Anda di halaman 1dari 29

Efek Radisasi Terhadap Pembelahan Sel, Kemandulan,

Kanker, Dan Efek Letal Dari Radiasi

AULIA NUANZA ALAM


4411412055

Efek Radisasi Terhadap Pembelahan Sel

RADIOSENSITIVITAS
Radiosensitivitas adalah tingkat sensitivitas terhadap paparan radiasi yang
berhubungan dengan kematian sel, khususnya kematian reproduktif sel.
Kematian reproduktif adalah hilangnya kemampuan sel untuk melakukan
pembelahan (proliferasi) setelah sel melakukan mitosis dua atau tiga kali.
Radiosensitivitas suatu sel bergantung pada faktor fisik, kimia dan biologi sel.

Faktor fisik antara lain meliputi (LET) radiasi, dosis, laju dosis, dan distribusi
waktu paparan radiasi (tunggal dan fraksinasi).

Senyawa kimia dapat memodifikasi tingkat radiosensitivitas sel yang


dibedakan atas dua kelompok utama yaitu radioprotektor dan radiosensitizer.
Sedangkan faktor biologi sel yang dimaksud antara lain kemampuan sel untuk
melakukan proses perbaikan (repair) terhadap kerusakan pada

Sel yang paling sensitif adalah sel dengan tingkat proliferasi yang tinggi (aktif
melakukan pembelahan) dan tingkat diferensiasi yang rendah.
Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat radiasi yaitu sel dengan tingkat
diferensiasi yang tinggi dan tidak melakukan pembelahan.

Efek Bystander
Efek biologi yang timbul pada sel yang tidak dilintas radiasi
secara langsung tetapi berada berdekatan dengan sel yang secara
langsung dilintas radiasi pengion

Efek Bystander

Efek Bystander yang terjadi dapat dimediasi oleh komunikasi gap junction
intraseluler dari sel ke sel (A) atau transmisi faktor terlarut dari sel yang
diirradiasi ke sel yang tidak diiradiasi melalui medium sel (B).

Sterilitas (Kemandualn)
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad

Paparan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel sperma
yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang akan dihasilkan
Proses pembentukan sel sperma diawali dengan pembelahan sel stem/induk
dalam testis. Sel stem akan membelah dan berdiferensiasi sambil bermigrasi
sehingga sel yang terbentuk siap untuk dikeluarkan.

Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan Dosis Ambang Sterilitas Sementara


karena sudah mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma
selama beberapa minggu.
Dosis radiasi sampai 1 Gy menyebabkan kemandulan selama beberapa bulan
dan dosis 1 3 Gy kondisi steril berlangsung selama 1 2 tahun.
Menurut (International Commission on Radiological Protection) ICRP 60,
dosis ambang sterilitas permanen adalah 3,5 6 Gy.

Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia (Semakin
tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi).

radiasi dapat menyebabkan menopouse dini sebagai akibat dari


gangguan hormonal sistem reproduksi.

Dosis terendah yang diketahui dapat menyebabkan sterilitas


sementara adalah 0,65 Gy.

Dosis ambang sterilitas menurut ICRP 60 adalah 2,5 6 Gy.


Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen terjadi pada
dosis yang lebih tinggi yaitu 12 15 Gy, tetapi pada usia 40-an
dibutuhkan dosis 5 7 Gy

Efek Stokastik Pada Sel Germinal


Di kenal sebagai efek pewarisan yang terjadi karena mutasi pada gen
atau kromosom sel pembawa keturunan (sel sperma dan sel telur).

Perubahan kode genetik yang terjadi akibat paparan radiasi akan


diwariskan pada keturunan individu terpajan.
Penelitian pada hewan dan tumbuhan menunjukkan bahwa efek yang
terjadi bervariasi dari ringan hingga kehilangan fungsi atau kelainan
anatomik yang parah bahkan kematian prematur.

Efek Radiasi Terhadap Kanker


Kanker merupakan efek stokastik akibat dari perubahan sel-sel individual
subletal dalam DNA.

