Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak sekali peraturan kedokteran yang semakin memudahkan
pengguna dalam melakukan diagnosa, termasuk juga diantaranya alatalat
laboratorium. Laboratorium merupakan salah satu ruangan penunjang sebuah rumah
sakit yang sangat penting. Perkembangan alat-alat laboratorium juga semakin
memudahkan pengguna sehingga pengguna tidak mengalami banyak kesulitan dalam
pengukuran. Sejalan dengan kemaajuan teknologi alat laboratorium. Salah satu
contoh alat laboratorium yang sangat penting adalah Waterbath.
Waterbath.digunakan untuk menghangatkan suatu serum sebelum digunakan agar
dapat tetap terjaga kondisi temperaturnya. Suatu serum diletakkan didalam Waterbath
dengan suatu suhu yang kita inginkan dan dalam waktu yang diperlukan. Biasanya
suhu yang dibutuhkan adalah suhu tubuh manusia normal. Suhu yang dihasilkan oleh
alat harus stabil. Bila suhu sudah tercapai sensor suhu akan bekerja mengontrol suhu
agar tetap sesuai dengan suhu yang dikehendaki, untuk itu diperlukan alat Waterbath
yang dapat bekrja secara otomatis, dapat bekerja secara akurat.
Karena begitu penting peranan waterbath disebuah laboratorium maka penulis
tertarik untuk membuat perancangan yang diajukan sebagai modul, dimana judul
karya tulis ini sebagai berikut :

RANCANG BANGUN PESAWAT WATERBATH

1.2 Pembatasan masalah


Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membatasi pokok-pokok pembahasan
yang berkaitan dengan cara kerja dari rangkaian yang sesuai dengan judul yang
diajukan. Dimana pesawat Waterbath yang penulis buat memiliki 4 pemilihan yaitu:

35, 36, 37, 38 C. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerancuan dan pelebaran
masalah dalam penyajian dan pembahasan karya tulis.

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan pembuatan skripsi ini adalah :

a. Merancang dan merakit sebuah Waterbath


b. Melihat prosentase keakurasian dan prosetase nilai error

1.4 Metoda penulisan


Dalam penyusunan skripsi ini penulis membuat langkah langkah sebagai berikut,

a.Studi pustaka.
Mencari buku buku/refenrensi yang relevan dengan landasan teori.

b.Melakukan perencanaan dan pembuatan modul.


c.Melakukan pengujian dan penganalisisan.
d.Menuangkan dalam bentuk KTI.

1.5 Sistimatika penulisan


Dalam membuat skripsi ini penulis membagi menjadi beberapa tahapan yang
terbagi dalam beberapa bab, yaitu :
BAB 1 PENDAHULUAN
berisikan gambaran mengenai latar belakang, pembatasan

masalah, tujuan

penulisan, metoda penulisan dan sistimatika penulisan

BAB 2LANDASAN TEORI


berisikan penjelasan dan menerangkan teori teori yang melandasi penyusunan
skripsi ini, serta menganalisis dan pembahasan tiap-tiap sub sistem.

BAB 3 PERENCANAAN
berisikan pembahasan mengenai aplikasi tiap tiap komponem yang akan dirangkai
dan aplikasi untuk perancangan alat.

BAB 4 PENGUJIAN PERALATAN dan PENYAJIAN DATA


berisikan pengujian dan menganalisis rangkaian alat yang dibuat
BAB 5 KESIMPULAN
berisikan penjelasan mengenai hasil serta kelebihan maupun kekurangan
rangkaian yang telah dibuat.

BAB 2
TEORI DASAR

2.1 Gambaran Umum Alat Waterbath


Waterbath adalah suatu alat laboratorium yang digunakan untuk menghangatkan
suatu serum sebelum digunakan agar dapat tetap terjaga kondisi temperaturnya. Suatu
serum diletakkan didalam waterbath dengan suatu suhu yang kita inginkan dan dalam
waktu yang diperlukan. Biasanya suhu yang dibutuhkan adalah suhu tubuh manusia
normal (37 C). Pertama kali air dipanaskan oleh elemen sampai sebesar suhu yang
dikehendaki maka elemen akan berhenti bekerja. Dengan berhenti bekerjanya elemen
maka suhu air akan turun, turunya suhu air membuat elemen bekerja kembali.
Kejadian ini akan berlangsung terus-menerus sehingga suhu air akan stabil sesuai
dengan yang kita kehendaki.
Alat waterbath pada umumnya memiliki blok diagram sebagai berikut :

Sensor dan
Setting Suhu

Power Supply

Elemen

Gambar 2.1Blok Diagram Alat Waterbath

Tabel 2.1Suhu dan waktu yang digunakan pada alat waterbath

Pengukuran terhadap

Temperatur yang digunakan

Lamanya
Pemanasan

1. Reagen

+ 37 C

15 menit

2. Serum

+ 35 C

10 menit

3. Sample darah

+ 37 C

60 menit

Biasanya pada alat waterbath terdapat beberapa kontrol dan perlengkapan antara
lain:

1. Main Switch digunakan untuk meghubungkan dan memutuskan supply dari


tegangan.
2. Thermostat digunakan untuk pemilihan suhu yang dibutuhkan dan sebagai kontrol
suhu.
3. Lampu indicator merupakan indikator supply PLN
4. Elemen digunakan sebagai alat untuk memanaskan air.
5. Pembuangan air berfungsi sebagai tempat pembuangan air.
6. Penyimpanan Kuvet digunakan untuk meletakkan kuvet-kuvet pada alat
waterbath.

2.2 Transistor
1. Transistor sebagai saklar
Transistor adalah sebuah komponen elektronika yang memiliki 3 (tiga) buah
kaki, yaitu : basis ( B ), kolektor ( C ) dan Emitor( E ) pada umumnya bahan
yang digunakan adalah Silicon dan germanium. Ada 2 jenis transistor yaitu :

B
B
E

PNP

NPN

Gambar 2.5. Simbol Transistor

Transistor yang digunakan sebagai saklar adalah dengan memanfaatkan


karakteristik transistor ketika berada pada daerah saturasi dan cut off. Jika
berlaku sebagai saklar tertutup, maka transistor berada dalam keadaan
saturasi.

Dari sekian banyak kegunaan transistor didalam rangkaian elektronika salah


satunya adalah sebagai saklar. Syarat untuk menggunakan transistor sebagai saklar
adalah daerah kerja transistor harus berada pada daerah tersumbat (cut off). Transistor
sebagai saklar mempunyai dua kondisi yang bergantian yaitu kondisi tertutup pada
saat saturasi dua kondisi tertutup pada saat saturasi dan kodisi terbuka pada saat cut
off.
RC
+

RB
NPN

VCC

VBB

Gambar 2. 6 Transistor Sebagai Saklar

Dan jika berlaku sebagai saklar terbuka, maka transistor berada dalam
keadaan cut off ( tersumbat ). Karakteristik transistor sebagai saklar dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Ic

Vcc

Rc

saturasi
Q

Ib

> (sat)

Ib

= (sat)

Ib
cut off

I b= 0

Vcc
Gambar 2.7 Karakteristik Dan Garis Beban DC Dari Transistor

Vce

Garis beban memotong sumbu vertical pada VCC/Rc dan memotong sumbu
horizontal pada Vce, garis beban ini juga menyatakan sumbu titik operasi pada
transistor. Pada gambar diatas besarnya Ib dan Ic adalah
Ib = Vbb Vb ......................(2. 8 )
Rb
Ic = Vcc ...........................(2. 9 )
Rc

Karakteristik Dan Garis Beban Transistor Sebagai Saklar

Ic

Ic Saturasi

Vcc/Rc

Cut Off

Vcc

Vce = Vcc
Gambar 2.8 Garis Beban DC

2. Transistor Dalam Keadaan Saturasi ( Tertutup )


Pada transistor jenis NPN, apabila dioda basis emitter mendapat forward bias
dan dioda basis kolektor mendapat forward bias, maka arus dapat mengalir
dari kolektor menuju emiter. Pada keadaan ini transistor berada dalam daerah

saturasi dan VCE, atau tegangan antara kolektor dengan emiter dapat
dianggap nol. Dalam kondisi ini transistor seperti sebuah saklar tertutup.
Besarnya arus yang mengalir menuju kolektor saat saturasi :
IC = ( VCC VCE ) / RC ........... ( 2.10 )
Karena VCE = 0, maka besarnya arus kolektor dapat dinyatakan sebagai
berikut :
IC = VCC / RC ............ ( 2.11 )
Adapun

gambar

rangkaian

transistor

dalam

keadaan

saturasi

dapat

ditunjukkan pada gambar 2.9

RC

VCC

RB

Gambar 2.9 Rangkaian Transistor Dalam Keadaan Saturasi

3.Transistor Dalam Keadaan Cutt Off


Pada transistor jenis NPN, apabila basis lebih negatif dari emiter maka arus
tidak akan mengalir dari kolektor menuju ke emiter. Pada keadaan ini
transistor berada daerah cutt off dan dapat dianggap sebagai saklar terbuka.
Tegangan antara kolektor dan emiter saat cut off.
VCE = VCC IC.RC ................. (2.12)
Karena IC dapat diabaikan, maka dapat diketahui tegangan antara kolektor
dan emitor adalah :
VCE = VCC .............( 2.13)

Adapun Rangkaian Transistor dalam keadaan cut off dapat dilihat pada
gambar 2.10
VCC

VCC

RC

RB

Gambar 2.10 Rangkaian Transistor Dalam Keadaan Cut Off

2.3 IC 74LS192 SEBAGAI COUNTER / PENCACAH


Counter atau pencacah adalah kombinasi dari beberapa rangkaian dasar digital
yang berfungsi untuk menghitung banyaknya pulsa yang masuk dengan cara
membagi-bagi pulsa masukannya menjadi pulsa-pulsa frekuensi yang lebih rendah.
Ada dua jenis counter, yaitu Up counter dan Down counter. Rangkaian counter
terdiri dari beberapa buah JK flip-flop yang berfungsi sebagai pembagi dua dari
frekuensi yang masuk padanya. Apabila clock dengan frekuensi tertentu diumpankan
pada JKflip-flop yang pertama dan keluarannya diumpankan pada flip-flop
berikutnya, maka akan dihasilkan frekuensi dari masing-masing flip-flop sebesar ,
, 1/8, 1/16 dan seterusnya dari frekuensi pulsa clock.

HIGH
Q3

J3

Q2

CLK

Q3

K3

J2

Q1

CLK

Q2

J1

Q0

CLK

K2

Q1

K1

J0

CLK

Q0

K0

CLEAR
Gambar 2. 11 Rangkaian JK flip-flop Sebagai Counter / Pencacah

Gambar 2. 12
Diagram Pewaktuan Pencacah IC 74LS192

Tabel 2. 2 Tabel Kebenaran Pencacah IC 74LS192

10

Karena masing-masing flip-flop bersifat pembagi dua, maka frekuensi


keluarannya dari masing-masing flip-flop adalah :
Qa = frekuensi clock
Qb

= frekuensi Qa = frekuensi clock

Qc

= frekuensi Qb = 1/8 frekuensi clock

Qd

= frekuensi Qc = 1/16 frekuensi clock


Dengan demikian didapat pembagi dua, dimana F adalah banyaknya flip-flop,

urutan Qd (MSB), Qc, Qb, Qa (LSB) adalah bilangan biner 4 bit yang ekivalen dengan
dengan banyaknya pulsa yang masuk ke counter
15
1
10
9
5
4
11
14

A
B
C
D

QA
QB
QC
QD

UP
DN
LOAD
CLR

CO
BO

3
2
6
7
12
13

74LS192

Gambar 2.13 Konfigurasi Pin IC 74LS192

IC 74LS192 merupakan sebuah counter / pencacah dan juga timer dengan 4 buah
jalan masukan dan 4 buah jalan keluaran dimana juga menghitung pulsa clock dari
rangkaian astable multivibrator. Juga terdapat fungsi hitung naik

(up counter) dan

fungsi hitung turun (down counter) berupa sinyal detak untuk menggerakkan
rangkaian hitung naik atau hitung mundur dan fungsi clear untuk mengembalikan
display pada kondisi awal berupa angka nol.
Cara kerja dari IC ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika masukan clear mendapat logika tinggi ( high ) dengan mengabaikan kondisi
masukan yang lain, maka IC 74LS192 dalam keadaan tak mencacah dan kembali
pada kondisi awal.

11

2. Jika masukan clear mendapat logika rendah ( low ), load mendapat logika tinggi
sementara count up mendapat pulsa clock maka IC 74LS192 dalam keadaan
mencacah naik.
3. Jika masukan clear mendapat logika rendah ( low ), load mendapat logika tinggi
sementara count down mendapat pulsa clock maka IC 74LS192 dalam keadaan
mencacah turun.
4. Jika masukan clear mendapat logika rendah ( low ), load mendapat logika rendah
sementara count up dan count down mendapat sembarang, maka keluaran pada IC
74LS192 akan mengikuti data pada jalan masukan A, B, C dan D.

2.4 Trioda AC (Triac) sebagai Switch


Triac merupakan komponen tiga elektroda yang berfungsi sebagai saklar.
Triac mempunyai elektroda kendali (gerbang) terpisah guna memungkinkan
pemberian level tegangan yang akan memulai triac untuk berkonduksi. Triac
banyak digunakan pada rangkaian-rangkaian pengendali, penyaklaran ataupun
pemicu. Prinsip kerja triac sama seperti pada SCR (Silicon Control Rectifier),
dan triac tersendiri dapat digambarkan sebagai penggabungan dua buah SCR
yang dipasang anti paralel dan diberi satu elekroda pintu. Triac banyak digunakan
pada beban yang mempunyai daya besar. Daerah kerja triac meliputi jangkauan
yang lebar dari 0,5 ampere sampai dengan 40 ampere, dan bekerja pada tegangan
sampai dengan 600 volt.
Gambar 2.14 merupakan lambang dari triac, terminal utamanya adalah
terminal satu dan dua yaitu untuk keluaran dan terminal bersama.
Gerbang atau gate merupakan terminal masukan atau terminal kendali.

12

Gambar 2.14 Simbol TRIAC

Keterangan gambar 2.14:


T1 : Terminal 1
T2 : Terminal 2
G : Gate/Trigger
Cara membuat Triac on dan off

Zi (Beban)
0

gate
2
3
220V

Gambar 2.15 Pemakaian Triac dalam Rangkaian Sederhana

Agar triac dapat bekerja (on), maka dilakukan pemberian sinyal pemicu pada
gerbangnya. Pada saat tegangan sumber mencapai nilai maksimum, triac mendapat
penyulutan sehingga menghantar. Akibatnya timbul tegangan pada beban Zi dan
terjadi tegangan triac. Setelah tegangan sumber mencapai nol dan tidak ada lagi
penyulutan, gate memutuskan arus dan triac tidak bekerja (off).

13

2.5 Sensor Suhu LM 35


LM 35 adalah sebuah sensor suhu yang memiliki tegangan keluaran yang linier
terhadap suhu dalam C. LM 35 memiliki keuntungan lebih daripada sensor suhu
yang linier terhadap K, karena tidak perlu mengurangi tegangan outputnya untuk
memperoleh skala C yang tepat.
LM35
1

VOUT

GND

VIN

2
Gambar 2.16 Aplikasi LM 35

LM 35 memerlukan banyak kalibrasi eksternal atau pengaturan untuk


menghasilkan keakurasian 1/4 C pada suhu ruangan dan 1/4 C lebih dari skala
penuh temperaturnya. LM 35 mampu dioperasikan pada suhu antara -55C sampai
+150C. Sementara jangkauan sensornya antara -40C sampai +110 C.
LM 35 memiliki karakteristik antara lain :
a. Kalibrasi langsung C
b. Tegangan keluaran linier +10,0 mV/C.
c. Supply tegangan 4-30 Volt.
d. Jangkauan suhu -55C sampai +155C.
e. Impedansi output rendah 0,1 Ohm untuk beban 1 mV.

14

mV
380
370
360
350
0

35 36 37

38

Gambar 2.17 Gambar Hubungan antara Suhu dan Tegangan pada LM 35

2.6 Penguat Operasional (Op-Amp)


Penguat operasional atau yang lebih dikenal dengan Op-amp adalah salah satu
komponen elektronika terintegrasi yang luas sekali pemakaiannya, beberapa
penggunaan op-amp pada masa kini antara lain pada bidang-bidang proses,
komunikasi, komputer, sumber daya, dan sistem pengukuran atau pengujian.
Dengan semakin meningkatnya teknologi semi konduktor, maka bentuk dari
penguat operasional ini semakin kecil dan komplek dibanding dengan
pendahulunya. Penguat operasional merupakan penguat gandeng langsung dan
mempunyai faktor penguat yang sangat tinggi.
Penguat operasional paling sedikit mempunyai lima buah terminal antara lain
sebagai berikut :
1. Masukan tak membalik (Non Inverting)
Apabila ada sinyal yang masuk pada terminal ini, maka keluaran yang
dihasilkan akan sephase dengan sinyal keluaran.
2. Masukan Membalik (Inverting)

15

Apabila ada sinyal yang masuk pada terminal ini, maka keluaran yang
dihasilkan akan berbalik phase dengan sinyal keluaran.
3. Keluaran (Output)
Merupakan hasil akhir dari suatu masukan, dimana besaran keluarannya tidak
akan melebihi catu daya yang diberikan pada sebuah Op-Amp.
4. Catu daya positif
Merupakan sumber daya positif bagi Op-Amp untuk bekerja maksimum pada
batas tegangan positif yang telah ditentukan.
5. Catu daya negatif
Merupakan sumber daya negatif bagi Op-Amp untuk bekerja maksimum pada
batas tegangan negatif yang telah ditentukan

Sebuah Op-Amp memiliki karakteristik sebagai berikut :


1. Mempunyai penguatan tak terhingga
Artinya jika terjadi sedikit saja perubahan pada terminal masukannya, maka
akan menyebabkan perubahan yang besar pada terminal keluarannya.
2. Impedansi masukan yang sangat tinggi
Artinya sehingga arus masukan dapat diabaikan
3. Impedansi keluaran sama dengan nol
Artinya bahwa apabila keluaran diberikan beban, maka tegangan

pada

keluarannya tetap
4. Tanggapan frekuensinya tak terhingga
Artinya dapat menerima berapapun besar frekuensi.
5. Tidak ada tegangan offset
Artinya apabila tegangan masukannya berharga nol, maka keluarannya akan
berharga nol juga.
6. Tidak terpengaruh oleh perubahan suhu

16

Pada karya tulis ini, penulis hanya menyajikan beberapa teori dasar dari jenis
Op-Amp yang sesuai dengan aplikasi modul rangkaian yang dibuat yaitu :

1. Op-Amp Sebagai Pengikut Tegangan / Buffer


Rangkaian pengilut tegangan sering pula dikenal dengan rangkaian
penyangga atau rangkaian buffer. Rangkaian ini mempunyai besar tegangan
keluaran sama dengan besar tegangan masukannya dan dalam phase yang
sama pula, maka gain tegangannya sama dengan satu. Rangkaian pengikut
tegangan/rangkaian buffer ini, biasanya digunakan untuk mengisolasi suatu
tingkat penguat ketingkat berikutnya.

7
Vin

Vout

Gambar 2.18 Pengikut Tegangan / Buffer

Pada rangkaian pengikut tegangan / buffer ini dapat diperoleh beberapa


persamaan yaitu sebagai berikut :
Vout = Av x Vin ..........................................................................................(2.14)
Av =

Vout
..................................................................................................(2.15)
Vin

Dimana : AV = besarnya penguatan ( 1 kali ).

2. Op-Amp Sebagai Pembanding


Rangkaian pembanding tegangan ( Voltage Comparator ) adalah suatu
rangkaian elektronika yang membandingkan suatu nilai tegangan dengan nilai

17

tegangan yang lainnya. Ciri dari komparator : Tidak mempunyai umpan balik
negatif, mempunyai tegangan referensi dan tegangan yang dibandingkan.
Gambar dibawah ini adalah sebuah penguat operasional sebagai pembanding.
+12V

VRef

Vin

741

Vout

4
-12V

Gambar 2.19 Op-Amp Sebagai Pembanding (komparator)

Karena penguatan Loop terbuka (Aol) sangat tinggi, maka adanya perbedaanperbedaan tegangan antara tegangan masukan (Vin) dengan tegangan (Vref) akan
membuat keluaran dari penguat operasional akan mengayun ke keadaan saturasi,
jadi jika tegangan masukan lebih besar dari pada tegangan referensi maka
keluarannya sebesr (-Vsat) atau sebaliknya, jika tegangan masukan lebih kecil
atau dibawah tegangan referensi maka keluarannya sebesar (+Vsat).

18

+ Vcc

Vin < Vref

+ Vsat

- Vsat
Vin > Vref
- Vcc

Gambar 2.20 Karakteristik Keluaran Pembanding

Besarnya tegangan keluaran dari rangkaian pada gambar mengikuti


persamaan sebagai berikut :
Vo = Ao (Vref Vin)

........................................................................(2.16 )

Dimana Vo

= Tegangan Keluaran

Aol

= Tegangan loop terbuka

Vref

= Tegangan referensi

Vin

= Tegangan Masukan

Tegangan referensi yang diterapkan pada masukan tak membalik berharga


positif dan sama dengan :
Vref =

R1
x Vcc
R1 + R 2

.........................................................................(2.17)

19

2.7 Rangkaian Digital


2.7.1 IC 4081 ( Gerbang AND )
IC 4081 adalah type IC gerbang logika AND yang ada didalamnya terdapat 4
paket gerbang berlogika yang mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Logika
AND lebih dikenal sebagai logika perkalian. Apabila salah satu masukannya adalah
low, maka keluarannya akan low. Apabila kedua masukannya berlogika high, maka
keluarannya akan high.
Persamaan Boole untuk gerbang AND adalah :
A.B = F ......................................................................................................... ( 2.18 )
U?

3
2
7408
Gambar 2.21 Simbol Gerbang AND

Tabel 2.3 Tabel Kebenaran Gerbang AND

2.7.2 Gerbang NAND


Gerbang NAND adalah suatu NOT dan AND atau gerbang AND yang dibalik.
Keluaran gerbang NAND menghasilkan logika 1, jika salah satu atau kedua
masukannya berlogika 0. Dan keluarannya akan berlogika 0, jika kedua

20

masukannya adalah logika 1. Simbol gerbang NAND dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

1
2
13

12

74LS10

Gambar 2.22 Simbol Gerbang NAND

Tabel 2.4 Tabel Kebenaran Gerbang NAND


Masukan

Keluaran

2.8 Seven Segment Sebagai Display


Display atau penampil adalah merupakan indikator yang digunakan dalam
peralatan yang menggunakan sistem digital. Beberapa macam indikator yang
umumnya digunakan sebagai indikator penampil adalah :

Seven segment dioda

Nixie tube

Dot matrik
Seven segment dioda terdiri dari berbagai macam, tergantung dari jenis bahan

pembentuknya antara lain :

Tabung berisi gas (gas discharge tube)

21

LED (Light Emitting Diode)

Flouroscent Phospor

LCD (Liquid Crystal Display)

Kawat pijar
Untuk penampil LED seven segment terdiri dari tujuh buah dioda LED, yang

mana masing-masing dioda tersebut akan menyala apabila dialiri arus atau beda
potensial.
Seven segment mempunyai sifat antara lain :
1. Tanggap terhadap perubahan logika cepat
2. Menyala pada tanggapan rendah
3. Memerlukan arus yang cukup kecil
4. Dapat terlihat jelas
5. Mudah diperoleh di pasaran
LED terbuat dari bahan GaSn (gallium arsenida) yang akan menyala apabila
dialiri arus maju. LED seven segment terdisi dari dua jenis, dan yang dipakai oleh
penulis yaitu seven segmen common anoda.
Pada tipe ini anoda dari masing-masing segmen digabungkan dan dihubungkan ke
Vcc, seven segmen ini mempunyai taraf rendah diberikan ke masukan segmen maka
segmen akan terbias maju, arus akan mengalir dari Vcc ke segmen dan menuju taraf
rendah yang disediakan driver.

g
VCC

Gambar 2.23Konstruksi Seven Segment Common Anoda

22

Tabel 2.5Tabel Format Display LED Seven Segmen Common Anoda

DIGIT

SEGMEN YANG AKTIF LOW

a-b-c-d-e-f

b-c

a-b-d-e-g

a-b-c-d-g

b-c-f-g

a-c-d-f-g

c-d-e-f-g

a-b-c

a-b-c-d-e-f-g

a-b-c-d-f-g

Pada rancang bangun rangkaian ini, digunakan display LED tujuh Sevent
Segment karena memiliki sifat-sifat antara lain :
1.

Tanggapan terhadap logika cepat

2.

menyala pada tegangan rendah

3.

memerlukan arus cukup kecil

23

Tabel 2.6Tabel Format Display LED Seven Segmen Common Katoda

DIGIT

SEGMEN YANG AKTIF LOW

a-d-e-f-g

c-f

e-f

a-d-e

b-e

d-e-g

2.9 IC 7447 Sebagai Decoder


Decoder adalah suatu rangkaian digital yang digunakan untuk mengubah kodekode input ke kode-kode outout suatu sistem digital yang bekerja dengan kode yang
berbeda. Kombinasi bilangan biner BCD (Binary Code Desimal) dimasukan keempat
terminal input decoder. Output decoder yang terdiri dari sepuluh jalan keluar perlu
dihubungkan ke indicator penampil. Setiap perubahan pada ke empat input decoder
akan menyebabkan salah satu keluarannya berfungsi. Misalnya saja, decoder BCD
keseven segment, artinya bahwa data-data biner 4 bit yang masuk kedalam rangkaian
tersebut akan diterjemahkan ke dalam bentuk sinyal digital yang kelak akan
menampilkan angka tertentu pada seven segment yang sesuai dengan harga binernya.
Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara masukan dengan keluaran decoder
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini :

24

Gambar 2.24 Decoder BCD ke Dasan

Keluaran sebuah decoder dilengkapi dengan indicator (misalnya LED) untuk


menampilakan saluran mana yang aktif. Apabila tidak terdapat sinyal masukan maka
indikator keluaran 0 yang diaktifkan. Gerbang NOT/inverter dihubungkan ke tiaptiap keluaran decoder sehingga sinyal keluarnnya berlogika 0. Berikut ini
diperlihatkan rangkaian dasar dari Decoder yang berupa diagram logic.
Setiap kombinasi pada masukan decoder akan mengaktifkan suatu terminal
keluarannya IC Decoder BCD akan dihubungkan pada seven segment Common
Anoda dengan jalan kolektor terbuka (open collector). Tegangan Decoder ini sebesar
+5 Vdc. Tabel kebenaran dari dekoder di tunjukkan pada tabel dibawah ini :

25

Tabel 2.7Tabel Kebenaran Dekoder

Masukan

Keluaran

8 4 2 1

a b c d e f g

0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 1

0 0 0 1

1 0 0 1 1 1 1

0 0 1 0

0 0 1 0 0 1 0

0 0 1 1

0 0 0 0 1 1 0

0 1 0 0

1 0 0 1 1 0 0

0 1 0 1

0 1 0 0 1 0 0

0 1 1 0

1 1 0 0 0 0 0

0 1 1 1

0 0 0 1 1 1 1

1 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0

1 0 0 1

0 0 0 1 1 0 0

Fungsi Desimal

Tampilan

2.10 IC 4066 Sebagai Saklar Bilateral


Saklar bilateral ini akan melewatkan sinyal-sinyal dalam dua arah dan
berguna dalam penerapan digital analog. Gambar dibawah ini adalah sususnan
dasar dari saklar bilateral. Saklar bilateral ini terdiri dari P Mosfet dan N Mosfet
yang diparalel sehingga kedua polaritas input tegangan dapat disaklar. Input
kontrol dan pembaliknya digunakan untuk mengatur saklar hidup (tertutup) dan
mati (terbuka). Saat kontrol tinggi kedua mosfet hidup dan saklar tertutup. Saat
kontrol rendah, kedua Mosfet mati dan saklar terbuka. Idealnya sirkuit ini
beroperasi seperti relay elektromekanik.

26

Control

Control

INPUT

OUTPUT
p
D

S
IN/OUT

OUT/IN
b.

a.

Gambar 2.25 a.Susunan dasar Saklar Bilateral


b.Rangkaian Persamaan Saklar Bilateral

Dalam prakteknya tidak mungkin terjadi hubungan singkat yang sempurna


saat saklar tetutup, nilai tahanan saklar hampir 200 Ohm. Dalam keadaan terbuka
tahanan saklar sangat besar, besarnya hampir 10

12

Ohm.

Gambar diatas menunjukkan simbol logika untuk IC 4066. IC ini terdiri dari 4
saklar bilateral. Setiap saklar bebas diatur oleh pengatur inputnya sendiri.

2.11 IC CA3162E Sebagai Analog To Digital Converter


(ADC)
IC CA3162 adalah suatu IC Analog To Digital Converter (ADC) yang dapat
menghasilkan keluaran BCD multiplexer 3-digital. Untuk menghasilkan tampilan 3
digit IC ini memerlukan tambahan IC yaitu IC CA3161E sebagai dekoder BCD (
Binary Converter To Digital ) ke seven segmen atau tampilan.

27

Output BCD 2(1)


Output BCD 2(2)
NSD
MSD
LSD
Hold Bypass
GND
Zero ADj

16

15

Output BCD 2(3)


Output BCD 2(2)
V4

14
IC CA3162E
13

4
5

12

11

10

Gain Adj
.

Integrating Cap
High Input
Low Input
Zero Adj

Gambar 2.26 Bentuk Fisik IC CA3162

Jantung pada sistem ini adalah pada V/I Converter dab referensi Current
Generator. Pada saat tegangan input masuk dari pin 10 dan pin 11 ke V/I
Converter maka integrating capasitor akan terisi muatannya sesuai dengan
tegangan input tersebut. Setelah sesuai maka saklar dari V/I Converter tidak
terhubung lagi ke capasitor. Dan setelah pada Band-Gap Reference konstan untuk
memberikan tegangan pada reference current generator, pada saat itu saklar dan
Integerating capasitor akan terhubung ke reference current generator. Kapasitor
mengalami pengosongan dan control logic counter multiplex akan aktif, untuk
mendapatkan cacahan kode-kode biner yang akan dikeluarkan ke output BCD.
Untuk pengendalian tiap-tiap segmen, pada block Digit Drive akan bekerja untuk
mengendalikan.
Masukan pada pin 11 diatur sebesar 10mV yang sama dengan 1 derajat
celcius yang terbaca pada sevent segment. Untuk mendapatkan keakurasian ,
maka pin 8 dan 9 dilengkapi dengan variabel resistor sebagai zero adjusment
(pengenolan). Untuk dapat menampilkan angka-angka desimal maka output BCD
dimasukkan ke dekoder.

28

2.12 IC CA3161E Sebagai Dekoder


Dekoder adalah suatu rangkaian digital yang berfungsi untuk mengubah kodekode input ke kode-kode output suatu sistem digital yang bekerja dengan kode
yang berbeda.
Keluaran suatu dekoder merupakan data yang diterima dalam bentuk kode
biner dari unit data lanch (pelupuh). Setiap kombinasi pada masukan hanya
mengaktifkan satu terminal keluaran. Salah satu tipe dari dekoder adalah BCD
Sevent Segment Dekoder, dimana fungsi dari BCD tersebut merubah kode input
menjadi kode desimal yang akan ditampilkan pada suatu display. Masukan BCD
mendapat masukan yang berasal dari keluaran counter.
Jenis BCD seven segment ada dua yaitu aktif rendah dan aktif tinggi. Jenis IC
CA3161 adalah salah satu dari BCD sevent segment dekoder yang aktif rendah.
Dalam operasi penyemat 5 ( RBI ) dibiarkan mengambang / diberikan logika
tinggi. Sedangkan penyemat 3 (lamp test) harus diberi berlogika tinggi. Data
yang diolah adalah masukan 4 bit ( A, B, C, D ), sedangkan outputnya ( a, b, c, d,
e, f, g ) dihubungkan ke seven segment common anoda, karena pengubah kode ini
hanya sesuai untuk jenis Common Anoda. Adapun fungsi pin dari IC CA3161
terlihat pada gambar 2.28 :

29

2.1

2.2
BCD INPUT
NC
NC

16

15

14

NC

2.3
BCD INPUT
2.0
GND

V+
f
g

IC
1
CA3161E
3
.
12

11

10

SEGMEN
DRIVER
OUTPUT

a
b
c
d
e

Gambar 2.28 Bentuk fisik IC CA 3161

Tabel 2.8Tabel Kebenaran IC CA3161


Fungsi
Desimal

Masukan

Tampilan

Keluaran

30

2.13 IC MOC 3020 Sebagai PhotoDiac


IC MOC 3020 merupakan komponen yang berfungsi sebagai PhotoDiac.
PhotoDiac adalah sebuah komponen penghubung yang bekerja berdasarkan picu
cahaya optik. PhotoDiac terdiri dari dua bagian yaitu pemancar (Transmiter) dan
penerima (Receiver). Pemancar biasanya dibangun dari sebuah LED infra merah,
dan penerima dibangun dengan komponen PhotoDiac, gatenya akan mendapat
bias maju bila mendapat sinar dari LED sehingga triac terhubung singkat, dengan
kata lain PhotoDiac digunakan sebagai optoisolator antara rangkaian input dan
output. IC MOC 3020 ini dapat digunakan sebagai penggerak tegangan AC atau
komponen elektronik pengganti relay.

5
4

Gambar 2.29 Konfigurasi pin MOC 3020

Keterangan pin MOC 3020 :

Kaki 1 Anoda

Kaki 2 Katoda

Kaki 3 dan 5 NC

Kaki 4 dan 6 input/output tegangan AC


6
1

2
4

Gambar 2.30 Skematik MOC 3020

31

BAB 3
PERENCANAAN

3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram


Pada perenacanaan blok diagram pesawat Waterbath penulis merencanakan
penunjukan suhu secara digital. Dengan penunjukkan didisplay maka diharapkan
akan memudahkan dalam pembacaan beberapa suhu yang dideteksi oleh sensor.
Pada pemilihan suhu setting penulis juga merencanakan dengan system digita,
sehingga pada saat pemilihan suhu menjadi mudah.
Sebagai penjelasan dari rancang bangun rangkaian pesawat waterbath, maka
penulis merencanakan diagram blok dari rangkaian-rangkaian yang direncanakan
seperti pada gambar 3.1 :

Sensor Suhu

ADC

Rangkaian
Komparator

Rangkaian
Driver Heater

Setting Suhu

Elemen

Gambar 3.1 Diagram Blok Rangkaian Pesawat Waterbath

32

Display

Blok rangkaian pesawat waterbath akan bekerja saling menunjang antara satu
sama lainnya untuk mengatur pemanasan. Catu daya yang digunakan ada
beberapa macam antara lain tegangan 5 Volt/DC, 12 Volt/DC dan 220 Volt/AC.
Cara kerja dari diagram blok yaitu sebagai detector suhu digunakan IC LM 35
yang akan merubah nilai tegangan jika terjadi perubahan suhu, supaya keluaran
dari sensor ini dapat ditampilkan secara visual maka diperlukan ADC untuk
merubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Sinyal digital dari ADC baru akan
dapat ditampilkan ke display.
Pada perancangan setting suhu berfungsi untuk memilih level suhu yang
diinginkan . Untuk mengendalikan bekerja atau tidaknya elemen maka perlu
rangkaian pembanding atau komparator. Keluaran dari sensor akan masuk ke kaki
membalik komparator, dan keluaran tegangan setting akan masuk ke kaki tak
membalik komparator. Pada saat tegangan sensor lebih tinggi dari tegangan
setting maka keluaran komparator akan negative saturasi, rangkain driver heater
tidak bekerja dan elemen akan mati. Pada saat tegangan sensor lebih rendah dari
tegangan maka komparator akan positif saturasi maka rangkaian driver heater
akan terhubung dan elemen akan bekerja. Pada perencanaan rangkaian timer
digunakan untuk mempermudah pengaturan lamanya pemanasan yang diperlukan.
Bila waktu yang disetting telah habis maka elemen akan berhenti bekerja.

3.2 Perencanaan Rangkaian sensor suhu


Pada perancangan rangkaian sensor suhu pada alat waterbath ini penulis
menggunakan LM 35 sebagai sensor suhu. LM 35 ini merupakan sensor suhu
yang praktis, besarnya tegangan keluaran linier terhadap kenaikan suhu 10
mV/C. Kemudian keluaran LM 35 akan dirangkai dengan op-amp sebagai
penguat penyangga. Keluaran LM 35 akan menjadi masukan kaki non inverting
pada op-amp sebagai penguat penyangga sehingga keluaran dari LM 35 yang
akan dikuatkan sebesar 1 kali akan stabil.

33

Dengan diberikan tegangan inputan sebesar 12 Volt DC, pada pin 7 dan pin
2 diumpanbalikkan pada outputnya (pin 6) pada rangkaian ini kemudian di
teruskan pada rangkaian display. Besar nilai yang ditampilkan pada display
adalah sebesar nilai suhu yang dideteksi oleh rangkaian tersebut.
Antara suhu dan tegangan mempunyai hubungan yang positif, dimana apabila
suhu naik, maka tegangan juga akan naik.

+5 V
+12 V
1
VIN
2

VOUT
ADJ

3
2

Vout

7
6

LM741
-12 V

LM35
3

Gambar 3.2 Rangkaian Sensor Suhu

Disini penulis merencanakan keluaran LM 35 berdasarkan atas teori dasar.


Menurut teori dasar keluaran LM 35 adalah 10 mV/C.

Tabel 3.1 Perbandingan Nilai Suhu Dan Tegangan

Suhu oC

Vout LM 35

35C

350 mV

36C

360 mV

37C

370 mV

38C

380 mV

3.3 Perencanaan Rangkaian Setting Suhu


Pada perencanaan rangkaian setting suhu, penulis merencanakan dengan
system digital, dimana keluaran dari sinyal clock yang diubah menjadi kode-kode

34

pemilihan. Sinyal tersebut dicacah dan diterjemahkan menjadi logic pemilihan


yang digunakan untuk mengontrol rangkaian selanjutnya.
Adapun tegangan referensi yang direncanakan dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Perencanaan Tegangan Referensi

Suhu oC

Vref

35 oC

350 mV

36 oC

360 mV

37 oC

370 mV

38 C

380 mV

Besar tegangan referensi yang direncanakan pada table III.2 dapat diperoleh
dengan cara :
Diketahui : R = 330 Ohm
Vcc = 5 Volt
Ditanya :

VR = .?

Jawab :
Untuk suhu 35 C diperlukan tegangan referensi sebesar 350 mV. Untuk itu
nilai tahanan pada VR diatur sebesar :
Vout =

R
X Vcc
R + VR

350 mV =

330
X 5 Volt
330 + VR

0,35 V (330 + VR) = 330 X 5 Volt


11,5 + 0,35 VR = 1650
VR =

1650 115,5
0,35

VR =

1534,5
= 4384,3 Ohm = 4,4 Kohm
0,35

35

Untuk suhu 38 C diperlukan tegangan referensi sebesar 380 mV. Untuk ini
nilai tahanan pada VR diatur sebesar :
Vout =

R
X Vcc
R + VR

380 mV =

330
X 5 Volt
330 + VR

0,38 V (330 + VR) = 330 X 5 Volt


125,4 + 0,35 VR = 1650
VR =

1650 125,4
0,38

VR =

1524,6
= 4012,1 Ohm = 4,0 Kohm
0,38

Untuk dapat membuat sesuai dengan yang direncanakan, maka penulis


merancang suatu rangkaian setting pemilihannya dengan menggunakan saklar
push button untuk UP dan DOWN, saat switch UP ditekan masukan pada gerbang
AND 4081 akan LOW dan keluarannya juga akan LOW, dan ketika switch
tersebut dilepas, maka masukan pada gerbang AND 4081 akan HIGH kembali,
sehingga keadaan tersebut akan mengaktifkan clock High pada IC 74192 pin 5
dan akan memulai mencacah, dimana sinyal clock keluarannya akan keluar
berdasarkan clock High yang masuk. Kemudian keluarannya akan diteruskan ke
IC 4028. hasil dari cacahan pin 3, pin 2, pin 6, dan pin 7 IC 74192 akan
dimasukkan ke pin10, pin 13, pin 12, dan pin 11, IC 4028 ini salah satu akan
berlogika 1 sesuai dengan jumlah BCD yang dikeluarkan pada IC 74192.
Keluaran IC 4028 akan masuk ke pin 13, pin 12, pin 5 dan pin6 IC 4066. Apabila
salah satu controlnya mendapat HIGH maka akan mengaktifkan salah satu dari
empat switch yang terdapat pada IC 4066. Untuk mendapatkan nilai tegangan
referensi yang direncanakan, maka pada keluaran IC 4066 ini akan masuk ke
variable resistor yang berfungsi untuk mengatur besarnya keluaran tegangan
referensi.

36

+5 V

+5 V
+5 V

4,7 K

0,1 uF

3
14
2
15
1
6
7
4
9
5

4028

1
.
. 11
. 3
.
. 4066 . 9
.
.
.
.
.
.
7

74193

4
6

13
12
5
6
2
10
4
8

CLR

15
A 1
B 10
C 9
D

GND

DN

G nd

14

Q0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9

4081
UP

10
13 A
12 B
11 C
D

3
LOAD QA 2
QB 6
QC 7
5
QD
UP

11

14

16

16

4,7 K

+5 V

4081
13

DOWN

0,1 uF

Vout

11
12
4081

Gambar 3.3 Rangkaian Setting Suhu

3.4 Perencanaan Rangkaian Driver Heater


Dalam perencanaan rangkaian driver heater ini terdiri dari beberapa
rangkaian, yaitu rangkaian pembanding dan rangkaian heater.
Pada rangkaian pembanding ini berfungsi untuk menstabilkan nilai suhu yang
dideteksi oleh sebuah pemanas/heater. Untuk mendapatkan nilai suhu yang stabil
maka rangkaian pembanding ini akan membandingkan antara tegangan referensi
dengan tegangan masukan. Karena pesawat waterbath yang direncanakan ini
memiliki 4 pemilihan yaitu: 35, 36, 37, 38 C. Maka tegangan referensi yang dimiliki
juga ada 4 yaitu 350 mV, 360 mV, 370 mV, dan 380 mV. Dari keempat tegangan
referensi tersebut akan dipilih salah satunya sesuai dengan nilai pemilihan suhu dan
nilai dari tegangan referensi ini akan dibandingkan dengan nilai tegangan masukan
yang berasal dari keluaran sensor suhu yang dikuatkan satu kali oleh rangkaian
penguat penyangga. Hasil dari rangkaian pembanding tersebut akan menghasilkan 2

