Mangunwijaya
Written by Admin
Thursday, 24 May 2012 01:41 -
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. (lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929
meninggal di Jakarta, 10 Februari 1999 pada umur 69 tahun), dikenal sebagai rohaniwan,
budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik (bahasa Jawa untuk "rakyat kecil").
Ia juga dikenal dengan panggilan populernya, Rama Mangun (atau dibaca "Romo Mangun"
dalam bahasa Jawa).
Romo Mangun adalah anak sulung dari 12 bersaudara pasangan suami istri Yulianus Sumadi
dan Serafin Kamdaniyah.
Sastra
Romo Mangun dikenal melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung Manyar. Mendapatkan
penghargaan sastra se-Asia Tenggara Ramon Magsaysay pada tahun 1996.[1] Ia banyak
melahirkan kumpulan novel seperti di antaranya: Ikan-Ikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut,
Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di
Indonesia. Buku Sastra dan Religiositas yang ditulisnya mendapat penghargaan buku non-fiksi
terbaik tahun 1982.
Arsitektur
Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia.
Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Penghargaan Aga Khan untuk
1/5
Biografi Y. B. Mangunwijaya
Written by Admin
Thursday, 24 May 2012 01:41 -
2/5
Biografi Y. B. Mangunwijaya
Written by Admin
Thursday, 24 May 2012 01:41 -
Setelah lulus pada 1947, Agresi Militer Belanda I melanda Indonesia sehingga Y. B.
Mangunwijaya kembali bergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu.
1948
Masuk SMU-B Santo Albertus, Malang
1950
Sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di alun-alun
kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat
berpengaruh bagi masa depannya.
1951
Lulus SMU-B Santo Albertus, melanjutkan ke Seminari Menengah Kotabaru, Yogyakarta.
1952
Pindah ke Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang.
1953
Melanjutkan ke Seminari Tinggi. Sekolah di Institut Filsafat dan Teologi Santo Paulus di
Kotabaru. Salah satu pengajarnya adalah Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
1959
8 September ditahbiskan menjadi Imam oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ.
Melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur ITB.
1960
Melanjutkan pendidikan arsitektur di Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule,
Aachen, Jerman.
1963
Menemani saat Uskup Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ meninggal dunia di
Biara Suster Pusat Penyelenggaraan Ilahi di Harleen, Belanda
1966
Lulus pendidikan arsitektur dan kembali ke Indonesia.
1967-1980
Menjadi Pastor Paroki di Gereja Santa Theresia, Desa Salam, Magelang.
Mulai berhubungan dengan pemuka agama lain, seperti Gus Dur dan Ibu Gedong Bagoes
Oka.
Menjadi Dosen Luar Biasa jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM.
Mulai menulis artikel untuk koran Indonesia Raya dan Kompas, tulisan-tulisannya kebanyakan
bertema: agama, kebudayaan, dan teknologi. Juga menulis cerpen dan novel.
1975
Memenangkan Piala Kincir Emas, dalam cerpen yang diselenggarakan Radio Nederland.
1978
Atas dorongan Dr. Soedjatmoko, Romo Mangun mengikuti kuliah singkat tentang masalah
kemanusiaan sebagai Fellow of Aspen Institute for Humanistic Studies, Aspen, Colorado, AS.
1980-1986
Mendampingi warga tepi Kali Code yang terancam penggusuran. Melakukan mogok makan
menolak rencana penggusuran.
1986-1994
Mendampingi warga Kedung Ombo yang menjadi korban proyek pembangunan waduk.
1992
3/5
Biografi Y. B. Mangunwijaya
Written by Admin
Thursday, 24 May 2012 01:41 -
4/5
Biografi Y. B. Mangunwijaya
Written by Admin
Thursday, 24 May 2012 01:41 -
5/5