Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH KESUBURAN TANAH PADA PRODUKTIFITAS TANAMAN

Diposkan oleh Encum Nurhidayat di 00:12


Sebagai sumberdaya alam untuk budidaya tanaman, tanah mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu :
(1) sebagai sumber penyedia unsur hara dan air, dan
(2) tempat akar berjangkar.
Salah satu atau kedua fungsi ini dapat menurun, bahkan hilang.
Hilangnya fungsi inilah yang menyebabkan produkvitas tanah menurun menjadi Tanah Marjinal.
Dengan demikian, Tanah Marjinal untuk budidaya tanaman semusim seperti Cabe, merupakan tanah
yang mempunyai sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi yang tidak optimal untuk kebutuhan
pertumbuhan tanaman. Kalau tanah ini diusahakan untuk budidaya tanaman memerlukan masukan
teknologi, sehingga menambah biaya produksi. Selain itu, tanah ini juga tidak mempunyai
fungsi ekologis yang baik terhadap lingkungan.
Tanah Marjinal dapat terbentuk secara alami dan antropogenik (ulah manusia). Secara alami
(pengaruh lingkungan) yang disebabkan proses pembentukan tanah terhambat atau tanah yang
terbentuk tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman.
Misalnya, bahan induk yang keras dan asam, kekurangan air, suhu yang dingin/membeku, tergenang
dan akumulasi bahan gambut, fraksi tanah yang dihasilkan didominasi oleh pasir, pengaruh
salinisasi/penggaraman.
Tanah Marjinal yang dimaksudkan adalah tanah yang terbentuk secara alami, bukan tanah yang
menjadi marjinal karena antropogenik. Dari 12 ordo tanah di dunia (Alfisols, Andisols, Aridisols,
Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisol, dan Vertisols) yang
tergolong Tanah Marjinal antara lain adalah : Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, dan
Ultisols.
Secara antropogenik adalah karena ulah manusia yang memanfaatkan sumberdaya alam yang tidak
terkendali, sehingga terjadi kerusakan ekosistem. Misalnya, deforestasi dan degradasi hutan,
eksploitasi deposit bahan tambang, terungkapnya unsur atau senyawa beracun bagi tanaman,
pengeringan ekstrem pada tanah gambut, serta kebakaran. Deforestasi dan degradasi hutan
menyebabkan terjadinya erosi yang dipercepat dan punahnya organisme yang berperan dalam
pembentukan tanah T = (i, b, r, o, w).

Aliran permukaan yang berasal dari curah hujan akan mengikis lapisan permukaan yang merupakan
bagian tersubur dari tanah. Fraksi tanah yang dahulu diangkut adalah yang halus dan ringan yaitu liat
dan humus. Kedua fraksi ini sangat berperan dalam menentukan kesuburan tanah, karena
merupakan kompleks petukaran ion dan penahan unsur hara. Dalam sedimen yang terangkut pada
peristiwa erosi terdapat juga berbagai unsur hara dan bahan organik.
Oleh karena itu, tanah yang mengalami erosi akan menurun produktivitasnya menjadi tanah marjinal
yang kalau erosi selanjutnya tidak dikendalikan, tanah tersebut akan menjadi lahan kritis.
Luas lahan kritis di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat, sejalan dengan semakin mengganasnya
deforestasi dan degradasi hutan serta belum diterapkannya teknologi konservasi tanah yang
memadai, terutama pada areal budidaya tanaman pada lahan berlereng. Dari hasil survei Direktorat
Kehutanan tahun 1985 pada 75 DAS (sebagian dari jumlah DAS di Indonesia) jumlah lahan kritis telah
mencapai 16 juta ha dan meningkat 2,5 % / tahun.
Sedangkan dari laporan Suranggajiwa (1975) luas lahan kritis pada seluruh DAS di Indonesia
mencapai 30 juta ha dan meningkat 2 % / tahun. Dapat diprediksi betapa luasnya lahan kritis di
Indonesia pada tahun 2011ini.
Produktivitas tanah merupakan kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman
cabe, tanaman cabe dibawah suatu sistem pengelolaan tanah tertentu. Suatu tanah atau lahan
dapat menghasilkan suatu produk tanaman cabe yang baik dan menguntungkan maka tanah
dikatakan produktif. Produktivitas tanah merupakan perwujudan dari faktor tanah dan non tanah
yang mempengaruhi hasil tanaman.