37

kondisi dan hasil dari 2 kondisi ini akan mempengaruhi cara kerja dari rangkaian
pemans / heater.
Dengan diberi input tegangan sebesar 12 Volt DC pada pin 7 dan pin 4 dimana
pin 3 mendapat inputan dari rangkaian sensor suhu sedangkan pin 2 mendapat
inputan dari rangkaian setting, pin 6 yang merupakan output dari hasil perbandingan
tegangan dari kedua inputan tersebut akan menghasilkan tegangan sebesar 5 Volt.
Maka dihasilkan 2 kondisi, yaitu negatif saturasi dan positf saturasi. Dimana dari
hasil kedua kondisi ini akan mempengaruhi cara kerja dari heater. Pada saat hasil dari
perbandingan tersebut positf saturasi, maka LED yang terdapat pada MOC akan
menyala ( Anoda mendapat positif dan katoda mendapat negatif), kemudian diac
yang terdapat pada MOC mendapat tegangan AC 220 V. Sehingga diac sebagai saklar
akan mengaktifkan triac dimana heater akan bekerja. Dan apabila komparator negatif
saturasi maka MOC dan heater tidak bekerja. Artinya bahwa suhu yang diatur telah
tercapai dan suhu yang dideteksi sudah stabil. Perencanaan rangkaian ini dapat dilihat
pada gambar 3.4 berikut ini :
+12V
15K

150

+12 V

LM741
6K2

DIODE
4

220 V

-12 V

Gambar 3.4 Rangkaian Driver Heater

38

Heater

LAMP NEON

TP3

3.5 Perencanaan Rangkaian ADC Dan Penampil Suhu


Rangkaian

penampil

suhu

ini

merupakan

rangkaian

yang

akan

memperlihatkan berapa nilai suhu yang disensor dan berapa nilai suhu yang
disetting.
Nilai dari rangkaian sensor suhu akan dimasukkan ke rangkaian ADC untuk
diubah ke bentuk digital yang akan ditampilkan ke seven segment. Inputan ADC
merupakan besar tegangan analog yang akan ditampilkan. Sebelum tegangan
analog masuk ke inputan ADC, tegangan tersebut di setting dengan menggunakan
rangkaian pembagi tegangan agar suhu sesuai dengan pembacaan pada
termometer.
Rangkaian ADC menggunakan beberapa buah komponen yaitu IC CA 3162,
variabel resistor, resistor dan kapasitor. Untuk ditampilkan pada seven segment
maka digunakan IC CA 3161 sebagai dekoder ke seven segment dan transistor
sebagai pengendalinya. Adapun jenis seven segment yang digunakan adalah
common anoda.
Untuk ini penulis merencanakan resolusinya sekitar 1mV, dimana setiap
perubahan 1 mV pada masukan kaki IC CA 3162 akan menentukan turun naiknya
display yang menunjukkan besarnya suhu yang dideteksi sensor.

39

VCC

330 Ohm

0,22 uF
12 14
11
10 k

8
50 k

5
VCC
LSD 3
NSD 4
ZEROADJ
MSD
HIN.

H/SP

2.0
ZERO ADJ2.1
2.2
10
LINGADGND
2.3
9

0,1 uF

2
1
15
16

IC CA3162E
13 7

16
20
VCC a
1 7
b
6 21
22
c
6
23
d
e
f
GND g

13
12
11
10
9
15
14

10 k
8

IC CA3161E

Gambar 3.7 Gambar rangkaian ADC dan Tampilan Suhu

40

BAB 4
PENDATAAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini penulis akan mengungkapkan dan menguraikan mengenai


persiapan komponen-komponen dan peralatan yang dipergunakan serta langkahlangkah praktek, kemudian menyiapkan data hasil pengukuran yang didapat dari
hasil pendataan. Pelaksanaan pendataan dengan menggunakan sebuah rangkaian
modul dan dilakukan secara berulang-ulang supaya dihasilkan data yang benarbenar tepat pada titik pengukuran yang telah ditentukan sebelumnya.
Sebelum melakukan pendataan terlebih dahulu mempelajari modul tersebut
kemudian menentukan titik pengukuran. Adapun hasil pendataan ini akan
dijadikan perbandingan dengan teori yang menunjang.

A. Persiapan Bahan Dan Alat


Sebelum membuat modul yang akan dijadikan sebagai bahan pendataan karya
ilmiah terlebih dahulu dipersiapkan bahan-bahan dan alat yang diperlukan. Selain
itu juga dipersiapkan alat-alat penunjang pendataan dan mempelajari rangkaian
yang akan dibahas serta buku-buku yang ada hubungannya dengan pembahasan
alat ini. Kegiatan tersebut antara lain :
1. Mencari dan mempelajari beberapa literature yang berkaitan dengan masalah
yang akan dibahas sebagai referensi.
2. Menganalisa dan memahami cara kerja rangkaian yang penulis rancang.

a.

Persiapan Bahan
Pada pembuatan modul rangkaian pesawat water bath ini, setiap rangkaian
yang digunakan komponen-komponen sebagai berikut :

41

Tabel 4.1Daftar Komponen


No.
1.

Komponen
Rangkaian Kontrol Pemilihan

Type

Jumlah

74193

1 buah

4081

1 buah

4028

1 buah

4066

1 buah

4,7 K

2 buah

330 Ohm

4 buah

100 Ohm

1 buah

0,1 Uf

1 buah

10 K

4 buah

IC

Resistor

Kapasitor

Variabel Resistor

LED

4 buah

Push Button

2 buah

42

No.
2.

Komponen

LM 35

1 buah

LM 741

1 buah

Rangkaian Op Amp
IC

4.

Jumlah

Rangkaian Sensor Suhu


IC

3.

Type

Rangkain Komparator

LM 741

1 buah

1K

1 buah

Transistor

SD 400

1 buah

Kapasitor

1 uF/16

1 buah

IC

Resistor

1 buah

Relay

1N 4001

Dioda

1 buah

Lampu Indikator

1 buah

Elemen

1 buah

43

No.
5.

Komponen

Type

1 buah

Rangkaian ADC

CA 3162

1 buah

CA 3161

1 buah

330 Ohm

1 buah

Transistor

C 9015

1 buah

Kapasitor

0,22 uF

1 buah

10 K

2 buah

50 K

1 buah

Anoda

3 buah

IC

Resistor

Variabel Resistor

Seven Segment

b.

Jumlah

Persiapan Peralatan

1. Satu buah modul Pesawat waterbath


2. Satu buah power supply yang digunakan untuk memberikan catu daya
pada rangkaian dengan data teknis sebagai berikut :
a) Tegangan input

: 220 Volt/AC

b) Tegangan Output : +5 Volt/DC, +12 Volt/DC, -12 Volt/DC


3. Nama
Merk

: Avometer
: Sanwa

4. Seperangkat Toolset

44

B. Metode Pengukuran
Setelah semua bahan dirangkai menjadi modul maka dilakukan pendataan
pada titik pengukuran yang telah ditentukan pada rangkaian untuk diperiksa.
Besarnya

tegangan

pada

titik-titik

pengukuran

tersebut

diukur

dengan

menggunakan avometer digital. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam pengukuran.
1. Titik pengukuran satu (TP1) untuk mengetahui tegangan keluaran dari IC
LM35 pada blok sensor suhu.
2. Titik pengukuran dua (TP2) untuk mengetahui tegangan keluaran dari IC
LM741 sebagai pengikut tegangan pada blok sensor suhu.
3. Titik pengukuran tiga (TP3) untuk mengetahui tegangan keluaran dari IC
4066 sebagai saklar bilateral pada blok seting suhu.
4. Titik pengukuran empat (TP4) untuk mengetahui tegangan keluaran dari IC
LM741 sebagai komparator atau pembanding pada blok pengontrol.