-Karsinogenesis
-Leukemia
-Kanker tiroid

-Kanker esophangeal
-Kanker kelenjar ludah

Karsinogenesis
Radiasi menyebabkan kanker dengan mengubah DNA.
Mekanisme yang paling mungkin adalah radiasi mutasi gen.
Mutasi gen mungkin juga melibatkan hilangnya fungsi dalam kasus gen supresor
tumor.
Data tentang radiasi kanker terutama berasal dari populasi orang yang telah terkena
radiasi tingkat tinggi, namun, pada prinsipnya, bahkan dosis rendah radiasi dapat
memulai pembentukan kanker dalam satu sel

Leukemia
Insiden leukemia (selain leukemia lumphocytic kronis) meningkat setelah terpapar
radiasi pada sumsum tulang.
Leukemia muncul lebih cepat dari kanker karena semakin tingginya tingkat
pembelahan sel dan diferensiasi sel-sel induk hematopoietic dibandingkan dengan
jaringan lain.

Kanker tiroid
Insiden karsinoma tiroid (muncul dari epitel folikular) meningkat pada manusia
setelah terpapar.
Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yeng terkena kanker dapat
menyebabkan kematian.

Kanker esophangeal
Data yang berkaitan dengan kanker esophangeal relatif jarang.
Kanker ini banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom
atom dan penderita diobati dengan radiasi x untuk ankylosing spondylitis.

Kanker kelenjar ludah


Insiden tumor kelenjar saliva meningkat pada pasien yang melakukan terapi
radiasi untuk penyakit kepala dan leher.
Resiko yang tertinggi pada penderita yang melakukan terapi radiasi sebelum usia
20 tahun

Efek Radiasi Secara Letal


Efek Radiasi Secara Letal berkaitan erat dengan sindroma radiasi akut
Paparan radiasi dosis cukup tinggi pada seluruh tubuh akan menimbulkan sindroma
radiasi akut yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
Sindroma radiasi akut (SRA) adalah sekumpulan sindrom klinik yang terjadi dalam
waktu beberapa detik sampai 3 hari setelah paparan radiasi pengion akut pada seluruh

tubuh dengan dosis relatif tinggi ( 1 Gy).

Perkembangan SRA
(1) fase inisial
sebagai fase timbulnya gejala klinis umum yang dikenal sebagai sindroma
prodromal,
(2) fase laten,

(3) fase manifestasi kerusakan sistemik tubuh, dan


(4) fase pemulihan atau kematian.

Fase laten
Fase laten adalah suatu periode waktu dimana pasien terbebas dari simptom
akibat radiasi setelah mengalami gejala sindroma prodromal.
Lamanya fase laten sangat bergantung pada dosis, semakin besar dosis semakin
singkat masa latennya.

Fase manifestasi kerusakan sistemik tubuh dikenal sebagai sindroma radiasi akut yang

digolongkan dalam 3 tingkat keparahan meliputi :


1. Sindroma sistem pembentukan darah (hematopoietic syndrome).

2. Sindroma sistem pencernaan (gastrointestinal syndrome).


3. Sindroma sistem syaraf pusat (central nervous system syndrome).

Sindroma sistem pembentukan darah


(hematopoietic syndrome).
Dosis ambang sindroma ini adalah 1 Gy yang berupa penurunan jumlah sel
darah setelah 2 4 minggu. Dosis sekitar 2 Gy sudah dapat menyebabkan
terjadinya kematian dalam waktu 2 8 minggu.

Sindroma sistem pencernaan


(gastrointestinal syndrome).
Dosis ambang sindroma sekitar 5 Gy dalam waktu 3 5 hari dan dosis ambang
kematian sekitar 10 Gy dalam waktu 3 hari sampai 2 minggu.

Sindroma sistem syaraf pusat (central


nervous system syndrome).
Dosis ambang sindroma ini adalah 20 gy yang timbul dalam waktu kurang dari 3
jam.

Trima kasih

Terima kasih
atas perhatiannya.

Anda mungkin juga menyukai