Tanah produktif harus mempuyai kesuburan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman cabe
yg kita budidayakan. Akan tetapi tanah subur tidak selalu berarti produktif. Tanah subur akan
produktif jika dikelaola dengan tepat, menggunakan jenis tanaman dan teknik pengelolaan yang
sesuai. Kesuburan tanah adalah kemampuan atau kualitas suatu tanah menyediakan unsur hara
tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa-senyawa yang
dapat dimanfaatkan tanaman dan dalam perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
semusim seperti cabe. dengan didukung oleh faktor pertumbuhan lainnya.
Tanah yang sehat akan memberikan sumbangan yang besar tehadap kualitas tanah. Kualitas tanah
dapat sebagai sifat atau atribut inherenttanah yang dapat digambarkan dari sifat-sifat tanah atau
hasil observasi tidak langsung, dan sebagai kemampuan tanah untuk menampakkan fungsi-fungsi
produktivitas lingkungan dan kesehatan.

Winarso (2005) menjelaskan bahwa pengukuran kualitas tanah merupakan dasar untuk penilaian
keberlanjutan pengelolaan tanah yang dapat diandalkan untuk masa-masa yang akan datang, karena
dapat dipakai sebagai alat untuk menilai pengaruh pengelolaan lahan.

Pada umumnya proses degradasi tanah dalam sistem pertanian dapat disebabkan oleh erosi,
pemadatan, penurunan ketersediaan hara atau penurunan kesuburan, kehilangan bahan organik
tanah dan lain lain.
Aryantha (2002) menjelaskan ada tiga konsep untuk memperbaiki kesuburan tanah yaitu yang
berwawasan lingkungan atau berkelanjutan adalah Low External Input Agriculture (LEIA) dan Low
Ezternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), dan pertanian modren yang tergantung dengan bahan
kimia adalah High External Input Agriculture (HEIA)
LEIA adalah sistem yang memanfaatkan sumberdaya lokal yang sangat intensif dengan sedikit atau
sama sekali tidak menggunakan masukan dari luar sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya
alam. Pendauran hara di dalam usahatani dengan sumber-sumber yang berasal dari luar usaha tani.
Kegiatan ini berguna untuk menambahkan hara kepada tanah dari luar usaha tani.
Bahan-bahan yang digunakan: sampah, kompos, limbah, dll. Pendauran hara di dalam usaha tani
dengan sumber-sumber yang berasal dari usaha tani itu sendiri. Pendauran ini dapat dilewatkan
dengan ternak atau pengembalian sisa-sisa biomassa hasil panen. Cara ini tidak menambahkan hara
kepada tanah, tetapi hanya mengembalikan hara yang tidak terangkut ke luar bersama dengan hasil
panen . Pendauran hara di dalam petak pertanaman. Kegiatan ini biasanya melibatkan tanaman
legum (cover crop) untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan N pada tanaman pokok.
HEIA adalah Merupakan sistem pertanian yang menggunakan masukan dari luar (secara berlebihan).
Umumnya berupa bahan-bahan agrokimia konvensional yang memang disengaja dibuat untuk input
produksi. Sistem ini sangat tergantung senyawa kimia sintetis (pupuk, pestisida, zat pengatur
tumbuh). Dapat berpengaruh buruh pada keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia .
LEISA adalah Pertanian dengan masukan rendah tetapi mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
alam (tanah, air, tumbuhan dan hewan), manusia (tenaga, pengetahuan dan keterampilan) yang
tersedia ditempat dan layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai
dengan budaya lokal.

Ciri-ciri sitem ini


(a) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai
komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling
melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa,
(b) berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan berbagai
komponen sistem usahatani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling
melengkapi dan memberikan efek sinergi yang luar biasa.
Prinsip dasar LEISA adalah menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman,
khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme di dalam
tanah (soil regenerator), mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan aliran unsur hara,
khususnya melalui penambatan Nitrogen, pendaur ulangan unsur hara dan pemanfaatan pupuk luar
sebagai pelengkap,meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan
pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air dan pengendalian erosi, saling melengkapi dan sinergi
dalam penggunaan sumberdaya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian
terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungisonal tinggi.

KESIMPULAN
Faktor kesuburan tanah sangat penting sekali pada peningkatan produktifitas semua tanaman, baik
tanaman semusim, ataupun tanaman lainnya serta didukung oleh beberapa factor seperti jenis
tanaman, permukaan tanaman, ikim, topografi dan factor manusianya itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai