bercerita

menggunakan media boneka tangan agar interaksi siswa semakin aktif. Guru perlu lebih kritis

dan interaktif ketika melakukan tanya jawab menggali pengetahuan siswa menggunakan

media boneka tangan. Pembagian kelompok ditingkatkan menjadi 4 siswa per kelompok agar

siswa lebih berani dan lebih banyak berinteraksi menggunakan media boneka tangan. Cerita

juga dibuat sederhana untuk mengefektifkan waktu pembelajaran.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini yaitu media boneka tangan dibuat

berbeda dengan tujuan menarik antusias siswa. Guru diberi masukan agar lebih kritis dan

interaktif ketika bertanya jawab dengan siswa menggunakan media boneka tangan.

Pembagian kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Cerita lebih jelas

23
dan sederhana untuk memudahkan pemahaman siswa dan efisiensi waktu.Siswa bercerita

tanpa menggunakan teks dan hanya menggunakan boneka tangan.

b. Pelaksanaan dan Pengamatan

Siswa latihan bercerita dalam kelompoknya masing-masing dengan waktu yang

ditentukan oleh guru. Setelah semuanya sudah siap untuk dilakukan penilaian bercerita.

Dalam hal ini, siswa terlihat lebih berani dan percaya diri bercerita secara individu. Keaktifan

siswa dalam berinteraksi menggunakan media boneka tangan di siklus II ini juga semakin

meningkat dari siklus I.

Pilihan kata yang digunakan sudah baik. Siswa melafalkan kata-kata dengan tepat

sehingga terdengar jelas. Siswa juga sudah memberikan tekanan/intonasi saat bercerita. Sikap

siswa juga terlihat semakin ekspresif, siswa tidak malu-malu lagi bercerita di depan teman-

temannya.

Evaluasi dalam bentuk tes praktik bercerita siswa pada siklus II pertemuan 1 dan

pertemuan 2 yang diikuti oleh 20 siswa, diketahui bahwa dicapai rata-rata kelas 79,32. Pada

siklus II pertemuan 1 ketuntasan individu meningkat menjadi 69,9%, peningkatan terjadi dari

siklus I ke siklus II pertemuan 1 setelah dikenai tindakan yaitu meningkatnya 6 siswa lagi

yang sudah mencapai keterampilan berbicara dan nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan

sebesar 3,65. Pada siklus II pertemuan 2, ketuntasan individu meningkat menjadi 96,9%,

peningkatan yang terjadi dari siklus II pertemuan 1 ke pertemuan 2 setelah dikenai tindakan

yaitu meningkatnya 6 siswa lagi yang sudah mencapai keterampilan berbicara dan nilai rata-

rata kelas mengalami peningkatan sebesar 2.84.

Berdasarkan data tersebut, hasil belajar keterampilan bercerita siswa telah mencapai

angka keberhasilan seperti yang telah ditetapkan di awal. Ketuntasan individu pada siklus II

yaitu sebesar 84,85% dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan

rata-rata kelas pada siklus II mencapai angka KKM 79.32. Angka yang diharapkan adalah

24
80% dari jumlah siswa mencapai batas ketuntasan keterampilan bercerita dan rata-rata kelas

minimal bintang 2.

Adapun persentase setiap aspek penilaian keterampilan berbicara siklus II adalah

sebagai berikut. Aspek lafal sebesar 81,93%, Aspek intonasi sebesar 82,07%, Aspek pilihan

kata sebesar 80,82%, Aspek keruntutan sebesar 79,99%, Aspek keberanian sebesar 78,17%,

Aspek kelancaran sebesar 70,6%, Aspek sikap sebesar 76,81%, Aspek penguasaan tema

sebesar 82,26%.Hasil penilaian keterampilan berbicara dalam bentuk kegiatan bercerita

setelah dilakukan perbaikan tindakan (siklus II) menunjukkan adanya peningkatan pada aspek

pelafalan, intonasi, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap (ekspresi), dan penguasaaan

tema.

Berdasarkan keterangan di atas, persentase kelulusan siswa dapat dilihat pada diagram

batang berikut ini.

Gambar 1.

Perbandingan Keterampilan Bercerita Siswa dari Prasiklus (Pratindakan), Siklus I, dan Siklus

II

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Prasiklus Siklus I Siklus II

lafal intonasi pilihan kata keruntutan keberanian


kelancaran sikap penguasaan tema Column1

25
Dari data yang telah disajikan di atas, kemampuan berbicara siswa kelas A TA PKK

Al-Fath tahun ajaran 2023/2024 masuk dalam kategori terampil. Nilai rata-rata siswa dalam

satu kelas telah mencapai 79,32 dan telah mencapai keterampilan bercerita yang menetapkan

nilai bintang 2 sebagai batas ketuntasan. Pada siklus II telah memenuhi kriteria ketuntasan

yang telah ditetapkan oleh guru dan peneliti. Dari hasil ketuntasan individu telah mencapai

persentase 84,85%. Dengan demikian, 80% dari jumlah siswa telah mencapai batas

ketuntasan individu aspek keterampilan berbicara.

B.PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada saat siklus I dan II pembelajaran

keterampilan bercerita sudah menggunakan media boneka tangan. Hasil akhirnya didapat

nilai siswa sudah bagus hanya ada satu siswa yang belum mencapai target. Meningkatnya

hasil keterampilan bercerita karena siswa sudah memperhatikan aspek kebahasaan dan non

kebahasaan, yaitu aspek lafal intonasi, pemilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran,

sikap dan penguasaan tema. Hal ini dikarenakan siswa bercerita dengan media boneka tangan

sehingga siswa tertarik dan mudah memahami apa yang di ajarkan guru mengenai aspek

kebahasaan dan non kebahasaan dalam kegiatan bercerita.

Dengan menggunakan media boneka tangan pelafalan siswa meningkat karena siswa

bercerita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga kata-kata yang

diucapkan terdengar dengan jelas hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti

(1991: 17) bahwa pelafalan yang baik yaitu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan

benar Penggunaan media boneka tangan juga meningkatkan intonasi siswa yaitu siswa

mampu menggunakan intonasi berdasarkan tanda baca dengan tepat, hal tersebut sesuai

dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 18) intonasi yang sesuai ketika bercerita

yaitu memperhatikan tekanan, rimte, dan jangka dalam bercerita.

26
Pemilihan katanya juga sudah sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

siswa sudah tepat dalam mengucapkan kosa kata, hal ini seauai dengan pendapat Maidar G.

Arsjad dan Mukti (1991: 18) keterampilan bercerita perlu memperhatikan kosa kata yang

tepat . Siswa juga menjadi runtut dalam bercerita siswa mengucapkan kalimat dengan runtut

karena siswa bercerita menggunakan beberapa tokoh boneka tangan sehingga mereka

bercerita dengan urut dan runtut, hal ini sesuai dengn pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti

(1991: 19) keruntutan struktur kalimat yang baik perlu diperhatikan saat mengkomunikasikan

sesuatu secara lisan.

Dengan bercerita menggunakan media boneka tangan siswa menjadi berani bercerita

di depan kelas, siswa memperagakan boneka tangan sehingga dalam bercerita mereka rileks

dan suara siswa sudah sesuai irama dan enak untuk didengar, hal ini sesuai dengan pendapat

Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 19) bahwa siswa berani bercerita di depan kelas dengan

percaya diri dan semangat. Kelancaran siswa dalam bercerita juga meningkat karena dengan

bercerita menggunakan media boneka tangan siswa mempersiapkan apa yang ingin

diungkapkan sebelum becerita di depan kelas, hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G.

Arsjad dan Mukti (1991: 20) bahwa seseorang dapat lancar berbicara jika seseorang tersebut

mengerti apa yang akan dikatakan, untuk itu pentingnya persiapan yang matang dalam

menyusun hal yang ingin diungkapkan dalam pembicaraan.

Sikap siswa juga meningkat karena yang tadinya malu-malu dan cenderung tidak siap

menjadi tegak dalam berbicara dan mampu berinteraksi dengan temannya menggunakan

media boneka tangan siswa sudah mampu bersikap sangat ekspresif, gerak-gerik wajar,

sangat tenag dan tidak grogi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan

Mukti (1991: 21) siswa yang berbicara di depan umum dengan sikaptegak dan pandangan

mata menyebar (tidak menunduk atau pandangan keatas) berarti siswa tersebut telah memiliki

sikap percaya diri yang baik. Penguasaan tema siswa meningkat karena dala bercerita

27
menggunakan media boneka tangan siswa sudah menumbuhkan sikap keberanian, percaya

diri, dan kelancaran dalam bercerita siswa sudah bercerita sangat sesuai dengan tema, dan

rangkaian cerita sangat berhubungan, halini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan

Mukti (1991: 22) penguasaan tema pembicaraan yang baik akan menumbuhkan keberanian,

percaya diri, dan kelancaran dalam bercerita .

Hasil observasi juga menunjukan bahwa aktivitas siswa termasuk dalam kategori baik

sekali. Saat guru memperlihatkan media boneka tangan, para siswa terlihat antusias dan

memperhatikan guru saat menjelaskan, bahkan ada beberapa siswa yang sampai maju ke

barisan depan. Sambil melihat dan mendengarkan penjelasan guru tentang media boneka

tangan banyak siswa yang ikut mengerakkan tangannya seolah-olah sedang menggunakan

boneka tangan. Bahkan ada siswa yang maju kedepan dan memegang boneka tangan yang

sedang di bawa guru.

Dari data tersebut, dapat diuraikan jika dengan penggunaan media boneka tangan

dalam keterampilan bercerita dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi senang

dan mudah memahami apa yang diajarkan. Hal demikian sesuai dengan pendapat Suwarna

Pringgawidagda (2002: 145) yang menyebutkan keuntungan menggunakan media

pembelajaran yaitu dapat menarik perhatian siswa dan aktivitas siswa menjadi tinggi.

Menarik perhatian penting dalam proses belajar, dengan membuat siswa tertarik

dengan pembelajaran akan membuat siswa senang dan antusias. Ketertarikan dan antusias

siswa dalam pembelajaran, akan meningkatkan minat siswa untuk belajar dan lebih

berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Temuan tersebut didukung oleh pendapat dari

Azhar Arsyad (2006: 26) bahwa penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan

dan membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.

Penggunaan media boneka tangan juga membuat siswa lebih terampil dalam bercerita.

Terbukti dengan peningkatan nilai rata-rata hasil tes bercerita sebelum menggunakan media

28
boneka tangan dan sesudah menggunakan media boneka tangan. Hal ini karena dengan

menggunakan media boneka tangan siswa dapat mengkongkretkan tokoh-tokoh yang ada

dalam bercerita hasil penelitian tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Azhar Arsyad

(2006: 24) yaitu media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dapat membuat bahan

pembelajaran menjadi lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa

dan memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Smaldino, Lowther, & Russel (Yanuarita Widi Astuti dan Ali Mustadi, 2014: 254) yang

mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan

penerima informasi.

Kegiatan pembelajaran bercerita dengan menggunakan media boneka tangan juga

membuat pesan atau isi cerita yang ada pada cerita dapat mudah dimengerti karena pada saat

guru membimbing siswa mencari pesan moral siswa sangat antusias dalam menjawab.

Dengan demikian, media boneka tangan ini memberikan pengaruh lebih baik terhadap

keterampilan bercerita siswa kelas A TA PKK Al-Fath Pandanwangi Malang.

29
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

keterampilan bercerita pada siswa kelas A TA PKK A-Fath Pandanwangi Malang

meningkat dengan menggunakan media boneka tangan. Hal tersebut ditandai dengan

meningkatnya keterampilan bercerita dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata,

keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Hal tersebut

berbanding lurus dengan peningkatan proses dan nilai rata-rata yang dicapai siswa.

Pada tahap prasiklus hasil belajar yang diperoleh adalah 69,28 dengan persentase

ketuntasan siswa 36% serta meningkat menjadi 74.25 dengan persentase ketuntasan

siswa 42,4% pada siklus I dan 79,32 pada siklus II dengan persentase ketuntasan

84,85%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kriteria kentuntasan yang ditetapkan telah

terpenuhi dan tindakan dihentikan di siklus II

B. SARAN

Guru dapat menggunakan media boneka tangan untuk melatih keterampilan bercerita

siswa. Dan meningkatkan aspek kebahasaan dan non kebahasaan siswa.

30
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, & Supardi (2010). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Arsyad, Azhar, (2016). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dhieni, Nurbiana, Lara Fridani, Gusti Yarmi, & Nany Kusniaty (2005). Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah (2006). Strategi belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Eliyawati, Cucu (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Hana, J, (2011). Terapi Kecerdasan Anak dengan Dongeng. Yogyakarta: Berlian.
Hurlock, E. B (2008). Perkembangan Anak. Alih bahasa: Agus Dharma). Jakarta:
Erlangga.

31

Anda mungkin juga menyukai