C. Penyajian dan Analisa Data


Dari hasil yang penulis lakukan pada rangkaian yang telah dibuat pada titik
perngukuran, penulis melakukan pendataan dengan Avo meter. Dari hasil
pendataan pada masing-masing titik pengukuran dapat ditentukan persentase
kesalahan dengan menggunakan rumus :
% Kesalahan =

HasilPerhitungan HasilPengukuran
x 100 %
HasilPerhitungan

1. Analisa Pada TP1


Pengukuran tegangan keluaran dari sensor LM 35 sebagai sensor suhu air,
pendataan disini dilakukan untuk mengetahui berapa tegangan yang
dihasilkan dari rangkaian sensor.
Setelah dilakukan pendataan bahwa sensor LM 35 adalah sebagai tranduser
yang mengubah besaran panas menjadi besaran listrik. Dengan keluaran dari

45

LM 35 10 mV/ C, yang pada setiap kenaikan keluaran LM 35 adalah sebesar


10 mV.
Suhu yang digunakan pada rangkaian waterbath pada LM 35 yaitu sebagai
berikut :

Pada temperature 35 C adalah 350 mV atau 0,35 V


Pada temperature 36 C adalah 360 mV atau 0,36 V
Pada temperature 37 C adalah 370 mV atau 0,37 V
Pada temperature 38 C adalah 380 mV atau 0,38 V
Maka persentase kesalahan antara karakteristik dengan hasil pengukuran
adalah :
Persentase Kesalahan =

SuhuKarakteristik SuhuPengama tan


X 100 %
SuhuKarakteristik

Pada saat suhu dideteksi 35 C dengan mengacu pada rumus (10 mV/ C),
setiap 1 C mempunyai tegangan sebesar 10 mV.
Maka untuk 35 C = 35 x 10
= 350 mV
= 0,35 V

Dengan demikian dapat dicari


Persentase Kesalahan =
=

SuhuKarakteristik SuhuPengama tan


X 100 %
SuhuKarakteristik
0,35Volt 0,351Volt
x 100 %
0,35Volt

= 0,33 %
Dengan menggunakan cara yang sama, maka untuk mengetahui besarnya nilai
presentasi kesalahan untuk suhu 35 ,36 ,37 ,38 , dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

46

Tabel 4.1Hasil Pendataan Keluaran Sensor

Suhu C

Pengukuran

Perhitungan

% Kesalahan

35

351 mV

350 mV

0,33

36

365 mV

360 mV

0,40

37

372 mV

370 mV

0,23

38

381 mV

380 mV

0,33

Kesalahan Rata-rata

0,32

2. Analisa Pada TP2


Analisa pada TP2 ini merupakan analisa tegangan keluaran yang dihasilkan
oleh LM 741 sebagai pengikut tegangan, sebagai inputan dan dibandingkan ke
rangkaian komparator.
Inputan rangkaian pengikut tegangan ini adalah dari keluaran rangkaian sensor,
maka persentase kesalahan pada temperatur 35 C
V out = A. vin
A

=1

V Out = 1. 0,351 V
= 0,351 V
Maka :
Persentase Kesalahan =
=

SuhuKarakteristik SuhuPengama tan


X 100 %
SuhuKarakteristik
0,35Volt 0,351Volt
x 100 %
0,35Volt

= 0,33 %

Dengan menggunakan cara yang sama, maka untuk mengetahui besarnya nilai
presentasi kesalahan untuk suhu 35 ,36 ,37 ,38 , dapat dilihat pada table
berikut ini :

47

Tabel 4.2Tegangan Keluaran pada TP 2

Suhu C

Pengukuran

Perhitungan

% Kesalahan

35

350 mV

351 mV

0,33

36

360 mV

365 mV

0,40

37

370 mV

372 mV

0,23

38

380 mV

382 mV

0,33

Kesalahan Rata-rata

0,32

3. Analisa Pada TP3


Analisa pada TP3 ini merupakan analisa tegangan output yang dihasilkan oleh
LM 741 sebagai penguat pembanding pada rangkaian pengcontrol.
Dengan mengacu pada rumus :
= V Sat

V out

Dengan demikian dapat dicari :


Persentase Kesalahan =

SuhuKarakteristik SuhuPengama tan


X 100 %
SuhuKarakteristik
=

12Volt 11,9Volt
x 100 %
12Volt

= 0,8 %

Tabel 4.3Tabel Analisa pada TP 3

No.

Suhu

Terhitung

Terukur

Kesalahan

(C)

(Volt)

(Volt)

(%)

1.

35

12

11,9

0,8

2.

36

12

11,9

0,8

3.

37

12

11,9

0,8

4.

38

12

11,9

0,8

48

4. Analisa Pada TP4


Analisa pada TP4 ini merupakan analisa tegangan keluaran yang dihasilkan oleh
IC 4066 yang merupakan switch bilateral, dimana akan mengaktifkan atau
mengalirkan tegangan berdasarkan pemilihan/setting dari rangkaian setting.
Tegangan referensi akan dihasilkan oleh pembagian tegangan ( Voltage devider )
berupa

variable

resistor

dan

masing-masing

resistansi

berbeda

untuk

mendapatkan tegangan referensi dari setiap step setting suhu.


Pada saat suhu dideteksi 35 C dengan mengacu pada rumus (10 mV/ C), setiap
1 C mempunyai tegangan sebesar 10 mV.
Maka untuk 35 C = 35 x 10
= 350 mV
= 0,35 Volt

Dengan demikian dapat dicari


Persentase Kesalahan =
=

SuhuKarakteristik SuhuPengama tan


X 100 %
SuhuKarakteristik
0,35Volt 0,3491Volt
x 100 %
0,35Volt

= 0,28 %

Dengan menggunakan cara yang sama, maka untuk mengetahui besarnya nilai
presentasi kesalahan untuk suhu 35 ,36 ,37 ,38 , dapat dilihat pada table
berikut ini :

49

Tabel 4.4Hasil Pendataan dan Analisa Keluaran Setting

Suhu C

Pengukuran

Perhitungan

% Kesalahan

35

351 mV

350 mV

0,33

36

365 mV

360 mV

0,40

37

372 mV

370 mV

0,23

38

382 mV

380 mV

0,33

Kesalahan Rata-rata

Maka

0,32

modul yang penulis buat dapat dioperasikan dengan total persentasi

penyimpangan :
=

JumlahhasilPersentasiPenyimpangan
JumlahPendataan

0,33% + 0,32% + 0,28% + 0,8%


4

0,432 %

50

BAB 5
KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN
Pada bab ini penulis akan mengungkapkan beberapa kesimpulan setelah
melaksanakan perakitan modul, mengamati data, pendataan, dan pembahasan
rangkaian. Adapun beberapa kesimpulan yang ingin penulis kemukakan adalah
sebagai berikut :
1. Modul yang penulis buat dapat bekerja pada suhu 35, 36, 37, 38 C.
2. Kesalahan adalah 20% dibagian settingan suhu.
3. Waterbath ini digunakan untuk menyimpan sample darah dan reagen.
4. Waterbath ini dilengkapi dengan 4 tempat penyimpanan kuvet

51

Anda mungkin juga menyukai