Anda di halaman 1dari 8

Teori singkat mengenai Money Multiplier

dan penerapannya di negara-negara


berkembang. Study case: India

Money
Multiplier in
Developing
Countries
India Economy

IRFANY ULFAH TRI PHALITA

Money Multiplier
Bank sentral dapat mempengaruhi money stock melalui dua pendekatan: Mechanistic
Multiplier Process dan Price-Theoretic Model of Money Supply.
Mechanistic multiplier Process menyatakan bahwa penciptaan uang dapat disamakan
dengan penciptaan kredit. Bank-bank komersial menciptakan uang dalam perekonomian
dengan membeli klaim dari non-bank baik dalam bentuk obligasi ataupun kredit. Akhirnya,
pasar untuk klaim dan pasar makroekonomi uang tepat sama. Multiplier adalah koefisien
yang menunjukkan hubungan antara jumlah money stock dengan monetary base (M/B).
Formula multiplier diperoleh dari rasio cash holding terhadap total money supply
(cash outflow ratio) disimbolkan oleh b sehingga diperoleh

Dapat dilihat bahwa multiplier selalu lebih 1. Mekanismenya adalah jika bank sentral
menurunkan syarat cadangan minimum, pada level reserve yang sama, bank-bank akan
memiliki excess reserve. Karena tidak memperoleh bunga, bank berusaha untuk
menghilangkan kelebihan tersebut. Dengan asumsi bank tidak mengurangi pinjaman ke bank
sentral, ada lebih banyak yang dapat dipinjamkan ke non-bank. Individual atau institusi kini
mau meningkatkan pinjaman ke bank. Akhirnya, uang yang dipegang dalam masyarakat
meningkat sampai seluruh excess reserve teralih ke cash holding dan tambahan cadangan
minimum di bank sentral untuk mengompensasi kenaikan deposit.
Price-Theoretic Model of Supply mengatasi kelemahan pada model multiplier yang
mengabaikan faktor suku bunga sehingga tidak dapat menjelaskan bagaimana kebijakan
moneter beroperasi sebenarnya. Masih memegang analisis multiplier tentang kemiripan pasar
klaim dan pasar makroekonomi, dalam price-theoretic permintaan uang sama dengan
permintaan kredit dan penawaran uang sama dengan penawaran kredit.
Model ini menganalisis interaksi yang terjadi di pasar makroekonomi (=pasar untuk
money stock M1) dan pasar uang (=pasar untuk monetary base). Model penawaran uang
komprehensif yang menggabungkan perilaku para agen yang terlibat dalam penciptaan uang
(bank sentral, bank-bank komersial, dan non-bank) tertera dalam gambar berikut:

Sumber: Peter Bofinger.2001. Monetary Policy


Gambar 1: Proses Penawaran Uang

Pada kuadran I, melalui interaksi diperoleh total pinjaman atau money stock Mo dan
suku bunga kredit keseimbangan. Di sisi lain, penawaran kredit tersebut hanya berlaku pada
refinancing rate yang telah ditentukan oleh bank sentral (i0R). Sesuai hubungan multiplier,
untuk keseimbangan Mo, bank-bank memerlukan monetary base Bo yang ditunjukkan pada
kuadran II. Karena bank-bank hanya dapat mendistribusikan sejumlah monetary base yang
telah ditentukan bank sentral, maka kurva permintaannya pada kuadran III adalah inverse
demand curve. Pada tingkat i0R, bank-bank menginginkan sejumlah Bo monetary base.
Sementara kuadran IV menunjukkan

hubungan positif antara refinancing rate dengan

lending rate yang mirip dengan hubungan antara money supply dan monetary base.
Jadi, bank sentral dapat secara langsung menentukan kondisi pasar uang melalui
penentuan refinancing rate. Jika semua fungsi bank stabil dan diketahui, bank sentral dapat
mengontrol jumlah uang beredar dan suku bunga kredit baik melalui monetary base targeting
maupun interest rate targeting. Model ini berdasarkan perspektif jangka pendek dan jangka
menengah.

Money Multiplier: Monetarist and Neo-Keynesian


Teori konvensional menyatakan multiplier (m) mengubah monetary base (B) menjadi
money supply (M). Dengan mekanisme sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kita dapat
berekspektasi ada hubungan konstan antara monetary base dan monetary supply sehingga
bank sentral dapat mengontrol jumlah uang beredar. Diasumsikan pula reserve bersifat
eksogen dan multiplier bersifat stabil serta dapat diprediksi. Faktanya, kestabilan multiplier
masih dipertanyakan dan otoritas moneter tidak dapat mengontrol seluruh kondisi likuiditas
perekonomian.
Operasional kerja bank adalah dengan menarik debitur layak kredit untuk
menghasilkan keuntungan. Bank dapat mencari dana melalui antar bank untuk memastikan
mereka memiliki cadangan yang cukup. Namun sistem horizontal ini tidak akan menambah
reserve tersedia. Bank kemudian akan menjual obligasi ke bank sentral ataupun melalui
discount window. Selama margin antara pengembalian kredit dan rate bank meminjam
melalui discount window cukup, bank akan menyalurkan kredit. Jadi, pada tingkat individual
bank, price of reserve dapat berpengaruh terhadap keputusan kredit tetapi posisi reserve
tidak.
Jelas bank sentral tidak dapat mengontrol jumlah uang dalam sistem meski bisa
mengontrol harganya. Monetary base tidak mengatur money supply tetapi sebaliknya. Bank
meningkatkan neracanya melalui pinjaman sehingga tidak terbatas oleh posisi reserve atau
reserve requirement. Reserve ditentukan oleh pinjaman yang dibuat bank, yang independen
dari posisi reserve.1
Sementara itu, post-Keynesian melihat penawaran uang sebagai proses endogen.
Pandangan ini menekankan kemampuan sistem keuangan secara keseluruhan untuk
menghasilkan liability tanpa campur tangan bank sentral. Telah ada beberapa studi tentang
pola ini di negara-negara maju (Howells dan Hussein, 1998).

Mitchell, 2009. Money Multiplier and Other Myths

Money Multiplier in India


Faktor-faktor yang mempengaruhi multiplier uang adalah reserve ratio, currency to
deposit ratio, dan credit deposit ratio. Reserve ratio yang rendah memungkinkan bank
memiliki excess reserve sehingga meningkatkan money supply. Currency to deposit ratio atau
currency leakage menunjukkan berapa banyak uang yang dipegang publik sementara credit
deposit ratio menunjukkan seberapa banyak bank-bank meminjamkan uangnya. Di sini,
money supply didefinisikan sebagai M3 yang terdiri dari uang beredar + deposit (time deposit
and demand deposit).
Gambar 1 berikut menunjukkan pertumbuhan jumlah uang beredar sebagai fungsi dari
pertumbuhan reserve dan multiplier. Terlihat jumlah uang beredar ditopang oleh kenaikan
money multiplier. Hingga tahun 2007, money multiplier relatif stabil sehingga pergerakan
money supply (M3) seiring dengan pergerakan monetary base (M0). Pada 2007-2008,
multiplier lebih kecil sehingga kenaikan M0 yang cukup signifikan tidak berdampak pada
M3.
Antara April hingga Agustus 2008, ketika inflasi mulai naik, RBI menerapkan tight
policy. Multiplier turun dari 4,3 menjadi 4,1 seiring CRR ditingkatkan dari 7,5% ke 9% .
Pada September 2008, krisis global menerpa India dan RBI kembali melonggarkan
kebijakannya. CRR diturunkan secara bertahap menjadi 5% pada 30 Januari 2009, yang
membuat multiplier naik ke level 4,8 pada April 2009 dan menjadi 4,9 pada Oktober 2009.
Saat kondisi ekonomi mulai stabil, RBI mulai meningkatkan lagi CRR nya menjadi
5,75% pada Januari 2010 dalam dua tahap. Dampaknya, multiplier mulai turun menjadi 4,66
pada April 2010. Sejak 2011, RBI menurunkan reserve requirement yang menyebabkan
money multiplier naik. Sehingga, penurunan money supply tidak setajam penurunan
pertumbuhan monetary base.

Sumber: IDFC Mutual Fund India


Gambar 2: Jumlah Uang Beredar, Pertumbuhan Reserve, dan Multiplier Uang di India tahun 2002-2013

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibandingkan antara kondisi multiplier di India


dengan negara-negara maju. Di Amerika Serikat, United Kingdom, dan sebagainya, money
multiplier gagal naik meskipun bank sentral telah melakukan kebijakan moneter yang
longgar. Sehingga, mereka harus beralih ke kebijakan moneter unkonvensional untuk
meningkatkan arus uang dalam perekonomian.2
Gambar 2 menunjukkan pada krisis 2008, Amerika melakukan kebijakan moneter
sangat longgar, terlihat dari kenaikan monetary base yang sangat signifikan. Namun, justru
money multiplier turun bahkan lebih kecil dari 1. Setiap 1 dollar yang dimasukkan ke
perekonomian menghasilkan kurang dari 1 dollar. Hal ini disebabkan bank-bank di Amerika
menahan uangnya dan tidak menyalurkan pinjaman. Sebagaimana diterangkan sebelumnya
bahwa operasional bank tidak dapat dikontrol oleh otoritas moneter.

Gambar 3: (a) Monetary Base US 1910-2012 (b) Money Multiplier US 1980-2012

Agrawal, Amol. 2010. Money Multiplier in India

Endogenitas Money Multiplier di India


Lebih jauh lagi, melihat hubungan statistik antara M3 dan reserve pada periode postreform, 1980an-1990an, Jha dan Rath (2001) berpendapat bahwa endogenous money
multiplier framework adalah yang paling cocok dalam menganalisis proses penawaran uang
di India dan asumsi kestabilan dan prediktabilitas multiplier. Analisis yang dilakukannya
dengan data bulanan April 1980 hingga Maret 2000 memperkuat argumen ini dan men-trace
sumber endogenitas ini dalam berbagai variabel makroekonomi.

Daftar Pustaka:
(2008, Oktober 30). Dipetik Maret 3, 2014, dari http://macromarketmusings.blogspot.com:
http://macromarketmusings.blogspot.com/2008_10_01_archive.html
Agrawal, A. (2010). Money Multiplier in India. Dipetik Maret 4, 2014, dari
http://mostlyeconomics.wordpress.com/2010/04/30/money-multiplier-in-india/
Bofinger, P. (2001). Monetary Policy: Goals, Institutions, Strategies, and Instrument. Oxford
University Press.
Howells, P., & Hussein, K. (1998). The Endogeneity of Money: Evidence from the G-7. Scottish Journal
of Political Economy.
IDFC Mutual Fund. (t.thn.). http://idfcmf.com. Dipetik Maret 3, 2014, dari
http://tablet.idfcmf.com/FundDocuments/Money-Multiplier.pdf
Mitchell, B. (2009, April 21). Bill Mitchell-Billy blog. Dipetik Maret 3, 2014, dari
http://bilbo.economicoutlook.net/blog/?p=1623
Reserve Bank of India. (2012). REPORT ON CURRENCY AND FINANCE 2009-12 FISCAL MONETARY COORDINARTION. Reserve Bank of India.

Anda mungkin juga menyukai